Anda di halaman 1dari 15

Profesi dan Profesionalisme Guru

Profesi dan Kepribadian Guru

Dosen Pengampu :

Sudjoko S

Disusun oleh grup 2 :

- Kezia Handrianita Agustina NPM : 20188100006


- Muhammad Solehudin NPM : 20178110117
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Pendidikan
Karakter Bangsa tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW
yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah berjudul “Profesi dan Profesionalisme Guru” dapat diselesaikan


karena bantuan banyak pihak. Kami berharap makalah ini dapat menjadi referensi bagi pihak
yang tertarik. Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru
setelah membaca makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada bagian
isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah.
Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, 7 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…….……………………………………………………….1.1


B. Identifikasi Masalah……………………………………………………………….1.2
C. Batasan Masalah………………………………………………………………….. 1.3
D. Rumusan Masalah …………………………………………………………………1.4
E. Tujuan ……………………………………………………………………………...1.5
F. Manfaat……………………………………………………………………………..1.6

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Profesi …………………….……………………………………………2.1


B. Pengertian Profesional dan Profesionalisme……………………………………………2.2
C. Profesi dan Profesionalisme Guru ……………………………………………………..
2.3
D. Organisasi Profesional Keguruan atau Kependidikan…………………………………………………………2.4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………………….3.1
B. Saran………………………………………………………………………………3.2

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………… iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Guru sebagai pendidik professional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukan
pada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat
terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang ada yang
patut di teladani atau tidak. Bagaimana guru meningkatkan pelayanan, meningkatkan pengetahuannya,
memberi arahan dan dorongan kepada anak didiknya, dan bagaimana cara guru berpakaian dan
berbicara serta cara bergaul baik dengan siswa, teman-temanya serta anggota masyarakat, sering
menjadi perhatian masyarakat luas.

Guru tidak dapat dilepaskan dari pendidikan karena guru merupakan unsur yang mutlak dengan tugas
sejatinya yaitu mendidik. Dalam mendidik tentu saja ada tujuannya yaitu menciptakan individu yang
berakhlak mulia, cerdas, bertanggung jawab, takwa kepada Tuha, beriman, beraka, berbudi pekerti
luhur serta memiliki kecakapan atau keterampilan yang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang
lain. Agar hal itu tercapai makan diperlukan guru yang professional, artinya guru yang cakap dalam
mengelolan pembelajaran sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Di Indonesia memang masih sangat banyak guru yang berada di bawah garis professional. Hal ini
disebabkan oleh system pendidikan nasional yang kurang mumpuni, baik dari pemimpin, kurikulum,
sarana dan prasarana, maupun guru itu sendiri. Dampaknya adalah mutu pendidikan Indonesia yang
masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga maupun negara internasional.
Oleh karena itu, dibutuhi pembenahan jika ingin memperoleh perubahan ke arah yang positif. Salah satu
upya pembenahan tersebut adalah menciptkan profesionalisme guru.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat kita identifikasi beberapa masalah, antara lain:

a. Sistem pendidikan nasional Indonesia;

b. Pengaruh masyarakat dalam dunia pendidikan;

c. Kebijakan pemerintah terkait dengan mutu pendidikan;


d. Sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia;

e. Profesi keguruan;

f. Profesionalisme dalam profesi guru; dan sebagainya.

1.3 Batasan Masalah

Agar pembahasan dalam makalah ini tidak terlalu mengambang maka pembahasannya dibatasi pada
profesi dan profesionalisme guru.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Apakah pengertian profesi, profesional, dan profesionalisme?

b. Bagaimanakah profesi dan profesionalisme guru?

c. Apa sajakah organisasi pendidikan atau keguruan yang ada di Indonesia?

1.5 Tujuan

Tujuan penulisan maklah ini selain untuk memenuhi penyelesaian tugas mata kuliah Profesi
Kependidikan adalah untuk menyajikan materi perkuliahan yang bermanfat bagi mahasiswa calon guru.

1.6 Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini menambah wawasan atau pengetahuan pembaca mengenai
profesionalisme guru. Selain itu juga dapat dimanfaatkan sebagai referensi tulisan yang relevan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Profesi

Profesi berasal dari bahasa latin "proffesio" yang mempunyai dua pengertian yaitu janji/ ikrar dan
pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan "apa saja" dan "siapa
saja" untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti
sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut
daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik
(http://www.sarjanaku.com/2011/01/makalah-profesi-dan-profesional-guru.html). Sedangkan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(keterampilan, kejuruan, dan sebagainya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa profesi adalah pekerjaan yang
dijalankan oleh seseorang yang menuntut adanya suatu keterampilan atau keahlian tertentu.

Ciri-ciri profesi, yaitu:

a) Profesi memiliki fungsi dan signifikansi sosial bagi masyarakat.

b) Profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan
yang cukup yang dilakukan oleh lembaga pendidikan yang akuntabel atau dapat
dipertanggungjawabkan.

c) Profesi didukung oleh suatu disiplin ilmu tertentu (a systematic body of knowledge).

d) Ada kode etik yang dijadikan sebagai satu pedoman perilaku anggota beserta sanksi yang jelas dan
tegas terhadap pelanggar kode etik tersebut. Pengawasan terhadap penegakan kode etik dilakukan oleh
organisasi profesi yang bersangkutan.

e) Sebagai konsekuensi dari layanan dan prestasi yang diberikan kepada masyarakat, maka anggota
profesi secara perorangan atau kelompok memperoleh imbalan finansial atau material.

2.2 Pengertian Profesional dan Profesionalisme

Menurut para ahli, profesionalisme menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau
kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Maister mengemukakan bahwa
profesionalisme bukan sekadar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap,
pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang
tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan. Sedangkan menurut Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat 4, professional adalah pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi.

Profesional merupakan orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari
pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang profesional adalah
seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu
kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai
sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu luang. Jadi, profesional menitikberatkan
pada pelakunya. Ciri-ciri orang yang professional ialah sebagai berikut:

a) Orang yang tahu akan keahliannya.

b) Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya itu.

c) Hidup dari pekerjaan itu.

d) Bangga akan pekerjaannya.

Dengan ciri-ciri tersebut di atas maka kaum profesional adalah orang-orang yang memiliki tolak ukur
perilaku yang berada di atas rata-rata. Di satu pihak ada tuntutan dan tantangan yang sangat berat,
tetapi di lain pihak ada suatu kejelasan mengenai pola perilaku yang baik dalam rangka kepentingan
masyarakat. Seandainya semua bidang kehidupan dan bidang kegiatan menerapkan suatu standar
profesional yang tinggi, bisa diharapkan akan tercipta suatu kualitas masyarakat yang semakin baik. Jika
profesional itu ialah guru, maka guru tersebut sudah seharusnya menciptakan masyarakat yang
berkualitas melalui pendidikan pada generasi muda.

Kita juga sering mengaitkan antara profesi, professional, dan profesionalisme. Apabila profesi itu
pekerjaannya dan profesional ialah pelaku pekerjaan tersebut, maka profesionalisme merupakan
jembatan antara kedua hal tersebut.

Profesionalisme lebih cenderung kepada sifat si pelaku terhadap pekerjaannya. Profesionalisme kerja
seseorang akan timbul apabila dia bekerja sesuai aturan dan kaidah-kaidah yang berlaku. Jadi
profesionalisme seseorang dapat dikatakan baik apabila dia bersifat dan bersikap sesuai aturan terhadap
profesinya. Seperti mendahulukan kepentingan umum/ masyarakat, ahli dalam bidangnya, totalitas
dalam bidangnya dan sebagainya.

2.3 Profesi dan Profesionalisme Guru

Berikut ini pengertian profesi guru menurut beberapa ahli, antara lain:

a) Menurut Dedi Supriadi profesi guru adalah orang suatu pelayanan atau jabatan yang menuntut
keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan.
b) Menurut Abin Syamsudin profesi guru yaitu kemampuan yang tidak dimiliki orang pada umumnya
yang tidak pernah mengikuti pendidikan keguruan tingkat tinggi.

c) Menurut Galbreath profesi guru adalah orang yang bekerja atas panggilan hati nurani. Dalam
melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat hendaknya didasari atas dorongan atau panggilan
hati nurani. Sehingga guru akan merasa senang dalam melaksanakan tugas berat mencerdakan anak
didik.

d) Menurut Dr. B. Kieser jabatan guru dapat dikatakan sebuah profesi karena menjadi seorang guru
dituntut suatu keahlian tertentu (mengajar, mengelola kelas, merancang pengajaran) dan dari pekerjaan
ini seseorang dapat memiliki nafkah bagi kehidupan selanjutnya.

Orang yang menjalankan profesi guru hendaknya menyadari bahwa ia hidup dari padanya, ia dan
keluarganya harus hidup akan tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang
menjadi motivasi utamanya, melainkan kesediaannya untuk melayani sesama.

Profesi guru juga disebut sebagai profesi yang luhur. Dalam hal ini, perlu disadari bahwa seorang guru
dalam melaksanakan profesinya dituntut adanya budi luhur dan akhlak yang tinggi. Guru dalam keadaan
darurat dianggap wajib juga membantu tanpa imbalan yang cocok. Atau dengan kata lain hakikat profesi
luhur adalah pengabdian kemanusiaan.

Profesi guru pastinya mempunyai suatu keahlian dan keterampilan seputar pendidikan entah itu bidang
ilmu alam, sosial, bahasa maupun olahraga. Saat memberikan pelajaran kepada anak didiknya, guru
tersebut haruslah mementingkan kemajuan pendidikan anak didiknya daripada dirinya sendiri karena
hal itu merupakan kepentingan masyarakat bahkan menyangkut negara. Izin khusus yang diberikan
kepada guru pun langsung dari pemerintah melewati Dinas P & K maupun lembaga swasta terkait
apabila guru swasta.

Arifin (2000) mengemukakan guru Indonesia yang profesional dipersyaratkan mempunyai:

a) Dasar ilmu yang kuat sebagai pengejawantahan terhadap masyarakat teknologi dan masyarakat
ilmu pengetahuan di abad 21.

b) Penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendidikan yaitu ilmu pendidikan
sebagai ilmu praksis bukan hanya merupakan konsep-konsep belaka. Pendidikan merupakan proses
yang terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah, serta riset pendidikan hendaknya diarahkan pada praksis
pendidikan masyarakat Indonesia.

c) Pengembangan kemampuan profesional berkesinambungan, profesi guru merupakan profesi yang


berkembang terus menerus dan berkesinambungan.

Dengan adanya persyaratan profesionalisme guru ini, perlu adanya paradigma baru untuk melahirkan
profil guru Indonesia yang profesional di abad 21 yaitu:

a) Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang;

b) Penguasaan ilmu yang kuat;

c) Keterampilan untuk membangkitkan peserta didik kepada sains dan teknologi; dan
d) Pengembangan profesi secara berkesinambungan.

Keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan dan ditambah
dengan usaha lain yang ikut mempengaruhi perkembangan profesi guru yang profesional. Professional
yaitu seorang guru, yang ahli dalam bidang keilmuan yang dikuasainya dituntut bukan hanya sekedar
mampu mentransfer keilmuan ke dalam diri anak didik, tetapi juga mampu mengembangkan potensi
yang ada dalam diri peserta didik. Maka, bentuk pembelajaran konkret dan penilaian secara
komprehensif diperlukan untuk bisa melihat siswa dari berbagai perspektif. Persiapan pembelajaran
menjadi sesuatu yang wajib dikerjakan, dan pelaksanaan aplikasi dalam kelas berpijak kepada persiapan
yang telah dibuat dengan menyesuaikan terhadap kondisi setempat atau kelas yang berbeda.
Kepedulian untuk mengembangkan kemampuan afektif, emosional, social dan spiritual siswa, sesuatu
yang vital untuk bisa melihat kelebihan atau keungulan yang terdapat dalam diri anak. Peserta didik
diberi kesempatan untuk mengembangkan diri dan menemukan aktualisasi sehingga tumbuh rasa
percaya diri.

Berikut akan diuraikan tentang 2 tuntutan yang harus dipilih dan dilaksanakan guru dalam upaya
mendewasakan anak didik. Tuntutan itu adalah:

a) Mengembangkan visi anak didik tentang apa yang baik dan mengembangkan self esteem anak
didik.

b) Mengembangkan potensi umum sehingga dapat bertingkah laku secara kritis terhadap pilihan-
pilihan. Secara konkrit anak didik mampu mengambil keputusan untuk menentukan mana yang baik
atau tidak baik.

Apabila seorang guru dalam kehidupan pekerjaannya menjadikan pokok satu sebagai tuntutan yang
dipenuhi maka yang terjadi pada anak didik adalah suatu pengembangan konsep manusia terhadap apa
yang baik dan bersifat eksklusif. Maksudnya adalah bahwa konsep manusia terhadap apa yang baik
hanya dikembangkan dari sudut pandang yang sudah ada pada diri siswa sehingga tak terakomodir
konsep baik secara universal. Dalam hal ini, anak didik tidak diajarkan bahwa untuk mengerti akan apa
yang baik tidak hanya bertitik tolak pada diri siswa sendiri tetapi perlu mengerti konsep ini dari orang
lain atau lingkungan sehingga menutup kemungkinan akan timbulnya visi bersama (kelompok) akan hal
yang baik.

Berbeda dengan tujuan yang pertama, tujuan yang kedua lebih menekankan akan kemampuan dan
peranan lingkungan dalam menentukan apa yang baik tidak hanya berdasarkan pada diri namun juga
pada orang lain berikut akibatnya. Di lain pihak guru mempersiapkan anak didik untuk melaksanakan
kebebasannya dalam mengembangkan visi apa yang baik secara konkrit dengan penuh rasa tanggung
jawab di tengah kehidupan bermasyarakat sehingga pada akhirnya akan terbentuklah dalam diri anak
sense of justice dan sense of good.

Komitmen guru dalam mengajar guna pencapaian tujuan mengajar yang kedua lebih lanjut diuraikan
bahwa guru harus memiliki loyalitas terhadap apa yang ditentukan oleh lembaga (sekolah). Sekolah
selanjutnya akan mengatur guru, KBM dan siswa supaya mengalami proses belajar mengajar yang
berlangsung dengan baik dan supaya tidak terjadi penyalahgunaan jabatan. Namun demikian, sekolah
juga perlu memberikan kebebasan bagi guru untuk mengembangkan, memvariasikan, kreativitas dalam
merencanakan, membuat dan mengevaluasi sesuatu proses yang baik (guru mempunyai oto-nomi). Hal
ini menjadi perlu bagi seorang yang profesional dalam pekerjaannya.

Masyarakat umum juga dapat membantu guru dalam proses kegiatan belajar mengajar. Hal ini
dimungkinkan karena masyarakat ikut bertanggung jawab terhadap proses anak didik. Masyarakat dapat
mengajukan saran, kritik bagi lembaga (sekolah). Lembaga (sekolah) boleh saja mempertimbangkan atau
menggunakan masukan dari masyarakat untuk mengembangkan pendidikan tetapi lembaga (sekolah)
atau guru tidak boleh bertindak sesuai dengan kehendak masyarakat karena hal ini menyebabkan
hilangnya profesionalitas guru dan otonomi lembaga (sekolah) atau guru.

Dengan demikian, pemahaman akan visi pekerjaan sesuai dengan etika moral profesi perlu dipahami
agar tuntutan yang diberikan kepada guru bukan dianggap sebagai beban melainkan visi yang akan
dicapai guru melalui proses belajar mengajar. Guru perlu diberikan otonomi untuk mengembangkan dan
mencapai tuntutan tersebut.

Tugas khusus guru dalam proses pembelajaran tatap muka adalah sebagai berikut
(http://thsumantri.blogspot.com/2011/04/makalah-profesi-pendidikan.html):

1) Tugas pengajar sebagai pengelola pembelajaran

a) Tugas menajerial. Menyangkut fungsi administrasi, internal maupun eksternal.

b) Tugas edukasional. Menyangkut fungsi mendidik.

c) Tugas instruksional. Menyangkut fungsi mengajar.

2) Tugas pengajar sebagai pelaksana

Secara umum tugas guru sebagai pelaksana adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas yang
kondusif bagi proses belajar mengajar agar mendapatkan hasil yang baik.

Sedangkan secara khusus tugas guru sebagai pelaksana adalah sebagai berikut:

a) Menilai kemajuan program pembelajaran

b) Mampu menyediakan kondisi yang memungkinkan peserta didik belajar sambil bekarja

c) Mampu mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menggunakan alal-alat belajar

d) Mengkoordinasi, mengarahkan, dan memaksimalkan kegiatan kelas

e) Mengkomunikasikan semua informasi dari dan atau peserta didik

f) Membuat keputusan instruksional dalam situasi tertentu

g) Bertindak sebagai manusia sumber

h) Membimbing pengalaman peserta didik

i) Mengarahkan peserta didik agar mandiri

j) Mampu memimpin kegiatan belajar yang efektif dan efisien.

Untuk menjadi guru yang profesional kita dapat menerapkan beberapa prinsip mengajar, diantaranya:
a) Guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi mata pelajaran yang
diajarkannya;

b) Guru harus dapat membuat urutan dalam pemberian pelajaran dan penyesuiannya dengan usia
dan tahapan tugas perkembangan pesertadidik;

c) Sesuai dengan prinsip repitisi dalam proses pembelajaran, diharapkan guru dapat menjelaskan unit
pelajaran secara berulang-ulang hingga tanggapan peserta didik menjadi jelas;

d) Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta didik secara individual;

e) Guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik untuk aktif dalam berfikir;

f) Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
peserta didik;

g) Guru wajib memperhatikan dan memikirkan korelasi antara mata pelajaran dengan kenyataan;

h) Guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar peserta didik;

i) Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina hubungan social; dan

j) Guru juga dapat melaksanakan evaluasi yang efektif serta menggunakan hasilnya untuk
mengetahui prestasi dan kemajuan peserta didik.

Seorang guru harusmemilikikompetensi professional yang menjadiandalan guru


dalammenjalankantugasnya, kompetensi professional merupakanseperangkatkemampuan yang
harusdimilikiolehseorang guru agar dapatmelaksanakantugasnyadenganberhasil.

2.4 Organisasi Profesional Keguruan atau Kependidikan

Di dalam perkembangannya, organisasi profesi guru/kependidikan telah banyak mengalami diferensiasi


dan diversifikasi.Hal ini sejalan dengan terjadinya diferensiasi dan diversifikasi profesi kependidikan.
Sebagaimana dinyatakan dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat (6) bahwa “pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan,”

Beberapa organisasi profesi kependidikan di indonesia, disamping PGRI, yang sudah rilatif berkembang
pesat diantaranya Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI). Organisasi ini beranggotakan para sarjana
pendidikan dari berbagai bidang pendidikan, yang didalamnya mempunyai sejumlah himpunan sejenis
seperti Himpunan Sarjana Pendidikan Biologi, Himpunan Sarjana Pendidikan Bahasa dan sebagainya.
Organisasi lain yang sudah lebih berkembang ialah Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN)
yang dulu bernama Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI).

Organisasi kependidikan yang mengarah kepeda intenasionalisasi profesi, ada yang disebut indonesian
society for special needs education (ISSE) dan Indonesian society for adapted Physical Education (ISAPE).
Kedua organisasi ini menaruh perhatian pada pendidikan kebutuhan khusus, terutama bagi kelompok
yang mengalami gangguan dalam perkembangan baik secara fisik, mental, maupun sosial.
Organisasi apapun yang di bentuk oleh sebuah profesi, tujuan akhirnya adalah memberi manfaat kepada
anggota profesi itu terutama di dalam meningkatkan kemampuan profesional, melindungi anggota
dalam melaksanakan layanan profesional, dan melindungi masyarakat dari kemungkinan melapraktek
dari layanan profesional. (Santori Djam’an, 2009:22)

Organisasi profesi merupakan organisasi yang anggotanya adalah para praktisi yang menetapkan diri
mereka sebagai profesi dan bergabung bersama untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosial yang tidak
dapat mereka laksanakan dalam kapasitas mereka sebagai individu.

Organisasi profesi kependidikan selain sebagai ciri suatu profesi kependidikan, sekaligus juga memiliki
fungsi tersendiri yang bermanfaat bagi anggotanya. Organisasi profesi kependidikan berfungsi sebagai
berikut:

a) Fungsi pemersatu

Organisasi profesi kependidikan merupakan wadah pemersatu berbagai potensi profesi kependidikan
dalam menghadapi kompleksitas tantangan dan harapan masyarakat pengguna jasa kependidikan.

b) Fungsi peningkatan kemampuan professional

Fungsi ini secara jelas tertuang dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 yang berbunyi “tenaga
kependidikan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk meningkatkan dan
mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan profesional, martabat dan kesejahteraan tenaga
kependidikan” peraturan pemerintah tersebut menunjukan adanya legalitas formal yang secara tersirat
mewajibkan anggota profesi kependidikan untuk selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya
melalui organisasi atau ikatan profesi kependidikan.

Ditegaskan dalam UU No. 14 Tahun 2005 dalam Pasal 42 yang menyatakan bahwa Organisasi profesi
guru mempunyai kewenangan:

a) Menetapkan dan menegakkan kode etik guru;

b) Memberikan bantuan hukum kepada guru;

c) Memberikan perlindungan profesi guru;

d) Melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru; dan

e) Memajukan pendidikan nasional.

a. PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia)

Persatuan Guru Republik Indonesia lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan nama Persatuan Guru Hindia
Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun
1932. Pada saat didirikannya, organisasi ini disamping memiliki misi profesi juga ada tiga misi lainnya,
yaitu misi politis-deologis, misi peraturan organisaoris, dan misi kesejahteraan.

b. MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)


Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) didirikan atas anjuran pejabat-pejabat Departemen
Pendidikan Nasional. Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan mutu dan profesionalisasi dari guru
dalam kelompoknya masing-masing.

c. KKG (Kelompok Kerja Guru)

Kelompok Kerja Guru (KKG) sebagai kelompok kerja seluruh guru dalam satu gugus. Pada tahap
pelaksanaannya dapat dibagi ke dalam kelompok kerja guru yang lebih kecil, yaitu kelompok kerja guru
berdasarkan jenjang kelas, dan kelompok kerja guru berdasarkan atas mata pelajaran.

Melalui KKG dapat dikembangkan beberapa kemampuan dan keterampilan mengajar, keterampilan
mengajar guru sangat memengaruhi terhadap kualitas pembelajaran di antaranya; keterampilan
bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan
menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan memimpin diskusi
kelompok kecil dan perorangan.

Selain hal di atas pemerintah juga mengeluarkan kebijakan berupa kualifikasi akademik dan sertifikasi
guru yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang di
dalamnya dinyatakan bahwa guru berhak memeproleh sertifikasi sesuai dengar persyratan yang telah
ditetapkan. Tujuannya adalah agar tercipta guru yang profesional.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Profesi merupakan pekerjaan yang dilakukan seseorang yang menuntut adanya keahlian atau
keterampilan tertentu. Profesi guru merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yaitu guru yang
menuntut adanya keahlian mendidik. Guru harus bersifat profesional karena profesionalisme mutlak
adanya jika ingin menciptakan kinerja yang kompetitif dan bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat,
bangsa, dan negara.

Profesionalisme keguruan atau kependidikan dapat diperoleh dengan berlatih dan memahami
bagaimana menjadi guru yang professional. Kita juga dapat memanfaatkan organisasi kependidikan yang
ada.

3.2 Saran

Kita sebagai mahasiswa calon guru sudah seharusnya mempersiapkan keprofesionalan kerja dari
sekarang agar kelak kita dapat menjadi guru dengan profesionalisme tinggi. Pemahaman akan kinerja
yang baik dapat menjadi satu langkah awal dalam mencapai profesionalisme karena dalam bekerja pada
profesi tertentu kita harus membulatkan tekatd dan pikiran, jangan tanggung-tanggung. Sekali kita
terjun pada sebuah profesi maka kita harus menaruh hati dan pikiran kita guna mencapai tujuan yang
semaksimal mungkin. Jadi, marilah kita berupaya menjadi individu yang memiliki profesionalisme dalam
profesi kita.
DAFTAR PUSTAKA

journal.uny.ac.id

jurnaldikbud.kemdikbud.go.id

https://kbbi.web.id/konseling

https://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/Bab_02_Profesi_dan_Profesional.pdf
LAMPIRAN

Pertanyaan :

1. Apakah pengertian dari Profesi dan sebutkan ciri ciri Profesi?


2. Sebutkan ciri ciri seseorang yang profesional?

Jawab :

1. Profesi adalah kegiatan "apa saja" dan "siapa saja" untuk memperoleh nafkah yang dilakukan
dengan suatu keahlian tertentu. Ciri-ciri profesi, yaitu:

a) Profesi memiliki fungsi dan signifikansi sosial bagi masyarakat.

b) Profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan
yang cukup yang dilakukan oleh lembaga pendidikan yang akuntabel atau dapat
dipertanggungjawabkan.

c) Profesi didukung oleh suatu disiplin ilmu tertentu (a systematic body of knowledge).

d) Ada kode etik yang dijadikan sebagai satu pedoman perilaku anggota beserta sanksi yang jelas dan
tegas terhadap pelanggar kode etik tersebut. Pengawasan terhadap penegakan kode etik dilakukan oleh
organisasi profesi yang bersangkutan.

e) Sebagai konsekuensi dari layanan dan prestasi yang diberikan kepada masyarakat, maka anggota
profesi secara perorangan atau kelompok memperoleh imbalan finansial atau material.

2. Ciri-ciri orang yang professional ialah sebagai berikut:

a) Orang yang tahu akan keahliannya.

b) Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya itu.

c) Hidup dari pekerjaan itu.

d) Bangga akan pekerjaannya.

Anda mungkin juga menyukai