Nama Kelompok :
Nurhalimah (12010526817)
PROGRAM S1
PENDIDIKAN MATEMATIKA
Kelompok 9
i
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ................................................................................................. 11
B. Saran ........................................................................................................... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan salah satu komponen yang sangat penting adalah
murid. Secara umum murid adalah orang yang membutuhkan bimbingan untuk
mengetahui mana yang benar dan mana yang salah dari seorang guru. Dalam proses
belajar mengajar, murid tidak hanya berperan sebagai objek pendidikan atau sasaran
dalam pembelajaran, tetapi juga berperan sebagai subjek pendidikan, dimana murid
tidak hanya pasif mendengarkan penjelasan dari guru, melainkan juga bersikap aktif,
kreatif, dan mampu berinteraksi baik dengan gurunya. 1
Berbicara tentang interaksi antara murid dengan guru, ini erat kaitannya
dengan etika. Etika secara umum adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang
buruk berkaitan dengan hak dan kewajiban (moral) manusia. Etika sangat
mempengaruhi perilaku manusia, karena etika akan membantu manusia untuk
memutuskan apa yang harus dia lakukan dan apa yang harus dia tinggalkan. Dengan
memiliki etika, seseorang akan mampu berpikir kritis dan rasional, serta bertindak
sesuai dengan apa yang harus dipertanggungjawabkan.
Dalam dunia pendidikan etika murid terhadap guru adalah sikap sopan santun
yang harus dimiliki seorang murid terhadap gurunya. Seorang murid haruslah
menghormati dan memuliakan gurunya. Mengingat peran dari seorang guru itu sendiri
yang telah berjasa mengajarkan ilmu dan mendidik akhlak muridmuridnya. Sehingga
mereka menjadi pribadi yang cerdas dan berakhlakul karimah yang mampu
menjalankan norma-norma kehidupan dengan benar.
Seiring berkembangnya zaman, etika murid terhadap guru dalam dunia
pendidikan begitu memprihatinkan. Sopan santun seorang murid terhadap guru saat
ini semakin menurun, baik dalam segi perkataan maupun perbuatan. Hal ini terjadi
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah kurangnya perhatian dan
bimbingan dari kedua orang tua, kurangnya pendidikan karakter di sekolah, salah
pergaulan, hingga dampak dari perkembangan teknologi. Tidak sedikit kejadian
sekarang ini seorang murid yang bertutur kata kurang sopan, bahkan melawan
terhadap gurunya ketika ditegur.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah :
1. Apa saja karakteristik murid dalam perspektif hadits ?
2. Bagaimana tugas dan tanggung jawab dalam perspektif hadits ?
3. Apa saja etika siswa terhadap guru dalam perspektif hadits ?
1
Ainun Putri Wulandari M. Ma’ruf, ‘Konsep Etika Murid Terhadap Guru Menurut Habib Abdullah Bin Alawi
Al-Haddad (Studi Analisis Kitab Adab Suluk Al-Murid)’, Al-Makrifat; Jurnal Kajian Islam, 5.2 (2020), 159–
79.
1
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian dari penelitian
ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan memahami karakteristik murid dalam perspektif hadits.
2. Untuk mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawab dalam perspektif
hadits.
3. Untuk mengetahui dan memahami etika siswa terhadap guru dalam perspektif
hadits.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
dalam bukunya bahwa etika adalah usaha manusia untuk menggunakan akal dan daya
berpikir untuk memecahkan masalah bagaimana ia harus hidup jika ia ingin menjadi
baik. (Franz Magnissuseno, 1: 17). Secara etimologis, etika adalah bagian dari
kemanusiaan. Etika, atau etika, berasal dari kata Yunani: Ethos, yang berarti
menurut adat, tetapi cantata-adab, yang didasarkan pada esensi, yaitu. sifat dasar
manusia, yaitu. sifat baik dan buruk. Oleh karena itu etika adalah teori tindakan
manusia yang ditimbang menurut baik dan buruk. Etika sebagai suatu disiplin tidak
Ada dua macam etika yang ditekankan oleh Al Ghazali terhadap seorang
murid, etika terhadap dirinya dan etika terhadap orang lain, terutama kepada gurunya
sendiri. 3
wajar mudah tanpa memerlukan pertimbangan dan pikiran (Al-Ghazali, juz 3: 56).”
dapat dilihat tidak hanya dari luarnya saja, tetapi juga dari unsur psikologisnya.
Oleh karena itu, kegiatan eksternal juga harus dilihat dari motif dan tujuan
2
Nandya, Anisa. 2010. “Etika Murid Terhadap Guru (Analisis Kitab Ta’lim Muta’allim Karangan Syaikh Az-
Zarnuji).” Mudarissa 2(1):163–328.
3
dilakukannya. Makna dari penjelasan di atas adalah agar siswa tidak berperilaku
sombong, iri hati, pemarah, mudah puas dan sifat-sifat tercela lainnya. Serta
pembentukan budi pekerti dan kebugaran jasmani siswa sesuai dengan prinsip-
prinsip agama.4
karena Allah, dan berdaya upaya pula menyenangkan hati guru dengan cara
yang baik
يرنَا
َ ص ِغ َ ْس ِمنَّا َم ْن لَ ْم يُ َوقِِّ ْر َك ِب
َ يرنَا َو َي ْر َح ْم َ لَي
Artinya : “Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan orang
yang lebih tua dan tidak menyayangi orang yang lebih muda.” ( HSR. Ahmad
dan At-Tirmidzi )
b. Bersikap sopan di hadapan guru, serta mencintai guru karena Allah. Di antara
akhlaq kepada guru adalah datang ke tempat belajar dengan penampilan yang
guru.
berbagai ungkapan menurut pendapat mereka. Menurut ahli etika, ada ilmu yang
menjelaskan arti baik dan jahat, menjelaskan apa yang harus dilakukan manusia,
4
Brier, Jennifer, and lia dwi jayanti. 2020. “Makalah Hadis Tarbawi ‘Etika Peserta Didik.’” 21(1):1–9.
4
menunjukkan cara melakukan apa yang harus dilakukan. Belakangan, etika
memanifestasikan dirinya sebagai filsafat moral, yaitu dalam kajian sistematis tentang
hakikat konsep baik, buruk, wajib, benar, salah, dll. Pada saat yang sama, etika
Dalam hal ini termasuk bahwa orang yang beretika adalah orang yang baik.
Pengertian ini disebut pemahaman manusia sebagai individu yang beretika. Etika
Etika bukan lagi ilmu yang terukur secara matematis. Oleh karena itu, tidak
dapat diprediksi secara pasti. Etika lebih kepada kecerdasan atau seni hidup yang baik
(the art of the good life). Dari pengertian etika di atas, segera jelas bahwa etika
Etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat. Sebagai terbatas, dapat
perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut akan
5
Nandya, Anisa. 2010. “Etika Murid Terhadap Guru (Analisis Kitab Ta’lim Muta’allim Karangan Syaikh Az-
Zarnuji).” Mudarissa 2(1):163–328.
5
dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya. Dengan demikian etika
oleh manusia. Etika lebih mengacu kepada pengkajian sistem nilai-nilai yang ada.
Etika bersifat relatif, yaitu dapat berubah sesuai dengan tuntutan zaman.
Dengan karakteristik seperti itu, etika lebih merupakan ilmu yang berkaitan
dengan upaya untuk menentukan tindakan manusia yang dikatakan baik dan
buruk. Berbagai gagasan filosof Barat tentang perbuatan baik dan buruk dapat
dikelompokkan dalam gagasan etis karena muncul dari hasil pemikiran. Etika
karena itu humanistik dan antroposentris, yaitu. dalam pemikiran manusia dan
diarahkan pada manusia. Dengan kata lain, aturan etis atau pola perilaku yang
Secara fitrah, anak memerlukan bimbingan dari orang yang lebih dewasa. Hal
ini dapat dipahami dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimilki oleh setiap orang
yang baru lahir. Dalam perspektif hadits, peserta didik mempunyai karakteristik
sebagai berikut:
1. Peserta didik menjadikan Allah sebagai motivator utama dalam menuntut ilmu.
2. Senantiasa mendalami pelajaran secara maksimal, yang ditunjang dengan persiapan
dan kekuatan mental, ekonomi, fisik, dan psikis. 7
عن أبي هريرة قا ل رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ألمٶمن القوي خيروأحب الى
هللا من المٶمن الضيف
Artinya : “ Dari Abu Hurairah r,a, ia berkata: Rasulullah saw, telah bersabda:
Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang
mukmin yang lemah.”
6
Nandya, Anisa. 2010. “Etika Murid Terhadap Guru (Analisis Kitab Ta’lim Muta’allim Karangan Syaikh Az-
Zarnuji).” Mudarissa 2(1):163–328.
7
Mardiah dkk, hadits tentang etika siswa terhadap guru, http://lailansafinah.blogspot.com/2017/02/makalah-
hadist-tentang-etika-siswa.html, (diakses pada 06 maret 2023, pukul 20.31).
6
3. Senantiasa mengadakan perjalanan (rihlah, comparative study) dan melakukan
riset dalam rangka menuntut ilmu karena ilmu itu tidak hanya pada satu majlis al-
pengulangan tersebut berarti ia telah melihat betapa luas dan dalamnya ilmu yang
yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku.
8. Ikut memelihara sarana dan prasarana serta kebersihan, ketertiban, dan keamanan
sunat lainnya. 8
8
Mardiah dkk, hadits tentang etika siswa terhadap guru, http://lailansafinah.blogspot.com/2017/02/makalah-
hadist-tentang-etika-siswa.html, (diakses pada 06 maret 2023, pukul 20.31).
7
D. Etika Siswa Terhadap Guru Dalam Perspektif Hadits
1. Menghormati Guru
Para Salaf, suri tauladan untuk manusia setelahnya telah memberikan contoh
dalam penghormatan terhadap seorang guru. Sahabat Abu Sa’id Al- Khudri
heran mengapa mereka menjadi ulama besar di umat ini, sungguh keberkahan ilmu
a. Adab Duduk
Syaikh Bakr Abu Zaid Rahimahullah di dalam kitabnya Hilyah Tolibil Ilm
mengatakan, “Pakailah adab yang terbaik pada saat kau duduk bersama
beradab, tidak membentangkan kaki, juga tidak bersandar, apalagi saat berada di
dalam majelis.”
9
Brier, Jennifer, and lia dwi jayanti. 2020. “Makalah Hadis Tarbawi ‘Etika Peserta Didik.’” 21(1):1–9.
8
b. Adab Berbicara
baik dibandingkan jika berbicara kepada orang lain. Imam Abu Hanifah pun jika
pernah kita dapati mereka beradab buruk kepada gurunya tersebut, mereka tidak
Umar bin khattab yang terkenal keras wataknya tak pernah menarik suaranya di
c. Adab Bertanya
Bertanyalah kepada para ulama, begitulah pesan Allah di ayat ini, dengan
Islam.
Para ulama telah menjelaskan tentang adab bertanya ini. Mereka mengajarkan
singkat dan padat, juga tidak menanyakan pertanyaan yang sudah diketahui
jawabannya.10
3. Mendoakan Guru
Banyak dari kalangan salaf berkata, “Tidaklah aku mengerjakan sholat kecuali
aku pasti mendoakan kedua orang tuaku dan guru guruku semuanya.”
10
Brier, Jennifer, and lia dwi jayanti. 2020. “Makalah Hadis Tarbawi ‘Etika Peserta Didik.’” 21(1):1–9.
9
4. Memperhatikan Adab-adab Dalam Menyikapi Kesalahan Guru
Artinya :“Setiap anak Adam pasti berbuat kesalahan, dan yang terbaik dari
ini umum tidak boleh mencari kesalahan siapapun. Bayangkan bagaimana sikap
menyebabkan dampak yang buruk akan hubungan mereka? Prasangka buruk akan
mencuat, jarak akan tambah memanjang, keinginan akrab pun tak terbenak lagi di
pikiran.
Lantas, bagaimanakah jika aib para ulama, dan para pengajar kebaikan yang
tersebar? Sungguh manusia pun akan menjauhi mereka, ilmu yang ada pada mereka
seakan tak terlihat, padahal tidaklah lebih di butuhkan oleh manusia melainkan para
pengajar kebaikan yang menuntut hidupnya ke jalan yang benar. Belum lagi aib-aib
11
Abnisa, Almaydza Pratama. 2022. “Adab Murid Terhadap Guru Dalam Perspektif Hadits.” TARQIYATUNA:
Jurnal Pendidikan Agama Islam Dan Madrasah Ibtidaiyah 1(2):92–103. doi: 10.36769/tarqiyatuna.v1i2.261.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam perspektif hadits, peserta didik mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Peserta didik menjadikan Allah sebagai motivator utama dalam menuntut ilmu.
b. Senantiasa mendalami pelajaran secara maksimal, yang ditunjang dengan
persiapan dan kekuatan mental, ekonomi, fisik, dan psikis.
c. Senantiasa mengadakan perjalanan (rihlah, comparative study) dan melakukan
riset dalam rangka menuntut ilmu karena ilmu itu tidak hanya pada satu majlis
al-‘ilm, tetapi dapat dilakukan di tempat dan majelis-majelis lain.
d. Memiliki tanggung jawab.
2. Tugas dan tanggung jawab dalam perspektif hadits, sebagai berikut:
a. Dalam menuntut ilmu mengutamakan ilmu yang paling besar kemaslahatannya
untuk dirinya dan umat, di dunia dan di akhirat.
b. Senantiasa mengulangi pelajaran-pelajaran karena ia beranggapan bahwa
dengan pengulangan tersebut berarti ia telah melihat betapa luas dan dalamnya
ilmu yang dapat dikaji melalui ayat-ayat Allah, dan karena ia selalu bertasbih.
c. Mengadakan riset sebagai tindak lanjut dari proses belajar.
d. Mengajarkan kembali ilmu yang telah diperolehnya kepada orang lain.
e. Ilmu itu dimanfaatkan untuk kemaslahatan dan kesejahteraan umat.
f. Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik
yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku.
g. Mematuhi semua peraturan yang berlaku.
h. Ikut memelihara sarana dan prasarana serta kebersihan, ketertiban, dan
keamanan di lingkungan satuan pendidikan.
i. Belajar dengan sungguh-sungguh dan mengutamakan menuntut ilmu dari
amalan sunat lainnya.
3. Etika siswa terhadap guru dalam perspektif hadits sebagai berikit :
a. Menghormati Guru
b. Memperhatikan Etika Ketika Berada Didepan Guru
c. Mendoakan guru
d. Memperhatikan Adab-adab Dalam Menyikapi Kesalahan Guru
B. Saran
Penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan
tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal
ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya. Sehingga bisa terus
menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.
11
DAFTAR PUSTAKA
Abnisa, Almaydza Pratama. 2022. “Adab Murid Terhadap Guru Dalam Perspektif Hadits.”
TARQIYATUNA: Jurnal Pendidikan Agama Islam Dan Madrasah Ibtidaiyah 1(2):92–
103. doi: 10.36769/tarqiyatuna.v1i2.261.
Ainun Putri Wulandari M. Ma’ruf, ‘Konsep Etika Murid Terhadap Guru Menurut Habib
Abdullah Bin Alawi Al-Haddad (Studi Analisis Kitab Adab Suluk Al-Murid)’, Al-
Makrifat; Jurnal Kajian Islam, 5.2 (2020), 159–79.
Brier, Jennifer, and lia dwi jayanti. 2020. “Makalah Hadis Tarbawi ‘Etika Peserta Didik.’”
21(1):1–9.
Nandya, Anisa. 2010. “Etika Murid Terhadap Guru (Analisis Kitab Ta’lim Muta’allim
Karangan Syaikh Az-Zarnuji).” Mudarissa 2(1):163–328.
12