Anda di halaman 1dari 17

AL QURAN DAN WAHYU

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Ulumul Qur’an


Dosen Pengampu : M.Shohibul Jamil, S.H.I., M.H., AH.

Disususn Oleh:
Lailatul Safitri (1905026103)
Dimas Aji Mahendra (1905026105)

M. Hafidz A (1905026122)
Vicky Armadhani (1905026103)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO


SEMARANG

2020

0
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al Qur’an merupakan mukjizat yang kekal berupa kitab yang di turunkan oleh Allah
SWT, yang berisi firman firman terbaik. Dan ajaran yang di bawa Rasul-Nya adalah ajaran
yang paling indah untuk membimbing mereka ke jalan yang lurus. Selain merupakan wahyu,
Al Qur’an juga merupakan bagian kehidupan umat yang mau membukakan mata hatinya
kepada kebenaran dan ilmu. Yang mengajak manusia untuk selalu berkembang dan maju
dalam berfikir. Untuk menghadapi segala tantangan kehidupan.

Dengan ini, kepastian wahyu tidak dapat diragukan lagi. Umat manusia perlu kembali
kepada petunjuk wahyu demi menyiram jiwa yang haus akan nilai- nilai luhur dan kesegaran
rohani. Dengan senantiasa menyertakan wahyu yang sesuai dan dapat memecahkan problema
yang dihadapi. Sampai perkembangannya itu mengalami kematangannya. Maka, dalam
makalh ni penulis sedikit memaparkan mengenai Al Qur’an dan wahyu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Al Quran dan apa saja nama-nama Al Quran?
2. Jelaskan Garis besar kandungan al Quran?
3. Jelaskan Pengertian dan sebutkan macam-macam Wahyu?
4. Jelaskan tentang Urgensi Wahyu?
5. Apa Perbedaan antara wahyu dan ilham?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Al Quran
Dalam Segi Bahasa, Al Qur’an berasal dari kata qara’a , yaqra’u, qira’atan,
qur’atanan, yang mempuyai arti sesuatu yang dibaca atau bacaan. Sedangkan menurut istilah,
Al Quran adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
sebuah mukjizat yang disampaikan melalui perantaraan malaikat jibril a.s. menurut syariat
islam, membaca Al Quran dinilai sebagai suatu ibadah kepada Allah SWT.
Al Quran dijadikan sebagai tata kehidupan umat dan petunjuk bagi makhluk.
B. Nama Nama Al Quran
Al Quran memiliki beberapa nama, semua nama nama Al Quran Tersebut menunjukan
pada ketinggian derajat Al Quran sebagai kitab suci yang paling mulia dan paling sempurna
dari kitab-kitab Allah sebelumnya. Berikut adalah nama nama lain dari pada Al Quran yaitu
sebagai berikut :
1. Al Quran
Al Quran artinya bacaan. Nama Al Quran merupakan nama yang paling popular
dan juga sering digunakan dalam kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW ini. Nama Al Quran sendiri disebutkan dalam surah Al-
Baqarah ayat 185,
َّ ُْ َ َ َ
‫ان ۚ ف َم ْن ش ِهد ِمنك ُم الش ْه َر‬
َ ُْ َ ْ
‫ات ِم َن ال ُهد ٰى َوالف ْرق‬
َ ِّ َ َ َّ ً ُ ُ ُْْ َ ‫ان َّالذي ُأ ْنز‬
َ َ ََ ُ ْ َ
ِ ٍُ ‫اس وب َين‬ ِ ‫لن‬ ‫ل‬ِ ‫ى‬ ‫د‬ ‫ه‬ ‫آن‬
‫ر‬ ‫ق‬ ‫ال‬ ‫يه‬
ِ ‫ف‬ِ ‫ل‬ ِ ِ
َ ً َ َ َ ْ َ َ ُ ْ ُ ََْ
‫شهر رمض‬
ْ ُ ْ ُ ُ ُ
َ ‫ْس ول يريد بكم الع‬ ُ َ َ ْ ُ ْ ُ ُ ُ َّ ُ ُ َ َ َّ ْ ٌ َّ َ َ َ
َ ‫فليصمه ۖ ومن كان مريضا أو ع َٰل سفر ف ِعدة ِمن أي ٍام أخر ۗ يريد اَّلل بكم الي‬ َ َ ْ
‫ْس‬ ِ ِ ِ ِ َ ٍ ِ
َ ُ ُ ْ َ ْ ُ َّ َ َ َ ْ ُ َ َ َ ٰ َ َ َ َّ ُ ِّ ُ َ َ َّ ْ ُ ْ ُ َ
‫و ِلتك ِملوا ال ِعدة و ِلتك ِّبوا اَّلل عَل ما هداكم ولعلكم تشكرون‬
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara
kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan
itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya
berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu
mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”

2
Dan juga terdapat di surat Al isra’ ayat 9,
َ َ َ َّ َ َ َّ َ ُ َ ْ َ َ َّ َ‫ْس ْال ُم ْؤمن ن‬ َ َ ْ ُ ْ َ ٰ َ َّ
‫ات أن ل ُه ْم أ ْْ ًرا َ ِِ ًّبا‬
ِ ‫ي ال ِذين يعملون الص ِالح‬ ِ ِ ُ ِِّ ‫ه أ ْق َو ُم َو ُي َب‬َ ِ ‫آن َي ْه ِدي ِل َّلت‬
ِ ‫ِإن ه ََٰٰذا القر‬
‫ي ي‬
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi
khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka
ada pahala yang besar.” (QS. Al-Isra’:9)

2. Al-Kitab
Al Quran juga sering disebut sebagai Al Kitab, memilki arti sesuatu yang ditulis
atau Buku. Ayat alquran yang menyebutkan nama ini adalah surah Al Baqarah ayat 2
َ‫اب َل َرْي َب ۛ فيه ۛ ُه ًدى ل ْل ُم َّتق ن‬
‫ي‬ ُ ‫َذ ٰ ل َك ْالك َت‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,”
Dan juga Ali Imran ayat 3
َّ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ‫َ َّ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ِّ ُ َ ِّ ً َ َ ْ ن‬
َ ‫الت ْو َر َاة َو ْاْل ْنج‬
‫يل‬ ِ ِ ‫نزل عليك ال ِكتاب ِبالحق مصدقا ِلما بي يدي ِه وأنزل‬
“Dia menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang
telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil”

3. Al-Furqan
Alfurqan artinya pembeda antara yang hak dan yang batil, atau yang mempunyai
maksud bahwa mukjizat Nabi Muhammad SAW ini merupakan suatu pembeda bagi mana
yang haq dan mana yang bathil atau mana yang baik dan mana yang buruk. Nama Al
Furqon sebagai salah satu nama Al-Quran terdapat dalam surah Al-Furqan ayat 1
َ َ‫َ ُ َ ْ َ َ ن‬ َ َ َ ُْ َ َّ َ َ
‫ي ن ِذ ًيرا‬ ‫ت َب َارك ال ِذي ن َّز َل الف ْرقان َع َٰل َع ْب ِد ِه ِليكون ِللعال ِم‬
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia
menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”

4. Al-Zikr
Al-Zikr artinya adalah pemberi peringatan dimana Al-Quran dapat memberikan
peringatan kepada manusia. Adapun ayat dalam Al-Quran yang mengandung nama ini
terdapat dalam surah Al-Hijr ayat 9
َ ُ َ ُ َ َّ ْ ِّ َ ْ َ َ َّ
‫ِإنا ن ْح ُن ن َّزلنا الذَ َر َ ِوإنا له ل َح ِافظون‬

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar


memeliharanya.”

3
5. At-Tanzil
At-Tanzil artinya yang diturunkan, maksudnya adalah Al-Quran ini diturunkan oleh
Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara yaitu Malaikat Jibril AS
untuk disampaikan kepada umat manusia secara mutawattir. At-Tanzil sebagai nama
lain dari Al-Qur’an ini disebutkan dalam Surah Asy-Syura ayat 192.

َ‫يل َر ِّب ْال َع َالم ن‬


‫ي‬ ُ ‫َوإ َّن ُه َل َت ْن نّب‬
ِ ِ ِ
“Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam”

6. Al-Huda
Alhuda artinya petunjuk. Nama Alhuda Allah sebutkan dalam Al-qur’an surah Al-
jin ayat 13
ً َ َ ْ ُ َ َ َ َ ِّ َ ْ ْ ُ ْ َ َ َّ َ ٰ َ ُ ْ َ ْ َ َّ َ َّ َ َ
‫اف َبخ ًسا َول َرهقا‬ ‫آمنا ِب ِه ۖ فمن يؤ ِمن ِبرب ِه فَل يخ‬ ‫وأنا لما س ِمعنا الهدى‬
“ Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al-Qur'an), kami beriman kepadanya.
Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak
(takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan.” (QS. Al-Jin:13)

Al Qur’an dan Al Kitab lebih populer dari nama nama yang lain. Dalam hal ini Dr.
Muhammad Abdulloh Daraz berkata: “Ia dinamakan Qur’an karena Ia “di baca” dengan
lisan, Dan dinamakan Al Kitab karena Ia “di tulis” dengan pena. Kedua nama ini
menunjukan makna yang sesuai dengan kenyataanya.1

C. Garis Besar Kandungan Al-Quran


Didalan ayat ayat Al Quran terkadung kandungan yang secara garis besar dapat kita
bagi menjadi beberapa hal pokok atau hal utama beserta pengertian atau arti definisidari
masing masing kandungan inti sarinya,sebagai berikut:

1. Aqidah
Aqidah adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan yang pasti
wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia. Al qur’an mengajarkan aqidah tauhid kepada
setiap manusia yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allah SWT yang satu yang tidak

1 Manna Khalil Qur’an, Studi Ilmu Ilmu Qur’an, 2015, Bogor : PT. Pustaka Litera Antar Nusa, hlm. 22

4
pernah tidur dan tidak beranak pinak. Percaya kepada Allah SWT adaah salah satu butir
rukun iman yang pertama. Orang yang tidak percaya terhadap rukun iman disebut sebagai
orang orang kafir.
2. Ibadah2
Ibadah adalah taat, tunduk, atau nurut dari segi bahasa. Dari pengertian “fuqaha”
ibadah adalah segala bentuk ketaatan yang ijalankan atau dikerjakan untuk mendapat ridha
Allah SWT. Bentuk ibadah dalam ajaran agama islam tercantum sebagaimana dalam lima
butir rukun islam. Mengucapkan kalimat syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji bagi yang
mampu.
3. Akhlak
Akhlak adalah perilaku yang dimiliki manusia, baik akhlak yang terpuji (akhlakul
karimah) maupun yang tercela (akhlakul Madzmumah). Allah SWT mengutus Nabi
Muhammad SAW tidak lain hanya semata mata untuk menyempurnakan akhlak. Setiap
manusia harus mengikuti semua aturan dan menjauhi semua larangan
4. Hukum
Hukum yang ada di Al qur’an adalah memberi suruhan atau perintah kepada orang
yang beriman untuk mengadili dan memberikan penjatuhan hukuman kepada manusia
yang terbukti bersalah. Hukum dalam islam berdasarkan Al qurán ada beberapa jenis atau
macam seperti jinayat,muamalat,munaqahat,faraidh,dan jihad.
5. Peringatan atau Tazkir
Tadzkir atau peringatan adalah sesuatu yang memberi peringatan kepada manusia
akan ancaman Allah SWT berupa siksa neraka. Tadzkir juga bsa berupa kabar gembira
bagi orang orang yang beriman kepada Nya dengan balasan berupa nikmat surga atau
waa’ad. Di samping itu ada pula gambaran yang menyenangkan di dalam Al qur’an atau
di sebut juga targhib dan kebalikannya gambaran yang menakutkan dengan istilah tarhib.
6. Sejarah
Sejarah atau kisah adalah cerita mengenai orang orang yang terdahulu baik yang
mendapatkan kejayaan akibat taat kepada Allah serta ada juga yang mengalami kebinasaan
akibat tidak taat atau ingkar terhadap Allah SWT. Dalam menjalankan kehidupan sehari
hari sebaiknya kita mengambil pelajaran yang baik baik dari sejarah masa lalu.

2 https://roelwie.wordpress.com/isi-kandungan-alquran/,

5
7. Dorongan Untuk Berfikir
Di dalam Al qur’an banyak ayat ayat yang mengulas suatu bahasan yang
memerlukan pemikiran manusia untuk mendapatkan manfaat dan juga membuktikan
kebenarannya, terutama mengenai alam semesta.

D. Pengertian Wahyu
Arti wahyu dari segi bahasa adalah petunjuk yang di sampaikan secara sembunyi, atau
dengan kata lain wahyu tersebut menggunakan metode sembunyi-sembunyi dalam
penyampaiannya. Pengertian wahyu Menurut syara' wahyu adalah pemberitahuan Allah SWT
kepada orang yang dipilih dari beberapa hamba-Nya mengenai beberapa petunjuk dan ilmu
pengetahuan yang hendak diberitahukannya tetapi dengan cara yang tidak biasa bagi manusia,
baik dengan perantaraan atau tidak dengan perantaraan.
Lafazh "wahyu'' ini menunjukkan bahwa penyampaian berita dari Allah Swt kepada
Rasulullah SAW menggunakan metode khusus.Hal itu dapat dibuktikan dengan digunakannya
metode sembunyi-sembunyi, keakuratan, dan tidak memungkinkannya orang lain untuk dapat
mengetahui atau bahkan untuk sekedar merasakannya.
Wahyu secara etimologi berarti pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat yang
khusus ditujukan kepada orang yang diberitahu tanpa diketahui orang lain.
Dalam terminologi agama, wahyu adalah hubungan maknawi antara pribadi seorang
nabi dengan alam gaib yang dengan itu pesan Tuhan tersampaikan kepada nabi tersebut. Nabi
yang dimaksud adalah orang-orang khusus pilihan Tuhan yang dianggap layak mendapatkan
pesan Tuhan tersebut.
E. Macam Macam Wahyu
Para ulama telah menyebutkan tentang macam - macam wahyu yang diturunkan kepada
Rasulullah, yakni sebagai berikut.
1. Mimpi Yang Benar
Mimpi yang benar itulah permulaan wahyu yang diterima oleh Nabi. Beliau tidak
melihat mimpinya, kecuali seperti cuaca terang di waktu pagi. Dalam sebuah hadits, telah
diriwayatkan bahwa "Mimpi para nabi adalah wahyu". Nabi adalah orang - orang sholeh
dan orang - orang terpilih oleh Allah. Tentu saja mimpi dari mereka merupakan mimpi dari
Allah. Termasuk Nabi Muhammad S.A.W. Beliau mendapat mimpi dari Allah dan

6
menerima wahyu dari mimpinya. Hal ini juga pernah terjadi semasa Nabi Ibrahim yang
mendapat wahyu dari Allah melalui mimpinya untuk menyembelih anaknya.
2. Ilham
Secara bahasa, ilham adalah intuisi atau inspirasi. Menurut syar'i, ilham adalah
bisikan hati berupa pengetahuan yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada
hambaNya, baik kepada Rasulullah maupun selainnya. Ilham sering dianggap oleh orang
awam sebagai sebuah wangsit untuk melakukan sesuatu atau meninggalkannya.
Sedemikian berharganya ilham tersebut, sehingga tidak jarang orang mengeluarkan biaya
yang besar, atau melakukan aktivitas dan ritual yang bermacam-macam untuk bisa
mendapatkannya.
Rasulullah mendapat ilham dengan cara malaikat meniupkannya ke dalam hati
Nabi tanpa beliau sadari. Seperti sabda beliau "Sesungguhnya Malaikat Jibril telah
meniupkan kedalam hatiku. Bahwasanya tidak akan mati suatu jiwa hingga disempurnakan
rezekinya. Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam meminta". Dari sabda
beliau menandakan bahwa Malaikat Jibril telah memberikan wahyu kepada Rasulullah
dengan cara membisikkan ke dalam hatinya secara langsung.
3. Bunyi lonceng
Wahyu ini adalah wahyu yang paling berat. Sebagaimana yang Rasulullah
sabdakan ketika ditanya oleh Al-Harits "Terkadang datang kepadaku seperti bunyi
lonceng, dan itu yang paling berat bagiku. Lalu wahyu terputus dariku, aku mengerti apa
yang ia katakan. Dan terkadang malaikat itu menjelma menjadi seorang laki-laki lalu
berbicara denganku dan aku mengerti apa yang dia katakan". Wahyu dalam jenis ini
tergolong sangat sedikit jumlahnya namun merupakan yang terberat untuk dirasakan
Rasulullah untuk menerimanya.
Wahyu yang satu ini memang agak sulit untuk dipahami. Seperti yang kita ketahui
bunyi sebuah lonceng. Lalu beliau mampu untuk mengartikannya, atau mungkin terdapat
kalimat - kalimat setelah itu. Alllahu'alam. Namun, sebagai umat Nabi Muhammad harus
mempercayainya meskipun terkadang sulit diterima oleh logika. Karena apa yang beliau
katakan pasti adalah sebuah kebenaran.
4. Tanpa Perantara

7
Wahyu Allah yang langsung diturunkan kepada beliau tanpa perantara malaikat.
Sebagaimana ketika Allah berbicara langsung dengan Nabi Musa A.S. Tingkatan ini benar
ada dan derajatnya qath'i dengan nash Al-Quran. Sedangkan bagi Nabi Muhammad S.A.W,
adalah ketika beliau berada dalam isra Mi'raj.
Rasulullah mendapatkan wahyu tersebut tatkala beliau melakukan perjalana Isra
Mi'raj. Wahyu yang diturunkan pada saat itu adalah perintah sholat fardhu. Melihat cara
turunnya wahyu ini, bisa dibilang sholat sangatlah penting. Perintah sholat tersebut
diturunkan dengan cara Allah berbicara langsung dengan Rasulullah untuk melaksanakan
kewajiban yang saat ini dilakukan oleh umat muslim di seluruh dunia.
5. Malaikat Jibril Menampakkan Diri Dengan Wujud Aslinya
Nabi Muhammad S.A.W melihat Malaikat Jibril dalam wujud aslinya. Lalu ia
menyampaikan wahyu kepada beliau atas izin Allah. Sebagaimana wahyu yang pertama
kali diturunkan ketika Rasulullah berada di gua hira. Beliau mendapatkan wahyu pertama
saat Malaikat Jibril menampakkan wujud aslinya hingga membuat Rasul terakhir ini
gemetaran selama 40 hari.
Malaikat Jibril tampak wujudnya dengan enam ratus sayap antara masyrik dan
maghrib, yaitu anatara barat dan timur . Sayap dan jubah kebesarannya putih bagai mutiara
yang larut, dengan rupa yang begitu gagah dan rupawan, dan dengan kekuatan yang
dahsyat penuh mukzijat. Wujud malaikat mustahil dapat dilihat dengan mata telanjang,
karena mata manusia tercipta dari unsur dasar tanah yang diberi bentuk tidak akan mampu
melihat wujud dari malaikat yang asalnya tercipta dari cahaya, bahkan Muhammad sendiri
pun disebutkan hanya mampu melihat wujud asli dari malaikat Jibril sebanyak dua kali.
6. Malaikat Jibril Menampakkan Diri Sebagai Seorang Laki – Laki
Malaikat Jibril menemui Nabi Muhammad S.A.W dengan wujud seorang laki - laki
yang tampan, lalu dia berbicara kepada beliau untuk memberikan wahyu dari Allah dan
menjelaskannya hingga beliau mengerti apa yang malaikat Jibril katakan. Dalam tingkatan
ini, terkadang ada kalangan sahabat yang belihatnya. Dan inilah yang dikatakan oleh Ibnu
Al-Qayyim tentang tingkatan wahyu. Turunnya wahyu kepada Rasulullah S.A.W menjadi
permulaan perjanjian baru dalam kehidupan manusia setelah sebelumnya berada dalam
kegelapan.

8
F. Urgensi Wahyu
Wahyu adalah firman Allah yang disampaikan kepada para nabi dan awliya. Semua
ayat-ayat dalam Al Quran merupakan wahyu dari Allah yang disampaikan kepada nabi
Muhammad SAW. Wahyu-wahyu yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW adalah
demi kemaslahatan dan pedoman hidup umat manusia. Al Quran adalah kumpulan ayat-ayat
sedangkan ayat adalah wahyu dari Allah. Dengan demikian peran wahyu menjadi sangat
penting dalam Al Quran.
 Urgensi Wahyu Dalam Kehidupan
1. Kesempurnaan yang Dicapai dengan Perbuatan Ikhtiari
Kendati apa yang ada pada diri manusia, seperti daya penglihatan, pendengaran,
penciuman dan lainnya terkadang indera binatang lebih kuat dan tajam, atau katakanlah
indera sebagian binatang berdaya lebih sempurna dari indera manusia. Akan tetapi,
seberapapun besarnya daya ini, jangkauan inderawi tak melampaui batas alam material.
Kendati pula malaikat yang berada di alam immateri, jangkauan eksistensi
mereka lebih luas dari jangkauan manusia yang berada di alam materi, sehingga mereka
mengetahui di mana manusia, dan manusia tidak mengetahui di mana mereka. Tetapi,
walau demikian manusia yang berada di alam terbatas mampu mengetahui hal tersebut
dan meyakini keberadaan malaikat. Pengetahuan dan keyakinan ini tak lain didapati
melaui kenabian.
Ialah melalui pengetahuan yang bukan dengan indera dan juga bukan dengan
akalnya, melainkan dengan wahyu yang disampaikan oleh utusan Tuhan. Dari sisi
pengetahuan ini, manusia lebih sempurna dari malaikat. Namun demikian,
kesempurnaan ini masih pada batas pengetahuan, bukan sampai pada keyakinan yang
melahirkan perbuatan-perbuatan yang bernilai, yaitu yang dilakukan dengan
ikhtiarnya.
2. Pembuktian atas Adanya Kenabian
Kesempurnaan itulah yang diisyaratkan riwayat di atas, dan yang menjadi
tujuan dari penciptaan manusia. Yaitu, sebagaimana dijelaskan dalam QS: adz-
Dzariyat 65(1), bahwa penciptaan manusia adalah untuk supaya beribadah kepada
Allah dan dengan demikian ia akan mencapai kesempurnaannya dan memperoleh
rahmat-Nya yang khusus.

9
Ayatullah Misbah Yazdi menjelaskan bahwa kehendak Allah berkaitan
langsung dengan kesempurnaan itu yang dicapai manusia perbuatan-perbuatan
ikhtiarinya dalam ketaatan kepada Allah swt. Dengan ikhtiarnya yang berarti dalam
hidupnya ia mendapati jalan yang lurus dan jalan lain yang menyimpang, lalu memilih
satu di antara dua jalan ini.
Di dalam berikhtiar, ia memerlukan potensi dan motivasi serta pengetahuan
yang benar tentang apa yang harus dilakukan dan jalan mana yang harus ditempuh.
Dengan demikian ia benar-benar mempunyai pilihan dan menempuh jalan
kesempurnaannya dengan penuh kesadaran, apabila ia mengetahui tujuan dan jalannya
serta semua kendala yang menghambatnyaJika tidak demikian, manusia ibarat
mendapatkan undangan untuk datang ke satu rumah tanpa diberitahu alamatnya dan
jalan yang harus ditempuh. Hal ini bertentangan dengan kemahabijaksanaan Allah swt,
dan dengan tujuan penciptaan manusia.
Pengetahuan manusia dengan indera dan akalnya kendati berperan efektif
dalam memenuhi sebagian kebutuhan hidupnya, namun dua sarana ini tidaklah cukup
memberikan pengetahuan baginya tentang jalan kesempurnaan dan kebahagiannya
yang hakiki dalam semua aspek. Yaitu, aspek individual dan sosial, material dan
spritual, duniawi dan ukhrawi.
Oleh karenanya, untuk memenuhi segala kekurangan itu, hikmah Allah swt
memberikan sarana lain selain indera dan akal yang dimiliki manusia. Yaitu, wahyu
yang Allah turunkan kepada para rasul. Melalui mereka inilah manusia mendapatkan
pengetahuan tentang jalan kesempurnaannya itu di dalam kehidupannya, untuk dicapai
olehnya dan dengan demikian ia sampai pada kebahagiaannya yang abadi.
3. Mengukur Kadar Pengetahuan Manusia
Manusia tanpa pengetahuan tentang asal muasal keberadaannya (mabda`) dan
akhir perjalanan hidupnya (ma’ad), tidak memungkinkan baginya untuk mengetahui
jalan hidupnya yang benar dalam semua aspek kehidupan. Seperti mengenai hubungan
antar sesama, bahkan terhadap seluruh makhluk, seperti apakah bentuk jalinan yang
benar dan apa dampak dari macam-macam hubungan di antara mereka bagi kehidupan
mereka

10
Kadar manfaat dan madharat atau tingkat maslahat dan mafsadatnya juga perlu
dipertimbangkan, untuk dapat menentukan tugas masing-masing mereka yang berbeda
secara fisik dan kejiwaan. Mereka pun hidup di dalam kondisi alam dan sosial yang
berbeda-beda. Pengetahuan tentang semua ini, kendati teramat banyak pakar di
berbagai bidang ilmu pengetahuan manusia, mereka kesulitan dalam mengatasi
masalah-masalah tersebut.
Jika diperhatikan, sistem hukum di sepanjang sejarah selalu berubah. Sampai
saat inipun para pakar hukum yang sibuk dalam pengkajian terkait, tidak mencapai
sebuah sistem hukum yang benar, sempurna dan komprehensif. Undang-undang yang
mereka rancang, ada saja kekurangan di dalamnya, sehingga perlu direvisi dengan
pengurangan atau penambahan pasal, atau memberi catatan baginya.
4. Kondisi-kondisi Umat Manusia di Sepanjang Sejarah
Dapat dilihat di dalam ayat-ayat tersebut bagaimana sekiranya umat manusia
tanpa kenabian, yang berarti lepas dari bimbingan Allah swt. Mereka akan tetap dalam
kondisi-kondisi kegelapan, di antaranya:
a. Jika kita merujuk sejarah manusia, kendati keberagamaan merupakan fitrah
manusia, tetapi dengan mudah mereka menjadi kaum penyembah berhala dan
pendukung thogut. Maka, Allah swt mengutus rasul-Nya di tengah mereka, untuk
menunjuki jalan kesempurnaan yang dikehendaki Allah bagi mereka, di samping
terdapat jalan lain yang menyimpang, yaitu jalan kesesatan yang mereka tempuh
itu. Sebagaimana firman Allah: “meskipun mereka sebelum itu benar-benar
terjerumus dalam jurang kesesatan yang nyata.” (QS: al-Jumu’ah 2) “Lalu di antara
umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang telah
dijerat oleh kesesatan. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (para rasul).” (QS: an-Nahl
36)
b. Ketika mereka menjadi sebuah masyarakat dan memasuki kehidupan sosial yang
lebih luas, terjadi perselisihan di antara mereka yang tak terelakkan dan tak
berkesudahan Kemudian datang ke tengah mereka para utusan Allah dengan
membawa risalah-Nya yang memisahkan antara yang hak dan yang batil, dan
memuat hukum yang adil, serta mampu memberikan keputusan tentang perkara

11
yang mereka perselisihkan. Allah berfirman: “Dan tidaklah berselisih tentang kitab
itu melainkan orang-orang yang telah didatangkan kitab kepada mereka, yaitu
setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan nyata, karena dengki antara
mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman dengan
izin-Nya kepada (hakikat) kebenaran yang telah mereka perselisihkan itu. Dan
Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang
lurus.” (QS: al-Baqarah 213)
Dengan demikian, menjadi jelas betapa penting peran wahyu dan risalah ilahiah
yang dibawa para rasul, di samping pengetahuan manusia dengan akalnya di dalam
kehidupan mereka.3

G. Wahyu dan Ilham


Kedua istilah ini memiliki kesamaan, bahwa semuanya sama-sama menunjukkan
pengetahuan yang bersumber dari Allah Swt. Perbedaannya adalah, wahyu hanya
diperuntukkan bagi orang-orang tertentu yang dipilih oleh Allah, yaitu para Nabi dan Rasul
sedangkan ilham diberikan oleh Allah kepada semua manusia. 4
Dalam pengertian ini hampir sama dengan pengertian instink yang dikenal dalam dunia
Psikologi, yaitu pola tingkah laku yang merupakan karakteristik-karakteristik spesi tertentu
tingkah laku yang diwariskan dan dilakukan secara berulang-ulang yang merupakan khas spesi
tertentu. Bahkan menurut Sigmund Freud, ia merupakan sumber energi atau dorongan primal
yang tidak dapat dipecahkan. Lebih lanjut Freud menambahkan, instink itu terbagi dua instink
kehidupan (Eros) dan instink Kematian (Tahanatos)”.
Dua macam instink (ilham) yang terdapat dalam jiwa setiap manusia juga diungkapkan
dalam Aquran dengan sebutan Fujur dan Taqwa. Sebagaimana termaktub dalam Alquran, surat
Al-Syams/91: 8,

َ ‫ففَأ َ ْل َه َم َها فُ ُج‬


‫ورهَا َوتَ ْق َواهَا‬
Artinya : “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketaqwaannya.”

3 https://safinah-online.com/urgensi-wahyu-dalam-kehidupan-manusia
4 Al-Qattan, Manna’ Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Jakarta: Litera Antar Nusa, 2000

12
Dua macam instink yang disebutkan dalam ayat di atas adalah instink atau
kecendrungan untuk berbuat buruk (Fujur) dan instink atau kecendrungan untuk berbuat baik
(Taqwa). Kedua macam ini bersifat potensial. Artinya, setiap manusia memiliki potensi untuk
berbuat baik dan berbuat buruk. Karena sifatnya yang potensial, maka aktualisasi instink ini
tergantung pada kecendrungan/kemauan manusia untuk mengaktualkan instink mana dari
kedua instink tersebut. Jika seorang manusia memiliki kecendrungan untuk mengaktualkan
instink keburukan (fujur), maka yang akan dominan dalam dirinya adalah sifat kejahatan
sehingga jadilah dia sebagai penjahat, pengingkar terhadap perintah dan larangan Allah.
Demikian pula sebaliknya, jika instink kebaikan yang dikembangkan/diaktualkan, maka
jadilah dia sebagai manusia yang baik, patuh terhadap perintah dan larangan Allah.

H. Persamaan dan perbedaan Wahyu dengan Ilham


 Persamaan wahyu dengan ilham :
1. Keduanya sama-sama diterima oleh manusia
2. Keduanya sama-sama menimbulkan pemahaman dalam batin
3. Keduanya sama-sama menimbulkan keyakinan
4. Keduanya tidak diberikan pada makhluk binatang
5. Keduanya sama-sama diberikan demi kemaslahatan
6. Keduanya sama-sama merupakan pemberian Allah SWT

 Perbedaan wahyu dengan ilham :


1. wahyu datangnya melalui kehadiran malaikat sedangkan ilham melalui penghunjaman
langsung oleh allah kepada yang di kehendakinya.
2. wahyu diterima oleh manusia pilihan allah yang mengemban tugas kenabian atau
kerosulan ,sedang ilham dapat di terima oleh siapapun, baik pada waktu pintu kenabian
belum tertutup maupun setelahnya.
3. wahyu diturunkan dengan tujuan untuk kemaslahatan seluruh umat manusia atau umat
tertentu, sedangkan ilham hanya untuk kemaslahatan yang menerimanya dan tidak di
bebani kewajiban untuk manyampaikan pada orang lain.
4. wahyu tidak dapat diminta kepada Allah agar di turunkan pada waktu tertentu
,sedangkan ilham menurut sebagian ulama dapat dim inta kepada Allah melalui cara
membersihkan diri dan memprbanyak taqorub pada Allah.

13
5. wahyu pintunya telah tertutup, bersamaan tugas kenabian yang di emban nabi
Muhammad SAW berakhir, sedangkan ilham pintuinya masih terbuka selama masih
ada manusia dan berlaku sepanjang masa.

Dari pengertian ini dapat disimpulkan, bahwa perbedaan antara kedua istilah yang
disebutkan wahyu dan ihram terletak pada proses/cara memperolehnya. Ilham hanya dapat
diperoleh atas kehendak Allah, tanpa usaha manusia. Sedangkan wahyu hanya diberi kepada
rasul dan nabi guna untuk kemaslahatan seluruh umat manusia melalui malaikat.5

5 Al-Qattan, Manna’ Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Jakarta: Litera Antar Nusa, 2000

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Al qur’an adalah kalam Allah yang di sampaikan dalam bahas arab, di turunkan
secara berangsur angsur melalui malaikat jibril kepada nabi muhammad SAW sebagai
mukjizat, di sampaikan kepada kita secara mutawattir ,tertulis dan mushaf ,di mulaidari
surat alfatihah dan di akhiri dengan surat an nas, bagi yang membaca dinilai sebagai ibadah.
Al Qur’an adalah kitab suci yang tinggi derajatnya, salah satunya bisa di buktikan
dengan kaya aan nama atau sebutan bagi Al Qur’an yaitu Al Qur’an, Al Kitab,Ad Zikru,
Al Furqan, At Tanzil, Al Huda. Didalamnya terdapat kandungan secara garis besar
tujuannya untuk mengatur hubungan Hablumminannas, dan Hablumminallah.
Wahyu adalah pemberitahuan oleh Allah kepada para Nabi dan Rasul Nya
mengenai segala hal yang ia kehendaki untuk disampaikan kepada manusia, baik berupa
hidayah maupun pengetahuan yang disampaikan dengan cara rahasia. Ada beberapa
kategori penyampaian wahyu: Illa Wahyan, aw min waraai hijab, aw yursila rasuulan
fayuuhiya bi idznihii maa yasya.
Wahyu, Ilham dan Ta’lim memiliki kesamaan yaitu sama sama menunjukkan
pengetahuan yang bersumber dari Allah SWT, perbedaan secara garis besar terdapat pada
objek yang dituju. Wahyu diperuntukkan kepada para Nabi dan Rosul, sedangkan Ilham
dan Ta’lim diperuntukkan kepada semua manusia.

15
DAFTAR PUSTAKA

Manna Khalil Qur’an, Studi Ilmu Ilmu Qur’an, 2015, Bogor : PT. Pustaka Litera Antar Nusa, hlm. 22

https://roelwie.wordpress.com/isi-kandungan-alquran/,

https://safinah-online.com/urgensi-wahyu-dalam-kehidupan-manusia
Al-Qattan, Manna’ Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Jakarta: Litera Antar Nusa, 2000

16

Anda mungkin juga menyukai