Anda di halaman 1dari 27

CRITICAL JOURNAL REVIEW

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

(I) Pendidikan Pendekatan Multikultural Untuk Membentuk Karakter dan


Identitas Nasional di Era Revolusi Industri 4.0 : A Literature Review
(II) Pendidikan Multikultural: Penguatan Identitas Nasional Di Era Revolusi
Industri 4.0

Dosen Pengampu :

Hodriani, S.Sos., M.A.P.

DISUSUN OLEH :

NAMA : ELIZAR HAMDAN LUBIS

NIM : 5192431003

KELAS : PTE B 2019

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Critical Journal Review (CJR) ini. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Penulis juga mengucapkan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian CJR ini.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh sebab itu penulis mengharapkan saran
dan sumbangan pemikiran dalam penyempurnaan CJR ini. Atas saran dan sumbangan pemikiran
yang diberikan penulis mengucapkan terima kasih.

Semoga makalah ini dapat memenuhi harapan sebagai bahan pegangan dalam
pembelajaran mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

Medan, 22 April 2021

Penulis

2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..3

PENDAHULUAN…………………………………………………………………………..4

RINGKASAN ISI JURNAL………………………………………………………………...5

KEUNGGULAN ARTIKEL/HASIL PENELITIAN……………………………………….23

KELEMAHAN ARTIKEL/HASIL PENELITIAN…………………………………………23

KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………………………..26

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….27

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Rasionalisasi Pentingnya CJR

Disaat kita membutuhkan sebuah referensi , yaitu jurnal sebagai sumber bacaan kita
selain buku dalam mempelajari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, sebaiknya kita
terlebih dahulu mengkritisi journal tersebut agar kita mengetahui journal mana yang lebih
relevan untuk dijadikan sumber bacaan.

1.2 Tujuan CJR


1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam meringkas, menganalisa dan
membandingkan serta memberi kritik pada journal.
3. Memperkuat pemahaman pembaca terhadap pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan
bagi kehidupan.

1.3 Manfaat CJR

1. Sebagai rujukan bagaimana untuk menyempurnakan sebuah journal dan mencari sumber
bacaan yang relevan.
2. Membuat saya sebagai penulis dan mahasiswa lebih terasah dalam mengkritisi sebuah
journal.
3. Untuk menambah pengetahuan tentang Pendidikan Kewarganegaraan.

4
BAB II

RINGKASAN ISI JURNAL

1.1. Identitas Jurnal


Jurnal Pertama :

Judul Jurnal : Pendidikan Pendekatan Multikultural Untuk Membentuk Karakter dan


Identitas Nasional di Era Revolusi Industri 4.0 : A Literature Review
Jenis Jurnal : Journal Industrial Engineering & Management Research ( Jiemar)
Volume Penerbitan :1
No :3
No IISN : 2722 – 8878
Tahun Terbit : 2020
Penulis : Yuli Sudargini, Agus Purwanto

Jurnal Kedua

Judul Jurnal : Pendidikan Multikultural: Penguatan Identitas Nasional Di Era Revolusi


Industri 4.0
Jenis Jurnal : Seminar Nasional Multidisiplin
Volume Penerbitan :-
No :-
No IISN : 2654-3184
Tahun Terbit : 2018
Penulis : Abdul Rohman, Yenni Eria Ningsih

5
1.2. Analisis Jurnal

Jurnal Pertama

Pendidikan Pendekatan Multikultural Untuk Membentuk Karakter dan Identitas Nasional


di Era Revolusi Industri 4.0 : A Literature Review

Jurnal Kedua

Pendidikan Multikultural: Penguatan Identitas Nasional Di Era Revolusi Industri 4.0

Jurnal Pertama

1. Abstrak

Pendekatan pendidikan multikultural di Indonesia harus dilakukan sedini mungkin


dengan menanamkan nilai-nilai kehidupan dalam rangka pembentukan karakter bangsa yang
ideal di era revolusi industri 4.0. Hal ini disebabkan karena revolusi industri 4.0 yang terjadi
secara global ini tidak hanya menimbulkan dampak positif bagi masyarakat di Indonesia, namun
juga menimbulkan dampak negatif. Akibat teknologi yang serba mudah dan instan, kearifan
lokal dalam budaya Indonesia semakin luntur, misalnya pudarnya sikap toleransi dan tenggang
rasa antar masyarakat, yang kemudian dapat menimbulkan konflik dan diskriminasi di
lingkungan sosialnya. Maka dari itu diperlukan suatu pendekatan multikultural yang dapat
diimplementasikan pada pendidikan di Indonesia, khususnya melalui instansi pendidikan
(sekolah) dan lingkungan keluarga sebagai sumber pendidikan utama seorang anak.

2. Pendahuluan

Konflik antar masyarakat baik pribadi maupun golongan di Indonesia telah banyak
ditemukan dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini terjadi karena keragaman budaya Indonesia
yang salah satunya terjadi karena faktor geografis. Indonesia terdiri dari berbagai suku, etnis,
agama, dan ras, yang apabila perbedaan-perbedaan itu tidak dikomunikasikan dan tidak
disosialisasikan dengan baik akan menimbukan konflik seperti diskriminasi dan radikalisme.

6
Ditambah pula dengan adanya revolusi industri 4.0 yang menyebabkan teknologi semakin
canggih dan digitalisasi dalam berbagai hal. Meskipun banyak hal positif yang didapatkan di era
ini, namun kecanggihan teknologi ini juga dapat menjadi bumerang bagi bangsa Indonesia.

Dalam kasus pandemi saat ini contohnya, dimana sekolah ataupun perkuliahan dilakukan
dengan metode pembelajaran jarak jauh daring via internet. Hal ini menyebabkan interaksi sosial
secara langung oleh pelajar berkurang dan pelajar tidak mengenal keragaman sosial dan budaya
dalam bermasyarakat.

Ketidaktahuan dan ketidakpahaman mengenai multikulturalisme inilah yang nantinya akan


menyebabkan diskriminasi pada golongan tertentu. Lalu, dalam melakukan pendekatan dalam
pendidikan multikultural, perlu adanya nilai-nilai dan karakter yang mencerminkan identitas
bangsa agar seiring dengan kemajuan teknologi, kearifan lokal, rasa dan jiwa nasionalis tetap
terjaga dan tidak memudar seiringnya waktu. Tujuan dari ulasan ini adalah untuk lebih
memahami bagaimana pendekatan pendidikan multikultural dapat berpengaruh dalam
pembentukan karakter bangsa yang sesuai dengan nilai-nilai kehidupan di Indonesia pada era
revolusi industri 4.0 ini.

3. Tinjauan Pustaka

Pendidikan multikultural merupakan suatu gerakan reformasi yang terjadi di Amerika Serikat
pada sekitar tahun 1960 yang bertujuan untuk memperbaiki sistem pendidikan yang awalnya
diskriminatif terhadap kaum minoritas menjadi lebih terbuka dan memberi peluang pada setiap
orang tanpa memandang latar belakang orang tersebut baik dari segi etnis, agama, gender,
maupun ras agar sama-sama mendapatkan pengetahuan, skill, dan sikap yang diperlukan.
(Tatang: 2013)

Tujuan dari gerakan multikultural menurut Banks (2002:1-4) adalah (1) untuk membantu
individu memahami diri sendiri secara mendalam, (2) membekali peserta didik pengetahuan
mengenai etnis dan budaya-budaya lain, (3) mengurangi derita dan diskriminasi ras, warna kulit,
dan budaya, serta (4) membantu peserta didik menguasai kemampuan dasar membaca, menulis,
dan berhitung. Sementara menurut Gorski (2010), tiga sasaran (tujuan) utama pendidikan
multikultural adalah (1) untuk meniadakan diskrimiansi pendidikan, (2) membantu anak
mencapai prestasi akademik sesuai potensinya, dan (3) memberikan kesadaran sosial dan aktif

7
sebagai warga masyarakat lokal, nasional, dan global. Subjek sasaran pendidikan multikultural
mengalami perluasan, yang awalnya hanya menyasar pada ras (etnis) dan gender (perempuan),
kini meluas hingga kelompok minoritas kebahasaan (komunikasi), kelompok berpendapatan
rendah (prasejahtera) dan penyandang disabilitas.

Di Indonesia sendiri, berdasarkan kategorisasi Parekh (1997; dalam Sunarto et al, 2004:23)
memiliki tiga kategori multikultural yaitu (1) isolated culture yang terjadi karena faktor
geografis, (2) cosmopolitan multikulture yang merupakan kebudayaan yang sudah tercampur
baur, serta (3) accommodative culture dimana ada kebudayaan subetnis yang dominan di antara
kebudayaan subetnis lain tanpa timbul gesekan di antara keduanya. Karakter merupakan nilai
nilai yang melandasi perilaku manusia berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum, adat
istiadat, dan estetika. Sedangkan pendidikan karakter adalah upaya terencana untuk menjadikan
peserta didik lebih mengenal, peduli, menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik dapat
menjadi manusia yang berakhlak mulia. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman
nilai-nilai perilaku atau karakter kepada pelajar yang meliputi pengetahuan, kesadaran atau
kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan, diri sendiri,
sesama, lingkungan, maupun kebangsaan (Nana: 2018).

Menurut Farida Hanum (2009), melalui pendidikan multikultural sejak dini, diharapkan anak
mampu menerima dan memahami perbedaan budaya yang berdampak pada perbedaan caracara,
kebiasaan, tata kelakuan, dan adat istiadat seseorang. Melalui pendidikan multikultural,
seseorang sejak dini mampu menerima perbedaan, kritik, dan memiliki rasa empati, toleransi
pada sesama tanpa memandang status, kelas sosial, golongan, gender, etnis, agama, maupun
kemampuan akademik. Sedangkan identitas nasional menurut Kaelan (2007, dalam Dwi
Sulisworo et al, 2012:4) adalah manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang
dalam aspek kehidupan satu bangsa dengan ciri khas yang membedakan bangsa itu dengan
bangsa yang lain. Di Indonesia sendiri, kebhinnekaan merupakaan suatu ciri khas khusus yang
menjadi identitas nasional bangsa Indonesia.

Konsep revolusi industri 4.0 pertama kali dikenalkan oleh Prof. Klaus Schwab dalam
bukunya “The Fourth Industrial Revolution” yang mengatakan bahwa konsep revolusi industri
4.0 tersebut telah merubah hidup dan cara kerja manusia. Perubahan yang terjadi mulai dari
teknologi dan informasi, ekonomi, sosial budaya, dan pendidikan menuntut generasi muda

8
Indonesia untuk dapat beradaptasi terhadap perubahan yang begitu cepat (Abdul Rohman dan
Yenni Eria, 2018). Heckeu et al menjelaskan bahwa tantangan revolusi industri 4.0 memberikan
perubahan pada sistem sosial dan sistem pendidikan di Indonesia dan juga di dalam masyarakat.
Pertama, perubahan demografi dan nilai sosial. Kedua, pertumbuhan kompleksitas proses yang
meliputi keterampilan teknis, pemahaman proses, motivasi belajar, toleransi, pengambilan
keputusan, penyelesaian masalah dan keterampilan analisis (M.Yahya. 2018:7).

4. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan kepustakaan. Penulis mencari tema yang berhubungan dengan Human Development
and Education lalu menemukan bahwa tema mengenai pendidikan multikultural penting untuk
diulas mengingat bahwa saat ini isu multikulturalisme ini sedang relevan dan banyak terjadi di
Indonesia. Penulis mencari sumber artikel ilmiah terkait di situs google scholar dan science
direct menggunakan kata kunci berupa “multikulturalisme”, “pendidikan multikultural” dan
“pengembangan karakter”. Dari kata kunci tersebut kemudian penulis mencari enam artikel yang
relevan dengan tahun penulisan di atas tahun 2010. Setelah mencari enam artikel, kemudian
penulis membaca sekilas abstrak dan kesimpulan artikel-artikel tersebut untuk kemudian
mengerucutkan pencarian hingga menjadi tiga artikel ilmiah yang paling relevan dengan tema
dan topik bahasan yang penulis ingin ulas. Selain tiga artikel ilmiah pokok yang menjadi sumber
ulasan, penulis juga mencari sumber-sumber literatur pendukung lainnya.

Dari tiga artikel yang telah dipilih, penulis mengkaji lebih jauh mengenai implementasi
pendidikan multikultural, pengembangan karakter dan identitas nasional, serta dampak revolusi
industri 4.0 dan hubungan di antara ketiganya. Penulis menganalisis ketiga artikel tersebut
berdasarkan tujuan penelitian, kerangka teoritis, metode penelitian yang digunakan dan hasil
temuan penelitian. Ringkasan literatur dari tiga artikel yang telah penulis kaji yang digunakan
sebagai gambaran umum mengenai implementasi pendekatan pendidikan multikultural dalam
membangun karakter dan identitas nasional di era revolusi 4.0. Tatang M. Amirin (2012)
menjelaskan apa itu sebenarnya pendidikan multikultural, pentingnya pendidikan multikultural di
Indonesia, dan bagaimana instansi pendidikan dapat mengimplementasikan pendidikan dan
pemahaman multikultural dalam pelajaran atau kurikulum di sekolah. teori mengenai
multikulturalisme, sejarah awal multikutural, diskriminasi sosial, penerapan pendidikan

9
multikultural di Indonesia. Metode kualitatif dengan pendekatan kepustakaan. Menurut penulis,
diskriminasi yang terjadi di Indonesia sebenarnya bukan terjadi karena faktor keberagaman
seperti ragam etnis, suku, agama, dan budaya namun didasari oleh ketidaktahuan masyarakat
mengenai keragaman itu sendiri dan khususnya disebabkan karena faktor eksternal lain seperti
faktor ekonomi dan khilafiyah. Pendekatan multikultural di Indonesia harus mengupayakan nilai-
nilai kedaerahan dan agama agar dipahami masyarakat dengan mengedepankan toleransi sebagai
bentuk kerukunan bermasyarakat dalam rangka menghilangkan diskriminasi. Nana Najmina
(2018) menganalisis bagaimana pendidikan multikultural dapat membentuk karakter bangsa
melalui nilai-nilai kehidupan dan bagaimana mengimplikasikan pendidikan multikultural
khususnya di sekolah.Pendidikan multikultural di Indonesia, karakter kebangsaan dan nilai
kehidupan. Metode kualitatif dengan pendekatan kepustakaan Pendidikan multikultural dapat
membentuk karakater bangsa yang dapat menjadi ciri khas (identitas) nasional masyarakat
Indonesia apabila diterapkan selama proses pembelajaran dan dijadikan sebagai pembiasaan
dalam kehidupan sehari-hari. Abdul Rohman dan Yenni Eria Ningsih( 2018) menjabarkan
dampak revolusi industri 4.0 di Indonesia serta bagaimana pendidikan multikultural dapat
membantu mengurangi dampak tersebut. Sejarah revolusi industri 4.0, dampak digitalisasi global
dan nasional. Metode kualitatif dengan pendekatan kepustakaan Melalui pendidikan
multikultural yang diintegrasikan dengan kurikulum pelajaran di sekolah serta menjadikan
pendidikan multikultural sebagai filosofi dan landaasan dan pendidikan, akan mampu mengatasi
dampak negatif dari digitalisasi di Indonesia

5. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Revolusi industri 4.0 yang terjadi secara global memiliki banyak dampak positif seperti
semakin canggihnya teknologi dan pesatnya digitalisasi yang terjadi di berbagai belahan dunia
termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri, kemajuan teknologi ini tidak hanya membawa dampak
positif, namun juga negatif karena dengan mudahnya melakukan komunikasi tidak langsung
melalui teknologi daring dan media lainnya, membuat masyarakat Indonesia minim melakukan
komunikasi secara langsung dan hal ini dapat menyebabkan adanya gap atau miskomunikasi
antar masyarakat. Komunikasi dalam hal ini termasuk di dalamnya adalah cara berinteraksi satu
sama lain. Apabila terjadi gap knowledge di lingkungan masyarakat seperti ini, maka kemudian
dapat menyebabkan konflik sosial.

10
Dalam kondisi yang telah disebutkan di atas, konflik yang terjadi di antara masyarakat ini
dilatari oleh keragaman dan perbedaan latar belakang individu di masyarakat, yang di dalamnya
terdiri dari keragaman etnis, suku, budaya, agama, ras, gender, dan kondisi fisik maupun psikis
individu (keberadaan penyandang disabilitas). Keanekaragaman ini sebetulnya merupakan ciri
khas atau identitas nasional Indonesia yang menjunjung tinggi Bhineka Tunggal Ika.. Namun
tanpa adanya pengetahuan multikultural, diskriminasi dan radikalisme akan terjadi dalam
masyarakat. Untuk mengantisipasi dan meminimalisir diskriminasi serta konflik sosial akibat
multikulturalisme Indoensia, maka pendidikan multikultural penting untuk diterapkan sejak dini.
Dalam pendidikan di instansi formal seperti sekolah, pendidikan multikultural harus diposisikan
sebagai falsafah dan pendekatan pendidikan serta menjadi bidang kajian yang harus terus
ditelaah efektivitas dan efisiensinya seiring waktu agar tetap relevan dengan perkembangan
jaman.

Menurut Banks (2002:1-4) pendidikan multikultural ini akan bertujuan untuk membantu
individu memahami diri sendiri secara mendalam, memebekali peserta didik pengetahuan
mengenai etnis dan budaya lain, mengurangi diskriminasi ras, warna kulit, dan budaya, serta
membantu para peserta didik menguasai kemampuan dasar membaca, menulis, dan berhitung.
Dan sasaran pendidikan multikultural menurut Tatang (2012) adalah kaum perempuan,
kelompok etnis, kelompok minoritas kebahasan, kelompok berpendapatan rendah, dan
penyandang disabilitas.

Dalam melakukan pendekatan pendidikan multikultural, selain pengetahuan umum


mengenai hal tersebut, juga harus dibarengi dengan menanamkan nilai-nilai kehidupan yang
mencerminkan karakter dan identitas nasional bangsa Indonesia. Menurut Nana (2018) terdapat
empat karakter utama bangsa yang harus tercermin oleh masyarakat Indonesia yaitu manusia
beragama, manusia sebagai pribadi, manusia sosial, dan manusia sebagai warga bangsa. Untuk
menumbuhkan karakter-karakter tersebut, lembaga pendidikan diharapkan dapat menanamkan
nila-nilai kehidupan yang merupakan identitas nasional, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin,
kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial,
dan bertanggung jawab. Strategi pendidikan multikultural selanjutnya perlu dijabarkan dalam
implikasi di sekolah. Hal ini dapat diimplikasikan di sekolah melalui (1) membangun paradigma

11
keberagaman inklusif di lingkungan sekolah, (2) menghargai keragaman bahasa di sekolah, (3)
membangun sikap sensitif gender di sekolah, (4) membangun pemahaman kritis dan empati
terhadap ketidakadilan serta perbedaan sosial, (5) membangun sikap antidiskriminasi etnis, (6)
menghargai perbedaan kemampuan, dan (7) menghargai perbedaan umur.

Sejalan dengan menanamkan nilai serta karakter kebangsaan, pendidikan multikultural


ini juga perlu diintegrasikan dengan identitas nasional melalui desain kurikulum yang berbasis
kearifan lokal. Dalam proses belajar mengajar, pendidik perlu menerapkan teori serta praktik
yang memperhatikan keragaman sosial dan budaya dimana pendidik dapat memberi suatu studi
kasus terkait multikuturalisme di Indonesia atau dapat juga dilakukan secara tidak langsung
dengan memposisikan peserta didik sebagai makhluk sosial yang aktif dalam kehidupan
bermasyarakat. Pendidikan kewarganegaraan juga sebaiknya tetap dipertahanakan bahkan
dioptimalisasi di dalam kurikulum pendidikan, karena di dalamnya kita dapat mengembangkan
nilai-nilai identitas nasional yang telah diuraikan sebelumnya kepada peserta didik dengan
harapan peserta didik tidak hanya sekedar mengetahui namun juga menerapkan nilai-nilai
tersebut dalam kesehariannya.

Jurnal Kedua

1. Abstract

Konsep revolusi Industri 4.0 yang pertama kali dicanangkan oleh Prof. Klaus Schawb
melalui bukunya The Fourth Industrial Revolution, mengatakan bahwa konsep tersebut telah
merubah hidup dan cara kerja manusia. Perubahan yang terjadi mulai dari teknologi dan
informasi, ekonomi, sosial budaya, dan pendidikan menuntut generani muda Indonesia untuk
dapat beradaptasi terhadap perubahan yang begitu cepat. Dalam dunia pendidikan, terdapat
dampak negatif yang ditimbulkan oleh revousi industri 4.0 bagi generasi muda Indonesia, mulai
dari radikalisme, diskriminasi, lunturnya budaya lokal, tawuran hingga tindakan kriminaldari
sosial media maupun dunia nyata yang ditimbulkan dari kurangnya pemahaman mengenai
pendidikan multikultural di era sekarang. Oleh karena itu betapa pentingnya pemahaman
pendidikan multikultural bagi generasi muda, karenapada era revolusi industri 4.0 salah satu
kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah kemampuan generasi muda untuk
memecahkan masalah (problem solving). Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif

12
dengan pendekatan penelitian kepustakaan. Hasil dari penelitian ini adalah, dengan penanaman
pendidikan multikultural yang benar akan menghasilkan generasi muda di era revolusi industri
4.0 yang kreatif, inovatif, serta generasi yang berkarakter, berintegritas dan menjunjung tinggi
toleransi sesuai identitas nasional bangsa Indonesia. Dengan penelitian ini diharapkan mampu
memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan pentingnya pendidikan multikultural di era revolusi
industri 4.0

2. Pendahuluan

Konsep awal revolusi industri 4.0 pertama kali dikenalkan oleh Profesor Klaus Schwab
yang merupakan seoran ahli ekonomi melalui bukunya yang berjudul “The Fourth Industrial
Revolution”. Dalam bukunya Profesor Klaus menjelaskan, bahwa revolusi industri 4.0 telah
mengubah hidup, pola pikir dan cara kerja manusia. Dalam perkembangannya, revolusi industri
4.0 ini memberikan tantangan sekaligus dampak bagi generasi muda bangsa Indonesia.

Revolusi industri 4.0 juga berdampak pada dunia pendidikan di Indonesia, dimulai
dengan digitalisasi sistem pendidikan yang mengharuskan setiap elemen dalam bidang
pendidikan untuk mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Salah satu contoh adalah
sistem pembelajaran di dalam kelas, pembelajaran yang semula diselenggarakan secara langsung
di kelas bukan tidak mungkin akan digantikan melalui sistem pembelajaran secara tidak langsung
atau melalui jaringan internet. Hal lain yang perlu kita ketahui bahwa dalam era revolusi industri
4.0 yang kita alami saat ini, jarak dan batasan wilayah tidak menjadi hambatan setiap manusia
untuk mengetahui dan mengakses dunia luar. Dalam dunia pendidikan, dengan adanya revolusi
industri 4.0 memberikan dampak positif dengan semakin maju dan berkembangnya sistem
pembelajaran kita, akan tetapi juga memberikan dampak negatif bagi dunia pendidikan kita
apabila tidak mampu menjawab tantangan yang muncul di era sekarang.

Dampak negatif yang ditimbulkan dan dapat kita lihat sekarang ini adalah kurangnya
pemahaman mengenai pendidikan multikultural bagi generasi muda kita dalam hal ini anak usia
sekolah. Kurangnya pemahaman mengenai pendidikan multikultural ini juga berdampak
terhadap lunturnya identitas nasional bangsa Indonesia, nilai-nilai luhur bangsa Indonesia mulai
ditinggalkan oleh generasi muda kita. Hal tersebut menimbulkan berbagai permasalahan-
permasalahan dalam dunia pendidikan yang berakibat pada terhambatnya perkembangan kualitas

13
pendidikan itu sendiri. Dimulai dari munculnya radikalisme secara langsung ataupun melalui
media sosial, tawuran antar sekolahan, tindakan kriminal yang dilakukan oleh anak usia sekolah,
lunturnya nilai budaya bangsa pada diri generasi muda, dan intoleransi antar sesama serta
diskriminasi dalam dunia pendidikan yang masih saja terjadi sampai saat ini.

Berbagai permasalah yang ditimbulkan oleh gagalnya pemahaman mengenai konsep


pendidikan multikultural, menuntut kita sebagai generasi muda sekaligus agent of change untuk
memberikan solusi-solusi terbaik dalam meminimalisir dampak negatif tersebut. Dalam hal ini
diperlukan konsep pengembangan pendidikan yang berwawasan multikultural secara benar agar
mampu menghasilkan generasi muda yang mempunyai kesadaran pluralisme [1]. Karena nilai
utama dalam pendidikan multikultural adalah apresiasi tertinggi terhadap pluralitas budaya yang
ada dalam masyarakat, pengakuan terhadap bumi atau alam semestanya dan berperan positif
dalam meningkatkan identitas nasional sebagai bangsa Indonesia.

Melalui pemahaman pendidikan multikultural yang benar, dimulai dari kurikulum


berbasis multikultural, inovasi mata pelajaran pendidikan multikultural di setiap jenjang
pendidikan, peran guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai multikultural atau keberagaman
di sekolah, menumbuhkan sikap kepedulian sosial sejak dini pada siswa, sensitifitas terhadap
diskriminasi. Selain itu guru juga dapat mengintegrasikan konten yang diberikan dalam hal ini
pemanfaat teknologi yang berkembang seperti media televisi dan juga media sosial sehingga
konsep pendidikan multikultural akan dapat diterapkan oleh generasi muda kita serta dapat
menumbuhkan kembali identitas nasional yang mulai luntur di era revolui industri 4.0.
Pemahaman pendidikan multikultural bagi generasi muda kita memang sangat penting dalam
menumbuhkan identitas nasional, karena pada era revolusi industri 4.0 sendiri salah satu
kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah kemampuan generasi muda untuk
memecahkan masalah (problem solving). Dalam hal ini permasalahan-permasahalan yang
ditimbulkan dari gagalnya pendidikan multikultural di era revolusi industri 4.0.

Melihat berbagai permasalah yang telah dibahas, penulis memfokuskan pada konsep
pendidikan multikultural dalam pendidikan guna membangun kembali identitas nasional generasi
muda untuk dapat menjawab tantangan dan berbagai permasalah di era revolusi industri 4.0.
Sehingga dalam penulisan ini, penulis mengambil judul Pendidikan Multikultural: Penguatan
Identitas Nasional di Era Revolusi Industri 4.0.

14
3. Metode Penelitian

Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
menggunakan pendekatan kepustakaan. Menurut Kirk dan Miller, Menjelaskan bahwa penelitian
kualitatif ialah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan
orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. Sedangkan pendekatan
kepustakaan adalah kajian yang menggunakan analisis data berdasarkan bahan tertulis, bahan
kepustakaan berupa catatan yang terpublikasikan, buku, majalah, surat kabar, naskah, jurnal
ataupun artikel [2].

4. Hasil Dan Pembahasan

Revolusi Industri 4.0 : Tantangan dan Problematika Pendidikan di Indonesia

Sejarah revolusi industri sendiri berjalan dengan berbagai tahap, dimulai dengan revolusi
industri 1.0, 2.0, 3.0, hingga 4.0 yang sedanng kita alami saat ini. revolusi industri 4.0 sendiri
pertama dicetuskan oleh pemerintah Jerman untuk mempromosikan komputerisasi manufaktur.
Tantangan pendidikan Indonesia sendiri adalah bagaimana pendidikan lebih berniovasi dan
kreatif dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada, pendidikan yang memiliki
nilai-nilai karakteristik budaya lokal. Heckeu et al menambahkan bahwa tantangan revolusi
industri 4.0 ini juga memberikan perubahan terhadap sistem sosial dalam pendidikan di
Indonesia dan juga dalam masyarakat. Pertama, perubahan demografi dan nilai sosial. Kedua,
pertumbuhan kompleksitas proses yang meliputi; ketereampilan teknis, pemahaman proses,
motivasi belajar, toleransi, pengambilan keputusan, penyelesaian masalah dan keterampilan
analisis [3].

Seiring dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, bukan tidak mungkin
pendidikan dan segala sistemnya akan ikut mengalami perubahan. Contoh dalam proses
pembelajaran di kelas yang dulunya harus dilakukan tatap muka secara langsung, dengan
adanyara revolusi industry 4.0 ini pembelajaran di kelas dapat dilakukan dengan online, seperti
memanfaatkan media sosial atau media pendukung lainnya. Semakin majunya ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam bidang pendidikan juga memberikan dampak negatif atau permasalahan
baru yang dapat menghambat proses pendidikan di Indonesia. Salah satu dampak nyata
permasalaha pendidikan di Indonesia saat ini adalah gagalnya pendidikan multikultural untuk

15
generasi muda kita dan juga identitas nasional yang mulai luntur dalam diri generasi muda
khususnya anak usia sekolah.

Hal tersebut dibuktikan dengan masih adanya tawuran antar sekolah, diskriminasi kaum
minoritas di lingkungan pendidikan, fanatisme, radikalisme yang saat ini menjadi permasalah di
lingkungan pendidikan, kurangnya rasa toleransi, pandangan stereotipe budaya atau suku, seks
bebas dan tindakan kriminal yang banyak dilakukan oleh generasi muda kita anak usia sekolah.
Faktorfaktor dasar yang menyebabkan munculnya berbagai tindakan kekerasan dapat
dirumuskan sebagai berikut (Armando Ariyanto, 1998):

1. Kesenjangan atau kecemburuan sosial yang tidak dapat dipecahkan dengan penggusuran atau
menghilangkan orang lain

2. Memperjuangkan demokrasi dan keadilan, walaupun antara demokrasi dan kekerasan adalah
sebuah kontradiksi. Karena demokrasi merupakan perwujudan kebebasan dalam mencapai
keadilan, sedangkan kekerasan justru menyebarkan ketakutan dan konflik yang tidak menentu
yang lebih berakar pada sempitnya pandangan individu.

3. Kekerasan bagian dari skala besar reformasi dan pembangunan bangsa.

4. Kekerasan merupakan tindakan spontan emosional individu atau kelompok

5. Konflik agama, organisasi, kelompok, suku, dan fanatisme yang berlebihan [4].

Permasalahan lain adalah identitas nasional, berdasarkan Badan Pengembangan dan


Pembinaan Bahasa tahun 2016, terdapat 11 bahasa daerah kita yang sudah mengalami
kepunahan. Bahasa Hukumina, Kayeli, Piru, Moksela, Ternateno, Nila, Palumatu, Te’un, Mapia,
Tandia, Tobada’ yang merupakan bahasa daerah di wilayah maluku dan papua [5]. Faktor-faktor
yang menyebabkan kepunahan berbagai bahasa daerah tersebut adalah dampak globalisasi,
adanya sikap mayoritas dan minoritas, kurangnya minat generasi muda kita untuk belajar bahasa
daerah yang merupakan warisan leluhurnya. Sementara itu menurut Kepala Badan Bahasa
kemendikbud Dadang Sunendar pada tahun 2018, bahwa 19 bahasa daerah terancam punah,
empat bahasa kritis, dua bahasa mengalami kemunduran, 16 bahasa dalam kondisi rentan, dan 19
berstatus aman [6].

16
Adapun faktor-faktor lain yang menyebabkan hilangnya identitas nasional bangsa
Indonesia adalah:

1. Permasalahan dengan negar-negara lain

2. Percampuran antara bahasa Indonesia dengan bahasa asing atau bahasa daerah

3. Kecenderungan untuk lebih bangga menggunakan apapun yang berasal dari luar

4. Lunturnya semangat generasi muda untuk mewarisi budaya asli Indonesia

5. Kurangnya pemahaman mengenai pentingnya identitas nasional

6. Terbukanya akses untuk mengetahui berbagai kebudayaan yang ada diluar Indonesia.

Dengan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, nyatanya masih terdapat
berbagai permasalahan yang menghambat kemajuan pendidikan di Indonesia. salah satu upaya
untuk mencegah dan meminimalisir berbagai permasalahan tersebut adalah dengan pendidikan
multikultural yang benar akan membentuk identitas nasional Indonesia yang kuat. Karena
pendidikan multikultural disini berperan penting bagaimana membentuk individu atau kelompok
yang mempunyai nilai-nilai toleransi yang tinggi. Memberikan karakteristik sesuai budaya
Indonesia untuk memperkuat identitas nasional dikalangan pelajar dan generasi muda kita dalam
menghadapi tantangan di era revolusi industri 4.0.

Pendidikan Multikultural dan Identitas Nasional

Multikultural adalah kebudayaan, pengertian dalam kebudayaan menurut para ahli sangat
beragam, namun dalam konteks ini kebudayaan dilihat dalam perspektif fungsinya adalah
sebagai pedoman bagi kehidupan manusia. Dalam konteks perspektif kebudayaan tersebut, maka
multikultural adalah bentuk pandangan yang mengedepankan asas kebersamaan, pandangan ini
umumnya dipengaruhi dari realitas sejarah dan kondisi dari berbagai perbedaan yang dapat
dijadikan alat atau wahana untuk meningkatkan derajat manusia dan kemanusiaanya [7].

Di era revolusi industri 4.0, pendidikan multikulturalyang merupakan sebuah nilai


penting dalam pendidikan harus diperjuangkan. Karena dibutuhkan sebagai landasan bagi
tegaknya sebuah demokrasi di suatu wilayah, hak asasi manusia dan kesejahteraan hidup

17
masyarakatnya seperti yang kita alami saat ini. Salah satu upaya untuk mewujudkan nilai
multikulturaldi dalam pendidikan di era revolusi industri 4.0 ialah melalui pendidikan yang
multikultural, dimana pengertian pendidikan multikultural menunjukkan adanya keberagaman
dalam pengertian istilah tersebut.

Kata pendidikan dan multikultural memberikan arti bahwa pendidikan multikultural


adalah proses pengembangan seluruh potensi siswa melalui penerapan konsep pendidikan yang
berbasis pada pemanfaat keberagaman yang ada di lingkungan masyarakat, khususnya yang ada
pada siswa seperti keberagaman etnis, budaya, bahasa, agama, status sosial, gender, kemampuan,
umur, suku dan ras. Dalam penerapan pendidikan multikultural, strategi pendidikan ini tidak
hanya bertujuan agar supaya siswa mudah memahami pelajaran yang dipelajari di dalam kelas,
akan tetapi juga meningkatkan kesadaran siswa agar selalu berperilaku humanis, pluralis, dan
demokratis yang menjadi nilai utama dalam bersosial [8].Pada pendidikan multikultural juga
menekankan sebuah filosofi pluralisme budaya ke dalam sistem pendidikan yang didasarkan
pada prinsip-prinsip persamaan (equality), saling menghormati dan menerima serta memahami
dan adanya komitmen moral untuk sebuah keadilan sosial yang nantinya dapat dijadikan nilai
utama agar mampu menjawab berbagai konflik horizontal dan vertikal dalam dunia pendidikan
di era revolusi industri 4.0.

Lawrence Blum membagi tiga elemen dalam pendidikan multikultural, pertama,


menegaskan identitas kultural seseorang, mempelajari dan menilai warisan budaya seseorang.
Kedua, menghormati dan berkeinginan untuk memahami serta belajar tentang etnik atau
kebudayaan-kebudayaan selain kebudayaannya. Ketiga, menilai dan merasa senang dengan
perbedaan kebudayaan itu sendiri; yaitu memandang keberadaan dari kelompok-kelompok
budaya yang berbeda dalam masyarakat seseorang sebagai kebaikan yang positif untuk dihargai
dan dipelihara [9]. Hal lain dijelaskan oleh Callary Sada bahwa pendidikan multikultural itu
mempunyai empat makna:

1. Pengajaran tentang keragaman budaya sebuah pendekatan asimilasi kultural

2. Pengajaran tentang berbagai pendekatan dalam tata hubungan sosial

3. Pengajaran untuk memajukan nilai pluralisme tanpa membedakan status sosial dalam
masyarakat

18
4. Pengajaran tentang refleksi keragaman untuk meningkatkan nilai pluralisme dan nilai
persamaan [10].

Sedangkan identitas nasional sendiri menurut Kaelan (2007), bahwa identitas nasional
pada hakikatnya adalah manisfestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam
aspek kehidupan satu bangsa (nation) dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri yang khas tadi
suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya. Dalam hal ini adalah bangsa
Indonesia dengan berbagai macam nilai luhur budayanya [11]. Nilai-nilai budaya yang berada
dalam sebagian besar masyarakat dalam suatu negara dan tercermin di dalam identitas nasional
bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam kebekuan normatif dan dogmatis, melainkan
sesuatu yang terbuka yang cenderung terus menerus berkembang termasuk di era revousi industri
4.0. Karena keinginan untuk menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia.

Lebih lanjut bahwa konsep dari identitas nasional adalah sebuah konsep yang
multidimensional dimana dikembangkan dan dianalisis oleh berbagai disiplin ilmu dan relevan
dengan berbagai bidang penelitian.Identitas Nasional merupakan salah satu bentuk dari identitas
sosial. Identitas Nasional dianggap sebagai konsep utama dari identifikasi individu pada
kelompok sosial dalam dunia modern, kedekatan anggota kelompok terhadap negara mereka
diekspresikan dengan rasa memiliki, cinta, loyalitas, kebanggaan, dan perlindungan terhadap
kelompok dan tanah airnya. Hal tersebut yang menjadikan sebuah negara mempunyai identitas
dan nilai-nilai tersendiri dalam menghadapi berbagai macam tantangan di era revolusi industri
4.0 yang semakin kompleks, utamanya dalam bidang pendidikan di Indonesia. Unsur-unsur
dalam pembentukan identitas nasional sendiri adalah suku bangsa, komposisi etnis, agama,
kebudayaan daerah dan bahasa pemersatu atau bahasa nasional. Terintegritasnya pendidikan
multikultural dan identitas nasional secara benar, diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai
keberagaman, toleransi serta membangun generasi muda yang kompeten tanpa meninggalkan
nilai-nilai luhur budaya Indonesia untuk menghadapi tantangan-tantangan utamanya dalam
bidang pendidikan di Indonesia yang mengalami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
di era revolusi industri 4.0 yang semakin maju.

19
Penguatan Pendidikan Multikultural dan Identitas Nasional Era Revolusi Industri 4.0

Pada era revolusi industri 4.0 seperti sekarang ini, berdampak pada semakin
berkembangnya berbagai aspek kehidupan dalam lingkungan masyarakat, mulai dari bidang
ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan politik. Hal tersebut dipengaruhi oleh semakin
majunya ilmu dan teknologi yang digunakan manusia. Pada kondisi sekarang menciptakan pola
ketergantungan antara sesama manusia, dan wilayah, karena pada era saat ini batasan wilayah
sudah bukan menjadi penghalang untuk saling berinteraksi dan bertukar budaya antar sesama
manusia, golongan, dan wilayah.

Melihat kondisi tersebut dan segala permasalahan serta tantangan yang dihadapi bangsa
Indonesia utamanya dalam hal pendidikan, mengharuskan pendidikan di Indonesia untuk terus
berkembang dan mampu bersaing dengan bangsa lain, dimana diperlukannya pendidikan yang
kreatf, inovatif dan berorientasi pada pemanfaatan teknologi. Salah satu permasalahan utama
pendidikan di Indonesia di era revolu industri 4.0 ini adalah pendidikan multikultural mampu
menjadi pemecah berbagai masalah pendidikan di Indonesia seperti tawuran, paham radikalisme,
diskriminasi, stereotipe budaya, toleransi, dan tindakan kriminal yang dilakukan oleh anak usia
sekolah. Dampak langsung dari berbagai permasalahan tersebut adalah semakin lunturnya
identitas nasional sebagai bangsa Indonesia.

Salah satu upaya atau konsep awal dalam penanganan masalah dan tantangan pendidikan
di Indonesia pertama bagaimana proses penanaman nilai etika dalam diri anak usia sekolah atau
generasi muda Indonesia, ada beberapa aspek yang dipadang penting dipertimbangkan berkenaan
dengan pemilihan etika dalam konteks pluralisme atau hubungan antar sesama manusia. Pertama,
karena masalah hubungan sosial antar sesama manusia merupakan wilayah kajian etika, yakni
bagaimana sikap manusia memperlakukan manusia lain yang berbeda latar belakang. Kedua, dari
segu etika sendiri menekankan bahwa etika sangat penting karena merupakan solusi untuk dalam
mengatasi berbagai pertimbangan, keputusan, dan kepastian moral secara rasional dan objektif
tentang hal-hal yang harus dilakukan dalam bersosial dalam lingkungan baik di lingkungan
keluarga, pendidikan, dan masyarakat [12].

Hal tersebut senada dengan karya dari K.H Hasyim Asy’ari tentang pendidikan, yakni
kitab Adab Al-Alim Wa al-Muta’alim Fima Yahtaj Ilah al-Muta’alim Fi Ahuwal Ta’allum wa

20
mat Yataqaffu’allim Fi Maqamat Ta’alimih[13]. Kitab tersebut berisikan etika pengajar dan
pelajar dalam hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pelajar selama belajar. Bahwa dalam
permasalahan pendidikan hal utama yang harus diperhatikan adalah bagaimana proses
pendidikan etika, dalam hal ini pendidikan etika sangat diperlukan dalam membentuk generasi
muda yang multikultural serta menjunjung tinggi toleransi antar sesama manusia. Kitab tersebut
juga digunakan untuk menanamkan nilai moral, seperti menjaga tradisi yang baik dan perilaku
santun dalam masyarakat. Akan tetapi, dalam artian ini bukan untuk menolak kemajuan atau
menolak perubahan zaman seperti perubahan yang terjadi dalam revolusi industri 4.0.
Mengajarkan bagaimana melestarikan nilai-nilai lokal yang baik dan mengambil nilai-nilai baru
yang lebih baik.Kitab Adab al-Alim wa al-Muta’alim sendiri terdiri atas delapan bab yang
membahas mengenai etika, yakni:

1. Keutamaan imu dan ilmuwan serta keseluruhan belajar mengajar;

2. Etika yang harus diperhatikan dalam belajar mengajar;

3. Etika seorang murid terhadap guru;

4. Etika seorang murid terhadap pelajaran dan hal-hal yang harus dijadikan pedoman bersama
guru;

5. Etika yang harus dipegang guru;

6. Etika guru ketika dan akan mengajar;

7. Etika guru terhadap murid-muridnya;

8. Etka terhadap buku, alat untuk memperoleh pelajaran dan hal-hal yang berkaitan dengannya.

Dalam hal ini etika merupakan aspek terpenting dalam terwujudnya generasi muda yang
paham mengenai konsep pendidikan multikultural, keberhasilan dalam penguatan etika
dipengaruhi oleh lembaga pendidikan, pendidik dengan tugas dan tanggung jawabnya, dan murid
dengan tugas dan tanggung jawabnya. Diharapkan dengan konsep awal pembenahan etika di
kalangan generasi muda Indonesia, nilai-nilai dari pendidikan multikultural mampu di
imlementasikan dengan benar untuk meminimalisir berbagai permasalahan-permasalah
pendidikan di Indonesia dan sesuai dengan tujuan pendidikan multikultural yang menekankan

21
sebuah filosofi pluralisme budaya ke dalam sistem pendidikan yang didasarkan pada prinsip-
prinsip persamaan (equality), saling menghormati dan menerima serta memahami dan adanya
komitmen moral untuk sebuah keadilan sosial yang nantinya dapat dijadikan nilai utama agar
mampu menjawab berbagai konflik horizontal dan vertikal dalam dunia pendidikan di era
revolusi industri 4.0.

Pendidikan multikultural sangat erat kaitannya dengan identitas nasional bangsa


Indonesia, bagaimana dengan mengimplementasikan pendidikan multikultural dalam kehidupan
secara langsung berperan penting dalam memperkuat identitas nasional bangsa Indonesia rasa
cinta tanah air, loyalitas kepada bangsanya yakni bangsa Indonesia. Penguatan identitas nasional
melalui pendidikan multikultural sendiri bertujuan untuk mewujudka generasi muda yang
mempunyai kesadaran kewarganegaraan multikultural, sebagai generasi muda Indonesia yang
sadar terhadap arti penting identitas nasional, persamaan harkat dan martabat manusia,
penghargaan terhadap keberagaman dan kebhinekaan dengan tetap mengakui dan melestarikan
nilai-nilai kearifan lokal dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara khususnya pada era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi revolusi indstri 4.0.

22
BAB III

PEMBAHASAN

KEUNGGULAN PENELITIAN/HASIL PENELITIAN

Jurnal Pertama

Keunggulan dari Jurnal ini adalah :

1. Kegayutan antar Elemen


a. Kegayutan antar elemen dari jurnal ini sudah baik, artinya setiap penjelasan disusun
secara berkesinambungan dan tidak bolak-balik sehingga tidak membuat pembaca
bingung dalam membahas jurnal ini.
b. Setiap elemen disusun dengan sistematis atau berurut mulai dari masalah-masalah
yang ada, lalu ke penjelasan materi sehingga diawal pembaca sudah penasaran
dengan isi jurnal. Hal tersebut membuat pembaca tertarik dalam membaca jurnal ini.
2. Originalitas Temuan
a. Temuan dari jurnal ini sudah original, atau tidak meniru dari jurnal lainnya.
3. Kohesi dan Koherensi isi Penelitian
a. Penelitian ini memiliki isi yang berhubungan atau koheren. Isi penelitian disusun
secara sistematis dimulai dari masalah yang muncul dan yang dipermasalahkan dalam
kehidupan sehari-hari sehingga membuat pembaca tertarik membacanya selanjutnya,
isinya dilanjutkan dengan materi yang mampu menjelaskan tentang masalah yang
diangkat tersebut, kemudian dilanjutkan dengan solusi yang tepat dalam menangani
masalah tersebut. Jadi, jurnal ini sudah bagus karna telah saling berkesinambungan
antara topik satu dengan topik yang lainnya.

23
KELEMAHAN ARTIKEL/HASIL PENELITIAN

1. Kegayutan antar Elemen


Pada artikel ini, terdapat bagian-bagian yang kurang berkesinambungan bukan pada
materi tetapi pada penyusunan kalimat dari jurnal ini sehingga kadang membuat pembaca
bingung dalam mengartikan kalimat tersebut.
2. Originalitas Temuan
Memang masalah yang diangkat merupakan masalah yang original dari penulis jurnal
namun penjelasan dari masalah tersebut mengandung penjelasan dari orang lain.
3. Terdapat kalimat-kalimat yang rancu sehingga membingungkan bagi pembaca.
4. Kurang dalam pemberian bahasa-bahasa asing.

Jurnal Kedua

KEUNGGULAN PENELITIAN/HASIL PENELITIAN

Keunggulan dari Jurnal ini adalah :

1. Kegayutan antar Elemen

a. Kegayutan antar elemen dari jurnal ini sudah baik, artinya setiap penjelasan disusun
secara berkesinambungan dan tidak bolak-balik sehingga tidak membuat pembaca
bingung dalam membahas jurnal ini.
b. Setiap elemen disusun dengan sistematis atau berurut mulai dari masalah-masalah
yang ada, lalu ke penjelasan materi sehingga diawal pembaca sudah penasaran
dengan isi jurnal.Hal tersebut membuat pembaca tertarik dalam membaca jurnal ini.
2. Originalitas Temuan
a. Temuan dari jurnal ini sudah original, atau tidak meniru dari jurnal lainnya.

3. Kohesi dan Koherensi isi Penelitian

a. Penelitian ini memiliki isi yang berhubungan atau koheren. Isi penelitian disusun
secara sistematis dimulai dari masalah yang muncul dan yang dipermasalahkan dalam
kehidupan sehari-hari sehingga membuat pembaca tertarik membacanya selanjutnya,

24
isinya dilanjutkan dengan materi yang mampu menjelaskan tentang masalah yang
diangkat tersebut, kemudian dilanjutkan dengan solusi yang tepat dalam menangani
masalah tersebut. Jadi, jurnal ini sudah bagus karna telah saling berkesinambungan
antara topik satu dengan topik yang lainnya.

KELEMAHAN ARTIKEL/HASIL PENELITIAN

1. Kegayutan antar Elemen


Pada artikel ini, terdapat bagian-bagian yang kurang berkesinambungan bukan pada
materi tetapi pada penyusunan kalimat dari jurnal ini sehingga kadang membuat pembaca
bingung dalam mengartikan kalimat tersebut.
2. Originalitas Temuan
Memang masalah yang diangkat merupakan masalah yang original dari penulis jurnal
namun penjelasan dari masalah tersebut mengandung penjelasan dari orang lain.
3. Terdapat kalimat-kalimat yang rancu sehingga membingunghkan bagi pembaca.
4. Kurang dalam pemberian bahasa-bahasa asing

25
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 Kesimpulan

Penulis menyimpulkan bahwa dalam menghadapi konflik sosial di era revolusi industri
4.0 yang bersumber dari keragaman etnis, budaya, suku, dan keragaman lainnya ini memang
perlu suatu upaya pendekatan pendidikan mutikultural. Dalam melakukan implementasi
pendidikan multikultural ini peran tenaga pendidik sangat diperlukan dalam menanamkan nilai-
nilai kehidupan dalam membentuk karakter individu yang mencerminkan identitas bangsa.
Pendidikan multikultural sebagai bidang kajian (dapat melalui penelitian sosiologi-antropolgis)
juga perlu terus menerus dijadikan concern utama dalam pendidikan di Indonesia. Sehingga
apabila kemudian terjadi suatu kondisi tertentu atau bahkan revolusi global selanjutnya,
implementasi pendekatan pendidikan multikultural ini tetap relevan dengan multikulturalisme
dan nasionalisme di Indonesia. Karakter keindonesiaan ini adalah harapan bagi bangsa Indonesia
untuk menjadi sebuah bangsa yang besar, karena melalui karakter yang kuat, sebuah bangsa akan
menjadi bangsa yang besar.

IV.2 Saran Jurnal Pertama :

Bahasa yang baik merupakan kunci yang paling menentukan kemenarikan sebuah artikel.
Tidak terdapat bahasa- bahasa asing dalam artikel ini , dengan bahasa- bahasa asing akan
memperluas wawasan pembaca .

Selain itu, dalam membaca sebuah artikel, hal pertama yang diperhatikan oleh pembaca
adalah judul-judul besar, isi, keruntutan kalimat dan kesistematisan topic. Jadi, agar pembaca
dapat tertarik dalam membaca artikel ini sebaiknya diberikan pengubahan atau perbaikan pada
hal-hal tersebut.

26
DAFTAR PUSTAKA

Rohman, A., Ningsih, Y., 2018. Pendidikan Multikultural : Penguatan Identitas Nasional Di
Era Revolusi Industri 4.0. Seminar Nasional Multidisiplin

Sudargini,Y., Purwanto, A. 2020. Pendidikan Pendekatan Multikultural Untuk Membentuk


Karakter Dan Identitas Nasional di Era Revolusi Industri 4.0: A Literature Review.
Journal Industrial Engineering & Management Research (JIEMAR), Vol 1.No 3

27

Anda mungkin juga menyukai