Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu masalah pokok yang dihadapi SD Negeri 173524 Balige

Kabupaten Toba Samosir adalah hasil belajar yang cenderung masih rendah. Hal

ini diindikasikan dari rendahnya nilai uji kompetensi pada tahun pelajaran 2014-

2015. Untuk meningkatkan prestasi belajar sekolah telah berupaya melalui proses

pembelajaran dengan system ganda sesuai KTSP yaitu di sekolah dan di industri

dan telah melalui proses penilaian secara berkelanjutan oleh pendidik dalam hal

ini Guru. Namun demikian tetap saja prestasi belajar peserta didik saat dievaluasi

baik ulangan harian, ulangan tengah semester maupun ulangan akhir semester

menurut data yang diinventarisir oleh bagian kurikulum masih cenderung rendah

dan belum memuaskan. Rata-rata siswa yang dapat tuntas sesuai KKM berkisar

antara 40 - 60%, sedangkan sisanya untuk menuntaskan harus menempuh

remedial.

Keberhasilan sebuah pembelajaran setidaknya dipengaruhi oleh 5

komponen kunci, yaitu: (1) Guru, (2) Sumber dan Media Belajar, (3) Lingkungan,

(4) Siswa dan (5) proses pembelajaran. Guru dalam pembelajaran memiliki peran

yang sangat strategis karena berkaitan dengan pengelolaan 4 komponen kunci

lainnya. Bahkan dalam konsep tentang sumber belajar yang ditulis oleh Sudjarwo

dikutip oleh (Rahmat Saripudin, 2008) guru dapat dikategorikan sebagai sumber

belajar.

Penyempurnaan kurikulum adalah salah satu upaya peningkatan mutu

pendidikan. Upaya itu berhasil jika ada perubahan pola kegiatan pembelajaran,

1
dari yang berpusat pada guru kepada yang berpusat pada siswa, serta orientasi

penilaian dari yang berorientasi diskriminasi siswa kepada yang berorientasi pada

siswa. Keseluruhan perubahan itu menentukan hasil pendidikan.  Ketepatan

penilaian yang dilakukan sekolah, terutama yang berkaitan dengan penilaian

kelas, memperlihatkan pencapaian hasil belajar siswa. Penilaian tersebut

mempengaruhi pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang diterapkan guru

dalam proses pembelajaran.

Penilaian dan kegiatan pembelajaran bermuara pada penguasaan

kompetensi yang diharapkan. Selama ini pelaksanaan penilaian di kelas kurang

mampu menggambarkan kemampuan siswa yang beragam karena cara dan alat

yang digunakan kurang sesuai dan kurang bervariasi. Karena keterbatasan

kemampuan dan waktu, penilaian cenderung dilakukan dengan menggunakan cara

dan alat yang lebih menyederhanakan tuntutan perolehan siswa.  Hasil evaluasi

pelaksanaan Kurikulum menunjukkan bahwa penilaian yang dilakukan di kelas

kurang mampu memperlihatkan tuntutan hasil belajar siswa, yaitu:

1. mengungkapkan pemahamannya dengan kalimat sendiri secara lisan dan

tertulis;

2. mengekspresi gagasan, khususnya dalam bentuk gambar, grafik, diagram,

atau simbol lainnya;

3. mengembangkan keterampilan fungsional sebagai hasil interaksi dengan

lingkungan fisik, sosial, dan budaya;

4. menggunakan lingkungan (fisik, sosial, dan budaya) sebagai sumberdan

media belajar

5. membuat laporan penelitian dan membuat sinopsis; dan

2
6. mengembangkan kemampuan bereksporasi dan mengaktualisasi diri.

Di samping itu, penilaian dilakukan tidak hanya untuk mengungkapkan

hasil belajar ranah kognitif, tetapi juga diharapkan mampu mengungkapkan hasil

belajar siswa dalam lingkup ranah afektif dan psikomotor. Diharapkan penilaian

kelas mampu mengatasi permasalahan penilaian yang ada sehingga hasil belajar

siswa dapat dinilai sesuai dengan tuntutan kompetensi.

Dari latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Guru dalam melaksanakan

penilaian Hasil Belajar Siswa di SD Negeri 173524 Balige Kabupaten Toba

Samosir Tahun Ajaran 2014/2015”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka timbul beberapa masalah

sebagai identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Rendahnya kemampuan guru dalam memberikan penilaian terhadap hasil

belajar siswa

2. Rendahnya hasil belajar siswa

3. Rendahnya pemahaman guru terhadap teknik dan prosedur penilaian hasil

belajar siswa

1.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian masalah ini dibatasi pada Meningkatkan Kemampuan

Guru dalam melaksanakan penilaian Hasil Belajar Siswa di SD Negeri 173524

Balige Kabupaten Toba Samosir Tahun Ajaran 2014/2015.

3
1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan

masalah yang dikemukakan di atas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut

apakah ada peningkatan Kemampuan Guru dalam melaksanakan penilaian Hasil

Belajar Siswa di SD Negeri 173524 Balige Kabupaten Toba Samosir Tahun

Ajaran 2014/2015

1.5 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui peningkatan Kemampuan Guru dalam melaksanakan

penilaian Hasil Belajar Siswa di SD Negeri 173524 Balige Kabupaten Toba

Samosir Tahun Ajaran 2014/2015.

1.6 Manfaat Penelitian

Secara umum manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahuai lebih mendalam tentang pengertian penilaian hasil

belajar siswa

2. Memberikan informasi seputar penilaian di dalam kelas

3. Hasil penelitian ini dapat senantiasa dijadikan sebagai acuan untuk

mengadakan penelitian berikutnya

4
1.7 Defenisi Operasional

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya. Howard Kingsley membagi tiga macam hasil

belajar, yakni

1). Keterampilan dan kebiasaan,

2). Pengetahuan dan pengertian,

3). Sikap dan cita-cita

Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses menentukan

nilai suatu objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek

diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Misalnya untuk dapat mengatakan baik,

sedang, kurang, diperlukan adanya ukuran yang jelas, bagaimana yang baik, yang

sedang dan yang kurang. Ukuran itulah yang dinamakan kriteria. 

Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa cara penilaian adalah

adanya objek atau program yang dinilai dan adanya kriteria sebagai dasar untuk

membandingkan antara apa yang dicapai dengan kriteria sebagai dasar untuk

membandingkan antara apa yang dicapai dengan kriteria yang harus dicapai.

Perbandingan bias bersifat mutlak, bisa pula bersifat relatif.

Penilaian adalah kegiatan untuk mengetahui apakah sesuatu yang telah kita

kerjakan (program pengajaran) telah berhasil atau belum melalui suatu alat

pengukuran yang dapat berupa tes ataupun nontes.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Peningkatan Kompetensi Guru

Mengingat peranan strategis guru dalam setiap upaya peningkatan mutu,

relevansi, dan efisiensi pendidikan, maka peningkatan dan pengembangan aspek

kompetensi professional guru merupakan kebutuhan. Benar bahwa mutu

pendidikan bukan hanya ditentukan oleh guru semata, melainkan juga oleh

beberapa komponen pendidikan lainnya. Akan tetapi seberapa banyak pendidikan

dan pengajaran mengalami kemajuan dalam perkembangannya selama ini, banyak

bergantung kepada kepiawan guru dalam menerapkan kompetensi standar yang

harus dimiliki termasuk kompetensi professional.

Nanang (2010: 103) Guru sebagai arsitek perubahan perilaku siswa

sekaligus menjadi contoh buat siswa. Gruru di tuntut memiliki kompetensi

paripurna seperti:

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi Pedagogik yang harus dikuasai seorang guru adalah:

a. Menguasai karakteristik peserta didik, dari aspek fisik, moral, spiritual,

social, cultural, emosional dan intelektual

b. Menguasai teori – teori belajar dan prinsip pembelajaran yang mendidik

c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang

ajarkan

d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik

6
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan

pembelajaran

f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki

g. Berkomunikasi secara efektif, empati dan santun dengan peserta didik

h. Melakukan penilaian untuk kepentingan pembelajaran

i. Melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

2. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian yang harus dimiliki guru adalah sebagai berikut :

a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hokum, social, dan kebudayaan

nasional Indonesia

b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, beraklak mulia dan teladan

bagi peserta didik dan masyarakat

c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan

berwibawa

d. Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi

guru dan rasa percaya diri.

e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

3. Kompetensi Sosial

Kompetensi social yang harus dimiliki guru adalah sebagai berikut:

a. Bersikap inklusif, bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena

perkembangan jenis kelamin, agam, ras, kondisi fisik, latar belakang

keluarga dan status social ekonomi.

7
b. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santu kepada sesame pendidik,

tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.

c. Berinteraksi di tempat tugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang

memiliki keragaman social budaya.

d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara

linsan dan tulisan atau bentuk lain.

4. Kompetensi Profesional

Kompetensi Profesional yang harus dimiliki guru adalah sebagai berikut :

a. Menguasai materi, struktur, konsep dan pola piker keilmuan yang

mendukung mata pelajaran yang diajarkan.

b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diajarkan.

c. Mengembangkan materi pembelajaran yang diajarkan secara kreatif.

d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan

tindakan reflektif.

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

mengembangkan diri.

Guru dalam proses pembelajaran mempunyai peran sangat penting untuk

meningkatkan mutu pendidikan. Seperti kita ketahui peran guru adalah : sebagai

pendidik, pengajar, pemimpin, administrator, harus mampu melayani peserta didik

yang di landasi dengan keasadaran ( awareness ), keyakinan ( belief ),

kedisiplinan (discipline ) dan tanggung jawab ( responsibility ) secara optimal

sehingga memberiak pengaruh fositif terhadap perkembangan siswa secara

optimal, baik fisik maupun psikhis.

8
Menurut Nanang (2010: 106) kinerja guru dalam melayani peserta didik

dapat tergambar dalam rumus SERVICER yaitu kepanjangan dari:

1.      Smile and Simpathy

Guru dalam menjalankan tugasnya secara sadar harus mempresentasikan

wajahnya dengan penuh senyuman sebagai wujud simpati dan sambutan hangat

(welcome) terhadap peserta didik sehingga siswa merasa betah melakukan proses

pembelajaran.

2.      Empathy and Enthusiasm

Guru dalam menjalankan tugasnya harus memeiliki pribadi merasakan dan

melayani apa yang dirasakan dan di butuhkan oleh peserta didik dalam proses

pembelajaran, serta dalam dalam hidupnya penuh antusias berusaha sekuat tenaga

untuk merealisasikan potensi yang dimiliki peserta didik dengan seoptimal

mungkin.

3.      Respect and Recovery

Guru dalam menjalankan tugasnya harus hormat dan menghargai (respect )

terhadap peserta didik dengan setulus hati sehingga menjadi kesan yang

mendalam ( inpresive ) dan sekaligus merupakan daya pikat (magnetic force ) di

hati peserta didik.

4.      Vision and Victory

Guru dalam menjalankan tugasnya harus menunjukan komitmennya terhadap

masa depan siswa yang lebih baik (visioner) dan keuntungan (victory) atau nilai

tambah bagi kehidupannya secara unggul komparatif dan kompetitif.

5.      Initiative, Impresif dan inovatif

Guru dalam menjalankan tugasnya harus dapat membangun prakarsa (inisiative)

9
Dengan penuh kesan fositif (impresif) di hati peserta didik sehingga peserta didik

merasa betah dan bebas untuk melahirkan berbagai gagasan yang cemerlang

sebagai wujud adanya dorongan untuk melakukan inovasi secara berkelanjutan

dalam proses pembelajaran.

6.      Care and Cooperative

Guru dalam menjalankan tugasnya harus dapat mengayomi sebagai wujud

kepedulian kepada peserta didik yang dilakukan secara kooperatif dengan sesame

guru, kepala sekolah, peserta didik atau stakeholderlainya, serta berupaya

membangun prilaku peserta didik sesuai dengan norma yang berlaku dalam

lingkungannya serta mampu hidup berselancar dalam kesembrautan.

7.      Empowering and Enjoying

Guru dalam menjalankan tugasnya harus mampu memberdayakan (empowering )

potensi peserta didik sesuai dengan kecerdasannya, bakat dan minatnya sehingga

peserta didik merasa senang ( enjoying ) dengan penuh kesadaran, komitmen dan

rasa tanggung jawab melaksanakan proses pembelajaran secara aktif, kreatif,

efektif dan menyenangkan. Proses pembelajaran dengan rasa senang dapat

menjadi solusi dalam mengoptimalkan prestasi belajar siswa di bawah

kemampuannya ( under achiever ).

8.      Result Oriented

Guru dalam melaksanakan tugasnya harus ditunjukan kepada pencapaian tujuan

pembelajaran, baik yang tertuang dalam kompetensi dasar, standar kompetensi,

indicator belajar, criteria ketuntasan minimal ( KKM ) maupun Standar

Kompetensi Lulusan ( SKL )

10
2.2 Pengembangan Kompetensi Guru

Pengembangan profesi guru secara berkesinambungan, “dimaksudkan

untuk merangsang, memelihara, dan meningkatkan kompetensi guru dalam

memecahkan masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran yang berdampak

pada peningkatan mutu hasil belajar siswa” (Danim, 2010 : 5). Oleh karena itu,

peningkatan kompetensi guru untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya secara profesional di satuan pendidikan, menjadi kebutuhan yang amat

mendesak dan tidak dapat ditunda-tunda. Hal ini mengingat perkembangan atau

kenyataan yang ada saat ini maupun di masa depan.

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya yang

semakin maju dan pesat, menuntut setiap guru untuk dapat menguasai dan

memanfaatkannya dalam rangka memperluas atau memperdalam materi

pembelajaran, dan untuk mendukung pelekasanaan pembelajaran, seperti

penggunaan model pembelajaran.

Perkembangan yang semakin maju tersebut, mendorong perubahan

kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Kebutuhan yang makin meningkat itu,

memicu semakin banyaknya tuntutan peserta didik yang harus dipenuhi untuk

dapat memenangkan persaingan di masyarakat. Lebih-lebih dewasa ini, peserta

didik dan masyarakat dihadapkan pada kenyataan diberlakukannya pasar bebas,

yang akan berdampak pada semakin ketatnya persaingan baik saat ini maupun di

masa depan.

Peningkatan kompetensi keguruan, semakin dibutuhkan mengingat

terjadinya perkembangan dalam pemerintahan, dari sistem sentralisasi menjadi

desentralisasi. Pemberlakukan sistem otonomi daerah itu, juga diikuti oleh

11
perubahan sistem pengelolaan pendidikan dengan menganut pola desentralisasi.

“Pengelolaan pendidikan secara terdesenralisasi akan semakin mendekatkan

pendidikan kepada stakeholderspendidikan di daerah dan karena itu maka guru

semakin dituntut untuk menjabarkan keinginan dan kebutuhan-kebutuhan

masyarakat terhadap pendidikan melalui kompetensi yang dimilikinya” (Saud,

2009 : 99).

Perubahan sistem pengelolaan pendidikan, diikuti pula oleh terjadinya

perubahan dalam bidang kurikulum pendidikan. Saat ini telah diberlakukan dan

dikembangkan KBK, yang kemudian dijabarkan menjadi KTSP. Dalam

kurikulum seperti ini, tidak saja peserta didik yang dituntut untuk menguasai

kompetensi yang dipersyaratkan, melainkan guru juga harus berkompeten, bahkan

guru berkewajiban untuk lebih dulu menguasai kompetensi yang dipersyaratkan

untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara profesional.

Sebab, “Pendidikan berbasis kompetensi dapat terlaksana dengan baik apabila

guru-gurunya profesional dan kompeten” (Suderadjat, 2004 : 14). “Dengan kata

lain, berhasil tidaknya reformasi sekolah dalam konteks pengembangan kurikulum

tingkat satuan pendidikan sangat tergantung pada unjuk kerja gurunya” (Mulyasa,

2010 : 62).

Pengembangan profesi dan kompetensi guru berkelanjutan, semakin

penting dan wajib apabila dikaitkan dengan peningkatan jenjang karier dalam

jabatan fungsional guru itu sendiri. Tanpa mengikuti pengembangan diri secara

berkelanjutan, sulit dan bahkan tidak mungkin bagi guru untuk menapaki jabatan

fungsional yang lebih tinggi. Lebih-lebih setelah lahir dan diberlakukannya

Peraturan Menteri (Permen) PAN dan Reformasi Birokrasi No. 16 Tahun 2009

12
tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Dalam peraturan tertulis

ini ditegaskan, bahwa guru yang akan naik pangkat atau menduduki jabatan

fungsional dari Guru Pertama Golongan IIIb hingga Guru Utama Golongan IVe

harus menulis publikasi ilmiah dan karya inovatif, bahkan guru yang ingin naik

jabatan fungsional atau pangkat dari Guru Madya Golongan IVc ke Guru Utama

Golongan IVd harus melakukan presentasi ilmiah atas karya inovatif yang telah

dihasilkannya.

Dalam upaya mengembangkan profesi dan kompetensi guru dalam rangka

pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya secara profesional, dapat dilakukan

melalui beberapa strategi atau model. Pengembangan tenaga kependidikan (guru)

“dapat dilakukan dengan cara on the job training dan in service training”

(Mulyasa, 2004 : 154). Model pengembangan guru ini, dapat diperjelas melalui

kutipan berikut.

Pada lembaga pendidikan, cara yang populer untuk pengembangan

kemampuan profesional guru adalah dengan melakukan penataran (in service

training) baik dalam rangka penyegaran (refreshing) maupun peningkatan

kemampuan (up-grading). Cara lain baik dilakukan sendiri-sendiri (informal) atau

bersama-sama, seperti : on the job training, workshop, seminar, diskusi panel,

rapat-rapat, simposium, konferensi, dan sebagainya (Saud, 2009 : 103).

Pengembangan profesiolnal dan kompetensi guru, bisa juga dilakukan

melalui cara informal lainnya, seperti “melalui media massa televisi, radio, koran,

dan majalah” (Saud, 2009 : 104).

Alternatif yang tidak kalah pentingnya, yang dapat dilakukan dalam

rangka pengembangan profesi dan kompetensi keguruan adalah melakukan

13
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), khususnya bagi kepala sekolah dan

pengawas. Sebab, “sebutan guru mencakup: (1) guru itu sendiri, baik guru kelas,

guru bidang studi maupun guru bimbingan konseling atau guru bimbingan karir;

(2) guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah; dan (3) guru dalam

jabatan pengawas” (Danim, 2010 : 2 – 3). Sehingga, “Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) saja tidak cukup, harus Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)” (Mulyasa,

2010 : iii).

Pengembangan profesional dan kompetensi guru akan sangat berarti atau

bernilai guna apabila dilaksanakan terkait langsung dengan tugas dan tanggung

jawab utamanya. Pelaksanaan pengembangan tersebut “ideal dilakukan atas dasar

prakarsa pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara satuan pendidikan,

asosiasi guru, guru secara pribadi, dan lain-lain” (Danim, 2010 : 4). Di samping

itu, dapat juga dilakukan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)

dan pengguna jasa guru (lihat Saud, 2009 : 121 – 127). Dari kesemua itu, yang

paling berperan penting dalam pelaksanaan pengembangan tersebut adalah guru

itu sendiri (guru sebagai pribadi). Tuntutan untuk meningkatkan kompetensi guru

bila tidak dibarengi dengan kemauan, tekad dan kreativitas yang tumbuh dari diri

sendiri, maka akan sia-sia, tidak bermanfaat.

Dengan demikian penyiapan kondisi yang sedemikian itu menjadi penting

bagi setiap individu yang terlibat di dalam lembaga pendidikan dalam pelaksanaan

tugas dan tanggung jawab, sehingga dapat pula diharapkan tumbuh suburnya

kreativitas yang dapat membawa kemajuan-kemajuan dalam proses pelayanan

yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan itu sendiri.

14
2.3 Pengertian Evaluasi, Penilaian, Pengukuran, dan Tes

Banyak dikalangan kita yang masih secara sepintas menganggap sama

pengertian antara evaluasi, pengukuran (measurement), tes, dan penilaian

(assessment), tetapi kalau kita menggkaji semuanya terdapat pengertian yang

berbeda. Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu

program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak,

dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi

berhubungan dengan keputusan nilai (value judgement). Stufflebeam (Abin

Syamsuddin Makmun, 1996) memengemukakan bahwa: educational evaluation is

the process of delineating, obtaining,and providing useful, information for

judging decision alternatif . Dari pandangan Stufflebeam, kita dapat melihat

bahwa esensi dari evaluasi yakni memberikan informasi bagi kepentingan

pengambilan keputusan. Di bidang pendidikan, kita dapat melakukan evaluasi

terhadap kurikulum baru, suatu kebijakan pendidikan, sumber belajar tertentu,

atau etos kerja guru.

Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha

memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik

telah mencapai karakteristik tertentu.

Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan

beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil

belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan)

peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau

prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif

(pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka).

15
Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif

tersebut.

Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada peserta

didik pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-

syarat tertentu yang jelas.

Secara khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan

untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa

kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar,

dan penentuan kenaikan kelas. Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang

akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta

didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat

dibuat keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya

bimbingan yang diperlukan serta keberadaan kurikukulum itu sendiri.

2.4 Hakikat dan Prinsip Penilaian

Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis

dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang

dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi

yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian dalam KTSP adalah

penilaian berbasis kompetensi, yaitu bagian dari kegiatan pembelajaran yang

dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi

pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Penilaian dilakukan selama proses

pembelajaran dan/atau pada akhir pembelajaran. Fokus penilaian pendidikan

adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai standar kompetensi

16
yang ditentukan. Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus dicapai

berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya dijabarkan

dalam Kompetensi Dasar (KD). Untuk tingkat satuan pendidikan, kompetensi

yang harus dicapai peserta didik adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan satuan pendidikan dalam

mengelola proses pembelajaran.

Penilaian merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran. Dengan

melakukan penilaian, pendidik sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat

mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan metode mengajar

yang digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam meraih kompetensi yang

telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penilaian, pendidik dapat mengambil

keputusan secara tepat untuk menentukan langkah yang harus dilakukan

selanjutnya. Hasil penilaian juga dapat memberikan motivasi kepada peserta didik

untuk berprestasi lebih baik. Penilaian dalam KTSP menggunakan acuan kriteria.

Maksudnya, hasil yang dicapai peserta didik dibandingkan dengan kriteria atau

standar yang ditetapkan. Apabila peserta didik telah mencapai standar kompetensi

yang ditetapkan, ia dinyatakan lulus pada mata pelajaran tertentu. Apabila peserta

didik belum mencapai standar, ia harus mengikuti program remedial/perbaikan

sehingga mencapai kompetensi minimal yang ditetapkan. Penilaian yang

dilakukan harus memiliki asas keadilan yang tinggi. Maksudnya, peserta didik

diperlakukan sama sehingga tidak merugikan salah satu atau sekelompok peserta

didik yang dinilai. Selain itu, penilaian tidak membedakan latar belakang sosial-

ekonomi, budaya, bahasa, jender, dan agama. Penilaian juga merupakan bagian

dari proses pendidikan yang dapat memacu dan memotivasi peserta didik untuk

17
lebih berprestasi meraih tingkat yang setinggi-tingginya sesuai dengan

kemampuannya.

Ditinjau dari sudut profesionalisme tugas kependidikan, kegiatan penilaian

merupakan salah satu ciri yang melekat pada pendidik profesional. Seorang

pendidik profesional selalu menginginkan umpan balik atas proses pembelajaran

yang dilakukannya. Hal tersebut dilakukan karena salah satu indikator

keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh tingkat keberhasilan yang dicapai

peserta didik. Dengan demikian, hasil penilaian dapat dijadikan tolok ukur

keberhasilan proses pembelajaran dan umpan balik bagi pendidik untuk

meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dilakukan. Ada empat istilah

yang terkait dengan konsep penilaian yang digunakan untuk mengetahui

keberhasilan belajar peserta didik, yaitu pengukuran, pengujian, penilaian, dan

evaluasi.  menurut aturan tertentu (Guilford, 1982). Pengukuran pendidikan

berbasis kompetensi berdasar pada klasifikasi observasi unjuk kerja atau

kemampuan peserta didik dengan menggunakan suatu standar.

Pengukuran dapat menggunakan tes dan non-tes. Pengukuran pendidikan bisa

bersifat kuantitatif atau kualitatif. Kuantitatif hasilnya berupa angka, sedangkan

kualitatif hasilnya bukan angka (berupa predikat atau pernyataan kualitatif,

misalnya sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang), disertai deskripsi

penjelasan prestasi peserta didik. Pengujian merupakan bagian dari pengukuran

yang dilanjutkan dengan kegiatan penilaian.

Penilaian (assessment) adalah istilah umum yang mencakup semua metode

yang biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok peserta

didik. Proses penilaian mencakup pengumpulan bukti yang menunjukkan

18
pencapaian belajar peserta didik. Penilaian merupakan suatu pernyataan

berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau

sesuatu (Griffin & Nix, 1991). Penilaian mencakup semua proses pembelajaran.

Oleh karena itu, kegiatan penilaian tidak terbatas pada karakteristik peserta didik

saja, tetapi juga mencakup karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas,

dan administrasi sekolah. Instrumen penilaian untuk peserta didik dapat berupa

metode dan/atau prosedur formal atau informal untuk menghasilkan informasi

tentang peserta didik. Instrumen penilaian dapat berupa tes tertulis, tes lisan,

lembar pengamatan, pedoman wawancara, tugas rumah, dan sebagainya. Penilaian

juga diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran atau kegiatan

untuk memperoleh informasi tentang pencapaian kemajuan belajar peserta didik.

Evaluasi (evaluation) adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat atau

kegunaan suatu objek (Mehrens & Lehmann, 1991).

Dalam melakukan evaluasi terdapatjudgement untuk menentukan nilai

suatu program yang sedikit banyak mengandung unsur subjektif. Evaluasi

memerlukan data hasil pengukuran dan informasi hasil penilaian yang memiliki

banyak dimensi, seperti kemampuan, kreativitas, sikap, minat, keterampilan, dan

sebagainya. Oleh karena itu, dalam kegiatan evaluasi, alat ukur yang digunakan

juga bervariasi bergantung pada jenis data yang ingin diperoleh.

Pengukuran, penilaian, dan evaluasi bersifat bertahap (hierarkis),

maksudnya kegiatan dilakukan secara berurutan, dimulai dengan pengukuran,

kemudian penilaian, dan terakhir evaluasi.

19
2.5 Tujuan Penilaian

Penilaian memiliki tujuan yang sangat penting dalam pembelajaran,

diantaranya untuk grading, seleksi, mengetahui tingkat penguasaan kompetensi,

bimbingan, diagnosis, dan prediksi.

1. Sebagai grading, penilaian ditujukan untuk menentukan atau membedakan

kedudukan hasil kerja peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lain.

Penilaian ini akan menunjukkan kedudukan peserta didik dalam urutan

dibandingkan dengan anak yang lain. Karena itu, fungsi penilaian untuk

grading ini cenderung membandingkan anak dengan anak yang lain sehingga

lebih mengacu kepada penilaian acuan norma (norm-referenced assessment).

2. Sebagai alat seleksi, penilaian ditujukan untuk memisahkan antara peserta

didik yang masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak. Peserta didik yang

boleh masuk sekolah tertentu atau yang tidak boleh. Dalam hal ini, fungsi

penilaian untuk menentukan seseorang dapat masuk atau tidak di sekolah

tertentu.

3. Untuk menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah

menguasai kompetensi.

4. Sebagai bimbingan, penilaian bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar

peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya,

membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan

program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan.

5. Sebagai alat diagnosis, penilaian bertujuan menunjukkan kesulitan belajar

yang dialami peserta didik dan kemungkinan prestasi yang bisa

20
dikembangkan. Ini akan membantu guru menentukan apakah seseorang perlu

remidiasi atau pengayaan.

6. Sebagai alat prediksi, penilaian bertujuan untuk mendapatkan informasi

yang dapat memprediksi bagaimana kinerja peserta didik pada jenjang

pendidikan berikutnya atau dalam pekerjaan yang sesuai. Contoh dari

penilaian ini adalah tes bakat skolastik atau tes potensi akademik.

Dari keenam tujuan penilaian tersebut, tujuan untuk melihat tingkat

penguasaan kompetensi, bimbingan, dan diagnostik merupakan peranan utama

dalam penilaian.

Sesuai dengan tujuan tersebut, penilaian menuntut guru agar secara

langsung atau tak langsung mampu melaksanakan penilaian dalam keseluruhan

proses pembelajaran. Untuk menilai sejauhmana siswa telah menguasai beragam

kompetensi, tentu saja berbagai jenis penilaian perlu diberikan sesuai dengan

kompetensi yang akan dinilai, seperti unjuk kerja/kinerja (performance),

penugasan (proyek), hasil karya (produk), kumpulan hasil kerja siswa (portofolio),

dan penilaian tertulis (paper and pencil test). Jadi, tujuan penilaian adalah

memberikan masukan informasi secara komprehensif tentang hasil belajar peserta

didik, baik dilihat ketika saat kegiatan pembelajaran berlangsung maupun dilihat

dari hasil akhirnya, dengan menggunakan berbagai cara penilaian sesuai dengan

kompetensi yang diharapkan dapat dicapai peserta didik.

21
2.6 Pendekatan Penilaian

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian

hasil belajar, yaitu penilaian yang mengacu kepada norma (Penilaian Acuan

Norma atau norm-referenced assessment) dan penilaian yang mengacu kepada

kriteria (Penilaian Acuan Kriteria atau criterion referenced assessment).

Perbedaan kedua pendekatan tersebut terletak pada acuan yang dipakai. Pada

penilaian yang mengacu kepada norma, interpretasi hasil penilaian peserta didik

dikaitkan dengan hasil penilaian seluruh peserta didik yang dinilai dengan alat

penilaian yang sama. Jadi hasil seluruh peserta didik digunakan sebagai acuan.

Sedangkan, penilaian yang mengacu kepada kriteria atau patokan, interpretasi

hasil penilaian bergantung pada apakah atau sejauh mana seorang peserta didik

mencapai atau menguasai kriteria atau patokan yang telah ditentukan. Kriteria

atau patokan itu dirumuskan dalam kompetensi atau hasil belajar dalam kurikulum

berbasis kompetensi.

Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, pendekatan penilaian

yang digunakan adalah penilaian yang mengacu kepada kriteria atau patokan.

Dalam hal ini prestasi peserta didik ditentukan oleh kriteria yang telah ditetapkan

untuk penguasaan suatu kompetensi. Meskipun demikian, kadang kadang dapat

digunakan penilaian acuan norma, untuk maksud khusus tertentu sesuai dengan

kegunaannya, seperti untuk memilih peserta didik masuk rombongan belajar yang

mana, untuk mengelompokkan peserta didik dalam kegiatan belajar, dan untuk

menyeleksi peserta didik yang mewakili sekolah dalam lomba antar-sekolah.

22
2.7 Ruang Lingkup Penilaian

Hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah

(domain), yaitu: (1) domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup

kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika – matematika), (2) domain afektif (sikap

dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan

intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional), dan (3) domain psikomotor

(keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-

spasial, dan kecerdasan musikal).

Sejauh mana masing-masing domain tersebut memberi sumbangan

terhadap sukses seseorang dalam pekerjaan dan kehidupan? Data hasil penelitian

multi kecerdasan menunjukkan bahwa kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika-

matematika yang termasuk dalam domain kognitif memiliki kontribusi hanya

sebesar 5 %. Kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi yang termasuk

domain afektif memberikan kontribusi yang sangat besar yaitu 80 %. Sedangkan

kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spatial dan kecerdasan musikal yang

termasuk dalam domain psikomotor memberikan sumbangannya sebesar 5 %

Namun, dalam praxis pendidikan di Indonesia yang tercermin dalam

proses belajar-mengajar dan penilaian, yang amat dominan ditekankan justru

domain kognitif. Domain ini terutama direfleksikan dalam 4 kelompok mata

pelajaran, yaitu bahasa, matematika, sains, dan ilmu-ilmu sosial. Domain

psikomotor yang terutama direfleksikan dalam mata-mata pelajaran pendidikan

jasmani, keterampilan, dan kesenian cenderung disepelekan. Demikian pula, hal

ini terjadi pada domain afektif yang terutama direfleksikan dalam mata-mata

pelajaran agama dan kewarganegaraan.

23
Agar penekanan dalam pengembangan ketiga domain ini disesuaikan

dengan proporsi sumbangan masing-masing domain terhadap sukses dalam

pekerjaan dan kehidupan, para guru perlu memahami pengertian dan tingkatan

tiap domain serta bagaimana menerapkannya dalam proses belajar-mengajar dan

penilaian.

Perubahan paradigma pendidikan dari behavioristik ke konstruktivistik

tidak hanya menuntut adanya perubahan dalam proses pembelajaran, tetapi juga

termasuk perubahan dalam melaksanakan penilaian pembelajaran siswa. Dalam

paradigma lama, penilaian pembelajaran lebih ditekankan pada hasil (produk) dan

cenderung hanya menilai kemampuan aspek kognitif, yang kadang-kadang

direduksi sedemikian rupa melalui bentuk tes obyektif. Sementara, penilaian

dalam aspek afektif dan psikomotorik kerapkali diabaikan.

Dalam pembelajaran berbasis konstruktivisme, penilaian pembelajaran

tidak hanya ditujukan untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif semata, tetapi

mencakup seluruh aspek kepribadian siswa, seperti: perkembangan moral,

perkembangan emosional, perkembangan sosial dan aspek-aspek kepribadian

individu lainnya. Demikian pula, penilaian tidak hanya bertumpu pada penilaian

produk, tetapi juga mempertimbangkan segi proses.

Kesemuanya itu menuntut adanya perubahan dalam pendekatan dan teknik

penilaian pembelajaran siswa. Untuk itulah, Depdiknas (2006) meluncurkan

rambu-rambu penilaian pembelajaran siswa, dengan apa yang disebut Penilaian

Kelas

24
2.8 Teknik Penilaian

Permendiknas No. 22 tahun 2006 menyatakan bahwa Standar Isi (SI)

Untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah mencakup lingkup materi minimal

dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal

pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Di dalam SI dijelaskan bahwa kegiatan

pembelajaran dalam KTSP meliputi tatap muka, penugasan terstruktur, dan

kegiatan mandiri tidak terstruktur. Tatap muka adalah pertemuan formal antara

pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran di kelas.

Penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah

kegiatan pembelajaran berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik

yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu

penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik, sedangkan waktu

penyelesaian kegiatan mandiri tidak terstruktur diatur sendiri oleh peserta didik.

Sejalan dengan ketentuan tersebut, penilaian dalam KTSP harus dirancang untuk

dapat mengukur dan memberikan informasi mengenai pencapaian kompetensi

peserta didik yang diperoleh melalui kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur,

dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Berbagai macam teknik penilaian dapat

dilakukan secara komplementer (saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi

yang dinilai. Teknik penilaian yang dimaksud antara lain melalui tes, observasi,

penugasan, inventori, jurnal, penilaian diri, dan penilaian antarteman yang

sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.

1. Tes adalah pemberian sejumlah pertanyaan yang jawabannya dapat benar

atau salah. Tes dapat berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes

kinerja. Tes tertulis adalah tes yang menuntut peserta tes memberi jawaban
25
secara tertulis berupa pilihan dan/atau isian.Tes yang jawabannya berupa

pilihan meliputi pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan. Sedangkan

tes yang jawabannya berupa isian dapat berbentuk isian singkat dan/atau

uraian. Tes lisan adalah tes yang dilaksanakan melalui komunikasi langsung

(tatap muka) antara peserta didik dengan pendidik. Pertanyaan dan jawaban

diberikan secara lisan.Tes praktik (kinerja) adalah tes yang meminta peserta

didik melakukan perbuatan/mendemonstasikan/ menampilkan keterampilan.

Dalam rancangan penilaian, tes dilakukan secara berkesinambungan

melalui berbagai macam ulangan dan ujian. Ulangan meliputi ulangan harian,

ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.

Sedangkan ujian terdiri atas ujian nasional dan ujian sekolah.

Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian

kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk

melakukan perbaikan pembelajaran, memantau kemajuan dan menentukan

keberhasilan belajar peserta didik.

Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk

mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu

kompetens dasar (KD) atau lebih.

Ulangan tengah semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik

untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 –9

minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangantengah semester meliputi seluruh

indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.

Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik

untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir semester.

26
Cakupan ulangan akhir semester meliputi seluruh indikator yang

merepresentasikan semua KD pada semester tersebut. Ulangan kenaikan kelas

adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik pada akhir semester genap untuk

mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir semester genap pada

satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket. Cakupan ulangan kenaikan

kelas meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester

genap. Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian

kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau

penyelesaian dari suatu satuan pendidikan.

Ujian nasional adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta

didik pada beberapa mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu

pengetahuan dan teknologi dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional

Pendidikan.

Ujian sekolah adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta

didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas

prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuan

pendidikan. Mata pelajaran yang diujikan pada ujian sekolah adalah mata

pelajaran pada kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang

tidak diujikan pada ujian nasional, dan aspek kognitif dan/atau psikomotorik

untuk kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, serta kelompok mata

pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.

27
2. Observasi adalah penilaian yang dilakukan melalui pengamatan terhadap

peserta didik selama pembelajaran berlangsung dan/atau di luar kegiatan

pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data kualitatif dan

kuantitatif sesuai dengan kompetensi yang dinilai, dan dapat dilakukan baik

secara formal maupun informal. Penilaian observasi dilakukan antara lain

sebagai penilaian akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,

kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata

pelajaran estetika, serta kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan

kesehatan.

3. Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik baik secara

perorangan maupun kelompok. Penilaian penugasan diberikan untuk

penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur, dan dapat berupa

praktik di laboratorium, tugas rumah, portofolio, projek, dan/atau produk.

4. Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam

bidang tertentu yang diorganisasikan untuk men tahui minat,perkembangan

prestasi, dan kreativitas peserta didik (Popham, 1999). Bentuk ini cocok untuk

mengetahui perkembangan unjuk kerja peserta didik dengan menilai bersama

karya-karya atau tugas-tugas yang dikerjakannya. Peserta didik dan pendidik

perlu melakukan diskusi untuk menentukan skor. Pada penilaian portofolio,

peserta didik dapat menentukan karya-karya yang akan dinilai, melakukan

penilaian sendiri kemudian hasilnya dibahas. Perkembangan kemampuan

peserta didik dapat dilihat pada hasil penilaian portofolio. Teknik ini dapat

dilakukan dengan baik apabila jumlah peserta didik yang dinilai sedikit.

28
5. Projek adalah tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam kurun waktu

tertentu. Peserta didik dapat melakukan penelitian melalui pengumpulan,

pengorganisasian, dan analisis data, serta pelaporan hasil kerjanya. Penilaian

projek dilaksanakan terhadap persiapan, pelaksanaan, dan hasil.

6. Produk (hasil karya) adalah penilaian yang meminta peserta didik

menghasilkan suatu hasil karya. Penilaian produk dilakukan terhadap

persiapan, pelaksanaan/proses pembuatan, dan hasil.

7. Inventori merupakan teknik penilaian melalui skala psikologis yang dipakai

untuk mengungkapkan sikap, minat, dan persepsi peserta didik terhadap objek

psikologis.

8. Jurnal merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran yang berisi

informasi hasil pengamatan terhadap kekuatan dan kelemahan peserta didik

yang berkait dengan kinerja ataupun sikap dan perilaku peserta didik yang

dipaparkan secara deskriptif.

9. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik

untuk menilai dirinya sendiri mengenai berbagai hal. Dalam penilaian diri,

setiap peserta didik harus mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya

secara jujur.

10. Penilaian antarteman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta

peserta didik mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya dalam

berbagai hal secara jujur.

Kombinasi penggunaan berbagai teknik penilaian di atas akan memberikan

informasi yang lebih akurat tentang kemajuan belajar peserta didik. Karena

pembelajaran pada KTSP meliputi kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur,


29
dan kegiatan mandiri tidak terstruktur, maka penilaianpun harus dilaksanakan

seperti itu. Tabel berikut menyajikan contoh penilaian yang dilakukan dalam

pembelajaran melalui kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan

mandiri tidak terstruktur.

2.9 Aspek Penilaian

Penilaian dilakukan secara menyeluruh yaitu mencakup semua aspek

kompetensi yang meliputi kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif.

Kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir yang menurut taksonomi

Bloom secara hierarkis terdiri atas pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi. Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab

pertanyaan berdasarkan hapalan saja. Pada tingkat pemahaman, peserta didik

dituntut untuk menyatakan jawaban atas pertanyaan dengan kata-katanya sendiri.

Misalnya, menjelaskan suatu prinsip atau konsep. Pada tingkat aplikasi, peserta

didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep  dalam suatu situasi yang

baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk menguraikan informasi ke

dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat,

dan menemukan hubungan sebab akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik

dituntut merangkum suatu cerita, komposisi, hipotesis, atau teorinya sendiri, dan

mensintesiskan pengetahuan. Pada tingkat evaluasi, peserta didik mengevaluasi

informasi, seperti bukti sejarah, editorial, teori-teori, dan termasuk di dalamnya

melakukan judgement (pertimbangan) terhadap hasil analisis untuk membuat

keputusan.Kemampuan psikomotor melibatkan gerak adaptif (adaptive

movement) atau gerak terlatih dan keterampilan komunikasi

30
berkesinambungan(nondiscursivecommunication) – (Harrow, 1972). Gerak

adaptif terdiri atas keterampilan adaptif sederhana (simple adaptive

skill), keterampilan adaptif gabungan (compound adaptive skill), dan keterampilan

adaptif komplek (complex adaptive skill).Keterampilan komunikasi

berkesinambungan mencakup gerak ekspresif (expressive movement) dan gerak

interpretatif (interpretative movement). 

Keterampilan adaptif sederhana dapat dilatihkan dalam berbagai mata

pelajaran, seperti bentuk keterampilan menggunakan peralatan laboratorium IPA.

Keterampilan adaptif gabungan, keterampilan adaptif komplek, dan keterampilan

komunikasi berkesinambungan baik gerak ekspresif maupun gerak interpretatif

dapat dilatihkan dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Pendidikan Jasmani,

Olahraga dan Kesehatan. Kondisi afektif peserta didik berhubungan dengan sikap,

minat, dan/atau nilai-nilai. Kondisi ini tidak dapat dideteksi dengan tes, tetapi

dapat diperoleh melalui angket, inventori, atau pengamatan yang sistematik dan

berkelanjutan. Sistematik berarti pengamatan mengikuti suatu prosedur tertentu,

sedangkan berkelanjutan memiliki arti pengukuran dan penilaian yang dilakukan

secara terus menerus. Dalam laporan hasil belajar peserta didik, terdapat

komponen pengetahuan yang umumnya merupakan representasi aspek kognitif,

komponen praktik yang melibatkan aspek psikomotorik, dan komponen sikap

yang berkaitandengan kondisi afektif peserta didik terhadap mata pelajaran

tertentu. Tabel

31
2.10 Penilaian Kelompok Mata Pelajaran

Dalam KTSP terdapat 5 kelompok mata pelajaran yaitu kelompok mata

pelajaran: agama dan akhlak mulia; kewarganegaraan dan kepribadian; ilmu

pengetahuan dan teknologi; estetika; jasmani, olahraga, dan kesehatan.

1. Penilaian kelompok mata pelajaran agama dan akhlak muliaKompetensi yang

dikembangkan dalam kelompok mata pelajaran agamadan akhlak mulia

terfokus pada aspek kognitif atau pengetahuan danaspek afektif atau perilaku.

Penilaian hasil belajar untuk kelompok matapelajaran agama dan akhlak mulia

dilakukan melalui:

a. Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai

perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik;

b. Ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif

peserta didik.

Dalam rangka menilai akhlak peserta didik, guru agama dan guru mata

pelajaran lain melakukan pengamatan terhadap perilaku peserta didik, baik di

dalam maupun di luar kelas. Pengamatan ini dimaksudkan untuk menilai

perilaku peserta didik yang menyangkut pengamalan agamanya seperti

kedisiplinan, kebersihan, tanggung jawab, sopan santun, hubungansosial,

kejujuran, dan pelaksanaan ibadah ritual.

32
2. Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Kewarganegaraan Dan Kepribadian

Hasil belajar kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian

meliputi:

a. Pemahaman akan hak dan kewajiban diri sebagai warga negara, yaitu aspek

kognitif sebagai hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

b. Kepribadian, yaitu beberapa aspek kepribadian sebagaimana disebutkan dalam

Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum.

c. Perilaku berkepribadian, yaitu berbagai bentuk perilaku sebagai penerjemahan

dimilikinya ciri-ciri kepribadian warga negara Indonesia.

Seperti kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, penilaian

kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui:

a. Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai

perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik;

b. Ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif Peserta

didik

3. Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi

PP 19 tahun 2005 Pasal 63 ayat (1) menyatakan bahwa penilaian pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah untuk kelompok mata pelajaran ilmu

pengetahuan dan teknologi (iptek), terdiri atas penilaian hasilbelajar oleh:

pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah. Penilaian hasil belajar oleh

pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk menilai pencapaian

kompetensi peserta didik, bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar,

dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan melalui

33
ulangan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik

materi yang diujikan. Penilaian hasil belajar mata pelajaran pada kelompok

iptek juga dilakukan oleh satuan pendidikan melalui ujian sekolah/madrasah

dan oleh pemerintah melalui ujian nasional.

4. Penilaian kemampuan berbahasa harus memperhatikan hakikat dan fungsi

bahasa yang lebih menekankan pada bagaimana menggunakan bahasa secara

baik dan benar sehingga mengarah kepada penilaian kemampuan berbahasa

berbasis kinerja. Penilaian ini menekankan pada fungsi bahasa sebagai alat

komunikasi yang mengutamakanadanya tugas-tugas interaktif dalam empat

aspek keterampilan berbahasa, yakni mendengarkan, berbicara, membaca, dan

menulis. Oleh karena itu, penilaian kemampuan berbahasa bersifat autentik

dan pragmatik. Selain itu, komunikasi nyata senantiasa melibatkan lebih dari

satu keterampilan berbahasa sehingga harus diperhatikan keterpaduan antara

keterampilan berbahasa tersebut.

5. Penilaian dalam matematika perlu menekankan keterampilanbermatematika,

bukan hanya pengetahuan matematika. Sebagai konsekuensi, pendidik

hendaknya memperhatikan benar kemampuan berpikir yang ingin dinilainya.

Selain itu, titik berat penilaian dalam matematika hendaknya diberikan kepada

penilaian yang terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran. Penilaian yang

terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran harus mencakup soal atau tugas

yang memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Soal atau tugas

demikian akan mendorong peserta didik untuk senantiasa berusaha


34
meningkatkan kemampuan berpikirnya. Penilaian akhir terhadap peserta didik

hendaknya berdasarkan pada teknik penilaian yang beragam. Tingkat

kesukaran soal untuk penilaian akhir hendaknya bukan karena kerumitan

prosedural yang harus dilakukan peserta didik, melainkan karena kebutuhan

akan tingkat pemahaman dan pemikiran yang lebih tinggi.

6. Penilaian IPA dan IPS dapat dilakukan secara terpadu dengan proses

pembelajaran. Penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes tertulis,

observasi, tes praktik, penugasan, tes lisan, portofolio, jurnal, inventori,

penilaian diri, dan penilaian antarteman. Pengumpulan data penilaian selama

proses pembelajaran melalui observasi juga penting untuk dilakukan. Data

aspek afektif seperti sikap ilmiah, minat, dan motivasi belajar dapat diperoleh

dengan observasi, penilaian diri, dan penilaian antarteman.

7. Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Jasmani, Olahraga, Dan Kesehatan

Kelompok Mata Pelajaran Jasmani, Olahraga dan Kesehatan bertujuan untuk

mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan

berfikir, keterampilan sosial, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola

hidup sehat, dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani,

olahraga, dan kesehatan yang direncanakan secara sistematis dalam rangka

mencapai tujuan pendidikan nasional. Penilaian hasil belajar kelompok mata

pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan dilakukan melalui:

a. Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai

perkembangan psikomotorik dan afeksi peserta didik;

35
b. Ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta

didik.

Sesuai dengan karakteristik kelompok mata pelajaran ini, teknik

penilaian mengacu pada aspek yang dinilai, yaitu teknik untuk mengukur

aspek kognitif, afektif, dan keterampilan motorik peserta didik. Untuk

keperluan tersebut, teknik penilaian dapat berbentuk tes perbuatan/unjuk kerja,

dan pengamatan terhadap perilaku, penugasan, dan tes pengetahuan.

Tes kinerja dalam pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan

dimaksudkan untuk mengukur kemampuan psikomotor peserta didik.

Kemampuan psikomotor tersebut secara umum mencakup kesegaran jasmani,

kelincahan, dan koordinasi yang merupakan unsur-unsur dalam keterampilan

gerak, di samping itu dapat juga dilakukan tes kinerja yang secara khusus

dapat menggambarkan keterampilan dalam pendidikan jasmani dan olahraga

seperti keterampilan bermain sepak bola, keterampilan bermain bola basket,

keterampilan bermain bola voli dan sebagainya. Kemampuan psikomotor

peserta didik ini harus diukur setiap menyelesaikan satu kompetensi tertentu.

Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh melakukan kegiatan

seharihari tanpa merasa lelah. Pengukuran kesegaran jasmani dapat dilakukan

dengan berbagai tes kesegaran jasmani yang telah dibakukan dan sesuai

dengan tingkat usia peserta didik; seperti Tes Kesegaran Jasmani Indonesia

(TKJI), tes aerobik, dsb. Pengukuran kesegaran jasmani ini sebaiknya

dilakukan tiap tiga bulan sekali, sehingga dapat diketahui tingkat

perkembangan atau kemajuannya.

36
Kelincahan adalah kemampuan tubuh mengubah arah dengan cepat dan

tepat. Pengukuran kelincahan dapat dilakukan dengan berbagai macam tes

kelincahan yang sesuai dengan tingkat usia peserta didik dan karakteristik

aktivitas jasmani atau cabang olahraga. Kelincahan peserta didik diukur

setelah peserta didik menyelesaikan satu kompetensi tertentu. Koordinasi

adalah kemampuan tubuh untuk mengelola unsur-unsur yang terlibat dalam

proses terjadinya gerakan, dari yang sederhana sampai yang kompleks.

Pengukuran koordinasi dapat dilakukan dengan berbagai macam tes

koordinasi yang sesuai dengan tingkat usia peserta didik dan karakteristik

aktivitas jasmani atau cabang olahraga seperti: tes koordinasi mata-tangan, tes

koordinasi mata-kaki, tes koordinasi mata tangan dan kaki, tes menggiring

(drible) bola dalam sepakbola, tes menggiring (drible) bola dalam bolabasket,

dan sebagainya. Kemampuan koordinasi peserta didik diukur setelah peserta

didik menyelesaikan satu kompetensi tertentu.

Guru kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan

bertanggungjawab pula menilai aspek afektif peserta didik, baik yang terkait

dengan akhlak maupun kepribadian. Hasil penilaian terhadap akhlak peserta

didik akan dijadikan pertimbangan pada saat guru mata pelajaran pendidikan

agama menentukan nilai akhlak peserta didik untuk dilaporkan pada laporan

hasil belajar (rapor). Demikian pula, hasil penilaian terhadap kepribadian

peserta didik juga akan dijadikan pertimbangan pada saat guru mata pelajaran

pendidikan kewarganegaraan menentukan nilai kepribadian peserta didik

untuk dilaporkan pada laporan hasil belajar (rapor).

37
Untuk menilai akhlak peserta didik, guru mata pelajaran pendidikan

jasmani, olahraga, dan kesehatan melakukan pengamatan terhadap perilaku

peserta didik, baik di dalam maupun di luar kelas. Pengamatan ini

dimaksudkan untuk menilai perilaku peserta didik yang mencerminkan akhlak

seperti kedisiplinan, tanggung jawab, sopan santun, hubungan sosial, dan

kejujuran. Hal-hal yang dinilai antara lain mencakup aspek:

a. Kedisiplinan, yaitu kepatuhan kepada peraturan atau tata tertib, seperti

datang tepat waktu, mengikuti semua kegiatan, dan pulang tepat waktu.

b. Kejujuran, yaitu kejujuran dalam perkataan dan perbuatan, seperti tidak

berbohong, dan tidak berlaku curang.

c. Tanggungjawab, yaitu kesadaran untuk melaksanakan tugas dan

kewajiban yang diberikan, seperti menyelesaikan tugas-tugas selama

kegiatan berlangsung.

d. Sopan santun, yaitu sikap hormat kepada orang lain, baik dalam bentuk

perkataan, perbuatan, dan sikap, seperti berbicara, berpakaian, dan duduk

yang sopan.

e. Hubungan sosial, yaitu kemampuan untuk berinteraksi sosial dengan

orang lain secara baik, seperti menjalin hubungan baik dengan guru dan

sesama teman, menolong teman, dan mau bekerjasama dalam kegiatan

yang positif.

Untuk menilai kepribadian peserta didik, guru mata pelajaran pendidikan

jasmani, olahraga, dan kesehatan melakukan pengamatan terhadap perilaku

peserta didik, baik di dalam maupun di luar kelas. Pengamatan ini

dimaksudkan untuk menilai perilaku peserta didik yang mencerminkan

38
kepribadian seperti percaya diri, harga diri, motivasi diri, kompetisi, saling

menghargai, dan kerjasama. Indikator masing-masing aspek kepribadian

antara lain sebagai berikut:

a. Percaya diri: diwujudkan dalam perilaku berani menyatakan

pendapat,bertanya, menegur, mengkritisi tentang sesuatu hal.

b. Harga diri: diwujudkan dalam perilaku tidak mudah menyerah dan

mengetahui kelebihan diri dan mengakui kelemahan diri.

c. Motivasi diri: diwujudkan dalam perilaku kemauan untuk maju,

menyelesaikan segala hal, berprestasi, dan meraih cita-cita.

d. Saling menghargai: diwujudkan dalam perilaku mau menerima pendapat

yang berbeda, memaklumi kekurangan orang lain, dan mengakui

kelebihan orang lain.

e. Kompetisi: diwujudkan dalam bentuk perilaku yang tegar menghadapi

kesulitan, berani bersaing dengan orang lain, dan berani kalah dengan

orang lain berlandaskan kejujuran (fair play).

2.11 Prosedur Penilaian

PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan

Permendiknas No. 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan

menyatakan bahwa penilaian pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri

atas penilaian hasil belajar oleh: pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah.

39
1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik

Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan,

bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk

meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Penilaian ini dilaksanakan dalam

bentuk penugasan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir

semester, dan ulangan kenaikan kelas. Berbagai macam ulangan dilaksanakan

dengan menggunakan teknik dan instrumen yang sesuai dengan kebutuhan.

Penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk (a) menilai pencapaian

kompetensi peserta didik, (b) bahan penyusunan laporan hasil belajar, dan (c)

memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian dilakukan dengan menggunakan

berbagai instrumen baik tes maupun nontes atau penugasan yang dikembangkan

sesuai dengan karateristik kelompok mata pelajaran. Penilaian yang dilakukan

oleh pendidik harus terencana, terpadu, menyeluruh, dan berskesinambungan.

Dengan penilaian ini diharapkan pendidik dapat (a) mengetahui kompetensi yang

telah dicapai peserta didik, (b) meningkatkan motivasi belajar peserta didik, (c)

mengantarkan peserta didik mencapai kompetensi yang telah ditentukan, (d)

memperbaiki strategi pembelajaran, dan (e) meningkatkan akuntabilitas sekolah.

Ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas

dilakukan oleh pendidik di bawah koordinasi satuan pendidikan.

2. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan

Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk menilai

pencapaian kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran. Penilaian ini

meliputi:

40
a. Penilaian akhir untuk semua mata pelajaran pada kelompok mata

pelajaranagama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan

dankepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata

pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan. Penilaian akhir digunakan sebagai

salah satu persyaratan untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan

pendidikan dan harus mempertimbangkan hasil penilaian peserta didik oleh

pendidik;

b. Ujian Sekolah untuk semua mata pelajaran pada kelompok ilmupengetahuan

dan teknologi (yang tidak dinilai melalui Ujian Nasional) danaspek kognitif

dan/atau psikomotorik untuk kelompok mata pelajaranagama dan akhlak

mulia, serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.

Ujian Sekolah juga merupakan salah satu persyaratan untuk menentukan

kelulusan peserta didik dari satuanpendidikan.

3. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah

Penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai

pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu

dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilakukan

dalam bentuk Ujian Nasional (UN). Pemerintah menugaskan Badan Standar

Nasional Pendidikan (BSNP) untuk menyelenggarakan UN, dan dalam

penyelenggaraannya BSNP bekerja sama dengan instansi terkait di lingkungan

Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan satuan

pendidikan. UN didukung oleh sistem yang menjamin mutu kerahasiaan soal yang

digunakan dan pelaksanaan yang aman, jujur, adil, dan akuntabel.

41
Hasil UN digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk (a) pemetaan

mutu satuan pendidikan, (b) dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya,

(c) penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, dan (d) pembinaan

dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya untuk

meningkatkan mutu pendidikan. Kriteria kelulusan UN dikembangkan oleh BSNP

dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Peserta UN memperoleh Surat

Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) yang diterbitkan oleh satuan

pendidikan penyelenggara UN. Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan

pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah (a) menyelesaikan

seluruh program pembelajaran, (b) memperoleh nilai minimal baik pada penilaian

akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak

mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok

mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan

kesehatan, (c) lulus ujian sekolah/madrasah dan (d) lulus ujian nasional.

  

42
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 173524 Balige Kabupaten Toba

Samosir Tahun Ajaran 2014/2015. Pemilihan tempat ini karena penulis bertugas

mengabdikan diri, yang mana selama ini guru di SD Negeri 173524 Balige

Kabupaten Toba Samosir Tahun Ajaran 2014/2015.

2. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada seluruh guru SD Negeri 173524 Balige

Kabupaten Toba Samosir Tahun Ajaran 2014/2015 yang terdiri dari 24 orang dan

yang akan di jadikan objek sebanyak 24 orang guru kelas dan guru bidang studi

yang lainnya.

3. Waktu dan Lama Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Bulan Agustus sampai bulan Oktober

semester I tahun ajaran 2014/2015. Waktu yang dibutuhkan untuk penelitian ini

terdiri 2 siklus.

3.2 Setting Penelitian

1. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Dimana pendekatan kuantitatif data berupa

angka – angka dan pendekatan kualitatif data berupa tulisan, gambar dan grafik. 

43
2. Jenis Penelitian

Adapun penelitian yang akan diterapkan adalah Penelitian Tindakan

Sekolah (PTS) adalah jenis penelitian yang dilakukan oleh kepala sekolah dan

pengawas sekolah. Seperti yang dikemukakan Mulyasa bahawa Penelitian

Tindakan Sekolah merupakan upaya peningkatan kinerja sistem pendidikan dan

meningkatkan menejemen sekolah agar menjadi produktif, efektif dan efisien.

Jenis penelitian ini perlu diperkenalkan kepada kepala sekolah dan pengawas

sekolah nelalui pendidikan dan pelatihan (diklat) PTS.

Dalam pelaksanaan diklat PTS, diharapkan kepala sekolah dan pengawas

sekolah dapat (1) memahami PTS sebagai bagian dari penelitian ilmiah, (2)

memahami makna PTS, (3) memahami penyusunan usulan PTS, (4)

melaksanakan dan melaporkan hasil PTS yang dilakukannya. Menurut Direktorat

Tendik (2008) Langkah–langkah PTS terdiri atas empat tahap, yaitu

planning (Rencana), action (tindakan), observasi (pengamatan)dan reflection (refl

eksi). Siklus spiral dari tahap-tahap PTS dapat dilihat pada gambar berikut:

1. Rangangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun

rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di

dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran

2. Tindakan dilakukan setelah rancangan disusun. Tindakan merupakan bagian

yang akan dilakukan dalam Penelitian Tindakan Sekolah dalam penelitian

3. Pengamatan dilakukan waktu guru di bimbingan melaksanakan Penilaian

Hasil Belajar Siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data pengelolaan

sekolah. Instrumen yang umum dipakai adalah lembar observasi,dan cacatan

44
lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara objektif yang tidak

dapat terekam melalui lembar observasi

4. Refleksi, peneliti mengkaji melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak

dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh

pengamat

3.3 Alur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model siklus yang

dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (dalam Ritawati, 2008:69). Proses

penelitian merupak proses daur ulang atau siklus yang dimulai aspek,

mengembangkan perencanaan, melakukan observasi terhadap tindakan dan

melakukan refleksi terhadap perencanaan kegiatan tindakan dan kesuksesan hasil

yang diperoleh. Pada setiap akhir tindakan dinilai dengan instrument bimbingan

setelah belajar. Alur penelitian yang dilakukan dapat digambarkan seperti bagan

berikut

3.4 Prosedur Penelitian

a. Perencanaan

Tahap perencanaan ini berupa rencana kegiatan menentukan langkah-

langkah yang dilakukan peneliti untuk memecahkan masalah. Langkah ini

merupakan upaya memperbaiki kekurangan guru dalam melaksanakan penilaian

hasil belajar siswa, kegiatan yang akan dilakukan adalah (1) menyusun jadwal

bimbingan belajar, (2) membuat dan meyiapkan instrumen penelitian berupa

45
lembar observasi memperoleh data nontes, (3) menyiapkan refleksi dan perbaikan

guru dalam melaksanakan penilaian hasil belajar.

b. Tindakan

Tindakan adalah aktivitas yang dirancang dengan sistematis untuk

menghasilkan adanya peningkatan atau perbaikan dalam proses pembelajaran,

sehingga proses pembelajaran di lakukan guru lebih maksimal dan baik sehingga

pembelajaran

Dengan adanya bimbingan belajar matematika guru bisa meningkatkan

kemampuannya dalam mengajar dan menguasai kompetensi – kompetensi guru

secara keseluruhan. Dengan hal ini guru mudah dalam mengerjakan admistrasi

yang menyakut dengan tugas pokoknya.

c. Observasi

Observasi adalah mengamati hasil atau dampak dari tindakan-tindakan

yang dilakukan guru dalam bimbingan belajar matematika. Observasi

dilaksanakan peneliti selama kegiatan berlangsung . Observasi meliputi observasi

guru dalam melaksanakan penilaian hasil belajar siswa.

d. Refleksi

Refleksi adalah mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti dapat melakukan

revisi terhadap rencana selanjutnya atau terhadap rencana awal siklus II.

46
  Pada tahap ini, peneliti menganalisis hasil kemampuan guru dalam

mengajar  siklus I. Jika kemampuan tersebut belum memenuhi nilai target yang

telah ditentukan, akan dilakukan tindakan siklus II dan masalah-masalah yang

timbul pada siklus I akan dicarikan alternatif pemecahannnya pada siklus II.

3.5 Data dan Sumber Data

3.5.1 Data Penelitian

Data penelitian ini berupa hasil observasi dan dokumentasi dari setiap

tindakan perbaikan pada pembelajaran yang di sajikan guru SD Negeri 173524

Balige Kabupaten Toba Samosir Tahun Ajaran 2014/2015. Data tersebut

berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan hasil pembelajaran berupa

informasi sebagai berikut:

a. Rencana pelaksanaan bimbingan.

b. Evaluasi dari kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian hasil

belajar siswa.

c. Hasil pengamatan terhadap guru dalam melaksanakan penilaian hasil

belajar siswa.

3.5.2 Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini berdasarkan pengamatan terhadap

kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian hasil belajar siswa pada guru SD

Negeri 173524 Balige Kabupaten Toba Samosir Tahun Ajaran 2014/2015.

47
3.6 Teknik Dan Instrumen Penelitian

1. Teknik Penelitian

Teknik penelitian dilakukan dengan cara melihat kekurangan guru dalam

melaksanakan penilaian hasil belajar siswa. Selain itu teknik yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah dengan melakukan observasi oleh peneliti terhadap

guru dalam melaksanakan penilaian hasil belajar siswa. 

Setelah instrument ini diisi hasil data berupa tes yang diperoleh diolah.

Sehingga di dapatkan data yang valid. Dengan hal ini bisa dilihat sejauh mana

kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian hasil belajar siswa.

2. Intrument

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data, berupa panduan observasi (pengamatan) dan tes.

Menurut Anas Sudjijono (2011:76) adalah “cara menghimpun bahan –

bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan

pencatatan secara sistematis terhadap fenomena – fenomena yang sedang

dijadikan sasaran pengamaatan” Lembaran Pengamatan/Observasi, digunakan

untuk mengamati proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Hal-hal

yang  dinilai dengan menggunakan lembaran pengamatan ini adalah: 1)

kemampuan guru dalam menggunakan komputer dari semua aspek yang telah

ditetapkan.

48
3.7 Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis dengan menggunakan

model analisis data kualitatif sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rochiati

(2007:135) yakni analisis data dimulai dengan menelaah sejak pengumpulan data

sampai seluruh data terkumpul. Data tersebut direduksi berdasarkan masalah yang

diteliti, diikuti penyajian data dan terakhir penyimpulan atau vertifikasi. Tahap

analisis yang demikian dilakukan berulang-ulang begitu data selesai dikumpulkan

pada setiap tahap pengumpulan data dalam setiap tindakan.

Tahap analisis data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menelaah data yang sudah terkumpul baik melalui observasi dan tes

kemampuan guru dalam menggunakan komputer dengan melakukan proses

transkripsi hasil pengamatan, penyeleksiaan dan pemilihan data. Seperti

pengelompokan data pada siklus I, siklus II dan seterusnya. Kegiatan

menelaah data dilaksanakan sejak awal data dikumpulkan.

2. Reduksi data meliputi pengkategorian dan pengklasifikasian. Semua data yang

telah terkumpul diseleksi dan dikelompokan sesuai dengan penelitian. Data

yang telah dipisah-pisahkan tersebut lalu diseleksi mana yang relevan dan

mana yang tidak relevan. Data yang relevan akan dianalisis sedangkan yang

tidak relevan tidak dibahas.

3. Menyajikan data dilakukan dengan cara mengorganisasikan informasi yang

sudah direduksi. Data tersebut mula-mula disajikan terpisah tetapi setelah

tindakan terakhir direduksi keseluruhan data tindakan dirangkum dan

disajikan secara terpadu.

49
4. Menyimpulkan hasil penelitian tindakan ini merupakan penyimpulan akhir

penelitian. Kegiatan ini dilakukan dengan cara peninjauan kembali lembaran

pengamatan.

Analisis data dilakukan terhadap data yang telah direduksi baik data

perencanaan, pelaksanaan maupun data evaluasi.

Hal ini dimasukkan agar dapat ditemukan berbagai informasi yang spesifik

dan terfokus pada berbagai informasi yang mendukung pembelajaran dan yang

menghambat pembelajaran. Dengan demikian pengembangan dan perbaikan atas

berbagai kekurangan dapat dilakukan tepat pada aspek yang bersangkutan. Hasil

penelitian ini, selain berbentuk narasi juga berbentuk angka dan bilangan. Jadi,

dalam pengolahan datanya juga digunakan analisis data kuantitatif.

50
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Siklus/tahap I

1. Tujuan yang ingin dicapai dalam PTS ini adalah:

Meningkatkan Kemampuan Guru dalam melaksanakan penilaian Hasil

Belajar Siswa di SD Negeri 173524 Balige Kabupaten Toba Samosir Tahun

Ajaran 2014/2015.

2. Perencanaan

 Melakukan pertemuan dengan teman sejawat selaku pengamat untuk

membicarakan persiapan kegiatan pembelajaran dengan pemberian

observasi yang dilakukan yang telah disediakan oleh peneliti (pengawas

akademik)

 Mempersiapkan penelitian dan bahan yang diperlukan untuk melaksanakan

penelitian

 Mempersiapkan waktu dan cara pelaksanaan diskusi hasil pengamatan

dengan praktisi dengan subyek penelitian

 Mempersiapkan perangkat tes hasil pada siklus pertama

 Mengelompokkan guru secara heterogen

 Melakukan penilaian berupa observasi terhadap guru- guru saat

melaksanakan penilaian hasil belajar siswa.

51
3. Pelaksanaan Tindakan

 Melaksanakan kegiatan penilaian hasil belajar berpedoman pada kriteria

penilaian yang telah dibuat dan dilengkapi.

 Melakukan penilaian menggunakan alat penilaian yang telah disediakan

sesuai dengan indicator-indikator yang telah ditetapkan.

a. Bagaimana penyusunan Tes yang dibuat oleh guru untuk

mendapatkan nilai yang menjadi hasil belajar siswa.

b. Bagaimana Tes yang diberikan, apakah valid dan reliabel maupun

layak digunakan untuk mendapatkan hasil belajar siswa.

c. Bagaimana guru menyusun aspek-aspek penilaian, berisi tentang

pembagian skor kepada setiap tes yang diberikan

d. Bagaimana guru memberikan hasil pada setiap tes yang diberikan

kepada siswa yaitu skor total

4. Observasi

 Observasi dilakukan oleh teman sejawat sebagai mitra kolaborator yang

sesuai dengan indikator yang telah disediakan oleh peneliti.

 Kolaborator mencatat semua aktivitas yang dilakukan oleh guru selama

proses pembelajaran, yaitu mulai kegiatan awal hingga kegiatan akhir

sesuai atau tidak dengan apa yang diharapkan oleh peneliti yaitu

bagaimana kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian hasil

belajar siswa.

 Observasi dilakukan dengan instrumen observasi

52
5. Refleksi

Ada empat hal yang menjadi fokus refleksi pada siklus ini, yakni

a. Bagaimana penyusunan Tes yang dibuat oleh guru untuk

mendapatkan nilai yang menjadi hasil belajar siswa.

b. Bagaimana Tes yang diberikan, apakah valid dan reliabel maupun

layak digunakan untuk mendapatkan hasil belajar siswa.

c. Bagaimana guru menyusun aspek-aspek penilaian, berisi tentang

pembagian skor kepada setiap tes yang diberikan

d. Bagaimana guru memberikan hasil pada setiap tes yang diberikan

kepada siswa yaitu skor total

Berdasarkan data dari hasil penilaian diperoleh data bahwa tindakan untuk

melaksanakan penilaian Hasil Belajar Siswa dikatagorikan tidak baik. Hal tersebut

dapat dilihat pada tabel berikut ini. 

Tabel Kriteria penilaian

Keterangan Skor Keterangan


Sangat tidak baik 0 – 10 Sangat tidak baik
Tidak baik 11 -20 Tidak baik
Kurang baik 21 -30 Kurang baik
Baik 31 – 40 Baik
Sangat baik 41 - 50 Sangat baik

Berdasarkan pendoman penskoran di atas dapat dinyatakan bahwa

kegiatan guru dalam melaksanakan penilaian Hasil Belajar Siswa dikatagorikan

tidak baik. Beberapa permasalahan yang muncul berdasarkan hasil refleksi

(diskusi antara peneliti dan mitra peneliti) yang selanjutnya menjadi bahan

perbaikan untuk siklus berikutnya adalah: 

53
a. Masih terdapat 50% guru yang belum mampu menyusun tes dengan

baik, sesuai dengan kisi-kisi dan indikator-indikator setiap materi

pelajaran sehingga tes itu mampu untuk dijadikan alat ukur untuk

melihat hasil belajar siswa.

b. Kebanyakan guru dalam membuat tes hasil belajar siswa masih

asal-asalan, apa adanya, tanpa memperhatikan Bagaimana Tes yang

diberikan, apakah valid dan reliabel maupun layak digunakan untuk

mendapatkan hasil belajar siswa.

c. Dalam memberikan skor setiap soal, guru belum membuat penilaian

terhadap setiap soal, pedoman penskoran belum di persiapkan dan

diperlihatkan.

d. Guru dalam memberikan skor tidak memperhatikan pedoman

penskoran, yang sangat berpengaruh terhadap skor yang diperoleh

oleh setiap siswa, bagaimana perolehan skor setiap siswa atau

perolehan skor total setiap siswa.

Dilihat dari data hasil observasi aktivitas guru yang diamati berdasarkan

aspek;

a. Bagaimana penyusunan Tes yang dibuat oleh guru untuk

mendapatkan nilai yang menjadi hasil belajar siswa.

b. Bagaimana Tes yang diberikan, apakah valid dan reliabel maupun

layak digunakan untuk mendapatkan hasil belajar siswa.

c. Bagaimana guru menyusun aspek-aspek penilaian, berisi tentang

pembagian skor kepada setiap tes yang diberikan

54
d. Bagaimana guru memberikan hasil pada setiap tes yang diberikan

kepada siswa yaitu skor total

Keterangan Skor Keterangan


Sangat tidak baik
1-3 Kurang baik
(tidak pernah)
Cukup (hanya 1 kali) 4-6 Cukup
Baik (hanya 2 kali) 7-9 Baik
Sangat baik (lebih dari
10-12 Sangat baik
2 kali)

Ketentuan tersebut diperoleh dari perkalian antara nilai maksimun dengan

jumlah aspek yang diteliti, dalam hal ini jumlah aspek aktivitas siswa yang diteliti

adalah 4. Dengan demikian skor maksimumnya adalah 4 x 4 = 16. 

Berdasarkan ketentuan tersebut diperoleh data aktivitas guru mencapai

skor rata-rata 3.75 (cukup), dengan rincian:

a. Bagaimana penyusunan Tes yang dibuat oleh guru untuk

mendapatkan nilai yang menjadi hasil belajar siswa dengan rata-rata

0.9375.

b. Bagaimana Tes yang diberikan, apakah valid dan reliabel maupun

layak digunakan untuk mendapatkan hasil belajar siswa dengan

rata-rata 0.9375.

c. Bagaimana guru menyusun aspek-aspek penilaian, berisi tentang

pembagian skor kepada setiap tes yang diberikan dengan rata-rata

0.9375.

d. Bagaimana guru memberikan hasil pada setiap tes yang diberikan

kepada siswa yaitu skor total dengan rata-rata 0.9375

55
Hasil refleksi berupa kegiatan diskusi antara peneliti dan mitra peneliti

diketahui bahwa adanya kekurangan baik dilihat dari perencanaan yang dibuat,

pelaksanaan dan pemahaman guru pada umumnya dalam melaksanakan penilaiian

hasil belajar di sekolah.

Sebagai implikasi dari hasil refleksi pada siklus ini, pada siklus berikutnya

akan ditampilkan kegiatan atau tindakan yang dilakukan oleh guru pada saat

melaksanakan penilaian terhadap hasil belajar.

4.2 Siklus II

1. Perencanaan Tindakan

Peneliti mengadakan pertemuan terakhir di sekolah untuk meneliti

penggunaan media dan sumber belajar oleh guru. Hasil refleksi digunakan sebagai

bahan perencanaan tindakan siklus II. Pada siklus II rencana tindakan yang

dilakukan adalah pendekatan kolaboratif.  Dalam konteks pendekatan kolaboratif

ini para guru dan peneliti betul-betul dikondisikan untuk bekerja sama dalam

memecahkan permasalahan.

2. Pelaksanaan Tindakan

 Melaksanakan kegiatan pembelajaran berpedoman pada RPP yang telah

dibuat dilengkapi dengan media serta sumber belajar yang digunakan

oleh guru saat mengajar.

 Melakukan penilaian menggunakan alat penilaian yang telah disediakan

sesuai dengan indicator-indikator yang telah ditetapkan.

56
 Bagaimana penyusunan Tes yang dibuat oleh guru untuk

mendapatkan nilai yang menjadi hasil belajar siswa.

 Bagaimana Tes yang diberikan, apakah valid dan reliabel maupun

layak digunakan untuk mendapatkan hasil belajar siswa.

 Bagaimana guru menyusun aspek-aspek penilaian, berisi tentang

pembagian skor kepada setiap tes yang diberikan

 Bagaimana guru memberikan hasil pada setiap tes yang diberikan

kepada siswa yaitu skor total

3. Observasi

 Observasi dilakukan oleh teman sejawat sebagai mitra kolaborator yang

sesuai dengan indicator yang telah disediakan oleh peneliti.

 Kolaborator mencatat semua aktivitas yang dilakukan oleh guru selama

berlangsungnya kegiatan penelitian, yaitu mulai kegiatan awal hingga

kegiatan akhir sesuai atau tidak dengan apa yang diharapkan oleh

peneliti yaitu bagaimana kemampuan guru dalam melaksanakan

penilaian hasil belajar.

 Observasi dilakukan dengan instrumen observasi

4. Refleksi

Ada empat hal yang menjadi fokus refleksi pada siklus ini, yakni

a. Bagaimana penyusunan Tes yang dibuat oleh guru untuk

mendapatkan nilai yang menjadi hasil belajar siswa.

57
b. Bagaimana Tes yang diberikan, apakah valid dan reliabel maupun

layak digunakan untuk mendapatkan hasil belajar siswa.

c. Bagaimana guru menyusun aspek-aspek penilaian, berisi tentang

pembagian skor kepada setiap tes yang diberikan

d. Bagaimana guru memberikan hasil pada setiap tes yang diberikan

kepada siswa yaitu skor total

Berdasarkan data dari hasil penilaian diperoleh data bahwa tindakan untuk

melaksanakan penilaian hasil belajar dikatagorikan baik. Hal tersebut dapat dilihat

pada tabel berikut ini. 

Tabel Kriteria penilaian

Keterangan Skor Keterangan


Sangat tidak
0 – 10 Sangat tidak baik
baik
Tidak baik 11 -20 Tidak baik
Kurang baik 21 -30 Kurang baik
Baik 31 – 40 Baik
Sangat baik 41 - 50 Sangat baik

Berdasarkan pendoman penskoran di atas dapat dinyatakan bahwa dalam

melaksanakan penilaian hasil belajar kemampuan guru dikatagorikan baik.

Beberapa permasalahan yang muncul berdasarkan hasil refleksi (diskusi antara

peneliti dan mitra peneliti) yang selanjutnya menjadi bahan perbaikan dari siklus

sebelumnya adalah: 

a. Terdapat 90% guru yang sudah mampu menyusun tes dengan baik,

sesuai dengan kisi-kisi dan indikator-indikator setiap materi

pelajaran sehingga tes itu mampu untuk dijadikan alat ukur untuk

melihat hasil belajar siswa.

58
b. Kemampuan guru dalam membuat tes hasil belajar siswa sudah baik

dengan memperhatikan Bagaimana Tes yang diberikan, apakah

valid dan reliabel maupun layak digunakan untuk mendapatkan

hasil belajar siswa.

c. Dalam memberikan skor setiap soal, guru sudah memaknai

pentingnya membuat penilaian terhadap setiap soal, pedoman

penskoran yang harus dipersiapkan dan diperlihatkan.

d. Guru dalam memberikan skor sudah memperhatikan pedoman

penskoran, yang sangat berpengaruh terhadap skor yang diperoleh

oleh setiap siswa, bagaimana perolehan skor setiap siswa atau

perolehan skor total setiap siswa.

Ketentuan tersebut diperoleh dari perkalian antara nilai maksimun dengan

jumlah aspek yang diteliti, dalam hal ini jumlah aspek aktivitas siswa yang diteliti

adalah 4. Dengan demikian skor maksimumnya adalah 4 x 4 = 16. 

Berdasarkan ketentuan tersebut diperoleh data aktivitas guru mencapai

skor rata-rata 9.375 (baik), dengan rincian

a. Terdapat 90% guru yang sudah mampu menyusun tes dengan baik,

sesuai dengan kisi-kisi dan indikator-indikator setiap materi

pelajaran sehingga tes itu mampu untuk dijadikan alat ukur untuk

melihat hasil belajar siswa dengan rata- rata 2,34375.

b. Kemampuan guru dalam membuat tes hasil belajar siswa sudah baik

dengan memperhatikan Bagaimana Tes yang diberikan, apakah

valid dan reliabel maupun layak digunakan untuk mendapatkan

hasil belajar siswa dengan rata- rata 2,34375.

59
c. Dalam memberikan skor setiap soal, guru sudah memaknai

pentingnya membuat penilaian terhadap setiap soal, pedoman

penskoran yang harus dipersiapkan dan diperlihatkan dengan rata-

rata 2,34375

d. Guru dalam memberikan skor sudah memperhatikan pedoman

penskoran, yang sangat berpengaruh terhadap skor yang diperoleh

oleh setiap siswa, bagaimana perolehan skor setiap siswa atau

perolehan skor total setiap siswa dengan rata- rata 2,34375.

Hasil refleksi oleh peneliti adalah perlu dilakukan pembelajaran terhadap

guru-guru terutama di SD Negeri 173524 Balige Kabupaten Toba Samosir untuk

Meningkatkan Kemampuan Guru dalam melaksanakan penilaian Hasil Belajar

Siswa di SD Negeri 173524 Balige Kabupaten Toba Samosir Tahun Ajaran

2014/2015 di sekolah agar dapat memperbaiki bagaimana penilaian yang

dilakukan terhadap hasil belajar siswa.

60
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 

Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian tindakan sekolah (PTS)

mengenai Meningkatkan Kemampuan Guru dalam melaksanakan penilaian Hasil

Belajar Siswa di SD Negeri 173524 Balige Kabupaten Toba Samosir Tahun

Ajaran 2014/2015.

Peningkatan Kemampuan Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Guru

dalam melaksanakan penilaian Hasil Belajar Siswa di SD Negeri 173524 Balige

Kabupaten Toba Samosir Tahun Ajaran 2014/2015 telah terlaksana dengan baik

dan memberi kontribusi terhadap peningkatan pemahaman dan keterampilan guru

dalam melaksanakan penilaian hasil belajar siswa dengan hasil sebagai berikut:

1. Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan Kemampuan Guru dalam

melaksanakan penilaian Hasil Belajar Siswa di SD Negeri 173524 Balige

Kabupaten Toba Samosir Tahun Ajaran 2014/2015 berimplikasi pada

peningkatan partisipasi atau keaktifan guru dalam melaksanakan penilaian

terhadap hasil belajar siswa, terhadap kesesuaian penilaian yang berdasarkan

penskoran.

2. Berdasarkan hasil refleksi, kegiatan PTS tentang Apabila Guru mampu

melaksanakan penilaian terhadap hasil belajar dengan baik di SD Negeri

173524 Balige Kabupaten Toba Samosir Tahun Ajaran 2014/2015, maka

tujuan penelitian tercapai yaitu Meningkatkan Kemampuan Guru dalam

penilaian terhadap hasil belajar siswa di SD Negeri 173524 Balige Kabupaten

Toba Samosir Tahun Ajaran 2014/2015

61
5.2. Saran 

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah: 

1. Guru-guru harus dapat membuat penskoran dengan baik terhadap hasil belajar

siswa, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa memang dapat

dipertanggungjawabkan.

2. Guru harus mampu membuat soal tes sebagai alat ukur dalam mengukur hasil

belajar siswa yang baik.

62
DAFTAR PUSTAKA

Dkk, Suciati, 2007, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Universitas Terbuka.

Nana, DR. Sudjana, 1999, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Negeri, Universitas Makassar, 2007, Panduan Model Pembelajaran Efektif,

Makassar: Tim Dosen Universitas Negeri Makassar.

Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 2001, Terbit Terang, Surabaya.

Makalah “Penilaian Portofolio “oleh Drs. Zainal Arifin, M.Pd, Fakultas Ilmu

Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2010.

Makalah “Prinsip-prinsip Penilaian Matematika SMA“ oleh Drs. Setiawan, M.Pd,

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga

Kependidikan Matematika, Yogyakarta, 2008.

Makalah “Penilaian Hasil Belajar “, Direktorat Tenaga Kependidikan,

Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008.

Laporan  “ Sistem Informasi Penilaian Hasil Belajar Siswa Berbasis Web pada

SMK Neg. 5 Bandar Lampung “, A. Ferico Octavian Syah P.

Universitas Negeri Makassar, 2007, Panduan Model Pembelajaran Efektif.

Makalah Penilaian Portofolio, 2010, oleh Drs. Zainal Arifin, M.Pd, Fak. Ilmu

Pendidikan Indonesia, Bandung, hlm. 2

Makalah Prinsip-prinsip Penilaian Pembelajaran Matematika SMA, 2008, Oleh

Drs. Setiawan, M.Pd, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik

dan Tenaga Kependidikan, Yogyakarta, hlm. 1

Dr. Nana Sudjana, 1999, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT. Remaja

Rosdakarya,  Bandung, hlm. 1.

63

Anda mungkin juga menyukai