Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

‫االداب التي يشرك فيها كل من المعلم و المتعلم‬

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Zulaeha S.Ag., M.Ag

Haerani Kadar / 19010102014

Herfiya Nur Ulandari / 19010102017

Prodi Pendidikan Bahasa Arab


Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Kendari
2021/2022
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdullilah senangtiasa kita panjatkan atas kehadirat Allah Swt.


Karena atas berkah, rahmat, hidayat dan kesehatan dari-Nya, sehingga kita bisa
menyelesaikan makalah ini. Dan tak lupa shalawat dan salam kita kirimkan untuk
baginda Nabiullah Muhammad Saw, nabi yang telah membawa ummatnya dari zaman
jahiliah kezaman yang terang-benderang, juga nabi yang telah diutus oleh Allah Swt.
kemuka bumi ini sebagai rahmatanlilalamin.
Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu mata
kuliah yakni Ababul Muallim Wa Al Muta’allim. Kami berharap dalam penyusunan
makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Tentunya kami sadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu saran dan kritik kami perlukan dalam hal yang bersifat
membangun karena tidak dipungkiri bahwa makalah ini masih terdapat kesalahan dalam
penyusunanya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manusia dilahirkan ke dunia ini tanpa pengetahuan apapun, tetapi dalam
kelahirannya telah dilengkapi dengan fitrah yang memungkinkan untuk menguasai
berbagai pengetahuan, dengan mengfungsikan fitrah itu diharapkan manusia dapat
belajar dari masyarakat. Diantaranya tanda dari fitrah itu adalah Allah telah
menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna,dengan menganugrahkan
berbagai potensi akal dan potensi jasmani (fisik).Seiring dengan perjalanan hidup
manusia di dunia dengan kata lain manusia butuh interaksi terhadap orang lain melalui
pendidikan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki manusia agar menjadi optimal.
Pendidikan tidak bisa lepas dari kegiatan proses belajar mengajar karena di
dalam pendidikan mengandung timbal balik antara pendidik dan pengajar yang
berlangsung untuk mencapi tujuan tertentu dalam proses belajar mengajar, dan pendidik
dalam konsep Islam, pelajar dan pengajar harus memperhatikan beberapa aturan yang
bersifat akhlaki agar memperoleh kemanfaatan ilmunya sehubungan dengan adanya
persoalan tersebut maka perlu adanya pembahasan tentang etika yang menyangkut
keseluruhan aspek nilai perilaku.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pengertian adab?
2. Apa yang dimaksud adabul muallim wa al mata’allim?
3. Bagaimana adab seorang guru?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian adab
2. Untuk mengetahui adabul muallim wa al muta’allim
3. Untuk mengetahui adab seorang guru
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Adab.

Menurut Prof. Naquib al-Attas, pakar filsafat dan sejarah Melayu, adab adalah
“pengenalan serta pengakuan akan hak keadaan sesuatu dan kedudukan seseorang,
dalam rencana susunan berperingkat martabat dan darjat, yang merupakan suatu
hakikat yang berlaku dalam tabiat semesta.”
Contoh 1: Manusia yang beradab kepada Alloh ta’ala adalah manusia yang mengenal
Alloh dan mengakui hak dan kedudukan Alloh sebagai Pencipta alam semesta, yaitu
disembah. Kemudian manusia tersebut merespon dengan melaksanakan sholat sebagai
bentuk penyembahan dia kepada Alloh ta’ala. Itulah contoh manusia yang beradab
kepada Alloh ta’ala.
Contoh 2: Anak yang beradab kepada orang tuanya adalah anak yang mengenal dan
mengakui bahwa Alloh menciptakan dia melalui perantara orangtuanya. Ia menyadari
bahwa orangtuanya telah merawat, menjaga, dan mendidiknya hingga dia cukup umur.
Olehkarena itu orangtua berhak mendapatkan baktinya. Kemudian si anak merespon
dengan berbakti dan berbuat baik kepada orang tua. Itulah contoh anak yang
beradab kepada orangtua.

B. Adabul Muallim Wal Muta’allim


Hasyim asy’ari dalam kitab adabul muallim wal muta’allim
1. Hendaknya seorang murid meneliti terlebih dahulu dengan meminta
petunjuk kepada Allah siapa guru yang harus diambil dengan mempertimbangkan
akhlak dan etikanya
Dengan konsep di atas, sangat jelas bahwa murid di tuntut untuk hati-hati memilih
guru dalam belajarnya.hal ini akan berakibat pada diri murid itu sendiri.
2. Memperhatikan apa yang menjadi haknya dan tidak melupakan
keutamaan dan kebaikannya, serta mendoakan gurunya baik ketika ia hidup atau ia
meninggal dan memelihara kekerabatan dan keturunannya.
Hubungan yang dimaksud adalah adanya keterkaitan secara interen dan erat tidak
hanya dalam artian lahir, akan tetapi juga batin. Jadi inilah yang menjadi bukti, bahwa
pemikiran Hasyim Asy’ari sangat humanis dan bersifat religius, sehingga apa yang
menjadi ajarannya menjadi bahan acuan yang sangat penting dalam mengembangkan
komunitas pendidikan yang respec terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan
relegiusitas dalam kehidupan.
3. Hendaknya memandang gurunya dengan penuh ketulusan dan ketakziman
serta menyakini bahwa guru mempunyai kualitas dalam mengajar.
Konsekuensi dari konsep ini adalah profesionalisme guru harus benar-benar qualified
baik secara keilmuan yang menjadi spesifikasi maupun keilmuan pendukung lainnya.
Dengan demikian guru mempunyai otoritas yang efektif dalam proses belajar
mengajar pada akhirnya akan menjadikan pendidikan berjalan secara maksimal.
Dengan kata lain, seorang guru dituntut untuk komimen terhadap profesionalisme
dalam mengemban tugasnya.
Karena seorang guru bisa dikatakan profesional apabila dalam dirinya
terdapat sikap dedikatif yang tinggi terhadap tugasnya, sikap kometmen terhadap mutu
dan hasil kerja serta sikap continous improvemen, yaitu selalu berusaha memperbaiki
dan memperbaharui model-model atau cara kerjanya sesuai dengan tuntutan
zamannya. Yang dilandasi oleh kesadaran yang tinggi bahwa tugas mendidik adalah
tugas menyiapkan generasi penerus yang akan hidup pada zamanya di masa depan.
4. Murid tidak diperkenankan memanggil gurunya dengan sebutan namanya
atau dengan Dhomir mukhotobah.
Penekanan ini akan berpengaruh terhadap kewibawaan guru dan menjadikan
hubungan yang saling menghormati dan menumbuhkan dedikasi yang besar dalam
lingkungan pendidikan. Bagaimana egaliter dan demokratisnya proses pendidikan,
tetap menumbuhkan sikap dan prilaku yang beretika dan berakhlak. Dengan demikian,
sikap dan prilaku yang diwujudkan ini bukan berarti tidak demokratis dan egaliter,
akan tetapi lebih dipahami sebagai bagian dari penumbuhan tingkat kedewasaan dan
sikap mental yang baik bagi anak didik.
5. Hendaknya murid dilarang masuk keruangan guru tanpa izin, dan
menghilangkan bau serta memakai pakaian rapi ketika berada di ruang belajar.
Penjelasan ini menunjukkan bahwa Hasyim Asy’ari mencoba memberikan bimbingan
dan proses belajar hendaknya dilakukan secara baik dan rapi, beretika dan disiplin.
Masalah penampilan merupakan hal yang mendapat perhatian karena menyangkut
keberhasilan pendidikan afektif psikomotorik.
6. Hendaknya murid jangan bicara ketika guru sedang menyampaikan
materi atau memotongpembicaraannya.
Kaitannya dengan penciptaan suasana belajar mengajar Hasyim Asy’ari melarang
muridnya memotong pembicaraan guru sebelum selesai berbicara. Begitu juga tidak
diperkenankan berbicara dengan orang lain sementara guru sedang mengajar.
7. Hendaknya murid memilih orang yang dipandang berilmu serta etika dan
akhlaknya baik dalam belajarnya
Dengan konsep di atas, sangat jelas bahwa Murid di tuntut untuk hati-hati memilih
guru dalam belajarnya. Hal ini akan berakibat pada pada murid sendiri.
8. Hendaknya orang yang akan dijadikan guru itu adalah harus beryari’at
yang baik serta diakui kemampuannya oleh guru-guru lainnya..
Karena profesi seorang guru tidak boleh mengabaikan kewajibannya. Ia wajib bekerja
untuk dapat menghasilkan ilmu yang berkelanjutan, serta banyak membaca, menelaah,
berfikir dan berdiskusi. Hal ini dilakukan karena derajat seorang guru yang
alim sama dengan derjata para ulama’.
9. Hendaknya murid bersikap sopan santun di depan gurunya.
Dalam hal ini, bagaimana murid duduk dan bersikap dengan sopan ketika berhadapan
dengan gurunya, lebih-lebih dalam proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.
10. Hendaknya murid berlemah lembut kepada gurunya dalam berbicara.
Dari sini dapat di lihat, bahwa seorang murid menunjukkan sikap akhlak yang baik
terutama kepada gurunya, yaitu berupaya menyenangkan hati sang guru, serta tidak
menunjukkan sikap yang memancing ketidaksenangan sang guru.

C. Etika dan Kewajiban Seorang Pengajar / Guru

a. Memperlakukan para murid dengan kasih sayang seperti anaknya sendiri


b. Mengikuti tauladan rosul , tidak mengharapkan upah, biasakan ataupun ucapkan
terimakasih dengan ikhlas
c. Jangan lupa menasehati murid tentang hal-hal yang baik
d. Jangan lupa mencegah dan menasehati murit dari akhlak tercela, tidak secara
terang-terangan tapi hendaknya gunakan dengan sendirian.
e. Terangkanlah dengan kadar kemampuan akal murid hingga batas kemampuan
pemahaman mereka.
f. Definisi Hendaknya seorang guru harus mengajar muridnya yang pemula dengan
pelajaran yang simple dan mudah dipahami
g. Seorang guru harus mengamalkan ilmunya[1]

D. Etika pelajar

Dengan menjelaskan keutamaan belajar Al-Ghozali mempertegaskan dalam


ayat Al-quran Qs At-taubah : 122 .

Artinya;” Orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama


dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS.AT-TAUBAH: 122)
 Etika yang harus dilakukan oleh seorang pelajar yaitu:

1) Membersihkan jiwa dari kejelekan akhlak, dan keburukan sifat karena ilmu itu
adalah ibadahnya sholat secara samar dan kedekatan batin kepada Allah
2) Menyedikitkan hubungan dengan sanak keluarga dari hal keduniawian
3) Tidak sombong terhadap ilmu dan pula menjahui tindakan tidak terpuji, terhadap
guru
4) Tidak mengambil ilmu terpuji selain mendalaminya sehingga selesai dengan
mengetahui hakikatnya. Karena keberuntungan melakukan sesuatu itu adalah
menyelami (tabahhur) dalam sesuatu yang dikerjakan
5) Jangan terburu-buru atau tergesa-gesa kecuali kita telah menguasai ilmu yang
telah dipelajari sebelumnya. Karena sesungguhnya ilmu itu adalah sistimatik, satu
bagian saling terkait dengan yang lainya
6) Pelurusan ujuan hanya karena Allah bukan karena harta dll[2]
Etika murid terhadap guru yang dirumuskan oleh Hasyim Asy’ari tersebut di
atas tampak masih cukup relevan untuk diaplikasikan dalam kegiatan proses belajar
mengajar di masa sekarang, kerena etika tersebut tersebut di samping tidak membunuh
kreativitas murid, juga dapat mendorong terciptanya akhlak yang mulia di kalangan
pelajar, dalam hal ini juga menjadi cita-cita dan tujuan pendidikan Islam

E. Adab Seorang Guru


Diantara adab bagi seorang guru adalah berniat untuk mendapatkan ridlo
Alloh ta’ala, berhati-hati dan tidak serampangan dalam menjawab pertanyaan, jika
berbuat salah mau mengakui dan memperbaiki (inshaf), tawadlu dan tidak sombong,
simpatik dan penuh kasing sayang kepada murid, senantiasa belajar untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri.
1. Berniat untuk mendapatkan ridlo dari Alloh ta’ala
Seorang guru hendaknya meniatkan diri belajar dan mengajar untuk mendapatkan ridlo
dari Alloh ta’ala, menyebarkan ilmu, menghidup-hidupkan agama, menegakkan
kebenaran, berharap menumbuhkan bibit-bibit ulama yang menerangi manusia, serta
mengharap pahala dari Alloh ta’ala. Seorang guru hendaknya tidak merendahkan
dirinya dengan hanya mencari kemuliaan di dunia saja, hanya untuk mendapatkan harta
benda, popularitas, kekuasaan dan tujuan duniawi lainnya
2. Berhati-hati, tidak serampangan menjawab pertanyaan
Ketika mendapatkan pertanyaan dari murid, biasanya seorang guru berhasrat untuk
menjawabnya. Ini adalah hal yang wajar. Menjadi tidak wajar ketika, karena merasa
malu jika dikatakan tidak bisa menjawab pertanyaan, seorang guru selalu menjawab
setiap pertanyaan murid, padahal dia sendiri tidak memahami persoalan tersebut. Hal ini
tentu berakibat buruk
3. Jika berbuat salah, mengakui dan mau memperbaiki (inshaf)
Kadangkala kita temui ada seorang guru yang merasa dirinya paling pandai dan paling
benar
4. Tawadlu dan tidak sombong, tidak menolak kebenaran dari orang lain,
walaupun lebih muda usianya.
Seorang guru layaknya menjadi teladan bagi muridnya bahwa belajar itu bisa dari siapa
saja, termasuk orang yang usianya lebih muda. Jangan mentang-mentang sudah jadi
guru, lalu enggan belajar dari orang yang lebih muda, bahkan muridnya sendiri pun.
Mari kita saksikan bagaimana para maha guru kita memberikan teladan.
Diriwayatkan dari al-Fudhail bin ‘Iyadh, “Sesungguhnya Alloh mencintai orang ‘alim
yang rendah hati dan membenci orang ‘alim yang angkuh. Dan, barangsiapa yang
bersikap rendah hati semata-mata karena Alloh, maka Alloh akan mewariskan hikmah
kepadanya.”
5. Bersikap simpatik dan penuh kasih sayang kepada murid
Bagaimana mungkin seseorang mau belajar dari orang yang dia benci? Begitu juga
seorang murid, dia akan cenderung malas dan menolak belajar dari guru yang dia tidak
sukai. Oleh karena itu, hendaknya seorang guru bersikap simpatik kepada murid
6. Senantiasa belajar untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri
Seorang ahli ilmu adalah pembelajar sejati. Dia tidak pernah berhenti belajar. Seorang
guru pun demikian, hendaknya senantiasa belajar dan belajar untuk terus memperbaiki
dan meningkatkan kualitas diri.
Sejatinya, tugas guru adalah membangun peradaban suatu masyarakat dan
bangsa. Hari ini, kita merasakan keprihatinan luar biasa atas maraknya perilaku
menyimpang di kalangan para pelajar, seperti tawuran, perusakan (bullying), contek
massal, penggunaan narkoba, dan praktikseks bebas.
Meski bukan satu-satunya pihak yang paling bertanggung jawab, namun guru terposisi
sebagai pihak paling diharapkan peran dan fungsinya untuk membenahi perilaku anak-
anak kita. Peradaban yang selamat dan menyelamatkan membutuhkan sosok guru yang
terampil mengajarkan ilmu (pengajar) dan bisa jadi suri tauladan (pendidik).

Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh aku telah diutus (oleh Allah) sebagai seorang
pengajar.” (HR Ibnu Majah). Sebagai pengajar, Rasulullah SAW merupakan sosok
yang bijaksana, melimpah kasih sayangnya, metode pengajarannya menyenangkan,
ucapannya lugas dan jelas, cerdas, memiliki perhatian yang besar kepada siapa saja
muridnya.
Sebagai pendidik, Rasulullah SAW merupakan pribadi dengan akhlak yang
mulia (QS Al-Qalam: 4). Ketika anak-anak kita menunjukkan perilaku tidak beradab di
tengah-tengah masyarakat, maka para guru mesti bermuhasabah, masihkah para guru
komitmen dan konsisten mengamalkan adab menjadi seorang guru? Adab merupakan
akhlak, moral, tata krama, etik, nilai, atau pandangan hidup (Pusat Bahasa
Kemdiknas,2008).

Jadi, adab guru adalah akhlak guru atau nilai-nilai yang mendasari keyakinan guru
dalam berpikir dan bersikap. Ada lima adab yang harus istiqomah diamalkan guru
sebagai pengajar maupun pendidik.
 Pertama, mengajar bukan karena tujuan ingin mendapatkan imbalan
dan bukan pula karena mengharapkan ucapan terima kasih.
Mengajar diniatkan sebagai salah satu cara untuk beribadah dengan
mengharapkan ridha Allah SWT.
 Kedua, mengingatkan murid akan akhlak yang buruk dengan
ungkapan kasih sayang, tidak secara terang-terangan, dan dengan
ungkapan yang lemah lembut bukan celaan. Alangkah lebih baiknya
para guru merenungi kata-kata hikmah dari Imam As-Syafie: “Siapa
yang menasihatimu secara sembunyi-sembunyi, maka ia benar-
benar menasihatimu. Siapa yang menasihatimu di khalayak ramai,
dia sebenarnya menghinamu.” Nasihatilah murid-murid kita dengan
kasih sayang dan menutupi aibnya agar tidak diketahui orang lain.
 Ketiga, dianjurkan saat memberikan pelajaran, guru memberikan
penjelasan secara gamblang agar bisa dipahami oleh semua murid,
bahkan oleh murid dengan kemampuan daya tangkap rendah sekali
pun. Imam Tirmidzi dalam Kitab Asy-Syamail meriwayatkan dari
Aisyah ra bahwasanya ia berkata: “Rasulullah SAW tidak pernah
berkata dengan tergesa-gesa sebagaimana yang biasa kalian
lakukan. Akan tetapi, beliau berkata dengan ucapan yang sangat
jelas dan rinci, sehingga orang lain yang duduk bersamanya akan
dapat memahami setiap perkataan beliau.” (HR Imam Tirmidzi).
 Keempat, guru menyayangi murid-muridnya seperti mereka
menyayangi anak-anaknya sendiri. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya aku bagi kalian tiada lain hanyalah seperti orangtua
kepada anaknya. Aku mengajari kalian.” (Ibnu Majah melalui
Abu Hurairah).
 Kelima, hendaknya guru berbuat sesuai dengan ilmunya, tidak
mendustakan antara perkataan dan perbuatan. Allah SWT berfirman,
“Apakah kamu menyuruh manusia (melakukan) kebajikan dan kamu
melupakan (untuk menyuruh) diri kamu sendiri...” (QS. Al-Baqarah:
44).
Ketika murid tak mau mendengarkan dan mengikuti nasihat guru, alih-alih
kita marah dan menyalahkan perilaku murid, marilah bertanya dahulu pada diri sendiri,
“Apakah saya sudah menjadi guru yang beradab? Sudahkah saya melakukan apa yang
saya katakan kepada murid-murid?” Jangan pernah berdusta pada diri sendiri dan para
murid! Jika murid saja tak suka apalagi Allah SWT (QS Ash-Shaff: 3).

[1] Az-Zarnujji, Terjemahan TA’LIM MUTA’ALLIM, Cet.1, (Surabaya :


Mutiara Ilmu, 2009), hlm. 04-07
[2] Mustakim zaenal,Strategi dan Metode Pembelajaran,Cet.2, (Yogyakarta
: matagraf,2011) h. 4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. keutamaan ilmu dan orang yang memiliki ilmu, hanyalah hak ulama yang
mengamalkan ilmunya, berkepribadian baik dan bertakwa yang bertujuan untuk
memperoleh keridhaan Allah SWT, dekat dihadapanNya dengan mendapatkan surga
yang penuh dengan kenikmatan.Bukanlah orangyang ilmunya dimaksudan untuk
tujuan-tujuan duniawi, yakni jabatan, harta benda atau berlomba-lomba
memperbanyak pengikut.
Telah diriwayatkan dari Nabi SAW: “Barang siapa mencari ilmu untuk menjatuhkan
para ulama’, atau berdebat dengan para ahli fiqh atau bertujuan untuk memalingkan
pandangan manusia, maka Allah akan memasukkannya ke dalam api neraka” (H.R.
Al Turmudzi)
2. adab bagi seorang guru adalah berniat untuk mendapatkan ridlo Alloh
ta’ala, berhati-hati dan tidak serampangan dalam menjawab pertanyaan, jika berbuat
salah mau mengakui dan memperbaiki (inshaf), tawadlu dan tidak sombong, simpatik
dan penuh kasing sayang kepada murid, senantiasa belajar untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas diri
DAFTAR PUSTAKA

Mustakim zaenal.Strategi dan Metode Pembelajaran,Cet.2,Yogyakarta :


matagraf.2011
Az-Zarnujji,Terjemahan TA’LIM MUTA’ALLIM,Cet.1,Surabaya : Mutiara
Ilmu,2009
Homalik Oemar. Pendidikan Guru, Jakarta: Sinar Grafika Offset,2004

Anda mungkin juga menyukai