Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PROFESI ETIKA KEGURUAN

“ Kode Etik Profesi Guru dan Implementasinya ”


Disusun sebagai pemenuhan Tugas Makalah Mata Kuliah Profesi Etika Keguruan

Dosen Pengampu:
Nasrul HS, S.Pd.I, MA

Disusun Oleh:

Kelompok 8

Indriani Kurniawati (12110123009)

Siti Nur Zannah (12110122866)

KELAS II C
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah yang maha esa,atas limpahan rahmat serta karunianya sehingga

kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Kode Etik Guru dan

Implementasinya“ Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak sanggup menyelesaikan

makalah ini dengan baik. Kami ucapkan terimah kasih kepada Bapak Nasrul HS, S.Pd.I, MA

selaku dosen pengampu, Shalawat dan salam semoga terlimpah dan tercurahkan kepada baginda

tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Dengan makalah ini,kami harap membantu rekan-rekan lainnya memahami tentang

pembahasan yang terdapat dalam judul makalah kami tersebut. Kami menyadari bahwa

kemampuan dalam penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna,isi makalah ini sangat masih

perlu memproleh kritik dan saran dari siapa saja yang telah membacanya sehingga saran dan kritik

anda akan membuat kami semakin lebih baik kedepannya. Atas perhatian dan kerja samanya kami

ucapkan terimah kasih.

Pekanbaru, 24 Mei 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kode Etik Profesi Guru.......................... …………………………….. 3
B. Maksud dan Tujuan Kode Etik Profesi Guru .......................................................... 4
C. Bunyi Kode Etik Guru ........................................................................................... 6
D. Kode Etik Profesi Guru Dalam Perspektif Islam ................................................... 8
E. Fungsi Kode Etik Profesi Guru ............................................................................... 11
F. Sanksi Terhadap Pelanggaran Kode Etik Guru ...................................................... 12
G. Implementasi Kode Etik Guru ............................................................................... 13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................................. 15
B. Saran ....................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sesuai dengan adanya kode etik profesi guru, Allah SWT telah mengatur hal tersebut dalam
firmannya Q.s Al-Imran ayat 104 sebagai berikut :

َ ۡ ۡ ُ َ ََٰٓ ُ َ ۡ َ َ ۡ ۡ ۡ َ ۡ َ ۡ َ َ ُ ۡ ٞ َُ ُ ُ ۡ
ِّ ‫َول َتكن مِّنك ۡم أمة يَدعون إِّلى ٱلخ ۡي ِّر َويَأ ُم ُرون بِّٱل َمع ُر‬
‫وف َو َين َه ۡون ع ِّن ٱل ُمنك ِّرِۚ َوأ ْولئِّك ُ ُم ٱل ُمۡل ُِّحون‬

104. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.

Menurut Yusuf al-Qardhawi, bahwa antara ilmu dan iman atau antara ilmu dan agama tidak
bertolak belakang. Namun di antara keduanya memiliki pertalian erat, ilmu mendukung keimanan
dan iman membuat berkah ilmu, karena kebenaran tak akan bertentangan dengan
kebenaran.Dengan demikian, secara filosofis, etika Islam mendasarkan diri pada nalar ilmu dan
agama untuk menilai suatu perilaku manusia. Kode etik inilah yang nantinya menjadi rambu-
rambu seorang guru dalam menjalankan tugasnya, menjunjung tinggi kode etik guru Indonesia
menjadi salah satu tugas guru professional, dan diharapkan para guru dapat menerapkannya baik
pada pergaulan di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.1

Menyadari peran seorang guru dalam membimbing dan mendidik siswanya membutuhkan
tanggung jawab yang besar, maka guru harus menjalankan tugasnya secara jujur, komitmen dan
penuh dedikasi. Untuk itu, keberadaan kode etik dalam profesi guru baik dalam Islam maupun
dalam konteks ke-Indonesia-an sangat diharapkan mampu menjaga kredibilitas nama baik guru
dalam menyandang status sebagai pendidik.2 Maka dari itu didalam makalah ini, akan dibahas
mengenai perosalan yang berkaitan dengan kode etik profesi keguruan dan implementasinya.

1
Dr. Umar Sidiq, M.ag. , Etika & Profesi Keguruan, Jatim : STAI Muhammadiyah Tulungagung, 2018, hlm.50.
2
Dr. Siswanto, M.Pd.I. , Etika Profesi Guru Pendidikan Agama Islam , Surabaya : Pena Salsabila, 2013, hlm.127.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari kode etik profesi guru ?


2. Apa maksud dan tujuan dari kode etik profesi guru?
3. Bagaimana bunyi kode etik profesi guru ?
4. Bagaimana kode etik profesi guru dalam perspektif islam ?
5. Bagaimana sanksi terhadap pelanggaran kode etik profesi guru ?
6. Bagaimana implementasi kode etik profesi guru terhadap pembelajaran ?
7. Apa saja fungsi dari adanya kode etik profesi guru?
8. Bagaimana pentingnya dari kode etik profesi guru?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari kode etik profesi guru
2. Mengetahui apa saja tujuan dari kode etik profesi guru
3. Mengetahui isi dari kode etik profesi guru
4. Mengetahui bagaimana kode etik profesi guru dalam pandangan islam
5. Mengetahui sanksi dari pelanggaran kode etik profesi guru
6. Mengetahui bagaimana pelaksanaan kode etik profesi guru sesuai peraturan
7. Mengetahui fungsi dari adanya kode etik profesi guru
8. Mengetahui betapa pentignya kode etik profesi guru

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kode Etik Profesi Guru

Pengertian kode etik ini telah dibahas dan dikembangkan oleh beberapa tokoh yang
mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda. Namun pada dasarnya mempunyai pengertian
yang sama. Socrates seorang filosof yang hidup di zaman Romawi, yang dianggap sebagai
pencetus pertama dari etika, di mana dia telah menguraikan etika sebagai ilmu yang tersusun.
Malah sampai sekarang etika terus mengalami perkembangan, hal ini dapat dirasakan dengan
adanya fenomena-fenomena dan realita dalam masyarakat.3
Secara etimologi, kode etik berasal dari dua kata “kode” dan “etik”. Kode berasal dari
bahasa Prancis “Code” yang artinya norma atau aturan. Sedangkan Etik berasal dari kata
“Etiquete” yang artinya tata cara atau tingkah laku. Sementara itu, Elizabeth B. Hurlock
mendifinisikan tingkah laku sebagai berikut: “Behaviour which may be called ‘true morality’
not only conforms to social standards but also is carried out valuntarilly, it comes with the
transition from external to internal authority and consists of conduct regulated from within.”
Artinya, tingkah laku boleh dikatakan sebagai moralitas yang sebenarnya itu bukan hanya
sesuai dengan standar masyarakat tetapi juga dilaksanakan dengan sukarela. Tingkah laku itu
terjadi melalui transisi dari kekuatan yang ada di luar (diri) ke dalam (diri) dan ada ketetapan
hati dalam melakukan (bertindak) yang diatur dari dalam (diri). 4
Profesi sendiri secara etimologi berasal dari kata profession (inggris) yang berasal dari
bahasa Latin profesus yang berarti “mampu atau ahli dalam suatu bentuk pekerjaan”. Profesi
dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, yang didapat
melalui pendidikan dan latihan tertentu, menurut persyaratan khusus memiliki tanggung jawab
dan kode etik tertentu.5
Selanjutnya definisi guru, yaitu semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab
untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual atau klasikal, di sekolah
maupun luar sekolah.

3
Imron Fauzan, Etika Profesi Keguruan, Jember : IAIN Jember, 2018, hlm.93.
4
Ibid.
5
Heri Susanto, Profesi Keguruan, Banjarmasin : Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, 2020.hlm 11.

3
Peran guru terutama nampak dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran di sekolah,
yaitu mentransformasikan kebudayaan secara terorganisasi demi perkembangan peserta didik
khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Jadi, Kode Etik Guru dapat diartikan aturan tata-susila keguruan. Maksudnya aturan-
aturan tentang keguruan (yang menyangkut pekerjaan-pekerjaan guru) dilihat dari segi susila.
Kata susila adalah hal yang berkaitan dengan baik dan tidak baik menurut ketentuan-ketentuan
umum yang berlaku maupun pedoman bersikap dan berperilaku yang mengejewantah dalam
bentuk nilai-nilai moral dan etika jabatan guru. Dengan demikian, guru harus menyadari bahwa
jabatan mereka merupakan suatu profesi yang terhormat, terlindungi, bermartabat, dan mulia.
Di sinilah esensi bahwa guru harus mampu memahami, menghayati, mengamalkan, dan
menegakkan kode etik guru dalam menjalankan tugas-tugas profesional dan menjalani
kehidupan di masyarakat. 6

B. Maksud dan Tujuan Kode Etik Profesi Guru

Secara umum tujuan Kode Etik Guru Indonesia adalah untuk menjamin para guru atau
petugas lainnya agar dapat melaksanakan tugas kependidikan mereka sesuai dengan tuntutan etis
dari segala aspek kegiatan penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan secara khusus tujuan Kode
Etik Guru Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Menanamkan kesadaran kepada anggotanya bahwa kode etik merupakan produk anggota
profesinya yang berlandaskan kepada falsafah Pancasila dan UUD 1945, dan karenanya
segala sepak terjang profesinya harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
2. Mewujudkan terciptanya individu-individu profesional di bidang kependidikan yang
mampu tampil profesional sesuai dengan kompetensinya (pedagogik, profesional,
personal, dan sosial).
3. Membentuk sikap profesional di kalangan tenaga kependidikan maupun masyarakat
umumnya dalam rangka penyelenggaraan pendidikan.
4. Meningkatkan kualitas profesional tenaga kependidikan untuk keperluan pengembangan
kode etik itu sendiri.7

6
Imron Fauzan, Ibid , hlm 94.
7
Imron Fauzan, Ibid, hlm.101-104.

4
Sebagai landasan dan standar perilaku guru, kode etik profesi guru secara umum
bertujuan untuk memposisikan guru sebagai suatu profesi yang terhormat, mulia, dan
bermartabat yang di lindungi oleh undang-undang. Sedangkan menurut Hermawan (1979)
tujuan kode etik adalah sebagai berikut:
a. Untuk menjunjung tinggi martabaat profesi
Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar atau
masyarakat, agar mereka jangan sampai memandang rendah atau remeh terhadap profesi
yang bersangkutan.

b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan


Yang di maksud kesejahteraan disini meliputi baik kesejahteraan batin (spiritual atau
mental). Dalam hal kesejahteraan lahir para anggota profesi, kode etik umumnya memuat
larangan-larangan kepada para anggotanya untuk melakukan perbuatan- perbuatan yang
merugikan kesejahteraan para anggotanya. Kode etik juga sering mengandung peraturan-
peraturan yang bertujuan membatasi tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur bagi
para anggota profesi dalam berinteraksi dengan sesama rekan anggota profesi.

c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi


Tujuan lain kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabdian
profesi, sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan
tanggung jawab pengabdiannya dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kode 3
etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para anggota profesi dalam
menjalankan tugasnya.

d. Untuk meningkatkan mutu profesi


Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik juga memuat norma-norma dan anjuran agar
para anggota profesi selalu berusaha meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya.

e. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.


Diwajibkan kepada setiap anggota untuk secara aktif berpartisipasi dalam membina
8
organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang dirancang organisasi.

8
Heri Susanto, Profesi Keguruan, Banjarmasin : Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, 2020.hlm 18.

5
C. Bunyi Kode Etik Guru

Kode Etik Guru dibuat oleh organisasi atau asosiasi profesi guru. PGRI misalnya, telah
membuat Kode Etik Guru yang disebut dengan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI). KEGI ini
merupakan hasil Konferensi Pusat PGRI Nomor V/Konpus II/XIX/2006 tanggal 25 Maret 2006 di
Jakarta yang disahkan pada Kongres XX PGRI No. 07/Kongres/XX/PGRI/2008 tanggal 3 Juli
2008 di Palembang.
KEGI ini dapat menjadi Kode Etik tunggal bagi setiap orang yang menyandang profesi
guru di Indonesia atau menjadi referensi bagi organisasi atau asosiasi profesi guru selain PGRI
untuk merumuskan Kode Etik bagi anggotanya. Dengan demikian akan terciptanya suasana yang
harmonis dan semua anggota akan merasakan adanya perlindungan dan rasa aman dalam
melakukan tugas-tugasnya. Secara umum, kode etik ini diperlukan dengan beberapa alasan, antara
lain:
a. Untuk melindungi pekerjaan sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang telah ditetapkan
berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
b. Untuk mengontrol terjadinya ketidakpuasan dan persengketaan dari para pelaksana,
sehingga dapat menjaga dan meningkatkan stabilitas internal dan eksternal pekerjaan.
c. Melindungi para praktisi di masyarakat, terutama dalam hal adanya kasuskasus
penyimpangan tindakan.
d. Melindungi anggota masyarakat dari praktek-praktek yang menyimpang dari ketentuan
yang berlaku.9

Soetjipto dan Raflis Kosasi menegaskan bahwa kode etik suatu profesi adalah norma-
norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya
dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi para
anggota profesi tentang bagaimana mereka melaksanakan profesinya dan larangan-larangan yaitu
ketentuan tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh mereka, tidak saja dalam
menjalankan tugas profesi mereka, melainkan juga menyangkut tingkah laku anggota profesi pada
umumnya dalam pergaulannya sehari-hari dalam masyarakat.

9
Ibid, hlm.20.

6
Kode etik guru Indonesia berdasarkan hasil rumusan kongres PGRI XIII pada tanggal 21-
25 November 1973 di Jakarta, terdiri dari sembilan item, yaiitu:
1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia
pembangunan yang ber-Pancasila.
2. Guru memiliki kejujuran professional dalam menerapkan kurikulum sesuai kebutuhan
anak didik masing-masing.
3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik,
tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua
anak didik sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun
masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
6. Guru sendiri atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu
profesinya.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru, baik berdasarkan
lingkungan kerja maupun dalam hubungan keseluruhan.
8. Guru secara hukum bersama-sama memelihara, membina, dan meningkatkan mutu
organisasi guru professional sebagai pengabdiannya.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang pendidikan10.

Berdasarkan poin diatas guru merupakan pengemban tugas kemanusiaan dengan


mengutamakan kebajikan dan mencegah manusia dari kehinaan serta kemungkaran dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun watak serta budaya, yang mengantarkan bangsa
Indonesia pada kehidupan masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta beradab berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
Guru dituntut untuk menjalankan profesinya dengan ketulusan hati dan menggunakan
keandalan kompetensi sebagai sumber daya dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu
berkembangnya potensi peserta didik menjadi manusia utuh yang beriman dan bertakwa serta
menjadi warga negara yang baik, demokratis, dan bertanggung jawab. 11

10
Sutomo, et.al., Profesi Kependidikan, (Semarang: IKIP Semarang Press, 1998), hlm.44.
11
Imron Fauzan, Loc.,cit., hlm 103.

7
Pelaksanaan tugas guru Indonesia terwujud dan menyatu dalam prinsip “ing ngarsa sung
tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”. Untuk itu, sebagai pedoman perilaku guru
Indonesia dalam melaksanakan tugas keprofesionalan perlu ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia.
Dengan adanya kode etik guru di Indonesia, diharapkan dapat memajukan pendidikan
nasional, sebab kode etik guru ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama dari para anggota
profesi guru. Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku dengan
mengikat para anggotanya, lazimnya dilakukan pada suatu kongres organisasi profesi. Pada
umumnya, karena kode etik adalah landasan moral dan merupakan pedoman sikap, tingkah laku,
dan perbuatan maka sanksinya berupa sanksi moral.12

D. Kode Etik profesi guru dalam perspektif islam

Dalam perspektif Islam, seorang guru bukan hanya sekedar tenaga pengajar, tetapi
sekaligus pendidik. Karena itu, seseorang dapat menjadi guru bukan hanya karena ia telah
memenuhi kualifikasi keilmuan dan akademis saja, tetapi lebih penting lagi ia harus terpuji
akhlaknya. Dengan demikian, seorang guru bukan hanya mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan
saja, tetapi lebih penting pula membentuk watak dan pribadi anak didiknya dengan akhlak dan
ajaran Islam. 13
Kedudukan guru yang istimewa tersebut, ternyata berimbang dengan tugas dan
tanggungjawabnya yang tidak ringan. Seorang guru agama bukan hanya sekedar sebagai tenaga
pengajar, tetapi sekaligus sebagai pendidik. Dengan kedudukan sebagai pendidik, guru
berkewajiban untuk mewujudkan tujuan pendidikan Islam, yaitu mengembangkan seluruh potensi
peserta didik agar menjadi muslim sempurna. Untuk mencapai tujuan ini, guru harus berupaya
melalui beragam cara seperti; mengajar, melatih, membiasakan, memberi contoh, memberi
dorongan, memuji, menghukum, dan bahkan mendoakan. Cara-cara tersebut harus dilakukan
secara sungguh-sungguh dan konsisten, agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Islam sangat
menjunjung tinggi peran seorang guru sehingga menempatkan langsung kedudukannya setelah
para Nabi dan Rasul. Hal itu disebabkan guru selalu dihubungkan dengan ilmu pengetahuan dan
Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan.14

12
Dr. Umar Sidiq, M.ag. , Etika & Profesi Keguruan, Jatim : STAI Muhammadiyah Tulungagung, 2018, hlm.56
13
Samana, Profesionalisme Guru (Yogyakarta: Kanisius, 1994), hlm. 14.
14
Dr. Siswanto, M.Pd.I. , Etika Profesi Guru Pendidikan Agama Islam , Surabaya : Pena Salsabila, 2013, hlm.32

8
Dalam sejarah pemikiran para Ulama dalam pendidikan Islam, banyak ditemukan khazanah
mutiara pemikiran dalam ranah kode etik pendidik. Dimana kode etik ini di rumuskan oleh para
Ulama pemikir pendidikan Islam untuk dijadikan pegangan bagi pendidik pada waktu itu. Namun
demikian, bukan berarti sudah tidak relevan dengan masa sekarang, tetap saja pemikiran para
Ulama tersebut dapat diaplikasikan oleh para pendidik di era sekarang ini. Diharapkan ketika
pendidik menerapkan norma-norma tersebut akan dapat menjalankan profesinya dengan baik.
Sehingga marwah pendidik akan tetap bisa terjaga dalam masyarakat, karena mereka memegang
kode etik pendidik dalam perspektif Islam.
Adapun hal menarik terkait dengan kode etik guru menurut Al-Ghazali menyatakan bahwa :
1. Pendidik harus memiliki rasa senang terhadap peserta didiknya. Sebaiknya peserta didik
dikasih sayangi sebagaimana anaknya sendiri. Ini merupakan kunci sukses bagi pendidik
ketika ingin sukses dalam mengajar.
2. Pendidik haruslah meneladi sifat-sifat Rasulullah. Hal ini karena memang pendidik
merupakan orang yang menjalankan ajaran Rasulullah baik dalam tugas dakwah maupun
tugas mendidik. Pendidik dalam konteks ini harus memiliki keikhlasan sebagaimana para
nabi ketika berdakwah kepada umatnya.
3. Pendidik hendaklah bisa memberikan nasihat apapun untuk kemaslahatan peserta didik.
4. Pendidik sebagai teladan bagi peserta didik, hendaknya senantiasa memberi perintah
kepada peserta didiknya untuk meninggalkan akhlak tercela.

Dalam kitab Muraqi al-Ubudiyah fi Syarkh al-Bidayah al-Hidayah (Al-Bantani, tth: 88)
yang ditulis oleh Ulama Jawa kharismatik, yaitu Syekh Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani
menyebutkan bahwa pendidik haruslah memiliki kode etik diantaranya:
1. Harus siap untuk menerima problematika peserta didik dengan hati yang lapang, serta
diiringi sikap yang tabah.
2. Harus senantiasa memiliki sikap santun dan juga penyayang, sebagaimana dalam QS. Ali-
Imron: 15915.

15
Moh. Farhan, Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam Volume 1 Nomor 1 Februari 2018, hlm 93

9
َ ۡ ۡ َ ۡ ُ ۡ َ ُ ۡ َ َ ۡ َ ۡ ْ ُ َ َ ۡ َ ۡ َ َ ًّ َ َ ُ ۡ َ َ ۡ ُ َ َ َ َ َ ۡ َ َ َ
‫ٱس َتغ ِّۡ ۡر ل ُه ۡم‬‫ب لٱنۡضوا مِّن حول ِّك ۖۡ فٱعف عنهم و‬
ِّ ‫فبِّما رحم ٖة مِّن ٱّللِّ ل ِّنت لهمۖۡ ولو كنت فظا غل ِّيظ ٱلقل‬

َ‫ب ٱل ۡ ُم َت َو ِّّك ِّين‬


ُ ُ ََ َ َ َ َ ََََۡ َ َۡ َ َ َ َۡۡ ُ َ
‫ح‬ِّ ‫َوشاوِّ ۡرُ ۡم ف ِّى ٱلأم ِّرِۖ فإِّذا عزمت فتوّك على ٱّللِِّۚ إِّن ٱّلل ي‬

159. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.

3. Harus mampu menjaga kewibawaan dan marwah profesi pendidik dalam setiap aktifitas
kehidupannya, baik dalam konteks tindakan maupun ucapan.
4. Harus bisa menjauhi dari sikap sombong kepada siapapun sebagaimana QS. Al-Najm: 32.
َ ۡ ُ ُ َ ََ َ َ َََْۡ َ َ ُ َ َ ََ ْ ُ َ ُۡ
َ ‫كِّۡر‬
‫ين‬ِّ ‫حب ٱل‬
ِّ ‫قل أطِّيعوا ٱّلل وٱلرسول ۖۡفإِّن تولوا فإِّن ٱّلل لا ي‬

32. Katakanlah: "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang kafir".

5. Harus bisa memiliki sikap rendah hati kepada kelompok masyarakat disekitarnya
6. Harus meniadakan setiap kegiatan yang tidak memiliki nilai guna dan sia-sia.
7. Harus memiliki sikap lembah lembuh khususnya terhadap peserta didik yang memiliki
tingkat IQ yang lebih rendah dari peserta didik lainnya, kemudian dia harus berkenan untuk
memberikan pembinaan secara maksimal kepadanya.
8. Harus bisa meninggalkan sikap marah ketika menghadapi problematika yang ada,
khususnya dalam konteks tugas keguruan.
9. Harus berkenan untuk senantiasa memperbaiki kualitas sikap dari peserta didiknya, dan
juka bersikap lemah lembut khususnya kepada peserta didik yang kurang lancar dalam hal
berbicara. 16

16
Ibid,

10
10. Harus bisa meninggalkan sikap yang menakutkan bagi peserta didiknya, khususnya ketika
peserta didik belum memiliki pemahaman yang komprehensif dalam suatu materi
pelajaran.
11. Harus senantiasa memberikan perhatian terhadap segala macam pertanyaan yang diajukan
oleh peserta didiknya, sekalipun pertanyaan tersebut memiliki kualitas yang rendah dan
juga tidak tertalu sesuai dengan materi pembelajaran yang sedang diajarkan.
12. Harus siap untuk menerima kebenaran yang disampaikan oleh peserta didiknya.
13. Harus senantiasa mengedepankan kebenaran dalam setiap proses pembelajaran, sekalipun
kebenaran tersebut berasal dari peserta didiknya.
14. Harus dapat mencegah peserta didiknya dari belajar ilmu yang tidak baik (berbahaya)
sesuai dengan inspirasi
15. Harus senantiasa menanamkan sifat ikhlas kepada peserta didiknya, serta berusaha secara
maksimal dalam rangka mencari keilmuan terkait dengan hal bisa disampaikan kepada
peserta didiknya supaya memiliki tingkat taqarrub kepada Allah SWT.
16. Harus mampu mencegah dan mengarahkan peserta didiknya untuk mempelajari ilmu fardu
kifayah sebelum ilmu fardu ‘ain.
17. Harus bisa mengaktualisasikan informasi yang disampaikan kepada peserta didiknya,

Tentu saja ketika setiap pendidik memegang kode etik yang dirumuskan tersebut, profesi
suci mereka akan bisa terjaga marwah nya dengan baik. Selain itu dalam rangka menjalankan tugas
dan fungsinya, para pendidik akan mengalami kemudahan dalam rangka untuk mewujudkan tugas
mulia dari amanah pendidikan atas mereka.17

E. Fungsi Kode Etik Profesi Guru18


Hamzah B. Uno, mengemukakan empat fungsi kode etik guru antara lain :
1. Agar guru terhindar dari penyimpangan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja, masyarakat dan pemerintah.
3. Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung jawab pada
profesinya.
4. Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang mengunakan profesinya dalam
melaksanakan tugas.

17
Ibid.
18
Uno, Profesi Kependidikan, hlm. 23.

11
F. Sanksi terhadap Pelanggaran Kode Etik19

Pelanggaran kode etik adalah terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh anggota
kelompok profesi dari kode etik profesi di mata masyarakat. Beberapa penyebab pelanggaran kode
etik profesi adalah:
1. Idealisme dalam kode etik profesi tidak sejalan dengan fakta yang terjadi di sekitar para
profesional sehingga harapan terkadang sangat jauh dari kenyataan.
2. Memungkinkan para profesional untuk berpaling kepada kenyataan dan mengabaikan
idealisme kode etik profesi. Kode etik profesi bisa menjadi pajangan tulisan berbingkai.
3. Kode etik profesi merupakan himpunan norma moral yang tidak dilengkapi dengan sanksi
keras karena keberlakuannya semata-mata berdasarkan kesadaran profesional.
4. Memberi peluang kepada profesional untuk berbuat menyimpang dari kode etik
profesinya.

Sanksi pelanggaran Kode Etik Guru yaitu sanksi moral dan sanksi administratif/hukum.
Kasus pelanggaran kode etik akan ditindak dan dinilai oleh suatu Dewan Kehormatan atau komisi
khusus. Seringkali, kode etik juga berisikan ketentuan-ketentuan profesional, seperti kewajiban
melapor jika teman sejawat melanggar kode etik. Namun, dalam praktek sehari-hari kontrol ini
tidak berjalan mulus karena rasa solidaritas dalam anggota-anggota profesi. Seorang profesional
mudah merasa segan melaporkan teman sejawat yang melakukan pelanggaran.
Secara khusus, sanksi pelanggaran kode etik profesi guru sebenarnya telah diatur dalam
rumusan Kode Etik Guru Indonesia pada Kongres PGRI ke-XIV tahun 1989 (sebelum direvisi),
Pasal 8, dan 9, sebagai berikut.
Pasal 8
(1) Pelanggaran adalah perilaku menyimpang dan/atau tidak melaksanakan Kode Etik Guru
Indonesia dan ketentuan perundangan yang berlaku yang berkaitan dengan protes guru.
(2) Guru yang melanggar Kode Etik Guru Indonesia dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan yang berlaku.
(3) Jenis pelanggaran meliputi pelanggaran ringan sedang dan berat.

19
Imron Fauzan, ibid ,hlm.110

12
Pasal 9
(1) Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan pelanggaran terhadap Kode
Etik Guru Indonesia merupakan wewenang Dewan Kehormatan Guru Indonesia.
(2) Pemberian sanksi oleh Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat
satu diatas harus objektif.
(3) Rekomendasi Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dilaksanakan oleh organisasi profesi guru.
(4) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan upaya pembinaan kepada guru yang
melakukan pelanggaran dan untuk menjaga harkat dan martabat profesi guru.
(5) Siapapun yang mengetahui telah terjadi pelanggaran Kode Etik Guru Indonesia wajib melapor
kepada Dewan Kehormatan Guru Indonesia, organisasi profesi guru, atau pejabat yang
berwenang. (6) Setiap pelanggaran dapat melakukan pembelaan diri dengan/atau tanpa bantuan
organisasi profesi guru dan/ atau penasehat hukum sesuai dengan jenis pelanggaran yang
dilakukan dihadapan Dewan Kehormatan Guru Indonesia.

Kode etik harus mengintegral pada perilaku guru. Disamping itu, guru dan organisasi guru
berkewajiban mensosialisasikan Kode Etik dimaksud kepada rekan sejawat, penyelenggara
pendidikan, masyarakat, dan pemerintah. Bagi guru, Kode Etik tidak boleh dilanggar, baik sengaja
maupun tidak. Dengan demikian, adanya kode etik tersebut diharapkan para guru tidak
melakukan pelanggaran terhadap tugas dan kewajibannya. Secara substansial, diberlakukannya
kode etik kepada guru sebenarnya untuk menambah kewibawaan dan memelihara image, citra
profesi tetap baik.20

G. Implementasi Kode Etik Guru


Dalam upaya mewujudkan kode etik guru Indonesia, perlu memperhatikan sejumlah faktor
yang hingga saat ini masih di rasakan sebagai kendala. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Kualitas pribadi guru
2. Pendidikan guru
3. Sarana dan prasarana pendidikan
4. Sistem pendidikan

20
Dr. Siswanto, M.Pd.I. , ibid , hlm 25.

13
5. Kedudukan, karier dan kesejahteraan guru
6. Kebijakan pemerintah

Berbagai pihak yang memiliki keterkaitan (pembuat kebijakan/keputusan, para pakar,


manajer, pelaksana) secara proporsional dan professional seyogyanya dapat bekerjasama secara
sistemik, sinergik, dan simbiotik dalam mewujudkan kode etik guru . Hal yang paling mendasar
adalah kemauan politik yang terwujud dalam bentuk kebijakan manajemen guru dan perlakuan
terhadap profesi guru. Bagi seorang pendidik, haruslahseorang guru harus memiliki syarat-
syarat pokok agar dapat mengimplementasikan kode etik guru sebagai berikut:
1. Syarat syakhsiyah (memiliki kepribadian yang dapat diandalkan)
2. Syarat ilmiah (memiliki ilmu pengetahuan yang mumpuni)
3. Syarat idhafiyah (mengetahui, menghayati dan menyelami manusia yang dihadapinya,
sehingga dapat menyatukan dirinya untuk membawa anak didik menuju tujuan yang
ditetapkan).
Ketiga unsur tersebut harus menyatu dalam diri setiap guru, sehingga guru akan menjadi
seorang yang mempunyai kepribadian khusus. Dari ramuan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
keguruan serta penguasaan berbagai ilmu pengetahuan yang akan dia transformasikan pada anak
didik, pada akhirnya akan membawa perubahan terhadap tingkah laku siswanya. 21

21
Dr. Apriyanti Widiyansyah, S.S., M.Pd., Modul Etika Profesi Guru, Jakarta : Universitas Bhayangkara, 2019

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kode etik keprofesian (professional code of ethic) pada hakikatnya merupakan suatu
system peraturan atau perangkat prinsip-prinsip keperilakuan yang telah diterima oleh kelompok
orang-orang yang tergabung dalam himpunan organisasi keprofesian tertentu. Adapun maksud dan
tujuan pokok diadakannya kode etik ialah untuk menjamin agar tugas-pekerjaan keprofesian itu
terwujud sebagai mana mestinya dan kepentingan semua pihak terlindungi sebagaimana layaknya.

Fungsi kode etik profesi guru ialah sebagai seperangkat prinsip dan norma moral yang
melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam hubungannya dengan peserta
didik, orang tua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi, organisasi profesi dan pemerintah sesuai
dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika dan kemanusiaan. Makna kandungan kode etik
profesi guru tidak hanya adanya pengakuan dan pemahaman atas ketentuan dan/atau prinsip-
prinsip yang terkandung di dalamnya, juga adanya suatu ikatan komitmen dan pernyataan
kesadaran untuk mematuhinya dalam menjalankan tugas dan perilaku keprofesiannya, serta
kesiapan dan kerelaan atas kemungkinan adanya konsekuensi dan sanksi seandainya terjadi
kelalaian terhadapnya.
Kode etik guru Indonesia bersumber dari nilai-nilai agama dan pancasila, nilai-nilai
kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional,
dan Nilai-nilai jati diri, harkat dan martabat manusia yang meliputi perkembangan kesehatan
jasmaniah, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual. Landasan normatif etika profesi setidaknya
mengandung empat elemen landasan di dalam sistem etika, yaitu landasan tauhid, landasan
keseimbangan, landasan kehendak bebas, dan landasan pertanggung jawaban. Ketaatan guru pada
Kode Etik akan mendorong mereka berperilaku sesuai dengan norma- norma yang dibolehkan
dan menghindari norma-norma yang dilarang, Dengan demikian, aktualisasi diri guru dalam
melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran secara profesional, bermartabat, dan beretika
akan terwujud .

15
B. Saran
Setelah membahas makalah ini, semoga kita semua kelak menjadi guru yang professional
dibidangnya, serta mematuhi kode etik yang telah ditetapkan. Karena keberhasilan seorang tenaga
didik dalam melahirkan generasi bangsa tergantung pada pendidiknya. Jadi, sebaiknya kita ber
etika baik di depan maupun di belakang siswa, terutama di depan siswa. Penulis menyadari
makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangatlah
penulis harapkan demi perbaikan makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat menjadi khazanah
pengetahuan khususnya bagi penulis dan juga kita semua.

16
DAFTAR PUSTAKA

Farhan, Moh. Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam Volume 1 Nomor 1 Februari 2018,

Fauzan, Imron Etika Profesi Keguruan, Jember : IAIN Jember, 2018

Sidiq, Umar , Etika & Profesi Keguruan, Jatim : STAI Muhammadiyah Tulungagung, 2018

Samana, Profesionalisme Guru (Yogyakarta: Kanisius, 1994)

Siswanto , Etika Profesi Guru Pendidikan Agama Islam , Surabaya : Pena Salsabila, 2013

Widiyansyah , Apriyanti Modul Etika Profesi Guru, Jakarta : Universitas Bhayangkara, 2019

Susanto, Heri Profesi Keguruan, Banjarmasin : Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, 2020

Sutomo, Profesi Kependidikan, (Semarang: IKIP Semarang Press, 1998),

17

Anda mungkin juga menyukai