Anda di halaman 1dari 6

Bahan Bacaan

HAKIKAT PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK


DALAM KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

A. Pendidik

1. Pengertian Pendidik
Kata pendidik berasal dari didik, artinya memelihara, merawat dan memberi
latihan agar seseorang memiliki ilmu pengetahuan seperti yang diharapkan (tentang
sopan santun, akal budi, akhlak, dan sebagainya) selanjutnya dengan menambahkan
awalan pe- hingga menjadi pendidik, artinya orang yang mendidik. Dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia, pendidik artinya orang yang mendidik. Secara etimologi
dalam bahasa Arab terdapat beberapa kata seperti kata muallim (pengajar), murabbi
(pendidik), mudarris (pengajar), muaddaib(pemberi tata krama), mursyid (pemberi
bimbingan/petunjuk)dan uztadz. Secara terminology beberapa pakar pendidikan
berpendapat,
Menurut Ahmad Tafsir, bahwa pendidik dalam Islam adalah orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan upaya
mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif
(cipta), maupun psikomotorik (karsa). Sedangkan Abdul Mujib mengemukakan bahwa
pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi peserta didik, yang memberikan
santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan prilakunya yang
buruk. Pendidik dapat pula berarti orang bertanggung jawab terhadap perkembangan
dan kematangan aspek rohani dan jasmani anak. Secara umum dijelaskan pula oleh
Prof. Dr. Maragustam Siregar, yakni orang yang memberikan ilmu pengetahuan,
pengalaman, keterampilan dan lain-lain baik di lingkungan keluarga, masyarakat
maupun di sekolah.
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendidik dalam
Islam adalah orang yang mempunyai tanggung jawab dan mempengaruhi jiwa serta
rohani seseorang yakni dari segi pertumbuhan jasmaniah, pengetahuan, keterampilan,
serta aspek spiritual dalam upaya perkembangan seluruh potensi yang dimiliki oleh
seseorang tersebut sesuai dengan prinsip dan nilai ajaran Islam sehingga menjadi insan
yang berakhlakul karimah.
2. Karakteristik Pendidik
Seorang pendidik harus memiliki karakteristik tertentu yang dengan
karakteristik ini diharapkan apa yang diberikan oleh pendidik kepada anak didiknya
dapat didengar dan dipatuhi, tingkah lakunya dapat ditiru dan diteladani dengan baik.
Adapun karakteristik tersebut adalah sebaga berikut:
a. Tujuan, tingkah laku dan pola pikir guru / pendidik bersifat rabbani.
b. Ikhlas, yakni bermaksud mendapat keridhaan Allah, mencapai dan menegakkan
kebenaran.
c. Sabar dalam mengajarkan berbagai ilmu kepada peserta didik.
d. Mampu menggunakan metode mengajar yang bervariasi dan menguasainya
dengan baik.
e. Memiliki sifat zuhud, yakni tidak mengutamakan materi dan mengajar karena
ridho Allah
SWT semata.
f. Seorang guru harus jauh dari dosa besar, sifat ria’(pamer), dengki dan sifat
madzmumah
yang lain.
g. Seorang guru harus mencintai murid-muridnya seperti mencintai anak-anaknya
sendiri.
h. Mengetahui tabiat, pembawaan, adat, kebiasaan, rasa dan pemikiran murid-
muridnya.
i. Mencegah diri sendiri dan murid untuk melakukan perbuatan yang tidak baik.
j. Seorang guru harus mengamalkan ilmunya dan tidak berlain kata dengan
perbuatannya.

3. Fungsi dan tugas pendidik


Pendidik sebagai seorang yang terdepan dalam pendidikan secara umum
memiliki dan tugas sebagai berikut:
a. Sebagai Pengajar (instruksional), yang bertugas merencanakan program
pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun serta mengakhiri
dengan melaksanakan penilaian setelah program dilaksanakan.
b. Sebagai pendidik (edukator), yang mengarahkan peserta didik pada tingkat
kedewasaan dan berkepribadian kamil seiring dengan tujuan Allah SWT yang
menciptakannya (makhluk)
c. Sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin, mengendalikan kepada diri
sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait, terhadap berbagai masalah
yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian,
pengontrolan, dan partisipasi atas program pendidikan yang dilakukan.
Demikian pula dikemukakan oleh Khoiron Rosyadi, bahwa tugas
pendidik yakni harus:
a. Mengetahui karakter murid.
b. Guru harus selalu berusaha meningkatkan keahliannya, baik dalam bidang yang
diajarkannya maupun dalam cara mengajarkannya.
c. Guru harus mengamalkan ilmunya, jangan berbuat berlawanan dengan ilmu yang
diajarkannya.
Disisi lain beberapa pandangan tentang tugas-tugas pendidik adalah
sebagai berikut:
a. Membimbing peserta didik, dalam artian mencari pengenalan terhadap anak
didik mengenai kebutuhan, kesanggupan, bakat, minat dan sebagainya.
b. Menciptakan situasi untuk pendidikan, yaitu: suatu keadaan dimana tindakan-
tindakan pendidik dapat berlansung dengan baik dan hasil yang memuaskan.
c. Seorang pendidik harus memiliki pengetahuan yang diperlukan, seperti
pengetahuan keagamaan, dan lain sebagainya. Seperti yang dikemukakan oleh
al-Ghazali, bahwa tugas pendidik adalah menyempurnakan, membersihkan,
menyempurnakan serta membawa hati manusia untuk Taqarrub kepada Allah
SWT.
B. Peserta Didik
1. Pengertian Peserta didik
Mengacu pada konsep pendidikan sepanjang masa atau seumur hidup, maka
dalam arti luas yang disebut dengan peserta didik adalah siapa saja yang berusaha untuk
melibatkan diri sebagai peserta didik dalam kegiatan pendidikan sehingga tumbuh dan
berkembang potensinya, baik yang berstatus sebagai anak yang belum dewasa maupun
orang yang sudah dewasa. Dalam UU Sisdiknas 2003 pasal 1, dijelaskan bahwa yang
disebut peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi
diri melalui melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan tertentu.
Peserta didik merupakan subjek dan objek pendidikan yang memerlukan
bimbingan orang lain (pendidik) untuk membantu mengembangkan potensi yang
dimilikinya serta membimbing menuju kedewasaan. Potensi merupakan suatu
kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik, dan tidak akan tumbuh atau berkembang
secara optimal tanpa bimbingan pendidik.
Dalam istilah tasawuf peserta didik seringkali disebut dengan murid atau thalib.
Secara etimologi murid berarti orang yang menghendaki sedangkan menurut arti
terminologi murid adalah pencari hakikat di bawah bimbingan dan arahan seorang
pembimbing spiritual (mursyid), sedangkan thalib secara bahasa berarti orang yang
mencari sedang menurut istilah tasawuf adalah penempuh jalan spriritual dimana ia
berusaha keras menempuh dirinya untuk mencapai derajat sufi.

2. Karakteristik Peserta Didik


Dalam upaya mencapai tujuan pendidikan, peserta didik hendaknya memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Belajar dengan niat Ibadah dalam rangka taqarrub ila Allah.
b. Bersikap tawadhu’ atau rendah hati.
c. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji.
d. Peserta didik hendaknya berhias dengan moral yang baik.
e. Bersungguh- sungguh dan tekun belajar.
f. Sifat saling mencintai dan persaudaraan haruslah menyinari pergaulan antara siswa.
g. Peserta didik harus penuh semangat dan kegiatan, serta menghadapi tugasnya dengan
penuh kegairahan dan minat.
h. Bersifat wira’i dan menjaga agar setiap kebutuhan dan keluarga, makan, minum,
pakaian tempat tinggal dan lain-lain, selalu dari bahan dan diperoleh lewat cara yang
halal.
3. Tugas Peserta didik
Agar pelaksanaan proses pendidikan islam dapat mencapai tujuan yang
diinginkannya maka setiap peserta didik hendaknya menyadari tugas dan kewajibannya,
yaitu anatar lain
a. Peserta didik hendaknya senantiasa membersihkan hatinya sebelum menuntut ilmu,
hal ini disebabkan karena belajar adalah ibadah dan tidak sah ibadah kecuali dengan
hati yang bersih.
b. Tujuan belajar hendaknya ditunjukan untuk menghiasi ruh dengan berbagai sifat
keutamaan.
c. Memiliki kemauan yang kuat untuk mencari dan menuntut ilmu di barbagai tempat
d. Peserta didik hendaknya belajar secara sungguh-sungguh dan tabah dalam belajar.
C. Hubungan Pendidik dan Peserta Didik
Pada hakikatnya, pendidik dan peserta didik itu satu kesatuan. Mereka satu dalam
jiwa, terpisah dalam raga. Pendidik dan peserta didik adalah dua sosok manusia yang tidak dapat
dipisahkan dari dunia pendidikan.
Dalam buku Filsafat Pendidikan Islam yang ditulis oleh Hasan Basri, dalam
perspektif filsafat pendidikan Islam, hakikat peserta didik merupakan darah daging sendiri, dan
pendidik sebagai orangtua dalam keluarga pendidikan.
Selanjutnya hubungan antara pendidik dan anak didik dapat sebagai berikut:
1. Pelindung
Orang dewasa selalu menjaga kepada anak didiknya dan selalu memperhatikan anak
didiknya. Dengan demikian peserta didik selalu diberikan perlindunagan dalam hal
jasmaniah maupun rohaniah.
2. Menjadi teladan
Pendidik menjadi teladan bagi peserta didik yang ingin berbuat serupa. Maka perlu
bagi seorang guru memperhatikan segala gerak-geriknya dalam berbuat.
3. Pusat mengarahkan pikiran dan perbuatan
Pendidik biasa menurut sertakan peserta didik dengan apa yang dipikirkan, baik yang
menggembirakan ataupun dengan apa yang sedang dipertimbangkan. Jadi pendidik
memberikan penjelasan-penjelasan tentang berbagai hal hal kepada anak mengenai apa yang
sedang dipikirkan.
4. Pencipta perasaan bersatu
Anak didik seolah-olah telah biasa di dalam suasana perasaan bersatu dengan
pendidik. Dari suasana ini anak akan mendapatkan pengalaman dasar untuk hidup
bermasyarakat, antara lain saling percaya, rasa setia, saling meminta dan memberi.
Demikian pentingnya pendidik dan peserta didik, maka kedua komponen ini harus
menjalankan tugas dan memahami perannya masing-masing sebagaimana yang dijelaskan di
atas. Adanya pergerseran nilai yang semakin tajam di era globalisasi ini, prinsip pragmatisme
dan materialisme selalu menjadi pertimbangan terkadang menjadi pertimbangan utama dalam
setiap profesi, termasuk profesi guru. Berkualitas tidaknya suatu pembelajaran hanya diukur
dengan seberapa besar materi yang ia dapatkan.
Oleh karena itu, prinsip keikhlasan dan keteladan seharunya lebih mendapat perhatian
bagi guru dalam konteks kekinian. Sikap yang ikhlas bukan berarti tidak membutuhkan materi,
tetapi materi bukanlah tujuan utama dan penentu akhir berhasil tidaknya suatu pendidikan.
Begitu pula keteladanan, bukan hanya tugas guru yang berkenaan dengan bidang studi akhlak,
seperti bidang studi agama dan bidang studi kewarganegaraan; akan tetapi keteladanan harus
menjadi kepribadian setiap guru.
Demikian pula peserta didik, juga diharapkan tidak terjebak pada paham pragmatisme
dan materialisme. Ada kecendrungan ketika peserta didik bersikap demikian, maka guru pun
kurang dihormati. Guru hanya dianggap sebagai instrumen atau alat dalam pendidikan.
Sebagaimana yang dikenal dalam falsafah alat, ia akan digunakan selagi dibutuhkan. Ketika
tidak lagi dibutuhkan, maka guru pun tidak dihormati lagi.
Jika pendidik dan peserta didik mampu melaksanakan tugas dengan memiliki
karakteristik atau sifat-sifat seperti di atas dengan istiqamah, maka proses pembelajaran tidak
hanya menyentuh aspek kognitif saja, tetapi lebih dari itu berbagai potensi peserta didik dapat
dikembangkan secara optimal dalam meraih ilmu yang berkah dan bermanfaat serta memperoleh
ridha Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai