Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah upaya mengembangkan bakat dan kemampuan

individu sehingga potensi-potensi kejiwaan dapat diaktualisasikan secara

sempurna.1 Hal ini dapat dibuktikan melalui perbedaan yang mendasar

antara manusia dengan binatang. Binatang memperoleh anugerah alami

dengan reaksi instingnya. Bukti sejarah menunjukkan bahwa manusia

menjadi dapat memiliki semua itu, karena manusia lahir dengan anugerah

akal. Dalam Islam, ilmu pengetahuan dan pendidikan memiliki kedudukan

yang tinggi. Islam tidak hanya menganggap belajar sebagai hak tetapi juga

sebagai kewajiban.2 Allah SWT berfirman:3

4 ;My_uy z=9$# (#?& t%!$#u 3 (#t#u t%!$# !$# st...................

7yz t=ys? $y/ !$#u


. Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS.Al-
Mujadilah[58]:11)

Dalam pengertian umum, perintah iqra (bacalah) dalam surat al-

Alaq 1-5 lazimnya dipahami sebagai suruhan untuk membaca apa yang

1
Muhammad Amin, Konsep Masyarakat Islam (Jakarta: Fikahadi Aneka, 1992), 93.
2
Baharudin Lopa, Al-Quran dan Hak-Hak Asasi Manusia (Yogyakarta: PT Danabakti
Primayasa, 1996), 82.
3
Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta: Yayasan Penyelenggara penterjemah/penafsir al
Quran, 1971), 911.

1
2

tertulis. Tetapi lebih dari itu, kata Iqra juga mengandung arti meneliti,

mengetahui ciri sesuatu atau membaca teks, baik yang tersurat atau yang

tersirat.4 Sehingga dengan demikian, setiap manusia dalam mengembangkan

potensinya harus melalui proses pendidikan. Pendidikan madrasah

hendaknya dirancang dan diarahkan untuk membantu, membimbing, melatih

serta mengajar dan/ menciptakan suasana agar peserta didik (lulusannya)

menjadi manusia muslim yang berkualitas.5 Pendidikan harus mampu

mengembangkan potensi dasar peserta didik agar berani menghadapi

problema yang dihadapi di era globalisasi ini tanpa rasa tertekan dan mampu

meningkatkan fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi serta mendorong

peserta didik untuk memelihara diri sendiri sambil meningkatkan hubungan

dengan Tuhan YME, masyarakat, dan lingkungan.

Ciri khas keislaman madrasah sekarang tidak lagi terletak pada lima

bidang studi yang diajarkan, tetapi memberikan lingkungan yang

memungkinkan potensi-potensi keagamaan peserta didiknya dapat

teraktualisasi secara optimal sesuai tahap-tahap perkembangan intelektual

dan emosionalnya.6 Kecerdasan spiritual disebut sebagai puncak kecerdasan

(the ultimate intelligence). Kecerdasan spiritual berpusat pada ruang

spiritual yang memberi kemampuan pada setiap orang untuk memecahkan

4
Azyumardi Azra, Malam Seribu Bulan: Renungan-Renungan 30 Hari Ramadhan (Jakarta:
Erlangga, 2005), 101.
5
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam (Surabaya: PSAPM, 2004), 179.
6
Khozin, Jejak-Jejak Pendidikan Islam di Indonesia: Rekonstruksi Sejarah Untuk Aksi,
Edisi Revisi (Malang: UMM Press, 2006), 126.
3

masalah dalam konteks nilai penuh makna.7 Dengan demikian, kecerdasan

spiritual merupakan landasan yang sangat penting sehingga kecerdasan

intelektual dan kecerdasan emosional dapat berfungsi secara efektif.

Kecerdasan rohani adalah potensi yang ada dalam setiap diri seorang insan,

yang mana dengan potensi itu ia mampu beradaptasi, berinteraksi, dan

bersosialisasi dengan lingkungan ruhaniahnya yang bersifat ghaib atau

transendental, serta dapat mengenal dan merasakan hikmah dari ketaatan

beribadah secara vertikal di hadapan Tuhannya secara langsung.8

Sesuai dengan penjajakan awal di lapangan ditemukan berbagai

kegiatan unik yang dilaksanakan pihak sekolah dalam menciptakan suasana

religius dalam lingkungan sekolah di antaranya dengan kegiatan tadarus al-

Quran sebelum pelajaran dimulai, hafalan-hafalan surat pendek, kegiatan

bimbingan melalui shalat-shalat sunah, dan lain-lain. Kegiatan tersebut juga

dimaksudkan untuk menumbuhkan kecerdasan spiritual bagi siswa.9

Dengan upaya penciptaan suasana yang religius tersebut yang salah

satunya melalui tadarus al-Quran, setiap muslim dituntut membaca al

Quran dengan benar. Jadi, membaca al-Quran dengan sebenar-benarnya

menurut Imam Ghazali sebagaimana yang dikutip oleh Majdi al-Hilali yaitu

penggabungan akal, lisan, dan hati. Lisan yang membaca, akal yang

7
Monty P SatyaDarma dan Fidelis E Waruwu, Mendidik Kecerdasan: Pedoman bagi orang
tua dan guru dalam mendidik anak cerdas (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003), 42.
8
Hamdani Bakran Adzakie, Prophetic Intelligence: Kecerdasan kenabian (Yogyakarta:
Pustaka Al-Furqon, 2006), 687.
9
Hasil wawancara dengan Drs. Sumani (Kepala Sekolah MTs Maarif Al Basyariyah )
pada selasa, 19 Februari 2008, Pukul 07.00 WIB di Kantor Kepala Sekolah.
4

menerjemahkan dan hati yang menerima nasehat.10 Imam Suyuti

sebagaimana dikutip oleh Muhammad Suwaid mengatakan, "mengajarkan

al-Quran kepada anak-anak merupakan salah satu diantara pilar-pilar Islam,

sehingga mereka bisa tumbuh di atas fitrah. Begitu juga cahaya hikmah akan

terlebih dahulu masuk ke dalam hati mereka sebelum dikuasai oleh hawa

nafsu dan dinodai oleh kesesatan dan kemaksiatan."11 Karena itu, al-Quran

mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap jiwa manusia secara umum

yang akan menggerakkannya.

MTs Maarif al Basyariyah merupakan suatu lembaga pendidikan

formal yang berada di daerah pedesaan yang dikelilingi perumahan

penduduk dan persawahan. Di sekitar gedung tidak terdapat pabrik atau

industri sehingga alamnya masih sangat mendukung terhadap pelaksanaan

proses belajar mengajar.12

Berdasarkan fenomena yang terjadi di lapangan, maka perlu

dilakukan penelitian yang mengungkap kegiatan tadarus tersebut dalam

membangun kecerdasan spiritual siswa. Sehingga dengan demikian,

penelitian tentang MEMBANGUN KECERDASAN SPIRITUAL (SQ)

SISWA MELALUI KEGIATAN TADARUS AL-QURAN (Studi Kasus di

MTs Maarif al-Basyariah Lengkong Sukorejo Ponorogo) perlu dilakukan.

10
Majdi Al-Hilali, Manajemen SQi-Sukses Qurani,terj. Ahmad Sunarto (Semarang:
Pustaka nuun, 2006),103.
11
Muhammad Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi SAW, terj. Salafudin Abu Sayyid
(Solo: Pustaka Arafah, 2006), 148.
12
Hasil observasi pada tanggal 19 februari 2008 di gedung MTs Maarif al-Basyariyah
5

B. Fokus Penelitian

Dari penjajagan awal di lapangan, terdapat beberapa kegiatan atau

fenomena unik yang dilakukan oleh civitas madrasah MTs Maarif al-

Basyariyah dalam menciptakan suasana religius di lingkungan sekolah di

antaranya shalat dhuha pada jam istirahat, tadarus al-Quran sebelum

pelajaran dimulai dan kegiatan bimbingan rohani.

Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada kegiatan tadarus

al-Quran yang meliputi latar belakang, perilaku siswa selama kegiatan

berlangsung, manfaat tadarus al-Quran dalam membangun kecerdasan

spiritual siswa, dan kendala yang dihadapi dalam tadarus tersebut.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena yang terjadi dan fokus penelitian yang telah

diuraikan, maka rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Apa latar belakang diadakannya tadarus al-Quran di MTs Maarif al-

Basyariyah?

2. Bagaimana perilaku siswa selama kegiatan tadarus al-Quran

berlangsung di MTs al-Basyariyah?

3. Bagaimana manfaat tadarus al-Quran dalam membangun kecerdasan

spiritual siswa di MTs Maarif al-Basyariyah?

4. Bagaimana kendala yang dihadapi dalam tadarus al-Qur'an di MTs

Maarif alBasyariyah?
6

D. Tujuan Penelitian

Setiap usaha harus diawali dengan niat, dan niat tidak akan

terealisasi tanpa adanya tujuan yang jelas. Dalam penulisan skripsi ini

peneliti mengemukakan beberapa tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan latar belakang diadakannya tadarus al-Quran

dalam membangun SQ siswa di MTs Maarif al-Basyariyah.

2. Untuk mendeskripsikan perilaku siswa selama mengikuti tadarus al-

Quran di MTs Maarif Al-Basyariyah.

3. Untuk mendeskripsikan manfaat tadarus al-Quran dalam membangun

SQ siswa MTs Maarif al-Basyariyah.

4. Untuk mendeskripsikan kendala yang dihadapi tadarus al-Qur'an di

MTs Maarif alBasyariyah.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan pola atau model

pengembangan kecerdasan spiritual (SQ) siswa tingkat SLTP/MTs

melalui tadarus al-Quran sebelum pelajaran dimulai.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan guru dapat menciptakan suasana

pembelajaran yang efektif dan kondusif yang dimulai terlebih

dahulu dengan suasana yang religius.


7

b. Bagi lembaga

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk

mempertimbangkan berbagai kekurangan dan kelebihan kegiatan

ekstra kurikuler dalam meningkatkan mutu pendidikan.

c. Bagi masyarakat

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi

masyarakat tentang pentingnya lingkungan yang religius dalam

membentuk pribadi muslim, sehingga dapat mendorong

masyarakat untuk berpartisipasi dalam menciptakan lingkungan

yang Islami.

d. Bagi peneliti

 Dilihat dari proses sangat membantu untuk mengadakan

dan mengembangkan penelitian lanjutan, sehingga dapat

memperoleh data lengkap dan relevan.

 Dilihat dari materi atau hasil akan dapat menambah

pengalaman dalam menciptakan suasana yang kondusif

dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pendidikan

dapat tercapai.

F. Telaah Pustaka

1. Pengaruh Pembinaan SQ Terhadap Kesadaran Beragama Siswa Kelas

XI di SMKN 1 Bendo Magetan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yusron

Muhammad Hudan mahasiswa STAIN ini dijelaskan bahwa ada


8

pengaruh yang signifikan antara pembinaan SQ dengan

kesadaran beragama Islam kelas X1 di SMKN 1 Bendo Magetan

dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu kelompok tinggi

47,76%, kategori sedang 34,33% dan kategori rendah 17,9%.

2. Pengaruh Aktifitas Shalat Duha Dan Membaca al-Quran sebelum

pelajaran dimulai Terhadap Akhlqul karmah Siswa Kelas 11 SMUN 1

Ponorogo Tahun Pelajaran 2003-2004.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Siti Roudlotun Nikmah

dijelaskan bahwasanya ada pengaruh yang signifikan antara tingkat

kesadaran siswa kelas II SMUN 1 Ponorogo dalam membaca al-Quran

dan shalat dhuha sebelum pelajaran PAI dimulai terhadap akhlqul

karmah siswa kelas II SMUN 1 Ponorogo tahun ajaran 2003/2004.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu

meskipun ada keterkaitan yaitu sama-sama meningkatkan kecerdasan

spiritual, namun penelitian ini membahas tentang tadarus al-Quran dalam

membangun kecerdasan spiritual siswa.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metodologi penelitian merupakan elemen penting untuk menjaga

reliabilitas dan validitas hasil penelitian.13 Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif yaitu jenis penelitian yang menghasilkan

13
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2004), 42.
9

penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan

prosedur statistik atau dengan cara lain dari kuantifikasi.14 Pendekatan

kualitatif memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber

data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan daripada hasil,

analisis dilakukan secara analisa induktif, dan makna merupakan hal

yang esensial.15

Ada 6 (enam) macam metode penelitian yang menggunakan

pendekatan kualitatif, yaitu: etnografis, studi kasus, grounded theory,

interaktif, partisipatories, dan peneliltian tindakan kelas. Jenis penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yaitu: suatu

penelitian yang dilakukan untuk mempelajari secara intensif tentang latar

belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan suatu unit sosial:

individu, kelompok, lembaga, atau masyarakat.16 Studi kasus dalam

penelitian ini yaitu mengungkap kegiatan tadarus al-Quran dalam

membangun SQ siswa di MTs Maarif al-Basyariyah.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif peneliti sebagai human instrumen dan

dengan teknik pengumpulan data participant observation17 dan indepth

interview (wawancara mendalam), maka peneliti harus berinteraksi

14
Anselm Strauss & Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kulaitatif (Surabaya: PT Bina
Ilmu, 1997), 11.
15
Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis/lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat dialami. Lihat dalam Lexy
Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), 3.
16
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1998), 22.
17
Pengamatan berperan serta adalah sebagai peneliti yang berincikan interaksi sosial yang
memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subjek dalam lingkungan subjek. Lihat Lexy
Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif , 117.
10

dengan sumber data.18 Dengan demikian, peneliti sebagai instrumen

kunci, partisipan penuh di lapangan, mencatat secara hati-hati apa yang

terjadi dan melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang

ditemukan di lapangan.

3. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di MTs Maarif al

Basyariyah, yang terletak di desa Lengkong kecamatan Sukorejo

kabupaten Ponorogo. Di MTs Maarif alBasyariyah ini meskipun letak

gedungnya berdampingan dengan TK dan MI Maarif akan tetapi tidak

mengurangi semangat siswa dalam belajar dan melaksanakan berbagai

macam kegiatan keagamaan. Letak madrasah yang sedikit jauh dari jalan

raya dan dekat dengan perumahan penduduk dan persawahan sehingga

alamnya masih asri dan jauh dari kebisingan. Namun sebagian sarana

dan fasilitas mengalami kerusakan akibat terjadinya musibah banjir 26

Desember 2007 lalu.

4. Data dan Sumber Data

Menurut Lofland & Lofland sebagaimana dikutip oleh Moleong

sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan

tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-

lain.19

18
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2007),
11.
19
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 112.
11

Dengan demikian, data penelitian ini adalah kata-kata dan

tindakan yang berasal dari kepala sekolah, guru, dan para siswa,

sedangkan data tertulis foto dan statistik adalah sebagai data tambahan.

5. Prosedur Pengumpulan data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian ini adalah:

a. Wawancara

Ciri utama dari interview adalah kontak langsung dengan

tatap muka antara pencari informasi dan sumber informasi.20

Wawancara harus dilaksanakan dengan efektif, bahasa harus jelas,

terarah dan suasana yang rileks agar data yang diperoleh objektif dan

dapat dipercaya.21 Dalam penelitian ini peneliti mengambil informan

dengan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel

dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu.22 Hasil wawancara

selanjutnya dicatat dalam transkrip wawancara.

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada:

 Kepala Sekolah, untuk mendapatkan informasi tentang latar

belakang diadakannya kegiatan tadarus al-Quran di MTs

Maarif Al-Basyariyah.

 Sebagian guru, untuk mendapatkan informasi tentang latar

belakang tadarus al-Quran, perilaku siswa ketika kegiatan

20
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 165.
21
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek edisi revisi IV
(Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 233.
22
Sugiono, Statistika Untuk Penelitian ( Bandung : Alfabeta, 2002 ), 61.
12

tadarus al-Quran berlangsung dalam membangun SQ siswa,

manfaat tadarus bagi siswa serta kendala yang dihadapi dalam

kegiatan tersebut.

 Sebagian siswa kelas VII, VIII, dan IX MTs Maarif al-

Basyariah untuk mendapatkan informasi tentang manfaat bagi

siswa dengan diadakannya tadarus al-Quran sebelum jam

pelajaran dimulai.

b. Observasi

Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan

secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.23

Pada dasarnya, teknik observasi digunakan untuk melihat/mengamati

perubahan fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang yang

kemudian dapat dilakukan penilaian atas perubahan tersebut.24

Menurut Spradley dalam penelitian kualitatif observasi

diklasifikasikan menurut 3 cara: pengamat dapat bertindak sebagai

seorang partisipan atau non partisipan, observasi yang secara terang-

terangan/penyamaran, dan observasi yang menyangkut latar

penelitian. Dalam penelitian ini digunakan teknik observasi

partisipan, yaitu peneliti mengamati aktivitas sehari-hari objek

penelitian, karakteristik fisik, situasi sosial, dan bagaimana perasaan

pada waktu menjadi bagian dari situasi tersebut.25 Observasi ini

23
Sutrisno Hadi, Metodologi Research jilid I (Yogyakarta: YPFP UGM, 1987), 36.
24
Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,
2004), 63.
25
Spradley, Participant Observation (New York: Holt Rinchart and Winston, 1980), 128.
13

dapat digolongkan menjadi 4 yaitu prtisipasi pasif, partisipasi

moderat, partisipasi aktif dan partisipasi lengkap. Tehnik observasi

partisipan yang digunakan adalah partisipasi moderat. Dalam

observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang

dalam dan orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut

observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak

semuanya. Hasil observasi selanjutnya dicatat dalam transkrip

observasi.

c. Dokumentasi

Guba dan Lincoln sebagaimana dikutip oleh Sugiono

mengatakan bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis maupun film

yang sering digunakan dalam penelitian. Dokumentasi berarti cara

mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang sudah ada.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya

monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap

dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian

kualitatif.26 Dokumentasi dilakukan untuk membuktikan adanya satu

peristiwa dan hasil dokumentasi dalam penelitian ini dicatat dalam

format transkrip dokumentasi.

6. Analisis Data

Teknik analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data

kualitatif mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Hubberman. Miles

26
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, 240.
14

dan Hubberman mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus

menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas dan

datanya sampai jenuh.27

Model interaktif dalam analisis data ditunjukkan pada gambar 1.1

DATA COLLECTION

DATA DISPLAY

DATA REDUCTION

CONCLUSIONS: Drawing/Verifying

Gambar 1.1 Komponen dalam analisis data.

Keterangan: Aktivitas dalam analisis data yaitu:

a. Mereduksi data dalam konteks penelitian yang dimaksud adalah

merangkum, mamilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-

hal yang penting, membuat katagori. Dengan demikian, data yang

telah direduksikan memberikan gambaran yang lebih jelas dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya.

b. Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data

ke dalam pola yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

27
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, terj. TjeTjep
Rohendi Rohidi, ( Jakarta : UI Press, 1992 ), 16.
15

grafik, matrik, network dan chart. Bila pola-pola yang ditemukan

telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut

telah menjadi pola yang baku yang selanjutnya akan disajikan pada

laporan akhir penelitian.

c. Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif dalam penelitian ini

adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi.

7. Pengecekan Keabsahan Temuan

Dalam penelitian kualitatif, derajat kepercayaan keabsahan data

(uji kredibilitas data) dapat dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,

peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat,

analisis kasus negatif, dan member check.28 Dalam penelitian ini, uji

krediabilitas yang digunakan adalah ketekunan pengamatan dan

triangulasi. Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan

ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan

persoalan/isu yang sedang dicari. Hal ini dilaksanakan dengan cara (a)

mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara

berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol yang ada

hubungannya dengan peningkatan kecerdasan spiritual siswa melalui

tadarus al-Quran di MTs al-Basyariyah, kemudian (b) menelaahnya

secara rinci sampai pada suatu titik agar mudah dipahami dengan cara

yang biasa. Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai

sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian,

28
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, 70.
16

terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan

waktu. Dalam penelitian ini triangulasi yang digunakan adalah

triangulasi sumber dan teknik pengumpulan data. Hal ini dicapai

penelitian dengan jalan: (a) membandingkan data hasil pengamatan

dengan data hasil wawancara, (b) membandingkan berbagai argumen

dari informan yang berbeda-beda, (c) membandingkan hasil wawancara

dengan isi dokumen yang berkaitan.

8. Tahapan-Tahapan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat empat tahapan, yaitu:

a. Tahap pralapangan yang meliputi menyusun rancangan penelitian,

memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan

menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informasi,

menyiapkan perlengkapan penelitian menyangkut persoalan etika

penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan yang meliputi memahami latar

penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan

serta sambil mengumpulkan data.

c. Tahap analisis data yang meliputi analisis selama dan setelah

pengumpulan data.

d. Tahap penulisan laporan penelitian.

H. Sistematika Pembahasan

Pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-

masing tercantum di bawah ini:


17

Bab I pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, fokus

penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode

penelitian dan sistematika pembahasan sebagai gambaran umum isi skripsi

ini.

Bab II landasan teori yang berisi tentang kecerdasan spiritual

meliputi pengertian, karakteristik pribadi ber-SQ, indikator-indikator

kecerdasan spiritual, dan pengembangan kecerdasan spiritual di sekolah.

Bab III berisi tentang laporan hasil penelitian yang meliputi

gambaran umum, objek penelitian, dan penyajian data tentang pelaksanaan

tadarus al-Quran di MTs Maarif al-Basyariyah.

Bab IV yang berisi tentang analisis data hasil penelitian yang

meliputi latar belakang, perilaku siswa selama mengikuti kegiatan, manfaat

bagi siswa dan kendala tadarus al-Quran dalam membangun kecerdasan

spiritual siswa.

Bab V merupakan pembahasan akhir dari skripsi ini yang meliputi

kesimpulan dan saran-saran.


18

BAB II

KECERDASAN SPIRITUAL DAN TADARUS AL-QURAN

A. Kecerdasan Spiritual (SQ)

1. Pengertian Kecerdasan Spiritual

Dalam pengertiannya, intelegensi disebut kecerdasan. Jika merujuk

Dictionary of Psychologi, intelegensi adalah: kemampuan beradaptasi dan

memenuhi tuntutan situasi (lingkungan) yang dihadapi dengan cepat dan

efektif, kemampuan menggunakan konsep-konsep abstrak secara efektif,

kemampuan memahami hubungan dan mempelajarinya secara cepat. 29

Kecerdasan adalah sebuah kekuatan yang bersifat non material dan

bukan spiritual.30 Spiritual artinya spirit, murni atau roh yang suci.31

Dalam kamus ilmiah populer, disebutkan bahwa spiritual adalah mencakup

nilai-nilai kemanusiaan yang non material seperti: kebenaran, kebaikan,

keindahan, kesucian dan cinta, rohani, kejiwaan.32

Dengan demikian, kecerdasan spiritual berpusat pada ruang spiritual

(spiritual space) yang memberi kemampuan pada setiap orang untuk

memecahkan masalah dalam konteks nilai penuh makna. Untuk

selanjutnya istilah kecerdasan spiritual disingkat dengan SQ.

29
CP Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, terj.Kartini Kartono (Jakarta: Raja Grasindo
Persada, 1999), 253.
30
Muhammad Djarot Sensa, Quranic Quetient: Kecerdasan-Kecerdasan Bentukan Al-
Quran (Jakarta:Hikmah,2004), 1.
31
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power Sebuah Inner
Journey Melalui Al-Ihsan (Jakarta:Arga, 2006), 51.
32
Pius A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola,
1994), 721.
19

Istilah spritual di sini dipakai dalam arti the animating or vital

principles (penggerak atau prinsip hidup) yang memberi hidup pada

organisme fisik. Artinya, prinsip hidup yang menggerakkan hal yang

material menjadi hidup. Dalam diri manusia, kata Theodore Rotzack ada

ruang spiritual, yang jika tidak diisi dengan hal-hal yang lebih tinggi, maka

ruang itu secara otomatis akan terisi oleh hal-hal yang lebih rendah, yang

ada pada setiap diri manusia. Dalam konteks ini kiranya SQ hendak

membawa ruang spiritual dalam diri seseorang itu menjadi cerdas.33

Manusia terlahir dengan dibekali kecerdasan yang terdiri dari 5

bagian utama kecerdasan, yaitu:

a. Kecerdasan ruhaniah (Spiritual intelligence): kemampuan seseorang

untuk mendengarkan hati nuraninya, baik buruk dan rasa moral dalam

caranya menempatkan diri dalam pergaulan.

b. Kecerdasan intelektual: kemampuan seseorang dalam memainkan

potensi logika, kemampuan berhitung, menganalisis dan mathematic.

c. Kecerdasan emosional: kemampuan seseorang dalam mengendalikan

diri atau sabar dan kemampuan dirinya untuk memahami irama, nada,

musik serta nilai-nilai estetika.

d. Kecerdasan sosial: kemampuan seseorang dalam menjalin hubungan

dengan orang lain, baik individu maupun kelompok.

33
Monty P. Satyadarma dan Fidelis E Waruwu, Mendidik Kecerdasan (Jakarta: Pustaka
Populer Obor,2003), 42.
20

e. Kecerdasan fisik (bodily-kinestetik intelligence): kemampuan seseorang

dalam mengkoordinasikan dan memainkan isyarat-isyaratnya.34

Seluruh kecerdasan tersebut, harus berdiri di atas kecerdasan

ruhaniah sebagai potensi yang dimilikinya menghantarkan diri pada

kemuliaan akhlak. Empat kecerdasan yang dikendalikan oleh hati nurani

akan memberikan nilai tambah bagi kesejahteraan dan perdamaian

manusia.

Manusia yang memiliki spiritual yang baik akan memiliki

hubungan yang kuat dengan Allah SWT, sehingga akan berdampak pula

kepada kepandaian dia dalam berinteraksi dengan manusia, karena dibantu

oleh Allah SWT yaitu hati manusia dijadikan cenderung kepada-Nya.35

Dengan bermodalkan SQ itu, manusia mengabdi kepada Allah SWT

untuk mengelola bumi sebagai khalifah, misi utamanya semata mencari

keridhaan Allah SWT. Target utamanya adalah menegakkan keadilan,

menciptakan kedamaian, membangun kemakmuran temasuk di dalamnya,

langkah nyata berupa spiritualisasi di segala bidang. Inilah the Ultimate

Meaning sesungguhnya yang harus dicari Danah Zohar, dan Abraham

Maslow yaitu aktualisasi diri melalui ihsan.36

34
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah (Transendental Intelligence): Membentuk
Kepribadian yang Bertanggung jawab, Profesional dan Berakhlak (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), 49.
35
Mas Udik Abdullah, Meledakkan IESQ dengan Langkah Taqwa dan Tawakal (Jakarta:
Dzikrul Hakim, 2005), 181.
36
Ary Ginanjar, ESQ Power, 103.
21

Ada tiga pola kerja manusia yang harus dimengerti. Pertama, pola

kerja manual, yakni pola kerja yang mengandalkan otot atau tenaga fisik.

Kedua, pola kerja admnistratif, yakni pola pekerjaan yang lebih

mengandalkan rasio atau kognisi. Dan yang ketiga, pola pekerjaan kreatif,

yakni pola pekerjaan yang lebih mengandalkan kamampuan dan kesucian

inteleksi. Ia lebih bersifat spiritual dan metafisik dan di sini campur tangan

Ilahi lebih bersifat langsung. Karena itu, dapatlah dikatakan bahwa

inteleksi merujuk pada pengertian hati dan akal dalam maknanya yang

primordial dan prinsipal. Model kecerdasannya pun lebih bersifat spiritual

yang terefleksi dalam wujud penemuan-penemuan baru, orisinal, kreatif,

inspiratif, dan tidak konklusif.37 Intelegensi spiritual dapat diibaratkan

sebagai permata yang tersimpan dalam batu. Allah senantiasa mencahayai

permata itu, seperti diungkapkan dalam Al-Quran Surat An-Nur ayat 35:

( y$t6 $p ;4s3x. sWt 4 F{#u Vuy9# !#

;tyfx
s% Ah =x.x. $pr(x. y_%y`9# ( >y_%y` y$t69#

|s? s9 s9u $pJy %s3t 7/x u 7% 7tGy 72tt6

sWF{# !# Uou 4 !$to t 9 !$# u 3 9 4n?t 4 $t

=t >x e3/ !$#u 3 $=9


A
rtinya:

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan


cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di
dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-

37
Suharsono, Melejitkan IQ,IE dan SQ (Depok: Inisiasi Pres, 2004), 146.
22

akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan


minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh
tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang
minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api.
Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada
cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat
perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui
segala sesuatu.38

Kecerdasan spiritual memandang dan menginterpretasikan sesuatu

dengan melangkah lebih jauh dan mendalam. Manusia diinterpretasi dan

dipandang eksistensinya sampai pada dataran fitriyah dan universal. Para

ahli yang mengemukakan beberapa definisi tentang SQ, antara lain:

1. Menurut Danah Zohar dan Lan Marshall, sebagaimana yang dikutip

oleh Ratna Sulistami bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan

jiwa, yakni tingkat baru kesadaran yang bertumpu pada bagian dalam

diri yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar,

yang membantu menyembuhkan dan membangun diri manusia secara

utuh, yang dengannya manusia tidak hanya mengakui nilai-nilai yang

ada, tapi lebih kreatif menemukan nilai-nilai baru, juga dapat

menyeimbangkan makna dan nilai serta menempatkan kehidupan

dalam konteks yang lebih luas.39

2. Menurut Khalil Khavari, sebagaimana dikutip oleh Sudirman Tebba

mendefinisikan SQ sebagai fakultas dari dimensi non material atau roh

38
Al-Quran dan terjemahannya, 550.
39
Ratna Sulistami D dan Erlinda Manaf Mahdi, Universal Intelligence: Tonggak
kecerdasan Untuk Menciptakan Strategi dan Solusi Menghadapi Perbedaan (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2006), 39.
23

manusia. Inilah intan yang belum terasah yang semua manusia

memilikinya.40

3. Menurut Sukidi, SQ dapat mengarahkan seseorang ke puncak kearifan

spiritual dengan bersikap jujur, toleransi, terbuka penuh cinta dan

kasih sayang kepada sesama, serta mampu mengungkapkan segi

perenial yang abadi, asasi, spiritual, fitrah, dan menyeimbangkan

kesehatan spiritual.41

4. Menurut Sinetar, sebagamana dikutip Tebba bahwa SQ adalah

pemikiran yang terilhami. Kecerdasan ini diilhami oleh dorongan dan

efektifitas, keberadaan atau hidup keilahian yang mempersatukan

seseorang sebagai bagiannya.42

Dari penelitian Deacon menunjukkan bahwa seseorang

membutuhkan perkembangan di bagian otak (frontal lobe, landasan SQ)

supaya bisa menggunakan bahasa. Perkembangan pada bagian ini

memungkinkan seseorang menjadi kreatif, visioner dan fleksibel.

Seseorang menggunakan SQ pada saat:43

a. Berhadapan dengan masalah eksistensial pada saat merasa terpuruk,

terjebak oleh kebiasaan, kekhawatiran dan masalah masa lalu sebagai

akibat penyakit dan kesedihan.

b. Sadar bahwa seseorang mempunyai masalah eksistesial dan membuat

mampu menanganinya atau sekurang-kurangnya.

40
Sudirman Tebba, Tasawuf Positif (Jakarta: Prenada Media,2003), 19.
41
Sukidi, SQ Lebih Penting daripada IQ dan EQ. Kompas 28 September 2001, 35
42
Sudirman Tebba, Kecerdasan Sufistik: Jembatan Menuju Makrifat (Jakarta: Prenada
Media, 2004), 24.
43
Monty Satyadarma, Mendidik Kecerdasan, 44-45.
24

c. Seseorang berdamai dengan masalah tersebut. Kecerdasan spiritual

memberi suatu rasa yang dalam menyangkut perjuangan hidup.

Dengan demikian, SQ merupakan kecerdasan untuk menghadapi

dan memecahkan persoalan makna dan nilai serta kesadaran yang

membuat seseorang menemukan dan mengembangkan bakat-bakat

bawaan, intuisi, otoritas batin, kemampuan membedakan yang salah dan

benar serta kebijaksanaan.

2. Karakteristik dan Indikator- indikator SQ

Kecerdasan manusia dikendalikan oleh otak beserta jaringan

syarafnya yang tersebar di seluruh tubuh. Berfikir rasional, logis dan taat

asas disebut kecerdasan intelektual, sedang berfikir asosiatif disebut

kecerdasan emosional. Satu kemampuan lain yang dimiliki manusia pada

umumnya adalah rasa akan kesatuan (berfikir unitif) dalam menangkap

situasi atau dalam melakukan reaksi terhadapnya. Pemahaman ini pada

dasarnya bersifat holistik, yaitu kemampuan untuk menangkap seluruh

konteks yang mengaitkan antarunsur yang terlibat. Kemampuan ini

merupakan kunci dalam memahami argumen neorologis dari SQ. Otak

menghasilkan dan menstrukturkan pemikiran seseorang, memungkinkan

seseorang memiliki perasaan, dan menjembatani kehidupan spiritual,

kesadaran akan makna, nilai dan konteks yang sesuai untuk memahami

pengalaman.44

44
Siswo Murdwiyono, Kiat Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi Siswa
Akseleran, dalam Akselerasi: A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat
Intelektual, ed. Reni Akbar hawadi (Jakarta: Grasindo, 2004), 206-207.
25

Menurut Marsha Sinetar, sebagaimana dikutip oleh Monty

Satyadarma bahwa pribadi yang memiliki SQ mempunyai kesadaran diri

yang mendalam, intuisi dan kekuatan atau otoritas bawaan. Mereka

biasanya mempunyai standar moral yang tinggi, kecenderungan merasakan

pengalaman puncak dan bakat-bakat estetis.45 Sedangkan menurut Zohar

dan Marshall, sebagaimana dikutip oleh Siswo Murdwiyono bahwa tanda-

tanda dari SQ yang telah berkembang dengan baik adalah sebagai

berikut:46

a. Kemampuan bersikap fleksibel.

b. Tingkat kesadaran yang tinggi.

c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.

d. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit.

e. Kualitas hidup yang diilhami oleh kualitas visi dan nilai.

f. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu.

g. Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal

(berpandangan holistik).

h. Kecenderungan nyata untuk bertanya "mengapa?" atau "bagaimana

jika?" Utuk mencari jawaban yang mendasar.

i. Menjadi apa yang disebut oleh psikolog sebagai "bidang mandiri",

yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi.

45
Monty Satyadarma, Mendidik Kecerdasan, 46.
46
Siswo Murdwiyono, Kiat Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi Siswa
Akseleran, dalam Akselerasi: A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat
Intelektual, ed. Reni Akbar hawadi, 208-209.
26

Orang-orang yang bisa berfikir dan memiliki SQ dan mengetahui

sesuatu secara inspiratif, tidak hanya memahami dan memanfaatkan

sebagaimana adanya, tetapi mengembalikanya pada asal ontologis yakni

Allah SWT. Karena itu, orang-orang yang termasuk dalam kategori ini,

yakni memiliki SQ, biasanya memiliki dedikasi kerja yang tulus dan jauh

dari kepentingan pribadi (egoisme), apalagi bertindak zalim pada orang

lain. Motivasi yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu juga sangat

khas, yakni pengetahuan dan kebenaran. Itulah maka, sebagaimana dapat

disimak dari sejarah hidup para Nabi dan biografi orang-orang cerdas dan

kreatif, biasanya memiliki kepedulian terhadap sesama, memiliki integritas

moral yantg tinggi, shaleh dan tentu juga integritas spiritual.47

Menurut Ary Ginanjar dalam meta kecerdasan dijelaskan bahwa

tauhid akan mampu menstabilkan tekanan pada amygdala (sistem saraf

emosi), sehingga emosi selalu terkendali. Pada saat inilah seseorang

dikatakan memiliki EQ tinggi. Emosi yang tenang terkendali akan

menghasilkan optimalisasi pada fungsi kerja God Spot pada lobus

temporal serta mengeluarkan suara hati Ilahiah dari dalam bilik

peristirahatannya. Suara-suara Ilahiah itulah bisikan informasi maha

penting yang mampu menghasilkan keputusan yang sesuai dengan hukum

alam, sesuai dengan situasi yang ada dan sesuai dengan garis orbit

spiritualitas. Pada momentum inilah, seseorang dikatakan memiliki SQ

47
Suharsono, Melejitkan IQ,IE dan SQ, 150-151.
27

yang tinggi.48 Orientasi spiritualisme tauhid yakni ketika terjadi masalah

pada dimensi fisik, maka akan terjadi rangsangan pada dimensi emosi.

Namun, karena aspek mental telah dilindungi oleh prinsip tauhid, maka

emosi akan tetap tenang terkendali. Akibatnya, suara hati Ilahiah pada

dimensi spiritual (SQ) bekerja dengan normal.49

Dr. Dimitri Mahayana sebagaimana dikutip oleh Agus Nggermanto

menunjukkan beberapa ciri orang yang ber-SQ tinggi, di antaranya adalah

memiliki prinsip dan visi yang kuat, mampu melihat kesatuan dan

keragaman, mampu memaknai setiap sisi kehidupan dan mampu

mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan penderitaan.50 Seseorang

yang memiliki SQ tinggi menemukan makna terdalam dari segala sisi

kehidupan. Karunia Tuhan berupa kenikmatan atau ujian dari-Nya sama-

sama memiliki makna spiritual yang tinggi. Karunia Tuhan adalah

manifestasi kasih sayang-Nya kepada manusia. Ujian-Nya adalah wahana

pendewasaan spiritual manusia.

Kondisi spiritual seseorang itu berpengaruh terhadap

kemudahannya dalam menjalani kehidupan ini. Jika spiritualnya baik,

maka ia menjadi orang yang paling cerdas dalam kehidupan. Untuk itu,

yang terbaik bagi setiap orang adalah memperbaiki hubungannya kepada

Allah SWT, yaitu menguatkan sandaran vertikal dengan cara memperbesar

48
Ary Ginanjar, ESQ Power, 218.
49
Ibid., 221.
50
Agus Nggermanto, Quantum Quotient: Cara Cepat Melejitkan IQ, EQ dan SQ secara
Harmonis (Bandung: Nuansa, 2003), 123.
28

takwa dan menyempurnakan tawakal serta memurnikan pengabdian

kepada-Nya.

Dalam konsep Islam ada beberapa indikator yang menunjukkan

seseorang atau diri ini telah memperoleh kecerdasan rohani (spiritual

intelligence). Indikator-indikator tersebut antara lain:51

a. Dekat, mengenal, cinta, dan berjumpa Tuhan-Nya

Firman Allah SWT dalam Surah al-Wqiah ayat 10-11:

t/s)9$# y7s9'& . t)79$# t)79$#u


Dan orang-orang yang beriman paling dahulu,
Mereka Itulah yang didekatkan kepada Allah.52

b. Selalu merasakan kehadiran dan pengawasan Tuhan-Nya di mana dan

kapan saja

Beberapa hal yang insyallah bermanfaat untuk memperbesar

rasa takwa dan menyempurnakan rasa tawakal serta memurnikan

pengabdian pada-Nya yaitu meluruskan niat, berdoa sebelum

melangkah, serta menjaga keimanan dan kebersihan hati, banyak

tafakur, dan menyandarkan pilihan pada pilihan Allah SWT.53

Salah satu indikator bahwa seseorang memiliki kecerdasan

spiritual yang baik adalah apabila dirinya memiliki keimanan yang

kokoh, serta hatinya bersih dari segala macam penyakit hati (seperti

iri, dengki, sombong, dan lain-lain) termasuk pula bersih dari semua

51
Hamdani Bakran Az-Dzakiey, Prophetic Intelligence Kecerdasan Kenabian:
Membangun Potensi Robbani Melalui Peningkatan Kesehatan Rohani (Yogyakarta: Pustaka Al-
Furqan, 2006), 687.
52
Al-Qur'an, 56: 10-11.
53
Mas Udik Abdullah, Meledakkan IESQ dengan Langkah Taqwa dan Tawakal, 183.
29

keinginan yang buruk. Maka, untuk menuju ke puncak spiritual

seseorang dituntut untuk meneguhkan keimanan yang ada di dalam

dada, serta senantiasa membersihkan dan menjaga kebersihannya.

c. Tersingkapnya alam ghaib (transendental) atau ilmu muksyafah

Dengan Tersingkapnya alam ghaib (transendental), seseorang

akan memperoleh manfaat yang besar, di antaranya:

1) Dapat membedakan antara yang hq dan yang btil.

2) Dapat mengetahui hakikat di balik ayat-ayat yang tersurat maupun

yang tersirat dari ayat-ayat qauliyah maupun kauniyah.

3) Dapat terlepas dan terhindar dari kemarahan dan kemurkaan Allah

SWT.

4) Dapat terlepas dan terhindar dari tipu daya dan kelicikan jin, setan,

dan iblis, serta permainan dan olok-oloknya duniawi dengan segala

isinya.

5) Dapat memberikan kemudahan dalam berinteraksi, beradaptasi, dan

bersosialisasi dengan kehidupan rohani.54

d. Shidiq (jujur/benar)

Shidiq yaitu hadirnya suatu kekuatan yang membuat

terlepasnya diri dari sikap dusta terhadap Tuhannya, dirinya sendiri,

maupun orang lain. Adapun langkah untuk mencapai ke puncak shidiq

adalah sebagai berikut:

1) Membenarkan kebenaran (al-Hq).

54
Az-Dzakiey, Prophetic Intelligence, 693.
30

2) Sabar dalam kebenaran (taat dan disiplin).

3) Istiqomah dalam kebenaran.

4) Proporsional.55

e. Amanah

Amanah yaitu hadirnya sesuatu kekuatan yang dengannya ia

mampu memelihara kemantapan ruhaninya, tidak berkeluh kesah bila

ditimpa kesusahan, tidak melampaui batas ketika mendapat

kesenangan, serta tidak berkhianat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya

ketika menjalankan pesan-pesan ketuhanan-Nya dan kenabian dari

Rasul-Nya.

f. Tablgh

Tablgh secara hakikat adalah hadirnya kekuatan seruan nurani

yang senantiasa mengajak diri ini agar tetap keimanan, keislaman,

keihsanan dan ketauhidan.

g. Fthonah

Fthonah yaitu hadirnya sesuatu kekuatan untuk dapat

memahami hakikat segala sesuatu yang bersumber pada nurani,

bimbingan, dan pengarahan Allah SWT secara langsung atau melalui

utusan-Nya.

h. Istiqomah

Istiqomah yaitu hadirnya kekuatan untuk bersikap dan

berperilaku lurus serta teguh dalam berpendirian, khususnya di dalam

55
Abdullah, Meledakkan IESQ, 228.
31

menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.56 Orang yang

istiqomah biasanya mereka mempunyai tujuan, mereka adalah orang

yang kreatif, mereka sangat menghargai waktu, dan bersikap sabar.

Mereka yang sangat menghargai waktu memiliki ciri-ciri:

1) Tanggung jawab dan disiplin

Sikap disiplin dengan menjadikan waktu sebagai salah

satu parameter (tolak ukur) menyebabkan mereka yang memiliki

kecerdasan ruhaniah dan etos kerja yang mengilahi itu, akan

menunjukkan sikapnya yang bertanggung jawab, yaitu dengan

cara membuat perencanaan (time scheduling) lalu menepati

waktu dengan penuh rasa waspada dan hati-hati.

2) Tidak menunda-nunda waktu

Semangat untuk tepat waktu adalah menerangi seluruh

kalbu. Hal itu karena seseorang sadar bahwa waktu adalah milik

Allah SWT dan setiap saat Sang Pemilik bisa saja mengambil

hak miliknya, sedangkan manusia hanya memiliki hak pakai,

sehingga mereka akan menjadikan waktu sebagai lapangan untuk

berbuat kebaikan.57

i. Tulus ikhlas

Tulus ikhlas adalah hadirnya sesuatu kekuatan untuk beramal

atau beraktivitas dalam hehidupan sehari-hari semata-mata karena

menjalankan pesan agama dengan bening dari Allah SWT dan untuk

56
Az-Dzakiey, Prophetic Intelligence, 701.
57
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, 211.
32

Allah SWT; atau semata-mata mengharap ridha cinta dan perjumpaan

dengan-Nya.

j. Selalu bersyukur kepada Allah SWT yaitu suatu ungkapan rasa

terimakasih terhadap apa-apa yang diberikan-Nya.

Aplikasi rasa syukur kepada Allah SWT melalui atau

dilakukan dengan cara antara lain:

1) Ucapan lisan, yaitu mengucapkan kalimat Alhamdulillah.

2) Senantiasa meningkatkan kualitas pemahaman, penghayatan,

pengamalan keimanan, keislaman, keihsanan dan ketauhidan pada

Allah SWT.

3) Senantiasa meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan

fisik, mental, spiritual, finansial, dan sosialnya.

4) Senantiasa meningkatkan kecerdasan-kecerdasan diri hingga

membawa keberkahan dan kerahmatan bagi diri dan lingkungannya

secara luas dan universal.58

k. Malu melakukan perbuatan dosa dan tercela

Rasa malu yang sesungguhnya dalam pandangan ajaran Islam

adalah antara lain:

1) Malu meninggalkan perintah Allah dan malu melanggar larangan-

Nya.

2) Malu melakukan perbuatan dosa dan kedurhakaan yang menodai

hak-hak-Nya dan hak-hak hamba dan makhluk-Nya.

58
Az-Dzakiey, Prophetic Intelligence, 704-705.
33

3) Malu menampakkan aurat atau kehormatan diri kepada orang lain.

4) Malu melakukan pembelaan diri dari akibat perbuatan yang buruk,

jahat dan bertentangan dengan hukum-hukum Allah dan hak-hak

hamba-Nya dengan mengajukan berbagai dalil dan alasan, bahkan

tidak segan-segan ia mengambinghitamkan orang lain yang tidak

bersalah.59

3. Pengembangan SQ di Sekolah

Kecerdasan adalah karunia tertinggi yang diberikan Tuhan kepada

manusia. Ia akan mencapai puncak aktualisasinya jika dipergunakan,

sebagaimana visi keberadaan manusia yang ditetapkan Tuhan baginya.

Karena itu ketika manusia belajar atau meningkatkan kecerdasan, yang

didorong oleh hal-hal yang murni, manusiawi dan rasa ingin tahu untuk

sampai pada kebenaran berdasarkan fitrah itu sendiri, maka dari fitrah, ia

memancar dari kedalaman diri manusia, jika dorongan-dorongan

keingintahuan dilandasi kesucian, ketulusan dan tanpa pretensi egoisme.

Manusia juga harus melakukan pendakian yang bersifat transendental

atau menjalani hidup spiritual secara intensif.

Ada tiga alasan yang dapat membuat seseorang terlambat secara

spiritual, yaitu:

a. Karena yang bersangkutan tidak mengembangkan beberapa bagian

dari dirinya sama sekali;

59
Ibid., 706.
34

b. Telah mengembangkan beberapa bagian namun tidak proporsional

atau dengan cara yang salah (destruktif);

c. Adanya pertentangan atau buruknya hubungan antarbagian.60

Kesulitan dalam pengembangan SQ terletak pada tidak

terharmonisnya perkembangan IQ dan EQ, yang keseluruhannya

dipersatukan oleh perkembangan SQ yang seimbang. Sehingga IQ dan EQ

adalah salah satu persyaratan penting untuk menumbuhkan inteligensi

spiritual.

Zohar dan Marshall sebagaimana dikutip oleh Monty Satyadarma

mengemukakan enam jalan untuk mengembangkan kecerdasan spiritual

yang dapat diterapkan di lingkungan keluarga ataupun sekolah.

Mengembangkan SQ di sekolah di antaranya:

a. Melalui jalan tugas. Berikan ruang kepada siswa untuk melakukan

kegiatannya sendiri dan latih mereka memecahkan masalahnya

sendiri.

b. Melalui jalan pengasuhan. Guru perlu menciptakan suasana kelas

penuh kegembiraan di mana setiap siswa saling menghargai, saling

memaafkan apabila terjadi konflik satu dengan yang lain.

c. Mematuhi jalan pengetahuan. Guru perlu mengembangkan

pelajaran dan kurikulum sekolah yang mampu mengembangkan

realisasi diri siswa. Di sini kepekaan terhadap nilai dan makna

kemanusiaan dapat ditumbuhkan apabila siswa diajak untuk

60
Satyadarma, Mendidik Kecerdasaan, 47.
35

berefleksi, menyadari dan ikut merasakan bagaimana berada seperti

orang lain.

d. Melalui jalan perubahan pribadi (kreativitas). Dalam setiap

kegiatan belajar mengajar seharusnya guru merangsang kreativitas

siswanya. Guru-guru menciptakan kondisi di mana daya kreativitas

yang sudah ada dalam diri mereka dapat diekspresikan dengan penuh

makna.

e. Melalui jalan persaudaraan. Guru perlu mendorong setiap siswa

untuk saling menghargai dan saling memahami pendapat dan perasaan

masing-masing. Bila terjadi konflik, siswa perlu diajak berdialog

untuk mencari cara pemecahan yang dapat diterima oleh semua pihak.

Lingkungan seperti ini membantu siswa mengembangkan kemampuan

mengelola konfliknya sendiri dan inilah SQ.

f. Melalui jalan kepemimpinan yang penuh pengabdian gurulah yang

menjadi model secara pemimpin yang diamati siswanya.61

B. Tadarus Al-Quran

Senantiasa membaca al-Quran untuk membangun dialog dengan

Allah SWTmerupakan salah satu upaya meningkatkan keimanan sehingga

akan terus mengalami bimbingan-bimbingan yang bersifat langsung dan

tanpa batas.62 Menurut Syaikh Muhammad Saleh bin Utsamain, membaca

al-Quran ada dua macam: pertama tilawah hakimah, yaitu membaca al-

61
Satyadarma, Mendidik Kecerdasan, 51-53.
62
Djarot Sensa, Quranic Quetient: Kecerdasan-Kecerdasan Bentukan Al-Quran, 291.
36

Quran dengan membenarkan isinya dan menjalankan hukumnya, dan

kedua tilawah lafdziyah yaitu membaca rangkaian kalimat dalam al-

Quran semata.63

Dalam penumbuhan SQ, sesungguhnya seseorang sangat

dianjurkan memperbanyak ibadah-ibadah sunah. Sesungguhnya

diibaratkan bahwa ibadah sunah adalah suatu pendakian transendental.

Ibadah-ibadah sunah yang penting, antara lain ialah menyelenggarakan

shalat malam (Qiymul lail). Di samping tentunya membaca dan mengaji

al-Quran secara tartl. Qiymul lail dan tartlul Quran adalah sebuah

metode atau bahkan paradigma tranformasi Islam yang khas. Rasulullah

SAW dan para sahabatnya diperintahkan untuk mentransformasikan diri,

sebelum mengemban tugas-tugas dakwah dan membangun peradaban

baru. Kenyataannya, jika diperiksa Biografi para sahabat, maka akan

nampak bahwa mereka adalah orang-orang tercerahkan. Artinya, Qiymul

Lail dan tartlul Quran adalah suatu proses penempaan yang bisa

mengubah sebongkah batu menjadi permata yang bercahaya.64

Firman Allah SWT dalam surah An-Naml: 91-92

$y*s 3ytF$# ys ( t#u)9$# (#u=?r& r&u t=9$# z t.r& r& N&u

t9$# z O$tr& !$y) )s | tu ( 1u9 tGu


"aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini
(Mekah) yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-lah
segala sesuatu, dan aku diperintahkan supaya aku Termasuk

63
Syaikh Muhammad Saleh bin Utsamain, Kultum Ramadan: Panduan Bagi Para Dai
(TP: 2002), 60-61.
64
Suharsono, Melejitkan IQ, IE dan IS, 162-163.
37

orang-orang yang berserah diri. Dan supaya aku membacakan Al


Quran (kepada manusia). Maka Barangsiapa yang mendapat
petunjuk Maka Sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk
untuk (kebaikan) dirinya, dan Barangsiapa yang sesat Maka
Katakanlah: "Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah
seorang pemberi peringatan". (QS. An-Naml: 91-92)

Dari ayat tersebut jelas bahwa Allah memerintah agar menjalankan

tiga perkara salah satunya adalah membaca al-Quran.

Salah satu adab atau cara membaca al-Quran yang mencerdaskan

adalah membacanya dengan tertib dan hikmat, tidak tergesa-gesa dan

disertai dengan berdoa. Al-Quran dapat melunakkan hati dan

meneranginya. Maksudnya hati lunak untuk dimasuki petunjukatau

peringatan, mau menerima dan merasa puas, mudah sadar dan insaf serta

mwerendah diri. Orang Islam dengan mengaji al-Quran bisa mendasari

kesantriannya. Maka mengajilah yang sungguh-sungguh dan sampai

pandai yang terlihat telah mendapat didikan terbiasa tekun baca. Dengan

demikian, al-Quran akan betul-betul memberi spirit hidup agar selalu

cerah pandangan hidupnya dan selalu memberkahi kehidupannya.65

Di antara hikmah membaca dan mengamalkan al-Qur'an adalah:

1. Hidupnya selalu disertai para malaikat Allah yang mulia lagi sangat

taat kepada Allah SWT.

2. Orang mukmin yang selalu membaca al-Qur'an akan memperoleh

kemuliaan dan keberkahan hidup.66

65
Maftuh Basthul Biri, Menekuni Al-Quranul Karim Hidangan Segar Pemberkah dan
Pembangkit Ummat Siap-siap Kiamat (Kediri: Madrasah Murottilil Quran Pon. Pes.
Lirboyo,2002), 17.
66
Ad-Dzakiey, Prophetic Intelligence, 162.
38

3. Allah akan mengangkat derajat, kehormatan dan kemuliaan orang

yang membaca al-Qur'an.

4. Para pembaca al-Qur'an akan memperoleh kebaikan-kebaikan Allah

SWT melalui huruf demi huruf.67

Syarat utama untuk memperoleh kebaikan-kebaikan yang

banyak dari Allah SWT di antaranya adalah membaca al-Qur'an

dengan penuh keyakinan dan ketekunan kepada-Nya. Tidak kalah

pentingnya adalah pengulangan-pengulangan dan seringnya

membaca al-Qur'an sampai khatam, serta adanya pemahaman yang

kuat terhadap makna-makna dan pesan yang terkandung dalam ayat

demi ayat.

5. Al-Qur'an akan menjadi pembela bagi pambaca dan yang

mengamalkannya di hari kiamat.68

6. Kemahiran dan ketekunan dalam mempelajari, mengkaji dan

menghayati pesan-pesannya melalui tafsir dan takwil, hal itu akan

mendidik dan mengembangkan kecerdasan akal. Sedangkan

mengamalkannya untuk diri dengan membacanya sebagai amalan

atau wirid hingga khatam, hal itu akan mendidik dan

mengembangkan kecerdasan ruhaniah (spiritual). Hakikinya jika

keduanya dapat dikakukan secara harmonis, maka seorang hamba

akan meperoleh hakekat pesan-pesan al-Qur'an secara keilmuan

(lahiriah) dan secara pengamalan ruhani (batiniah). Sedangkan

67
Ibid., 164-165.
68
Ibid., 168.
39

mengamalkan dan mengajarkan al-Qur'an, seperti cara membacanya,

terjemahannya, atau tafsirnya, hal itu akan mendidik dan

mengembangkan kecerdasan emosional.69

69
Ibid., 170.
40

BAB III
MEMBANGUN KECERDASAM SPIRITUAL (SQ) SISWA
MELALUI KEGIATAN TADARUS AL-QURAN

A. Gambaran Umun Lokasi Penelitian


1. Sejarah Berdirinya MTs Maarif al-Basyariyah
MTs al-Basyariyah didirikan pada tahun 1978 yang
dilatarbelakangi oleh keinginan masyarakat yang ingin mendirikan sekolah
menengah untuk mendidik generasi muda dalam pendidikan agama.
Kemudian, karena MTs al-Basyariyah merupakan lembaga pendidikan
Maarif NU cabang Ponorogo mengeluarkan surat pengesahan bahwa MTs
al-Basyariyah Lengkong berdiri pada Tanggal 1 Juni 1978 dengan no
Surat: 15/MT/78/82.
Adapun yang mempelopori berdirinya madrasah tersebut adalah
orang-orang yang pada saat itu aktif dalam pengembangan keagamaan di
desa Lengkong di antaranya adalah: Kyai Nurwakhid, H. Djasim Nahrowi,
Mustaqim, Sugiono, Masturi, Moh. Badri Syakur dan Sjahwan.
Pada mulanya, pelaksanaan belajar mengajar dilakukan pada sore
hari di rumah-rumah penduduk yang memiliki kepedulian. Kemudian
sempat berpindah ke serambi masjid dan selanjutnya bergabung dengan
MI.
Dalam perkembangannya, masyarakat dan pendidiknya
mempunyai perhatian yang cukup besar terhadap madrasah, karena proses
pembelajaran tidak berhasil maksimal. Akhinya, para pelopor, para Wali
murid, dan para anggota masyarakat sekitar sepakat untuk membeli
sebidang tanah untuk mendirikan gedung madrasah. Adapun tanah yang
dibeli tersebut sekitar 1400 m2 dengan harga Rp. 1.400.000,00 dari dana
yang diperoleh dari wali murid dan masyarakat, kemudian tanah tersebut
diwakafkan oleh H. Kusen.70 40
2. Letak Geografis
MTs Maarif al-Basyariyah terletak di daerah pedesaan tepatnya di
desa Lengkong kecamatan Sukorejo kabupaten Ponorogo, atau sekitar 5
km arah utara kota Ponorogo. MTs Maarif al-Basyariyah berada di daerah
pedesaan yang dikelilingi perumahan penduduk dan persawahan. Di
sekitar gedung tidak terdapat pabrik atau industri sehingga alamnya yang
asri sangat mendukung terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar.
Gedung madrasah dibangun di atas tanah seluas 1400 m2, sebelah utara
berbatasan dengan persawahan, sebelah barat dan timur berbatasan dengan
perumahan penduduk, sedang sebelah selatan berbatasan dengan gedung

70
Lihat Transkrip Wawancara nomor : 20/12-W/F-5/21-III/2008 dalam lampiran laporan
hasil penelitian.
41

MI Maarif Lengkong dan masjid Darussalam. Di samping itu, gedung


MTs Maarif al-Basyariyah jauh dari kebisingan lalu lintas kendaraan,
sehingga keadaan tersebut sangat mendukung pelaksananaan proses
belajar mengajar.71

3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan suatu bagan tatanan dalam suatu
lembaga atau badan perkumpulan tertentu dalam menjalankan roda
organisasi. Demikian halnya dengan bentuk program kerja MTs Maarif
al-Basyariyah yang dijalankan sekolah berdasarkan program-program
yang telah disusun dalam struktur organisasi madrasah.
Struktur organisasi ini dibuat dengan harapan tugas yang telah
dibebankan sesuai dengan jabatan dan tanggung jawabnya masing-masing
dapat dilaksanakan dengan baik dengan adanya koordinasi dan kerjasama
dalam pelaksanaannya. Sehingga madrasah tidak tumpang tindih untuk
mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah berdasarkan program-program
yang disusun dalam organisasi madrasah, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dalam lampiran.72
4. Keadaan Guru dan Siswa
Dalam pembelajaran, guru adalah sebagai salah satu faktor yang
mendukung terjadinya proses belajar. Guru merupakan seorang pendidik
yang secarara administratif bertanggung jawab atas terselenggaranya
proses belajar mengajar serta berkewajiban membimbing dan
mengarahkan anak didik mencapai tujuan yang diharapkan.73
Yang dimaksud siswa adalah mereka yang secara resmi menjadi
siswa di MTs Maarif al-Basyariyah dan terdaftar dalam buku induk
sekolah. Adapun pada saat pelaksanaan penelitian ini jumlah siswa yang
ada di tahun pelajaran 2007/2008 adalah sebanyak 108 siswa.74
5. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan komponen yang ikut menentukan
keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran. Pada masing-masing
lembaga pendidikan dan pengajaran akan dapat mencapai tujuannya
apabila sarana dan prasarananya mendukung. Sarana dan prasarana di MTs
Maarif al-Basyariah dapat dilihat dalam lampiran.75

71
Lihat Transkrip Observasi nomor: 01/O/F-6/19-II/2008 dalam lampiran laporan hasil
penelitian.
72
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor: 01/D/17-III/2008 dalam lampiran laporan hasil
penelitian.
73
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor: 02/D/17-III/2008 dalam lampiran laporan hasil
penelitian.
74
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor: 03/D/17-III/2008 dalam lampiran laporan hasil
penelitian.
75
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor: 04/D/17-III/2008 dalam lampiran laporan hasil
penelitian.
42

6. Visi, Misi dan Tujuan


a. Visi madrasah
Terbentuknya insan yang unggul dalam imtaq dan iptek serta
berakhlqul karimah.
b. Misi madrasah
1) Menumbuhkembangkan sikap dan amaliah keagamaan.
2) Menumbuhkembangkan semangat keunggulan secara intensif
kepada seluruh warga madrasah baik dalam prestasi akademik
maupun non akademik.
3) Menciptakan calon tenaga terampil yang profesional.
4) Meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan tuntutan
masyarakat, perkembangan jaman serta sesuai dengan potensi yang
dimiliki peserta didik.
5) Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh
warga madrasah dan komite madrasah.
6) Menciptakan lingkungan madrasah yang sehat, bersih, dan indah.

c. Tujuan madrasah
1) Mensukseskan pendidikan dasar 9 tahun.
2) Mengantarkan peserta didik menjadi insan yang beriman dan
bertakwa, menguasai iptek, dan berakhlqul karimah.
3) Memberi bekal pengetahuan, pengalaman, dan sikap yang
diperlukan untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
4) Meningkatkan kualitas sikap dan amaliyah keagamaan Islam warga
madrasah.
5) Meningkatkan kepedulian warga madrasah terhadap lingkungan
madrasah.
43

6) Meningkatkan kualitas & kuantitas sarana prasarana dan fasilitas


pendukung peningkatan prestasi.76

B. Deskripsi Data
1. Latar Belakang Kegiatan Tadarus al-Quran di MTs Maarif al-Basyariyah

Seiring dengan berkembangnya zaman di era globalisasi ini, MTs


Maarif Al-Basyariyah berkeinginan meningkatkan eksistensinya sebagai
sekolah umum yang berciri khas Islam. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah menciptakan suasana religius di lingkungan sekolah maupun dalam
menginternalisasikan nilai-nilai religius dalam setiap mata pelajaran.
Pemahaman al-Quran yang diawali dengan proses membacanya
terlebih dahulu, akan berbeda hasilnya dengan pemahaman yang hanya
melalui pendengaran, apalagi bila cara membacanya tersebut dibaca
dengan benar dan bagus sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.
Untuk itu, manusia harus mengaktualisasikan nilai-nilai Qurani dalam
kehidupannya sehari-hari agar mampu memenuhi kekosongan nilai moral
kemanusiaan dan spiritual.
Kegiatan Tadarus al-Quran adalah salah satu progam pembiasaan
bagi siswa. Kegiatan tersebut tercetus berdasarkan rapat dan musyawarah
guru yang dilatarbelakangi oleh pembiasaan belajar mengaji bagi siswa
dan makna doa yang terkandung dalam tadarus tersebut. Sebagaimana
yang diceritakan oleh Bapak Drs. Sumani:
Tadarus al-Quran ini diadakan sebagai tindak lanjut untuk menciptakan
pribadi muslim yang berimtaq yaitu sebagai pembiasaan belajar mengaji
(progam pembiasaan bagi siswa) dan tadarus ini juga mengandung
makna doa. Disamping itu, juga untuk menciptakan suasanan religius di
lingkungan madrasah. Progam ini tercetus berdasarkan rapat atau
musyawarah guru.77

Bapak Drs. Sumani menambahkan bahwa target yang ingin dicapai


dalam tadarus sebelum pelajaran dimulai adalah agar siswa kelas VII
dapat hafal Juz Amma, kelas VIII hafal surah Ysn dan kelas IX dapat
menghafal surah al-Wqiah. Pelaksanaannya setiap hari sebelum
pelajaran dimulai sekitar (10-15 menit) mulai pukul 07.00 WIB. Yang
diawasi oleh guru piket atau guru pengajar jam pelajaran pertama. Ibu Dra.
Nurul Badriyah menyatakan:
Tadarus al-Quran dilaksanakan setiap hari sebelum pelajaran dimulai
sekitar (10-15 menit) mulai pukul 07.00 WIB. Untuk kelas VII
pelaksanaannya kondisional yaitu jika guru pengajar telah datang,
tadarus al-Quran dihentikan meskipun belum 1 Juz dibaca, dan biasanya

76
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor: 05/D/17-III/2008 dalam lampiran laporan hasil
penelitian.
77
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 02/2-W/F-1/17-III/2008 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
44

1 Juz selesai dalam 3 sampai 4 hari. Tapi untuk kelas VIII dan IX
diakhiri dengan berakhirnya dengan satu surat. Sebagai pengawas secara
keseluruhan yaitu guru piket untuk 3 kelas, kemudian yang
mengkondisikan guru pengajar masing-masing. Bagi siswa yang telambat
membacanya di luar kelas.78

Sebagai alasan terpilihnya materi dalam tadarus yaitu juz 'Amma


adalah sebagai pengenalan surah-surah pendek, klelas VIII surah ysn
karena surah ysn merupakan surah yang mustajab, dan kelas IX yaitu
surah al-Wqi'ah supaya Allah SWT memudahkan rizqi bagi siswa. Hal
ini sebagaimana diceritakan oleh bapak Moh. Badri Syakur berikut ini:
Kalau kelas VII, materinya juz 'Amma itu adalah sebagai pengenalan
surah-surah pendek kepada siswa supaya lebih mendalami dan mampu
menghafalkannya. Untuk kelas VIII yaitu surah Ysn karena surah Ysn
merupakan surah yang mustajab (untuk permohonan kepada Allah SWT),
sedangkan kelas IX yaitu surah al-Wqi'ah dengan alasan karena kelas IX
membutuhkan biaya banyak untuk persiapan ujian. Membaca surah al-
Wqi'ah tersebut dengan harapan supaya Allah SWT memberikan
kemudahan rizqi.79

Tadarus al-Quran ini juga diadakan dalam rangka meningkatkan


iman atau kecerdasan spiritual siswa, supaya siswa bertambah hafalannya
serta menumbuhkan kedisiplinan siswa. Siswa sangat antusias mengikuti
tadarus al-Quran. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Isnaman
sebagai berikut:
Kegiatan ini mulai diadakan pada tahun ajaran baru (Juli 2007) dengan
alasan dan tujuan supaya anak semakin tambah hafalan, dalam rangka
peningkatan iman dan kedisiplinan siswa dalam tata tertib sekolah
semakin betambah. Sebelum tahun ajaran ini, kegiatan semacam ini
memang sudah pernah diadakan yaitu sebelum jam pelajaran sekitar
pukul 06.30 WIB, tapi tidak berjalan maksimal. Sehingga di tahun ini
pelaksanaannya dimulai pada pukul 07.00 WIB selama 10-15 menit.
Tetapi rencana penambahan mathlaah tafsir al-Quran yang dialokasikan
di akhir jam pelajaran belum terealisasikan. Hal ini dilaksanakan dalam
rangka meningkatkan isi amalan al-Quran.80

Meskipun ide gagasan kegiatan tadarus ini sudah ada sejak 2006
lalu, tapi baru terealisasi pada tahun ajaran 2007/2008. Dengan berbagai
karakter yang dimiliki oleh siswa, maka program ini membutuhkan waktu
yang relatif lama untuk melancarkan tadarus ini. Sebagaimana hasil
wawancara dengan Bapak Sugiharto berikut ini:

78
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 06/3-W/F-1/17-III/2008 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
79
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 25/15-W/F-1/08-IV/2008 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
80
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 16/11-W/F-1/19-III/2008 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
45

Sebenarnya ide ini sudah ada sejak 2006 lalu, tapi baru berjalan pada
tahun ajaran ini. Awalnya sulit sekali mengkondisikan siswa dalam
kegiatan tersebut. Kekompakan terjalin setelah berjalan 3 bulan, yaitu
siswa yang baru datang setelah berdoa langsung membaca al-Quran.81

Tadarus al-Qur'an di MTs Ma'arif al-Basyariyah merupakan


kegiatan rutinan membaca al-Qur'an yakni juz 'Amma, surah Ysn, dan
surah al-Wqi'ah yang dilaksanakan setiap pagi sebelum pelajaran
dimulai. Dengan demikian, yang melatarbelakangi kegiatan tadarus al-
Quran adalah pembiasaan belajar mengaji, dalam rangka meningkatkan
iman dan menumbuhkan kedisiplinan siswa serta makna doa yang
terkandung dalam kegiatan tersebut.
2. Perilaku Siswa Selama Mengikuti Kegiatan Tadarus al-Quran di MTs

Maarif al-Basyariyah

Siswa pada perkembangan tingkat Tsanawiyah belum jauh


berbeda dengan siswa pada tingkat Ibtidaiyah. Karena tadarus al-Quran
siswa kelas VII merupakan lanjutan dari tingkatan Ibtidaiyah.
Ketika bel telah berbunyi, para siswa bergegas masuk kelas.
Kemudian melaksanakan tadarus al-Quran dengan sungguh-sungguh.
Namun ada beberapa siswa yang tidak mau mengikutinya. Tapi setelah
guru datang di kelas, suasana dapat terkendali, yakni kegiatan dapat
berlangsung dengan lancar.82 Perilaku siswa selama kegiatan berlangsung
sangat beraneka ragam ada yang sungguh-sungguh dan sebagian kecil ada
yang tidak memperhatikan pada saat-saat tertentu. Sebagaimana
diceritakan oleh Ibu Dra. Nurul Badriyah:
Sebagian siswa ada yang tidak memperhatikan, tapi jika ada yang
mengawasi, anak lebih konsentrasi dan sungguh-sungguh dalam
membaca al-Qur'an.83

Sedangkan menurut bapak Syahri, bahwasannya setelah bel


berbunyi semua siswa aktif dan langsung membaca al-Qur'an sesuai
dengan tugas yang diberikan, hal ini dilakukan agar siswa terbiasa
membaca al-Qur'an setiap hari.84 Keterangan tersebut juga diperkuat oleh
keterangan bapak Isnaman:
Karena masing-masing siswa atau individu itu bebeda-beda, maka
perilaku siswapun bermacam-macam ada yanga aktif (membaca al-
Quran dengan baik), disiplin atau lancar dalam membaca (sesuai tajwid),

81
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 21/13-W/F-2/22-III/2008 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
82
Lihat Transkrip Observasi nomor: 02/O/F-2/15-III/2008 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
83
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 07/3-W/F-2/17-III/2008 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
84
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 11/7-W/F-2/18-III/2008 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
46

dan sebagian kecil yang belum lancar membaca biasanya mengganggu


teman sebangkunya.85

Di samping itu, siswa pun sangat menghayati ayat-ayat al-Quran


yang mereka baca.86 Perilaku siswa sangat tertib, membaca al-Quran
dengan hikmat, dan tidak ada satupun yang berbicara sendiri. Sebagaimana
diceritakan oleh bapak Sugiharto berikut ini:
Sejak terjadinya banjir kemarin, banyak siswa yang kehilangan buku,
sehingga banyak siswa yang menghafalkan. Kelas VII menghafal Juz
Amma sedang kelas VIII berusaha menghafal surah Yasin. Jadi perilaku
siswa tersebut sangat tertib, membaca al-Quran dengan hikmat, dan
tidak ada satupun yang berbicara sendiri.87

Kegiatan pembiasaan tadarus ini juga dimaksudkan untuk


mendisiplinkan siswa. Bapak Sumani mengatakan bahwa dengan tadarus
maka anak lebih disiplin. Karena kalau terlambat, anak takut kalau
membaca al-Quran di luar ruangan. Sebenarnya hal ini bukan hukuman
tapi proses pendidikan agar siswa disiplin.88
Siswa mengalami perubahan perilaku sebelum dan sesudah
kegiatan tadarus al-Quran dilaksanakan yaitu: siswa lebih mudah
menerima nasehat dari guru,89 dan kedisiplinan siswa semakin bertambah
serta semakin tertib.90
Dengan demikian, perilaku siswa selama mengikuti kegiatan
tadarus al-Quran di antaranya: sangat tertib, membaca al-Quran dengan
hikmat dan menghayatinya dengan sungguh-sungguh. Sebagian kecil
kurang memperhatikan tetapi jika guru datang semua terkendali. Hal ini
menjadikan siswa mudah menerima nasehat dan kedisiplinanpun
bertambah.
3. Manfaat Tadarus al-Quran dalam Membangun Kecerdasan Spiritual

Siswa di MTs Maarif al-Basyariyah

Al-Quran diturunkan sebagai petunjuk atau pedoman jalan


kehidupan orang muslim. Dengan mengikuti petunjuk itu ia akan menjadi
orang yang berbahagia, yang beruntung di dunia dan di akhirat.

85
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 17/11-W/F-2/19-III/2008 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
86
Lihat Transkrip Observasi nomor: 04/O/F-2/18-III/2008 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
87
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 21/13-W/F-2/22-III/2008 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
88
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 03/2-W/F-2/17-III/2008 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
89
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 07/3-W/F-2/17-III/2008 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
90
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 21/13-W/F-2/22-III/2008 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
47

Mengamalkan al-Quran untuk diri dengan membacanya sebagai amalan


merupakan cara untuk mengembangkan kecerdasan spiritual seseorang.
Kegiatan tadarus al-Quran yang dilaksanakan di MTs Maarif al-
Basyariyah ini sangat bermanfaat bagi perkembangan kecerdasan spiritual
bagi siswa dan dalam internalisasi pendidikan agama Islam sehingga dapat
menumbuhkan iman dan takwa siswa serta bersikap disiplin. Hal ini
sebagaimana yang diceritakan bapak Sumani berikut ini:
Dengan diterapkannya tadarus ini, kegiatan siswa lebih bertambah yaitu
dalam pendidikan agama Islam agar siswa lebih dekat dan cinta kepada
Allah SWT serta para siswa bersikap disiplin.91

Beberapa manfaat dari tadarus al-Qur'an adalah dapat


menumbuhkan sikap tolong menolong, malu mengerjakan perbuatan dosa
dan tercela, membuat hati tenang dan pikiran jernih. Sebagaimana
dikatakan oleh Siti Ilmiah bahwa:
Dengan tadarus al-Qur'an sebelum pelajaran dimulai, membuat hati
tenang, pikiran jernih, dan saya semakin lancar dalam membaca al-
Qur'an.92

Hal tersebut senada sebagaimana yang diungkapkan oleh Siti


Umayatul bahwa dia senang dengan tadarus al-Quran ini karena dapat
membuat hatinya lebih tenang dan menjadikannya hafal surah Ysn. Di
samping itu tadarus al-Quran dapat menumbuhkan rasa ikhlas bagi siswa
dalam melaksanakan aktivitasnya.93 Ini merupakan salah satu indikator
yang telah dicapai dalam kecerdasan spiritual siswa.
Tadarus al-Quran dapat membuat hati damai dan dapat
mendekatkan diri kepada Allah SWT, serta mengetahui makna surah yang
mereka baca meskipun tidak secara rinci. Sebagaimana diceritakan oleh
Tri Wulandari:
Saya merasa senang dengan kegiatan tadarus al-Qur'an ini karena
membuat hati damai dan rasanya semakin dekat dengan Allah SWT dan
juga dapat menambah pengetahuan tentang kandungan atau isi surat
dalam al-Qur'an, karena dulu waktu kegiatan ini akan dilaksanakan, para
guru memberikan penjelasan makna surah tersebut.94

91
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 04/2-W/F-3/17-III/2008 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
92
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 01/1-W/F-3/15-III/2008 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
93
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 08/4-W/F-3/17-III/2008 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
94
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 09/5-W/F-3/18-III/2008 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
48

Pembiasaan melalui tadarus al-Quran dapat memperlancar siswa


dalam membaca al-Quran. Adam Wijianto menerangkan bahwa
pikirannya semakin tenang dan dia bersungguh-sungguh mengikuti
tadarus ini agar dapat membaca al-Qur'an dengan baik dan lancar, karena
cara membacanya tidak dengan suara yang kencang tapi pelan dan pasti.95

Tadarus al-Quran dapat menumbuhkan kejujuran pada diri


seseorang dan dapat dijadikan sebagai wahana untuk memperlancar siswa
dalam mengaji al-Quran. Muhammad Hammam al-Rosyid menerangkan
bahwa kalau di kelas VIII biasanya berjalan dengan lancar, tapi terkadang
ada anak yang berbicara atau ngobrol dengan teman sebangku guru
pengawas langsung bertindak mengeluarkan mereka dan disuruh membaca
di luar. Sedangkan manfaat tadarus tersebut menurutnya adalah sebagai
berikut:
Saya siswa pindahan dari Jogjakarta yang sama sekali belum lancar
membaca al-Quran, dengan adanya tadarus ini saya bisa belajar
mengaji, menjadikan otak encer hati terasa tenteram, saya bisa bersikap
jujur kalau saya belum lancar baca makanya saya mau belajar, di
samping itu tadarus juga dapat mengusir setan (pengganggu-
pengganggu) sehingga berikutnya kami dapat belajar dengan tenang.96

Hal ini berbeda dengan yang diceritakan oleh Eviz Ardiyan


bahwasanya dengan tadarus al-Quran setiap pagi, menjadikanya sadar
bahwa Allah SWT telah memberikan nikmat yang begitu besar
terhadapnya sehingga dia berusaha menjalankan perintah-perintah-Nya,
menjauhi larangan-Nya, dan selalu bersyukur atas karunia yang
diberikan.97 Sedangkan menurut Junaidi manfaat tadarus al-Quran adalah
menjadikannya lebih giat belajar dan menurutnya tadarus al-Quran
merupakan doa untuk meminta pertolongan Allah SWT.98
Kegiatan tadarus al-Quran juga berdampak positif bagi kegiatan
belajar mengajar mata pelajaran selanjutnya. Datanya dapat diperoleh dari
hasil wawancara sebagai berikut:
1. Siswa lebih terfokus dan siap dalam mengikuti kegiatan belajar

mengajar mata pelajaran selanjutnya. Keterangan tersebut juga

diperkuat oleh keterangan Bapak Syahri yaitu:

95
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 10/6-W/F-3/18-III/2008 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
96
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 14/9-W/F-3/19-III/2008 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
97
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 15/10-W/F-3/19-III/2008 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
98
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 24/14-W/F-3/22-III/2008 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
49

Siswa lebih tertata dan siap untuk menerima materi pelajaran selanjutnya.
Karena kalau jam pertama kosong, biasanya dalam KBM selanjutnya
siswa ada yang berkeliaran. Sehingga dengan tadarus ini, para siswa
lebih bersikap sopan.99

2. Tadarus al-Quran bagi siswa merupakan awal untuk berfikir sehingga

kegiatan belajar mengajar akan terkendali sebgaimana hasil wawancara

dengan Bapak Sugiharto berikut ini:

Ya jelas ada dampak positifnya, yaitu awal yang baik maka sampai
siangpun terkondisional (dengan awal yang hikmat maka proses
pembelajaran sampai siang atau akhir jam akan terkendali). Sehingga
bagi anak-anak merupakan start awal untuk berfikir melalui tadarus al-
Quran ini, dan siswa siap untuk menerima pelajaran selanjutnya. Karena
jika dari awal tidak ada konsentrasi maka diantara siswa belum ada
kekompakan.100

3. Siswa memperhatikan pelajaran, prestasi belajar meningkat dan dapat

meningkatkan rasa keimanan bagi siswa, sebagaimana yang

dinyatakan oleh Bapak Isnaman berikut ini:

Membaca al-Quran merupakan amal ibadah sehingga kegiatan tadarus


ini berdampak positif bagi kegiatan belajar yaitu diantaranya dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa, iman seseorang semakin kuat dan
para siswa juga semakin memperhatikan pelajaran karena hati mereka
baru saja diberi sentuhan rohani.101

Manfaat yang dapat dirasakan oleh siswa dalam mengikuti


kegiatan tadarus al-Qur'an antara lain adalah menumbuhkan iman dan
takwa, siswa dapat bersikap disiplin, malu mengerjakan perbuatan dosa
dan tercela, membuat hati tenang, damai, dan tenteram; dapat membuat
pikiran jernih, mendekatkan diri kepada Allah SWT, memperlancar baca
al-Qur'an bahkan sampai menghafal surah Ysn dan dapat menumbuhkan
semangat belajar siswa.
4. Kendala yang Dihadapi dalam Kegiatan Tadarus al-Qur'an dalam

Membangun Kecerdasan Spiritual Siswa di MTs Maarif al-Basyariyah

99
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 11/7-W/F-3/18-III/2008 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
100
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 22/13-W/F-3/22-III/2008 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
101
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 18/11-W/F-3/19-III/2008 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
50

Pembiasaan tadarus al-Qur'an telah berdampak positif dalam


meningkatkan kecerdasan spiritual siswa, dan juga keberhasilan kegiatan
belajar mengajar mata pelajaran lain. Namun, kelancaran kegiatan tadarus
al-Qur'an tidak lepas dari adanya berbagai kendala ysng dihadapi dalam
pelaksanaannya.
Salah satu kendala yang dihadapi dalam kegiatan ini adalah
terkadang masih ada siswa yang terlambat sehingga dapat menyebabkan
konsentrasi siswa lain sedikit terganggu.102 Oleh karena itu, peneliti akan
memperkuat kembali data tersebut melalui hasil wawancara dengan Ibu
Dra. Nurul Badriyah selaku waka kurikulum di MTs Maarif al-
Basyariyah sebagai berikut ini:
Kendala yang pertama yaitu ada beberapa siswa yang belum lancar
membaca al-Qur'an, solusinya langsung ditangani oleh guru agama
masing-masing kelas yaitu pada waktu kegiatan belajar mengajar bidang
studi al-Qur'an Hadits, Fiqh, dan Bahasa Arab. Kedua, anak yang
terlambat, solusinya anak harus membaca di luar ruangan, hal ini
dilakukan untik mendisiplinkan siswa dan menciptakan pribadi yang
berimtaq.103

Dengan demikian, kendala yang dihadapi dalam tadarus ini yaitu


siswa yang belum lancar dan adanya beberapa siswa yang terlambat. Di
antara para guru saling bekerjasama dalam menangani siswa yang belum
lancar membaca al-Qur'an. Menurut Bapak Agus Triyatno bahwa siswa
yang biasanya terlambat disebabkan karena jarak sekolah dari rumah yang
berjauhan, sebelum berangkat sekolah membantu orang tua terlebih dahulu
dan lain-lain. Namun sejauh ini, 50% siswa telah mampu menghafal surah
atau materi yang diberikan.104
Sedangkan menurut bapak Syahri, SAg. di samping siswa yang
kurang lancar, juga ada siswa yang tidak mau membaca.Tetapi setelah
didekati, secara perlahan siswa juga akan terbiasa. Hai ini sebagaimana
diceritakan oleh beliau berikut ini:
Target utamanya tadarus al-Qur'an ini adalah siswa kelas VII bisa hafal
juz 'Amma, kelas VIII surah Ysn, dan kelas XI surah al-Wqi'ah.
Karena itu, kendalanya siswa yang dari SD kurang lancar dalam
membaca al-Qur'an, solusinya bekerja sama dengan guru Qur'an Hadits
yang mana siswa tadi akan memperoleh bimbingan darinya. Kedua, ada
siswa yang tidak mau membaca, tapi setelah didekati guru, mereka mau
mengikutinya dan lama-lama akan terbiasa sehingga menjadi bisa.105

102
Lihat Transkrip Observasi nomor: 03/O/F-4/17-III/2008 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
103
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 05/3-W/F-4/17-III/2008 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
104
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 13/8-W/F-4/18-III/2008 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
105
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 12/7-W/F-4/18-III/2008 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
51

Bapak Isnaman selaku guru piket menambahkan bahwa selain


siswa yang datang terlambat, kendala lain adalah adanya guru piket yang
kurang tepat jadwal sehingga menyebabkan tidak adanya pengawas yang
mengkondisikan siswa, meskipun hal ini jarang terjadi.106
Keterangan tersebut juga diperkuat oleh keterangan bapak
Sugiharto berikut ini:
Untuk memaksimalkan agar tertib yaitu kekurangan tenaga pengawas
karena satu piket mengawasi 3 kelas. Sehingga kalau guru jam pertama
belum datang, piket mengalami kesulitan untuk mengkondisikan siswa
sebanyak 3 kelas.107

Dengan demikian, beberapa kendala yang dihadapi dalam kegiatan


tadarus al-Quran adalah adanya siswa yang terlambat, siswa yang belum
lancar membaca, siswa yang tidak mau membaca, guru piket yang kurang
tepat jadwal, dan kurangnya tenaga atau guru piket yang mengawasi
kegiatan tersebut.

BAB IV
ANALISIS DATA MEMBANGUN KECERDASAN SPIRITUAL
(SQ) SISWA MELALUI KEGIATAN TADARUS AL-QURAN
A. Analisis Latar Belakang Diadakannya Tadarus al-Qur'an dalam

Membangun SQ Siswa di MTs Ma'arif al-Basyariyah

Al-Qur'an merupakan kitab yang berdialog dengan akal yang dapat


meninggikan derajat dan dapat mendorong pembacanya untuk mengambil
hikmah darinya. Munculnya kegiatan tadarus al-Quran MTs Ma'arif al-
106
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 19/11-W/F-4/19-III/2008 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
107
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 23/13-W/F-4/22-III/2008 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini
52

Basyariyah Lengkong Sukorejo Ponorogo yang dilaksanakan setiap pagi


sebelum waktu belajar jam pertama dimulai salah satunya dalam rangka
meningkatkan iman dan sebagai program pembiasaan belajar mengaji bagi
siswa. Hal ini disebabkan karena anak yang dari SD kurang lancar dalam
membaca al-Qur'an, sehingga masing-masing siswa memiliki kemampuan
yang berbeda-beda mengenai pendidikan agama. Upaya sekolah untuk
mengatasi hal tersebut adalah dengan mengadakan program pembiasaan
membaca al-Qur'an yaitu juz 'Amma, surah Ysn dan al-Wqi'ah, di
samping juga untuk menciptakan suasana religius di lingkungan madrasah.
Terpilihnya juz 'Amma sebagai materi tadarus al-Qur'an yaitu
sebagai pengenalan surah-surah pendek kepada siswa agar siswa mampu
mendalami dan menghafalkannya.108 Hal ini sesuai dengan yang dikatakan
oleh Musthafa Shadiq Ar-Rafi'i dalam Tarkh Adab al-Arab, sebagaimana
dikutip oleh Suwaid bahwa surah-surah yanng pendek ini sesungguhnya
mempunyai maksud tersendiri, dan juga mempunyai hikmah yang sangat
menakjubkan jika seseorang mau merenungkannya sehingga yang terpatri
dalam jiwa adalah bukti-bukti Ilahiyah yang penuh dengan
kemukjizatan.109
Surah Ysn sebagai materi tadarus al-Qur'an bagi kelas VIII
karena surah Ysn merupakan surah yang mustajab dan sebelum tadarus
diadakan, guru memberikan motifasi kepada siswa tentang keutamaan
surah Ysn. Rasulullah SAW bersabda:
E L 9 N7 K 8 < M
E F 8 > L 9
356 87 9 3K3@ H > E F 3>B C
@ ? > < ; 356 87 9

[ \ 3]Z EM 8 L7 T Z QF 3 EM U K 3V E F E S T K EM Q PC NP K
f d7C
e > d M
e d7K c7dV Q P < 57 K 3@ 3@ ` a EM 3?@ EM 37>9 E F
e K e d7K m ? ` o N @ EZ ` o nN] K m d @ 3<d @ Qk [h i K 7
7NZ N q M nN] K N@ 3p\ N] F
Artinya :
Qutaibah dan waqie menceritakan kepada kami, mereka berdua
bekata Himaid bin Abdurrahman ar-Ruasyi memberitahukan
kepada kami dari Hasan bin Saleh dari Harun bin Abi Muhammad
dari Muqotil Bin Hayan dari Qutadah dari Annas, ia berkata :
Rosuluallah SAW bersabda : setiap sesuatu ada hatinya, dan hati
alquran adalah surah yasin, Allah SWT mencatat kepada orang
yang membacanya dengan bacaan al-Quran 10 kali lipat110

Sedangkan terpilihnya surah al-Wqi'ah supaya Allah SWT


memberikan kemudahan rizqi. Hal ini sesuai dengan hadits yang
108
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 25/15-W/F-1/08-IV/2008 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
109
Muhammad Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi SAW, terj. Salafudin Abu Sayyid
(Solo: Pustaka Arafah,2006), 155.
110
Muhammad Isa bin surah At Tirmidzi, Sunan AT Tirmidzi juz IV terj. Muh Zuhri dkk
(Semarang: CV. Asy-syifa, 1992), 484-485.
53

diriwayatkan oleh Ibnu Sunni dalam 'Amalul Yaum wal-Lailah


sebagaimana yanng dikutip oleh Suwaid bahwa Rasulullah SAW
bersabda:
W X ` ^] \ [ a b
c d e [ gh e j
i [ l \ me mp
q \ rs
Artinya:
Barangsiapa membaca surah al-Wqiah pada tiap-tiap malam,
niscaya tidak mengenai akan dia oleh kefaqiran selama-
lamanya111

Jadi, dari latar belakang munculnya kegiatan tadarus al-Qur'an di


MTs Ma'arif al-Basyariyah tersebut sudah bersesuaian dengan hikmah
membaca al-Qur'an yaitu menurut Majdi al-Hilali bahwa cara paling
efektif yang dapat membantu kita untuk melampaui bentuk sikap kita
terhadap al-Qur'an dan yang dapat memasukkan kita merasakan kemanisan
iman yang timbul darinya adalah memohon pertolongan kepada Allah
SWT, benar-benar berdo'a kepada-Nya.112 Karena munculnya kegiatan
tadarus al-Qur'an di MTs Ma'arif al-Basyariyah juga dilatarbelakangi oleh
makna do'a yang terkandung dalam kegiatan tersebut.
Al-Qur'an merupakan kitab Allah yang berisi kalamullah yang suci
dan benar. Apabila seorang yang telah beriman, bermakrifat, dan
bertauhid kepada-Nya dengan sebenar-benarnya, maka bacaan al-Qur'an
yang tercapai oleh lisan, terhayati oleh hati dan jiwa, serta terimplementasi
dalam perilaku kehidupan akan mengandung berkah-berkah yang tidak
terhingga.
Latar belakang tadarus al-Quran yang lain adalah meningkatkan
keimanan sebagaimana firman Allah SWT:113

n=t Mu=? #s)u 5=% Mn=_u !$# t. #s) t%!$# 9$# $y)

t=.utGt n/u 4n?tu $Yy) Ey#y Gt#u

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila


disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-
ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada
Tuhanlah mereka bertawakkal.( QS. Al-Anfal:2)

Kemahiran dan ketekunan dalam mempelajari, mengkaji dan


menghayati pesan-pesannya melalui tafsir dan takwil, hal itu akan
mendidik dan mengembangkan kecerdasan akal. Sedangkan
mengamalkannya untuk diri dengan membacanya sebagai amalan atau

111
Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi SAW, terj. Salafudin Abu Sayyid, 156.
112
Majdi al-Hilali, Manajemen SQi-Sukses Qurani, terj. Ahmad Sunarto (Semarang:
Pustaka Nuun, 2006), 95.
113
Al-Quran, 8:2.
54

wirid hingga khatam, hal itu akan mendidik dan mengembangkan


kecerdasan ruhaniah (spiritual). Hakikinya, jika keduanya dapat dikakukan
secara harmonis, maka seorang hamba akan meperoleh hakekat pesan-
pesan al-Qur'an secara keilmuan (lahiriah) dan secara pengamalan ruhani
(batiniah). Sedangkan mengamalkan dan mengajarkan al-Qur'an, seperti
cara membacanya, terjemahannya, atau tafsirnya, hal itu akan mendidik
dan mengembangkan kecerdasan emosional.114
Dengan demikian, kegiatan tadarus al-Qur'an di MTs Ma'arif al-
Basyariyah tersebut yang dilatarbelakangi oleh program pembiasaan bagi
siswa dapat dikatakan sesuai dalam rangka menumbuhkan kecerdasan
spiritual siswa karena dengan membaca al-Qur'an akan mendidik dan
mengembangkan kesehatan ruhani dan kecerdasan spiritual.

B. Analisis Perilaku Siswa Selama Mengikuti Kegiatan Tadarus al-

Qur'an di MTs Ma'arif al-Basyariyah

Berdasarkan dari data hasil wawanacara dan observasi yang telah


peneliti peroleh bahwa perilaku siswa selama tadarus berlangsung sangat
beraneka ragam. Secara umum perilakunya tertib dan membaca al-Qur'an
dengan hikmat115
Adab membaca al-Qur'an adalah tata cara atau sikap sopan santun
ketika akan, sedang, dan setelah membaca al-Qur'an. Melalui adab ini,
diharapkan al-Qur'an yanng telah dibaca akan dapat dengan mudah
dipahami dan diamalkan serta Allah SWT berkenan menurunkan hikmah-
hikmah-Nya ke dalam jiwa, kalbu, akal pikiran, indera, dan diri secara
totalitas.116 Membaca al-Qur'an akan lebih utama dan mulia, jika dengan
tartl, yaitu dengan perlahan-lahan dan tidak tergesa-gesa, tenang serta
dengan ucapan yang benar menurut ilmu tajwid. Allah SWT berfirman: 117

?s? t#u)9$# o?uu n=t r&

Artinya: atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan
perlahan-lahan. (QS. Al-Muzammil: 4)

Maka, perilaku siswa dengan hikmat membaca al-Qur'an


tersebut sudah bersesuaian dengan penumbuhan SQ menurut
Suharsono bahwa sesungguhnya seseorang sangat dianjurkan
memperbanyak ibadah-ibadah sunnah, antara lain ialah
menyelenggarakan shalat lail, disamping tentunya membaca dan
114
Hamdani Bakran Ad-Dzakiey, Prophetic Intelligence (kecerdasan kenabian)
(yogyakarta: Pustaka al-Furqan, 2006), 170.
115
Lihat transkrip wawancara nomor: 21/13-W/F-2/22-III/2008 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
116
Adz-Dzakiey, Prophetic Intelligence, 160.
117
Al-Quran, 73: 4.
55

mengkaji al-Qur'an secara tartil. Qiyamul lail dan tartlul Qur'an


adalah sebuah metode atau bahkan paradigma transformasi Islam yang
khas.118 Penyikapan dan perlakuan yang baik terhadap al-Quran akan
berpengaruh terhadap hasil yang akan diperoleh. Termasuk cara
penghormatan dan pemuliaan terhadap al-Quran adalah membacanya
dengan tertib dan hikmat. Hal ini bukan saja karena al-Quran sebagai
sesuatu yang sangat suci, melainkan disebabkan pembaca al-Qur,an
akan menduduki derajat mulia di sisi Allah SWT. Rasulullah SAW
bersabda:
r
t q u
v ` X w x
t ] sm\
]{| e ~} X w ^ qt 

i
Artinya: Sesungguhnya Allah akan mengangkat deerajat beberapa
kaum melalui al-Quran dan akan merendahkan kaum yang lain
dengan al-Quran juga. (H.R. Muslim dari Umar bin Khattab, Ra.)119

Dengan membaca al-Qur'an dengan hikmat dan menghadap


kiblat, maka akan timbul dalam diri seseorang suatu ketenangan jiwa.
Hal ini menjadikan siswa lebih siap dalam mengikuti mata pelajaran
selanjutnya.

Seorang guru dalam memulai tadarus al-Quran memberikan


penjelasan makna dari surah yang dibaca meskipun secara garis besar.
Pesan-pesan yang terkandung dalam al-Quran akan selalu
membimbing siapa saja yang beriman, percaya, yakin, dan mengenal
Allah SWT. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Adz-Dzakiey bahwa
dengan mempelajari, membaca, dan mengamalkan al-Quran dengan
baik dan benar, diri akan menjadi sehat secara mental, spiritual, moral,
sosial, dan fisik. Sebagaimana firman Allah SWT:

t=9$# t u t=j9 uquu !$x1 u $t #u)9$# z itu

#Y$|yz )

Artinya: dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi


penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain
kerugian.(QS. Al-Isra:82)120

Siswa melakukan tadarus al-Qur'an dengan menghadap kiblat.


Hsal ini sesuai bahwa Membaca al-Qur'an lebih utama dan mulia jika
dilakukan dengan menghadap kiblat, di samping dalam keadaan suci

118
Suharsono, Melejitkan IQ, IE dan IS (Depok: Inisiasi Press, 2004), 162.
119
Imam an-Nawawi, At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Quran ,13.
120
Al-Quran, 17: 82.
56

dan bersih. Secara lahir menghadap ke Baitullah, sedangkan secara


batin hati menghadap kepada Allah SWT.
Perhatian siswa meningkat selama tadarus al-Quran
berlangsung, hal ini terjadi apabila di kelas ada yang mengawasi dan
mengendalikan tadarus al-Qur'an. Karena itu, dibutuhkan seorang guru
yang mengkondisikan kelas yang efektif dan efisien, yaitu menurut
Zohar dan Marshall melalui "jalan pengasuhan". Guru perlu
menciptakan suasana kelas penuh kegembiraan di mana setiap anak
saling menghargai, saling memaafkan jika terjadi konflik di antara
mereka. Hal ini terbukti bahwa di antara mereka saling toleransi dan
apabila terjadi konflik mereka saling melerai.121
Semenjak tadarus al-Quran diterapkan siswa mengalami
perubahan perilaku yaitu mudah menerima nasehat guru. Siswa yang
sebelumnya bandel menjadi patuh, misalnya ketika guru
memerintahkan untuk mengulang bacaan, siswa mau mengikutinya.
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Kyai Maftuh bahwa al-Quran
dapat melunakkan hati dan meneranginya yaitu hati lunak untuk
dimasuki petunjuk atau mau menerima dan merasa puas. Sebagaimana
firman Allah SWT:

t%!$# =_ t)s? u$sW $Y6ttF $Y6tG. ]pt:$# z|mr& tt !$#

y y79s 4 !$# . 4n<) /=%u =_ ,#s? O 5u ts

>$y s9 $ys !$# = tu 4 !$to t / u !$#

Artinya: Allah telah menurunkan Perkataan yang paling baik (yaitu)


Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang,
gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya,
kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat
Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa
yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang disesatkan Allah,
niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.(QS. Az-Zumar:
23)122

Dari berbagai perilaku siswa selama tadarus berlangsung tersebut,


dapat diketahui bahwa siswa mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi
sebagai hamba Allah SWT. Dan inilah salah satu tanda dari SQ yang telah
berkembang dengan baik.

121
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 01/1-W/F-3/15-III/2008 dalam lampiran laporan
hasil penelitian ini.
122
Al-Quran, 39: 23.
57

C. Analisis Manfaat Tadarus al-Qur'an di MTs Maarif al-Basyariyah

dalam Membangun Kecerdasan Spiritual Siswa

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan bahwa manfaat yang


diperoleh siswa dalam kegiatan tadarus al-Qur'an di samping
memperlancar membaca al-Qur'an adalah:
1. Menumbuhkan sikap tolong menolong

Apabila di antara mereka ada yang belum bisa atau lancar


membaca al-Qur'an, mereka saling membantu yaitu dengan
mengajarinya. Maka hal itu sesuai dengan yang dikatakan oleh
Suharsono bahwa orang yang memiliki SQ, biasanya memiliki
dedikasi kerja yang lebih tulus dan jauh dari kepentingan pribadi serta
memiliki kepedulian terhadap sesama. Jika terjadi konflik di antara
siswa, mereka saling melerai dan mencari pihak mana yang benar
melalui berdialog dengan guru. Hal tersebut sebagaimana dikatakan
oleh Zohar dan Marshall bahwa diperlukan guru yang mampu
mendorong setiap siswa untuk saling menghargai dan memahami
pendapat dan perasaan masing-masing dalam menumbuhkan SQ.

2. Menumbuhkan iman dan takwa

Dengan pembiasaan tadarus yakni membaca al-Qur'an setiap


pagi, siswa akan lebih mendekatkan dirinya kepada Allah SWT, serta
mengkokohkan keimanan dalam dirinya. Hal ini sesuai dengan upaya
meningkatkan keimanan menurut Djarot Sensa bahwa senantiasa
membaca al-Quran merupakan salah satu upaya meningkatkan
keimanan sehingga seseorang akan terus mengalami bimbingan-
bimbingan yang bersifat langsung dan tanpa batas. Dan inilah salah
satu indikator yang telah tercapai bahwa siswa memiliki kecerdasan
spiritual yang baik. Firman Allah SWT:123

t/s)9$# y7s9'& . t)79$# t)79$#u

Dan orang-orang yang beriman paling dahulu,


Mereka Itulah yang didekatkan kepada Allah(QS. Al-waqiah:10-11)

3. Malu mengerjakan perbuatan dosa dan tercela

Hal tersebut merupakan indikator kecerdasan spiritual. Dengan


membaca al-Qur'an, akan timbul dalam diri siswa perbuatan yang baik
dan yang buruk. Sebagaimana yang dikatakan Siti Ilmiah bahwa bila

123
Al-Quran, 56: 10-11.
58

dia ingin mengerjakan perbuatan yang buruk, dia selalu ingat bahwa
hal itu tidak baik. Firman Allah SWT:124

3tt !$# r'/ s>t s9r&

Artinya: tidaklah Dia mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah


melihat segala perbuatannya?.(QS. Al-Alaq: 14)
Dengan perasaan malu yang dimiliki siswa tersebut dapat
dikatakan bahwa melalui tadarus al-Quran, SQ siswa mulai
berkembang karena satu indikator SQ telah tercapai.
4. Membuat hati tenang, damai dan tenteram

Tadarus al-Qur'an setiap pagi ini merupakan awal kegiatan


belajar. Dengan ketenangan hati yang dimiliki siswa, mereka lebih
mudah tertata dan fokus dalam menerima pelajaran. Sehingga mereka
dapat dikatakam memiliki kemampuan bersikap fleksibel. Hal ini
sesuai dengan tanda-tanda kecerdasan spiritual yang berkembang
menurut Zohar dan Marshall sebagaimana dikutip oleh Siswo yakni
kemampuan bersikap fleksibel dan tingkat kesadaran yang tinggi.125
Misalnya, anak memiliki pertimbangan yang dapat
dipertanggungjawabkan di saat mengalami situasi dilematis, saat
pelajaran dimulai, siswa fokus memperhatikan pelajaran.
Hal tersebut juga sesuai syair lagu tombo ati karangan Sunan
Bonang bahwa satu di antara lima obat atau penawar hati adalah
membaca al-Quran dan maknanya. Meskipun tadarus di MTs tersebut
pemberian maknanya secara garis besar, namun talah memberikan
hikmah yaitu hati mereka dijadikan tenteram. Firman Allah SWT:

y79x2 4 Zynu \'s#d #u)9$# n=t th s9 (#x1x. t%!$# t$s%u

W?s? o=?uu ( x8y#x / |Mm7s[9

Artinya: berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu


tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya
Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil
(teratur dan benar).(al-Furqon: 32)

5. Pikiran jernih atau otak encer

Berfikir jernih merupakan salah satu jalan menuju kecerdasan


spiritual. Hal itu sesuai dengan jalan menuju kecerdasan spiritual
124
Al-Quran, 96: 14.
125
Siswo Murdwiyono, Kiat Mengembangkan SQ bagi Siswa Akseleran, dalam
Akselerasi: A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual, ed. Reni
Akbar Hawadi (Jakarta: Grasindo, 2004), 208.
59

menurut Siswo Murdwiyono yaitu menciptakan pribadi yang hening.126


Firman Allah SWT:127

#Zyz uA& s)s sy6s9$# |N tu 4 !$to t sy6s9$# A

=t69F{$# (#9'& H) 2t $tu 3 #ZW2

Artinya: Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam


tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah
dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang
berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah. (QS.
Al-Baqoroh: 269).

Pribadi yang hening sangat dibutuhkan agar siswa mempunyai


kebiasaan berfikir jernih ketika menghadapi sesuatu di sekelilingnya.
Kecerdasan spiritual yang menekankan pemberian nilai dan makna
kehidupan memiliki sumbernya pada kejernihan batin sehingga anak
sampai pada pemikiran yang mendasar tentang dirinya.
6. Bersikap disiplin

Dengan adanya tadarus al-Qur'an di MTs Ma'arif al-Basyariyah


kedisiplinan siswa semakin bertambah. Maka kedisiplinan siswa
tersebut bersesuaian dengan salah satu indikator kecerdasan spiritual
yaitu istiqomah. Firman Allah SWT:128

u n=t yz s (#s)tF$# O !$# $o/z (#9$s% t%!$# )

tts

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami


ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah. Maka tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka
cita.(QS. Al-Ahqaf: 13).

Orang yang istiqomah biasanya mempunyai tujuan, termasuk


orang yang kreatif, bersikap sabar dan menghargai waktu. Dan salah
satu cirinya adalah tanggung jawab dan disiplin. Sikap disiplin dengan
menjadikan waktu sebagai salah satu parameter menyebabkan mereka
yang memiliki kecerdasan spiritual akan menunjukkan sikapnya yang
126
Ibid., 209.
127
Al-Quran, 2: 269.
128
Al-Quran, 46: 13.
60

bertanggungjawab dan menepati waktu dengan penuh rasa waspada


dan hati-hati.129 Hal ini terbukti bahwa siswa semakin rajin berangkat
pagi dan siswa yang terlambat berkurang.
7. Menumbuhkan rasa syukur dan sikap jujur

Dengan tadarus yaitu membaca al-Quran secara trtil atau


tidak tergesa-gesa, menjadikan siswa lebih mudah untuk belajar
membaca al-Quran. Sehingga sebagian dari mereka dapat meresapi
makna yang terkandung dan mereka berusaha bersikap jujur serta bila
mendapat kebahagiaan mengucapkan alhamdulillah. Dan inilah
salah satu indikator dari kecerdasan spiritual yang dapat dicapai
melalui tadarus al-Quran. Firman Allah SWT:130

7=9$# 7 &! 3t s9u #V$s!u Gt s9 %!$# ! pt:$# %u

#M73s? i9x.u ( e%!$# zi @<u &! 3t s9u

Artinya: Dan katakanlah: Segala puji bagi Allah yang tidak


mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya
dan tidak mempunyai penolong (untuk menjaga-Nya) dari kehinaan
dan agungkanlah Dia dengan mengagungkan yang sebesar-besarnya.

D. Analisis Kendala yang Dihadapi Kegiatan Tadarus al-Qur'an di MTs

Maarif al-Basyariyah dalam Membangun Kecerdasan Spiritual

Siswa

Semenjak diterapkannya tadarus al-Qur'an di MTs Ma'arif al-


Basyariyah, banyak sekali perubahan yang terjadi baik menyangkut diri
atau pribadi siswa maupun lingkungan madrasah tersebut. Penciptaan
suasana religius di lingkungan sekolah adakalanya telah berjalan
maksimal. Target yang ingin dicapai tadarus tersebut yakni 50% siswa
telah menghafal surah-surah yang ditugaskan kepada mereka.

Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat berbagai kendala


yang dihadapi yaitu, adanya siswa yang terlambat dapat mengganggu

129
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah: Membentuk Kepribadian yang Bertanggung
jawab, Profesional dan Berakhlaq (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 211.
130
Al-Quran, 17: 111.
61

konsentrasi dalam membaca al-Qur'an.131 Upaya sekolah dalam mengatasi


hal tersebut adalah dengan memberikan peraturan bahwa siswa yang
terlambat harus membaca al-Qur'an di luar kelas dan di hadapan seorang
guru. Hal ini dilakukan untuk mendisiplinkan siswa agar takut jika harus
mengulanginya, dan ini termasuk dalam pendidikan nilai.
Hal tersebut sesuai dengan nilai-nilai kehidupan menurut Linda
dan Eyre sebagaimana dikutip oleh Siswo Murdwiyono bahwa nilai-nilai
yang baik akan menjadikan orang lebih, hidup lebih baik, dan
memperlakukan orang lain secara lebih baik. Eyre menunjukkan 12 nilai
yang telah dipilihnya. Separuh di antaranya disebut nilai nurani karena
nilai-nilai itu bermula dengan berkembangnya sikap dalam diri seseorang
yang akan menentukan perilaku serta cara seseorang memperlakukan
orang lain. Nilai-nilai nurani yaitu kejujuran, keberanian, cinta damai,
keandalan diri, disiplin, dan kemurnian. Separuh yang lain disebut nilai-
nilai memberi karena bermula ketika seseorang memberi kepada orang lain
dan selanjutnya berpengaruh terhadap siapa dirinya. Nilai-nilai tersebut
adalah hormat, sayang, setia, tidak egois, ramah, dan murah hati.132
Dengan demikian, disiplin merupakan nilai nurani yang dapat membawa
siswa ke jalan menuju kecerdasan spiritual.
Kurangnya apresiasi siswa, menyebabkan tidak mau membaca
karena malu dirinya belum lancar membaca al-Qur'an. Tetapi setelah
didekati oleh guru dan dengan pembiasaan tadarus tersebut setiap hari,
lama kelamaan siswa akan terbiasa dan menjadi bisa.
Kurangnya konsistensi guru piket dan minimnya guru piket, yakni
1 piket untuk 3 kelas, membuat guru piket mengalami kesulitan untuk
mengawasi kegiatan tadarus al-Qur'an tersebut sebelum guru pengajar jam
pertama datang. Dengan demikian, diperlukan kerjasama atau koordinasi
di antara para guru agar kegiatan tadarus al-Qur'an dapat berjalan dengan
lancar.

DAFTAR PUSTAKA
131
Lihat Transkrip Observasi nomor: 03/O/F-4/17-III/2008 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
132
Siswo Murdwiyono, Kiat Mengembangkan SQ bagi Siswa Akseleran, 211.
62

Abdullah, Mas Udik. Meledakkan IESQ Dengan Langkah Takwa dan Tawakal.
Jakarta: Dzikrul Hakim, 2005.
Adz-Dzakiey, Hamdani Bakran. Prophetic Intellegence: Kecerdasan kenabian.
Yogyakarta: Pustaka Al-Furqon, 2006.
Agustian, Ary Ginanjar. Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power Sebuah
Inner Journey Melalui al-Ihsan. Jakarta: Arga, 2006.
Al-Hilali, Majdi. Manajemen SQi-Sukses Qurani, terj. Ahmad Sunarto.
Semarang: Pustaka Nuun, 2006.
Amin, Muhammad. Konsep Masyarakat Islam. Jakarta: Fikahati Aneka, 1992.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek Edisi revisi
IV. Jakarta: Rineka Cipta, 1998.
Azra, Azyumardi. Malam Seribu Bulan: Renungan-renungan 30 Hari Ramadan.
Jakarta: Erlangga, 2005.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004.
Chaplin, CP. Kamus Lengkap Psikologi. terj. Kartini Kartono. Jakarta: Raja
Grasindo Persada, 1999.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research Jilid I. Yogyakarta: YPFP UGM, 1987.

Isa, Muhammad bin surah At Tirmidzi. Sunan AT Tirmidzi juz IV terj. Muh Zuhri
dkk. Semarang: CV. Asy-syifa, 1992.

Khozin. Jejak-jejak Pendidikam Islam di Indonesia: Rekontruksi Sejarah untuk


Aksi, edisi revisi. Malang: UMM Press, 2006.
Lopa, Baharudin. Al-Quran Dan Hak-Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: PT Dana
Bakti Prima Yasa, 1996.
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Miles, Matthew dan Michael Hubberman. Analisis Data Kualitatif. terj.Tjetjep
Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press,1992.
Moloeng, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2000.
Muhaimin. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Surabaya: PSAPM, 2004.
Murdwiyono, Siswo. Kiat Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi Siswa
Akseleran, dalam Akselerasi: A-Z Informasi Program Percepatan Belajar
dan Anak Berbakat Intelektual, ed. Reni Akbar hawadi. Jakarta: Grasindo,
2004.
Nggermanto, Agus. Quantum Quotient: Cara Cepat Melejitkan IQ, EQ dan SQ
secara Harmonis. Bandung: Nuansa, 2003.
Partanto, Pius A dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:
Arkola, 1994.
Satyadarma, Monty dan Fidelis E Waruwu. Mendidik Kecerdasan: Pedoman bagi
orang tua dan guru dalam mendidik anak cerdas. Jakarta: Pustaka Populer
Obor, 2003.
63

Sensa, Muhammad Djarot. Quranic Quetient: Kecerdasan-Kecerdasan Bentukan


Al-Quran. Jakarta: Hikmah, 2004.
Spradley, Participant Observation. New York: Holt Rinchart and Winston, 1980.
Straus, Anselm & Juliet Corbin. Dasar-dasar penelitian Kualitatif. Surabaya: PT
Bina Ilmu, 1997.
Subagyo, Joko. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta, 2004.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfa
Beta, 2007.
________. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2002.
Suharsono. Melejitkan IQ,IE dan SQ. Depok: Inisiasi Pres, 2004.
Sukidi. SQ Lebih Penting daripada IQ dan EQ. Kompas 28 September 2001.
Sulistami, Ratna dan Erlinda Manaf Mahdi. Universal Intelligence: Tonggak
kecerdasan Untuk Menciptakan Strategi dan Solusi Menghadapi
Perbedaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006.
Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: raja Grasindo Persada,1998.

Suwaid, Muhammad. Mendidik Anak Bersama Nabi SAW, terj. Salafudin Abu
Sayyid. Solo: Pustaka Arafah, 2006.
Tasmara, Toto. Kecerdasan Ruhaniah (Transendental Intelligence): Membentuk
Kepribadian yang Bertanggung jawab, Profesional dan Berakhlak. Jakarta:
Gema Insani Press, 2001.
Tebba, Sudirman. Tasawuf Positif. Jakarta: Prenada Media,2003.
________. Kecerdasan Sufistik: Jembatan Menuju Makrifat. Jakarta: Prenada
Media, 2004.
Yayasan Penyelenggara penterjemah/penafsir al Quran. Al-Quran dan
Terjemahnya. Jakarta, 1971.

Anda mungkin juga menyukai