Oleh :
Zulfikar Pasaribu
Amrilsyah Butar Butar
A. Pendahuluan.
Islam merupakan agama yang selalu mengingatkan para pemeluknya
untuk senantiasa mengevaluasi diri. Salah satu anjuran yang popular berkaitan hal
ini adalah perkataan Umar bin Khattab ra. “hasibu anfusakum qobla antu hasabu”
secara literal, ungkapan ini dapat dimaknai sebagai anjuran kepada setiap muslim
untuk “menghitung” atau mengevaluasi diri sendiri sebelum datang masa dimana
mereka akan di evaluasi oleh Allah swt.
Perlunya menghitung atau menilai diri, pada prinsipnya dilatari oleh
filosofi ajaran Islam yang berkaitan dengan : (1) hakikat tujuan penciptaan
manusia, (2) prinsip kebebasan dan tanggung jawab, (3) hakikat kehidupan dunia,
dan (4) janji Allah Swt tentang adanya balasan baik (seperti pahala atau surga)
dan balasan buruk (seperti sikasa atau neraka).
Dalam Islam, manusia adalah makhluk psikofisik yang dianugerahi Allah
Swt al-jism dengan bentuk yang terbaik (ahsan taqwim) dan alruh dengan
seperangkat potensi seperti al-aql, al-nafs, dan al-qabl, yang dapat difungsikan
sebagai energi penggerak (al-quwwah) dan pembimbing manusia untuk
melakukan tindakan terbaik dalam kehidupannya. Allah Swt akan terus
mengevaluasi dengan cara melakukan pengukuran dan penelitian yang sangat
teliti, untuk menentukan siapa di antara manusia yang tulus mendayagunakan al-
jism dan energi atau daya-daya ruhiyah tersebut untuk membuat tindakan terbaik
dalam kehidupan dan siapa pula yang sebaliknya.
Filsafat pendidikan Islam merupakan bagian pengetahuan yang
tulisan ini mengkaji Hakikat Evaluasi pendidikan, karena dalam proses belajar
mengajar, evaluasi merupakan komponen yang sangat penting dan tidak bisa
dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah digapai selama mengikuti
pendidikan. Pada kondisi dimana siswa mendapatkan nilai yang memuaskan maka
akan memberikan dampak berupa suatu stimulus, motivator agar siswa dapat lebih
meningkatkan prestasi. Pada kondisi dimana hasil yang dicapai tidlak mernuaskan
maka siswa akan berusaha memperbaiki kegiatan belajar, namun demikian sangat
diperlukan pemberian stimulus positif dari guru atau pengajar agar siswa tidak
putus asa. Dari sisi pendidik, hasil evaluasi dapat digunakan sebagai umpan balik
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari evalusi pendidikan secara menyeluruh.
Hakikat
dalam bahasa inggris ontology, berasal dari bahasa Yunani on artinya ada, dan
1
Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2009), hal. 12.
2
Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan Persoalan Eksistensi dan Hakikat,
(Jogyakarta : Ar Ruza Media, 2008), hal. 111.
pemikiran mengenai yang ada dan keberadaannya. Secara ontologi pendidikan
adalah hakikat dari kehidupan sebagai makhluk yang berakal dan berfikir3
B. Pembahasan.
A. Pengertian Evaluasi Pendidikan Islam
Menurut Ramayulis sebagaimana yang dikutip oleh Drs. Zainuddin, MA
dan Mohd.Nasir, MA bahwa terdapat beberapa makna evalusi dalam al-Qur‟an.
Pertama, al-Hisab.Kata ini memiliki makna mengira, menafsirkan, menghitung,
dan menganggap. Kedua, al-Bala.Kata ini memiliki makna keputusan atau vonis.
Ketigat, al-Qadha kata ini memiliki arti putusan . Keempat, al-Nazhar, kata ini
memiliki makna melihat. Kelima, al-Imtihan
3
Hasan Basri, ibid, hal. 18.
menilai kinerja manusia, baik dalam aspek pengetahuan, keimanan, kesabaran,
usaha atau perbuatan, bahkan hati atau nurani manusia4
Salah satu penggunaan kata hisab dalam konteks mengevaluasi kesungguhan dan
kesabaran manusia adalah sebagaimana terdapat pada Q.S, 3 Ali Imran : 142
Artinya :Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, Padahal belum nyata bagi Allah
orang-orang yang berjihad[232] diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.
Ayat di atas merupakan rangkaian dari firman Allah Swt yang memerintahkan
manusia untuk taat kepada Allah dan RasulNya ayat ke-(132), untuk segera
menuju ampunan Allah ayat ke-(133) serta diskripsi tentang sifat-sifat orang
muttaqunayat ke-(134-136). Kemudian Allah memerintahkan manusia agar
berkaca pada berbagai konsekuensi yang diterima umat-umat terdahulu yang
mendustakan para rasul ayat ke-(137) dan diskripsi tentang al-Qur‟an sebagai
penerang, petunjuk dan pengajaran ayat ke-(138). Setelah itu, Allah Swt menyeru
manusia untuk tudak bersikap lemah dan bersedih hati ayat ke-(139) karena masa
kejayaan maupun kemunduran, pasti akan digulirkan Allah Swt di antara manusia
untuk membedakan siapa di antara mereka yang beriman dan yang kafir ayat ke-
(141). Karenanya, jangan sekali-kali menusia menilai bahwa mereka akan beroleh
surga sebelum jelas bagi Allah siapa di antara mereka yang bersunggu-sungguh
dan sabar ayat ke-(142).5
Dalam Q.S, al-Thalaq (65) : 8-10, kata hisab digunakan Allah Swt untuk
menjelaskan hasil evaluasi yang sangat keras terhadap penduduk suatu negeri
yang mendurhakai Allah Swt dan rasul-Nya (fahasabnaha hisaban syadida).
Mereka merasakan akibat bburuk dari perbuatannya dan untuk mereka disediakan
azab yang mengerikan (azaban nukra) dan azab yang sangat keras (azaban
syadida) agar orang-orang berakal dapat mengambil pelajaran.
4
Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan IslamMembangun Kerangka Ontologi, Epistimologi,
dan Aksiologi Praktik Pendidikan, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2008), hlm. 183
5
Ibid, hlm. 184
Selanjutnya, pada Q.S, al- Ankabut (29) : 2-4, hisab dignakan Allah Swt
untuk menjelaskan bahwa Ia akan mengevaluasi semua manusia yang menyatakan
beriman sebagaimana Ia telah mengevaluasi umat-umat sebelumnya, sehingga
nyata bagi Allah siapa yang benar dan pendusta, dan bagi yang berbuat kejahatan,
maka hasil penilainnya amatlah buruk. Sebab, Allah Swt tidak akan memberikan
penilaian yang sama antara orang yang berbuat kejahatan dengan yang beriman
dan yang beramal shaleh. Allah sekali-kali tidak pernah lalai dalam mengevaluasi
segala sesuatu yang diperbbuat oleh orang-orang yang zalim dan Allah akan
meperlihatkan hasil penilaiannya meskipun manusia menyebunyikannya dalam
hati apa yang diperbuatnya.
Selain kata hisab, al-Qur‟an juga menggunakan kata bala untuk tujuan
evaluasi atau melakukan penilaian terhadap diri manusia. Dalam surahal-Kahfi
(18) : 7 dinyatakan bahwa segala sesuatu yang ada di bumi dijadikan Allah Swt
sebagai perhiasan untuk menilai siapa diantara manusia yang terbaik amal atau
perbuatannya (linabluwahum ayyuhum ahsan ‘amala).kemudian pada
surahMuhammad (47) :31, kata bala juga digunakan Allah Swt dalam konteks
bahwa Ia benar-benar akan mengevaluasi manusia untuk mengetahui siapa
diantara mereka yang benar-benar berjihad dan bersabar, sekaligus untuk
memaparkan baik-buruknya hasil penilaian yang akan diterima seseorang.
Selanjutnya dalam Q.S, al-baqarah (2) : 155, Allah Swt menyatakan akan
melakukan pengujian atau evaluasi terhadap manusia dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Tentu saja, bagi mereka yang
lulus dalam penilaian akan memperoleh hasil yang positif.6
6
Ibid, Hlm. 185
melingkupinya. Karena itu, dari sisi ini, tujuan evaluasi pendidikan adalah untuk
mengukur dan menilai apakah seluruh program dan aktivitas kependidikan yang
dilaksanakan telah berhasil merealisasikan program dan aktivitas tersebut kea rah
pencapaian matlamat pendidikan Islam, yaitu:
1. Mengembangkan potensi insaniyah peserta didik agar mereka memiliki
kemampuan dalam mengarahkan dan membimbing merealisasikan atau
aktualisasi diri dan masyarakatnya untuk melaksanakan tugas dan peran
sebagai khalifah di muka bumi.
2. Mengembangkan potensi ilahiyah pserta didik agar mereka berkemampuan
dalam membimbing dan mengarahkan mengenali dan realisasi diri sebagai
„abd yang tulus ikhlas dalam beribadah kepada Allah Swt.7
7
Ibid, Hlm. 186
8
Ibid, Hlm. 186
D. Sitem Evaluasi dalam Pendidikan Islami : Beberapa Contoh
Pada dasarnya, al-Qur‟an telah memberikan gambaran tentang system
evaluasi dan beberapa contoh yang berkaitan dengan pelaksanaannnya.
Diantaranya :
1. Sebagai pendidik semesta alam (Rabb al-‘Alamin) Allah Swt secara
langsung melakukan proses evaluasi terhadap hamba-Nya. Contoh untuk
hal ini adalah evaluasi yang dilakukan Allah Swt terhadap Adam as
sebagaimana terdapat pada Q.S al-Baqarah (2) : 31-34. Pertama, Allah
Swt mengajarkan pada Adam as seluruh perbendaharaan pengetahuan
(asma’ kllaha).Kedua, untuk mengukur dan melihat tingkat penguasaan
Adam as terhadap seluruh perbendaharaan pengetahuan tersebut, maka
Allah Swt mengevaluasi Adam as dengan cara memintanya untuk
memproduksi kembali semua perbendaharaan pengetahuan yang telah
dita’limkan Allah Swt tersebut dan mengimfornasikannya kepada para
malaikat. Ketiga, Allah Swt menginformasikan hasil evaluasi kepada para
malaikat dan meminta mereka untuk menghormati atau memuliakan Adam
as karena keberhasilannya lulus dalam proses evaluasi.
2. Allah Swt melakukan proses evaluasi dengan cara menugaskan para
malaikat untuk „mempersaksikan‟ dan mencatat seluruh tindakan
manusia.
3. Allah Swt mengevaluasi manusia dengan cara mengutus para nabi dan
rasul. Dalam konteks ini, para nabi dan rasul pada dasarnya hanyalah
„petugas pelaksana‟ perintah Allah Swt untuk memberi peringatan,
pengajaran, dan pensucian manusia serta untuk memberi penilaian sesuai
dengan ketentuan yang telah diturunkan Allah Swt, yakni al- Kitab atau al-
Mizan.
E. KESIMPULAN
Pegertian evalusi Menurut Ramayulis sebagaimana yang dikutip oleh Drs.
Zainuddin, MA dan Mohd. Nasir, MA dalam al-Qur‟an. Pertama, al-Hisab. Kata
ini memiliki makna mengira, menafsirkan, menghitung, dan menganggap. Kedua,
al-Bala. Kata ini memiliki makna keputusan atau vonis. Keempat, al-Qadha kata
9
Ibid, Hlm. 186-188
ini memiliki arti putusan .Kelima, al-Nazhar, kata ini memiliki makna melihat.
keenam, al-Imtihan
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam konteks praktik kependidikan Islam,
tujuan evaluasi adalah untuk mengukur dan menilai kualitas kinerja peserta didik
yang secara garis besar meliputi dua hal. Pertama dimensi ketundukan vertikal
kepada Allah Swt, yang dapat dilihat dari implementasi iman dan ilmu dalam
pelaksanaaan ibadah kepada Allah swt. Kedua, dimensi dialektikal- horizontal
antar manusia dengan sesamanya, dengan alam semesta, dan dengan dirinya
sendiri. Wujud nyata kualitas kinerja dalam dimensi ini dapat dilihat dari
penegakan syari’at dan al-akhlaq al-qarimah dalam seluruh perilaku atau
tindakan, baik terhadap diri sendiri, saama manusia, maupun alam semesta.
Idealnya evaluasi pendidikan berfungsi sebagai instrumen untuk menjamin
kontinuitas pembentukan dan pengembangan kepribadian Muslim menuju
khalifah yang berkualitas dan hamba yang taqwa kepada Allah Swt.10
10
Ibid, Hlm. 186
Daftar Pustaka