Anda di halaman 1dari 16

TAFSIR AYAT TENTANG KEUTAMAAN ORANG BERILMU DAN

MENUNTUT ILMU
MATA KULIAH TAFSIR DAN HADITS TARBAWI

Disusun Oleh :

EDI GUNARTO

PROGRAM PASCA SARJANA


MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI
CIREBON
2021

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan


karunia, rahmad, dan kasih sayangnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Bahasa
Tafsir Hadits Tarbawi pada jurusan Manajemen Pendidikan Islam.
Untuk itu terima kasih penulis ucapkan dengan tulus dan sedalam-
dalamnya penulis haturkan kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini diataranya:
 Yth. Bapak Dr. Didi Junaedi, M.A
 Rekan-rekan mahasiswa jurusan Manajemen Pendidikan Islam, khususnya
kelas A atas sharing pengetahuannya.
Penulis menyadari betapa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
selalu penulis harapkan.

Kuningan, 1 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar ................................................................................................. 2
Daftar Isi .......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 4
A. Latar Belakang Masalah..................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................. 2
C. Tujuan dan Kegunaan ........................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................ 3
A. Terjemahan Quran Surat Al-Mujadilah Ayat 11 ........................ 3
B. Azbabun Nuzul QS Al-Mujadilah Ayat 11 .................................. 5
C. Korelasi dengan ayat sebelum dan sesudahnya ........................ 7
D. Uraian Tafsir .............................................................................. 9
BAB III PENUTUP ................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13

iii
BAB I . PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menuntut Ilmu merupakan hal yang sangat penting bagi setiap muslim.

Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa ayat Al-Quran yang mula-mula

diturunkan ialah mengenai ilmu dan Al-Quran itu sendiri adalah induk dari

segala ilmu yang bermanfaat. Oleh karena kedudukan ilmu yang memiliki

derajad yang tinggi, maka maka tinggi pulalah martabat para ilmuan (ulama).1

Pentingnya mencari ilmu juga tercermin dari puluhan hadits yang

berisikan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkaitan dengan

ilmu. Salah satu hadits Rasulullah itu sebagaimana yang diriwayatkan oleh

Abu Hurairah, beliau bersabda:

‫ َسهَّ َل هللاُ لَهُ بِ ِه طَ ِر ْيقًا ِإلَى ْال َجنَّ ِة‬،‫َم ْن َسلَكَ طَ ِر ْيقًا يَ ْلتَ ِمسُ فِ ْي ِه ِع ْل ًما‬

“Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah

akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).

Sementara itu, kewajiban menuntut ilmu tidak serta merta membuat

ummat islam melaksanakan perintah tersebut. Perlu ada motivasi yang lebih

agar ummat Islam memiliki semangat yang kuat dalam menuntut ilmu, dan

bukan sekedar menuntut ilmu untuk menggugurkan kewajiban. Salah satu

yang bisa menjadi motivasi itu adalah perlunya mengetahui keutamaan orang

yang berilmu dan keutamaan mencari ilmu.

1
Abdul Ghani. 2000. Keutamaan Ilmu dan Para Ulama. Kuala Lumpur : Alhidayah Publisher, hal 1

1
Makalah ini akan mebahas tentang salah satu ayat yang menjadi dalil

akan keutamaan orang berilmu dan menuntut ilmu, yakni Quran surat Al-

Mujadilah ayat 11.

B. Rumusan Masalah

Bedasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan yang dapat

dirumuskan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana terjemahan Quran Surat Al-Mujadilah Ayat 11?

2. Bagaimana Azbabun nuzul Surat Al-Mujadilah Ayat 11?

3. Bagaimana Munasobah (Korelasi) Surat Al Mujadilah Ayat 11 dengan

ayat sebelum dan sesudahnya?

4. Bagaimana uraian Tafsir dari Surat Al-Mujadilah Ayat 11 ?

C. Tujuan Dan Kegunaan

Adapun tujuan yang ingin didapatkan dari makalah ini adalah untuk

mendiskripsikan dan menjelaskan :

1. Mengetahui Terjemalah Quran Surat Al-Mujadilah Ayat 11?

2. Mengetahui Azbabun nuzul Surat Al-Mujadilah Ayat 11?

3. Mengetahui Munasobah (Korelasi) Surat Al Mujadilah Ayat 11 dengan

ayat sebelum dan sesudahnya?

4. Mengetahui uraian Tafsir dari Surat Al-Mujadilah Ayat 11 ?

2
BAB. II

PEMBAHASAN

A. Terjemahan Quran Surat Al-Mujadilah Ayat 11

۟ ‫ِس َفٱ ْف َسح‬


‫ُوا َي ْف َس ِح ٱهَّلل ُ لَ ُك ْم ۖ َوِإ َذا قِي َل‬ ۟ ‫ِين َءا َم ُن ٓو ۟ا ِإ َذا قِي َل لَ ُك ْم َت َف َّسح‬
ِ ‫ُوا فِى ْٱل َم ٰ َجل‬ َ ‫ٰ َٓيَأ ُّي َها ٱلَّذ‬
‫ون‬َ ُ‫ت ۚ َوٱهَّلل ُ ِب َما َتعْ َمل‬ 1۟ ‫ِين ُأو ُت‬
َ ‫وا ْٱلع ِْل َم‬
ٍ ‫دَر ٰ َج‬ ۟ ‫ِين َءا َم ُن‬
َ ‫وا مِن ُك ْم َوٱلَّذ‬ َ ‫وا َيرْ َف ِع ٱهَّلل ُ ٱلَّذ‬ 1۟ ‫ش ُز‬
ُ ‫وا َفٱن‬ 1۟ ‫ش ُز‬ ُ ‫ٱن‬
‫َخ ِبي ٌر‬
Arab-Latin: Yā ayyuhallażīna āmanū iżā qīla lakum tafassaḥụ fil-majālisi
fafsaḥụ yafsaḥillāhu lakum, wa iżā qīlansyuzụ fansyuzụ yarfa'illāhullażīna
āmanụ mingkum wallażīna ụtul-'ilma darajāt, wallāhu bimā ta'malụna
khabīr2

Artinya

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-


lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Berikut ini terjemahan dari Quran Surat Al-Mujadilah Ayat 11 apabila


diterjemahkan kata-per kata,

Bacaan Arti

‫ٰ َٓيَأ ُّي َها‬ Wahai

َ ‫ٱلَّذ‬
‫ِين‬ orang-orang yang

‫َءا َم ُن ٓو ْا‬ beriman

‫ِإ َذا‬ apabila

2
https://tafsirweb.com/10765-quran-surat-al-mujadilah-ayat-11.html

3
‫قِي َل‬ dikatakan

ۡ‫َل ُكم‬ bagi kalian

‫َت َف َّسحُو ْا‬ berlapang-lapanglah

‫فِي‬ dalam
ۡ
ِ ‫ٱل َم ٰ َجل‬
‫ِس‬ majlis

‫َف ۡٱف َسحُو ْا‬ maka lapangkanlah

‫َي ۡف َس ِح‬ melapangkan

ُ ‫ٱهَّلل‬ Allah

‫َل ُك ۡۖم‬ bagi kalian

‫َوِإ َذا‬ dan apabila

‫قِي َل‬ dikatakan

‫ش ُزو ْا‬ ُ ‫ٱن‬ bangunlah

‫ش ُزو ْا‬
ُ ‫َفٱن‬ maka bangunlah

‫َي ۡر َف ِع‬ meninggikan

ُ ‫ٱهَّلل‬ Allah

َ ‫ٱلَّذ‬
‫ِين‬ orang-orang yang

‫َءا َم ُنو ْا‬ yang beriman

ۡ‫مِن ُكم‬ diantara kamu

َ ‫َوٱلَّذ‬
‫ِين‬ dan orang-orang

‫ُأو ُتو ْا‬ (mereka) diberi

‫ۡٱلع ِۡل َم‬ ilmu

ٖ‫دَر ٰ َج ۚت‬
َ derajat

ُ ‫َوٱهَّلل‬ dan Allah

‫ِب َما‬ dengan apa-apa

َ ُ‫َت ۡع َمل‬
‫ون‬ kamu kerjakan

4
‫ير‬ٞ ‫َخ ِب‬ Maha Mengetahui

B. Azbabun Nuzul QS Al Mujadalah Ayat 11

Ayat ini diturunkan beberapa saat di sebuah majelis yang mana

pahlawan-pahlawan Badr datang ke tempat pertemuan yang penuh sesak.

Orang-orang tidak mau memberi tempat kepada yang baru datang itu,

sehingga mereka terpaksa berdiri. Rasulullah menyuruh berdiri orang-orang

itu (yang lebih dulu duduk), sedang tamu-tamu itu (para pahlawan Badr)

disuruh duduk di tempat mereka. Orang-orang yang disuruh pindah tempat

merasa tersinggung perasaannya. Maka QS Mujadalaah Ayat 11 ini

diturunkan sebagai perintah kepada kaum Mukminin untuk menaati perintah

Rasulullah dan memberikan kesempatan duduk kepada sesama Mukminin.

Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar menuliskan :

Menurut suatu riwayat yang dibawakan oleh Muqatil bin


Hubban, ayat ini turun pada hari Jum'at. Ketika itu Rasulullah s.a.w.
duduk di ruang Shuffah, (yaitu ruang tempat berkumpul dan tempat
tinggal sekali dari sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. yang tidak
mempunyai rumahtangga). Tempat itu agak sempit dan sahabat-sahabat
dari Muhajirin dan Anshar telah berkumpul. Beberapa orang sahabat
yang turut dalam peperangan Badar telah ada hadir dan kemudian datang
pula yang lain. Mana yang datang mengucapkan salam kepada
Rasulullah s.a.w. dan kepada orang-orang yang hadir lebih dahulu. Salam
mereka dilawab orang yang telah hadir, tetapi mereka tidak bergeser dari
tempat duduk mereka, sehingga orang-orang yang baru datang itu
terpaksa berdiri terus. Melihat hal itu Rasulullah merasakan kurang
senang, terutama karena di antara yang baru datang itu adalah sahabat-
sahabat yang mendapat penghargaan istimewa dari Allah, karena mereka
turut dalam peperangan Badar.
Akhimya bersabdalah Rasulullah s.a.w. kepada sahabat-sahabat
yang bukan ahli-ahli Badar; "Hai Fulan! Berdirilah engkau! Hai Fulan,
engkau berdiri pulalah!" Lalu beliau suruh duduk ahli-ahli Badar yang
masih berdiri itu. Tetapi yang disuruh berdiri itu ada yang wajahnya
terbayang rasa kurang senang atas hal yang demikian dan orang munafik
yang turut hadir mulailah membisikkan celaannya atas yang demikian

5
seraya berkata; "ltu perbuatan yang tidak adil, Demi Allah!" Padahal ada
orang dari semula telah duduk karena ingin mendekat dan mendengar,
tiba-tiba dia disuruh berdiri dan tempatnya disuruh duduki kepada yang
baru datang. Melihat yang demikian bersabdalah Rasulullah s.a.w.;3
"Dirahmati Allah seseorang yang melapangkan tempat buat
saudaranya."

Riyayat lain disampaikan oleh lbnu Abbas, bahwa turunnya ayat itu
berkaitan dengan Tsabit bin Qais bin Syammas yang suatu saat mendapati
majelis ilmu dalam keadaan ramai sedangkan dia dia ingin sekali duduk di
dekat Rasulullah s.a.w., karena pendengarannya kurang baik. Beberapa orang
melapangkan tempat baginya, tetapi beberapa yang lain tidak memberinya
tempat sehingga terjadi pertengkaran. Akhirnya disampaikannya kepada Nabi
s.a.w. bahwa dia ingin duduk mendekati Rasulullah karena kelemahan dalam
hal pendengarannya itu, tetapi beberapa orang tetap tidak memberinya
peluang untuk duduk. Maka kemudian turunlah ayat ini.
Menurut Hamka, lama kelamaan majelis itu menjadi semakin teratur.
Hal ini disebabkan karena masing-masing orang telah memahami bagaimana
cara hormat-menghormati dalam majelis, bagaimana memperlakukan orang
yang lebih tua, serta bagaimana memberikan perlakuan yang lebih bagi orang
yang berjasa. 4

3
Prof Dr. Hamka. Tafsir Al Azhar Jilid 9. Hal 7226-7227
4
Prof Dr. Hamka. Tafsir Al Azhar Jilid 9. Hal 7227

6
C. Korelasi QS Al-Mujadilah dengan ayat sebelum dan sesudahnya

QS Al-Mujadilah Ayat 11 ini merupakan salah satu ayat yang

berkenaan dengan adab dalam menuntut ilmu. Dalam penjelasan berikutnya,

Prof Hamka menyoroti soal sopan santun berkaitan dengan shaff sholat,

dimana banyak orang yang berlomba-lomba untuk mendapatkan shaff paling

depan agar mendapatkan pahala yang besar, dengan hadir secepat mungkin ke

masjid. Hamka menyoroti banyaknya orang yang memiliki kedudukan tinggi

mendapatkan prioritas untuk berada di shaaf yang paling depan.

Menurut Hamka, ada 2 penafsiran berkaitan dengan lanjutan ayat ini.

Pertama jika seseorang diminta untuk melapangkan majlis, yang berarti juga

harus melapangkan hati. Atau bahkan jika diminta untuk berdiri sekalipun lalu

memberikan tempatnya kepada orang yang patut didudukkan di muka, maka

ia tidak perlu berkecil hati. Yang sebaiknya dilakukan adalah agar dia

berlapang dada. Sebab orang yang berlapang dada itu kelak yang akan

diangkat Allah imannya dan ilmunya, sehingga derajatnya juga bertambah

naik. Orang yang mematuhi perintah dan rela memberikan tempat kepada

orang lain itulah yang akan bertambah ilmunya.

Kedua; ada fakta bahwa memang ada orang yang diangkat Allah

derajadnya lebih tinggi daripada kebanyakan manusia. Penyebabnya ada 2,

yang pertama karena imannya, yang kedua karena ilmunya.

Berbeda dengan ayat 11 yang membahas mengenai adab dalam

menuntut ilmu yang berimplikasi pada iman seseorang, QS Al Mujadalah ayat

10 menjelaskan tentang tipu daya setan terhadap orang-orang beriman, yang

7
mana tipu daya ini tidak memberikan dampak yang berbahaya bagi orang yang

beriman.

Pangkal ayat 10 dan 11 sama-sama membahas mengenai keimanan.

Prof Hamka menjelaskan bahwa ujung ayat 10 menganjurkan orang yang

beriman supaya tetap bertawakkal agar perasaan was-wasnya hilang dalam

menghadapi bahaya. Apalah yang akan ditakutkan oleh orang yang beriman

terhadap bahaya yang didatangkan oleh manusia. Seandainya maksud jahat

yang hendak dilaksanakan oleh musuh itu berhasil, maka seorang dengan

keimanannya (terutama iman terhadap takdir) tidak akan merasa takut dengan

kematian. Sebab mati dalam bertawakkal kepada Allah adalah mati yang

mulia dan mati yang jauh dari sikap ragu-ragu. Oleh sebab itu bertawakkal

bukanlah semata-mata mengelakkan diri dari maut, melainkan menerima apa

saja yang ditentukan Allah, baik hidup ataupun mati. 5

Ayat 11 dan ayat 12 membahas tentang adab dalam menuntut ilmu.

Apabila ayat 11 membahas adab menuntut ilmu secara umum, ayat 12

merupakan aturan terhadap umat yang ingin meminta nasehat secara khusus.

Menurut Prof Hamka, Tetapi kadang-kadang yang meminta berbicara secara

khusus kepada Rosulullah SAW itu terlalu banyak, sehingga sangat

menghabiskan waktu. Maka datanglah peraturan, yaitu barangsiapa yang ingin

hendak berurusan istimewa dengan Rasul, hendak meminta pertemuan berdua

saja, mestilah terlebih dahulu mengeluarkan sedekah kepada fakir miskin.6

5
Prof Dr. Hamka. Tafsir Al Azhar Jilid 9. Hal 7217-7222
6
Prof Dr. Hamka. Tafsir Al Azhar Jilid 9. Hal 7229-7230

8
D. Uraian Tafsir

Dalam Tafsir Jalalain karangan Jalaluddin As-Syuyuti dijelaskan (Hai


orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepada kalian, "Berlapang-
lapanglah) berluas-luaslah (dalam majelis") yaitu majelis tempat Nabi saw.
berada, dan majelis zikir sehingga orang-orang yang datang kepada kalian
dapat tempat duduk. Menurut suatu qiraat lafal al-majaalis dibaca al-majlis
dalam bentuk mufrad (maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untuk kalian) di surga nanti. (Dan apabila dikatakan, "Berdirilah
kalian") untuk melakukan salat dan hal-hal lainnya yang termasuk amal-amal
kebaikan (maka berdirilah) menurut qiraat lainnya kedua-duanya dibaca
fansyuzuu dengan memakai harakat damah pada huruf Syinnya (niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian) karena
ketaatannya dalam hal tersebut (dan) Dia meninggikan pula (orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat) di surga nanti. (Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kalian kerjakan).7

Dalam kitab Ibnu katsir, disebutkan bahwa yang dimaksud ayat ini
adalah janganlah kamu mempunyai anggapan bahwa apabila seseorang dari
kalian memberikan kelapangan untuk tempat duduk saudaranya yang baru
tiba, atau dia disuruh bangkit dari tempat duduknya untuk saudaranya itu, hal
itu mengurangi haknya (merendahkannya). Tidak, bahkan hal itu merupakan
suatu derajat ketinggian baginya di sisi Allah, dan Allah tidak akan menyia-
nyiakan pahala itu untuknya, bahkan Dia akan memberikan balasan pahalanya
di dunia dan akhirat. Karena sesungguhnya barang siapa yang berendah diri
terhadap perintah Allah, niscaya Allah akan meninggikan kedudukannya dan
mengharumkan namanya. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan

7
Imam Jalaludin Asy-Suyuti. Tafsir Jalalain. Bandung : Sinar Baru Algensindo, hlm 1043

9
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mujadilah: 11) Yaitu Maha
Mengetahui siapa yang berhak untuk mendapatkannya dan siapa yang tidak
berhak mendapatkannya.8

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu


Kamil, telah menceritakan kepada kami Ibrahim, telah menceritakan kepada
kami Ibnu Syihab, dari Abut Tufail alias Amir ibnu Wasilah, bahwa Nafi ibnu
Abdul Haris bersua dengan Umar r.a. di Asfan, dan sebelumnya Umar telah
mengangkatnya menjadi amilnya di Mekah. Maka Umar bertanya kepadanya,
"Siapakah yang menggantikanmu untuk memerintah ahli lembah itu (yakni
Mekah)?" Nafi menjawab, "Aku angkat sebagai penggantiku terhadap mereka
Ibnu Abza —seseorang dari bekas budak kami—." Umar bertanya, "Engkau
angkat sebagai penggantimu untuk mengurus mereka seorang bekas budak?"
Nafi menjawab, "Wahai Amirul Mu’minin, sesungguhnya dia adalah seorang
pembaca Kitabullah (ahli qiraat lagi hafal Al-Quran) dan alim mengenai ilmu
faraid serta ahli dalam sejarah." Maka Umar r.a. berkata dengan nada
menyetujui, bahwa tidakkah kami ingat bahwa Nabimu telah bersabda:

" َ‫َرين‬
ِ ‫ض ُع بِ ِه آخ‬ ِ ‫"ِإ َّن هَّللا َ يَرْ فَ ُع بِهَ َذا ْال ِكتَا‬
َ َ‫ب قَوْ ًما َوي‬

Sesungguhnya Allah meninggikan derajat suatu kaum berkat Kitab (Al-


Quran) ini dan merendahkan kaum lainnya karenanya.
Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Imam Muslim melalui berbagai jalur
dari Az-Zuhri dengan sanad yang sama. Telah diriwayatkan pula melalui
berbagai jalur dari Umar hal yang semisal.
Adapun keutamaan ilmu dan para pemiliknya serta hadis-hadis yang

8
https://quranpustaka.com/ibnukatsir-58-almujadalah.html

10
menerangkan tentangnya secara rinci di dalam Syarah Kitabul Ilmi dari Sahih
Bukhari.9

Mengenai keutamaan ilmu, Prof Hamka dalam tafsirnya beliau


mengatakan bahwa Pokok hidup utama adalah Iman dan pokok pengiringnya
adalah Ilmu. Iman tidak disertai ilmu dapat membawa diri seseorang
terperosok mengerjakan pekerjaan yang disangka menyembah Allah, padahal
mendurhakai Allah. Sebaliknya orang hanya memiliki ilmu tetai tidak disertai
dengan iman, maka ilmunya itu dapat membahayakan bagi dirinya sendiri
ataupun bagi sesama manusia. Ilmu sangat penting apabila itu disertai Iman.
Ilmu akan membawa faedah yang besar bagi seluruh ummat manusia. Namun
sebaliknya, ilmu itu pun dapat dipergunakan orang untuk memusnahkan
sesamanya manusia, apabila jiwanya tidak dikontrol oleh Iman kepada Allah.
Pengetahuan manusia tentang nuklir musilnya. Alangkah mengerikannya
apabila hal itu tidak disertai dengan iman. 10

9
https://quranpustaka.com/ibnukatsir-58-almujadalah.html, diakses tanggal 25 September 2021
10
Prof Dr. Hamka. Tafsir Al Azhar Jilid 9. Hal 7229

11
BAB III. PENUTUP

Berdasarkan pembahasan di atas, maka bisa ditari kesimpulan sebagai

berikut :

1. Azbabun Nuzul atau sebab turunnya surat Al-Mujadilah ayat 11 adalah

berkenaan dengan perlunya aturan dalam bermajelis. Ayat ini diturunkan

sebagai perintah kepada kaum Mukminin untuk menaati perintah Rasulullah

dan memberikan kesempatan duduk kepada sesama Mukminin.

2. Korelasi ayat 10 dan 11 QS Al-Mujadilah adalah bahwa pada pangkal ayat 10

dan 11 sama-sama membahas mengenai keimanan. Sedangkan Ayat 11 dan

ayat 12 membahas tentang adab dalam menuntut ilmu.

3. Hampir seluruh kitab tafsir yang penulis temui menitikberatkan pembahasan

ayat ini mengenai adab dalam bermajelis. Untuk itu bisa diambil kesimpulan

bahwa untuk mendapatkan keutamaan ilmu, seorang penuntut ilmu harus

mematuhi adab bermajelis yang dijelaskan dalam tafsir ayat ini.

Demikanlah makalah mengenai mengenai tafsir ayat tentang keutamaan

orang berilmu dan menuntut ilmu. Semoga menjadi motivasi pagi para pembaca

untuk senantiasa istiqomah dalam menutut ilmu. Wallahu a’lam bisshowab

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Ghani. 2000. Keutamaan Ilmu dan Para Ulama. Kuala Lumpur :
Alhidayah Publisher

Hamka, Prof Dr. Tafsir Al Azhar Jilid 9

Imam Jalaludin Asy-Suyuti. Tafsir Jalalain. Bandung : Sinar Baru Algensindo,


hlm 1043

https://tafsirweb.com/10765-quran-surat-al-mujadilah-ayat-11.html

https://quranpustaka.com/ibnukatsir-58-almujadalah.html, diakses tanggal 25


September 2021

13

Anda mungkin juga menyukai