1. Fungsi pemersatu. Kelahiran suatu organisasi profesi tidak terlepas dari motif yang
mendasarinya, yaitu dorongan yang menggerakan para profesional untuk membentuk suatu
organisasi keprofesian. Organisasi profesi kependidikan merupakan wadah pemersatu
berbagai potensi profesi kependidikan dalam menghadapi kompleksitas tantangan dan
harapan masyarakat pengguna jasa kependidikan. Dengan mempersatukan potensi tersebut
diharapkan organisasi profesi kependidikan memiliki kewibawaan dan kekuatan dalam
menentukan kebijakan dan melakukan tindakan bersama, yaitu uaya untuk melindungi dan
memperjuangkan kepentingan para pengemban profesi kependidikan itu sendiri dan
kepentingan masyarakat pengguna jasa profesi ini.
2. Fungsi peningkatan kemampuan profesional. Fungsi ini secara jelas tertuang dalam PP No.
38 tahun 1992, pasal 61 yang berbunyi “tenaga kependidikan dapat membentuk ikatan
profesi sebagai wadah untuk meningkatkan dan mengembangkan karier, kemampuan,
kewenangan profesional, martabat dan kesejahteraan tenaga kependidikan” peraturan
pemerintah tersebut menunjukan adanya legalitas formal yang secara tersirat mewajibkan
anggota profesi kependidikan untuk selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya
melalui organisasi atau ikatan profesi kependidikan. Bahkan dalam UUSPN Tahun 1989:
pasal 31 ayat 4 menyatakan bahwa, “tenaga kependidikan berkewajiban untuk berusaha
11
mengembangkan kemampuan profesionalnya sesuai dengan perkembangan tuntutan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta pembangunan bangsa.”
Adapun yang menjadi organisasi pendidikan profesi guru di Indonesia, yaitu:
1. PGRI. Persatuan Guru Republik Indonesia lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan
nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama
menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun 1932. Pada saat didirikannya, organisasi ini
disamping memiliki misi profesi juga ada tiga misi lainnya, yaitu misi politis-deologis, misi
peraturan organisaoris, dan misi kesejahteraan.
2. MGMP. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) didirikan atas anjuran pejabat-pejabat
Departemen Pendidikan Nasional. Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan mutu dan
profesionalisasi dari guru dalam kelompoknya masing-masing.
3. KKG. Kelompok Kerja Guru (KKG) sebagai kelompok kerja seluruh guru dalam satu gugus.
Pada tahap pelaksanaannya dapat dibagi ke dalam kelompok kerja guru yang lebih kecil,
yaitu kelompok kerja guru berdasarkan jenjang kelas, dan kelompok kerja guru berdasarkan
atas mata pelajaran.
Dalam memenuhi dan mewujudkan kompetensi profesi pendidik ini melahirkan
Pendidikan Profesi Guru yang dikenal dengan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK) yang menghasilkan guru yang profesional. Berbagai upaya telah dilakukan untuk
meningkatkan kompetensi guru. Sertifikasi dengan portofolio, sertifikasi dengan PLPG, belum
menunjukkan hasil seperti yang diharapkan. Faktanya, setiap tahun dihasilkan ribuan lulusan
LPTK, hal ini tidak sebanding dengan jumlah kebutuhan guru, sehingga terjadi over supply.
Pendidikan Profesi Guru merupakan jalan keluar untuk mendapatkan guru-guru yang
unggul, dan diharapkan untuk beberapa tahun ke depan kebijakan Pendidikan Profesi Guru
menyangkut inputnya adalah hanya mereka yang telah melaksanakan pengabdian melalui SM-3T,
dan hanya mereka-mereka lah yang benar-benar terpanggil dan menjadikan dirinya berperan
sebagai guru yang profesional.