Anda di halaman 1dari 15

MATA KULIAH : DOSEN PENGAMPU :

TAFSIR & HADITS TARBAWI Dr. Herlina

HADITS TENTANG ETIKA SISWA TERHADAP GURU

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Nama Kelompok :

Fitri Khairun Nisa (12010521377)

Nurhalimah (12010526817)

PROGRAM S1
PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2023 H / 1442 M
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


Puji syukur Kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas anugerah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan makalah tafsir & hadits tarbawi dengan judul
“HADITS TENTANG ETIKA SISWA TERHADAP GURU” ini
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk menyelesaikan
tugas Ujian Tengah Semester yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih
memperluas pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi penulis.
Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini dengan baik, namun
penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan kami sebagai
manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik
penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf dan kritik serta saran dari dosen
pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh kami untuk dapat menyempurnakan
makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama. Harapan ini dapat bermanfaat
bagi kita sekalian

Pekanbaru, 06 Maret 2023

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..............................................................................................1


B. Rumusan Masalah .........................................................................................1
C. Tujuan ...........................................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika ............................................................................................3


B. Karakteristik Murid Dalam Perspektif Hadits .................................................6
C. Tugas dan Tanggung Jawab Siswa .................................................................7
D. Etika Siswa Terhadap Guru Dalam Perspektif Hadits .....................................8

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................. 11
B. Saran ........................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan salah satu komponen yang sangat penting adalah
murid. Secara umum murid adalah orang yang membutuhkan bimbingan untuk
mengetahui mana yang benar dan mana yang salah dari seorang guru. Dalam proses
belajar mengajar, murid tidak hanya berperan sebagai objek pendidikan atau sasaran
dalam pembelajaran, tetapi juga berperan sebagai subjek pendidikan, dimana murid
tidak hanya pasif mendengarkan penjelasan dari guru, melainkan juga bersikap aktif,
kreatif, dan mampu berinteraksi baik dengan gurunya. 1
Berbicara tentang interaksi antara murid dengan guru, ini erat kaitannya
dengan etika. Etika secara umum adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang
buruk berkaitan dengan hak dan kewajiban (moral) manusia. Etika sangat
mempengaruhi perilaku manusia, karena etika akan membantu manusia untuk
memutuskan apa yang harus dia lakukan dan apa yang harus dia tinggalkan. Dengan
memiliki etika, seseorang akan mampu berpikir kritis dan rasional, serta bertindak
sesuai dengan apa yang harus dipertanggungjawabkan.
Dalam dunia pendidikan etika murid terhadap guru adalah sikap sopan santun
yang harus dimiliki seorang murid terhadap gurunya. Seorang murid haruslah
menghormati dan memuliakan gurunya. Mengingat peran dari seorang guru itu sendiri
yang telah berjasa mengajarkan ilmu dan mendidik akhlak muridmuridnya. Sehingga
mereka menjadi pribadi yang cerdas dan berakhlakul karimah yang mampu
menjalankan norma-norma kehidupan dengan benar.
Seiring berkembangnya zaman, etika murid terhadap guru dalam dunia
pendidikan begitu memprihatinkan. Sopan santun seorang murid terhadap guru saat
ini semakin menurun, baik dalam segi perkataan maupun perbuatan. Hal ini terjadi
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah kurangnya perhatian dan
bimbingan dari kedua orang tua, kurangnya pendidikan karakter di sekolah, salah
pergaulan, hingga dampak dari perkembangan teknologi. Tidak sedikit kejadian
sekarang ini seorang murid yang bertutur kata kurang sopan, bahkan melawan
terhadap gurunya ketika ditegur.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah :
1. Apa saja karakteristik murid dalam perspektif hadits ?
2. Bagaimana tugas dan tanggung jawab dalam perspektif hadits ?
3. Apa saja etika siswa terhadap guru dalam perspektif hadits ?

1
Ainun Putri Wulandari M. Ma’ruf, ‘Konsep Etika Murid Terhadap Guru Menurut Habib Abdullah Bin Alawi
Al-Haddad (Studi Analisis Kitab Adab Suluk Al-Murid)’, Al-Makrifat; Jurnal Kajian Islam, 5.2 (2020), 159–
79.

1
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian dari penelitian
ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan memahami karakteristik murid dalam perspektif hadits.
2. Untuk mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawab dalam perspektif
hadits.
3. Untuk mengetahui dan memahami etika siswa terhadap guru dalam perspektif
hadits.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika

Franz Magnissuseno adalah seorang profesor filsafat sosial, ia menyatakan

dalam bukunya bahwa etika adalah usaha manusia untuk menggunakan akal dan daya

berpikir untuk memecahkan masalah bagaimana ia harus hidup jika ia ingin menjadi

baik. (Franz Magnissuseno, 1: 17). Secara etimologis, etika adalah bagian dari

kemanusiaan. Etika, atau etika, berasal dari kata Yunani: Ethos, yang berarti

kebiasaan, kesopanan. Dia berbicara tentang kebiasaan (perbuatan), tetapi tidak

menurut adat, tetapi cantata-adab, yang didasarkan pada esensi, yaitu. sifat dasar

manusia, yaitu. sifat baik dan buruk. Oleh karena itu etika adalah teori tindakan

manusia yang ditimbang menurut baik dan buruk. Etika sebagai suatu disiplin tidak

sendirian. Sebagai ilmu yang berhubungan dengan manusia.2

Ada dua macam etika yang ditekankan oleh Al Ghazali terhadap seorang

murid, etika terhadap dirinya dan etika terhadap orang lain, terutama kepada gurunya

sendiri. 3

1. Etika terhadap diri sendiri Dalam kitabnya beliau mengatakan bahwa:

“suatu kondisi jiwa yang menjadi sumber lahiriyah perbuatanperbuatan secara

wajar mudah tanpa memerlukan pertimbangan dan pikiran (Al-Ghazali, juz 3: 56).”

Dengan demikian, penilaian baik buruknya perbuatan etika belajar mahasiswa

dapat dilihat tidak hanya dari luarnya saja, tetapi juga dari unsur psikologisnya.

Oleh karena itu, kegiatan eksternal juga harus dilihat dari motif dan tujuan

2
Nandya, Anisa. 2010. “Etika Murid Terhadap Guru (Analisis Kitab Ta’lim Muta’allim Karangan Syaikh Az-
Zarnuji).” Mudarissa 2(1):163–328.

3
dilakukannya. Makna dari penjelasan di atas adalah agar siswa tidak berperilaku

sombong, iri hati, pemarah, mudah puas dan sifat-sifat tercela lainnya. Serta

pembentukan budi pekerti dan kebugaran jasmani siswa sesuai dengan prinsip-

prinsip agama.4

2. Etika terhadap seorang guru

Adapun etika murid terhadap gurunya dibagi menjadi berikut :

a. Hendaklah murid menghormati guru, memuliakan serta mengagungkannya

karena Allah, dan berdaya upaya pula menyenangkan hati guru dengan cara

yang baik

‫يرنَا‬
َ ‫ص ِغ‬ َ ‫ْس ِمنَّا َم ْن لَ ْم يُ َوقِِّ ْر َك ِب‬
َ ‫يرنَا َو َي ْر َح ْم‬ َ ‫لَي‬
Artinya : “Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan orang
yang lebih tua dan tidak menyayangi orang yang lebih muda.” ( HSR. Ahmad
dan At-Tirmidzi )
b. Bersikap sopan di hadapan guru, serta mencintai guru karena Allah. Di antara

akhlaq kepada guru adalah datang ke tempat belajar dengan penampilan yang

rapi, sebagaimana sabda Rasululloh saw

‫َّللا َج ِمي ٌل يُ ِحبُّ ْال َج َما َل‬


َ َّ ‫ِإ َّن‬
Artinya : “Sesungguhnya Alloh itu indah dan suka kepada keindahan.”( HR.
Ahmad, Muslim dan Al-Hakim )
c. Selektif dalam bertanya dan tidak berbicara kecuali setelah mendapat izin dari

guru.

Adapun pengertian etika secara istilah, para ulama telah mengemukakan

berbagai ungkapan menurut pendapat mereka. Menurut ahli etika, ada ilmu yang

menjelaskan arti baik dan jahat, menjelaskan apa yang harus dilakukan manusia,

menentukan tujuan yang harus diperjuangkan manusia dengan tindakannya dan

4
Brier, Jennifer, and lia dwi jayanti. 2020. “Makalah Hadis Tarbawi ‘Etika Peserta Didik.’” 21(1):1–9.

4
menunjukkan cara melakukan apa yang harus dilakukan. Belakangan, etika

memanifestasikan dirinya sebagai filsafat moral, yaitu dalam kajian sistematis tentang

hakikat konsep baik, buruk, wajib, benar, salah, dll. Pada saat yang sama, etika

dikelompokkan menjadi dua definisi:

1. Etika merupakan karakter individu

Dalam hal ini termasuk bahwa orang yang beretika adalah orang yang baik.

Pengertian ini disebut pemahaman manusia sebagai individu yang beretika. Etika

merupakan hukum sosial. 5

2. Etika merupakan hukum

Etika yang mengatur, mengendalikan serta membatasi perilaku manusia.

Etika bukan lagi ilmu yang terukur secara matematis. Oleh karena itu, tidak

dapat diprediksi secara pasti. Etika lebih kepada kecerdasan atau seni hidup yang baik

(the art of the good life). Dari pengertian etika di atas, segera jelas bahwa etika

mengacu pada empat hal sebagai berikut:

1. Dilihat dari segi objek pembahasannya

Etika berupaya membahas perbuatan dilakuakan oleh manusia.

2. Dilihat dari segi sumbernya

Etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat. Sebagai terbatas, dapat

berubah, memiliki kekurangan, kelebihan dan sebagainya. Selain itu juga

memanfaatkan berbagai ilmu yang membahas perilaku manusia seperti ilmu

antropologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi dan sebagainya.

3. Dilihat dari segi fungsinya

Etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap seuatu

perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut akan

5
Nandya, Anisa. 2010. “Etika Murid Terhadap Guru (Analisis Kitab Ta’lim Muta’allim Karangan Syaikh Az-
Zarnuji).” Mudarissa 2(1):163–328.

5
dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya. Dengan demikian etika

tersebut berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah perilaku yang dilaksanakan

oleh manusia. Etika lebih mengacu kepada pengkajian sistem nilai-nilai yang ada.

4. Dilihat dari segi sifatnya

Etika bersifat relatif, yaitu dapat berubah sesuai dengan tuntutan zaman.

Dengan karakteristik seperti itu, etika lebih merupakan ilmu yang berkaitan

dengan upaya untuk menentukan tindakan manusia yang dikatakan baik dan

buruk. Berbagai gagasan filosof Barat tentang perbuatan baik dan buruk dapat

dikelompokkan dalam gagasan etis karena muncul dari hasil pemikiran. Etika

karena itu humanistik dan antroposentris, yaitu. dalam pemikiran manusia dan

diarahkan pada manusia. Dengan kata lain, aturan etis atau pola perilaku yang

diciptakan oleh pikiran manusia.6

B. Karakteristik Murid Dalam Perspektif Hadits

Secara fitrah, anak memerlukan bimbingan dari orang yang lebih dewasa. Hal

ini dapat dipahami dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimilki oleh setiap orang

yang baru lahir. Dalam perspektif hadits, peserta didik mempunyai karakteristik

sebagai berikut:

1. Peserta didik menjadikan Allah sebagai motivator utama dalam menuntut ilmu.
2. Senantiasa mendalami pelajaran secara maksimal, yang ditunjang dengan persiapan
dan kekuatan mental, ekonomi, fisik, dan psikis. 7

‫عن أبي هريرة قا ل رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ألمٶمن القوي خيروأحب الى‬
‫هللا من المٶمن الضيف‬
Artinya : “ Dari Abu Hurairah r,a, ia berkata: Rasulullah saw, telah bersabda:
Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang
mukmin yang lemah.”

6
Nandya, Anisa. 2010. “Etika Murid Terhadap Guru (Analisis Kitab Ta’lim Muta’allim Karangan Syaikh Az-
Zarnuji).” Mudarissa 2(1):163–328.
7
Mardiah dkk, hadits tentang etika siswa terhadap guru, http://lailansafinah.blogspot.com/2017/02/makalah-
hadist-tentang-etika-siswa.html, (diakses pada 06 maret 2023, pukul 20.31).

6
3. Senantiasa mengadakan perjalanan (rihlah, comparative study) dan melakukan

riset dalam rangka menuntut ilmu karena ilmu itu tidak hanya pada satu majlis al-

‘ilm, tetapi dapat dilakukan di tempat dan majelis-majelis lain.

4. Memiliki tanggung jawab.

C. Tugas dan Tanggung Jawab Siswa

Tugas dan tanggung jawab dalam perspektif hadits, sebagai berikut:

1. Dalam menuntut ilmu mengutamakan ilmu yang paling besar kemaslahatannya

untuk dirinya dan umat, di dunia dan di akhirat.

2. Senantiasa mengulangi pelajaran-pelajaran karena ia beranggapan bahwa dengan

pengulangan tersebut berarti ia telah melihat betapa luas dan dalamnya ilmu yang

dapat dikaji melalui ayat-ayat Allah, dan karena ia selalu bertasbih.

3. Mengadakan riset sebagai tindak lanjut dari proses belajar.

4. Mengajarkan kembali ilmu yang telah diperolehnya kepada orang lain.

5. Ilmu itu dimanfaatkan untuk kemaslahatan dan kesejahteraan umat.

6. Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik

yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku.

7. Mematuhi semua peraturan yang berlaku.

8. Ikut memelihara sarana dan prasarana serta kebersihan, ketertiban, dan keamanan

di lingkungan satuan pendidikan.

9. Belajar dengan sungguh-sungguh dan mengutamakan menuntut ilmu dari amalan

sunat lainnya. 8

8
Mardiah dkk, hadits tentang etika siswa terhadap guru, http://lailansafinah.blogspot.com/2017/02/makalah-
hadist-tentang-etika-siswa.html, (diakses pada 06 maret 2023, pukul 20.31).

7
D. Etika Siswa Terhadap Guru Dalam Perspektif Hadits

1. Menghormati Guru

Para Salaf, suri tauladan untuk manusia setelahnya telah memberikan contoh

dalam penghormatan terhadap seorang guru. Sahabat Abu Sa’id Al- Khudri

Radhiallahu ‘anhu berkata,

‫طيْر ََل‬ ُ ‫س ِإلَ ْينَا فَ َكأ َ َّن َعلَى ُرؤ ُْو‬


َ ‫سنِا ال‬ َ َ‫هللا فَ َجل‬ ُ ‫ُكنَّا ُجلُ ْوسا ً فِ ْي ال َمس ِْج ِد إِ ْذ خ ََر َج َر‬
ِ ‫س ْو ُل‬
‫َيتَ َكلَّ ُم أَ َحدٌ ِمنَّا‬
Artinya : “Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian duduk di hadapan kami. Maka seakanakan
di atas kepala kami terdapat burung. Tak satu pun dari kami yang berbicara”
(HR. Bukhari).
Sungguh mulia akhlak mereka para suri tauladan kaum muslimin, tidaklah

heran mengapa mereka menjadi ulama besar di umat ini, sungguh keberkahan ilmu

mereka buah dari akhlak mulia terhadap para gurunya. 9

2. Memperhatikan Etika Ketika Berada Didepan Guru

a. Adab Duduk

Syaikh Bakr Abu Zaid Rahimahullah di dalam kitabnya Hilyah Tolibil Ilm

mengatakan, “Pakailah adab yang terbaik pada saat kau duduk bersama

syaikhmu, pakailah cara yang baik dalam bertanya dan mendengarkannya.”

Syaikh Utsaimin mengomentari perkataan ini, “Duduklah dengan duduk yang

beradab, tidak membentangkan kaki, juga tidak bersandar, apalagi saat berada di

dalam majelis.”

9
Brier, Jennifer, and lia dwi jayanti. 2020. “Makalah Hadis Tarbawi ‘Etika Peserta Didik.’” 21(1):1–9.

8
b. Adab Berbicara

Berbicara dengan seseorang yang telah mengajarkan kebaikan haruslah lebih

baik dibandingkan jika berbicara kepada orang lain. Imam Abu Hanifah pun jika

berada depan Imam Malik ia layaknya seorang anak di hadapan ayahnya.

Para Sahabat Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam, muridnya Rasulullah, tidak

pernah kita dapati mereka beradab buruk kepada gurunya tersebut, mereka tidak

pernah memotog ucapannya atau mengeraskan suara di hadapannya, bahkan

Umar bin khattab yang terkenal keras wataknya tak pernah menarik suaranya di

depan Rasulullah, bahkan di beberapa riwayat, Rasulullah sampai kesulitan

mendengar suara Umar jika berbicara.

c. Adab Bertanya

Bertanyalah kepada para ulama, begitulah pesan Allah di ayat ini, dengan

bertanya maka akan terobati kebodohan, hilang kerancuan, serta mendapat

keilmuan. Tidak diragukan bahwa bertanya juga mempunyai adab di dalam

Islam.

Para ulama telah menjelaskan tentang adab bertanya ini. Mereka mengajarkan

bahwa pertanyaan harus disampaikan dengan tenang, penuh kelembutan, jelas,

singkat dan padat, juga tidak menanyakan pertanyaan yang sudah diketahui

jawabannya.10

3. Mendoakan Guru

Banyak dari kalangan salaf berkata, “Tidaklah aku mengerjakan sholat kecuali

aku pasti mendoakan kedua orang tuaku dan guru guruku semuanya.”

10
Brier, Jennifer, and lia dwi jayanti. 2020. “Makalah Hadis Tarbawi ‘Etika Peserta Didik.’” 21(1):1–9.

9
4. Memperhatikan Adab-adab Dalam Menyikapi Kesalahan Guru

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

‫التوابون الخطائين خير و خطاء آدم ابن كل‬

Artinya :“Setiap anak Adam pasti berbuat kesalahan, dan yang terbaik dari

mereka adalah yang suka bertaubat” (HR. Ahmad)

Allah melarang mencari kesalahan orang lain dan menggibahnya, larangan

ini umum tidak boleh mencari kesalahan siapapun. Bayangkan bagaimana sikap

seseorang jika ia mendengar aib saudara atau kawannya? Bukankah akan

menyebabkan dampak yang buruk akan hubungan mereka? Prasangka buruk akan

mencuat, jarak akan tambah memanjang, keinginan akrab pun tak terbenak lagi di

pikiran.

Lantas, bagaimanakah jika aib para ulama, dan para pengajar kebaikan yang

tersebar? Sungguh manusia pun akan menjauhi mereka, ilmu yang ada pada mereka

seakan tak terlihat, padahal tidaklah lebih di butuhkan oleh manusia melainkan para

pengajar kebaikan yang menuntut hidupnya ke jalan yang benar. Belum lagi aib-aib

dusta yang tersebar tentang mereka. 11

11
Abnisa, Almaydza Pratama. 2022. “Adab Murid Terhadap Guru Dalam Perspektif Hadits.” TARQIYATUNA:
Jurnal Pendidikan Agama Islam Dan Madrasah Ibtidaiyah 1(2):92–103. doi: 10.36769/tarqiyatuna.v1i2.261.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dalam perspektif hadits, peserta didik mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Peserta didik menjadikan Allah sebagai motivator utama dalam menuntut ilmu.
b. Senantiasa mendalami pelajaran secara maksimal, yang ditunjang dengan
persiapan dan kekuatan mental, ekonomi, fisik, dan psikis.
c. Senantiasa mengadakan perjalanan (rihlah, comparative study) dan melakukan
riset dalam rangka menuntut ilmu karena ilmu itu tidak hanya pada satu majlis
al-‘ilm, tetapi dapat dilakukan di tempat dan majelis-majelis lain.
d. Memiliki tanggung jawab.
2. Tugas dan tanggung jawab dalam perspektif hadits, sebagai berikut:
a. Dalam menuntut ilmu mengutamakan ilmu yang paling besar kemaslahatannya
untuk dirinya dan umat, di dunia dan di akhirat.
b. Senantiasa mengulangi pelajaran-pelajaran karena ia beranggapan bahwa
dengan pengulangan tersebut berarti ia telah melihat betapa luas dan dalamnya
ilmu yang dapat dikaji melalui ayat-ayat Allah, dan karena ia selalu bertasbih.
c. Mengadakan riset sebagai tindak lanjut dari proses belajar.
d. Mengajarkan kembali ilmu yang telah diperolehnya kepada orang lain.
e. Ilmu itu dimanfaatkan untuk kemaslahatan dan kesejahteraan umat.
f. Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik
yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku.
g. Mematuhi semua peraturan yang berlaku.
h. Ikut memelihara sarana dan prasarana serta kebersihan, ketertiban, dan
keamanan di lingkungan satuan pendidikan.
i. Belajar dengan sungguh-sungguh dan mengutamakan menuntut ilmu dari
amalan sunat lainnya.
3. Etika siswa terhadap guru dalam perspektif hadits sebagai berikit :
a. Menghormati Guru
b. Memperhatikan Etika Ketika Berada Didepan Guru
c. Mendoakan guru
d. Memperhatikan Adab-adab Dalam Menyikapi Kesalahan Guru
B. Saran
Penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan
tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal
ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya. Sehingga bisa terus
menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abnisa, Almaydza Pratama. 2022. “Adab Murid Terhadap Guru Dalam Perspektif Hadits.”
TARQIYATUNA: Jurnal Pendidikan Agama Islam Dan Madrasah Ibtidaiyah 1(2):92–
103. doi: 10.36769/tarqiyatuna.v1i2.261.

Ainun Putri Wulandari M. Ma’ruf, ‘Konsep Etika Murid Terhadap Guru Menurut Habib
Abdullah Bin Alawi Al-Haddad (Studi Analisis Kitab Adab Suluk Al-Murid)’, Al-
Makrifat; Jurnal Kajian Islam, 5.2 (2020), 159–79.

Brier, Jennifer, and lia dwi jayanti. 2020. “Makalah Hadis Tarbawi ‘Etika Peserta Didik.’”
21(1):1–9.

Mardiah dkk, hadits tentang etika siswa terhadap guru,


http://lailansafinah.blogspot.com/2017/02/makalah-hadist-tentang-etika-siswa.html,
(diakses pada 06 maret 2023, pukul 20.31).

Nandya, Anisa. 2010. “Etika Murid Terhadap Guru (Analisis Kitab Ta’lim Muta’allim
Karangan Syaikh Az-Zarnuji).” Mudarissa 2(1):163–328.

12

Anda mungkin juga menyukai