Anda di halaman 1dari 12

PENGEMBANGAN PROFESI GURU

Mata Kuliah : Profesi dan Kepribadian Guru

Dosen : Dr.Sudjoko S, M.M

Makalah ini ditulis oleh Kelompok 6 :

Desiana 2019 8110044

Nur Khasanah 20148100443

STKIP KUSUMA NEGARA

Jakarta - 2020
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………………………. 3

A. Latar Belakang Masalah………………………………………………………....3

BAB II isi..................
……………………………………………………………………….....5

1. Guru yang profesional…………………………………………………………….. 5

2. Pengertian pengembangan Profesi guru……………………………...6

3. Strategi pengembangan profesi guru……………………………………6

4. Jenis - jenis kegiatan pengembangan profesi guru …………….8

5. Implementasi secara umum progam sertifikasi guru…………..10

BAB III kesimpulan…………………………………………………………………………...


12
BAB I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting bagi kehidupan manusia, pendidikan
dapat mendorong peningkatan kualitas manusia dalam bentuk meningkatnya kompetensi
kognitif, afektif, maupun psikomotor. Masalah yang dihadapi dalam upaya memperbaiki dan
meningkatkan kualitas kehidupan sangat kompleks, banyak faktor yang harus
dipertimbangkan karena pengaruhnya pada kehidupan manusia tidak dapat diabaikan, yang
jelas disadari bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan
kualitas Sumberdaya manusia suatu bangsa. Bagi suatu bangsa pendidikan merupakan hal
yang sangat penting, dengan pendidikan manusia menjadi lebih mampu beradaptasi dengan
lingkungan, dengan pendidikan manusia juga akan mampu mengantisipasi berbagai
kemungkinan yang akan terjadi. Oleh karena itu membangun pendidikan menjadi suatu
keharusan, baik dilihat dari perspektif internal (kehidupan intern bangsa) maupun dalam
perspektif eksternal (kaitannya dengan kehidupan bangsa-bangsa lain)

Menurut Undang-undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dari pengertian tersebut dapatlah dimengerti bahwa
pendidikan merupakan suatu usaha atau aktivitas untuk membentuk manusia-manusia yang
cerdas dalam berbagai aspeknya baik intelektual, sosial, emosional maupun spiritual, trampil
serta berkepribadian dan dapat berprilaku dengan dihiasi akhlak mulia. Ini berarti bahwa
dengan pendidikan diharapkan dapat terwujud suatu kualitas manusia yang baik dalam
seluruh dimensinya, baik dimensi intelektual, emosional, maupun spiritual yang nantinya
mampu mengisi kehidupannya secara produktif bagi kepentingan dirinya dan masyarakat.

Pengertian tersebut menggambarkan bahwa pendidikan merupakan pengkondisian situasi


pembelajaran bagi peserta didik guna memungkinkan mereka mempunyai kompetensi-
kompetensi yang dapat bermanfaat bagi kehidupan dirinya sendiri maupun masyarakat. Hal
ini sejalan dengan fungsi pendidikan yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
(UU Sisdiknas No 20 tahun 2003 Pasal 3).

Salah satu faktor yang amat menentukan dalam upaya meningkatkan kualitas SDM melalui
Pendidikan adalah tenaga Pendidik (Guru/Dosen), melalui mereka pendidikan
diimplementasikan dalam tataran mikro, ini berarti bahwa bagaimana kualitas pendidikan dan
hasil pembelajaran akan terletak pada bagaimana pendidik melaksanakan tugasnya secara
profesional serta dilandasi oleh nilai-nilai dasar kehidupan yang tidak sekedar nilai materil
namun juga nilai-nilai transenden ysng dapat mengilhami pada proses pendidikan ke arah
suatu kondisi ideal dan bermakna bagi kebahagiaan hidup peserta didik, pendidik serta
masyarakat secara keseluruhan.

Dengan demikian, nampak bahwa Pendidik diharapkan mempunyai pengaruh yang signifikan
pada pembentukan sumberdaya manusia (human capital) dalam aspek kognitif, afektif
maupun keterampilan, baik dalam aspek fisik, mental maupun spiritual. Hal ini jelas
menuntut kualitas penyelenggaraan pendidikan yang baik serta pendidik yang profesional,
agar kualitas hasil pendidikan dapat benar-benar berperan optimal dalam kehidupan
masyarakat. Untuk itu pendidik dituntut untuk selalu memperbaiki, mengembangkan diri
dalam membangun dunia pendidikan.

Dengan mengingat berat dan kompleksnya membangun pendidikan, adalah sangat penting
untuk melakukan upaya-upaya guna mendorong dan memberdayakan tenaga pendidik untuk
makin profesional serta mendorong masyarakat berpartisipasi aktif dalam memberikan ruang
bagi pendidik untuk mengaktualisasikan dirinya dalam rangka membangun pendidikan, hal
ini tidak lain dimaksudkan untuk menjadikan upaya membangun pendidikan kokoh, serta
mampu untuk terus mensrus melakukan perbaikan kearah yang lebih berkualitas.
BAB II ISI

II.1 Guru yang Profesional

Guru profesional adalah guru yang menyadari bahwa dirinya adalah pribadi yang dipanggil
untuk mendampingi peserta didik dalam belajar. Sehingga guru secara terus-menerus perlu
mengembangkan pengetahuannya tentang bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar.
Perwujudannya, jika terjadi kegagalan pada peserta didik, guru terpanggil untuk menemukan
akar penyebabnya dan mencari solusi bersama peserta didik, bukan mendiamkannya atau
malahan menyalahkannya. Sikap yang harus senantiasa dipupuk adalah kesediaan untuk
mengenali diri dan kehendak untuk memurnikan keguruannya serta mau belajar dengan
meluangkan waktu untuk menjadi guru.

Seorang guru yang tidak bersedia belajar, tidak mungkin kerasan dan bangga menjadi guru.
Kerasan dan kebanggan atas keguruannya adalah langkah untuk menjadi guru yang
profesional Kunandar (2010) ( Lilies,2014).

Kualitas profesionalisme guru ditunjukkan oleh lima sikap,yakni :

(1) Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal;
(2) Meningkatkan dan memelihara citra profesi;
(3) Keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional yang dapat
meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan ketrampilannya
(4) Mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi;
(5) Memiliki kebanggaan terhadap profesinya Sagala (2009) (Lilies,2014).

Guru profesional adalah guru yang melaksanakan tugas keguruan dengan kemampuan tinggi
(profesiensi) sebagai sumber kehidupan. Dalam menjalankan kewenangan profesionalnya,
guru dituntut memiliki keanekaragaman kecakapan (competencies) psikologis yang meliputi :
(1) Kompetensi kognitif (kecakapan ranah cipta);
(2) Kompetensi afektif (kecakapan ranah rasa);
(3) Kecakapan psikomotor (kecakapan ranah karsa).

Ciri-ciri Guru Profesional


(1). Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan. Termasuk dalam kerangka
ini, pelatihan-pelatihan khusus yang berkaitan dengan keilmuan yang dimiliki oleh seorang
penyandang profesi.

(2). Memiliki pengetahuan spesialisasi. Pengetahuan spesialisasi mengkhususkan penguasaan


bidang keilmuan tertentu. Guru yang sesungguhnya harus memiliki spesialisasi bidang studi
(subject matter) dan penguasaan metodologi pembelajaran.

(3). Menjadi anggota organisasi profesi. Dibuktikan dengan kepemilikan kartu anggota,
pemahaman terhadap norma–norma organisasi, kepatuhan terhadap kewajiban dan larangan
yang ditetapkan oleh organisasi tersebut.

(4). Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain atau klien.
Pengetahuan khusus itu bersifat aplikatif dimana aplikasinya didasari atas kerangka teori
yang jelas dan teruji.

(5). Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan atau communicable. GPM mampu
berkomunikasi sebagai guru dalam makna apa yang disampaikannya dapat dipahami oleh
siswa.

(6). Memiliki kapastitas mengorganisasikan kerja secara mandiri dan selforganization. Istilah
mandiri disini berarti kewenangan kademiknya melekat pada diri sendiri.

(7). Mementingkan kepentingan orang lain (altruism). Memberikan layanan kepada anak
didik pada saat bantuan itu diperlukan.

(8). Memiliki kode etik. Kode etik dijadikan norma dan asas yang disepakati dan diterima
oleh guru–guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas
profesi sebagai pendidik.

(9). Memiliki sanksi dan tanggung jawab komunitas. Dalam bekerja GPM memiliki tanggung
jawab kepada komunitas terutama anak didiknya.

(10). Mempunyai sistem upah. Sistem upah yang dimaksud disini adalah standar gaji yang
terima oleh guru.

(11). Budaya professional. Budaya profesi dapat berupa penggunaan symbol yang berbeda
dengan simbol–simbol untuk profesi lain.

(12). Melaksanakan pertemuan professional tahunan. Pertemuan ini dapat dilakukan dalam
bentuk forum guru, seminar, diskusi panel, workshop.
II.2 Pengertian Pengembangan Profesi Guru

Menurut Sudarwan Danim (2002: 21) menyatakan bahwa secara terminologi, profesi
dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi
pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental bukan pekerjaan manual. Kemampuan
mental yang dimaksudkan disini adalah adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai
instrumen untuk melakukan perbuatan praktis,

Pengembangan profesi guru adalah  Kegiatan guru dalam pengamalan ilmu dan


pengetahuan, teknologi dan keterampilan untuk meningkatkan mutu, baik bagi proses belajar
mengajar dan profesionalisme tenaga kependidikan lainnya.

  Unsur Pengembangan profesi sifatnya wajib bagi guru yang telah menduduki
pangkat/jabatan guru Pembina, hal ini dikarenakan pangkat jabatan guru Pembina diharapkan
tumbuh daya analisis, kritis serta mampu memecahkan masalah dalam lingkup tugasnya.   

Pengembangan profesionalitas guru didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan untuk


meningkatkan taraf atau derajat profesi seorang guru yang menyangkut kemampuan guru,
baik penguasaan materi ajar atau penguasaan metodologi pengajaran, serta sikap
keprofesionalan guru menyangkut motivasi dan komitmen guru dalam menjalankan tugas
sebagai guru.

Secara umum, Tujuan kegiatan pengembangan profesi guru dimaksudkan untuk merangsang,
memelihara, dan meningkatkan kompetensi guru dalam memecahkan masalah pendidkan dan
pembelajaran yang berdampak pada peningkatan mutu belajar siswa yang selanjutnya
meningkatkan mutu pendidikan

II.3 Strategi Pengembangan Profesi Guru


Mengembangkan profesi guru bukan sesuatu yang mudah, maka diperlukan strategi
yang tepat dalam upaya menciptakan iklim kondusif bagi pengembangan profesi guru. Situasi
kondusif ini jelas amat diperlukan oleh tenaga pendidik untuk dapat mengembangkan diri
sendiri ke arah profesionalisme guru. Dalam jurnal ekonomi dan pendidikan yang ditulis
Mustofa dijelaskan beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk menciptakan situasi yang
kondusif bagi pengembangan profesi guru, yaitu:

a. Strategi perubahan paradigma Strategi ini dimulai dengan mengubah paradigma birokasi
agar menjadimampu mengembangkan diri sendiri sebagai institusi yang
berorientasipelayanan, bukan dilayani. Strategi perubahan paradigma dapat dilakukan melalui
pembinaan guna menumbuhkan penyadaran akan peran dan fungsi birokrasi dalam kontek
pelayanan masyarakat.

b. Strategi debirokratisasi Strategi ini dimaksudkan untuk mengurangi tingkatan birokrasi


yang dapatmenghambat pada pengembangan diri guru. Strategi tersebut memerlukan metode
operasional agar dapat dilaksanakan. Sementara strategi debirokratisasi dapat dilakukan
dengan cara mengurangi dan menyederhanakan berbagai prosedur yang dapat menjadi
hambatan bagi pengembangan diri guru serta menyulitkan pelayanan bagi masyarakat.

Dapat dirumuskan strategi dalam pengembanganprofesionalitas kedalam tiga level yaitu:


pertama, upayaupaya profesionalisasi yang dilakukan oleh guru secara pribadi agar mereka
dapat meningkatkan kualitas keprofesionalan, dengan atau tanpa bantuan pihak lain. Dengan
kata lain dapat dikatakan sebagai pelatihan mandiri.
Kedua, pengembangan yang dilakukan oleh manajemen lembaga melalui berbagai kebijakan
manajerial yang dilakukan. Kedua level ini dapat diaktegorikan dalam strategi mikro
pengembangan profesional guru.
Level ketiga adalah upaya pengembangan pada level makro yang menjadi tanggung jawab
pemerintah dan masyarakat secara luas dalam kerangka manajemen pendidikan nasional.

II. 4 Jenis-jenis Kegiatan Pengembangan Profesi Guru

II.4.1 Pendidikan dan Pelatihan

a. In-House Training (IHT)


Pelatihan dalam bentuk IHT adalah pelatihan yang dilaksanakan secara internal di kelompok
kerja guru, sekolah, atau tempat lain yang ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan.
Strategi pembinaan melalui IHT dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa sebagian
kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan karier guru tidak 18 harus dilakukan secara
eksternal, tetapi bisa juga secara internal dengan cara dilakukan oleh guru yang memiliki
kompetensi yang belum dimiliki guru lain. Program ini diharapkan dapat menghemat waktu
dan biaya.
b. Program magang Program magang merupakan pelatihan yang dilaksanankan di dunia kerja
atau industri yang relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional guru. Program
magang ini diperuntukkan bagi guru dan dapat dilakukan selama periode tertentu misalnya,
magang di sekolah. Program magang ini dipilih dengan alasan bahwa keterampilan tertentu
yang memerlukan pengalaman nyata.
c. Kemitraan sekolah Pelatihan melalui kemitraan sekolah dapat dilaksanakan antara sekolah
yang baik dan sekolah yang kurang baik, antara sekolah negeri atau sekolah swasta.
Pembinaan lewat mitra sekolah diperlukan dengan alasan bahwa agar terjadi transfer nilai-
nilai kebaikan dari beberapa keunikan dan kelebihan yang dimiliki mitra kepada mitra lain.
Misalnya dalam bidang manajemen sekolah
d. Belajar jarak jauh Pelatihan melalui belajar jarakjauh dapat dilaksanakan tanpa
menghadirkan instruktur dan peserta pelatihan dalam satu tempat tertentu, melainkan dengan
sistem pelatihan internet dan sejenisnya. Pelatihan jarak jauh dilakukan dengan pertimbangan
bahwa tidak semua guru terutama di daerah terpencil dapat mengikuti pelatihan di tempat-
tempat pembinaan yang ditunjuk seperti di ibu kota kabupaten atau provinsi.
e. Pelatihan berjenjang dan khusus Pelatihan jenis ini dilaksanakan di lembaga-lembaga
pelatihan yang diberi wewenang, dimana program disusun secara berjenjang mulai 19 dari
jenjang dasar, menengah, lanjut, dan tinggi. Jenjang pelatihan disusun berdasarkan tingkat
kesulitan dan jenis kompetensi. Sedangkan pelatihan khusus (spesialisasi) disediakan
berdasarkan kebutuhan khusus atau disebabkan adanya perkembangan baru dalam keilmuan
tertentu.
f. Kursus singkat di perguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya. Kursus singkat
dimaksudkan untuk melatih meningkatkan kemampuan guru dalam beberapa kemampuan
seperti kemampuan melakukan penilitian tindakan kelas, menyusun karya ilmiah,
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran.
g. Pembinaan internal oleh sekolah Pembinaan internal ini dilaksanakan oleh kepala sekolah
dan guruguru yang memiliki kewenangan membina, melalui rapat dinas, rotasi tugas
mengajar, pemberian tugas-tugas internal tambahan, dan diskusi dengan rekan sejawat.
h. Pendidikan lanjut Pembinaan guru melalui pendidikan lanjut juga merupakan alternatif
bagi peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru. Pengikutsertaan guru dalam pendidikan
lanjut ini dapat dilaksanakan dengan memberikan tugas belajar baik dalam maupun luar
negeri bagi guru yang berprestasi. Pelaksanaan pendidikan lanjut ini akan menghasilkan
guru-guru pembina yang dapat membantu guru-guru lain dalam upaya pengembangan profesi

II.4.2 Non-pendidikan dan pelatihan


a. Diskusi masalah pendidikan Diskusi ini diselenggarakan secara berkala dengan topik
diskusi sesuai dengan masalah yang dialamai sekolah. melalui diskusi berkala diharapkan
para guru dapat memecahkan masalah yang dihadapi 20 berkaitan dengan proses
pembelajaran di sekolah ataupun masalah peningkatan kompetensi dan pengembangan
kariernya.
b. Seminar Pengikutsertaan guru dalam kegiatan seminar dan pembinaan publikasi ilmiah
juga dapat menjadi model pembinaan berkelanjutan bagi peningkatan keprofesian guru.
Kegiatan ini memberikan peluang kepada guru untuk berinteraksi secara ilmiah dengan
kolega seprofesinya berkaitan dengan hal-hal terkini dalam upaya peningkatan kualitas
pendidikan.
c. Workshop kegiatan ini dilakukan untuk menghasilkan produk yamng bermanfaat bagi
pembelajaran, peningkatan kompetensi mauapun pengembangan kariernya. Workshop dapat
dilakukan,misalnya dalam kegiatan menyusun KTSP, analisis kurikulum, pengembangan
silabus, sertapenulisan rencana pembelajaran.
d. Penelitian Penelitian dapat dilakukan guru dalam bentuk penelitian tindakan kelas,
penelitian eksperimen, ataupun jenis lain dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran.
e. Penulisan buku/ bahan ajar. Bahan ajar yang ditulis guru dapat berbentuk diktat, buku
pelajaran, ataupun buku dalam bidang pendidikan.
f. Pembuatan media pembelajaran. Media pembelajaran yang dibuat guru dapat berbentuk
alat peraga, alat praktikum sederhana, maupun bahan ajar elektronik atau animasi
pembelajaran.
g. Pembuatan karya teknologi/ karya seni.
II.5 Implementasi Secara Umum Program Sertifikasi Guru Sebagai Program
Pengembangan Profesi Guru di Indonesia
Dunia pendidikan erat kaitannya dengan proses transfer ilmu pengetahuan dan nilai-
nilai karakter. Dimana pelaku utamanya adalah guu. Guru menjadi poros utama yang
menentukan kualitas peserta didiknya dan lebih jauh lagi mempengaruhi mutu pendidikan.
Jabatan guru sebagai profesi bermula setelah dikeluarkannya Undang-Undang No 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) yang disahkan oleh DPR. Sesuai dengan amanat
Undang - Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang ditindaklanjuti dengan
Peraturan Pemerintah No 74 tahun 2008 tentang Guru dan Peraturan Menteri pendidikan
Nasional No 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan menyebabkan perlu
adanya penyelenggaraan sertifikasi profesi guru melalui penilaian portofolio atau melalui
pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
yang selanjutnya disebut LPTK.

LPTK merupakan Perguruan Tinggi yang ditunjuk untuk pelaksanaan proses


sertifikasi (Permendikbud No.62 Tahun 2013). LPTK yang dipilih merupakan perguruan
tinggi yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah. Sertifikasi guru sebagai upaya
peningkatan mutu guru yang diikuti dengan peningkatan kesejahteraan guru, diharapkan
dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan meningkatkan mutu layanan bimbingan dan
konseling yang pada akhirnya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia secara
berkelanjutan. Bagi peserta sertifikasi yang belum dinyatakan lulus, LPTK Rayon
merekomendasikan alternatif

untuk melakukan kegiatan mandiri untuk melengkapi kekurangan dokumen portofolio atau
mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (Diklat Profesi Guru atau PLPG) yang
diakhiri dengan ujian.

PLPG diakhiri dengan uji kompetensi guru (UKG) yang dilakukan oleh LPTK
Penyelenggara Sertifikasi Guru dengan mengacu pada ramburambu Ujian PLPG. Uji
kompetensi meliputi uji tulis dan uji kinerja (praktik pembelajaran). PLPG sangat diperlukan
dalam meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia dalam suatu lembaga
pendidikan. PLPG juga penting untuk membantu meningkatkan kemampuan sumber daya
manusia dengan lebih baik. Selain itu PLPG akan membawa keuntungan bagi lembaga
pendidikan, sehingga akan tercipta tenagatenaga pendidik yang profesional serta
berkompetensi pada bidangnya masing-masing.

BAB III KESIMPULAN

Pengembangan profesionalitas guru didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan untuk


meningkatkan taraf atau derajat profesi seorang guru yang menyangkut kemampuan guru,
baik penguasaan materi ajar atau penguasaan metodologi pengajaran, serta sikap
keprofesionalan guru menyangkut motivasi dan komitmen guru dalam menjalankan tugas
sebagai guru. Guru profesional adalah guru yang menyadari bahwa dirinya adalah pribadi
yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik untuk/dalam belajar. Sehingga,guru secara
terus-menerus perlu mengembangkan pengetahuannya tentang bagaimana seharusnya peserta
didik itu belajar. Perwujudannya, jika terjadi kegagalan pada peserta didik, guru terpanggil
untuk menemukan akar penyebabnya dan mencari solusi bersama peserta didik, bukan
mendiamkannya atau malahan menyalahkannya. Sikap yang harus senantiasa dipupuk adalah
kesediaan untuk mengenali diri dan kehendak untuk memurnikan keguruannya serta mau
belajar dengan meluangkan waktu untuk menjadi guru. Strategi dalam
pengembanganprofesionalitas dapat dirumuskan ke dalam tiga level yaitu: pertama upaya-
upaya profesionalisasi yang dilakukan oleh guru secara pribadi agar mereka dapat
meningkatkan kualitas keprofesionalan, dengan atau tanpa bantuan pihak lain. Dengan kata
lain dapat dikatakan sebagai pelatihan mandiri. Kedua, pengembangan yang dilakukan oleh
manajemen lembaga melalui berbagai kebijakan manajerial yang dilakukan. Kedua level ini
dapat diaktegorikan dalam strategi mikro pengembangan profesional guru. Sedangkan level
ketiga adalah upaya pengembangan pada level makro yang menjadi tanggung jawab
pemerintah dan masyarakat secara luas dalam kerangka manajemen pendidikan nasional.

Anda mungkin juga menyukai