Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ETIKA GURU TERHADAP SISWA

Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadits Tarbawi

Dosen Pengampu: MHD. Abror, M.Ag

Disusun oleh :

Rindiani Dian Sukmaja 22862302185

Zulfa Latifah Afif 22862302320

Kelas A3

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA NEGERI SULTAN ABDURRAHMAN
KEPULAUAN RIAU TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
memberikan taufik serta hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyusun makalah
ini dengan judul Etika Guru Terhadap Siswa.

Shalawat dan salam semoga selalu senantiasa tercurah kepada junjungan


kita Nabi besar Muhammad SAW. Beserta keluarga, sahabat dan pengikut beliau
hinggga akhir zaman. Yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju
alam terang benderang bercahayakan iman, islam, dan ihsan.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada


Dosen Mata Kuliah Hadits Tarbawi yang telah mendukung kami hingga
terselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan belum sempurna


apa yang kami sampaikan, sehingga apabila ada kekurangan dalam penulisan
serta isi atau materi, kami mohon saran dan kritiknya secara langsung maupun
tidak langsung, untuk kesempurnaan makalah ini.

Bintan, 11 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan Makalah ................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3

A. Pengertian Etika Guru Terhadap Siswa ............................................. 3

B. Hadits Etika Guru Terhadap Siswa ..................................................... 6

B. Bentuk-bentuk Etika Guru Terhadap Siswa ..................................... 9

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 16

A. Kesimpulan ......................................................................................... 16

B. Saran ................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk karakter individu
dan masyarakat. Guru memiliki tanggung jawab besar dalam memberikan ilmu
pengetahuan dan mendidik siswa. Dalam Islam, etika guru terhadap siswa diatur
oleh prinsip-prinsip yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits. Dalam makalah ini,
kita akan mengkaji etika guru terhadap siswa dalam perspektif Hadits.

Etika guru terhadap siswa adalah kumpulan prinsip-prinsip moral dan


perilaku yang harus diikuti oleh guru dalam menjalankan tugasnya sebagai
pendidik. Etika guru terhadap siswa sangat penting karena guru memiliki peran
besar dalam membentuk perkembangan moral, sosial, dan akademik siswa

Dalam Islam, guru adalah salah satu profesi yang sangat dihormati. Ada
banyak Hadits yang menggarisbawahi pentingnya etika guru dalam mendidik
siswa. Dalam membimbing dan mendidik siswa sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Meskipun ada banyak Hadits yang menggarisbawahi etika guru, implementasinya
dapat menghadapi berbagai tantangan. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak,
termasuk guru, siswa, dan pemerintah, untuk bekerja sama dalam menerapkan
etika guru yang baik dalam pendidikan Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Etika Guru Terhadap Siswa ?
2. Apa saja bentuk Etika Guru Terhadap siswa dalam perspektif hadis ?

1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Pengertian Tentang Etika Guru Terhadap siswa
2. Untuk mengetahui apa saja Bentuk Etika Guru Terhadap siswa dalam
Perspektif Hadis

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika Guru Terhadap Siswa


Etika Guru terhadap Siswa Guru adalah pendidik yang memberikan
ilmu pengetahuan kepada anak yang diajar di sekolah. Guru harus
merupakan orang-orang yang memiliki pengalaman luas di bidang
keahliannya berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ilmu yang
dimilikinya, ia mampu menjadikan murid-muridnya menjadi orang-orang
pintar. Setiap guru mempunyai kepribadiannya masing-masing berdasarkan
latar belakang kehidupannya sebelum menjadi guru. Kepribadian guru
dianggap sebagai aspek yang tidak dapat dikesampingkan dalam rangka
keberhasilan belajar mengajar guna membantu peserta didik menjadi
individu yang berilmu dan berkepribadian1. Kepribadian ini mempengaruhi
pola kepemimpinan yang ditampilkan guru ketika melaksanakan tanggung
jawab mengajarnya di kelas. Pandangan guru terhadap siswa akan
mempengaruhi aktivitas mengajar guru di kelas.

Seorang guru yang memandang anak sebagai individu dengan


segala perbedaan dan persamaannya akan berbeda dengan guru yang
memandang siswa sebagai makhluk sosial. Perspektif yang berbeda
terhadap siswa ini mengarah pada pendekatan yang berbeda. Tentu saja
hasil proses mengajar dan proses belajar berbeda. Fenomena-fenomena
tersebut merupakan aspek-aspek yang mempengaruhi keberhasilan
pengajaran. Setidaknya proses belajar mengajar berbeda-beda tingkat
keberhasilannya. Perbedaan tersebut terlihat dari keberhasilan siswa dalam
menguasai materi pembelajaran yang diberikan guru pada setiap sesinya.
Selain aspek tersebut juga mencakup seberapa sukses siswa dalam proses

1
Hamzah Ya‟kub , Etika Islami : Pembinaan Akhlakkul Karimah, (Bandung: CV, Diponegoro)

3
belajar mengajar. Etika yang baik akan membawa keberhasilan dalam
mengajar lebih tinggi dibandingkan dengan etika guru yang buruk.
Etika menurut perspektif hadits adalah ilmu tentang baik dan buruk
yang mencakup pandangan manusia terhadap Allah, manusia, dan alam.
Etika dalam Islam juga dikenal sebagai akhlak, yang berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku, dan tabiat. Secara etimologis, menurut Endang
Syaifuddin Anshari, etika berarti perbuatan, dan ada sangkut pautnya
dengan kata-kata Khuliq (pencipta) dan Makhluq (yang diciptakan). Akan
tetapi, ditemukan juga pengertian etika berasal dari kata jamak dalam
bahasa Arab “Akhlaq”. Kata Mufradnya adalah khulqu, yang berarti :
sajiyyah: perangai, mur’iiah : budi, thab‟in : tabiat, dan adab: (kesopanan)2

Adapun guru yang baik menurut I. L. Pasaribu dalam bukunya yang


berjudul Proses Belajar Mengajar adalah guru yang mempunyai sifat
sebagai berikut:

1. menghormati bahan pelajaran yang di berikan. Orang yang demikian


harus menguasai bahan serta mengetahui manfaatnya.
2. Dapat menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran.
3. Memperhatikan perbedaan individu. Tiap–tiap anak mempunyai
perbedaan dan kesanggupan dalam mengolah pelajaran.
4. Berusaha mengembangkan semua aspek kepribadian (emosional,
estetik,etika, intelek), sehingga anak yang bersangkutan dapat bekerja
sama dengan orang lain.
5. Memiliki mental health; pekerjaan mengajar harus dilandasi kesehatan
mental yang baik, karena guru berusaha mendewasakan murid.
6. Memiliki persiapan; sebelum mengajar harus merumuskan serta
mempersiapkan pelajaran; Misal, menentukan dan merumuskan tujuan
dari pada pengalaman belajar itu sendiri;

2
Muhammad Alfan, Filsafat Etika Islam,(Bandung: Pustaka Setia, 2011), h.20-21.

4
Dari keterangan tersebut menunjukan bahwa seorang guru yang baik
haruslah memiliki sifat-sifat tersebut. Agar dalam setiap kegiatan mengajar
dan mendidik dapat berhasil dengan seoptimal mungkin. Selain hal
tersebut, guru haruslah memiliki etika dalam menghadapi peserta didik,
etika yang dimaksud adalah; guru haruslah memiliki rasa humor, adil,
menarik, lebih demokratis dari pada otokratis, dan mereka harus mampu
berhubungan dengan mudah dan wajar dengan peserta didik baik secara
individu maupun secara kelompok. 3

Dari keterangan-keterangan tersebut telah jelas bahwa, ada dua etika


seorang guru yakni etika yang baik berupa memiliki rasa humor, adil,
menarik, lebih demokratis dan etika yang kurang baik seperti pemarah,
menggunakan komentar-komentar yang melukai perasaan peserta didik.
Hal itu juga telah di pertegas oleh Piet A. Sahertian, beliau mengatakan ada
dua macam perilaku yang baik dan perilaku yang kurang baik.

a. Perilaku yang kurang baik meliputi: Melamun, bermalas–malasan,


suka melamun menganggur, Sering meninggalkan tugas, Sering
absen, Selalu cekcok dengan orang lain, Apatis terhadap tugas, Selalu
datang terlambat.
b. Sedangkan perilaku yang baik meliputi : Penuh kegembiraan,
ketetapan hati, antusiasme, rasa sepenanggungan, ingin bekerja sama,
selalu mengambil inisiatif.

3
Nata, A. (t.thn.). Paradigma Pendidikan Islam. Jakarta: Grasindo

5
B. Hadits Etika Guru / Pendidik Terhadap Siswa

1. Sanad dan Terjemahan


ِ ِ
ٍ ‫اَّلل ب ِن مسع‬ ٍ ‫ارو ُن بْ ُن ِرََي‬ ِ ِ ‫أَ ْخب رََن أَبو الْم ِغ‬
‫ود‬ُ ْ َ ْ َّ ‫ب َع ْن َع ْبد‬ ُ ‫رية َح َّدثَنَا ْاْل َْوَزاع ُّي َح َّدثَِِن َى‬
َ ُ ُ ََ
ِ‫كج‬
‫اى ٌل‬ ِ ْ ‫ك فَِإ َّن ما ب‬
َ ِ‫ْي ذَل‬ ِ ِ ِ ُ ‫أَنَّوُ َكا َن يَ ُق‬
َ َ ‫ْي ذَل‬
ََ َ َ ْ َ‫يما ب‬
َ ‫ول ا ْغ ُد َعال ًما أ َْو ُمتَ َعلّ ًما َوََل تَ ْغ ُد ف‬
‫)رواه‬ ْ َ‫ضا ِِبَا ي‬
‫صنَ ُع‬ ِّ ‫ْم ِم ْن‬
َ ‫الر‬ ِ ِ َّ ِ‫َجنِ َحتَ َها ل‬
َ ‫لر ُج ِل غَ َدا يَ ْب تَغي الْعل‬ ْ‫ط أ‬
ُ‫س‬ ِ ِ
ُ ‫َوإ َّن ال َْم ََلئ َكةَ تَ ْب‬
(.‫الدارمي‬

Artinya : Telah mengabarkan kepada kami Abu Al Mughirah, telah


mengabarkan kepada kami Al 'Auza'i dan telah menceritakan kepadaku
Harun bin Riyab dari Abdullah bin Mas'ud radhiallahu'anhu bahwasanya
dia berkata, "Jadilah kamu pada waktu pagi seorang alim atau terpelajar
dan janganlah kamu menjadi selain itu, karena selain itu adalah
kebodohan. Sesungguhnya Malaikat selalu membentangkan sayapnya bagi
orang yang pada waktu pagi mencari ilmu, karena rela terhadap yang
dikerjakannya. (H.R. Darimi).4

2. Makna Mufrodat
Artinya Arab
Pergilah segera dan tujulah sehingga Jadilah ِ
‫اغ ُد‬
Orang yang berilmu (jamaknya Ulama)
ّ‫َعاملِا‬
ِ
ّ‫لما‬
ّ ‫ُمتَ َع‬
Pendidik

Pendengar (Pengkajian Ilmu)


ّ‫ُم ِستَ ِمعا‬

4
M,H.A, Hadits Tarbawi (Pendidikan Islam Dalam Tinjauan Hadist Nabi).

6
Pencinta Ilmu
ّ‫ُُِمبِّا‬

3. Kandungan Hadits
Pendidik atau Guru dalam Islam adalah orang-orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya
mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa),
kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa). Pendidik berarti juga orang
dewasa yang bertanggung jawab member pertolongan pada peserta
didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai
tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat
kedewasaannya, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai
hamba dan khalifah Allah SWT. dan mampu melaksanakan tugas sebagai
makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri.5
Pendidik pertama dan utama adalah orang tua sendiri. Mereka
berdua yang bertanggung jawab penuh atas kemajuan perkembangan anak
kandungnya, karena sukses tidaknya anak sangat tergantung kepada
pengasuhan, perhatian, dan pendidikannya. Kesuksesan anak kandung
merupakan cermin atas kusuksesan orang tua juga.

Pendidikan menurut Islam bukan hanya sebatas kegiatan


menstransfer informasi atau ilmu pengetahuan, melainkan lebih dari itu
ialah meliputi kegiatan menstransfer kepribadian. Terkait dengan ini, guru
sesungguhnya bukan sembarang pekerjaan. Melainkan, adalah pekerjaan
yang palakunya memerlukan persyaratan, baik terkait dengan akhlak,
pengetahuan dan ketrampilan. Menurut Abuddin Nata, secara sederhana
tugas pendidik adalah mengarahkan dan membimbing para murid agar
semakin meningkat pengetahuannya, semakin mahir keterampilannya dan

5
M, H. A. Hadits Tarbawi (Pendidikan Islam Dalam Tinjauan Hadist Nabi).

7
semakin terbina dan berkembang potensinya. Sedangkan tugas pokok
pendidik adalah mendidik dan mengajar. Mendidik ternyata tidak semudah
mengajar. Dalam proses pembelajaran pendidik harus mampu mengilhami
peserta didik melalui proses belajar mengajar yang dilakukan pendidik
sehingga mampu memotivasi peserta didik mengemukakan gagasan-
gagasan yang besar dari peserta didik.
Dalam konteks mengajar, pendidik mesti menyadari bahwa setiap
mata pelajaran mestinya membawa dan mengandung unsur pendidikan dan
pengajaran. Unsur pendidikan, dimaknai dapat membina dan menempa
karakter pendidik agar berjiwa jujur, bekerja secara cermat dan sistematik.
Sedangkan unsur pengajaran dimaknai untuk memberikan pemahaman
kepada peserta didik kepada setiap mata pelajaran yang diterimanya. Secara
khusus, bila dilihat tugas guru pendidikan agama (Islam) adalah di samping
harus dapat memberikan pemahaman yang benar tentang ajaran agama,
juga diharapkan dapat membangun jiwa dan karakter keberagamaan yang
dibangun melalui pengajaran agama tersebut6. Artinya tugas pokok guru
agama menurut Abuddin Nata adalah menanamkan ideologi Islam yang
sesunggunya pada jiwa anak.

Pada penjelasan diatas terdapat tugas pokok dalam pendidikan:


a. Peran Guru: Dari kandungan hadis diatas tersebut menggambarkan
bahwa tugas pokok guru adalah mengajar dan mendidik. Mengajar
mencakup pemberian pengetahuan dan pelatihan keterampilan,
sekaligus mencakup pelatihan kepribadian dan karakter anak dengan
nilai-nilai tertentu.
b. Tujuan Mendidik: Guru tidak hanya bertanggung jawab untuk
mentransfer pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kepribadian
dan karakter anak-anak dengan nilai-nilai yang positif.

6
M, H. A. (Cetakan Tahun 2015). Hadits Tarbawi (Pendidikan Islam Dalam Tinjauan Hadist
Nabi).

8
c. Konteks Pendidikan: Teks tersebut mencatat bahwa peran pendidik
tidak terbatas pada lingkungan sekolah atau madrasah saja. Pendidik
juga dapat melaksanakan pekerjaannya di rumah tangga. Ada referensi
kepada fitrah, yaitu rasa cinta orang tua terhadap anaknya yang
merupakan salah satu dari fitrahnya.
d. Landasan Agama: Merujuk pada ayat-ayat dalam Al-Qur'an (surat al-
Kahfi ayat 46, dan surah Al-Furqan ayat 74).

C. Bentuk Etika Guru Terhadap Siswa dalam Perspektif Hadits

1. Guru harus memiliki pemahaman

‫ يَ ُؤ ُّم اْل َق ْو َم‬:‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم‬ ِ ٍ


َ ‫ال َر ُس ْو ُل هللا‬
َ َ‫ ق‬:‫ال‬ ّ ‫صا ِر‬
َ َ‫ي ق‬ َ ْ‫عن اَِِب َم ْسعُ ْود اَْلَن‬
ْ

ُّ ‫ فَِا ْن َكانُ ْوا ِِف‬.‫لسن َِّة‬


‫السن َِّة‬ ُّ ‫اء فَأَ ْعلَ ُم ُه ْم ِِب‬ ِ ‫ فَِا ْن َكانُوا ِِف اْ ِلقر‬.‫هللا‬
ً ‫اءة َس َو‬
ََ ْ
ِ ‫اب‬ ِ َ‫أَقْرُؤ ُى ْم لِ ِكت‬
َ

َّ ‫ َوَلَ يَ ُؤَّم َّن‬.‫اء فَأَقْ َد ُم ُه ْم ِسل ًْما‬ ِ ِ ِ ِ


‫الر ُج ُل‬ ً ‫ فَا ْن َكانُ ْوا ِِف اْهل ْج َرة َس َو‬.ً‫اء فَأَقْ َد ُم ُه ْم ى ْج َرة‬
ً ‫َس َو‬
(7‫) مسلم‬.‫ َوَلَ يَ ْق ُع ْد ِِف بَ ْيتِ ِو َعلَى تَ ْك ِرَمتِ ِو اَِلَّ ِبِِ ْذنِِو‬.‫الر ُج َل ِِف ُس ْلطَانِِو‬
َّ

Artinya : Dari Abu Mas'ud Al-Anshariy, ia berkata : Rasulullah SAW.


bersabda, "Yang mengimami suatu kaum itu hendaklah orang yang lebih
pandai (faham) tentang kitab Allah diantara mereka. Apabila mereka itu
di dalam kefahamannya sama, maka yang lebih mengetahui diantara
mereka tentang sunnah. Jika mereka itu sama dalam pengetahuannya
tentang sunnah, maka yang lebih dahulu hijrah. Jika mereka itu sama
dalam hal hijrahnya, maka yang lebih dahulu diantara mereka masuk
Islam. Dan janganlah seseorang mengimami orang lain di dalam

7
S,Rahman, Mohamad, Etika Berkomunikasi Guru dan Peserta Didik Menurut Ajaran Agama
Islam. “Jurnal Iqra Vol. 3

9
kekuasaannya. Dan janganlah ia duduk di tempat kehormatannya yang
berada di dalam rumahnya kecuali dengan idzinnya". [HR. Muslim juz 1,
hal. 46]..]

Al-Ghazali menyatakan sebagaimana yang dikutip bahwa guru yang


diberi tugas mengajar adalah guru yang selain cerdas dan sempurna
akalnya, juga yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya. Dengan
kesempurnaan akal Ia dapat memiliki ilmu pengetahuan secara
mendalam, dan dengan akhlaknya yang baik ia menjadi contoh dan
teladsan bagi para muridnya serta dengan kuat fisiknya ia dapat
melaksanakan tugas mengajar dan mengarahkan anak muridnya dengan
baik dan sesuai target yang diharapkan.
Seorang pendidik harus menghias dirinya dengan akhlak yang
diharuskan sebagai orang yang beragama atau sebagai mukmin. Selain itu
ia juga harus bersikap zuhud dan Qona‟ah. Oleh sebab itu, bagi seorang
guru harus memilki etika dan persyaratan yang sesuai dengan tingkatan
lapisan orang yang menuntut ilmu tersebut.

2. Guru harus professional

ُ‫اءه‬
َ ‫ َج‬،‫ث ال َق ْو َم‬ ُ ‫س ُُيَ ِّد‬ ٍ ِ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ِِف ََْمل‬ ُّ ِ‫ بَ ْي نَ َما الن‬:‫ال‬
َ ‫َِّب‬ َ َ‫َع ْن أَِِب ُى َريْ َرَة ق‬
‫ال‬
َ ‫ فَ َق‬،‫ث‬ ُ ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ُُيَ ِّد‬ َِّ ‫ول‬ ّّ ِ ‫أَ ْع َر‬
َ ‫اَّلل‬ ُ ‫ضى َر ُس‬ َ ‫اعةُ؟ فَ َم‬ َ ‫الس‬
َّ ‫ َم ََت‬:‫ال‬ َ ‫اِب فَ َق‬
‫ضى‬ َ َ‫ َح ََّت إِ َذا ق‬،‫ بَ ْل ََلْ يَ ْس َم ْع‬:‫ض ُه ْم‬ُ ‫ال بَ ْع‬ َ َ‫ َوق‬.‫ال‬ َ َ‫ ََِس َع َما ق‬:‫ض ال َق ْوِم‬
َ َ‫ال فَ َك ِرَه َما ق‬ ُ ‫بَ ْع‬
:‫ال‬ َِّ ‫ول‬
َ َ‫ ق‬،‫اَّلل‬ َ ‫ َىا أ َََن ََي َر ُس‬:‫ال‬ َ َ‫اع ِة» ق‬ َّ ‫السائِ ُل َع ِن‬ َ َ‫َح ِديثَوُ ق‬
َ ‫الس‬ َّ - ُ‫ أ َُراه‬- ‫ «أَيْ َن‬:‫ال‬

10
‫ «إِذَا ُو ِّس َد اْل َْم ُر‬:‫ال‬
َ َ‫اعتُ َها؟ ق‬
َ‫ض‬ َ ِ‫ف إ‬
َ ‫ َك ْي‬:‫ال‬
َ َ‫ ق‬،»َ‫اعة‬ َّ ‫ت اْل ََمانَةُ فَانْتَ ِظ ِر‬
َ ‫الس‬ ِ ‫ضيِّع‬
َ ُ ‫«فَِإذَا‬
( »8‫اعةَ (رواه البخارى‬ َ ‫الس‬َّ ‫إِ ََل غَ ِْري أ َْى ِل ِو فَانْ تَ ِظ ِر‬

Artinya : Dari Abu Hurairah berkata: Ketika Nabi shallallahu 'alaihi


wasallam berada dalam suatu majelis membicarakan suatu kaum, tiba-
tiba datanglah seorang Arab Badui lalu bertanya: "Kapan datangnya hari
kiamat?" Namun Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tetap melanjutkan
pembicaraannya. Sementara itu sebagian kaum ada yang berkata; "beliau
mendengar perkataannya akan tetapi beliau tidak menyukai apa yang
dikatakannya itu, " dan ada pula sebagian yang mengatakan; "bahwa
beliau tidak mendengar perkataannya." Hingga akhirnya Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam menyelesaikan pembicaraannya, seraya
berkata: "Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi?" Orang itu
berkata: "saya wahai Rasulullah!". Maka Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Apabila sudah hilang amanah maka tunggulah
terjadinya kiamat". Orang itu bertanya: "Bagaimana hilangnya amanat
itu?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Jika urusan
diserahkan bukan kepada ahlinya, maka akan tunggulah terjadinya
kiamat.(H.R. Imam Bukhari).

3. Guru harus bersifat kasih kepada anak didik


Al-Quran surah „Ali „Imrăn ( 003) : 159.

8
S,Rahman, Mohamad, Etika Berkomunikasi Guru dan Peserta Didik Menurut Ajaran Agama
Islam. “Jurnal Iqra Vol. 3

11
‫ف‬ َ ِ‫ْب ََلنْ َفضُّوا ِم ْن َح ْول‬
ُ ‫ك فَا ْع‬ َ ‫ت فَظِّا غَلِي‬
ِ ‫ظ ال َقل‬ َ ‫ت َهلُ ْم َولَ ْو ُك ْن‬ ِ ‫فَبِما ر ْْح ٍة ِمن‬
َ ‫هللا لِْن‬ َ ََ َ
ِ ‫ت فَ ت وَّكل علَى‬
ُّ ‫هللا إِ َّن هللاَ ُُِي‬
‫ب‬ َ ْ َ َ َ ‫استَ ْغ ِف ْر َهلُ ْم َو َشا ِوْرُى ْم ِِف اْل َْم ِر فَِإ َذا َع َزْم‬
ْ ‫َع ْن ُه ْم َو‬

‫ْي‬ ِِ 9
َ ‫املُتَ َوّكل‬
Artinya : Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
ma‟afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya.
Sebagaimana Hadits ini yang berbunyi:

‫عن ابن عباس رضي هللا عنهما قال قال رسول هللا صلى هللا عليو و سلم ْلشج عبد‬

‫ احللم واْلَنة ] رواه مسلم‬: ‫القيس[ إن فيك خصلتْي ُيبهما هللا‬10

Artinya: Dari Ibnu Abbas RA berkata, Rasulallah Saw bersabda


kepada Abdul Qais yang terluka: “sesungguhnya didalam dirimu ada
dua sifat yang disukai oleh Allah yaitu: santun dan sabar”. (HR
Muslim).

Dalam kaitan ini Al-Ghazali menilai bahwa seorang guru


dibandingkan dengan orang tua anak, maka guru lebih utama dari
orang tua tersebut. Menurutnya orang tua berperan sebagai penyebab
adanya si anak di dunia yang sementara ini, sedangkan guru menjadi
9
S,Rahman, Mohamad, Etika Berkomunikasi Guru dan Peserta Didik Menurut Ajaran Agama
Islam. “Jurnal Iqra Vol. 3
10
Dar-us-salam. (2015). Bab keutamaan Ilmu dan orang alim. In E. Hadits, Syarh Shahih Muslim.

12
penyebab bagi keberadaan kehidupan yang kekal di akhirat. Hal ini
sesuai dengan sabda Rasulullah SAW : [19]

“sesungguhnya saya bagimu adalah seperti orang tua kepada


anaknya.”
Dalam hal ini guru berkewajiban mencegah muridnya dari akhlak
yang buruk dengan cara menghindarinya sedapat mungkin. Seorang
guru ketika memberikan pengajaran hendaknya memakai cara-cara
yang lembut dan halus agar apa-apa yang disampaikannya dapat
diserap dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.11
Untuk itu Al-Ghazali menyerukan agar menempuh cara m,engajar
yang benar, seperti cara mengulang bukan menjelaskan, kasih sayang
bukan merendahkan, karena menjelaskan akan menyebabkan
tersumbatnya potensi anak dan menyebabkan timbulnya rasa bosan
dan mendorong hapalannya. Dengan demikian mengajar memerlukan
keahlian yang khusus.

4. Guru berbicara sesuai Kadarnya

‫اد َىا ثَََل ًًث َح ََّت‬ َ ‫اَّللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم أَنَّوُ َكا َن إِ َذا تَ َكلَّ َم بِ َكلِ َم ٍة أ‬
َ ‫َع‬ َّ ‫صلَّى‬ ِّ ِ‫س َع ْن الن‬
َ ‫َِّب‬ ٍ َ‫َع ْن أَن‬
ٍ
‫ثا‬ً ‫سلَّ َم َعلَْي ِه ْم َسلَّ َم َعلَْي ِه ْم ثَََل‬ ِ
َ َ‫تُ ْف َه َم َع ْنوُ َوإ َذا أَتَى َعلَى قَ ْوم ف‬
Artinya : Dari Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bila berbicara diulangnya tiga kali hingga
dapat dipahami dan bila mendatangi kaum, Beliau memberi salam tiga
kali.

11
S,Rahman, Mohamad, Etika Berkomunikasi Guru dan Peserta Didik Menurut Ajaran Agama
Islam. “Jurnal Iqra Vol. 3

13
Dalam hal ini Al-Ghazali melihat kebiasaan dari sebagian guru fiqih
yang menjelekan guru bahasa dan sebaliknya, sebagian ulama kalam
memusuhi ulama fiqih demikian seterusnya sehingga sikap saling
menghina dan mencela guru lain di depan anak-anak merupakan bagian
yang harus dihindari dan di jauhi oleh seorang guru. Selain itu guru juga
dalam melaksanakan proses belajar mengajar hendaknya menyesuaikan
dengan perkembangan dan pentahapan psikologi dan jiwanya. Hal ini
agar ketika menyampaikan materi pelajaran, anak tidak merasa tidak
terlalu berat dan terbebani. Ibnu masud sebagai mana diriwayatkan
Muslim dalam bukunya said hawwa “tidaklah seseorang bicara dalam
suatu kaum dengan suatu pembicaraan yang tidak mampu dijangkau oleh
akal mereka melainkan akan menjadi fitnah bagi sebagian mereka”.

5. Guru Tidak Boleh Mempersulit Anak Didik

ِّ َ‫س ُرْوا َوب‬


ِ ِ َ َ‫َِّب صلَّى هللا َعلَي ِو وسلَّم ق‬ ٍ ِ ِ ٍ َ‫ْن أَن‬
‫ش ُرْوا َوََل‬ ّ ‫س ُرْوا َوََل تُ َع‬
ّ َ‫ ي‬: ‫ال‬ َ ََ ْ ُ َ ِّ ِ‫س ابْ ِن َمالك َعن الن‬

ِ ‫ف َوالت َّْي ِس ِر َعلَى الن‬


)12‫َّاس (رواه البخارى‬ ِ ‫ب الْتَ ْخ ِف ْي‬
ُّ ‫تَنَ َّف ُرْوا َوَكا َن ُُِي‬

Artinya : Dari Anas bin Malik R.A. dari Nabi Muhammad SAW beliau
bersabda : Permudahkanlah dan jangan kamu persulit, dan bergembiralah
dan jangan bercerai berai, dan beliau suka pada yang ringan dan
memudahkan manusia (H.R Bukhori).

a. Nilai tarbawi / Pendidikan


1) Hendaknya seorang pendidik mengajarkan kepada anak didiknya
dengan sesuatu yang mudah dimengerti dan dicerna oleh anak
didik.

12
Dar-us-salam. (2015). Bab keutamaan Ilmu dan orang alim. In E. Hadits, Syarh Shahih Muslim.
Publications

14
2) Hendaknya seorang pendidik ketika mengajar tidak boleh laku,
sesuaikan dengan kondisi anak perlu ada humor
3) Berilah kasih sayang agar anak / peserta didik selalu dekat dengan
guru
4) Hendaknya ketika guru mengalami kesulitan seringlah berdiskusi

Motivasi sebagai suatu proses, mengantarkan murid kepada


pengalaman-pengalaman yang memungkinkan mereka dapat belajar.
Sebagai proses, motivasi mempunyai fungsi antara lain:

a) Memberi semangat dan mengaktifkan murid agar tetap beminat


dan siaga.
b) Memusatkan perhatian anak pada tugas-tugas tertentu yang
berhubungan dengan pencapaian tujuan belajar.
c) Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan
hasil jangka panjang.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam Islam, mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan
dianggap sebagai tugas penting. Guru dianggap sebagai pemimpin spiritual
yang bertanggung jawab atas perkembangan spiritual dan moral siswa.
Guru harus bersikap adil dan jujur dalam interaksi mereka dengan siswa.
Mereka tidak boleh memihak atau diskriminatif dan harus menjalani hidup
dengan integritas. Dalam pengajaran nilai-nilai Islam guru dalam
lingkungan Islam mempunyai tanggung jawab untuk mengajarkan dan
menghidupkan nilai-nilai agama, termasuk moral, etika, dan ajaran Islam
lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Islam mendorong guru untuk
mendekati siswa dengan kasih sayang, kepedulian, dan perhatian.
Memberikan dorongan positif. Etika guru terhadap siswa dalam Islam
mencerminkan nilai-nilai moral dan spiritual yang diungkapkan dalam
ajaran agama. Hal ini bertujuan untuk membentuk generasi yang memiliki
karakter yang baik, bertaqwa, dan siap memberikan kontribusi positif
kepada masyarakat.

B. Saran
Setiap sesuatu itu mempunyai kekurangan dan kelebihan. Kami
merasa makalah ini bukanlah makalah yang sempurna. Dalam makalah ini
masih banyak terdapat kekurangannya, entah itu kata-kata yang sulit
dimengerti atau kesalahan kami dalam menuliskan kata-kata tersebut. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kepada pembaca agar dapat memberi
masukan, saran, dan kritik agar kedepannya kami dapat membuat makalah
yang lebih baik lagi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Alfan, M. (2011). Filsafat Etika Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Dar-us-salam. (2015). Bab keutamaan Ilmu dan orang alim. Dalam E. Hadits,
Syarh Shahih Muslim. Publications,Inc.

M, H. A. (Cetakan Tahun 2015). Hadits Tarbawi (Pendidikan Islam Dalam


Tinjauan Hadist Nabi). Kel. Delima Kec. Tampan - Pekanbaru: Publishing
and Consulting Company.

Nata, A. (t.thn.). Paradigma Pendidikan Islam. Jakarta: Grasindo.

S,Rahman, Mohamad, Etika Berkomunikasi Guru dan Peserta Didik Menurut


Ajaran Agama Islam. “Jurnal Iqra Vol. 3

Tafsir, A. (1992). Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam,. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

17

Anda mungkin juga menyukai