Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH AKHLAK SEORANG MURID

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Adabul Alim Wal Muta’alim

Dosen Pengampu Mata Kuliah:

Ali Mahsun, M.Pd.

Disusun Oleh:

Binta Nabilatul Hamamah 2193064019


Lu’lu’ul Mahfudhoh 2193064011

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI

TEBUIRENG JOMBANG

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, inayah, taufik
dan hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada yang terhormat Bapak ALI
MAHSUN yang senantiasa membimbing dan memberikan ilmu juga motifasinya,
semoga Allah SWT menambahkan kesehatan dan keberkahan, terimakasih pula
kepada teman-teman mahasiswa yang sudah memberikan kami dukungan dan
semangat.

Karya tulis ini kami akui masih banyak kekurangan karena keterbatasan
pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat konstruktif untuk kesempurnaan
makalah ini, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini untuk
kedepannya agar menjadi lebih baik.

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi para
pembacanya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jombang, 11 Pebruari 2023

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhlak atau adab adalah istilah yang sama, untuk dipahami, diresapi dan
diamalkan oleh murid terhadap gurunya dan guru terhadap muridnya, apalagi di era
globalisasi ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat cepat dan hal ini juga
menimbulkan perubahan-perubahan yang sangat cepat pula, dimana banyak dampak
negatif terhadap murid, yang dalam hal ini murid sudah berani meninggalkan etika
terhadap gurunya. Salah satu contoh seorang murid sudah berani menyamakan guru
pada posisi temannya, tidak memperhatikan penjelasan gurunya dan banyak murid
yang meremehkan gurunya. Sebaliknya sekarang banyak guru yang memberikan
hukuman terhadap muridnya, berbuat tidak tidak baik dan sebagainya. Yang perlu kita
ingat bahwa guru harus dapat digugu dan ditiru.
Untuk membentuk pribadi terhadap anak tersebut, tidak semudah
membalikkan telapak tangan. Melalui pendidikan pribadi tersebut akan tercipta atau
melekat pada jiwa seorang anak, dan dalam pendidikan ini memperkenalkan beberapa
metode antara lain metode kebiasaan, keteladanan dan lain-lain.
Hendaklah dalam lingkungan keluarga, orang tua untuk selalu melatih dan
membiasakan anaknya untuk menghormati guru atau memuliakan dan orang yang
lebih tua dari padanya. Adapun beberapa contoh memuliakan guru adalah tidak
berjalan didepannya, tidak duduk ditempat duduknya, tidak berbicara terlebih dahulu
kecuali mendapat izin dari guru, tidak mengajukan pertanyaan, ketika guru dalam
keadaan tidak baik, dan jagalah waktu, jangan mengetuk pintunya terus-menerus
apalagi lebih dari 3 kali, harus sabar menunggu sampai guru keluar. Karena adanya
pembiasaan dan latihan tersebut akan membentuk sikap yang baik atau tertentu pada
seorang anak.
Pendidikan mempunyai komponen yang saling terkait yaitu guru dan murid.
Keduanya merupakan komponen yang sangat penting dalam pendidikan. Salah satu
aspek penting yang sangat terkait dengan guru dan murid adalah akhlak. Akhlak
merupakan utamanya pendidikan dan proses pendidikan karena akhlak merupakan
salah satu tujuan pengetahuan yakni menanamkan kebaikan dalam diri manusia
sebagai manusia dan sebagai diri individu.5 Terhadap makhluk Allah, akhlak harus
diperhatikan supaya orang tidak berbuat sewenang-wenang dan supaya tercipta suatu
kehidupan yang harmonis.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Pendidikan Akhlak Menurut KH. Hasyim Asy’ari dalam
Kitab adabul alim wal mutaalim
2. Bagaimana Implementasi Akhlak Siswa terhadap Guru dalam kitab adabul
alim wa al-muta’alim?
3. Jelaskan Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Perspektif KH. M. Hasyim Asy’ari

C. Tujuan Masalah
1. Mampu memahami Konsep Pendidikan Akhlak Menurut KH. Hasyim
Asy’ari
2. Mampu mengetahui Implementasi Akhlak Siswa terhadap Guru
3. Mampu Memahami Nilai-nilai Pendidikan Akhlak
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Pendidikan Akhlak Menurut KH. Hasyim Asy’ari dalam Kitab adabul alim
wal mutaalim
Karakteristik pemikiran KH. Hasyim Asy’ari tentang pendidikan karakter
dalam kitab Adab Al-Alim Wal Muta’alim, dapat dikategorikan kedalam corak yang
praktis dan berpegang teguh pada Alquran dan Hadist. Kecenderungan
lain dari pemikiran beliau adalah mengetengahkan nilai-nilai etis yang
bernafaskan sufistik. Kecenderungan ini bisa dilihat dari gagasan-gagasannya,
misalnya keutamaan menuntut ilmu. Menurut KH. Hasyim Asyari, ilmu dapat
diraih jika orang yang mencari ilmu menyucikan hati dari segala kepalsuan,
noda hati, dengki, iri hati, aqidah yang buruk dan akhlak tercela(Hakim,
2018).Pendidikan karakter tidak bisa lepas dari sistem nilai yang dimiliki oleh
masyarakat serta proses internalisasi nilai untuk melestarikan sistem nilai
tersebut(Wahyuni, 2017).
Adapun konsep pemikiran KH. Hasyim Asy’ari tentang pendidikan
akhlak yang tertuang dalam kitab Adab al-Alimwa al-Muta’allim adalah sebagai
berikut:
1. Meluruskan niat
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014) Kitab Adab al-Alim waal-
Muta’allim KH. Hasyim Asy’ari mengatakan bahwa mencari ilmu haruslah
dengan niat yang murni semata-mata untuk mendapatkan rida dari AllahSWT,
mengamalkan ilmu, menghidupkan syariat Islam, menerangi hati dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT (Tim Penyusun, 2014)
2. Berperilaku Wara’
Dalam kitab Adab al-Alim wa al-Muta’allim KH. Hasyim Asy’ari
mengutarakan bahwa wara adalah menjauhi perkara yang syubhat yaitu perkara
yang belum diketahui dengan jelas halal atau haramnya. Menurut beliau sikap
wara ini tidak hanya ditujukan kepada murid akan tetapi juga ditujukan
bagi seorang guru. Contohnya dalam hal makanan, seorang murid atau guru
hendaknya memastikan bahwa apa yang akan mereka makan merupakan makan
yang halal baik zat maupun cara memperolehnya.
3. Memanfaatkan Waktu dengan Baik
KH.Hasyim Asy’ari menganjurkan seorang murid maupun guru harus mampu
dan bisamemutus segala macam urusan yang menyibukkan dan
menghalanginya untuk belajar atau melakukan sesuatu yang berfaedah.
Dengan memanfaatkan waktusecara baik 2022maka akan membuatseseorang
menjadi lebih fokus untuk mencapaiapa yang di cita-citakannya. Sehingga
dikemudian hari dia akan terhindar dari segala penyesalan.
4. Bersikap Tawadhu’
Hal ini juga ditekankan KH. Hasyim Asy’ari padakitabnya kitab Adab al-Alim
wa al-Muta’allimbahwa baik murid ataupun guru wajibmempunyai sikap
tawadhu. Penting bagi murid untuk memiliki sikap tawadhu pada
sesuatu misalnya ketika beberapa siswa sedang mendengarkan seorang guru
membahas suatu hukum dari sutu kejadian atau suatu pembahasan yang
bermanfaat, suatu materi pelajaran yang yang telahdihafalkan oleh siswa
tersebut, maka seorang siswa dalam hal ini harus menjaga sikapnya untuk
tetap memperhatikan dengan baik. Begitu juga seorang guru hendaknya
tetap bersikap tawadhu meskipun ilmu yang dia miliki lebih luas daripada
muridnya. Hal ini untuk menghirdarkan diri dari sifat sombong yang dapat
menghilangkan keberkahan suatu ilmu.
5. Menjalin Kerjasama yang Baik
KH. Hasyim Asy’ari juga memandang penting kerjasama ini, misalnya antar
sesamamurid saling mengingatkan perihal yang terjadi di majlis pengajian
guru sebelumnya baik berupa informasi, maupun materi pelajaran.Selain
itu murid juga dianjurkan untuk meminjamkan buku kepada teman yang
sangat membutuhkan.
6. Sopan kepadan guru
Mintalah izin setiap kali Anda memasuki kamar pribadi guru andaketika guru
itu sendirian atau bersamaorang lain. Selama kunjungan, jika dia idak
menemukan guru di tempat itu, diaharus bisa menunggu
tanpamengeluarkan suara yang dapatmendorong guru untuk pergi dengancepat.
Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas dapat dilihat bahwa
pemikirian pendidikan akhlak KH. Hasyim Asy’ari yang tertuang dalamkitab
Adab al-Alim wa al-Muta’allimrelevan dengan nilai pendidikan pada saat
ini, dimana pendidikan harus selalu berdampingandengan akhlak karena
dengan akhlak kita bisa saling menghormati dan menghargai baik
sesamamanusia ataupun dengan tuhan penciptanya. Pada intinyapemikiran
pendidikan akhlak KH. Hasyim Asy’ari sejalan denganpendidikan yang di
ada diIndonesia.Lebih jelasnya rangkaian tujuan pendidikan
akhlakKH.Hasyim Asy’ari mengandung dua makna sekaligus yaitu membentuk
akhlak manusia kepada sesamanya dan membentuk akhlak manusia kepada
tuhannya serta memiliki ilmu yang bermanfaat bagi masyarakat, agama
ataupun bagi dirinya sendiri. Dengan katalain, tujuan dari pendidikan KH.
Hasyim Asy’ari adalah untuk membentuk manusia yang berakhlak.

B. Implementasai Akhlak Siswa terhadap Guru dalam adabul alim wal mutaalim
Implementasi yaitu pelaksanaan atau penerapan akhlak peserta didik pada
guru yang pada dalam kitab Ta’lim Muta’allim. Akhlak Peserta Didik dalam Kitab
Ta’lim Muta’allim. Dalam kitab Ta’lim Muta’allim dijelaskan bahwa “Termasuk arti
mengagungkan ilmu, yaitu menghormati pada sang guru. Ali ra berkata: “Sayalah
menjadi hamba sahaya orang yang telah mengajariku satu huruf. Terserah padanya,
saya mau dijual, di merdekakan ataupun tetap menjadi hambanya.”(Zarnuji,18)
Berikut ini Implementasi akhlak peserta didik pada guru yaitu :
a. Tidak berjalan didepan guru
Menurut K.H Hasyim Asy'ari pada prinsipnya seorang pelajar ditekankan untuk
menjaga etika dengan gurunya, baik dalam perilaku, ucapan dan perbuatan.
Pelajar juga dituntut untuk khidmah kepada gurunya, memberikan kenyamanan
dan pelayanan yang sempurna kepadanya. Saat berjalan bersama guru,
hendaknya berada di depan saat malam hari dan berada di belakangnya di siang
hari, kecuali bila situasi menuntut sebaliknya, misalkankarena berdesakan atau
lainnya. Di tempat-tempat yang becek misalnya, pelajar harus menjadi yang
terdepan untuk melindungi gurunya, jangan sampai percikan air mengotori baju
sang guru.
b. Tidak duduk ditempat guru
Tidak duduk ditempat guru adalah cara kita untuk menghormati Maqom beliau-
beliau yang menjadi guru kita. Kalau istilah di Jawa namanya Kodo atau Ndak
ilok yang berartikan tidak pantas.Ini sebagai wujud tadzim (mengagungkan)
karena ilmu-ilmu beliau. (Lilla, 2015:147)
c. Tidak memulai bicara kecuali jika guru berkenan
Pada dasarnya menjadi seorang murid menangajarkan untuk menjadi pendengar
yang baik. Tidak akan berbicara jika sang guru tidak berkenan atau tidak
diperintahkan. Menunggu sampai sang guru mempersilahkan. Tidak menyela
atau mendahului ketika sang guru berbicara. Terutama saat guru berbicara
diharapkan semua murid menunduk tetap mendengarkan yang baik, dan tidak
melihat langsung mata dari guru.Itu sebagai wujud kita mengagungkannya.
d. Tidak berbicara macam-macam, atau menanyakan hal-hal yang membosankan.
Tidak membicarakan hal-hal yang tidak penting jika beliau tidak perlu.
Berbicara seperlunya saja, agar ada bedanya kita berbicara pada guru atau teman
sepermainan. Atau mungkin juga membedakan tata krama kita pada guru dan
orang yang lebih muda. (Lillah,2015:148)
e. Menanti dengan sabar diluar hingga guru sendiri yangkeluar.
Ini adalah tata krama saat bertamu atau saat berkunjung dirumah guru.
Membiasakan tidak mengetuk pintu karena ditakutkan mengganggu beliau yang
sedang istirahat. Kita anggap yang paling berlebihan kita mengucapkan salam
keras saat bertamu. Jika dirasa sampai 3 kali tidak ada yang menjawab salam
alangkah baiknya bersabar menunggu beliau keluar. (Lillah, 2015:142)
f. Melakukan segala hal yang membuatnya rela.
Menjadi murid yang baik dengan memberikan kebutuhan atau bantuan pada
guru tanpa diminta. Dengan harapan doa yang ikhlas selalu terlontarkan dari
sang ahli ilmu. Menjauhkan amarahnya dan menjunjung tinggi perintah guru
yang tidak bertentangan denganagama. Menuruti permintaan tanpa sering
bertanya dengan batasan perintahnya yang tak melampaui batas. (Lillah,
2015:150)

C. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Perspektif KH. M. Hasyim Asy’ari


Peran pendidikan Islam sangat penting, dengan kata lain bersifat mutlak dalam
kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Apabila sistem pendidikan
Islam berfungsi dengan baik maka akan tercapai kemajuan yang telah dicita-citakan,
sebaliknya jika proses pendidikan Islam tidak berjalan dengan baik maka tidak akan
terwujud apa yang telah di cita-citakan. Manusia adalah makhluk Allah SWT. Allah
SWT menciptakan manusia untuk mengabdi kepada-Nya.
Pada era klasik, pendidikan hanya dapat menjangkau masyarakat lokal dengan
kualitas yang relative rendah, di era modern ini sudah ada multimedia, terutama internet
yang jangkaunnya tanpa batas dan kualitasnya lebih tinggi. Adanya teknologi baru
seperti internet, seseorang sangat mudah sekali mengakses apapun di internet dan
internet sudah tidak asing lagi dikalangan para remaja, orang tua, bahkan anak-anak
kecil sekalipun. Selain di gunakan sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan,
namun tidak sedikit didalamnya terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan etika dan
banyak berbagai macam gambar yang berbau pornografi.
Melihat permasalahan yang begitu rumit akibat kemerosotan nilai-nilai akhlak,
maka nampaklah dengan jelas bahwa penguasaaan ilmu teknologi paling tinggi
sekalipun akan rusak jika tidak disertai dengan akhlak yang luhur. Sebagaimana yang
sudah dijelaskan sebelumnya bahwa akhlak mencakup segala aspek dalam kehidupan
manusia. Maka, penanaman maupun perbaikan nilai-nilai akhlak yang luhur adalah
solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh pendidikan Islam.
Terkait dengan hal itu, kitab “Adab Al-Alim Wal Muta’alim” karya K. H. M.
Hasyim Asy’ari yang notabenenya adalah kitab akhlak, didalamnya juga terdapat nilai-
nilai pendidikan akhlak yang meliputi akhlak bagi Akhlak seorang pelajar dan akhlak
bagi seorang pendidik. Hal itu tentunya sangat berperan penting pada pendidikan Islam
dalam membangun kepribadian yang berakhlakul karimah.
Nilai-nilai pendidikan akhlak perspektif KH. Hasyim asy’ari dan relevansinya
terhadap pendidikan islam (studi analisis kitab adab alim wal muta’alim), sebagai
berikut:
a) Nilai-nilai pendidikan akhlak perspektif K. H. M. Hasyim Asy’ari dalam Kitab
Adab Al-Alim Wal Muta’alim sebagai berikut: akhlak yang pasti dicamkan
dalam belajar, akhlak murid terhadap gurunya, akhlak murid terhadap pelajaran
dan beberapa hal yang harus dijadikan pedoman bersam guru, akhlak yang harus
diperhatikan oleh guru, akhlak guru ketika atau akan mengajar, akhlak guru
menggunakan literature, dan beberapa alat yang digunakan dalam belajar.
Dalam kitab ini dapat diklasifikasikan bagian yang terpenting, yaitu akhlak bagi
seorang pelajar, serta akhlak bagi seorang pendidik
b) Nilai-nilai pendidikan akhlak perspektif K. H. M. Hasyim Asy’ari dalam Kitab
Adab Al-Alim Wal Muta’alim sangat relevan dengan pendidikan Islam hal ini
dengan meliat pendidikan saat ini yang mengalami kemerosotan mengenai
akhlak, karena hanya berfokus pada kecerdasan dan intelektualnya tanpa
diimbangi dengan nilai-nilai akhlak yang mulia.

Pendidikan Islam akan menjadi lebih baik apabila nilai-nilai tersebut


diterapkan dalam proses pembelajaran yang mana niali-nilai pendidikan akhlak tersebut
masih dipergunakan dalam sistem pendidikna yang diajarkan di Indonesia. Kemudian
berlanjut pada pemahaman mengenai relevansi nilainilai pendidikan akhlak dalam kitab
Adab Al-Alim Wal Muta’alim dengan pendidikan Islam, nampak jelas ketika melihat
permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pendidikan Islam. Dimana
permasalahan tersebut diakibatkan oleh modernisasi yang tidak dilandasi dengan akhlak
yang luhur.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun konsep pemikiran KH. Hasyim Asy’ari tentang pendidikan
akhlak yang tertuang dalam kitab Adab al-Alimwa al-Muta’allim adalah
sebagai berikut:
a) Meluruskan niat
b) Berperilaku Wara’
c) Memanfaatkan waktu dengan baik
d) Bersikap tawadhu’
e) Menjalin kerjasama yang baik
f) Sopan kepada guru
Implementasi akhlak peserta didik pada guru yaitu :
a) Tidak berjalan didepan guru
b) Tidak nenulai berbicara kecuali jika guru berkenan
c) Tidak berbicara macam-macam, atau menanyakan hal yang
membosankan
d) Menanti dengan sabar diluar hingga guru sendiri yang
keluar.
e) Melakukan hal yang membuatnya rela
Nilai-nilai pendidikan akhlak perspektif KH. Hasyim asy’ari
a) akhlak yang pasti dicamkan dalam belajar, akhlak murid terhadap
gurunya, akhlak murid terhadap pelajaran dan beberapa hal yang harus
dijadikan pedoman bersam guru, akhlak yang harus diperhatikan oleh
guru, akhlak guru ketika atau akan mengajar, akhlak guru menggunakan
literature, dan beberapa alat yang digunakan dalam belajar.
b) Nilai-nilai pendidikan akhlak perspektif K. H. M. Hasyim Asy’ari
dalam Kitab Adab Al-Alim Wal Muta’alim sangat relevan dengan
pendidikan Islam hal ini dengan meliat pendidikan saat ini yang
mengalami kemerosotan mengenai akhlak, karena hanya berfokus pada
kecerdasan dan intelektualnya tanpa diimbangi dengan nilai-nilai akhlak
yang mulia.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai