Disusun Oleh :
KELAS B
PEKALONGAN
2022
KATA PENGANTAR
Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Kajian
Kurikulum. Dalam penulisan makalah ini, tidak lupa penulis mengucapkan
terima kasih kepada ibu Aan Fadia Annur, M. Pd. selaku dosen pengampu
mata kuliah Kajian Kurikulum atas tugas yang telah diberikan sehingga
dapat memperkuat pengetahuan penulis terkait dengan materi dan semua
pihak yang ikut berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ............................................................................. 6
B. Saran ....................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak kurikulum dipakai dalam dunia pendidikan yang
intinya dapat membentuk perilaku anak didik, sehingga kurikulum
selalu terkait dengan pendidikan pada tingkat Pra Sekolah, Dasar,
Menengah maupun Tinggi. Begitu juga halnya, kurikulum bagi
Sekolah Luar Biasa (SLB) tidak terlepas dari kurikulum yang
menaunginya. Sekolah Luar Biasa (SLB) dan sekolah formal
lainnya, pasti sama dalam tujuan dalam kurikulumnya, yakni sama-
sama untuk membentuk perilaku anak didik. Begitu pula, Sekolah
Luar Biasa (SLB) dan sekolah formal, tingkat kurikulumnya sama
saja, tetapi disisi lain perbedaanya pasti ada, yakni pada evaluasinya.
Perbedaan yang ada, bukanlah menjadi kesenjangan tetapi
seharusnya dapat menciptakan kebersamaan. Oleh karena itu,
pendidikan pada dasarnya adalah untuk mengajarkan pendidikan
yang positif kepada anak, sehingga anak yang normal ataupun anak
berkebutuhan khusus, sama saja dalam hal tujuan pendidikannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)?
2. Apa saja struktur kurikulum merdeka pada SLB?
3. Apa saja Prinsip Pembelajaran Kurikulum Sekolah Luar Biasa
(SLB)?
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Marani, A. Kurikulum Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Jurnal Studia Insania, 5(2).
2017, hal. 105.
2
B. Struktur Kurikulum Merdeka pada Sekolah Luar Biasa (SLB)
Struktur kurikulum SLB didasarkan pada struktur sekolah
umum (SD, SMP, dan SMA), dengan menyesuaikan kebutuhan anak
berkebutuhan khusus, yaitu keterampilan fungsional dan mata
pelajaran penunjang kebutuhan tersebut. Dibandingkan dengan
kurikulum 2013, tidak ada perubahan yang signifikan dalam jumlah
jam pelajaran. Beban belajar per-minggu bisa ditambah sesuai
kebutuhan belajar murid dan/atau kebutuhan akademik, sosial,
budaya, dan faktor lain yang dianggap penting.
2
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan teknologi. (online). Penyesuaian
Struktur Kurikulum SLB. (https://guru.kemdikbud.go.id/slb/. Diakses 20 November 2022).
3
Pembedanya adalah penekanan jam pelajaran beberapa mata
pelajaran yang dianggap relevan dengan penyiapan keterampilan
fungsional anak dan adanya program kebutuhan khusus.
Prinsip keperagaan
Anak berkebutuhan khusus ada yang memiliki kecerdasan di
bawah jauh rata-rata. Keadaan ini berakibat anak mengalami
kesulitan dalam menangkap informasi, ia memiliki keterbatasan
daya tangkap pada hal-hal yang konkret, ia mengalami kesulitan
dalam menangkap hal-hal yang abstrak. Untuk itu, guru dalam
mengajarkan anak hendaknya menggunakan alat peraga yang
memadai agar anak terbantu dalam menangkap pesan. Alat-alat
peraga hendaknya disesuaikan dengan bahan, suasana, dan
perkembangan anak.
4
dipelajari. Keterpaduan dan keserasian antar ranah yang
dirancang dan dikembangkan secara komprehensif oleh guru
dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran mendorong
terbentuknya kepribadian yang utuh pada diri anak.Untuk itu,
guru menciptakan media yang tepat untuk mengembangkan
ketiga ranah tersebut.
Penguatan
Pemberian penguatan yang tepat berupa pujian, atau
penghargaan yang lain terhadap munculnya perilaku yang
dikehendaki pada anak akan membantu terbentuknya perilaku.
Pujian yang diberikan padanya akan memiliki arti tersendiri
dalam pencapaian usaha keberhasilan. Secara psikologis akan
memberikan penghargaan pada diri subjek didik, bahwa dirinya
mampu berbuat. Penghargaan ini akan memberikan motivasi
pada diri mereka. Bila ini terjadi, anak akan berusaha untuk
menampilkan prestasi lain. 3
3
Kustawan, D. (2012). Pendidikan Inklusi dan Upaya Implementasinya. Jakarta: PT. Luxima
Metro MediaPP No. 17 Tahun 2010 Pasal 129 ayat (3)Pasal 130 (1) PP No. 17 Tahun 2010.
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki
keterbatasan fisik, intelektual, emosi, dan sosial. Di dunia
pendidikan anak berkebutuhan khusus di klasifikasikan atas
beberapa kelompok, yaitu: anak tunanetra, anak tunarungu, anak
tunagrahita, anak tunadaksa, dan anak autisme. Beberapa prinsip
dasar dalam layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
pada umumnya yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan
pendidikan. Prinsip dasar tersebut menurut Musjafak Assjari (1995)
adalah sebagai berikut :
Prinsip kasih sayang
Prinsip keperagaan
Keterpaduan dan keserasian
Pengembangan minat dan bakat
Kemampuan anak
Pembiasaan
Latihan
Pengulangan
Penguatan
B. Saran
Demikianlah pokok pembahasan ini yang dapat penulis
paparkan. Besar harapan penulis, makalah ini dapat memberikan
manfaat yang besar kepada para pembaca. Karena segala
keterbatasan yang ada, penulis menyadari makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Untuk itu, saran yang membangun sangat
diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi.
6
DAFTAR PUSTAKA