Disusun Oleh :
Dengan menyebut nama Allah Swt yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Konsep Peserta Didik dalam Pendidikan ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini dan juga terima kasih kepada Ibu Aan
Fadia Annur, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Pendidikan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Masalah.............................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Simpulan.....................................................................................................15
B. Saran............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
2
C. Tujuan Masalah
PEMBAHASAN
a. Muta'allim
Muta'allim adalah orang yang sedang diajar atau orang yang sedang belajar.
Muta'allim erat kaitannya dengan mu'allim karena mu'allim adalah orang yang
mengajar, sedangkan muta'allim adalah orang yang diajar Kewajiban menuntut
ilmu atau belajar sesuai dengan dengan firman Allah swt. yang artinya: "Dan
bertanyalah kepada orang-orang yg berilmu jika kalian tdk mengetahui." Dan
Sabda Rasulullah Saw "Menuntut ilmu adalah wajib bagi laki-laki dan
perempuan.
b. Mutarabbi
Mutarabbi adalah orang yang dididik dan orang yang diasuh dan orang yang
dipelihara. Defenisi Mutarabbi adalah lawan dari defenisi murabbi yaitu pendidik,
pengasuh. Sedangkan mutarabbi adalah yang dididik dan diasuh.
c. Muta'addib
Muta'addib adalah orang yang yang diberi tata cara sopan santun atau orang
yang dididik untuk menjadi orang yang baik dan berbudi. Muta'addib juga berasal
3
4
dari muaddib yang artinya mendidik dalam hal tingkah laku peserta didik. Jadi,
mutaaddib adalah orang yang diberi pendidikan tentang tingkah laku.1
Anak didik adalah sasaran pendidikan. Pihak yang dididik, diarahkan,
dipimpin dan diberi anjuran-anjuran norma norma dan bermacam-macam llmu
pengetahuan dan keterampilan atau dikatakan juga pihak yang dihumanisasikan.
Anak adalah orang yang senantiasa mengalami perkembangan sejak terciptanya
sampai meninggal. Adapun perkembangan itu sendiri adalah perubahan yang terus
menerus yang menyangkut diri anak. Dalam hal ini hendaklah selalu memberikan
bimbingan secara terartur memberikan perlindungan dan harus sabar serta tekun
dan juga memberikan bimbingan sesuai dengan perkembangan yang sedang
dialami oleh anak.2
1
Salminawati, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Perdana Muliana Sarana, 2011), h.
139-140
2
Ashari, Hafi, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 85
5
Etika peserta didik adalah sesuatu yang harus dipenuhi dalam proses
pendidikan. Dalam etika peserta didik, peserta didik memiliki kewajiban yang
harus dilaksanakan oleh peserta didik. Dalam buku yang ditulis oleh Rama yulis ,
menurut Al-Ghozali ada sebelas kewajiban peserta didik yaitu :
1. Belajar dengan niat ibadah dengan rangka taqorrub kepada Allah Swt,
sehinga dalam kehoidupan sehari-hari anak didik dituntut untuk
mensucikan jiwanya dari akhlak yang rendah dan watak yang tercelah.
2. Mengurangi kecenderungan pada duniawi daripada masalah ukhrowi.
3. Bersikap tawadhu’ dengan cara meninggalkan kepetingan pribadi untuk
kepentingan pendidikannya.
3
Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami (Bandung: Cipta Pustaka Media Perintis,
2008), h. 153-154
6
(1) kebutuhan taraf dasar (basic needs) yang meliputi kebutuhan fisik rasa aman
dan terjamin, cinta dan ikut memiliki (sosial), dan harga diri; dan (2)
metakebutuhan (meta needs), meliputi apa saja yang terkandung dalam aktualisasi
diri, seperti keadilan, kebaikan, keindahan, keteraturan, kesatuan, dan lain
sebagainya. Pemenuhan kebutuhan manusia memiliki tingkat kesulitan yang
hierarkis. Kebutuhan yang berada pada hierarki paling bawah akan mudah dicapai
oleh semua manusia, namun kebutuhan yang berada pada hierarki paling atas
tidak semua dicapai oleh manusia. Pe menuhan kebutuhan yang dapat
mengakibatkan kepuasan hidup adalah pemenuhan metakebutuhan, sebab
pemenuhan kebutuhan ini untuk pertumbuhan yang timbulnya dari luar diri
(eksternal) Sedangkan, pemenuhan kebutuhan dasar hanya diakibatka kurangan
yang berasal dari dalam diri (internal Sekalipun demikian, masih ada kebutuhan
lain yang tidak terjangkau kelima hierarki kebutuhan itu, yaitu kebutuhan akan
transendensi kepada Than. Individu yang melakukan ibadah sesungguhnya tidak
dapat di jelaskan dengan kelima hierarki kebutuhan tersebut, sebab akhir dari
aktivitasnya hanyalah keikhlasan dan ridha dari Allah Swt.
Kelima, peserta didik merupakan subjek dan objek sekaligus dalam pendidikan
yang dimungkinkan dapat aktif, kreatif, serta produktif. Setiap peserta didik
memiliki aktivitas sendiri (swadaya) dan kreatifitas sendiri (daya cipta), sehingga
dalam pendidikan tidak memandang anak sebagai objek pasif yang bisanya hanya
menerima, mendengarkan saja.
4
Suyanto, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Karisma Putra Utama, 2010), h. 104-106
9
5
Syafaruddin, dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2016), h. 47-48
10
menyerah, memiliki motivasi yang tinggi, sabar, tabah tidak mudah putus asa, dan
lain sebagainya.
Berkenaan dengan sifat ideal di atas, Imam al-Ghazali, sebagaimana dikutip
Fatahiyah asan Sulaiman, merumuskan sifat-sifat yang patut dan harus dimiliki
peserta didik diantaranya yaitu:
a. Belajar dengan niat ibadah dalam taqarrub ila Allah. Konsekuensi dari
sikap ini, peserta didik akan senantiasa dunia mensucikan diri dengan
akhlaq al karimahdalam kehidupan sehari-harinya, serta berupaya
meninggalkan watak dan akhlak yang rendah (tercela) sebagai refleksi atas
Q.S. Al- Anaam/6:162 dan Adz Dzaariyaat/5 1:56.
b. Mengurangi kecederungan pada kehidupan duniawi hidup dibanding
ukhrawi atau sebaliknya. Sifat yang ideal adalah manus menjadikan kedua
dimensi kehidupan (dunia akhirat sebagai alat yang integral untuk
melaksanakan amanat-Nya, baik secara vertikal maupun horizontal.
c. Bersikap tawadhu (rendah hati).
d. Menjaga pikiran dari berbagai pertentangan yang timbul dari berbagai
aliran. Dengan pendekatan ini, peserta didik akan melihat berbagai
pertentangan dan perbedaan pendapat sebagai sebuah dinamika yang
bermanfaat untuk me numbuhkan wacana intelektual, bukan sarana saling
menuding dan mengganggap diri paling benar.
e. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik ilmu umum ama maupun agama.
f. Belajar secara bertahap atau berjenjang dengan memulai ift ide pelajaran
yang mudah (konkrit) menuju pelajaran yang sulit (abstrak); atau dari ilmu
yang fardhu ain menuju ilmu yang fardhu kifayah (Q.S. Al Fathl48:19)
g. Mempelajari suatu ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu
yang lainnya. Dengan cara ini, peserta didik akan memiliki spesifikasi
ilmu pengetahuan secara mendalam.
h. Memahami nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari
rrubiali.
i. Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.
11
Kedua, seorang peserta didik harus menghilangkan segala hal yang dapat
merintangi usahanya untuk menyempurnakan ijtihadnya dalam mendapat ilmu
dan selalu ridha dalammenerima kekurangan dalam hal pangan dan bersabar atas
kesulitan hidup. Pernyataan Imam al-Nawawi dipertegasnya dengan mengutip
pernyataan Imam syafi’i, “janganlah dianggap orang sukses dalam menuntut
ilmu itu jika orang tersebut memiliki fasilitas dan prestise yang tinggi tetapi yang
disebut orang sukses dalam menuntut ilmu itu adalah orang yang mencari ilmu
dengan mengarahkan segala kemampuannya serta hidup dalam kesulitan dan
mengikuti kehidupan para ulama. Ilmu itu tidak dapat diperoleh kecuali dengan
sabar dan kesusahan.”
6
Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 52-53
12
Siswa dipandang sebagai anak yang aktif, bukan pasif yang hanya menanti
guru untuk memenuhi ortaknya dengan berbagai informasi. Siswa adalah anak
yang dinamis yang secara alami ingin belajar, dan akan belajar apabila mereka
tidak merasa putus asa dalam pelajarannya yang diterima dari orang yang
berwenang atau dewasa yang melaksanakan kehendak dan tujuannya kepada
mereka. Dalam hal ini, Dewey menyebutkan bahwa anak itu sudah memiliki
potensi aktif. Membicarakan pendidikan berarti membicarakan aktifitasnya, dan
pemberian pembimbingan padanya. Seimbang dengan kewajiban pendidikan
untuk menyampaikan ajaran Islam, peserta didik harus menuntut ilmu, membaca
dengan nama Allah Swt. Orang yang beriman dan berilmu pengetahuan akan
ditingfikan derajatnya oleh Allah Swt, sedangkan orang yang tidak memanfaatkan
karuia dari Allah Sw berupa panca indra dan kalbu atau otak untuk berfikir, ibarat
binatang ternak, bahkan lebih sesasat lagi.
7
Asrul Daulay & Ja’far, Falsafah Pendidikan Islam (Medan: Perdana Publishing, 2016),
h. 158
13
Peserta didik dalam pandangan islam diarahkan pada sifat aktif, bukan
pasif. Islam menganjurkan peserta didik untruk belajar agama, ilmu jiwa dan ilmu
alam dan tentang manusia serta alam. Semua itu sebagai bukti bahwa peserta didik
dalam konsep islami haruslah aktif dan dinamis dalam berfikir, belajar,
menerangkan, meneliti, mencoba, menemukan, mengamalkan, dan
menyebarluaskan aktivitasnya.
Dan sebagai sarana formal dari tiga komponen atau unsure dalam sistem
pendidikan islam tersebut dalam melibatkan unsur sekolah.8
Di Negara-negara Timur Tengah sejak dahulu kala guru itu dihormati oleh
peserta didik. Orang india dahulu, mengangap guru itun sebagai orang suci dan
sakti. Agama islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu pengetahuan
(guru/ulama), sehinga hanya mereka sajalah yang pantas mencapai taraf
ketinggian dan keutuhan hidup. 9
8
Asegaf, Rahmat. Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011),
h. 113-114
9
Zakiah Darajat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 39-40
10
Ramayulis, Pemikiran Ilmu Pendidikan Islam Ibn Khaldun (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2012), h.108
14
11
http://m.merdeka.com/dunia/ini-kisah-kisah-pejuang-anak-sekolah-paling-haru-sedunia.html
pukul 20:30 tanggal 22-03-2020
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
15
16
B. Saran
Asrul Daulay & Ja’far. 2016. Falsafah Pendidikan Islam, Medan: Perdana
Publishing
Zakiah Darajat, dkk. 2000. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
http://m.merdeka.com/dunia/ini-kisah-kisah-pejuang-anak-sekolah-paling-
haru-sedunia.html pukul 20:30 tanggal 22-03-2020
17