Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sebagai usaha membina dan mengembangkan


pribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah juga harus berlangsung
secara bertahap. Oleh karena kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi
perkembangan dan pertumbuhan melalui proses demi proses kearah tujuan akhir
dari perkembangan tersebut.

Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, bahwasanya pendidikan


merupakan suatu hal yang urgen dalam setiap lini kehidupan. Sebagai wahana
untuk membentuk manusia ideal, maka pendidikan tidak akan pernah terlepas dari
kehidupan kita sehari-hari. Di lain pihak pendidikan merupakan faktor penentu
kemajuan suatu negara. Maju tidaknya suatu negara tergantung dari kualitas
pendidikan di dalamnya. Sudah jelas kiranya bahwasanya pendidikan memang
memiliki peranan penting dalam kehidupan umat manusia.

Dalam pendidikan Islam memberikan perhatian yang sangat besar


terhadap perkembangan daya pikir untuk menciptakan generasi yang cerdas dan
berakhlak mulia, untuk menguatkan kehidupan keagamaan pada peserta didik agar
pada perkembangan teknologi seperti sekarang ini anak dapat membedakan
paradigma pemikiran Islam dan non Islam. Dalam hal ini diupayakan
mewujudkan fungsi pendidikan sebagai wahana pengembangan sumber daya
manusia, perlu dikembangkan iklim belajar mengajar yang konstruktif bagi
perkembangan potensi kreativitas peserta didik sehingga dapat lahir gagasan-
gagasan baru. Upaya tersebut menuntut terpeliharanya tradisi belajar yang
dilandasi oleh semangat dan nilai-nilai yang relevan diantaranya adalah
profesionalisme, toleransi terhadap keagamaan, pendapat dan keterbukaan, guna
mempersiapkan sumber daya manusia yang potensial di masa yang akan datang.

B. Rumusan Masalah
2

Dari latar belakang di atas dapat kita ambil permasalahan yang perlu dibahas
dalam makalah ini, sebagaimana berikut :
1. Pengertian Pendidik (guru)
2. Kompetensi Pendidik (guru)
3. Tugas dan tanggung jawab Pendidik (guru)
4. Kedudukan Pendidik (guru) dalam pandangan Islam

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui kompetensi Guru
2. Untuk mengetahui Tugas dan tanggung Jawab guru
3. Untuk mengetahui kedudukan guru dalam Islam
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidik

Pendidikan merupakan suatu usaha membina dan mengembangkan pribadi


manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah juga harus berlangsung secara
bertahap. Oleh karena itu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi
perkembangan/pertumbuhan, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui
proses demi proses ke arah tujuan akhir perkembangan/pertumbuhan anak didik
(manusia) kepada titik optimal kemampuannya. Dan tujuan yang hendak dicapai
adalah terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual
dan sosial serta hamba Tuhan yang mengabdikan diri kepadaNya1.
Pengertian Pendidik secara umum adalah orang yang memiliki tanggung
jawab untuk mendidik. Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif
pendidikan Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan
peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik,
baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai
ajaran Islam2.
Pendidik disebut juga guru yang mana pendidik menurut ahmad tafsir
yaitu orang yang bertanggung jawab terhadap berlangsungnya proses
pertumbuhan dan perkembangan potensi anak didik, baik potensi kognitif maupun
potensi psikomotoriknya3. Dan menurut Imam Barnabib adalah “ tiap orang
dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai kedewasaan. pendidik
terdiri dari Orang tua, dan Orang dewasa lain yang bertanggung jawab tentang
kedewasaan anak ”4
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dipahami bahwa pendidik
dalam perspektif pendidikan Islam ialah orang yang bertanggung jawab terhadap
upaya perkembangan jasmani dan rohani peserta didik agar mencapai tingkat
1
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,2005), hal 11
2
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,2002), cet 1, hal 41
3
Samsul Nizar, Pengantar Dasar- Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya
Media Pratama,2001)
4
Ibid.,h. 8
4

kedewasaan sehingga ia mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaannya sesuai


dengan nilai ajaran Islam. Oleh karena itu, pendidik dalam konteks ini bukan
hanya terbatas pada orang-orang yang bertugas di Sekolah tetapi semua orang
yang terlibat dalam proses pendidikan anak mulai sejak dalam kandungan hingga
ia dewasa, bahkan sampai meninggal dunia.

B. Kompetensi Guru

Kompetensi Guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan


perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.5 Berdasarkan Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 18 Tahun 2007 tentang guru. Kompetensi guru sebagai agen
pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak
usia dini meliputi:

1. Kompetensi pedagogik,

a) mengusai karakteristik peserta didik,


b) menguasai teori belajar,
c) mengembangkan pembelajaran yang mendidik
d) pengembangan kurikulam dan silabus
e) perencanaan pembelajaran
f) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan logis
g) evaluasi pembelajaran
h) pemanfaatan tekhnologi pembelajaran
2. Kompetensi kepribadian:
a) bertindak sesuai dengan norma yang berlaku,
b) menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur,
c) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap
d) menampilkan diri sebagai pribadi yang beriman dan bertakwa
e) menampilkan diri sebagai pribadi yang demokratis

5
Indonesia, Undang-undang Guru dan Dosen, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006) h. 5
5

f) menampilkan diri sebagai pribadi yang sporif


g) menampilkan diri sebagai pribadi yang berwibawa
h) menampilkan diri sebagai pribadi yang stabil
i) menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa
j) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat
k) menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia
l) mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan
3. Kompetensi profesional,

Merupakan kemampuan pendidik dalam menjalankan tugasnya secara


professional dalam arti mampu membuat keputusan keahlian khusus, serta
mampu mempertanggung jawabkan berdasarkan teori dan wawasan
keahliannya dalam perspektif islam.

a) bersikap inklusif,
b) berkomunikasi secara efektif,
c) mampu beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah
Indonesia
4. Kompetensi social
a) menguasai materi pelajaran
b) menguasai standart kompetensi
c) Mampu memenfaatkan teknologi informasi.
d) Bergaul secara santun dan bermasyarakat
e) Menerapkan prinsip persaudaraan

Bahkan menurut Al-Kanani, sebagaimana pendapatnya dikutip, ada beberapa


persyaratan menjadi seorang pendidik yakni: (1) yang berkenaan dengan dirinya
sendiri; (2) yang berkenaan dengan pelajaran; (3) yang berkenaan dengan
muridnya6.

Tiga persyaratan menjadi seorang pendidik seperti diatas dapat dilihat


penjelasannya sebagai berikut:
6
Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2005), h. 6
6

Pertama, syarat-syarat pendidik yang berhubungan dengan dirinya sendiri, yaitu:

a. Guru hendaknya senantiasa insaf akan pengawasan Allah terhadapnya


dalam segala perkataan dan perbuatan bahwa ia memegang amanat ilmiah
yang diberikan Allah kepadanya.
b. Guru hendaknya memelihara kemulian Ilmu.
c. Guru hendaknya bersifat zuhud
d. Guru hendaknya tidak berorientasi duniawi yang mengutamakan
kedudukan, popularitas yang menyebabkan ia bangga diri
e. Guru hendaknya menjauhi mata pencaharian yang hina dalampandangan
syara’ dan menjauhi situasi yang mendatangkan fitnah
f. Guru hendaknya memelihara syria’at Islam
g. Guru hendaknya rajin melaksankan hal-hal yang sunat yang dianjurkan
oleh ajaran Islam
h. Guru hendaknya menjaga Akhlaq yang mulia
i. Guru hendaknya mampu memanfaatkan waktu yang terluang
j. Guru hendaklah selalu belajar
k. Guru hendaknya rajin meneliti, menyusun dan mengarang dengan
memperhatikan keterampilan dan keahlian yang dibutuhkan untuk itu.

Kedua,syarat-syarat yang berhubungan dengan pelajaran, yaitu:

a. Guru ketika hendak mengajar sebelum keluar dari rumah hendaknya


bersuci dari hadas dan kotoran serta mengenakan pakaian yang baik dengan
maksud menghargai ilmu dan syari’at.
b. Guru ketika keluar dari rumah hendaknya selalu berdoa agar tidak sesat dan
menyesatkan, dan terus berzikir kepada Allah hingga sampai ke majelis
pembelajaran.
c. Guru hendaknya memosisikan dirinya pada tempat yang dapat dilihat oleh
anak didik
d. Sebelum mengajar mestinya guru membaca basmalah, do’a untuk
mendapatkan berkah Allah
7

e. Guru hendaknya mengajarkan hierarki keilmuan dalam bidang keahliannya


f. Guru hendaknya dapat mengatur suara dengan baik
g. Guru hendaknya mengendalikan majelis dan mengontrol agar tidak
menyimpang dari fokus
h. Guru hendaknya menegur anak didiknya yang tidak menjaga kesopanan.

Ketiga, karakter guru di tengah para anak didiknya:

a. Guru mestinya mengajar dengan niat mengharapkan keridhaan Allah SWT


b. Tidak menolak mengajar anak didik yang tidak lulus dan ikhlas belajar
c. Mencintai anak didiknya
d. Memberikan motivasi anak didik untuk belajar
e. Berusaha menyampaikan materi pelajaran agar anak didiknya dapat
memahaminya
f. Melakukan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilakukannya
g. Bersikap adil terhadap semua anak didiknya, dan terus melakukan
pemantauan terhadap perkembangan anak didik.

Dalam konteks pendidikan Islam, guru adalah spritual father atau bapak rohani
bagi murid. Gurulah yang memberi santapan jiwa dengan ilmu, pendidikan akhlak
dan membenarkannya, maka menghormati guru berarti penghormatan terhadap
anak-anak pula.oleh karena itu, menjadi pendidik hendaklah memiliki sifat-sifat
sebagi berikut7:

1) Zuhud tidak mengutamakan materi dan mengajarkan mencari keridhaan


Allah Swt semata.
2) Bersih tubuhnya, jauh dari dosa dan kesalahan, bersih jiwa, terhindar dari
dosa besar, sifat ria (mencari nama), dengki, permusuhan , perselisihan,
dan lainlain sifat yang tercela
3) Ikhlas dalam pekerjaan
4) Suka pemaaf
7
Abd. Rachman Asseegaf, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2011, h.111
8

5) Guru merupakan seorang bapak sebelum ia menjadi seorang guru


6) Guru harus mengetahui tabiat murid, dan guru harus menguasai mata
pelajaran

Disamping itu, Islam memberi motivasi agar dalam melaksanakan


tugas/kewajiban tersebut mengarah kepada nilai tambah yang positif, bukan
negatif. Sebab tiap upaya demikian bernilai alternatif, pahala atau dosa,
sebagaimana sabda nabi:

‫ِل ِم‬ ‫ِم‬ ‫ِم‬


‫َمْن َدَع ا ِإَلى ُه ًد ى َك اَن َل ُه َن اَألْج ِر ْث ُل ُأُج وِر َمْن َتِبَع ُه َال َيْنُقُص َذ َك ْن‬
‫ِم‬ ‫ِه ِم‬ ‫ٍة‬ ‫ِه‬
‫ُأُج وِر ْم َش ْيًئا َو َمْن َدَعا ِإَلى َض َالَل َك اَن َعَلْي َن اِإل ْثِم ْث ُل آَثاِم َمْن َتِبَع ُه َال َيْنُقُص‬

‫َذِلَك ِم ْن آَثاِم ِه ْم َش ْيًئا‬

Artinya: barang siapa mengajak kepada petunjuk (kebaikan), ia akan mendapat


paha semisal pahala orang yang mengikuti (petunjuknya) tadi tanpa berkurang
sedikit pun dari pahalanya. Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan
(kejahatan), ia akan mendapat dosa semisal dosa orang yang mengikuti (kesesatan
tadi) tanpa berkurang sedikit pun dari dosanya.(H.R. Muslim)8

C. Tugas dan Tanggung jawab Guru

Guru merupakan salah satu kompenen sekolah yang sangat esensial karena
guru adalah sumberdaya aktif , sedangkan kompenen-kompenen yang lain bersifat
pasif misalnya kurikulum,dana,sarana,prasarana. Tanpa campur tangan jasa guru
kompenen-kompenen lainnya tak ada artinya. Oleh karena itu tugas guru dapat
disebut pendidik dan pemelihara anak. Guru sebagai penanggung jawab

8
Mahyuddin, Shahih Muslim, Mesir, darul Manar: 2003, Juz 16, hal.102
9

pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktifitas anak-anak agar tingkah laku
anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.9

Dalam Islam tugas seorang pendidik dipandang sebagai sesuatu yang


sangat mulia. Secara umum tugas pendidik adalah mendidik. Dalam
operasionalnya mendidik merupakan rangakaian proses mengajar, memberikan
dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan dsb. Disamping
itu pendidikjuga bertugas sebagai fasilitator dan motivator dalam proses belajar
mengajar, sehingga seluruh potensi peserta didik dapat teraktualisasi secara baik
dan dinamis.

Keutamaan seorang pendidik disebabkan oleh tugas mulia yang di


embannya. Tugas yang di emban seorang guru hampir sama dengan tugas seorang
rasul10.dari pandangan itu dipahami, bahwa tugas pendidik sebagai “warasat al-
anbiya”, yang pada hakikatnya mengemban misi rahmat li al-‘amin11, yakni suatu
misi yang mengajak manusia untuk tunduk dan patuh pada hukum-hukum Allah,
guna memperoleh keselamatan dunia dan akhirat. Kemudian misi ini
dikembangkan kepada pembentukan kepribadian yang berjiwa tauhid, kreatif,
beramal saleh dan bermoral tinggi.

Untuk melaksanakan tugas sebagai “warasah al-anbiya”, pendidik


hendaklah bertolak pada amar makruf nahyu al-munkar, menjadikan prinsip
sebagai pusat kegiatan penyebaran misi iman, islam dan ihsan, kekuatan yang
dikembangkan oleh pendidik adalah individualltas, social dan moral (nilai- nilai
agama dan moral)12.

Menurut al- Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan,


membersihkan, menyucikan hati manusia untuk ber-taqqarrub kepada Allah 13.

9
Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1979), h. 165
10
Ibid
11
Q.S 21:107
12
Muhaimin dan Abd. Mujib, h. 63
13
Ibid, h. 169
10

Sejalan dengan ini Abd. Al-Rahman al- Nahlawi menyebutkan tugas pendidik.
Pertama, penyucian yakni berfungsi sebagai pembersih, pemelihara, dan
pengembang fitrah manusia. Kedu fungsi pengajaran yakni menginternalisasikan
dan mentransformasikan pengetahuan dan nilai- nilai agama kepada manusia14.

Berangkat dari uraian diatas maka tanggung jawab pendidik sebagaimana


disebut oleh Abd. Al-Rahman al- Nahlawi adalah, mendidik individu supaya
beriman kepada Allah dan melaksanakan Syariat nya, mendidik diri supaya
beramal sholeh, mendidik masyarakat untuk saling menasehati dalam
melaksanakan kebenaran, saling menasehati dan tabah dalam menghadapi
kesusahan, beribadah kepada Allah serta menegakkan kebenaran 15. Tanggung
jawab itu bukan hanya sebatas tanggung jawab moral, seorang pendidik terhdap
anak didik akan tetapi lebih jauh dari itu. Pendidikan akan
mempertanggungjawabkan atas segala tugas yang dilaksanakannya kepada Allah
sebagai mana hadist Rasul :

، ‫ اِإل َم اُم َر اٍع َو َمْس ُئوٌل َعْن َر ِع َّيِت ِه‬، ‫ َو ُك ُّلُك ْم َمْس ُئوٌل َعْن َر ِع َّيِت ِه‬، ‫ُك ُّلُك ْم َر اٍع‬
‫ َو اْلَم ْر َأُة َر اِع َي ٌة ِفى َبْيِت َز ْو ِج َه ا‬، ‫َو الَّر ُج ُل َر اٍع ِفى َأْه ِل ِه َو ْه َو َمْس ُئوٌل َعْن َر ِع َّيِت ِه‬
‫ُئوٌل َع ِع َّيِتِه‬ ‫ِع ِت‬
‫ْن َر‬ ‫َو َمْس ُئوَلٌة َعْن َر َّي َه ا َو ُك ُّلُك ْم َر اٍع َو َمْس‬
Artinya: dari Ibnu Umar r.a berkata:

Rasulullah SAW besabda: masing- masing kamu adalah pengembala dan masin-
masing bertanggung jawab atas gembalanya: pemimpin adalah pengembala,
suami adalah pengembala terhadap anggota keluarganya, dan istri adalah
pengembala di tengah- tengah rumah tangga suaminya dan terhadap anaknya.
Setiap orang di antara kalian adalah pengembala dan masing masing
bertanggung jawab atas yang di gembalanya. “ H.R Bukhari Muslim”

14
Abd. Al- Rahman al-Nahlawi,h. 170
15
Ibid, h.18-19
11

Kata Ra’i dalam hadist di atas berarti setiap orang dewasa dibebani
kewajiban dan diserahi kepercayaan untuk menjalankan dan memelihara suatu
urusan serta dituntut untuk berlaku adil dalam urusan itu. Kata Raiyyah berarti
setiap orang yang menjadi beban dan tanggung jawab bagi orang lain, seperti istri
dan anak, suami atau ayah.

Sedangkan kata al- Amir berarti setip orang yang memegang kendali
urusan, mencakup pemerintahan, kepala Negara dan aparatnya. Tanggung jawab
dalam islam bernilai keagamaan, berarti kelalaian seseoarang terhadap nya akan di
pertanggung jawabkan di hari Kiamat dan bernilai keduniawian, dalam arti
kelalaian seseorang terhadapnya dapat dituntut di pengadilan oleh orang-orang
dibawah kepemimpinannya16

Di samping itu, pendidik juga bertugas sebagai motivator dan fasilitator


dalam proses belajar mengajar, sehingga seluruh potensi peserta didik dapat
teraktualisasi secara baik dan dinamis. Sementara dalam batasan lain, tugas
pendidik dapat dijabarkan dalam beberapa pokok pikiran, yaitu17 :
1. Sebagai pengajar (instruksional) yang bertugas merencanakan program
pengajaran, melaksanakan program yang disusun, dan akhirnya dengan
pelaksanaan penilaian setelah program tersebut dilaksanakan.
2. Sebagai pendidik (edukator) yang mengarahkan peserta didik pada tingkat
kedewasaan kepribadian sempurna (insan kamil), seiring dengan tujuan
penciptaan-Nya.
3. Sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin, mengendalikan diri
(baik diri sendiri, peserta didik, maupun masyarakat), upaya pengarahan,
pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi atas program
yang dilakukan.

D. Kedudukan Guru dalam pandangan Islam

16
Mustafa Sai al- Khin, dkk., Nuzhab al- Muttaqin Syarh Riyadh al- Salihin, (Beirut:
Muassah al- Risalah, 1977), jilid I, h. 298 dan 543
17
Opcit, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, h.44
12

Salah satu hal yang amat menarik pada ajaran Islam ialah penghargaan
Islam yang sangat tinggi terhadap guru. Begitu tingginya penghargaan itu
sehingga menempatkan kedudukan guru setingkat dibawah kedudukan nabi dan
rasul. Mengapa demikian? Karena guru selalu terkait dengan ilmu (pengetahuan),
sedangkan Islam amat menghargai pengetahuan. Penghargaan Islam terhadap ilmu
tergambar ayat dan hadits rasul sebagi berikut:

‫ٍت‬ ‫ِع‬ ‫ِذ‬ ‫ِم‬ ‫ِذ‬


‫َيْر َفِع الَّلُه اَّل يَن آَم ُنوا ْنُك ْم َو اَّل يَن ُأوُتوا اْل ْلَم َدَرَج ا َو الَّلُه َمِبا َتْع َم ُلوَن َخ ِبٌري‬
Artinya: Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan18.Q.S Almujadalah:11

Adapun hadits rasul yang artinya yang dikutip ahmad tafsir dari buku Asama
Hasan Fahmi sebagai berikut:

1. Tinta ulama lebih berharga daripada darah syuhada


2. Orang berpengetahuan melebihi orang yang senang beribadat, yang berpuasa
dan menghabiskan waktu malamnya untuk mengerjakan salat, bahkan
melebihi kebaikan orang yang berperang dijalan Allah.
3. Apabila meninggal seorang alim, maka terjadilah kekosongan dalam Islam
yang tidak dapat diisi kecuali oleh seorang alim yang lain.

Kedudukan orang alim dalam Islam dihargai tinggi bila orang itu
mengamalkan ilmunya. Mengamalkan ilmu dengan cara mengajarkan ilmu itu
kepada orang lain adalah suatu pengamalan yang paling dihargai oleh Islam.19

Ada penyebab khusus mengapaorang Islam amat menghargai guru, yaitu


pandangan bahwa ilmu (pengetahuan) itu semuanya bersumber pada tuhan :

‫ي‬ ‫َقاُلوا اَنَك ال ِعْل َلَنا ِإال ا َّل َنا ِإَّنَك َأْن اْل ِلي ا ِك‬
‫َت َع ُم َحْل ُم‬ ‫َم َع ْم َت‬ ‫َم‬ ‫ُس ْبَح‬
Artinya : Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui
selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.20Q.S al-Baqarah:32

18
Departemen Agama, Al-Qur’an dan terjemah, Jakarta: Pustaka Timur, 2009, h. 543
19
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Persepektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001, h.76
20
Opcit, Departemen Agama, h. 6
13

Ilmu datang dari tuhan; guru pertama adalah Tuhan. Pandangan yang
menembus langit ini tidak boleh tidak telah melahirkan sikap pada orang Islam
bahwa ilmu itu tidak terpisah dari Allah; ilmu tidak terpisah dari guru; maka
kedudukan guru amat tinggi dalam Islam.21

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian makalah diatas penulis dapat memberi kesimpulan bahwa :
1. Pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya
perkembangan jasmani dan rohani peserta didik agar mencapai tingkat
kedewasaan sehingga ia mampu menunaikan tugas-tugas
kemanusiaannya sesuai dengan nilai ajaran Islam.
2. Pendidik harus memiliki kompetensi yang meliputi kompetensi
pedagogik, kepribadian, profesional dan social.
3. Tugas seorang pendidik tidak terlepas dari tugas seorang rasul atau
yang disebut waratsat al anbiya yang misi rahmatatan lil’alamin.
4. Pendidik memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam islam seperti
yang digambarkan dalam al-Qur’an dan al-Hadits diatas.

21
Opcit Ahmad Tafsir, h. 77
14

B. Saran
Makalah yang disajikan penulis ini masih jauh dari kesempurnaan,
disebabkan kelemahan dan kekurangan ilmu pengetahuan yang dimiliki
penulis, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Abd. Rachman Asseegaf, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Raja


Grafindo Persada, 2011
2. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Persepektif Islam, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2001
3. Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1979)
4. Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1979)
5. Departemen Agama, Al-Qur’an dan terjemah, Jakarta: Pustaka Timur,
2009
6. Indonesia, Undang-undang Guru dan Dosen, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2006)
15

7. M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,2005)


8. Mahyuddin, Shahih Muslim, Mesir, darul Manar: 2003, Juz ,
9. Mustafa Sai al- Khin, dkk., Nuzhab al- Muttaqin Syarh Riyadh al- Salihin,
(Beirut: Muassah al-Risalah, 1977), jilid I

10. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,2002), cet
1,
11. Samsul Nizar, Pengantar Dasar- Dasar Pemikiran Pendidikan Islam,
(Jakarta: Gaya Media Pratama,2001)
12. Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2005)

Anda mungkin juga menyukai