Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah
Pendidikan Karakter/Nilai
Oleh:
Kelompok 5
Dosen Pembimbing:
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " Makalah Profesi Keguruan dengan tepat
waktu''.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pendidikan Karakter/Nilai”. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Nur Aisyah Siregar, MAselaku Dosen.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalam
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
BAB I .........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang .................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................4
C. Manfaat dan Tujuan ............................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................5
A. Pengertian dan Syarat Syarat Profesi ...................................................................................5
1. Pengertian Profesi ............................................................................................................5
2. Syarat Syarat Profesi Keguruan ........................................................................................7
B. Kode Etik Profesi Keguruan .............................................................................................. 11
1. Pengertian Kode Etik ..................................................................................................... 11
2. Tujuan Kode Etik ........................................................................................................... 12
4. Sanksi Pelanggaran Kode Etik ........................................................................................ 12
5. Kode Etik Guru Indonesia .............................................................................................. 12
C. Organisasi Profesional Keguruan ...................................................................................... 13
1. Fungsi Organisasi Profesional Keguruan ............................................................................ 13
2. Jenis Jenis Organisasi Keguruan ..................................................................................... 13
BAB III .................................................................................................................................... 14
PENUTUP ............................................................................................................................... 14
A. Kesimpulan....................................................................................................................... 14
B. Saran................................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia pendidikan tidak lepas dari peran seorang guru. Peran guru sangat dibutuhkan
dalam program pendidikan kita, karena tanpa guru siapa yang akan mengajar anak-anak di
sekolah.Menjadi seorang guru adalah profesi yang tidak mudah. Banyak yang belum kita ketahui
tentang bagaimana menjadi seorang guru.
Sebagai calon guru kita harus tahu bagaimana menjadi guru yang profesional dan juga
syarat-syarat menjadi seorang guru profesional.Namun terlebih dahulu kita harus tahu tentang
pengertian profesi keguruan tersebut. Selain itu kita harus tahu tentang kode etik profesi
keguruan seperti apa dan organisasi apa saja yang menjadi wadah perkumpulan guru guru di
Indonesia. Jika kita ingin menjadi seorang guru yang benar benar ingin profesional kita harus
memiliki sikap yang profesinal untuk menjadi seorang guru serta saran saran untuk menjadi guru
yang profesional tersebut sampai dengan pengembangan menjadi guru yang profesional agar
nantinya kita menjadi guru yang benar benar menggunakan profesi tersebut secara baik sesuai
dengan aturan yang berlaku.
Untuk itulah kami membuat makalah ini agar menjadi bahan kajian kita semua sebagai
calon guru dimasa depan yang memiliki sikap dan perilaku yang benarbenar mencerminkan
seorang tenaga pengajar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka permasalahan yang hendak dikaji
adalah:
1. Apa pengertian dan syarat syarat profesi keguruan?
2. Bagaimana kode etik profesi keguruan?
3. Apa saja organisasi profesional keguruan?
PEMBAHASAN
1. Pengertian Profesi
Menurut Ornstein dan Levine (1984) menyatakan profesi itu adalah jabatan yang
sesuai dengan pengertian profesi dibawah ini:
a. Melayani masyarakat merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat
( tidak berganti ganti pekerjaan).
b. Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan khalayak
ramai (tidak setiap orang dapat melakukannya).
c. Menggunakan hsil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek.
d. Memerlukan pelatihan khusus.
e. Mempunyai persyaratan masuk.
f. Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu.
g. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil, tidak dipindahkan ke
atasan atau instansi yang lebih tinggi dan mempunyai sekumpulan unjuk kerja yang
baku.
h. Mempunyai komitmen terhadap jabatan dank klien.
i. Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya.
j. Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri.
k. Mempunyai asosiasi profesi.
l. Mempunyai kode etik.
m. Mempuyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan anggotanya.
n. Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi. (Ornstein dan Levine,1984).
Menurut Sanusi et al (1991) mengutarakan ciri ciri utama suatu profesi itu sebagai
berikut :
a. Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang menentukan
(crusial).
b. Jabatan yang menuntut keahlian dan keterampilan tertentu.
c. Keterampilan/keahlian yang di tuntut jabatan itu, didapat melalui pemecahan
masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
d. Jabatan itu berdasarkan pada disiplin ilmu yang jelas, sistematik, ekspilisit, yang
bukan sekedar pendapat umum.
e. Jabatan itu memerlukan pendidikan perguruan tinggi yang waktunya cukup lama.
f. Proses pendidikan untuk jabatan juga merupakan aplikasi dan sosialisasi nila-inilai
profesional.
g. Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, anggota profesi berpegang teguh
pada kode etik yang di control oleh organisasi profesi.
g. Mempunyai kebebasan dalam memberikan judgement terhadap permasalahn profesi
yang dihadapinya.
h. Dalam praktek melayani masyarakat anggota profesi otonom dan bebas dari campur
tangan orang luar.
i. Jabatan ini mempunyai pretise yang tinggi dalam masyarakat. ( Sanusi et al, 1991)
“Profesi itu pada hakikatnya adalah suatu peryataan atau janji terbuka, bahwa seseorang
akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa,karena orang
tersebut merasa untuk menjabat pekerjaan itu”.Jika ditelaah, pengertian tersebut mengandung
beberapa hal yakni, bahwa profesi itu merupakan pernyataan atau janji terbuka; profesi itu
mengandung unsur pengabdian; danprofesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan.
Profesi merupakan pernyataan atau janji terbuka, maksudnya, bahwa pernyataan atau
janji yang dinyatakannya (oleh seorang profesional) tidak sama dengan suatu janji atau
pernyataan yang dikemukakan oleh seorang yang bukan profesional. Profesi adalah suatu
pekerjaanyang memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang berkualifikasi tinggi dalam
melayani atau mengabdi kepentingan umum untuk mencapai kesejahteraan insani. Profesi adalah
suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) dari para anggotanya.
Profesi adalah wewenang praktek suatu kejuruan yang bersifat pelayanan pada
kemanusiaan secara intelektual spesifik yang sangat tinggi, yang didukung oleh penguasaan
pengetahuan keahlian serta seperangkat sikap dan keterampilan teknik, yang diperoleh melalui
pendidikan dan latihan khusuh, yang penyelenggaraannya dilimpahkan kepada lembaga
pendididkan tinggi, yang bersama memberikan izin praktek atau penolakan praktek dan
kelayakan praktek dilindungi oleh peraturan perundang undangan yang berlaku, baik yang
diawasi langsung oleh Pemerintah maupun asosiasi profesi yang bersangkutan. (Encyclopedia of
Social Sciences).
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya
memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik teknik ilmiah, serta
dedikasi yang tinggi.
Anggota anggota suatu profesi menguasai bidang ilmu yang membangun keahlian
mereka dengan melindungi masyarakat dari penyalahgunaan, amatiran yang tidak terdidik, dan
kelompok tertentu yang ingin mencari keuntungan. Namun, belum adakesepakatan tentang
bidang ilmu khusus yang melatari pendidikan (education) atau keguruan (teaching) (Ornstein
and Levine,1984).
Menurut Stinnett and Huggett (1963) menurut kelompok pertama mengajar adalah suatu
sains (science), sementara kelompok kedua mengatakan bahwa mengajar adalah suatu kiat (art)
(Stinnett and Huggett,1963). Namun, dalam karangan karangan yang ditulis dalam Encyclopedia
of Educational Researches, misalnya terdapat bukti bukti bahwa pekerjaan mengajar telah secara
intensif mengembangkan batang tubuh ilmu khususnya.
Sebaliknya Sanusi et al berpendapat bahwa ilmu pendidikan sedang dalam krisis identitas,
batang tubuhnya tidak jelas, batasbatasnya kabur, strukturnya sebagai a body of knowledge
samar samar ( sanusi et al ., 1991).
Ilmu penegetahuan tingkah laku (behavioral sciences), ilmu pengetahuan alam, dan
bidang kesehatan dpat dibimbing langsung dengan peraturan dan prosedur yang ekstensif dan
menggunakan metodologi yang jelas.
Ilmu yang terpakai dalam dunia nyata pengajaran masih banyak yang banyak belum teruji
validasinya dan yang disetujui sebagaian besar ahlinya (Gideonse,1982 dan Woodring 1983).
c. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama.
Yang membedakan jabatan profesional dengan non profesional antara lain adalah
dalam penyelesaian pendidikan melalui kurikulum, yaitu ada yang diatur universitas/institut
atau melalui pengalaman praktek dan pemagangan atau campur pemagangan dan kuliah. Yang
pertama, yakni pendidikan melalui perguruan tinggi disediakan untuk jabatan profesional,
sedangkan yang kedua, yakni pendidikan melalui pengalaman praktek dan pemagangan atau
campuran pemagangan dan kuliah di peruntukkan bagi jabatan yang nonprofesional (Ornstein
dan Levine,1984).
Syarat jabatan guru sebagai karier permanen merupakan titik yang paling lemah dalam
menuntut bahwa mengajar adalah jabatan profesional.
h. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
Berdasarkan analisis ini tampaknya jabatan guru belum sepenuhnya dapat dikategorikan
sebagai suatu profesi yang utuh, dan bahkan banyak orang sependapat bahwa guru hanya jabatan
semiprofesional atau profesi yang baru muncul (emerging profession) karena semua belum cirri
ciri di atas yang dapat dipenuhi.
Menurut Amitai Etzioni (1969: p.v. ) guru adalah jabatan semiprofesional disebabkan
oleh: ”.the training [of teachers] is shotters, their status less legitimated [low or moderate], their
right to privileged communication less established.; theirs is less of a specialized knowledge, and
they have less autonomy from supervision on societal control than ‘the professions' (Amitai
Etzioni, 1969).
Robert B. Howsam et al (1976) menulis bahwa guru harus dilihat sebagai profesi yang
harus baru muncul, dan karena itu mempunyai status yang lebih tinggi dari jabatan
semiprofesional, malahan mendekati status jawaban profesi penuh (Robert B. Howsam, 1976).
Dengan adanya peraturan dari Manteri Pendidikan daan Kebudayaan bahwa yang boleh
menjadi guru yang hanya mempunyai akta mengajar yang dikeluarkan oleh Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan (LPTK). Selain itu, guru diberi penghargaan oleh pemerintah melalui
Keputusan Menpan No.26 Tahun 1989, dengan pemberikan tunjangan fungsional sebagai
pengajar, dan dengan kemungkinan kenaikan pangkat yang terbuka.
Jabatan profesional sangat memperhatikan layanan yang diberikan kepada masyarakat.
Oleh karena itu, dalam rangka menjga dan meningkatkan layanan ini secara optimal serta
menjaga agar masyarakat tidak dirugikan oleh orang orang yang tak bertanggung jawab, tuntutan
jabatan profesional harus sangat tinggi.
Profesi keguruan mempunyai tugas utama melayani masyarakat dalam dunia pendidikan
dan profesionalisasi dalam bidang keguruan mengandung arti peningkatan segala daya dan usaha
dalam rangka pencapaian secara optimal layanan yang akan diberikan kepada masyarakat.
Saniusi et al (1991) mengajukan enam asumsi yang melandasi perlunya
profesionalisasi dalam pendidikan, yakni sebagai berikut:
1) Subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan, pengetahuan, emosi,
perasaan dan dapat dikembangkan segala potensinya;dan pendidikan dilandasi oleh
nilai nilai kemanusian yang menghargat martabat manusia.
2) Pendidikan dilakukan secara intensional, yakni secara sadar dan bertujuan, maka
pendidikan menjadi normatif yang diikat olah normanorma dan nilai nilai baik yang
secara universal, nasional maupun local, yang merupakan acuan para pendididk, pserta
didik, dan pengelol pendidikan.
3) Teori teori pendidikan merupakan kerangka hipotesis dalam menjawab permaslahan
pendidikan.
4) Pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia, yakni manusia mempunyai
potensi yang baik untung berkembang. Oleh sebab itu, pendidikan adalah usaha untuk
mengembangkan potensi unggul tersebut.
5) Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya, situasi yang terjadi dalam dialog antara peserta
dididk dengan pendidik, yang memungkinka peserta didik tumbuh kearah yang
dikehendaki oleh pendidik dan selaras dengan nilai nilai yang dijunjung tinggi
masyarakat.
6) Sering terjadinya dilema antara tujuan utama pendidikan, yakni menjadikan manusia
sebagai manusia yang baik( dimensi intristik), dengan misi instrumental yakni
merupakan alat untuk perubahan atau mencapai sesuatu (Sanusi at al,1991).
Sejalan dengan pendirian sekoalah sekolah yang lebih tinggi tingkatnya dari sekolah
umum seperti Hollands Inlandwsews School (HIS), Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs
(MULO), Hogere Burgeschool (HBS), dan Algemene Middelbare School (AMS) maka secara
berangsurangsur dan didirikan pula lembaga pendidikan guru atau kursus kursu untuk
mempersiapkan gurugurunya, seperti Hogere Kweekschool (HKS) untuk guru HIS dan guru
kursus Hoofdacte (HA) untuk kepala sekolah (Nasution,1987).
Selangkah demi selangkah pendidikan guru meningkatkan jenjang kualifikasi dan
mutunya, sehingga saat kita hanya mempunyai Lembaga Pendidikan Guru yang tunggal, yaitu
Lembaga Pendidikan Tenaga pependidikan (LPTK). Di Indonesia telah ada Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI) yang mewadahi persatuan guru, dan juga mempunyai perwakilan di
DPR/MPR.
Dalam sejarah pendidikan Guru Indonesia, guru mempunyai status dan wibawa yang
sangat tinggi dalam masyarakat, dan dianggap sebagai orang serba tahu, karena peranan guru
tidak hanya mendidik anak di depan kelas tetapi tetapi mendidik masyarakat ,tempat mendidik
masyarakat dan untuk tempat masyarakat bertanya. Namun, kewibawaan guru mulai memudar
seiring kemajuan zaman , perkembangan ilmu dan teknologi, dan kepedulian guru yang
meningkat tentang imbalan atau jasa (Sanusi et al,1991).
a. Menurut Undang Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok Pokok Kepegawaian
Pasal 28 UndangUndang ini dengan jela menyatakan bahwa “Pegawai Negeri Sipil
mempunyai Kode Etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan di dalam
dan di luar kedinasan”. Bahwa, Kode Etik merupakan pedoman sikap, tingkah laku dan
perbuatan di dalam melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari hari.
b. Dalam pidato pembukaan Kongres PGRI XIII, Basuni sebagai Ketua Umum PGRI
menyatakan bahwa Kode Etik Guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman
tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan pengabdiannya bekerja
sebagai guru (PGRI,1973). Kode Etik Guru Indonesia terdapat dua unsur pokok, yaitu :
(1) sebagai landasan moral, (2) sebagai pedoman tingkah laku.Kode Etik suatu profesi
adalah norma norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi didalam
melaksanakan tugasnya dan di dalam hidupnya di masyarakat.
Selain PGRI yang satusatunya organisasi guru guru sekolah yang diakui pemerintah
sampai saat ini, ada organisasi guru yang disebut Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
sejenis yang didirikan atas anjuran pejabat pejabat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan mutu dan profesionalisasi dari guru dalam
kelompoknya masing masing. Ada juga Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) yang saat ini
telah mempunyyai divisi divisi antara lain, Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI),
Himpunan Sarjana Administrasi Pendidikan Indonesia (HISAPIN), Himpunan Sarjana
Pendidikan Bahasa Indonesia (HSPBI) dan masih banyak lagi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan bahwa:
Seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas
kemasyarakatan (sivic mission).Guru juga harus bersikap profesional dan bertanggung jawab
atas jabatan yang telah ia miliki. Dan dalam menjalankan tugasnya guru pun harus
mengetahui.Kode etik guru yang merupakan pedoman mengatur hubungan guru dengan teman
kerja, murid dan wali murid, pimpinan dan masyarakat serta dengan misi tugasnya.
Dengan penjelasanpenjelasan yang ada tersebut maka menjadi seorang guru itu harus
mengetahui terlebih dahulu apa itu arti sebuah profesi keguruan beserta syarat syaratnya,
Bagaimana untuk menjadi seorang guru yang profesional yang memiliki jiwa pengajar yang
berlandaskan dengan aturan aturan yang telah ada dalam UndangUndang Kependidikan. Selain
itu untuk menjadi seorang guru harus memiliki etika yang baik serta sikap profesional keguruan.
B. Saran
Guru dan calon guru perlu mengetahui apa arti sebuah profesi keguruan, syarat syarat
untuk menjadi seorang guru yang profesional karena mereka adalah calon tenaga pengajar yang
akan memberikan ilmu mereka kepada anakanak bangsa. Seorang guru adalah contoh bagi
semua murid muridnya, karena itu mereka harus benar benar mengerti bagaimana arti dari
sebuah profesi keguruan yang mereka lakukan sekarang atau nanti agar mereka tidak salah
mengartikan profesi untuk mengajar tersebut dan agar mereka bisa menyadari Pentingnya
menjadi guru yang profesional.
Menjadi seorang guru juga harus memiliki sikap yang profesional di bidangnya tersebut
yakni mengajar. Karena seorang guru akan berdiri sendiri di depan kelas untuk memberikan ilmu
kepada murid muridnya tanpa bantuan seorang asisten atau sejenisnya. Jadi segala sikap yang
baik dan buruk akan dilihat oleh para murid, karena seorang guru adalah panutan dari semua
murid.
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Bukhari. Guru profesional menguasai metode dan trampil mengajar. Bandung. Afabeta.
2010
Aqib, Zainal dan Elham Rohmanto. Profesionalisme guru dan pengawas sekolah. Bandung. CV
Yrama Widya. 2007
Husien, Latifah. Profesi keguruan menjadi guru profesional. Yogyakarta.PT Pustaka Baru Press.
2017
Kunandar. Guru profesional implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan
sukses dalam sentifikasi guru. Jakarta. PT Raja Grapindo. 2007
Sardiman. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta.PT Raja Grapindo Persada. 2014
Sagala, Syaiful. Kemampuan profesional guru dan tenaga kependidikan. Bandung. Alfabeta.
2013
Usman, Moh Uzer. Menjadi guru profesional. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. 2010