Anda di halaman 1dari 6

A.

Konsep Dasar Penilaian Kinerja Sekolah

Penilaian Kinerja Sekolah merupakan kegiatan penting yang dilakukan secara


rutin setiap tahun, untuk menilai dan mengevaluasi sejauh mana sebuah Lembaga
Pendidikan sudah memenuhi Standar Nasional Pendidikan sesuai dengan PP No. 19
tahun 2005. Adapun Standar Nasional Pendidikan tersebut mencakup :

1. Standar Kompetensi Lulusan


2. Standar Isi
3. Standar Proses
4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
5. Standar Sarana Prasarana
6. Standar Pengelolaan
7. Standar Pembiayaan
8. Standar Penilaian Pendidikan

Secara umum Penilaian Kinerja Sekolah bertujuan untuk mengembangkan dan


meningkatkan kualitas pendidikan di sebuah Lembaga Pendidikan. Adapun tujuan PKS
secara rinci adalah :

1. Memperoleh gambaran Kinerja Sekolah secara umum, yang dapat digunakan sebagai
alat pembinaan, pengembangan dan peningkatan mutu, yang dapat digunakan sebagai
alat pembinaan, pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan
2. Menyediakan informasi yang akurat kepada masyarakat tentang mutu suatu sekolah
3. Memberikan masukan kepada pihak yang memerlukan sebagai bahan pembinaan dan
peningkatan kualitas layanan sekolah.1

B. Portofolio Kinerja Sekolah

Menurut Budimansyah, Dasim (2002), model penilaian berbasis portofolio


mengacu pada sejumlah prinsip dasar penilaian. Prinsip-prinsip dasar penilaian dimaksud
adalah penilaian proses dan hasil, penilaian berkala dan bersinambung, penilaian yang
adil, dan penilaian implikasi sosial belajar. Sedangkan indikator penilaian portofolio,

1
Bina Insani, Rabu 11 Januari 2017. Penilaian Kinerja Sekolah (PKS) di SDIT Bina Insani.
yaitu tes formatif dan sumatif, tugas-tugas terstruktur, catatan perilaku harian, laporan
aktivitas di luar sekolah.2

Pembelajaran berbasis portofolio memposisikan siswa sebagai titik sentralnya


(student oriented). Dalam proses pembelajaran siswa harus dimotivasi untuk mau dan
mampu melakukan sesuatu untuk memperkaya pengalaman bekerjanya dengan lebih
mengintensifkan interaksi dengan lingkungannya. Dengan interaksi ini diharapkan
mampu membangun pemahaman terhadap dunia sekitar, kepercayaan diri dan
kepribadian siswa yang paham akan keanekaragaman yang ada gilirannya dapat tumbuh
sikap positif dan perilaku toleran terhadap kebinekaan dan perbedaan pola kehidupan.

Menurut Suderajat dan Sumerna (Tsaur, Sufyan: 2009), alasan mengapa


menggunakan penilaian portofolio karena :

a. Dapat menghargai proses pembelajaran hasil belajar siswa.

b. Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung.

c. Memberi perhatian pada prestasi siswa yang memang memiliki prestasi.

d. Bertukar informasi dengan orang tua /wali, peserta didik dan guru.

e. Meningkatkan efektivitas proses pengajaran.

f. Dapat merefleksikan kesanggupan mengambil resiko dan melakukan eksperimen.

g. Dapat membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri pada siswa.

h. Siswa memandang lebih objektif dan terbuka dibandingkan dengan penilaian


tradisional karena siswa menilai hasil kinerja sendiri.

i. Membantu peserta didik dalam merumuskan tujuan.3

Berikut ini sejumlah manfaat yang dapat diperoleh dalam penerapan penilaian
portofolio sebagai berikut :

a. Guru dapat menilai perkembangan dan kemajuan siswa.

2
Budimansyah, Dasim. (2002). Model Pembelajaran Dan Penilaian Portofolio. Bandung: PT
Ganesindo
3
Tsauri, sufyan (2009). Penilaian Portofolio Online. [Online]. Tersedia di
http://tsauri28.myhaley.com/blog/penilaian-portofolio-online/. 19 Maret 2011
b. Guru dan wali murid dapat berkomunikasi tentang pekerjaan siswanya.

c. Siswa menjadi partner dengan gurunya dalam hal proses penilaian.

d. Siswa dapat merefleksikan dirinya sesuai bakat dan kemampuannya.

e. Penilaian tersebut mampu menilai secara obyektif terhadap individu.

f. Meningkatkan interaksi antara siswa dengan guru untuk mencapai suatu tujuan.

g. Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, kebanggaan (pride), kepemilikan


(ownership), dan menumbuhkan kepercayaan diri (self convidence).

h. Mencapai ketuntasan belajar dan bukan sekedar tuntas materi.

i. Guru bersama pengawas dapat mengevaluasi program pengajaran.

j. Meningkatkan profesionalisme guru.

C. Penilaian Kenerja Sekolah Dengan Penelitian Tindakan

Penelitian Tindakan Sekolah adalah salah satu metode untuk menemukan, atau
mencari kebenaran dari sebuah dugaan. Walaupun selama ini kita mengenal ada 6 teori
kebenaran (theories of thruth), yaitu : kebenaran korespondensi, kebenaran konsistensi,
kebenaran koherensi, kebenaran pragmatis, kebenaran performatif, dan kebenaran
konsensus (Wayan AS, I, 2010).
PTS adalah penelitian yang dilakukan oleh Kepala Sekolah atau Pengawas
Sekolah. Fokus penelitian yang dilakukan oleh Kepala Sekolah sekitar supervisi klinis,
menyangkut aspek akademik seperti proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh
guru-guru. Meningkatkan kemampuan guru dalam membelajarkan siswa di kelas,
termasuk dalam hal membuat perencanaan, penggunaan media, membuat alat tes,
implementasi pembelajaran inovatif dan lain-lain. Sedangkan PTS yang dilakukan oleh
Pengawas Sekolah sasarannya adalah tugas-tugas manajerial Kepala Sekolah dan yang
berkenaan dengan tugas-tugas akademik guru-guru.
Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Wayan, AS. (2010), bahwa
PTS memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Berorientasi untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas akademik melalui
kegiatan supervisi kepala sekolah atau pengawas sekolah.
2. Dikerjakan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah sebagai pelaku supervisi.
3. Dilakukannya tindakan-tindakan perbaikan secara terencana dan sistematis serta
berulang-ulang.
4. Bersifat praktis dan hasilnya dapat segera diketahui, tidak seperti penelitian formal
yang lain.

Selanjutnya menurut Setyadien dan Burhanudin (2005), agar PTS dapat berjalan
dengan baik maka harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut.
1. Problem emergence, maksudnya PTS diarahkan untuk memecahkan persoalan-
persoalan yang memerlukan pemecahan segera.
2. Problem oriented, maksudnya PTS berpusat pada masalah-masalah yang memerlukan
penanganan mendesak.
3. Multy-ways, maksudnya masalah-masalah yang ditemukan dapat dipecahkan melalui
berbagai macam cara.
4. Continues repeatedly, maksudnya masalah-masalah dipecahakan secara berulang dan
terus-menerus sampai selesai dan tuntas.
5. Therapeutics evaluation, maksudnya peneliti melakukan tindakan dalam rangka
evaluasi dan refleksi.
6. Collaborative, maksudnya penelitian dapat dilakukan secara berkolaborasi dengan
pihak-pihak terkait yang menguasai permasalahan.

D. Penegakan Disiplin Sekolah

Dalam menerapkan kedisiplinan terkadang dilingkungan keluarga, masyarakat


dan khususnya di lingkungan madrasah, terkadang diterapkan pula dengan pemberian
hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari perilaku tidak disiplin atau pelanggaran
terhadap aturan. Walaupun, kadangkala peberian hukuman (sanksi) menjadi kontroversi
dalam menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam bentuk kesalahan
perlakuan fisik dan kesalahan perlakuan psikologis. Karena itu, bagi madrasah terutama
guru harus memahami tujuan diterapkanya penegakan disiplin di lingkungan sekolah.
Menurut Maman Rachman tujuan disiplin madrasah adalah: memberi dukungan bagi
siswa agar terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, mendorong siswa untuk
melakukan hal-hal yang baik dan benar, membantu siswa memahami dan menyesuaikan
diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhkan siswa dari hal-hal yang dilarang
sekolah, menuntun siswa untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan baik dan bermanfaat
baginya dan lingkungannya.

Seorang guru dituntut harus memberikan contoh atau teladan yang baik kepada
siswanya. sebab, Sikap, teladan, perbuatan dan perkataan guru yang dilihat dan didengar
oleh siswa dapat meresap masuk begitu dalam ke dalam hati sanubari siswa dan
dampaknya kadang-kadang melebihi pengaruh dari orang tuanya di rumah. Karena itu,
ada beberapa usaha yang dapat dilakukan guru dalam menanamkan sikap disiplin, di
antaranya adalah :

1. Guru harus dapat menjadi contoh teladan dalam berdisiplin.


2. Guru diharapkan secara konsisten terus mensosialisasikan kepada siswa tentang
pentingnya disiplin dalam belajar untuk dapat mencapai hasil yang terbaik, melalui
pembinaan dan yang lebih penting lagi melalui keteladanan yang diberikan oleh
guru.
3. Guru dan madrasah menerapkan peraturan tata tertib yang jelas dan tegas, sehingga
mudah untuk diikuti dan mampu menciptakan suasana kondusif untuk belajar siswa.4

E. Pentingnya Penilaian Kinerja Sekolah

penilaian kinerja sekolah sampai saat ini pada umumnya dilakukan melalui
akreditasi sekolah. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005,
tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 86, ayat (1) yang menyatakan bahwa
pemerintah melakukan akreditasi pada setiap jenjang dan satuan pendidikan untuk
menentukan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan. Berdasarkan ketentuan
tersebut. Akreditasi sekolah sendiri memiliki tujuan, antara lain:

(a) menentukan tingkat kelayakan program dan/atau satuan pendidikan dalam


menyelenggarakan layanan pendidikan.

(b) memperoleh gambaran tentang kinerja sekolah.

Pengukuran tingkat keefektifan sekolah belum ada metode tunggal yang dapat
disepakati secara luas. Salah satu metode yang diajukan oleh Reid, Hopkins dan Holly
(Wyatt, 1996) adalah dengan mengkomparasikan kinerja dari sekolah yang efektif dan
sekolah yang tidak efektif. Scheerens (1992: 9) menyatakan bahwa pada umumnya
4
https://mtsn2kotakediri.sch.id/penegakan-kedisiplinan/
pengukuran keefektifan sekolah dilakukan dengan cara membandingkan kinerja sekolah
yang satu dengan sekolah lainnya yaitu melalui metode cross-sectional comparative.
Sementara itu, Preedy (1993) mengidentifikasi tiga konsep tentang keefektifan sekolah,
yakni:

(1) keefektifan sekolah, diukur berdasarkan hasil (outcomes) pendidikan, baik dalam
bidang akademik maupun perkembangan dalam dimensi personal dan sosial peserta
didik ;

(2) keefektifan sekolah juga dapat dinilai berdasarkan kualitas proses pendidikan di
sekolah yang bersangkutan, seperti: kultur atau etos, dan tingkat kepuasan. baik yang
dirasakan oleh staf di sekolah (pemberi layanan) maupun peserta didik (penerima
layanan) terhadap sekolah;

(3) keefektifan sekolah juga dapat dimaknai sebagai kapasitas atau kemampuan sekolah
untuk menyediakan input yang dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu proses
pendidikan yang berkualitas, seperti: kemampuan merekrut calon peserta didik yang
berkualitas, ketersediaan dana dan sarana serta prasarana pendidikan yang memadai
dan kepemilikan staf guru yang profesional.

Anda mungkin juga menyukai