Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PEMBELAJARAN ABAD 21 DALAM PEMBELAJARAN SKI MI/SD


Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Pembelajaran SKI MI/SD
Dosen Pengampu : Dian Rif'iyati, M.S.I

Disusun Oleh :
kelompok 2
1. Kuni Feby Rusydayya (2321028)
2. Dewi Khasinatus Sa'diyah (2321029)
3. Asna Nafila Fitriani (2321035)
4. Atika Nur Ma’rifah S (2321131)

KELAS D
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI K.H. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt, Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah Saw. Berkat limpahan dan rahmat-Nya, sehingga penyusunan makalah dengan judul
“Pembelajaran Abad 21 dalam Pembelajaran SKI MI/SD“ dapat terselesaikan.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran SKI MI/SD.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan pemahaman lebih lanjut tentang
Pembelajaran Abad 21 dalam Pembelajaran SKI MI/SD. Selain itu makalah ini juga dirancang
sebagai sarana pendidikan yang bertujuan memfasilitasi mahasiswa agar dapat memahami lebih
mendalam tentang Pembelajaran Abad 21 dalam Pembelajaran SKI MI/SD.

Kami menyadari bahwa dalam proses pembuatan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terimakasih dan memohon maaf jika dalam
penyusunan makalah ini banyak kekeliruan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami
harapkan untuk evaluasi.

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan pengetahuan kita dan mampu
memberikan manfaat akademis dan sosial bagi semua pihak.

Pekalongan, 02 September 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja oleh
setiap individu, sehingga terjadi perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak
bisa berjalan menjadi bisa berjalan, tidak bisa membaca menjadi bisa membaca dan
sebagainya, sedangkan. Pembelajaran berarti kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta
didik dan pendidik. Belajar dimaksudkan agar terjadinya perubahan dalam pikiran dan
karakter diri peserta didik. Tantangan pendidik tidak hanya membekali keterampilan peserta
didik saat ini, tetapi memastikan bahwa anak didiknya sukses kelak di masa depan. Sukses
artinya anak didik setelah belajar di sekolah dapat terjun hidup di masyarakat. Untuk itu,
pendidik harus membekali keterampilan kepada anak didiknya sesuai dengan kebutuhan
yang dapat mereka manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran di abad 21 ini memiliki perbedaan dengan pembelajaran di masa yang
lalu. Dahulu, pembelajaran dilakukan tanpa memperhatikan standar, sedangkan kini
memerlukan standar sebagai acuan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Melalui standar
yang telah ditetapkan, pendidik mempunyai pedoman yang pasti tentang apa yang diajarkan
dan yang hendak dicapai. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah merubah gaya
hidup manusia, baik dalam bekerja, bersosialisasi, bermain maupun belajar. Memasuki abad
21 kemajuan teknologi tersebut telah memasuki berbagai sendi kehidupan, tidak terkecuali
dibidang pendidikan. Dosen dan mahasiswa, pendidik dan peserta didik dituntut memiliki
kemampuan belajar mengajar di abad 21 ini. Sejumlah tantangan dan peluang harus dihadapi
peserta didik dan pendidik agar dapat bertahan dalam abad pengetahuan di era informasi ini.
Pendidikan Nasional abad 21 bertujuan untuk mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu masyarakat
bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagia, dengan kedudukan yang terhormat dan setara
dengan bangsa lain dalam dunia global, melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari
sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan dan
berkemampuan untuk mewujudkan cita-cita bangsanya.

B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penguatan Pendidikan Karakter dan Pembelajaran Abad 21

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada


warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan
untuk melaksanakan suatu nilai-nilai tersebut. Pembangunan karakter bangsa merupakan hal
yang sangat penting karena berhubungan dengan proses membina, memperbaiki, mewarisi
warga negara tentang konsep perilaku dan nilai luhur budaya Indonesia yang dijiwai oleh
Pancasila dan Undang-Undang 1945. Oleh karena itu, hakikat pendidikan karakter dalam
konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari
budaya bangsa Indonesia sendiri dalam rangka membina kepribadian generasi penerus
bangsa. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak
mulia pada siswa secara utuh, terpadu dan seimbang yang disesuaikan dengan standar
kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan siswa mampu secara mandiri
meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan mengaplikasikan nilai nilai
karakter dan akhlak mulia dalam perilaku sehari- hari.1
Pendidikan nasional di abad ke-21 bertujuan untuk mewujudkan cita-cita bangsa,
yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagia, dengan kedudukan terhormat
dan setara dengan bangsa-bangsa lain di tingkat global. Cita-cita tersebut bisa diwujudkan
melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber daya manusia yang
berkualitas,yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan, dan berkemampuan untuk mewujudkan
cita-cita bangsanya.
B. Konsep Pembelajaran Abad 21

Pembelajaran abad 21 dituntut berbasis teknologi untuk menyeimbangkan tuntutan


zaman era milenia dengan tujuan, nantinya peserta didik terbiasa dengan kecakapan hidup

1
Rachmadyanti, Putri. "Penguatan pendidikan karakter bagi siswa sekolah dasar melalui kearifan lokal."
JPsd (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar) 3.2 (2017): 202-213.
abad 21. Sejalan dengan pendapat tersebut Greenstein menyatakan bahwa peserta didik yang
hidup pada abad 21 harus menguasai keilmuan, berketerampilan metakognitif, mampu
berpikir kritis dan kreatif, serta bisa berkomunikasi atau berkolaborasi yang efektif, keadaan
ini menggambarkan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. 2 Oleh karena itu,
pemerintah merancang pembelajaran abad 21 melalui kurikulum 2013 yang berbasis pada
peserta didik. Pendidik sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah di sekolah - sekolah
menerapkan pembelajaran abad 21.

Untuk mengembangkan pembelajaran abad 21, pendidik harus memulai satu langkah
perubahan yaitu merubah pola pembelajaran tradisional yang berpusat pada pendidik menjadi
pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Pola pembelajaran yang tradisional bisa
dipahami sebagai pola pembelajaran dimana pendidik banyak memberikan ceramah
sedangkan peserta didik lebih banyak mendengar, mencatat dan menghafal.

Pendidik sudah sering mendengar mengenai pola pembelajaran CBSA (Cara Belajar
Siwa Aktif), namun pendekatan yang dilakukan masih bersifat tradisional. Untuk mengerti
pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik maka kita bisa kembali kepada slogan
pendidikan kita yang tercantum dalam logo kementerian pendidikan dan kebudayaan dan
merupakan pesan dari Bapak Pendidikan Bangsa, Ki Hajar Dewantara, yaitu Tut Wuri
Handayani. Pendidik berperan sebagai pendorong dan fasilitator agar peserta didik bisa
sukses dalam kehidupan. Satu hal lain yang penting yaitu pendidik akan menjadi contoh
pembelajar (learner model), pendidik harus mengikuti perkembangan ilmu terakhir sehingga
sebetulnay dalam seluruh proses pembelajaran ini pendidik dan peserta didik akan belajar
bersama namun pendidik mempunyai tugas untuk mengarahkan dan mengelola kelas.3

C. Prinsip Pembelajaran Abad 21

Dalam buku paradigma pendidikan nasional abad XXI yang diterbitkan Badan
Standar Nasional Pendidikan (BNSP) atau membaca isi Pemendikbud No. 65 tahun 2013
tentang Standar Proses, BSNP merumuskan 16 prinsip pembelajaran yang harus dipenuhi
dalam proses pendidikan abad ke-21. Sedangkan Pemendikbud No. 65 tahun 2013
2
Laura Greenstein, Assessing 21st Century Skills:a guide to evaluating mastery and authentic learning. (London: Sage
Publications, 2012)

3
Ibid, Laura Greenstein,.
mengemukakan 14 prinsip pembelajaran, terkait dengan implementasi Kurikulum 2013.
Sementara itu, Jennifer Nichols menyederhanakannya ke dalam 4 prinsip pokok
pembelajaran abad ke 21yang dijelaskan dan dikembangkan seperti berikut ini:

1. Instruction should be student-centered

Pengembangan pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran yang


berpusat pada peserta didik. Peserta didik ditempatkan sebagai subyek pembelajaran yang
secara aktif mengembangkan minat dan potensi yang dimilikinya. Peserta didik tidak lagi
dituntut untuk mendengarkan dan menghafal materi pelajaran yang diberikan pendidik,
tetapi berupaya mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, sesuai dengan
kapasitas dan tingkat perkembangan berfikirnya, sambil diajak berkontribusi untuk
memecahkan masalah-masalah nyata yang terjadi di masyarakat.

2. Education should be collaborative

Peserta didik harus diajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain.
Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan nilai-nilai yang
dianutnya. Dalam menggali informasi dan membangun makna, peserta didik perlu
didorong untuk bisa berkolaborasi dengan teman-teman di kelasnya. Dalam mengerjakan
suatu proyek, peserta didik perlu dibelajarkan bagaimana menghargai kekuatan dan
talenta setiap orang serta bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri secara tepat
dengan mereka.

3. Learning should have context

Pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi dampak terhadap
kehidupan peserata didik di luar sekolah. Oleh karena itu, materi pelajaran perlu
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Pendidik mengembangkan metode
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik terhubung dengan dunia nyata (real
word). Pendidik membantu peserta didik agar dapat menemukan nilai, makna dan
keyakinan atas apa yang sedang dipelajarinya serta dapat mengaplikasikan dalam
kehidupan sehari-harinya. Pendidik melakukan penilaian kinerja siswa yang dikaitkan
dengan dunia nyata.
4. Schools should be integrated with society

Dalam upaya mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang


bertanggung jawab, sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi peserta didik untuk terlibat
dalam lingkungan sosialnya. Misalnya, mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat,
dimana peserta didik dapat belajar mengambil peran dan melakukan aktivitas tertentu
dalam lingkungan sosial. Peserta didik dapat dilibatkan dalam berbagai pengembangan
program yang ada di masyarakat, seperti: program kesehatan, pendidikan, lingkungan
hidup, dan sebagainya. Selain itu, peserta didik perlu diajak pula mengunjungi panti-panti
asuhan untuk melatih kepekaan empati dan kepedulian sosialnya.

D. Tujuan Pembelajaran Abad 21


E. Keterampilan Pembelajaran Abad 21

1. Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan proses alamiah yang perlu dikembangkan. Berpikir kritis
adalah sebuah keterampilan, pemikiran yang dipertanggungjawabkan secara kondusif untuk
penilaian yang baru karena hal ini sensitif terhadap konteks, bergantung pada kriteria dan
pengoreksian diri. Paul dan Elder mendefinisikan bahwa berpikir kritis adalah tentang
menjadi pemikir yang lebih baik dalam semua aspek kehidupan (karir, sebagai konsumen
warga, teman, orang tua), memiliki keterampilan inti dari pemikiran yang efektif kemudian
mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah dan mengatasinya. Dari beberapa
pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya berpikir kritis adalah pemikiran
wajar beralasan yang reflektif difokuskan pada keputusan apa yang harus dilakukan
seseorang dari keadaan yang memiliki indikator kejelasan dasar, inferensi dan interaksi.

Karakteristik atau ciri-ciri kemampuan berpikir kritis menurut Aybek dan Aslan
diantaranya :

 Mengenal masalah
 Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah itu
 Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan
 Mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan
 Memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas dan khas
 Menilai fakta dan mengevaluasi pertanyaan-pertanyaan
 Menarik kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan
 Menguji kesamaan dan kesimpulan yang diambil seseorang
 Menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman yang
lebih luas
 Membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas tertentu dalam kehidupan
sehari-hari

Berpikir kritis memiliki 5 indikator. Berikut indikator berpikir kritis menurut Basith
dan Amin :

 Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification)


 Membangun keterampilan dasar (basic support)
 Membuat kesimpulan (inferring)
 Memberikan penjelasan lebih lanjut (advance clarification)
 Mengatur strategi dan taktik (stategy and tactiecs)4

2. Kemampuan Berpikir Kreatif


Berpikir Kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan ide-ide baru, inovatif dan
orisinal dengan cara yang tidak terduga atau tradisional. Berpikir Kreatif tidak hanya dalam
ranah seni atau penciptaan seni akan tetapi bisa juga dalam ranah kehidupan seperti bisnis,
pendidikan, sains dan teknologi. Untuk mengembangkan keterampilan berfikir kreatif perlu
untuk bertukar pikiran tentang ide-ide yang ada, menerapkan ide-ide umum, berpikir dengan
cara yang tidak biasa, mencari ide-ide baru dan meningkatkan keterampilan berpikir.
Dengan latihan dan penelitian yang tepat, setiap orang berpeluang untuk dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kreatifnya dan menerapkannya dalam berbagai bidang
kehidupan.
Berpikir kreatif memiliki beberapa komponen utama, diantaranya :
a. Komponen Imajinasi

4
Tumanggor, Mike, Berfikir Kritis (Cara Jitu Menghadapi Tantangan Pembelajaran Abad 21), (Ponorogo:
Gracias Logis Kreatif, 2021), hlm. 13-17.
Imajinasi adalah kemampuan untuk membayangkan, memvisualisasikan, dan
menciptakan gambaran mental yang baru dan tidak terbatas. Hal ini melibatkan
melihat sesuatu melalui perspektif yang berbeda, membayangkan kemungkinan yang
baru dan membebaskan diri dari konvensi pemikiran terbatas.
b. Fleksibilitas Berpikir
Fleksibilitas berpikir melibatkan kemampuan melihat serta membandingkan dari
sudut pandang satu ke sudut pandang yang lain. Hal ini termasuk kedalam kategori
kemampuan melihat situasi dari berbagai sudut pandang, beradaptasi dengan
perubahan dan mencari pendekatan yang tidak biasa atau tidak konvensional.
c. Asosiasi
Asosiasi melibatkan penghubung ide atau konsep yang tampaknya tidak
berhubungan antara satu sama lain. Hal ini melibatkan penggabungan elemen yang
terpisah serta menciptakan hubungan baru serta berpotensi munculnya solusi kreatif.
Asosiasi dibuat melalui metafora, analogi atau kombinasi konsep yang tidak biasa.
d. Keberanian dan Ketekunan
Keberanian dan Ketekunan sangat diperlukan dalam pembentukan kemampuan
berpikir kreatif. Hal ini melibatkan kemauan untuk mengambil risiko, menghadapi
kebebasan, dan mempertahankan upaya dalam mengembangkan ide-ide baru.
e. Belajar dan Pengetahuan
Kemampuan Berpikir Kreatif juga membutuhkan dasar pengetahuan yang kuat.
Pembelajaran berkelanjutan serta pemahaman yang mendalam mengenai suatu
bidang yang relevan memungkinkan individu untuk menggabungkan pengetahuan
yang ada dengan cara baru dan inovatif. Keterbukaan terhadap pengetahuan baru
juga mampu merangsang pemikiran kreatif.
f. Ketelitian dan Refleksi
Ketelitian atau refleksi melibatkan analisis masalah atau situasi secara hati-hati,
mempertimbangkan alternatif dan melihat secara implisit ide-ide yang dihasilkan.
g. Kolaborasi dan Komunikasi
Kemampuan berkomunikasi dengan jelas dan efektif memungkinkan ide-ide kreatif
dapat dikomunikasikan dengan baik kepada orang lain dan bekerja sama untuk
menciptakan solusi yang inovatif.
Komponen diatas saling terkait dan saling mempengaruhi dalam pengembangan
berpikir kreatif. Dengan mengasah dan mengembangkan masing-masing komponen tersebut,
individu dapat meningkatkan kemampuannya dalam menghasilkan ide-ide kreatif serta
mampu menerapkannya dalam berbagai konteks.5

3. Kemampuan Memecahkan Masalah


Menurut Robert Mills Gagne, seorang Ahli Psikologi asal Amerika mengatakan
bahwasanya pemecahan masalah merupakan suatu bentuk keterampilan intelektual yang
paling kompleks berupaya kemampuan memecahkan masalah dan menghubungkan dengan
aturan-aturan yang sudah dimiliki atau yang sudah kita kenal. Pemecahan masalah
membutuhkan kerjasama tim, Kolaborasi efektif dan kreatif dari guru dan siswa untuk
melibatkan teknologi, dan menangani informasi yang sangat besar jumlahnya, dapat
mendefinisikan elemen yang terdapat pada pokok permasalahan, mengidentifikasi sumber
informasi dan strategi yang diperlukan dalam mengatasi masalah. Keterampilan pemecahan
masalah ini sangat berkaitan dan tidak dapat terpisahkan dengan kemampuan berpikir kritis
karena keterampilan berpikir krtisi merupakan keterampilan fundamental dalam
memecahkan masalah.
Sedangkan menurut Tawil & Liliasari, indikator kemampuan pemecahan masalah
sebagai berikut :
 Memahami masalah, yaitu masalah yang dihadapi harus dirumuskan, dibatasi dengan
teliti. Bila tidak, usaha yang dilakukan akan sia-sia.
 Mengumpulkan data, yaitu kalau masalah sudah jelas, maka dapat dilakukan
pengumpulan data atau informasi yang diperlukan.
 Merumuskan hipotesis yang bersumber dari keterangan-keterangan yang diperoleh
memungkinkan timbul suatu kemungkinan yang memberi harapan yang akan
membawa pemecahan masalah.
 Menilai hipotesis melalui berpikir dapat diperkirakan akibat suatu hipotesis. Kalau
ternyata hipotesis ini tidak akan memberikan hasil yang baik maka dapat dilakukan
langkah kedua.
 Mengadakan eksperimen/menguji hipotesis yaitu jika suatu hipotesis memberikan

5
Hakim, Alif Lukmanul, dkk, Keterampilan Pembelajaran Abad 21 Untuk Menuju SDM yang Unggul dan
Tangguh, (Indramayu: CV. Adanu Abimata, 2023), hlm 16-19.
harapan yang baik, maka dilakukan eksperimen, bila berhasil berarti masalah ini
terpecahkan. Tetapi jika tidak berhasil maka perlu dilakukan langkah kedua atau
ketiga.
 Menyimpulkan. Pada bagian ini dapat dicetuskan suatu prinsip atau hukum.6

4. Kemampuan Komunikasi
Komunikasi tidak lepas dari adanya interaksi antara dua pihak. Komunikasi
memerlukan seni, harus tahu dengan siapa berkomunikasi, kapan waktu yang tepat untuk
berkomunikasi, dan bagaimana cara berkomunikasi yang baik. Komunikasi bisa dilakukan
baik secara lisan, tulisan, atau melalui simbol yang dipahami oleh pihak-pihak yang
berkomunikasi.
Komunikasi dilakukan pada lingkungan yang beragam, mulai di rumah, sekolah, dan
masyarakat. Komunikasi bisa menjadi sarana untuk semakin merekatkan hubungan
antarmanusia, tetapi sebaliknya bisa menjadi sumber masalah ketika terjadi miskomunikasi
atau komunikasi kurang berjalan dengan baik. Penguasaan bahasa menjadi sangat penting
dalam berkomunikasi. Komunikasi yang berjalan.7
Kemampuan Komunikasi mencakup keterampilan dalam menyampaikan pemikiran
dengan jelas dan persuasif secara oral maupun tertulis, kemampuan menyampaikan opini
dengan jelas, menyampaikan perintah dengan jelas serta dapat memotivais orang lain
melalui kemampuan berbicara.8
Maka dari itu kegiatan pembelajaran merupakan sarana yang sangat strategis untuk
melatih dan meningkatkan kemampuan komunikasi siswa, baik komunikasi antara siswa
dengan guru, maupun komunikasi antarsesama siswa. Ketika siswa merespon penjelasan
guru, bertanya, menjawab pertanyaan, atau menyampaikan pendapat, hal tersebut adalah
merupakan sebuah komunikasi.

5. Kemampuan Kolaborasi

6
Irwansyah, Muhammad & Maghfiroh Perkasa, Scientific Approuch dalam Pembelajaran Abad 21,
(Pekalongan: PT. Nasya Expanding Management, 2022), hlm. 19-21.
7
Apandi, Idris & Mukhamad Ariep Baehaqi, Strategi Pembelajaran Aktif Abad 21 dan HOTS, (Yogyakarta:
Samudra Biru, 2018), hlm. 11-12.
8
ibid. hal 21-22.
Pembelajaran secara berkelompok, kooperatif melatih siswa untuk berkolaborasi dan
bekerja sama. Hal ini juga untuk menanamkan kemampuan bersosialisasi dan
mengendalikan ego serta emosi. Dengan demikian, melalui kolaborasi akan tercipta
kebersamaan, rasa memiliki, tanggung jawab, dan kepedulian antar anggota.
Sukses bukan hanya dimaknai sebagai sukses individu, tetapi juga sukses bersama,
karena pada dasarnya manusia di samping sebagai seorang individu, juga makhluk sosial.
Saat ini banyak orang yang cerdas secara intelektual, tetapi kurang mampu bekerja dalam
tim, kurang mampu mengendalikan emosi, dan memiliki ego yang tinggi. Hal ini tentunya
akan menghambat jalan menuju kesuksesannya, karena menurut hasil penelitian Harvard
University, kesuksesan seseorang ditentukan oleh 20% hard skill dan 80% soft skiil.
Kolaborasi merupakan gambaran seseorang yang memiliki soft skill yang matang.9
Sebagai contoh, alam proses pembelajaran diperguruan tinggi (PT) mahasiswa tidak
selalu mengerjakan tugas atau proyek sendirian, tetapi mahasiswa harus berkolaborasi juga
dengan mahasiswa lain. Misalnya dalam mempersentasikan tugas makalah mahasiswa harus
berkolaborasi dengan mahasiswa lain dalam satu kelas. Mahasiswa akan mendapat
pengalaman ketika berbeda pendapat, berhadapan dengan teman yang berbeda karakter,
budaya, kemampuan berpikir yang tidak sama dan lain-lain. Mahasiswa juga akan mendapat
pengalaman bagaimana bekerjasama untuk memecahkan masalah sehingga dapat mencapai
tujuan yang diinginkan. Proses tersebut yang menimpa mahasiswa menjadi pribadi yang
kuat dan dapat bekerjasama atau berkolaborasi.
F. Model Pembelajaran Abad 21 dalam Pembelajaran SKI MI/SD

Di sekolah formal, pembelajaran sudah dituntut untuk menerapkan kemampuan 4C


(Critical Thinking, Communiaction, Collaboration, Creativity), ini dapat terwujud cepat
tidak hanya tuntutan pada kinerja pendidik dalam mengubah metode mengajar, tetapi juga
peran dan tanggung jawab pendidik non formal dalam membiasakan peserta didik
menerapkan 4C dalam keseharian.10 Untuk mencapai kondisi belajar yang ideal, kualitas
pengajaran selalu terkait dengan penggunaan model pembelajaran secara optimal, ini berarti
bahwa untuk mencapai kualitas pengajaran yang tinggi setiap mata pelajaran harus

9
Loc. cit. hal 12.
10
Singgih Prihadi. Penguatan Ketrampilan Abad 21 Melalui Pembelajaran Mitigasi Bencana Banjir. Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Geografi FKIP UMP 2017, hal. 4550
diorganisasikan dengan model pengorganisasian yang tepat dan selanjutnya disampaikan
kepada siswa dengan model yang tepat pula. Keterampilan 4C wajib dikuasai dan dimiliki
oleh setiap peserta didik guna menghadapi tantangan abad 21.

Penerapan 4C dalam pembelajaran kurikulum 2013 jika benar-benar dilakukan di


sekolah akan memberikan dampak yang luar biasa bagi generasi penerus bangsa untuk
menghadapi tantangan hidup abad 21.

Disamping 4C, Kemdikbud juga meluncurkan program unggulan Gerakan Literasi


Sekolah sebagai upaya pemerintah menjadikan pendidikan berkualitas dengan meningkatkan
budaya literasi (membaca dan menulis) menurut Suragangga. Di Dalam Permendikbud
Nomor 23 Tahun 2015 telah menyadari pentingnya penumbuhan karakter peserta didik
melalui kebijakan membaca selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Kegiatan ini perlu
perhatian khusus untuk dilaksanakan secara rutin oleh warga sekolah. Walaupun terlihat
mudah, namun sulit dalam mengerjakannya karena kita harus melawan hawa nafsu yaitu rasa
malas membaca yang tertanam dalam masing-masing pribadi yang belum terbiasa. Namun,
jika kita sudah terbiasa melakukannya ini akan menjadi ringan dan kebiasaan baik untuk
membangun karakter anak bangsa yang multiliterat. Semua kalangan perlu bersinergi untuk
mensukseskan program pemerintah baik sekolah keluarga dan masyarakat.
Literasi merupakan proses kompleks yang melibatkan proses pembangunan
pengetahuan sebelumnya, budaya dan pengalaman untuk mengembangkan pengetahuan baru
dan pemahaman yang lebih mendalam menurut Yunus Abidin, dkk. 11 Sejalan dengan hal
tersebut konsep literasi juga mengalami perkembangan diantaranya yaitu penggunaan
berbagai media digital baik di kelas, sekolah, tempat tinggal maupun masyarakat. Kini istilah
literasi telah berkembang menjadi multiliterasi. Multiliterasi merupakan kemampuan
membaca, menulis puisi, membagi, melukis, menari, menulis novel ataupun kemampuan
berkontak dengan berbagai media yang memerlukan literasi menurut Kist.12 Dengan
demikian, literasi dipandang sebagai kegiatan yang bermakna dari berbagai media. Dalam
pandangan Cope dan Kalantzis, literasi merupakan elemen terpenting dalam proyek

11
Yunus Abidin, dkk. Pembelajaran Literasi. (Jakarta: Bumi Aksara, 2017)

W. Kist. New Literacies in Action: Teaching and Learning in Multiple Media. (New York: Teachers College,
12

Columbia University, 2005), hal. 12


pendidikan modern.13 Morocco menyatakan kompetensi belajar dan berkehidupan dalam
abad ke-21 ditandai dengan kompetensi pemahaman yang tinggi, kompetensi berpikir kritis,
kompetensi berkolaborasi dan berkomunikasi, serta kompetensi berpikir kreatif. 14 Sejalan
dengan uraian tersebut pembelajaran multiliterasi pada hakikatnya adalah pengembangan dan
penggunaan konsep kompetensi 4C.
Memasuki abad 21 penguasaan sains dan teknologi adalah kunci keberhasilan
generasi bangsa dalam menghadapi persaingan global. Sains adalah bagian dari pendidikan
sebagai wahana bagi peserta didik untuk menguasai secara kontekstual dan
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Rustaman berpendapat bahwa sains
berperan dalam membangun karakter masyarakat dan bangsa dikarenakan kemajuan
pengetahuan yang amat pesat, keampuhan proses yang dapat ditransfer pada bidang lain, dan
terkandung muatan nilai dan sikap di dalamnya. 15 Adapun literasi sains adalah bagaimana
pemahaman tentang sains menjadikan solusi dalam pengambilan setiap keputusan yang
dihadapi.
G. Karakteristik Pembelajaran Abad 21

Pembelajaran abad 21 dituntut berbasis teknologi untuk menyeimbangkan tuntutan


zaman era milenia dengan tujuan, nantinya peserta didik terbiasa dengan kecakapan hidup
abad 21. Abad ke-21 yang dikaitkan dengan era revolusi industri 4.0 memberikan pengaruh
luas bagi pendidikan. Guru sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah di sekolah-sekolah
menerapkan pembelajaran abad 21.16 Di sekolah formal, pembelajaran sudah dituntut untuk
menerapkan kemampuan 4C (Critical Thinking, Communiaction, Collaboration, Creativity),
ini dapat terwujud cepat tidak hanya tuntutan pada kinerja guru dalam mengubah metode
mengajar, tetapi juga peran dan tanggung jawab pendidik non formal dalam membiasakan
anak-anak menerapkan 4C dalam keseharian. Untuk mencapai kondisi belajar yang ideal,

Cope dan Kalantiz. Multiliteracies: Literacy Learning and The Design of Social Futures. (New York: Routledge,
13

Taylor, dan Francis Group, 2005)


14
Catherine Cobb Morocco, Supported Literacy fo Adolescents: Transforming Teaching and Content Learning for
The Twenty-First Century. (San Francisco: Jossey-Bass A Wiley Imprint, 2008)
15
N.Y. Rustaman. Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah dalam Pendidikan Sains dan Asesmennya. Proceeding of the
First International on Science Education. (Bandung: Sps UPI, 2007)
16
Teguh Yunianto, Suyadi Suyadi, and Suherman Suherman. “Pembelajaran abad 21: Pengaruhnya terhadap pembentukan
karakter akhlak melalui pembelajaran STAD dan PBL dalam kurikulum 2013.” Premiere Educandum, Jurnal Pendidikan Dasar
dan Pembelajaran, 10 (2), 2020, hal. 203.
kualitas pengajaran selalu terkait dengan penggunaan model pembelajaran secara optimal, ini
berarti bahwa untuk mencapai kualitas pengajaran yang tinggi setiap mata pelajaran harus
diorganisasikan dengan model pengorganisasian yang tepat dan selanjutnya disampaikan
kepada siswa dengan model yang tepat pula. Keterampilan 4C wajib dikuasai dan dimiliki
oleh setiap peserta didik guna menghadapi tantangan abad 21.

Pembelajaran di abad 21 harus dapat mempersiapkan generasi manusiaIndonesia


menyongsong kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dalam kehidupan
bermasyarakat. Pembelajaran abad 21 sebenarnya adalah implikasi dari perkembangan
masyarakat dari masa ke masa. Guru sebagai fasilitator, motivator dan inspirator. Saat ini
perkembangan digital sudah demikian maju, gurubukan satu-satunya sumber informasi untuk
belajar .Oleh karena itu guru harus bisa menjadi fasilitator dan motivator bagi muridnya
untuk mencari dan memanfaatkan sumber belajar melalui kemajuan digital. Hal ini sekaligus
sebagai inspirator untuk murid-muridnya agar lebih giat belajar dan menemukan sumber
informasi melalui teknologi yang berkembang. Berikut karakteristik guru pada Abad 21.

1. Minat baca guru harus tinggi. Dapat dibayangkan kalau minat baca guru rendah, apa jadi
nya? Pastilah pengetahuan guru akan stagnan dan terlampaui oleh pengetahuan siswanya
Implikasi yang terjadi adalah kewibawaan guru merosot dimata siswanya.
2. Guru harus memiliki kemampuan menulis karya ilmiah. Disamping minat baca guru
harus tinggi, guru dituntut juga memiliki kemampuan menulis karya ilmiah. Sebab guru
dalam tugasnya akan selalu memberikan macam-acam tugas kepada siswanya. Beberapa
penugasan yang diwajibkan guru kepada siswanya antara lain adalah mereviu buku,
artikel jurnal, membuat karangan pendek dan lain-lain. Hal ini semua menuntut guru
harus mahir menulis.
3. Guru harus kreatif dan inovatif mempraktekkan model-model pembelajaran. Tuntutan
embelajaran abad 21 mengharuskan guru kreatif dan inovatif mempraktekkan model-
model pembelajaran yang dapat mengkonstruksi pengetahuan siswanya. Kombinasi
antara model pembelajaran dan penggunaan teknologi digital akan menimbulkan
kreativitas dan inovasi siswa.
4. Guru mampu bertransformasi secara kultural. Pandangan “teacher centered” pada kultur
pembelajaran sebelumnya harus dapat bertransformasi ke arah “student centerd”. Jadikan
siswa sebagai subyek belajar yang dapat berkembang dan mengkonstruksi
pengetahuannya secara maksimal.

Standar Teknologi Pendidikan Nasional untuk Siswa (National Educational


Tegnology Standarts for Students/NETS-S) mengemukakan Ada 6 keterampilan penting
yang harus dimiliki siswa dan diajarkan oleh guru di sekolah. Keterampilan-keterampilan
tersebut adalah:

1. Kreativitas dan inovasi


2. Komunikasi dan kolaborasi
3. Penelitian dan kelancaran informasi
4. Berpikir kritis, pemecahan masalah dan pembuatan keputusan
5. Kewarganegaraan digital
6. Operasi teknologi dan konsep

Sedangkan menurut Redhana Karakteristik pembelajaran abad 21 dalam berbagai


konteks yakni :

1. Pemecahan Masalah

Memecahkan berbagai jenis masalah yang tidak biasa dengan cara konvensional
dan inovatif, mengidentifikasi dan mengajukan pertanyaan penting yang memperjelas
berbagai sudut pandang dan menghasilkan solusi yang lebih baik.

2. Komunikasi dan Kolaborasi

Mengartikulasikan pemikiran dan gagasan secara efektif menggunakan


keterampilan komunikasi lisan, tertulis, dan nonverbal dalam berbagai bentuk dan
konteks, mendengarkan secara efektif untuk menguraikan makna, termasuk
pengetahuan, nilai, sikap, dan niat, menggunakan komunikasi untuk berbagai tujuan
(misalnya untuk menginformasikan, menginstruksikan, memotivasi, dan membujuk),
memanfaatkan berbagai media dan teknologi, dan mengetahui bagaimana menilai
efektivitasnya sebagai prioritas serta menilai dmpaknya, berkomunikasi secara efektif
dalam lingkungan yang beragam (termasuk multi-bahasa), berkolaborasi dengan orang
lain, menunjukkan kemampuan untuk bekerja secara efektif dan penuh hormat dengan
tim yang beragam, kepedulian untuk membantu dalam membuat kompromi untuk
mencapai tujuan bersama, mengemban tanggung jawab bersama untuk kerja kolaboratif,
dan menghargai kontribusi individu yang dibuat oleh setiap anggota tim.

3. Keterampilan Informasi, Media, dan Teknologi

Akses ke informasi yang berlimpah,perubahan pesat dalam perangkat teknologi,


dan kemampuan untuk berkolaborasi dan memberikan kontribusi individu dalam skala
yang belum pernah terjadi sebelumnya. Untuk bersaing dan bertahan pada masa
sekarang ini, maka setiap orang harus memiliki kemampuan atau keterampilan berpikir
fungsional dan kritis yang terkait dengan informasi, media, dan teknologi.

4. Menggunakan dan Mengelola Informasi

Mengunakan informasi secara akurat dan kreatif untuk masalah atau masalah
yang dihadapi, engelola arus informasi dari berbagai sumber dan menerapkan
pemahaman mendasar tentang masalah etika seputar akses dan penggunaan informasi.

5. Analisis Media

Memahami bagaimana dan mengapa pesan media dibuat, dan untuk tujuan apa,
memeriksa bagaimana individu menafsirkan pesan secara berbeda, bagaimana nilai dan
sudut pandang disertakan atau dikecualikan, dan bagaimana media dapat mempengaruhi
keyakinan.

6. Membuat Produk Media

Memahami dan memanfaatkan alat, karakteristik, dan konvensi pembuatan media


yang paling tepat, mengetahui secara efektif ekspresi dan interpretasi dalam keragaman,
lingkungan pada berbagai multi-budaya dan melek TIK.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
Kami selaku pembuat makalah menyadari masih jauh dari sempurna dan tentunya
banyak sekali kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Hal ini disebabkan karena masih
terbatasnya kemampuan kami. Oleh karena itu, kami selaku pembuat makalah ini sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Kami juga mengharapkan
makalah ini sangat bermanfaat untuk kami khususnya pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Alif Lukmanul Hakim, R. P. (2023). Keterampilan Pembelajaran Abad 21 Untuk Menuju SDM
yang Unggul dan Tangguh. Indramayu: CV. Adanu Abimata.

Baehaqi, I. A. (2018). Strategi Pembelajaran Aktif Abad 21 dan HOTS. Yogyakarta: Samudra
Biru.

Perkasa, M. I. (2022). Scientific Approach dalam Pembelajaran Abad 21. Pekalongan: PT.
Nasya Expanding Management.

Rachmadyanti, P. (2017). Penguatan pendidikan karakter bagi siswa sekolah dasar melalui
kearifan lokal. JPsd (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar), 3(2), 201-214.

Tumanggor, M. (2021). Berfikir Kritis (Cara Jitu Menghadapi Tantangan Pembelajaran Abad
21). Ponorogo: Gracias Logis Kreatif.

Cope, dan Kalantiz. 2005. Multiliteracies: Literacy Learning and The Design of Social Futures.
New York: Routledge, Taylor, dan Francis Group.

Greenstein, Laura. 2012. Assessing 21st Century Skills:a guide to evaluating mastery and
authentic learning. London: Sage Publications.

Kist, W. 2005. New Literacies in Action: Teaching and Learning in Multiple Media. New York:
Teachers College, Columbia University.

Morocco, Catherine Cobb. 2008. Supported Literacy fo Adolescents: Transforming Teaching and
Content Learning for The Twenty-First Century. San Francisco: Jossey-Bass A Wiley
Imprint.

Prihadi, Singgih. 2017. "Penguatan Ketrampilan Abad 21 Melalui Pembelajaran Mitigasi


Bencana Banjir." Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi FKIP UMP.
Purwokerto: FKIP UMP. 4550.

Rustaman, N.Y. 2007. "Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah dalam Pendidikan Sains dan
Asesmennya." Proceeding of the First International on Science Education. Bandung: Sps
UPI.

Teguh Yunianto, Suyadi Suyadi, and Suherman. 2020. "Pembelajaran abad 21: Pengaruhnya
terhadap pembentukan karakter akhlak melalui pembelajaran STAD dan PBL dalam
kurikulum 2013." Premiere Educandum, Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran
203.

Yunus Abidin, dkk. 2017. Pembelajaran Literasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai