Anda di halaman 1dari 23

Makalah

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM

Tentang:
Sejarah Pendidikan Islam Periode Kemunduran

Dosen Pengampu Bidang Studi:


Dr. Muhammad Kosim, MA

Oleh :
KELOMPOK 7
Dwi Adinda Putri (2014030036)
Diko Pratama (2014030054)
Rosalina (1914030030)
MPI B

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1442 H/2021 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena izin dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula shalawat beserta salam
penulis hantarkan kepada arwah junjungan kita yakni Rasulullah Muhammad SAW. Semoga
syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.

Penulisan makalah berjudul “Sejarah Pendidikan Islam Periode Kemunduran” ini


penulis susun yang bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Sejarah
Pndidikan Islam. Pada makalah akan diuraikan bagaimana proses kemunduran peradaban
Islam hingga dampak yang ditimbulkan oleh kemunduran tersebut.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Penulis berharap agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran
atas makalah yang penulis susun. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi
berbagai pihak. Aamiin

Payakumbuh, 15 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................i


DAFTAR ISI .........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................3
2.1 Penyebab kemuduran dunia Islam ada tahun 1250-1500 M.................3
2.2 Kemunduran pendidikan Islam pasca kejatuhan Baghdad dan Cordova.....9
2.3 Sistem penddikan Islam pada periode kemunduran................................14
2.4 Dampak kemunduran pendidikan Islam..........................................17
BAB III PENUTUP...............................................................................................19
3.1 Kesimpulan.....................................................................................19
3.2 Saran................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara historis, jejak-jejak pendidikan Islam mengalami titik kelam yang menjadi
salah satu faktor penyebab terpuruknya perkembangan intelektual Muslim pada saat itu.
Keterpurukan Intelektual Muslim dapat dilihat melaui lenyapnya berbagai cabang
ilmu’aqliyyahh yang sudah menjadi tradisi dari keilmuan serta pendidikan Islam yang
sudah berkembang dalam waktu yang sangat lama. Keterurukan ini juga didukung
dengan adanya dikotomi ilmu pengetahuan menjadi ilmu duniawi dan ilmu ukhrawi
yang memerburuk kondisi kaum Muslimin di berbagai belahan dunia.
Hal ini diperarah dengan munculnya berbagai ajaran-ajaran yang mengatakan
bahwa perlunya untuk menumbuhkan sikap membenci dunia. Pengikut ajaran ini
mengatakan bahwa apa yang ada di dunia hanyalah untuk si kafir dan akhirat hanya
untuk si miskin. Ajaran-ajaran al-Qur’an sudah tercampur baur oleh ajaran-ajaran yang
bersifat mistik dan tidak bertanggung jawab.1
Meski sudah memasuki abad modernisasi dan globalisasi, pendidikan Islam
belum juga mengalami kemajuan. Modernisasi dan globalisasi yang berkembang saat ini,
selain membawa kemajuan dan kemudahan juga menyisakan berbagai persoalan sosial
dan kemanusian. Pendidikan Islam dirasa kurang berperan dalam menyelesaikan
permasalahan–permasalahan yang ditimbulkan oleh modernisasi dan globalisasi.
Babak kemunduran dunia Islam terjadi di saat umat Islam yang berada di sekitar
Timur Tengah. Umat Islam mendapat berbagai cobaan baik dari dalam maupun dari luar
dalam mengembagkan ilmu pengetahuan. Contoh cobaan dari luar yaitu serangan dari
Timur Lenk dan juga Hulagu Khan yang merupakan satu keturunan yaitu bangsa
Mongol. Sedangkan cobaaab dari dalam yaitu masa disintegrasi, konflik antara sunni
dan syi’ah yang semakin menajam serta munculnya gerakan-gerakan fanatik terhadap
bangsa Arab.
Namun, berbeda halnya dengan yang terjadi di kawasan Afrika Utara atau Mesir,
Dinasti Mamalik yang berkuasa berhasil menang dan selamat dari serangan bangsa
Mongol. Meski peradaban Islam yang tadinya mungkin terputus di Baghdad yang
merupakan pusat peradaban Islam telah dihancurkan oleh bangsa Mongol, dapat terus
berkembang meski di tempat yang berbeda. Hal ini menyebabkan banyak ilmuwan yang

1
Ahmad Syafii Maarif, al-Qur’an, Realitas Sosial, dan Limbo Sejarah, (Bandung : Pustaka, 1995), hlm.
13

1
melarikan diri ke Mesir serta pemerintah yang berkuasa pada saat itu, juga
memperhatikan perkembangan ilmu pengtahuan dan sebagainya yang mengakibatkan
perkembangan peradaban dari masa periode klasik tidak terputus dan hancur serta terus
berlanjut oleh dinasti Mamluk di Mesir

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa penyebab kemuduran dunia Islam ada tahun 1250-1500 M?
2. Bagaimana proses kemunduran pendidikan Islam pasca kejatuhan Baghdad dan
Cordova?
3. Bagaimana sistem penddikan Islam pada periode kemunduran?
4. Apa saja dampak dari kemunduran pendidikan Islam?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab kemuduran dunia Islam ada tahun 1250-1500 M
2. Untuk mengetahui proses kemunduran pendidikan Islam pasca kejatuhan Baghdad
dan Cordova
3. Untuk mengetahui bagaimana sistem penddikan Islam pada periode kemunduran.
4. Untuk mengetahui apa saja dampak kemunduran pendidikan Islam

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penyebab Kemuduran Dunia Islam Ada Tahun 1250-1500 M
Kemunduran pemikiran di dunia islam baik itu politik maupun pendidikan,
dimulai sejak tahun 1250 M. Kemunduran ini menjadi salah satu akibat konkrit dari
akses sosial, politik, serta budaya pada saat itu. 2 Menurut sejarah, sejak awal dalam
pemikiran Islam terdapat dua hal yang saling berpacu dalam pengembangan diri dan
mempunyai pengaruh besar dalam pengembangan pola pendidikan islam. Kedua pola
tersebut yaitu pola pemikiran tradisional dan pemikiran rasional.
Pola pemikiran tradisional dilakukan berdasarkan kepada wahyu, yang
kemudian berkembang menjadi pemikiran sufistis. Dalam mengembangkan pola
pemikiran, sufi sangat memperhatikan aspek-aspek bathiniyah, akhlak atau budi pekerti
manusia. Pada masa kejayaan, kedua pola pendidikan tersebut menghiasi dunia islam
yang saling berberpadu dan saling melengkapi. Namun, ketika pola pemikiran rasional
di ambil alih oleh Eropa, dan dunia islam pun meninggalkan pola berfikir tersebut, hal
ini menyebabkan hanya pemikiran sufistis yang sifatnya memang sangat memperhatikan
kehidupan bathin yang akhirnya mengabaikan dunia material.3
Selain itu, hal-hal yang menandai runtuhnya sendi-sendi pendidikan dan
kebudayaan islam yaitu kehancuran total yang dialami oleh kota bagdad dan sepanyol
sebagai pusat-pusat pendidikan dan kebudayaan islam, musnahnya lembaga-lembaga
pendidikan serta buku-buku ilmu pengetahuan yang berasal dari kedua pusat pendidikan
dibagian timur dan barat dunia islam tersebut. Hal ini menambah faktor penyebab
kemunduran dunia pendidikan diseluruh dunia islam. Terutama dalam bidang intlektual
dan material, namun tidak demikian halnya dalam pendidikan pemikiran bathin atau
spiritual. Dari aspek-aspek inilah dapat dikatakan bahwa pendidikan dan kebudayaan
Islam mengalami kemunduran yang sangat besar pada masa itu.
Secara umu, terdapat beberapa ppenyebab runtuhnya dunia Islam pada pada
saat itu, diantaranya :
a. Banyaknya Filsafat Islam (yang bercorak sufistis) yang dimasukkan Al Ghazali
di Timur, demikian pula Ibnu Rusyd dalam memasukkan filsafat Islamnya (yang
bercorak rasionalistis) ke dunia Islam di Barat yang akhirnya keduanya bermuara

2
Khoirun Niswa, sejarah pendidikan islam, (Palembang: raden fatah press, 1982).hlm,163.
3
Zuhairini,Dkk, sejarah pendidikan islam, (Jakarta:PT Bumi Arkasa,1994), hlm,109

3
ke arah bidang rohaniah hingga menghilang dalam mega alam tasauf, sedangkan
Ibnu Rusyd menuju ke jurang materialisme.
b. Umat Islam terutama para pemerintahnya (khalifah, sultan, amir-amir)
melalaikan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, dan tidak memberi kesempatan
bidang-bidang tersebut untuk berkembang.
c. Terjadinya pemberontakan yang dibarengi dengan serangan dari luar, sehingga
menimbulkan kehancuran-kehancuran yang mengakibatkan berhentinya kegiatan
pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan di dunia Islam.4

1. Faktor-faktor penyebab kemunduran pendidikan islam


Baghdad merupakan pusat kebudayaan, lambang kemajuan dunia islam srta
pendidikan islam yaitu dari tahun 750-1258 M. Namun, pencapaian umat islam
pada masa itu berubah dan berangsur-angsur menuju arah kemunduran dan
keterbelakangannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal
dan eksterenal.5
a) Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor kemunduran dunia Islam yang berasal dari
dalam pemerintahan umat islam itu sendiri, diantaranya ialah :
1) Konflik internal keluarga islam
Salah satu penyebab kekacauan yang terjadi dalam pemerintahan
islam, yaitu adanya konflik internal keluarga islam, dimana antara yang
satu dengan yang lain saling menghantam serta munculnya pemberontakan
diberbagai daerah. Hal ini mengakibatkan terpecahnya daulah Islam
menjadi beberapa kerajaan kecil. Dengan terpecahnya daulah-daulah Islam
pada masa itu, sangat membawa kemunduran serta kehancuran kepada
pemerintahan Islam itu sendiri. Bahkan terjerumus ke dalam persaingan
antar bangsa6. Selain itu, tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan juga
menjadi pemicu utama terjadinya perebutan kekuasaan diantara ahli waris.7

4
M. M Syarif, Muslim Thought (trans. M fachruddin), Bandung : Diponegoro), hal. 161-164
5
Zuhairini,Dkk, sejarah pendidikan islam, (Jakarta:PT Bumi Arkasa,1994), hlm, 165.
6
Samsul Nizar, sejarah pendidikan islam, ( Jakarta:kencana prenatal media Grup,2011), hlm, 185
7
Badri yatim, sejarah pendidikan islam, ( dirasah islamiyah II), (Jakarta: PT Grapindo persada, 2008), hlm,
108

4
2) Tampilnya Dominasi Militer
Pada masa ke khalifahan al-Mu’tasim banyak direkrut jajaran
militer dari budak-budak Turki. Selain itu, golongan-golongan elit dari
mereka juga diangkat menjadi gubernur di beberapa wilayah dinasti
Abbasiyah. Hal ini menyebabkan dominasi militer mereka semakin kuat
yang menyebabkan khalifah Al Mu’tasam memindahkan pusat
pemerintahan dari Baghdad ke Sammara 80 mil sebelah utara kota
Baghdad. Namun, para pasukan militer ini perlahan-lahan membangun
kekuatan dalam daulah. Mereka secara perlahan mengendalikan jalannya
administrasi pemerintahan Daulah Abbasiyah. Hal ini didukung dengan
munculnya khalifah-khalifah Abbasiyah yang lemah yang tidak mampu
mengimbangi kekuatan militer yang semakin berkuasa. Lemahnya
kekhalifahan pada saat itu memberi peluang kepada tentara professional
asal Turki yang semula diangkat oleh Al Mu’tashim untuk mengambil alih
pemerintahan. Usaha mereka berhasil sehingga kekuasaan sesungguhnya
berada di tangan mereka, sedangkan kekuasaan bani Abbasiyah mulai
pudar dan mulai mengalami masa-masa kemunduran.
3) Permasalahan Keuangan
Dalam bidang keuangan, dinasti Abbasiyah juga mengalami
kemunduran yang bersamaan dengan bidang politik. Pada periode pertama
pemerintah dinasti Abbasiyah merupakan dinasti yang kaya. Sehingga
dana yang masuk lebih banyak dari dana keluar sehingga baitulmal penuh
dengan harta. Dana yang besar diperoleh dari al kharaj (pajak hasil
bumi).8
Dengan pesatnya perkembangan peradaban dan kebudayaan yang
dari periode pertama, mendorong para khalifah untuk bermewah-mewah
dan ingin lebih mewah daripada pendahulunya. Hali ini juga ditiru oleh
hartawan serta anak-anak pejabat. Dengan adanya sifat khlaifah yang
befoyafoya dan ditambah dengan lemahnya kekhalifahan, menyebabkan
roda pemerintahan daulah pada saat itu terganggu dan rakyat menjadi
miskin.

8
Samsul nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (jakarta : Kencana Prenata Media Grup, 2011), 186

5
Pada tahun 919, uang dalam jumlah yang besar masih di kirim ke
pemerintahan pusat di Baghdad. Namun, pengumpulkan uang ini
dilakukan melalui sistem pemborongan pajak, tekadang hak untuk
mengumpulkan pajak sudah diserahkan kepada tentara bayaran karena
dianggap lebih efisien. Ketika militer tidak lagi mau membantu khalifah
dalam pemungutan pajak, maka akan menyebabkan pajak yang masuk ke
pemerintah akan berkurang dan menyebabkan kesulitan ekonomi bagi
khalifah Pemasukan Negara menjadi semakin kecil. Dengan banyaknya
pajak yang macet, makin menyempitnya wilayah kekuasaan dan terjadinya
pemberontakan-pemberontakan yang sangat mengganggu perekonomian,
serta pembengkakan dana keluar juga terjadi akibat kehidupan khalifah dan
para pejabat yang semakin bermewah-mewah dalam memerintah dan
banyaknya korupsi, hal tersebut memperburuk keuangan masyarakat dan
Daulah Abbasiyah dan mendukung kemunduran dinasti Abbasiyah pada
masa itu.
4) Berdirinya dinasti-dinasti kecil
Dikarenakan melemahnya pemerintahan khalifah menyebabkan
banyak muncul pemberontakan-pemberontakan di berbagai daerah yang
ingin membentuk dinasti-dinasti kecil dan melepaskan diri dari bani
Abbasiyah. Munculnya dinasti Tahiriyah di Khurasam yang didirikan oleh
Tahir bin Husain yang dahulunya merupakan gubernur yang ditunjuk Al
Makmun yang ingin memerdekakan diri, kemudian sesudah itu muncul
dinasti safariyah di wilayah Persia dengan pusat ekuasaan di Sijistan, dan
muncul dinasti Idrisiyah di Afrika Utara, sampai kepada dinasti Tulun,
Ikhsid, dan hamdaniyah yang semuanya ingin memerdekakan diri dari
daulah Abbasiyah.9
5) Luasnya wilayah
Luasnya wilayah yang harus dikendalikan menyebabkan
lambatnya penyampaian informasi dan komunikasi pada masa itu. Salah
satu syarat untuk menyatukan suatu wilayah sangat luas, yaitu dengan
adanya tingkat saling percaya yang tinggi di kalangan penguasa-penguasa
utama dan para pelaksana pemerintahan. Pada abad ke-10 kepercayaan

9
Ibid, hal. 187

6
seperti ini sudah berkurang, dan syariat tidak pernah diterpakan dalam
hubungan antara para menteri dan pejabat tinggi dan kepada khalifah.
Imbalan jabatan memiliki pengaruh yang sangat besar, namun
kesempatan untuk mendapatkan imbalan tersebut sangat kecil untuk hari
tua. Hukuman mati, sering disiksa merupakan perlakuan biasa terhadap
wazir yang telah diberhentikan, pemenjaraan, dan penyitaan adalah praktik
normal. Dengan demikian, hampir bisa dipastikan bahwa setiap orang akan
mencari keuntungan bagi dirinya dengan merugikan orang lain dan
akibatnya adalah makin sulit bagi khalifah untuk memperoleh orang-orang
yang akan ditunjuk sebagai gubernur-gubernur provinsi yang dapat
dpercaya untuk mengirim surplus yang diperoleh dari pajak.
6) Fanatisme keagamaan
Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan persoalan kebangsaan.
Pada masa Abbasiyah, konflik keagamaan menjadi isu sentral, sehingga
mengakibatkan terjadi perpecahan. Berbagai aliran keagamaan seperti
Mu‟tazilah, Syi‟ah, Ahlul Sunnah, dan kelompok-kelompok lainnya yang
menjadikan pemerintahan Abbasiyah mengalami kesulitan untuk
mempersatukan berbagai faham keagamaan yang ada.
Konflik yang dilataratarbelakangi agama tidak terbatas antar
muslim dan Zindig atau Ahlusunnah dengan syi’ah tetapi juga aliran-aliran
dalam islam, sehingga mu’tazilah yang cenderung rasional dituduh sebagai
pembuat bid’ah oleh golongan salaf. Perselisihan ini dipertajam oleh Al
Makmun khalifah yang ketujuh dari dinasti Abbasiyah.
Hal tersebut tampak pada pertentangan antara kalangan Mu’tazilah
dan salaf. Mu’tazilah didukung oleh khalifah Al Makmun dan menjadikan
mu’tazilah sebagai mazhab resmi Negara.Dan juga mnerapkan Al Mihnah.
Dan akhirnya mu’tazilah dibatalkan oleh khalifah yang terakhir.10

b) Faktor Eksternal
Selain ancaman dari dalam juga terdapat ancaman dari luar atau faktor
eksternal yang menyebabkan dinasti Abbasiyah hancur. Di antara factor itu
adalah :

10
Ibid, hal 188

7
1) Perang Salib
Perang salib berlangsung dalam berapa gelombang atau periode
yang menelan banyak korban. Perang salib merupakan simbol perang
agama yang timbul atas ketidaksenangan komunitas Kristen terhadap
perkembangan Islam di eropa, orang-orang Kristen Eropa terpanggil untuk
berperang stelah Paus Urbanus II (1088-1099 M) mengeluarkan fatwanya.
Sehingga membakar semangat perlawanan orang-orang Kristen yang
berada dalam wilayah kekuasaan Islam. Konsentrasi dan perhatian
pemerintahan Abbasiyah terpecah belah untuk menghadapi tentara Salib,
sehingga memunculkan kelemahan-kelemahan pada kekhalifahan pada
masa itu.
2) Serangan tentara Mongol
Serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam merupakan
peristiwa yang banyak memakan waktu dan pengorbanan. Setelah perang
salib, tentara Mongol juga melakukan penyerangan ke wilayah kekuasaan
Islam, gereja gereja Kristen berasosiasi dengan orang Mongol yang sangat
anti pada Islam sehingga Mongol memporak-porandakan kota-kota yang
menjai pusat pendidikan islam. Dalam serangan Mongol yang terjadi
selama 40 hari dimulai dari bulan Muharram sampai pertengahan safar
telah memakan korban sebanyak 2 juta jiwa.
Khalifah Al Mu’tashim Billah bersama putra-putranya dibunuh
tentara mongol. Dan turut terbunuh pula guru istana khalifah Syekh
Mukhyidin yusuf bin syaikh Abi Fraj Ibnul Jauzi. Serta dibunuh juga oleh
tentara Mongol Syaikhusy-syuyukh guru dari khalifah yang bernama
Shadrudin sadjar. Segala kitab-kitab, imam-imam dan pembaca-pembaca
(Qari’ul Qur’an) semuanya disapu habis, sehingga berbulan-bulan lamanya
masjid-masjid kosong.Lepas dari 40 hari itu didapatilah Baghdad menjadi
daerah yang kosong.
Al Mu’tashim (640-666 H) merupakan khalifah Abbasiyah yang
terakhir dan telah dibunuh oleh kaum Mongol yang menyerang dunia
Islam serta menamatkan pemerintahan Abbasiyah.Serangan inilah yang
mengakhiri zaman keemasan Islam.11

11
Ibid, hal 189

8
Dari berbagai pemasalahan internal yang dihadapi Daulah
Abbasiyah yang diiringi dengan serangan dari luar, mengakibatkan
kehancuran-kehancuran yang berdampak pada terhentinya kegiatan
pengembangan ilmu pengetahuan dunia islam. Smentara karya-karya
pemikir islam berpindah tangan ke kaum Masehi, mereka ini telah
mengikuti jejak kaum muslimin mnggunakan hasil buah pikiran yang
cenderung mareka capai dari pikiran islam

2. Tokoh-tokoh Islam pada masa kemundurannya


Pada masa kemunduran pendidikan islam terdapat beberapa tokoh pada masa itu di
antaranya yaitu :
a. Ilmu sejarah : Ibnu Khalikan, Ibnu Taghribardi dan Ibnu Khaldun
b. Bidang Astronomi : Nasir Al-Din Al-Tusi.
c. Bidang Matematika : Abu Al-Faraj Al-‘Ibry.
d. Bidang Kedokteran : Abu Al-Hasan’Ali Al-Nafis, penemuan susunan dan
peredaraan darah dalam paru-paru manusia.
e. Dokter hewan : Abd Al-Mun’in Al-Dhimyathi
f. Perintis psikotrapi : Al-Razi,
g. Ilmu Keagamaan Pemikir reformis dalam islam : Ibnu Taimiyah
h. Menguasai banyak ilmu keagamaan : Al-Suyuthi
i. Ilmu Hadits dan lain-lain : Ibnu Hajar Al- ‘Asqalani

2.2 Kemunduran pendidikan Islam pasca kejatuhan Baghdad dan Cordova


1. Kemunduran pendidikan Islam pasca kejatuhan Baghdad
Daulah Abbasiyah berdiri pada tahun 132 H/750 M dengan khalifah
pertamanya Abu Abbas as-Saffah dan berlangsung sampai tahun 656 H/ 1250 M.12
Masa kekuasaan daulah abbasiyah yang panjang berlangsung dengan pola
pemerintahan yang selalu berubah-ubah sesuai dengan perubahan politik, sosial,
budaya dan penguasa. Meski Abu Abbas adalah pendiri daulah ini, namun Pembina
sebenarnya ialah Abu Ja‟far al-Mansur. Abu Ja‟far al-Mansur bekerja keras untuk
menghadapi lawan-lawannya dari bani Umayyah, Khawarij, dan juga Syi‟ah yang
merasa mulai dikucilkan dari kekuasaan.

12
Hasan Muarif Ambary dkk.,Ensiklonpedi Islam 1, (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeven, 2001), hlm. 5

9
Masa imperium Abbasiyah dikenal kurun keemasan, namun juga mengalami
kemunduran dan pada umumnya para sejarawan menetapkan bahwa kejatuhan
Baghdad di Timur (1258 M) dan Cordova di Barat (1236 M) sebagai awal periode
kemunduran yang ditandai kemunduran intelektual.13 Periode ini merupakan awal
kejatuhan dan keruntuhan Baghdad sebagai pusat ibu kota dan kebanggaan umat
Islam di dunia akan kemajuan peradabannya.
Imperium Abbasiyah sebagian dibangun berdasarkan identifikasi Islam dan
sebagian berdasarkan identifikasi khalifah, maka hilangnya para pendukung
merupakan sebuah bencana politik yang sangat besar. Meskipun khalifah tetap
sebagai pemimpin umat dan simbol bagi kekuatan muslim, tetaplah terbuka sebuah
jurang pemisah antara negara dan komunitas keagamaan. Sejak saat itu, khalifah
menampilakn interes politik dan pemerintahan Islam, sementara para ulama dan sufi
merumuskan prinip-prinsip keyakinan Islam.
Gejolak yang diakibatkan oleh doktrin “kemakhlukan al-Qur‟an”
mempertegas terbaginya dua sisi dari kultur dan komunitas Islam masa awal, yaitu
pemisahan antara Negara dan intitusi keagamaan, pemisahan kalangan istana dan
ulama, antara peradaban kosmopolitan dan bentuk peradaban muslim. Selanjutnya,
evolusi institusi kenegaraan dan bentuk-bentuk kultur kosmopolitan, dan evolusi
institusi keagamaan, berbagai nilai, dan amalan umat muslim pastilah akan terus
berlangsung dalam jalur yang terpisah.14
Faktor Jatuhnya Kejayaan Baghdad
Ada beberapa faktor Faktor-faktor yang membuat Baghdad menjadi lemah dan
kemudian hancur dapat dikelompokkan menjadi faktor-faktor intern dan faktor-
faktor ekstern.
A. Faktor Internal
1) Adanya persaingan tidak sehat antara beberapa bangsa yang terhimpun
dalam Daulah Abbasiyah, terutama Arab, Persia, dan Turki
2) Adanya konflik aliran pemikiran dalam Islam yang sering menyebabkan
timbulnya konflik berdarah
3) Munculnya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dari kekuasaan
pusat di Baghdad
4) Kemerosotan ekonomi akibat kemunduran politik.

13
Suwito dan Fauzan, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2005), hlm. 236-237.
14
Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1990), hlm. 191.

10
B. Faktor Eksternal
1) Perang Salib yang terjadi dalam beberapa gelombang
2) Hadirnya tentara Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan.15 Faktor inilah
yang secara langsung menyebabkan hancurnya Daulah Abbasiyah dan
menguasai kotaBagdad, yaitu masa khalifah Al-Musta‟sim, penguasa
terakhir bani Abbas (1242-1258).
Dengan munculnya tentara Mongol di bawah pimpinan Hulagu
Khan, pusat-pusat ilmu pengetahuan, baik yang berupa perpustakaan
maupun lembaga-lembaga pendidikan diporak-porandakan dan dibakar
sampai punah tak berbekas. Dalam hal ini, sudah tentu dunia pendidikan
tidak mendapat ruang gerak yang memadai, segala aspek yang menunjang
berkembangna lembaga-lembaga pendidikan serba terbatas.
Oleh karena itu, dunia Islam tidak dapat melahirkan pemikir-
pemikir yang kritis. Lembaga-lembag pendidikan tinggi sama sekali tidak
memberi peluang kepada para mahasiswa untuk melakukan penelitian dan
pengembangan ilmu. Kebebasan mimbar dan akademik yang menjadi ruh
atau jantung pengembangan Islam satu persatu surut dan sirna.

2. Kejatuhan Cordova (Spanyol)


Dengan hadirnya Islam di Spanyol bagaikan dewa penolong bagi rakyat
Spanyol karena mereka selama ini menderita dan tertekan oleh kekejaman penguasa
Raja Gothic. Perkembangan peradaban Spanyol Islam terbentuk bukan hanya
karena sentuhan dari tradisi Arab-Islam, akan tetapi lebih dari itu karena akibat
persentuhan peradaban yang dibawa oleh Arab-Islam dengan kebudayaan
masyarakat multibudaya inilah akhirnya terikat menjadi satu dan membentuk
kebudayaan Islam yang tinggi pada waktu itu. sehingga dalam waktu singkat
Spanyol berubah menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan Islam di
belahan Barat.16
Setelah mencapai puncak kejayyaan yang kurang lebih selama delapan
abad menjadi kiblat ilmu pengetahuan, keberadaan peradaban Spanyol dengan
Cordovasebagai pusat ibu kota negaranya yang begitu besar, tak mampu bertahan

15
Hasan Muarif Ambary,Ensiklonpedi Islam 1,hlm. 9-10.
16
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah sampai
Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), cet. IV, hlm. 88

11
lebih lama. Jika Bagdad mengalami masa kemunduran dan kehancuran setelah
mencapai puncak kejayaannya, maka Cordova di Spanyol juga demikian halnya.

Faktor yang menyebabkan kemunduran kekuasaan Islam di Spanyol


1) Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan yang menyebabkan munculnya
perebutan kekuasaan di antara ahli waris. Konflik dalam keluarga inilah yang
menyebabkan ditaklukannya sebuah dinasti oleh dinasti lain, dan bahkan
jatuhnya supremasi Islam.
2) Lemahnya figurdan karismatik yang dimiliki khalifah khususnya sesudah
khalifah Al-Hakam II. Khalifah tidak lebih sebagai simbol saja, sedangkan
yang menjalankan pemerintahan berada sepenuhnya di tangan wazir.
3) Perselisihan dikalangan umat Islam itu sendri yang disebabkan pebedaan
kepentingan, atau arena perbedaan suku dan kelompok yang justru menjadi
peluang bagi pihak Kristen untuk memecah belah umat Islam.
4) Konflik Islam dengan Kristen, kebijakan para penguasa muslim tidak
melakukan Islamisasi secara sempurna, tetapi membiarkan orang-orang
Kristen mempertahankan hukum dan tradisi mereka, asalkan tetap membayar
upeti dan tidak mengadakan perlawanan bersenjata. Padahal kehadiran
ArabIslam itu telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen.
5) Munculnya Muluk al-Thawaif (kerajaan-kerajaan kecil) yang masing-masing
saling berebut kekuasaan. Bahkan antara dinasti yang satu tidak segan
menyatu dengan sebuah kerajaan Kristen untuk menghancurkan dinasti yang
lain.17
Saat kondisi yang lemah karena faktor-faktor diatas, muncul serangan dari
Kristen yang sudah menyatu. Kondisi ini lebih diperburuk dengan keterpencilan
Islam di Spanyol dari dunia Islam yang lain, sehingga ia selalu berjuang sendirian,
tanpa bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan
alternatif yang mampu membendung kekuatan Kristen Spanyol

3. Kemunduran Pendidikan Islam Pasca Kejatuhan Bagdad dan Cordova


Setelah Bagdad dan Cordova mengalami kehancuran total sebagai pusat-
pusat pendidikan dan kebudayaan Islam, hal ini menandakan runtuhnya sendi-sendi

17
Badri Yatim, Sejarah Peradaban, hlm, 107-108

12
pendidikan dan kebudayaan Islam. Dengan musnahnya lembaga-lembaga
pendidikan dan semua buku-buku ilmu pengetahuan dari kedua pusat pendidikan di
Timur dan Barat dunia Islam tersebut, menyebabkan pula kemunduran pendidikan
di seluruh dunia Islam, terutama dalam bidang intelektual dan material, tetapi tidak
demikian halnya dalam bidang kehidupan batin dan spiritual.18
Masa kelam tersebut terus menyelimuti dunia Islam akibat berbagai krisis
yang benar-benar memprihatinkan. Pada saat bangsa Eropa tengah sibuk
melepaskan armada-armadanya untuk mengarungi berbagai lautan untuk menjajah
kejayaan negeri-negeri Islam, sekaligus dengan menyebarluaskan ajaran Injil, pada
saat itu pula daya intelektual generasi penerus tidak mampu untuk mengatasi
persoalan-persoalan baru yang dihadapi sebagai akibat perubahan dan
perkembangan zaman, sebagian besar muslimin tenggelam dengan tasawuf yang
sudah jauh menyimpang dari ruh Islam.
M. Sharif dalam bukunya Muslim Thought mengungkapkan bahwa yang
mengakibatkan melemahnya pikiran Islam yang menjadikan kemunduran
pendidikan Islam tersebut, antara lain sebagai berikut:
1) Pemikiran Filsafat Islam yang terlalu berlebihan (yang bercorak sufistik) yang
dimasukkan oleh Al-Ghazali dalam alam Islami di Timur, dengan filsafat
Islamnya menuju kearah bidang ruhaniah hingga menghilang ke dalam mega
alam tasawuf. Begitu juga pemikiran Ibnu Rusyd dalam memasukkan Filsafat
Islamnya (yang bercorak rasionalistis) ke dunia Islam di Barat, dengan
filsafatnya menuju kearah yang bertentangan dengan Al-Ghazali yakni menuju
ke jurang materialism. Al-Ghazali mendapat sukses di Timur, Ibnu Rusyd
mendapat sukses di Barat hingga pikiran-pikirannya menjadi acuan yang
penting dan utama bagi alam pikiran Barat.
2) Banyak umat Islam terutama para pemimpin (khalifah, sultan, atau Amiramir)
tidak memberi kesempatan dalam melakukan proses pembelajaran ilmu
pengetahuan dan kebudayaan. Sehingga pada kondisi masa menurun dan
melemahnya kehidupan umat Islam, para pecinta ilmu pengetahuan banyak
yang terlibat dalam urusan-urusan pemerintahan, sehingga melupakan ilmu
pengetahuan.

18
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hlm. 111.

13
3) Munculnya berbagai pemberontakan yang dibarengi dengan serangan dari luar,
sehingga menimbulkan kehancuran-kehancuran yang mengakibatkanm
berhentinya kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan di
dunia Islam. Sementara itu obor pikiran Islam berpindah tangan ke tangan
Masehi, yang mana mereka ini telah mengikuti jejak kaum muslimin yang
menggunakan hasil buah pikiran yang mereka capai dari pikiran Islam itu.19

Dengan adanya ketiga faktor tersebut di atas, menyebabkan ketidakmampuan


intelektual dalam pengkajian ilmu-ilmu pengetahuan. Sehingga merealisasi dalam
pernyataan bahwa pintu ijtihad telah tertutup dan ajaran yang menyatakan bahwa
dunia adalah penjara bagi kaum muslimin sudah popular ditengah-tengah
masyarakat Islam. Kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya kebekuan
intelektual secara total.20
Dengan kondisi kebekuan intelektual kaum muslim tersebut, analisis Fazlur
Rahman salah satu faktor utamanya berasal dari dalam diri kaum muslim (internal)
yaitu mengudaranya pemikiran penutupan pintu ijtihad (yakni, pemikiran yang
orisinal dan bebas) selama abad ke-4 H/10 M dan 5 H/11 M. Sehingga membawa
kepada kemacetan umum dalam ilmu hukum dan ilmu intelektual.
Ilmu-ilmu intelektual, seperti teologi dan pemikiran keagamaan, sangat
mengalami kemunduran dan menjadi miskin karena pengucilan mereka yang
disengaja dari intelektualisme sekuler dan juga pengucilannya dari bentuk-bentuk
pemikiran keagamaan seperti yang dibawa oleh sufisme.21

2.3 Sistem penddikan Islam pada periode kemunduran.


Dalam perjalanan sejarah Islam terdapat dua pola dalam pemikiran Islam yang
saling berlomba mengembangkan diri dan mempunyai pengaruh besar dalam
pengembangan pola pendidikan umat Islam yaitu: pola pemikiran yang bersifat
tradisional yang selalu mendasarkan diri pada wahyu dan pola pemikiran rasional yang
mementingkan akal fikiran. 22 Dari pola yang pertama berkembang menjadi pola
pemikiran sufistik dan mengembangkan pola pendidikan sufi, yang kedua menimbulkan

19
M. Syarif, Muslim Thougth, terj. Fuad M. Fachruddin, (Bandung: Diponegoro, 1984), hlm. 161-164
20
Zuharimi, Sejarah Pendidikan Islam, hlm. 111.
21
Fazlur Rahman, Islam, (Bandung: Pustaka, 1984), hlm. 270
22
Zuhairini dkk., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 109

14
pola pendidikan empiris rasional, dan pola pendidikan ini lebih memperhatikan
pendidikan intelektual dan penguasaan materi.23
Berkembangnya pola pendidikan menuju dua kutub yang berlawanan adalah
dengan munculnya kecenderungan rasional yang kuat pada Ikhwanussafa, 24 Yang
memandang pendidikan dari sudut pandangan aqliah bukan dari segi amaliah. Mereka
berpendapat bahwa cara memperoleh pengetahuan melalui tiga jalan, pertama melalui
panca indra. Kedua, memperoleh pengetahuan dengan mendengarkan berita-berita yang
hanya manusia sanggup. Ketiga, memperoleh pengetahuan melalui tulisan dan bacaan
memahami arti kata-kata bahasa dan pembicaraan orang dengan melihat tulisan-tulisan
itu.
Pengetahuan semuanya dipelajari bukan secara naluri, dan semua pengetahuan
melalui panca indra. Untuk menaggapi kecenderungan rasionalisme ini muncul suatu
mazhab yang menentang kecenderungan rasionalisme sebagai sumber satu-satunya
pengetahuan. Hal ini terjadi pada zaman Abbasiyah. Selanjutnya, mazhab sufi jalan lain
untuk sampai pada hakikat (jalan selain rasional), jalan itu ialah hati sesudah yang
melalui dibersihkan dari kotoran dan jalan jiwa setelah ia bebas dari nafsu.
Kalau diamati pada masa jayanya pendidikan Islam, kedua pola pendidikan
tersebut menghiasi dunia Islam, sebagai dua pola yang berpadu dan saling melengkapi,
Setelah pola pernikiran rasional diambil alih pengembangannya oleh dunia Barat (Eropa)
dan dunia Islam pun meninggalkan pola berfikir tersebut, maka dalam dunia Islam
tinggal pola pemikiran sufistik, yang sifatnya memang memperhatikan kehidupan batin
yang mengabaikan perkembangan dunia material. Pola pendidikan yang
dikembangkannya pun tidak lagi menghasilkan perkembangan budaya Islam yang
bersifat material, dari aspek inilah dikatakan pendidikan dan kebudayaan Islam
mengalami kemunduran, atau setidaknya dapat dikatakan pendidikan Islam mandeg.25
Setelah ditinggalkannya pendidikan intelektual, maka semakin statis
perkembangan kebudayaan Islam, karena daya intelektual dari generasi penerus tidak
mampu mengadakan kreasi-kreasi budaya baru, bahkan telah menyebabkan
ketidakmampuan untuk mengatasi persoalan-persoalan baru yang dihadapi sebagai
akibat perubahan dan perkembangan zamam. Ketidakmampuan intelektual tersebut

23
Ibid
24
Ibid
25
Zuharini dkk, op.cit, 109

15
muncul dalam "pernyataan" bahwa pintu ijtihad terlah tertutup, terjadilah kebekuan
intelektual secara total.
Berikut ini marilah kita lihat keadaan pendidikan Islam di zaman kemunduran
yaitu dengan melihat upaya mencari, memelihara dan mengembangkannya. Pada masa
disintegrasi (1000 - 1250 M.)172 para khalifah dan raja-raja melarang berfikir bebas,
bahkan mereka menindas filsafat. Maka filsafat dipelajari orang dengan sembunyi-
sembunyi. Hal ini terjadi pada masa Ikhwanussafa dan Algazali. Algazali menyerang
ilmu filsafat dan orang-orang yang berpegang kepada akal fikiran semata-mata.26
Kondisi ini telah mengakibatkan hilangnya pendidikan filsafat sesudahnya, begitu
juga di Andalus orang yang mempelajari filsafat dan mempelajari ilmu falak dianggap
zindiq dan kafir. Ibnu Rusyd diusir dan dihukum masuk penjara, serta disiksa karena
mempelajari dan mengajarkan filsafat.27 Jadi bisa dikatakan pada masa kemundurannya,
ilmu filsafat boleh dikatakan hilang sama sekali karena kita tidak melihat usaha
pencerahan dan pemeliharaan apalagi pengembangan.
Begitu juga pengetahuan yang mempunyai kaitan dengan filsafat, logika atau
pemikiran. Meskipun demikian setelah kehancuran Bagdad kita mengenal ada beberapa
kerajaan yang muncul, yang masing-masingnya juga mempunyai upaya dalam
memajukan pendidikan Islam ( sudah tidak diakui lagi) misal: Kerajaan Namluk di
Mesir.
Setelah jatuhnya kota Bagdad (650 H/1258 M) maka sultan Mamluk di Mesir
mengangkat Baibars, salah seorang anak khalifah yang melarikan diri dari Bagdad ke
Mesir menjadi khalifah, berkedudukan di Kairo. Khalifah pertama diberi gelar al-
Mustanshir. Dengan demikian ibukota dunia Islami berpindah ke Kairo, Begitu juga
pusat pendidikan dan pengajaran berpindah juga ke Kairo ke al-Jami' al-Azhar. Pada
masa pimpinan sultan Baibars (658-676 H. 1260-1277 M.) meningkatnya kemajuan
yang gilang gemilang menjadi pusat ilmu pengetahuan terutama ilmu-ilmu agama Islam
dan Bahasa Arab.
Pada masa sultan Qalawun (1279-1290 M) didirikanlah rumah sakit yang besar
(RS Qalawun) dan madrasah-madrasah yang besar yang mengajarkan ilmu Figh dalam 4
Mazhab dan juga pustaka-pustaka. Pada masa sultan Al-Nashir (1293-1341M.),
keindahan, kesenian, dan teknik pembangunan Islam telah sampai pada puncaknya.

26
Mahmud Yunus, op.cit, h.113
27
Ibid, h. 114

16
Pendeknya pada masa Mamluk, sesudah al-Ayubi madrasah madrasah bertambah
banyak bilangannya 70 madrasah, begitu juga di wilayah lainnya.28

2.4 Dampak kemunduran pendidikan Islam


Dampak kemunduran Pendidikan Islam Pasca Bagdad dan Cordova pada Era
Turki Usmani, Mughal di India, dan Safawi di Persia yaitu ditandai dengan keadaan
politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah
muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar, yaitu Utsmani di Turki, Mughal di
India, dan Safawi di Persia. Kerajaan Utsmani di samping merupakan kerajaan Islam
pertama yang berdiri juga yang terbesar dan paling lama bertahan dibanding dua
kerajaan lainnya.29
Kerajaan Turki Ustmani yang didirikan kabilah Oghuz yang mendiami daerah
Mongol dan daerah utara negeri Cina. Mereka masuk Islam sekitarabad ke 9 atau ke 10
di bawah pimpinan Ortoghol. Setelah Ortoghol meninggal dunia tahun 1289 M
kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya Utsman.Putra Ortoghol inilah yang
dianggap sebagai pendiri kerajaan Utsmani.30 Dalam perkembangan selanjutnya sejak
Utsman I naik tahta secara terhormat menggantikan Alauddin (khalifah terakhir Turki
Saljuk) hingga Sultan terakhir (ke 40), Abdul Majid II turun pada awal abad ke 20 M
(1922), Ustman telah memerintah selama 600 tahun.mengalamipasang surut
kejayaannya. Danketika Sultan Salim III menjadi khaliah (w. 1807) dengan gencar
memperkenalkan berbagai lembaga pembaharuan yang banyak diilhami dari Barat,
termasuk pendidikan, militer, ekonomi dan hukum.
Periode ini dikenal sebagai periode “Reorganisasi Total” sampai-sampai
perubahan pada penghapusannya gelar khalifah dalam sistem pemerintahan.Namun,
perkembangan berikutnya di bawah kekuasaan Mustafa pengaruh kekuasaan sultan
berakhir di tahun 1922, khalifah sebagai pemimpin agama di hapus diganti dengan
Presiden dari Republik Turki baru. Dinamika perkembangan pendidikan pada masa
Tukri Utsmani, pendidikan dan pengajaran mengalami kemunduran, terutama di
wilayah-wilayah seperti Mesir, Baghdad dan lain-lain.
Sistem pengajaran di madrasah-madrasah, masjid-masjid adalah dengan
menghafal dan diwarnai dengan kegiatan-kegiatan sufi, madrasah-madrasah

28
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam , (Jakarta : PT. Hidakarya Agung, !979), h. 161-164
29
Badri Yatim, Sejarah Peradaban, hlm. 129.
30
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, hlm. 272.

17
berkembang menjadi zawiyat-zawiyat untuk mengadakan riyadah di bawah
bimbingan dan otoritas dari guru-guru sufi.Sementara materi yang berkaitan dengan
pemikiran, peradaban, dan sains kurang mendapat perhatian.Konsentrasi mereka lebih
banyak pada masalah kemiliteran dan perluasan wilayah.
Fazlur Rahman melukiskan kedaan pada masa itu, di sebagian besar pusat-
pusat sufi terutama di Turki, kurikulum akademik terdiri hampir seluruhnya buku-buku
tentang sufi. Di Turki waktu itu terdapat beberapa tempat khusus Methnecikhana, di
mana matsnawi-nya Rumi merupakan satu-satunya buku yang diajarkan.Lebih jauh lagi,
isi dan karya-karya tersebut yang sebagian besar dikuasai Pantheisme adalah
bertentangan secara tajam dengan lembaga-lembaga pendidikan ortodoks. Karena itu
timbullah suatu dualisme spiritual yang tajam dan berlarut-larut antara Madrasah dan
Halaqah, lalu membakar buku-buku Madrasah dan melemparkannya dalam sumur. 31

31
Fazlur Rahman, 1984. Dalam Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, hlm. 285.

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kemunduran pemikiran di dunia islam baik itu politik maupun pendidikan,
dimulai sejak tahun 1250 M. Kemunduran ini menjadi salah satu akibat konkrit dari
akses sosial, politik, serta budaya pada saat itu.32 Menurut sejarah, sejak awal dalam
pemikiran Islam terdapat dua hal yang saling berpacu dalam pengembangan diri dan
mempunyai pengaruh besar dalam pengembangan pola pendidikan islam. Kedua pola
tersebut yaitu pola pemikiran tradisional dan pemikiran rasional.
Selain itu, hal-hal yang menandai runtuhnya sendi-sendi pendidikan dan
kebudayaan islam yaitu kehancuran total yang dialami oleh kota bagdad dan sepanyol
sebagai pusat-pusat pendidikan dan kebudayaan islam, musnahnya lembaga-lembaga
pendidikan serta buku-buku ilmu pengetahuan yang berasal dari kedua pusat pendidikan
dibagian timur dan barat dunia islam tersebut. Hal ini menambah faktor penyebab
kemunduran dunia pendidikan diseluruh dunia islam. Terutama dalam bidang intlektual
dan material, namun tidak demikian halnya dalam pendidikan pemikiran bathin atau
spiritual. Dari aspek-aspek inilah dapat dikatakan bahwa pendidikan dan kebudayaan
Islam mengalami kemunduran yang sangat besar pada masa itu.

3.2 Saran
Demikianlah makalah ini penulis susun, semoga dapat dapat berguna sebagai
tambahan ilmu dan pengetahuan bagi kita semua. Penulis menyadari dalam pembuatan
makaalh ini masih sangat kurang, dengan demikian, penulis memohon kritik dan sraan
dari pembaca agar terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

32
Khoirun Niswa, sejarah pendidikan islam, (Palembang: raden fatah press, 1982).hlm,163.

19
DAFTAR PUSTAKA

M. Lapidus, Ira. 1990. Sejarah Sosial Umat Islam. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada
M. M Syarif. Muslim Thought (Trans. M Fachruddin), Bandung : Diponegoro
Muarif Ambary, Hasan Dkk. 2001. Ensiklonpedi Islam 1. Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeven
Nata, Abuddin. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana Prenada Media
Niswa, Khoirun. 1982. Sejarah Pendidikan Islam. Palembang: Raden Fatah Press
Nizar, Samsul. 2011 Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah Sampai Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Rahman, Fazlur. 1984. Islam. Bandung : Pustaka
Samsul Nizar. 2011.Sejarah Pendidikan Islam,Jakarta : Kencana Prenata Media Grup
Suwito Dan Fauzan. 2005. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media
Syafii Maarif, Ahmad. 1995. Al-Qur’an, Realitas Sosial, Dan Limbo Sejarah. Bandung :
Pustaka
Yatim, Badri. 2008. Sejarah Pendidikan Islam, ( Dirasah Islamiyah II). Jakarta : PT Grapindo
Persada
Yunus, Mahmud. 1979. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : PT. Hidakarya Agung
Zuhairini, Dkk. 1994. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : PT Bumi Arkasa

20

Anda mungkin juga menyukai