Jakarta - 2020
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………………………. 3
BAB II isi..................
……………………………………………………………………….....5
Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting bagi kehidupan manusia, pendidikan
dapat mendorong peningkatan kualitas manusia dalam bentuk meningkatnya kompetensi
kognitif, afektif, maupun psikomotor. Masalah yang dihadapi dalam upaya memperbaiki dan
meningkatkan kualitas kehidupan sangat kompleks, banyak faktor yang harus
dipertimbangkan karena pengaruhnya pada kehidupan manusia tidak dapat diabaikan, yang
jelas disadari bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan
kualitas Sumberdaya manusia suatu bangsa. Bagi suatu bangsa pendidikan merupakan hal
yang sangat penting, dengan pendidikan manusia menjadi lebih mampu beradaptasi dengan
lingkungan, dengan pendidikan manusia juga akan mampu mengantisipasi berbagai
kemungkinan yang akan terjadi. Oleh karena itu membangun pendidikan menjadi suatu
keharusan, baik dilihat dari perspektif internal (kehidupan intern bangsa) maupun dalam
perspektif eksternal (kaitannya dengan kehidupan bangsa-bangsa lain)
Menurut Undang-undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dari pengertian tersebut dapatlah dimengerti bahwa
pendidikan merupakan suatu usaha atau aktivitas untuk membentuk manusia-manusia yang
cerdas dalam berbagai aspeknya baik intelektual, sosial, emosional maupun spiritual, trampil
serta berkepribadian dan dapat berprilaku dengan dihiasi akhlak mulia. Ini berarti bahwa
dengan pendidikan diharapkan dapat terwujud suatu kualitas manusia yang baik dalam
seluruh dimensinya, baik dimensi intelektual, emosional, maupun spiritual yang nantinya
mampu mengisi kehidupannya secara produktif bagi kepentingan dirinya dan masyarakat.
Salah satu faktor yang amat menentukan dalam upaya meningkatkan kualitas SDM melalui
Pendidikan adalah tenaga Pendidik (Guru/Dosen), melalui mereka pendidikan
diimplementasikan dalam tataran mikro, ini berarti bahwa bagaimana kualitas pendidikan dan
hasil pembelajaran akan terletak pada bagaimana pendidik melaksanakan tugasnya secara
profesional serta dilandasi oleh nilai-nilai dasar kehidupan yang tidak sekedar nilai materil
namun juga nilai-nilai transenden ysng dapat mengilhami pada proses pendidikan ke arah
suatu kondisi ideal dan bermakna bagi kebahagiaan hidup peserta didik, pendidik serta
masyarakat secara keseluruhan.
Dengan demikian, nampak bahwa Pendidik diharapkan mempunyai pengaruh yang signifikan
pada pembentukan sumberdaya manusia (human capital) dalam aspek kognitif, afektif
maupun keterampilan, baik dalam aspek fisik, mental maupun spiritual. Hal ini jelas
menuntut kualitas penyelenggaraan pendidikan yang baik serta pendidik yang profesional,
agar kualitas hasil pendidikan dapat benar-benar berperan optimal dalam kehidupan
masyarakat. Untuk itu pendidik dituntut untuk selalu memperbaiki, mengembangkan diri
dalam membangun dunia pendidikan.
Dengan mengingat berat dan kompleksnya membangun pendidikan, adalah sangat penting
untuk melakukan upaya-upaya guna mendorong dan memberdayakan tenaga pendidik untuk
makin profesional serta mendorong masyarakat berpartisipasi aktif dalam memberikan ruang
bagi pendidik untuk mengaktualisasikan dirinya dalam rangka membangun pendidikan, hal
ini tidak lain dimaksudkan untuk menjadikan upaya membangun pendidikan kokoh, serta
mampu untuk terus mensrus melakukan perbaikan kearah yang lebih berkualitas.
BAB II ISI
Guru profesional adalah guru yang menyadari bahwa dirinya adalah pribadi yang dipanggil
untuk mendampingi peserta didik dalam belajar. Sehingga guru secara terus-menerus perlu
mengembangkan pengetahuannya tentang bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar.
Perwujudannya, jika terjadi kegagalan pada peserta didik, guru terpanggil untuk menemukan
akar penyebabnya dan mencari solusi bersama peserta didik, bukan mendiamkannya atau
malahan menyalahkannya. Sikap yang harus senantiasa dipupuk adalah kesediaan untuk
mengenali diri dan kehendak untuk memurnikan keguruannya serta mau belajar dengan
meluangkan waktu untuk menjadi guru.
Seorang guru yang tidak bersedia belajar, tidak mungkin kerasan dan bangga menjadi guru.
Kerasan dan kebanggan atas keguruannya adalah langkah untuk menjadi guru yang
profesional Kunandar (2010) ( Lilies,2014).
(1) Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal;
(2) Meningkatkan dan memelihara citra profesi;
(3) Keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional yang dapat
meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan ketrampilannya
(4) Mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi;
(5) Memiliki kebanggaan terhadap profesinya Sagala (2009) (Lilies,2014).
Guru profesional adalah guru yang melaksanakan tugas keguruan dengan kemampuan tinggi
(profesiensi) sebagai sumber kehidupan. Dalam menjalankan kewenangan profesionalnya,
guru dituntut memiliki keanekaragaman kecakapan (competencies) psikologis yang meliputi :
(1) Kompetensi kognitif (kecakapan ranah cipta);
(2) Kompetensi afektif (kecakapan ranah rasa);
(3) Kecakapan psikomotor (kecakapan ranah karsa).
(3). Menjadi anggota organisasi profesi. Dibuktikan dengan kepemilikan kartu anggota,
pemahaman terhadap norma–norma organisasi, kepatuhan terhadap kewajiban dan larangan
yang ditetapkan oleh organisasi tersebut.
(4). Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain atau klien.
Pengetahuan khusus itu bersifat aplikatif dimana aplikasinya didasari atas kerangka teori
yang jelas dan teruji.
(5). Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan atau communicable. GPM mampu
berkomunikasi sebagai guru dalam makna apa yang disampaikannya dapat dipahami oleh
siswa.
(6). Memiliki kapastitas mengorganisasikan kerja secara mandiri dan selforganization. Istilah
mandiri disini berarti kewenangan kademiknya melekat pada diri sendiri.
(7). Mementingkan kepentingan orang lain (altruism). Memberikan layanan kepada anak
didik pada saat bantuan itu diperlukan.
(8). Memiliki kode etik. Kode etik dijadikan norma dan asas yang disepakati dan diterima
oleh guru–guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas
profesi sebagai pendidik.
(9). Memiliki sanksi dan tanggung jawab komunitas. Dalam bekerja GPM memiliki tanggung
jawab kepada komunitas terutama anak didiknya.
(10). Mempunyai sistem upah. Sistem upah yang dimaksud disini adalah standar gaji yang
terima oleh guru.
(11). Budaya professional. Budaya profesi dapat berupa penggunaan symbol yang berbeda
dengan simbol–simbol untuk profesi lain.
(12). Melaksanakan pertemuan professional tahunan. Pertemuan ini dapat dilakukan dalam
bentuk forum guru, seminar, diskusi panel, workshop.
II.2 Pengertian Pengembangan Profesi Guru
Menurut Sudarwan Danim (2002: 21) menyatakan bahwa secara terminologi, profesi
dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi
pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental bukan pekerjaan manual. Kemampuan
mental yang dimaksudkan disini adalah adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai
instrumen untuk melakukan perbuatan praktis,
Unsur Pengembangan profesi sifatnya wajib bagi guru yang telah menduduki
pangkat/jabatan guru Pembina, hal ini dikarenakan pangkat jabatan guru Pembina diharapkan
tumbuh daya analisis, kritis serta mampu memecahkan masalah dalam lingkup tugasnya.
Secara umum, Tujuan kegiatan pengembangan profesi guru dimaksudkan untuk merangsang,
memelihara, dan meningkatkan kompetensi guru dalam memecahkan masalah pendidkan dan
pembelajaran yang berdampak pada peningkatan mutu belajar siswa yang selanjutnya
meningkatkan mutu pendidikan
a. Strategi perubahan paradigma Strategi ini dimulai dengan mengubah paradigma birokasi
agar menjadimampu mengembangkan diri sendiri sebagai institusi yang
berorientasipelayanan, bukan dilayani. Strategi perubahan paradigma dapat dilakukan melalui
pembinaan guna menumbuhkan penyadaran akan peran dan fungsi birokrasi dalam kontek
pelayanan masyarakat.
untuk melakukan kegiatan mandiri untuk melengkapi kekurangan dokumen portofolio atau
mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (Diklat Profesi Guru atau PLPG) yang
diakhiri dengan ujian.
PLPG diakhiri dengan uji kompetensi guru (UKG) yang dilakukan oleh LPTK
Penyelenggara Sertifikasi Guru dengan mengacu pada ramburambu Ujian PLPG. Uji
kompetensi meliputi uji tulis dan uji kinerja (praktik pembelajaran). PLPG sangat diperlukan
dalam meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia dalam suatu lembaga
pendidikan. PLPG juga penting untuk membantu meningkatkan kemampuan sumber daya
manusia dengan lebih baik. Selain itu PLPG akan membawa keuntungan bagi lembaga
pendidikan, sehingga akan tercipta tenagatenaga pendidik yang profesional serta
berkompetensi pada bidangnya masing-masing.