Anda di halaman 1dari 21

KONSEP PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Ilmu Pendidikan

Dosen Pengampu : Aan Fadia Annur, M.Pd.

Disusun Oleh :

Abdul Latif (2319065)


Mar’atus Salamah (2319013)
Alfi Noer Faddhilah (2319137)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Swt yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Konsep Peserta Didik dalam Pendidikan ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini dan juga terima kasih kepada Ibu Aan
Fadia Annur, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Pendidikan.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,

Pekalongan, 20 Maret 2020

   
                                                                                              Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan Masalah.............................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

A. Pengertian Peserta Didik...............................................................................3

B. Tugas Dan Tangung Jawab Peserta Didik....................................................4

C. Etika Peserta Didik Dalam Islam..................................................................5

D. Paradigma Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam......................................6

E. Aspek-aspek Peserta Didik...........................................................................9

F. Sifat-sifat Ideal Peserta Didik.......................................................................9

G. Etika Personal Peserta Didik...................................................................11

H. Unsur-unsur Peserta Didik......................................................................12

I. Contoh riil anak didik yang kekinian dan inspiratif....................................13

BAB III PENUTUP...............................................................................................15

A. Simpulan.....................................................................................................15

B. Saran............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.


Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi
manusia. Disisi lain proses perkembangan dan pendidikan manusia tidak hanya
terjadi dan dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ada dalam sistem
pendidikan formal sekolah saja. Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat
pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Dengan kata lain proses
perkembangan pendidikan manusia untuk mencapai hasil yang maksimal tidak
hanya tergantung tentang bagaimana sistem pendidikan formal dijalankan.
Namun juga tergantung pada lingkungan pendidikan yang berada diluar
lingkungan formal.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini antara lain :

1. Apa itu peserta didik ?


2. Apa itu definisi peserta didik dalam pendidikan Islam ?
3. Bagaimana tugas, kedudukan, dan kewajiban peserta didik?
4. Apa saja kebutuhan-kebutuhan peserta didik ?
5. Apa sajakah karakter peserta didik ?
6. Apa sajakah sifat-sifat dan kode etik peserta didik dalam pendidikan
Islam ?
7. Apa sajakah contoh rill peserta didik yang inspiratif?

1
2

C. Tujuan Masalah

Adapun tujuan dari makalah ini adalah:


1. Mengetahui Pengertian Peserta Didik
2. Mengetahui Pengertian Peserta Didik Islam
3. Mengetahui Kebutuhan Peserta Didik
4. Mengetahui Karakter Peserta Didik
5. Mengetahui Sifat-sifat dan kode etik peserta didik dalam pendidikan
Islam .
6. Mengetahui contoh rill peserta didik yang inspiratif
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Peserta Didik

Dalam paradigma Pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang


belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih
perlu dikembangkan. Disini, peserta didik merupakan makhluk Allah yang
memiliki fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan
baik bentuk, ukuran, maupun perimbangan pada bagian-bagian lainnya. Dari segi
ruhaniah, ia memiliki bakat, memiliki kehendak, perasaan, dan pikiran yang
dinamis dan perlu dikembangkan. Barikut ini akan diuraikan pengertian peserta
didik dari sudut pandang Pendidikan Islam, yaitu: 

a. Muta'allim

Muta'allim adalah orang yang sedang diajar atau orang yang sedang belajar.
Muta'allim erat kaitannya dengan mu'allim karena mu'allim adalah orang yang
mengajar, sedangkan muta'allim adalah orang yang diajar Kewajiban menuntut
ilmu atau belajar sesuai dengan dengan firman Allah swt. yang artinya: "Dan
bertanyalah kepada orang-orang yg berilmu jika kalian tdk mengetahui." Dan
Sabda Rasulullah Saw "Menuntut ilmu adalah wajib bagi laki-laki dan
perempuan.

b. Mutarabbi
Mutarabbi adalah orang yang dididik dan orang yang diasuh dan orang yang
dipelihara. Defenisi Mutarabbi adalah lawan dari defenisi murabbi yaitu pendidik,
pengasuh. Sedangkan mutarabbi adalah yang dididik dan diasuh.
c. Muta'addib
Muta'addib adalah orang yang yang diberi tata cara sopan santun atau orang
yang dididik untuk menjadi orang yang baik dan berbudi. Muta'addib juga berasal

3
4

dari muaddib yang artinya mendidik dalam hal tingkah laku peserta didik. Jadi,
mutaaddib adalah orang yang diberi pendidikan tentang tingkah laku.1
Anak didik adalah sasaran pendidikan. Pihak yang dididik, diarahkan,
dipimpin dan diberi anjuran-anjuran norma norma dan bermacam-macam llmu
pengetahuan dan keterampilan atau dikatakan juga pihak yang dihumanisasikan.
Anak adalah orang yang senantiasa mengalami perkembangan sejak terciptanya
sampai meninggal. Adapun perkembangan itu sendiri adalah perubahan yang terus
menerus yang menyangkut diri anak. Dalam hal ini hendaklah selalu memberikan
bimbingan secara terartur memberikan perlindungan dan harus sabar serta tekun
dan juga memberikan bimbingan sesuai dengan perkembangan yang sedang
dialami oleh anak.2

B. Tugas Dan Tangung Jawab Peserta Didik


Athiyah al-Abrasyis mengemukakan bahwa kewajiban-kewajiban yang harus
senantiasa dilakukan peserta didik adalah: 
1. Sebelum memulai aktivitas pembelajaran, peserta didik harus terlebih
dahulu membersihkan hatinya dari sifat yang buruk, karena belajar-
mengajar itu merupakan ibadah dan ibadah harus dilakukan dengan hati
yang bersih. 
2. Peserta didik belajar harus dengan maksud mengisi jiwanya dengan
berbagai keutamaan untuk mendekatkan diri kepada Allah. 
3. Bersedia mencari ilmu ke berbagai tempat yang jauh sekalipun, meskipun
harus meninggalkan keluarga dan tanah air.
4. Tidak terlalu sering menukar guru, dan hendaklah berpikir panjang
sebelum menukar guru 
5. Hendaklah menghormati guru, memuliakan, dan mengagung- kannya
karena Allah serta berupaya menyenangkan hatinya dengan cara yang
baik 

1
Salminawati, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Perdana Muliana Sarana, 2011), h.
139-140
2
Ashari, Hafi, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 85
5

6. Jangan merepotkan guru, jangan berjalan di hadapannya jangan duduk di


tempat duduknya, dan jangan mulai bicara sebelum diizinkan guru. 
7. Jangan membukakan rahasia kepada guru atau meminta guru
membukakan rahasia, dan jangan pula menipunya.
8. Bersungguh-sungguh dan tekun dalam belajar. 
9. Saling bersaudara dan mencintai antara sesama peserta di 
10. Peserta didik haus terlebih dahulu memberi salam kepada guru dan
mengurangi percakapan di hadapan gurunya. 
11. Peserta didik hendaknya senantiasa mengulangi pelajaran, baik di waktu
senja dan menjelang subuh atau di antara waktu Isya' dan makan sahur. 
12. Bertekad untuk belajar seumur hidup. 3

C. Etika Peserta Didik Dalam Islam

Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi perkembangan manusia.


Etika memberikan orientasi pada manusia bagaimana seseorang menjalani hidup
ini. Etika dapat diterapkan pada segala aspek atau sisi kehidupan kita, sehinga
etika dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai etika manusianya.

Etika peserta didik adalah sesuatu yang harus dipenuhi dalam proses
pendidikan. Dalam etika peserta didik, peserta didik memiliki kewajiban yang
harus dilaksanakan oleh peserta didik. Dalam buku yang ditulis oleh Rama yulis ,
menurut Al-Ghozali ada sebelas kewajiban peserta didik yaitu :

1. Belajar dengan niat ibadah dengan rangka taqorrub kepada Allah Swt,
sehinga dalam kehoidupan sehari-hari anak didik dituntut untuk
mensucikan jiwanya dari akhlak yang rendah dan watak yang tercelah.
2. Mengurangi kecenderungan pada duniawi daripada masalah ukhrowi.
3. Bersikap tawadhu’ dengan cara meninggalkan kepetingan pribadi untuk
kepentingan pendidikannya.
3
Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami (Bandung: Cipta Pustaka Media Perintis,
2008), h. 153-154
6

4. Menjaga pikiran dan pertantangan yang timbul dari berbagai aliran


5. Belajar dengan carabertahap dengan cara memulai pelajaran yang mudah
menuju pelajaran yang sukar.
6. Belajar ilmu sampai tuntas sam[ai pada kemudian hari beralih pada ilmu
yang lainnya, sehinga anak didik memiliki spesifikasi ilmu pengetahuan
secara mendalam.
7. Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari.
8. Memperioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi
9. Mengenal nilai-nilai prakmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, yaitu ilmu
yang dapat bermanfaat dalam kehidupan dunia akhirat.
10. Anak didik harus tunduk pada nasihat pendidik.
11. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik untuk ukhrowi maupun untuk
duniawi.
D. Paradigma Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam

Dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik harus sedapat mungkin


memahami hakikat peserta didiknya sebagai subjek dan objek pendidikan.
Kesalahan dalam memahami hakikat peserta didik menjadikan kegagalan dalam
proses pendidikan. Beberapa hal yang perlu dipahami mengenai karakteristik
peserta didik adalah:

Pertama, peserta didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia


sendiri, sehingga metode belajar mengajar trdak boleh disamakan dengan orang
dewasa. Orang dewasa tidak patut meng- eksploitasi dunia peserta didik, dengan
mematuhi segala aturan dan keinginannya, sehingga peserta didik kehilangan
dunianya Peserta didik yang kehilangan dunianya, maka menjadikan ke hampaan
hidup di kemudian hari.

Kedua, peserta didik memiliki kebutuhan dan menuntut untuk pemenuhan


kebutuhan itu semaksimal mungkin. Kebutuhan indi Abraham Maslow, terdapat
lima hierarki yang dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu:
7

(1) kebutuhan taraf dasar (basic needs) yang meliputi kebutuhan fisik rasa aman
dan terjamin, cinta dan ikut memiliki (sosial), dan harga diri; dan (2)
metakebutuhan (meta needs), meliputi apa saja yang terkandung dalam aktualisasi
diri, seperti keadilan, kebaikan, keindahan, keteraturan, kesatuan, dan lain
sebagainya. Pemenuhan kebutuhan manusia memiliki tingkat kesulitan yang
hierarkis. Kebutuhan yang berada pada hierarki paling bawah akan mudah dicapai
oleh semua manusia, namun kebutuhan yang berada pada hierarki paling atas
tidak semua dicapai oleh manusia. Pe menuhan kebutuhan yang dapat
mengakibatkan kepuasan hidup adalah pemenuhan metakebutuhan, sebab
pemenuhan kebutuhan ini untuk pertumbuhan yang timbulnya dari luar diri
(eksternal) Sedangkan, pemenuhan kebutuhan dasar hanya diakibatka kurangan
yang berasal dari dalam diri (internal Sekalipun demikian, masih ada kebutuhan
lain yang tidak terjangkau kelima hierarki kebutuhan itu, yaitu kebutuhan akan
transendensi kepada Than. Individu yang melakukan ibadah sesungguhnya tidak
dapat di jelaskan dengan kelima hierarki kebutuhan tersebut, sebab akhir dari
aktivitasnya hanyalah keikhlasan dan ridha dari Allah Swt.

Ketiga, peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu


yang lain, baik perbedaan yang disebabkan dari faktor endogen (fitrah) maupun
eksogen (ingkungan) yang meliputi segi jasmani, inteligensi, sosial, bakat, minat,
dan lingkungan yang mengaruhinya. Dalam teori psikologi, terdapat tiga bagian
tentang ividu: (1) seperti semua orang lain, yang karenanya perlu per lakuan
pendidikan yang sama satu dengan sejumlah orang lain, yang karenanya perlu
perlakuan pend yang berbeda antara anak yang umum (kecerdasannya rata-rata
dengan yang khusus (sangat cerdas/bodoh) (2) seperti tidak seorang lain pun, yang
karenanya perlu perlakuan pendidikan yang berbeda antara individu satu dengan
yang lain.

Keempat, peserta didik dipandang sebagai kesatuan sistem manusia. Sesuai


dengan hakikat manusia, peserta didik sebagai makhluk monopluralis, maka
pribadi peserta didik walaupun terdiri dari banyak segi, merupakan satu kesatuan
jiwa raga (cipta, rasa dan karsa.
8

Kelima, peserta didik merupakan subjek dan objek sekaligus dalam pendidikan
yang dimungkinkan dapat aktif, kreatif, serta produktif. Setiap peserta didik
memiliki aktivitas sendiri (swadaya) dan kreatifitas sendiri (daya cipta), sehingga
dalam pendidikan tidak memandang anak sebagai objek pasif yang bisanya hanya
menerima, mendengarkan saja.

Keenam, peserta didik mengikuti perioge periode perkembangan tertentu dan


mempunyai pola perkembangan serta tempo dan irama nya. Implikasi dalam
pendidikan adalah bagaimana proses pen didikan itu dapat disesuaikan dengan
pola dan tempo, serta irama perkembangan peserta didik. Kadar kemampuan
peserta didik sangat ditentukan oleh usia atau periode perkembangannya, karena
usia itu bisa menentukan tingkat pengetahuan, intelektual, emosi, bakat, minat
peserta didik, baik dilihat dari dimensi biologis, psikologis, maupun dedaktis.4

4
Suyanto, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Karisma Putra Utama, 2010), h. 104-106
9

E. Aspek-aspek Peserta Didik


Ada beberapa aspek peserta didik yang harus diperhatikan dalam pendidikan
Islam, diantaranya:
1. Potensi peserta didik yang harus diaktualisasikan, yaitu:
a. Hidayah Wujdaniyah yaitu potensi yang berwujud insting atau
naluri yang melekat dan langsung berfungsi pada saat manusia
dilahirkan di muka bumi ini. 
b. Hidayah Hissiyah yaitu potensi berupa kemampuan indrawi
sebagai penyempurnaan hidayah pertama.
c. Hidayah Aqliyah yaitu potensi akal sebagai penyempurnaan dari
kedua hidayah di atas, sehingga memiliki kemampuan berfikir dan
berkreasi menemukan ilmu pengetahuan. 
d. Hidayah Diniyah yaitu petunjuk agama berupa keterangan tentang
hal-hal yang menyangkut keyakinan dan aturan perbuatan yang
tertulis dalam al-Quran and Sunnah.
e. Hidayah Taufi yaitu hidayah khusus yang diharapkan diberikan
Allah petunjuk yang lurus berupa hidayah dan taufiq agar manusia
selalu berada dalam an Allah. (Ramayu 2004: 102).
2. Kebutuhan peserta didik baik kebutuhan jasmani (primer) seperti
makanan, minum, dan sebagainya. Kebutuhan rohani (sekunder) yang
meliputi kebutuhan kasih sayang, akan rasa aman, akan rasa harga diri,
rasa bebas, sukses dan kebutuhan akan sesuatu kekuatan pembimbingan
atau pengendalian diri manusia.5

F. Sifat-sifat Ideal Peserta Didik


Dalam upaya mencapai tujuan sifat-sifat yang baik peseerta didik hendaknya
memiliki dan menanam ideal yang dalam diri dan kepribadiannya. Diantara sifat-
sifat yang perlu dimiliki peserta didik misalnya berkemauan keras atau pantang

5
Syafaruddin, dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2016), h. 47-48
10

menyerah, memiliki motivasi yang tinggi, sabar, tabah tidak mudah putus asa, dan
lain sebagainya.
Berkenaan dengan sifat ideal di atas, Imam al-Ghazali, sebagaimana dikutip
Fatahiyah asan Sulaiman, merumuskan sifat-sifat yang patut dan harus dimiliki
peserta didik diantaranya yaitu:
a. Belajar dengan niat ibadah dalam taqarrub ila Allah. Konsekuensi dari
sikap ini, peserta didik akan senantiasa dunia mensucikan diri dengan
akhlaq al karimahdalam kehidupan sehari-harinya, serta berupaya
meninggalkan watak dan akhlak yang rendah (tercela) sebagai refleksi atas
Q.S. Al- Anaam/6:162 dan Adz Dzaariyaat/5 1:56.
b. Mengurangi kecederungan pada kehidupan duniawi hidup dibanding
ukhrawi atau sebaliknya. Sifat yang ideal adalah manus menjadikan kedua
dimensi kehidupan (dunia akhirat sebagai alat yang integral untuk
melaksanakan amanat-Nya, baik secara vertikal maupun horizontal.
c. Bersikap tawadhu (rendah hati).
d. Menjaga pikiran dari berbagai pertentangan yang timbul dari berbagai
aliran. Dengan pendekatan ini, peserta didik akan melihat berbagai
pertentangan dan perbedaan pendapat sebagai sebuah dinamika yang
bermanfaat untuk me numbuhkan wacana intelektual, bukan sarana saling
menuding dan mengganggap diri paling benar.
e. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik ilmu umum ama maupun agama.
f. Belajar secara bertahap atau berjenjang dengan memulai ift ide pelajaran
yang mudah (konkrit) menuju pelajaran yang sulit (abstrak); atau dari ilmu
yang fardhu ain menuju ilmu yang fardhu kifayah (Q.S. Al Fathl48:19)
g. Mempelajari suatu ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu
yang lainnya. Dengan cara ini, peserta didik akan memiliki spesifikasi
ilmu pengetahuan secara mendalam.
h. Memahami nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari
rrubiali.
i. Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.
11

j. Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, watak yaitu


ilmu pengetahuan yang dapat bermanfaat, membahagiakan,
mensejahterakan, serta memberi keselamatan hidup dunia dan akhirat, baik
untuk dirinya maupun atas manusia pada umumnya.6

G. Etika Personal Peserta Didik

Pertama, Imam al-Nawawi berpendapat bahwa seorang peserta didik harus


mensucikan hatinya dari berbagai macam penyakit hati agar dengan mudah
menerima ilmu dan menghafalnya untuk selanjutnya mengamalkannya. Karena
bersihnya hati dalam menyerap ilmu sama halnya seperti bersihnya tanah dalam
menerima benih untuk ditanami.

Kedua, seorang peserta didik harus menghilangkan segala hal yang dapat
merintangi usahanya untuk menyempurnakan ijtihadnya dalam mendapat ilmu
dan selalu ridha dalammenerima kekurangan dalam hal pangan dan bersabar atas
kesulitan hidup. Pernyataan Imam al-Nawawi dipertegasnya dengan mengutip
pernyataan Imam syafi’i, “janganlah dianggap orang sukses dalam menuntut
ilmu itu jika orang tersebut memiliki fasilitas dan prestise yang tinggi tetapi yang
disebut orang sukses dalam menuntut ilmu itu adalah orang yang mencari ilmu
dengan mengarahkan segala kemampuannya serta hidup dalam kesulitan dan
mengikuti kehidupan para ulama. Ilmu itu tidak dapat diperoleh kecuali dengan
sabar dan kesusahan.”

6
Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 52-53
12

Ketiga, Imam al-Nawawi berpendapat bahwa seorang peserta didik harus


bersifat tawaduk kepada guru dan ilmu yang akan diterimanya, tunduk patuh
kepada gurunya dan ilmu yang diterimanya, tunduk patuh kepada gurunya dan
mendiskusikan segala persoalan dan meminta pendapatnya sebagaimana seorang
pasien itu mematuhi segala nasihat dokternya.7

H. Unsur-unsur Peserta Didik

Siswa dipandang sebagai anak yang aktif, bukan pasif yang hanya menanti
guru untuk memenuhi ortaknya dengan berbagai informasi. Siswa adalah anak
yang dinamis yang secara alami ingin belajar, dan akan belajar apabila mereka
tidak merasa putus asa dalam pelajarannya yang diterima dari orang yang
berwenang atau dewasa yang melaksanakan kehendak dan tujuannya kepada
mereka. Dalam hal ini, Dewey menyebutkan bahwa anak itu sudah memiliki
potensi aktif. Membicarakan pendidikan berarti membicarakan aktifitasnya, dan
pemberian pembimbingan padanya. Seimbang dengan kewajiban pendidikan
untuk menyampaikan ajaran Islam, peserta didik harus menuntut ilmu, membaca
dengan nama Allah Swt. Orang yang beriman dan berilmu pengetahuan akan
ditingfikan derajatnya oleh Allah Swt, sedangkan orang yang tidak memanfaatkan
karuia dari Allah Sw berupa panca indra dan kalbu atau otak untuk berfikir, ibarat
binatang ternak, bahkan lebih sesasat lagi.

7
Asrul Daulay & Ja’far, Falsafah Pendidikan Islam (Medan: Perdana Publishing, 2016),
h. 158
13

Peserta didik dalam pandangan islam diarahkan pada sifat aktif, bukan
pasif. Islam menganjurkan peserta didik untruk belajar agama, ilmu jiwa dan ilmu
alam dan tentang manusia serta alam. Semua itu sebagai bukti bahwa peserta didik
dalam konsep islami haruslah aktif dan dinamis dalam berfikir, belajar,
menerangkan, meneliti, mencoba, menemukan, mengamalkan, dan
menyebarluaskan aktivitasnya.

Dan sebagai sarana formal dari tiga komponen atau unsure dalam sistem
pendidikan islam tersebut dalam melibatkan unsur sekolah.8

Di Negara-negara Timur Tengah sejak dahulu kala guru itu dihormati oleh
peserta didik. Orang india dahulu, mengangap guru itun sebagai orang suci dan
sakti. Agama islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu pengetahuan
(guru/ulama), sehinga hanya mereka sajalah yang pantas mencapai taraf
ketinggian dan keutuhan hidup. 9

Seperti halnya pendidik, Ibn Khaldun juga tidak terlalu banyak


mengemukakan tentang peserta didik, pandangan terhadap peserta didik tidak
terlepas dari konsepsinya tentang hakikat manusia. Ibn Khalid mangakui bahwa
adanya perbedaan dari masing-masing peserta didik (individual different).
Perbedaan tersebut tentunya dilatarbelakangi oleh tingkat kemampuan berfikirnya,
lingkungan geografisnya, kondisi mentalnya.10

I. Contoh riil anak didik yang kekinian dan inspiratif

Menjadi siswa yang inspiratif tentu menjadi keinginan semua orang


Berikut ini adalah salah satu contoh peserta didik yang inspiratif.

8
Asegaf, Rahmat. Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011),
h. 113-114
9
Zakiah Darajat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 39-40
10
Ramayulis, Pemikiran Ilmu Pendidikan Islam Ibn Khaldun (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2012), h.108
14

Kisah Khadijah Williams pernah mengharukan warga Amerika Serikat dua


tahun lalu. Saat itu acara bincang-bincang televise Oprah Winfrey Show meliput
kisah hidup perempuan yang bekerja sebagai manajer perusahaan teknologi
pendidikan tersebut.

Siapa sangka, khadijah yang sekarang punya jabatan mentereng adalah


bekas tunawiswa.Selam 12 tahun, dia selalu pindah sekolah yang bersedia
memeberikan beasiswa.Orang tuanya memebuang khadijah ke penampungan
umum 27 tahun lalu.

Pada 2019, khadijah Williams bertemu dengan presenter terkenal Oprah


Winfrey.Di acara Oprah, khadijah mengemukakan mimpinya, setelah memperoleh
beasiswa. Berkat dana dari Oprah itu, khadijah berhasil diterima Harvard
University, kampus terbaik sedunia. Empat tahun kemudian, ia lulus dengan gelar
di bidang sosiologi dan bahkan diliput oleh Oprah saat memberikan pidato
kelulusan pada 2013.

Meski pernah tumbuh sebagai tunawisma dan tinggal di tempat


penampungan, khadijah selalu yakin pentingnya pendidikan bagi manusia.11

11
http://m.merdeka.com/dunia/ini-kisah-kisah-pejuang-anak-sekolah-paling-haru-sedunia.html
pukul 20:30 tanggal 22-03-2020
BAB III PENUTUP

A. Simpulan

Dalam paradigma Pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang


belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih
perlu dikembangkan. Disini, peserta didik merupakan makhluk Allah yang
memiliki fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan
baik bentuk, ukuran, maupun perimbangan pada bagian-bagian lainnya. Dari segi
ruhaniah, ia memiliki bakat, memiliki kehendak, perasaan, dan pikiran yang
dinamis dan perlu dikembangkan. Dalam proses belajar mengajar, seorang
pendidik harus sedapat mungkin memahami hakikat peserta didiknya sebagai
subjek dan objek pendidikan. Kesalahan dalam memahami hakikat peserta didik
menjadikan kegagalan dalam proses pendidikan. Imam al-Nawawi berpendapat
bahwa seorang peserta didik harus mensucikan hatinya dari berbagai macam
penyakit hati agar dengan mudah menerima ilmu dan menghafalnya untuk
selanjutnya mengamalkannya. Karena bersihnya hati dalam menyerap ilmu sama
halnya seperti bersihnya tanah dalam menerima benih untuk ditanami. Siswa
dipandang sebagai anak yang aktif, bukan pasif yang hanya menanti guru untuk
memenuhi ortaknya dengan berbagai informasi. Siswa adalah anak yang dinamis
yang secara alami ingin belajar, dan akan belajar apabila mereka tidak merasa
putus asa dalam pelajarannya yang diterima dari orang yang berwenang atau
dewasa yang melaksanakan kehendak dan tujuannya kepada mereka. Dalam hal
ini, Dewey menyebutkan bahwa anak itu sudah memiliki potensi aktif. Peserta
didik dalam pandangan islam diarahkan pada sifat aktif, bukan pasif. Islam
menganjurkan peserta didik untruk belajar agama, ilmu jiwa dan ilmu alam dan
tentang manusia serta alam. Semua itu sebagai bukti bahwa peserta didik dalam
konsep islami haruslah aktif dan dinamis dalam berfikir, belajar, menerangkan,
meneliti, mencoba, menemukan, mengamalkan, dan menyebarluaskan
aktivitasnya. Dan sebagai sarana formal dari tiga komponen atau unsure dalam
sistem pendidikan islam tersebut dalam melibatkan unsur sekolah.

15
16

B. Saran

Bagi peserta didik harus senantiasa menjalankan kewajiban-kewajiban dan


tugas-tugas yang ada dalam menuntut ilmu, supaya dalam menuntut ilmu
mendapatkan kemudahan dan dapat tercapai apa tujuan dari peserta didik itu
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Salminawati. 201. Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Perdana Muliana


Sarana.

Hafi Ashari. 1983. Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha


Nasional.

Al Rasyidin. 2008. Falsafah Pendidikan Islami, Bandung: Cipta Pustaka


Media Perintis.

Suyanto. 2010. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Karisma Putra Utama.

Syafaruddin, dkk. 2016. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Hijri Pustaka


Utama.

Samsul Nizar. 2002. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers.

Asrul Daulay & Ja’far. 2016. Falsafah Pendidikan Islam, Medan: Perdana
Publishing

Rahmat Asegaf. 2011. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada.

Zakiah Darajat, dkk. 2000. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

Ramayulis. 2012. Pemikiran Ilmu Pendidikan Islam Ibn Khaldun, Jakarta:


PT Rineka Cipta.

http://m.merdeka.com/dunia/ini-kisah-kisah-pejuang-anak-sekolah-paling-
haru-sedunia.html pukul 20:30 tanggal 22-03-2020

17

Anda mungkin juga menyukai