Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENDALAMAN MATA PELAJARAN


AL QUR’AN DAN HADITS DI SMA
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Materi PAI Pendidikan
Dasar & Menengah”
Dosen Pengampu: Imroatul Musfirah, M.Pd.I

Disusun Oleh:
Kelompok 6

Muhammad Rifky Wardana : 1911101182


Mirza Dwi Permana : 1911101124
Arifin : 1911101349
Imam Shobirin : 1911101388
Muhammad Firdaus : 1911101260

Kelas PAI 8 – SMT 4

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SAMARINDA
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik.shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah “Materi PAI
Pendidikan Dasar & Menengah 1”.

Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penyusun mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penyusun mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para


pembaca maupun orang lain. Atas segala perhatiannya, kami ucapkan terima
kasih.

Samarinda, Maret 2021

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

COVER...................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................2

C. Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3

A. Pengertian Pembelajaran Al Qur’an dan Hadits........................................3

B. Metode-metode dalam Pembelajaran Al Qur’an.......................................4

C. Metode-metode dalam Pembelajaran Hadits.............................................7

D. Implementasi pelajaran Al Qur’an dan Hadits di dalam Kehidupan Sehari-


hari...........................................................................................................11

BAB III PENUTUP............................................................................................14

A. Kesimpulan..............................................................................................14

B. Saran........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Arti dari Mata Pelajaran menurut KKBI adalah pelajaran yang harus
diajarkan (dipelajari) untuk sekolah dasar atau sekolah lanjutan. Guru
menyampaikan pelajaran kepada murid dengan mata pelajaran yang sudah
ditentukan dan disepakati bersama. Mata pelajaran disetiap jejang jelas
berbeda. Mata pelajaran akan terus diperbarui agar murid mendapat ilmu
pengetahuan yang belum dipelajari oleh mereka.

Al-Qur’an adalah merupakan bagian mata pelajaran yang diajarkan di


setiap jenjang sekolah mulai SD hingga ke Perguruan tinggi (khususnya
lembaga yang bernuansa islami). Banyak sekali point-point yang diajarkan
dalam mata pelajaran Al-quran seperti membaca, menulis, menghapal, dan
lainya.

Begitu juga dengan Hadits merupakan bagian dari mata pelajaran


yang diajarkan di jenjang sekolah, khususnya lembaga yang bernuasa islamai.
Di dalam pengajaran banyak jenis-jenis kitab hadist yang di pakai dan dikaji
isi hadits nya. Pengajaran dapat berbentuk seperti mengartikan hadist,
mencari mufrodat dari hadist yang dikaji. Menafsirkan hadist, hingga
membaca sejarah hadist.

Sekolah Menengah Akhir atau SMA di nusantra juga mendapat


pelajaran al-quran dan hadist. Tetapi bentuk materi yang diajarkan di jenjang
SMA berbeda dengan materi yang disampaikan di lembaga pendidikan islam.
Biasanya pelajaran atau materi al-quran bergabung dengan mata pelajaran
islam lainnya seperti, akidah akhlak, sejarah islam, fikih, budi pekerti, al-
quran, dan hadist, yang semua itu menjadi satu dalam mata pelajaran PAI
(Pendidkan Agama Islam).

1
Pada kesempatan kali ini kami akan membahas lebih lanjut tentang
pendalaman materi al-quran dan hadist pada jenjang SMA. Kitapun akan
membahas seperti apasih metode-metode apa saja yang akan digunakan
dalam pengajaran al-quran dan hadist, serta menjelaskan pula tentang
pengimplementasian nilai-nilai al-quran dan hadist dalam kehidupan sehari-
hari.

B. Rumusan Masalah
Dari penjabaran latar belakang dari pembalajaran al-Qur’an dan Hadits di atas,
rumusan masalah yang dapat ditarik adalah sebagai berikut.
1. Apa itu mata pelajaran Al-Qur'an dan Hadist?
2. Metode apa yang digunakan untuk mendalami mapel tersebut?
3. Bagaimana implementasinya dalam kehidupan sehari hari?

C. Tujuan
Dari isi rumusan masalah di atas, penyusunan makalah ini memiliki
tujuan sebagai berikut.
1. Memahami definisi pelajaran al-Qur’an dan Hadist.
2. Mengetahui metode-metode yang dipakai dalam pelajaran al-Qur’an dan
Hadist.
3. Mengetahui bagaimana cara implementasinya dalam kehidupan sehari-
hari.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Al-Qur’an dan Hadist

Kata Al-Qur’an secara bahasa (etimologi) berarti bacaan, makna tersebut


diambil dari kata “qiraa’at” atau “qur’aan”, yaitu merupakan bentuk
masdhar dari kata “qara’a”. Sedangkan secara istilah (terminology) menurut
Ali Ash-Shobuni menjelaskan bahwa Al-Qur’an merupakan firman-firman
Allah yang mu’jiz, diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat
Jibril yang awalnya tertulis di dalam mushaf, diriwayatkan secara mutawatir,
membacanya merupakan salah satu ibadah, diawali dengan Surah Al-Fatihah
dan diakhiri dengan Surah An-Nas.1

Sedangkan Hadist dalam bentuk jamaknya adalah hidas, hudasa, dan


hudus. Dari segi bahasa, kata hadist memiliki beberapa arti, diantaranya: baru
(jadid), lawan dari terdahulu (qadim), dekat (qarib), lawan dari jauh (ba’id),
dan warta berita (khabar); sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari
seseorang kepada orang lainnya.2 Adapun pengertian lain dari hadist yang
disampaikan oleh para ahli hadist ialah segala ucapan, perbuatan, dan
keadaan ataupun perilaku dari Nabi Muhammad saw. merupakan isi dari
hadist itu sendiri.

Dari penjelasan di atas, maka bisa disimpulkan bahwa pembelajaran al-


Qur’an dan Hadits merupakan bagian dari pelajaran pendidikan agama Islam
yang ada di Madrasah yang ditujukan untuk memberikan dorongan motivasi,
memberikan bimbingan, menyalurkan pemahaman, mengasah kemampuan
dan bisa melakukan pengahayatan terhadap isi yang terkandung dalam

1
Abu Anwar, Ulumul Qur’an (sebuah pengantar) (Cet. I; Pekanbaru: Amzah, 2002), hal. 13
2
Muhammad Ahmad dan Mudzakir, Ulumul Hadis (Cet. II; Bandung: CV Pustaka Setia, 2000),
hal. 11

3
al-Qur’an dan Hadits, sehingga hasil dari pembelajaran dan pengajar an
tersebut dapat diamalkan dalam perilaku sehari-hari sebagai perwujudan
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt.

B. Metode-metode dalam Pembelajaran Al Qur’an


Kajian metodologis dalam konteks memahami Al-quran merupakan
bagian dari kajian Ulum al-quran yang sering didefinisikan sebagai suatu
kumpulan pengetahuan yang di-nisbah-kan pada Al-quran serta yang
membantu memudahkan pemahaman dan penyingkapan rahasia serta makna
sacara benar bagi pengkajianya.3
Banyak sekali jalan untuk memahami Al-quran. Ulama terdahulu
memiliki perbedaan pendapat dalam pendekatan untuk memahami Al-quran,
namun secara umum dapat kita bagi menjadi dua bagian atau kategori, yang
satu skriptual yang lainnya rasional. Atau dapat menggunakan metode tafsir,
mengetahui arti setiap kalimat dalam al-quran, hingga perkatanya.
Metode tafsir sudah lama dilakukan oleh banyak banyak ulama zamna
dulu. Tidak sedikit metode tafsir yang digunakan, tetapi kami akan
memaparkan 2 teknik tafsir saja yang banya igunaan hingga sekarang. Yaitu
tafsir bil ma’tsur dan bil ra’yu.
1. Metode tafsir dengan bil ma’tsur
Tasir bil ma’tsur adalah penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an
berdasarkan pada penjelasan dalam ayat yang lain, dan pada hadis-hadis
nabawi , dan pada perkataan para Sahabat dan tabi’in. 4 Atau mentafsirkan
alquran dengan al-quran (ayat dengan ayat), al-quran dengan sunnah,
perkataan sahabat karena merekalah yang paling mengetahui kitabullah ,
atau dengan pendapat tokoh-tokoh besar tabi’in pada umunya mereka
menerimanya dari para sahabat.5

3
Yayan Rahtikawati, dan Dadan Rusmana, “Metodelogi Tafsir Al-Quan”, Strukturalisme,
Semantik, Semiotik, dan Hermeneutik, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 59.
4
Syaeful Rokim, “Mengenal Metode Tafsir Tahlili”, Skripsi, h. 50.
5
Robiatus Salamah, “NUSYUZ DALAM AL-QUR’AN’ (Studi Komperatif Tafsir Bil-Ma’tsur dan
Tafsir Bil-Ra’yi), Skripsi, tahun 2019, h. 26.

4
Seperti contoh dalam Q.S Ar-Rahman yang artinya adalah “Dan
dialah yang membiarkan dua lautan mengalir. Antara keduanya ada batas
yang tidak dilampui oleh masing-masing. Maka nikmat tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan. “Dari keduanya keluar mutiara dan
marjan.”
Ayat pembanding Q.S Al-Furqan : 53 yang artinya :
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan)
yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit, dan dia jadikan
antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.”6
Ini adalah contoh kecil tafsir bil-ma’tsur ayat al-quran dengan ayat
al-quran, masih ada lagi seperti ayat al-quran dengan sunnah, ayat al-
quran dengan perkataan para sahabat, ayat al-quran dengan perkataan
para tabi’in.
2. Metode Tafsir Bil Ra’yi
Metode tafsir Bil-Ra’yi adalah merupakan penafsiran yang
berdasarkan pendapat, akal, atau bisa disebut dengan al-aqli. Tafsir bil-
ra’yi juga merupakan sebuah tafsir yang didasari oleh ijtihad. Istilah
ra’yun dekat maknanya dengan (kebebasan menggunakan akal) yang
didasari oleh prinsip-prinsip yang benar, menggunakan akal sehat dan
persyaratan yang ketat. Menurut Syaikh Manna’ al-Qaththan, tafsir bi al-
ra’yi adalah tafsir yang dalam penjelasan maknanya atau maksudnya,
mufassir hanya berpegang kepada pemahamannya sendiri, pengambilan
kesimpulan (istinbath) nya didasarkan kepada logikanya semata.
Rasulullah SAW juga bersabda yagn artinya adalah “Barangsiapa
yang berkata tentang al-quran dengan menurut pendapatnya sendiri atau
menurut apa yang tidak diketahui hendaknya ia menempati tempat
duudkannya di neraka. Sebab itulah golongan salaf keberatan untuk
mentafsirkan al-quran dengan sesuatu yang mereka tidak ketahui.7

6
Abu Bakar Adanan Siregar, “Tafsir Bil-Mat’sur (KONSEP, JENIS, STATUS, DAN
KELEBIHAN SERTA KEKURANGANNYA), dalam Jurnal Hikmah edisi no. 2, Vol. XVI, 2018.
7
Rendi Fitra Yana, Fauzi Ahmad Syawaluddin, Taufiqurraman Nur Siagian, “Tafsir Bil Ra’yi”,
Pena Cendikia, maret 2020, h. 2.

5
Terdapat pula 2 kategori terpuji dan tidak terpuji dalam tafsir bil-
ra’yi. Terpuji maksudnya adalah tafsiran yang dapat diterima oleh akal
dan di dalamnya tidak menyesatkan atau menjauhkan diri dari allah SWT.
Tercela artinya tafsiran ayat al-quran yang bila dijabarkan oleh akal yang
hasilnya adalah menyesatan dan menjauhkan diri dari allah SWT. Contoh
tafsir Bil-Ra’yi yang terpuji, yaitu :
Contoh tafsir mahmud ialah yang mentafsirkan kata al-qalam,
misalnya dalam surah Al-Alaq ayat 4 dan surah Al-Qalam ayat 2. Kata al-
qalam oleh para mufassir klasik (salaf), bahwa mufassir komtemporer
(Khalaf) sekalipun umum diartikan denga pena. Penafsiran demikian tentu
tidak salah mengingat alat tulis yang paling tua usianya yang dikenal
manusia adalah pena. Tapi untuk penafsiran kata qalamun / al-qalam
dengan alat-alat tulis yang lain seperti pensil, pulpen, spidol, mesin ketik,
mesin stensil, dan komputer pada zaman sekarang, agaknya juga tidak
dapat disalahkan mengingat asal kata qalamun seperti dapat dilihat dalam
kamus adalah alat yang dapat digunakan untuk menulis.dan kita tahu
bahwa alat-alat tulis itu sendiri banyak jenisnya mulai dari pena, gerip,
pensil, pulpen, dan lain-lainya. Hingga kepada mesin ketik, mesin stensil,
dan komputer.
Memang tetaplah untuk mentafsirkan kata al-qalam dengan alat-
alat tulis yang mengggambarkan kemajuan dan keluasan wawasan al-
quran tentang ilmu pengetahuan dan teknologi. 8 Contoh tafsir Bil-Ra’yi
yang tercela, yaitu :
Ayat al-quran ayng ditafsrikan oleh orang yang bodoh akan
menjadi rusak maksudnya. Dalam Q.S Al-Isra : 72 yang artinya adalah
“Barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia
akan buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan yang benar”.
Ia menetapkan bahwa setiap orang yang buta adalah celaka dan
rugi serta akan masuk neraka jahannam. Padahal yang dimaksud dengan

8
Rendi Fitra Yana, Fauzi Ahmad Syawaluddin, Taufiqurraman Nur Siagian, “Tafsir Bil Ra’yi”,
Pena Cendikia, maret 2020, h. 4-5.

6
buta di sini bukan mata, tetapi butahati berdasarkan alasan firman allah,
yang artinya adalah “...Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang
buta, tetapi yang buta ialah hati dalam dada”.(Q.S Al-Hajj : 46).9
Metode-metode seperti ini lah yang cocok untuk murid di bangku
SMA yang memang meraka tidak memperdalami ilmu agama. Akan
tetapi secara rasional masih bisa dikedepankan karena sudah biasa dengan
pelajaran umum lainnya, hal ini menjadi kesempatan sebagian peluang
agar dapat memahami al-quran lebih dalam. Sehingga meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta menambah wawasan dalam diri para
siswa.
C. Metode-metode dalam Pembelajaran Hadits
1. Metode Pemahaman Hadits
Metode adalah cara yang teratur berdasarkan pemikiran yang
matang untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan tersebut); cara
kerja yang teratur dan bersistem untuk dapat melaksanakan suatu
kegiatan dengan mudah guna mencapai maksud yang ditentukan.
pemahaman adalah proses, cara perbuatan memahami atau
memahamkan. Jadi dapat di simpulkan metode pemahaman hadis adalah
cara yang ditempuh sesorang untuk memahami hadits.
2. Prinsip-prinsip Metodologi Hadits
Memahami hadis tidak semudah dengan membalikkan telapak
tangan, sehingga ulama melakukan kajian secara serius mengenai
bagaimana cara untuk memahami hadis. Dari itu para ulama memberikan
beberapa prinsip umum sebagaimana tulisan dari Abdul Mustaqim dalam
memahami hadis Nabi saw :
a. Prinsip jangan terburu buru menolak hadis yang dianggap bertentangan
dengan akal,sebelum melakukan penelitian yang mendalam.
b. Prinsip memahami hadis secara tematik (maudhu’i) sehingga
memperoleh gambaran utuh mengenai tema yang dikaji Ali Mustafa

9
Rendi Fitra Yana, Fauzi Ahmad Syawaluddin, Taufiqurraman Nur Siagian, “Tafsir Bil Ra’yi”,
Pena Cendikia, maret 2020, h. 5.

7
Yaqub menyatakan hadis saling menafsirkan karena sumbernya adalah
Raasulullah dan untuk memahaminya harus dengan melihat riwayat yang
lain.
c. Mempertimbangkan kedudukan Nabi saw. apakah beliau sebagai
manusia biasa, nabi atau rasul, hakim, panglima perang, ayah dan lain
sebagainya. Sehingga pengkaji dan peneliti hadis harus cermat
menangkap makna yang terkandung dibalik teks tersebut.
d. Meneliti dengan seksama tentang kesahihan hadis, baik sanad dan matan,
serta berusaha memahami segala aspek yang terkait dengan metode
pemahaman hadis.
e. Memastikan bahwa teks hadis tersebut tidak bertentangan dengan nash
yang lebih kuat.
Beberapa poin mengenai prinsip prinsip memahami hadis Nabi
tersebut bukanlah merupakan hal yang final, boleh dikembangkan pada
hal yang lebih luas sesuai dengan kebutuhan memahami hadits Nabi.
a) Teknik Interpretasi
Tekhnik interpretasi dapat diartikan sebagai metode atau cara
menafsirkan sesuatu, dimana pada tulisan ini adalah tekhnik interpretasi
terhadap Hadis.
b) Interpretasi Tekstual
Interpretasi tekstual adalah pemahaman terhadap matan hadis
berdasarkan teksnya semata. Teknik interpretasi ini cenderung
mengabaikan latar belakang peristiwa hadis (asbab al wurud). Dasar
penggunaan teknik ini adalah setiap ucapan dan perilaku Nabi saw. tidak
terlepas dari konteks kewahyuan bahwa segala sesuatu yang disandarkan
kepada Rasulullah adalah wahyu. Sebagaimana dalam QS al Najm/53: 3
4 yang Artinya: dan tiadalah yang diucapkan itu (al Qur‘an) menurut
kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan (kepadanya).
Karena itu, apa yang dinyatakan secara eksplisit sebagai hadis
Nabi seharusnya dipahami seperti apa adanya kecuali dijumpai kesulitan,

8
maka harus ditakwilkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam teknik
interpretasi ini adalah bentuk bentuk lafal, susunan kalimat, frase dan
klausa, gaya bahasa, kejelasan lafal, petunjuk (dalalah), makna
kandungan lafal baik bersifat hakiki maupun majazi.
c) Interpretasi Kontekstual
Interpretasi kontekstual adalah pemahaman terhadap matan hadis
dengan memperhatikan asbab al wurud yang dihubungkan dengan
konteks kekinian.15 Dasar penggunaan tehnik ini adalah Nabi
Muhammad saw. adalah teladan terbaik, uswatun hasanah, sebagaimana
dinyatakan dalam QS al Ahzab/33: 21 yang artinya yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang
banyak mengingat Allah.
Rasulullah saw diutus oleh Allah swt dengan membawa misi
kerahmatan bagi seluruh alam, sebagaimana dinyatakan dalam QS al
Anbiya‘/21: 107 yang Artinya: Dan Kami tidak mengutus engkau
(Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.
Kedua ayat di atas, masing masing menegaskan bahwa segala
sesuatu yang telah diperankan oleh Rasulullah saw. adalah patut untuk
diteladani dan merupakan bagian dari perwujudan misi kerahmatannya.
Oleh karena itu, semua pemahaman terhadap hadis hadis beliau yang
menyalahi kedudukannya sebagai uswah hasanah atau misi
kerahmatannya perlu ditinjau kembali. Dalam konteks inilah, maka
pemahaman terhadap hadis Nabi memerlukan pertimbangan konteksnya,
baik di saat hadis tersebut diwurudkan maupun tatkala hadis hadis itu
akan diamalkan. Ini berarti bahwa hadis Nabi merupakan bukti kepatutan
beliau menjadi teladan terbaik dan bukti kerahmatan misi yang dibawa
oleh beliau, sekalipun beberapa di antaranya dianggap bertentangan
dengan kemajuan zaman.
Hal yang perlu diperhatikan dalam teknik interpretasi ini adalah
peristiwaperistiwa yang terkait dengan wurud hadis (asbab al wurud),
kondisi yang dialami dan dihadapi oleh Rasulullah saw pada saat beliau

9
mengucapkan hadis itu atau pada saat beliau melakukan suatu amalan
yang disaksikan oleh para sahabat atau memang bersama sama dengan
para sahabatnya.
d) Interpretasi Intertekstual
Interpretasi intertekstual adalah pemahaman terhadap matan hadis
dengan memperhatikan sistematika matan hadis bersangkutan atau hadis
lain yang semakna atau ayat ayat al Qur‘an yang terkait. Ambo Asse
menamai teknik interpretasi ini dengan interpretasi antarteks. Teknik
interpretasi ini disebut juga teknik munasabah.
Dasar penggunaan teknik ini adalah penegasan bahwa hadis Nabi
adalah perilaku terhadap Nabi yang merupakan satu kesatuan dengan
hadis lain atau ayat ayat al Qur‘an. Bukankah hadis Nabi berfungsi
sebagai bayan terhadap ayat ayat al Qur‘an.
Allah swt berfirman dalam QS al Nahl/16: 44 yang Artinya:…
Dan Kami turunkan kepadamu al Qur‘an agar kamu menerangkan kepada
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memikirkan.
Ayat ini menjelaskan bahwa Rasulullah saw. diberi tugas sebagai
orang yang memiliki kewenangan untuk menjelaskan ayat ayat al Qur‘an.
penjelasan Beliau itulah yang kemudian disebut sebagai hadis Nabi.
Dengan demikian, pemahaman terhadap hadis seharusnya tidak
memisahkan atau mengabaikan petunjuk Al Qur‘an yang terkait
dengannya.
Di samping itu, Nabi sebagai utusan Allah menyampaikan hadis
secara bertahap sehingga memungkinkan suatu hadis dengan hadis yang
lain dalam satu tema, berbeda dan tampak bertentangan. Dengan
memahami hadis dengan interteks atau antarteks, diharapkan syarahan
hadis dapat mengungkapkan kandungan yang lebih komprehensip dan
sesuai dengan misi kerasulan beliau.
Hal yang perlu diperhatikan dalam teknik interpretasi ini adalah
hubungan antara teks teks hadis yang lain, baik yang berada dalam satu

10
makna atau tema yang sama dengan melihat keragaman lafalnya. Dan
yang perlu diperhatikan adalah hubungan antara teks teks hadis yang
dikaji dengan ayat ayat al Qur‘an sebagai sumber ajaran dan sumber
hukum Islam, terutama yang berkaitan dengan hubungan fungsional
antara hadis dengan al Qur‘an.
D. Implementasi pelajaran Al Qur’an dan Hadits di dalam Kehidupan
Sehari-hari
Al-Qur’an dan Hadits adalah dua sumber utama hukum Islam yang
dijadikan pedoman dalam menjalankan ibadah. Oleh sebab itu, pemahaman
terhadap Al-qur’an dan Hadis merupakan keharusan bagi umat Islam. Usaha
yang perlu dilakukan dalam pemahaman tersebut akan jauh lebih efektif atau
mengena apabila dimulai sejak dini.
Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits adalah salah satu unsur mata pelajaran
pendidikan agama islam (PAI) yang memberikan pengajaran terhadap para
siswanya supaya dapat memahami isi dari Al-Qur’an dan Hadits dan dapat
mengamalkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya dalam kehidupannya
sehari-hari.Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits memiliki sumbangsih untuk
memberikan semangat belajar kepada murid untuk mengamalkan dan
mempraktekan nilai-nilai keagamaan dan akhlaqul karimah.
Tujuan pengajaran mata pelajaran Al-Qur’an Hadits adalah untuk
membantu pemahaman para siswa dalam penguasaan ilmu secara teoritis dan
untuk membentuk prilaku/sikap, kepribadian, dan sekaligus mengamalkan isi
kandungan dari Al-Quran Hadits sebagai petunjuk hidup dalam kehidupan
sehari-hari.
 Langkah-langkah dalam menerapkan Al Qur’an dan Hadits dalam
kehidupan sehari-hari
1. Selalu Membaca dan Mendengarkannya Setiap Hari
Membaca al-Qur'an adalah suatu ibadah dan amalan yang sangat
mulia. Karena setiap orang yang membaca al-Qur’an akan mendapat
pahala yang berlipat ganda, mengapa demikian? karena yang dibacanya
merupakan kitab suci Ilahi. Al-Qur'an adalah sebaik-baiknya bacaan bagi

11
orang Islam. Dalam ajaran Islam, bukan hanya orang yang membaca al-
Qur'an saja yang mendapatkan pahalandan rahmat, tetapi orang yang
mendengarkan bacaan alQur'an pun akan mendapatkan pahala yang sama.
Firman Allah swt. dalam al-Qur'an menyebutkan sebagai berikut: “Dan
apabila dibacakan al-Qur’an, maka dengarkanlah dan diamlah agar kamu
mendapat rahmat”. (Q.S. al-A’raaf/ 7: 204)
2. Beberapa Cara Menerapkan Al Qur’an dan Hadits dalam
Kehidupan Sehari-hari
 Dalam Kehidupan Pribadi
Meningkatkan ketekunan dalam mempelajari Al-Qur'an dan
hadis. Mempelajari ayat-ayat kauniyah (alam semesta) dalam rangka
meningkatkan keimanan. Memanfaatkan waktu luang untuk
menguasai suatu bidang ketrampilan untuk bekal masa depan.
Memiliki semangat keilmuan yang tinggi untuk kepentingan dunia
dan akhirat. Memperbanyak bergaul dengan orang saleh.
 Dalam Kehidupan Keluarga
Penerapan Al Qur’an dan hadits dalam keluarga, sebagai
seorang anak, kalian harus: Mentaati bimbingan dan anjuran orang
tua. Menjaga nama baik kedua orang tua. Mendoakan kebaikan bagi
orang tua. Serta mengamalkan ilmu-ilmu yang sudah di peroleh.
 Dalam Kehidupan Bermasyarakat
Ikut berperan aktif dalam kehidupan masyarakat selama tidak
melanggar norma-norma agama. Menjaga diri dari perilaku yang
dapat menimbulkan keresahan dalam masyarakat, baik ucapan,
perbuatan, maupun tingkah laku. Menjaga kerukunan dan gemar
menolong serta rela berkorban demi terwujudnya kehidupan
masyarakat yang harmonis. Gemar bermusyawarah dalam
menghadapi setiap permasalahan dalam. Al-Qur'an dan hadis adalah
pedoman dan petunjuk arah kehidupan umat Islam. Jadi merupakan
kewajiban kita sebagai umat Islam untuk mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Karena barang siapa tidak mau mengambil Al

12
Qur'an sebagai pedoman dalam hidupnya maka orang tersebut akan
tersesat dan merugi kelak di akhirat.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembelajaran al-Qur’an dan Hadits merupakan bagian dari pelajaran
pendidikan agama Islam yang ada di Madrasah yang ditujukan untuk
memberikan dorongan motivasi, memberikan bimbingan, menyalurkan
pemahaman, mengasah kemampuan dan bisa melakukan pengahayatan
terhadap isi yang terkandung dalam Al Qur’an dan Hadits, sehingga hasil
dari pembelajaran dan pengajaran tersebut dapat diamalkan dalam perilaku
sehari-hari sebagai perwujudan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt.

B. Saran

Kami menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat
jauh dari kesempurnaan. Tentunya, kami sebagai pembuat makalah akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat di
pertanggung jawabkan nantinya.

Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran tentang
pembahasan makalah di atas.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Abu. Ulumul Qur’an (sebuah pengantar). Cet. 1. Pekanbaru: Amzah,


2002.
Ahmad, Muhammad, dan Mudzakir. Ulumul Hadis. Cet. 2. Bandung: CV Pustaka
Setia, 2000.
Rahtikawati, Yayan, dan Dadan Rusmana. Metodelogi Tafsir Al-Qur’an,
Strukturalisme, Semantik, Semiotik, dan Hermeneutik. Cet. 1. Bandung :
Pustaka Setia, 2013.

Asriady, Muhammad. “Metode Pemahaman Hadits”, dalam Jurnal Penelitian


Pendidikan Islam, No. 1, vol. 16, 2017.

QS. Al A’raf surah ke 7 ayat 204. Bandung: Jabal Raudatul Jannah, 2010.

15

Anda mungkin juga menyukai