Anda di halaman 1dari 16

JIPI Vol. 2 No. 2, Juli 2018.

37 - 52
e-ISSN : 2598-067x

ANALISIS KESENJANGAN REALISASI ANGGARAN DAN EFEKNYA


PADA KINERJA PEMERINTAH

Yulidawati Yusuf
Darmansyah (darmansyahs155@yahoo.com)
Universitas Pancasila

Suratno (soeratno_54@yahoo.com)
Universitas Pancasila

ABSTRACT
This study is aimes to analyze the gaps of the realization budgeting and the effect to
Government’s Performance on the Directorate General Of Child and Maternal Health and Nutrition
at Ministry of Health Republic of Indonesia. As the population and sample which as six Directorate
at Directorate General Of Child and Maternal Health and Nutrition during the study period from
2012 – 2014. Anlaysis Data Method is using multiple linear regression analysis. Hypothesis test
results can be concluded that the gap realization of salary expenditure, good expenditure and
capital expenditure partially positive and significant impact on the efficiency of the performance on
Directorate General Of Child and Maternal Health and Nutrition. But the gap of realization
budgeting of salary expenditure, good expenditure and capital expenditure partially no significant
effect on the effectiveness of the performance of Directorate General Of Child and Maternal Health
and Nutrition at Ministry of Health Republic of Indonesia

ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk menganalisis kesenjangan realisasi anggaran dan dampaknya pada
kinerja pemerintah pada Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian
Kesehatan RI. Sebagai populasi dan sampel yaitu enam direktorat di Direktorat Jenderal Bina Gizi
dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI selama periode penelitian tahun 2012-2014.
Metode analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil uji hipotesis dapat
disimpulkan bahwa kesenjangan realisasi anggaran belanja pegawai, belanja barang dan belanja
modal secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap efisiensi kinerja Direktorat
Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI. Namun kesenjangan
realisasi anggaran belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap efektifitas kinerja Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu
dan Anak Kementerian Kesehatan RI.
Keywords : Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, Efisiensi, Efektifitas
JIPI Vol. 2 No. 2, Juli 2018. 38 - 52
e-ISSN : 2598-067x

1. Pendahuluan
Era globalisasi saat ini merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari oleh
seluruh masyarakat dunia. Bangsa Indonesia merupakan bagian dari masyarakat
dunia yang memiliki kewajiban untuk secara terus menerus berpartisipasi dalam
mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) untuk menunjang dalam
persaingan di era globalisasi. Upaya konkret dalam mewujudkan akuntabilitas dan
transparasi di lingkungan pemerintah mengharuskan setiap pengelola keuangan
negara untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan
dengan cakupan yang lebih luas dan tepat waktu. Kementerian Kesehatan dibentuk
dalam rangka membantu Presiden Republik Indonesia dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara di bidang kesehatan. Kementerian Kesehatan berperan
strategis dalam rangka mewujudkan Visi Presiden Republik Indonesia 2015-20'19
yakni 'Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong royong" dan pelaksanaan 7 misi pembangunan, khususnya
misi ke-4: mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan
sejahtera. Kementerian Kesehatan juga memiliki peran penting dalam rangka
mencapai 9 agenda prioritas nasional yang dikenal dengan Nawacita, terutama
agenda ke-S: meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.Alokasi anggaran
kesehatan yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2015 sebesar 54,3
trilyun rupiah dengan realisasi sebesar 48,9 trilyun rupiah. Besar alokasi maupun
realisasi anggaran tahun 2015 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2014,
yaitu alokasi sebesar 50,4 trilyun rupiah dengan realisasi sebesar 47,6 trilyun
rupiah. Namun demikian, jika dilihat dari persentase realisasi tahun sebelumnya,
angkanya mengalami penurunan, dimana persentase realisasi anggaran
Kementerian Kesehatan pada tahun 2015 sebesar 89,1%, turun dari tahun 2014
yang sebesar 94,99%.
Gambar 1.1 Alokasi Dan Realisasi Anggaran Kementerian Kesehatan RI
Tahun 2009 – 2015

Sumber : Biro Keuangan dan BMN, Kemenkes RI, 2016

Gambar 1.1 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan alokasi dan realisasi


anggaran Kementerian Kesehatan dalam tujuh tahun terakhir. Pada tahun 2009

JIPI Vol. 2 No.2, Juli 2018.


- 38 -
JIPI Vol. 2 No. 2, Juli 2018. 39 - 52
e-ISSN : 2598-067x

Kementerian Kesehatan RI memiliki alokasi anggaran sebesar 20,93 trilyun rupiah


dengan realisasi 18,05 trilyun rupiah dan persentase realisasi sebesar 86,11%,
jumlah tersebut meningkat dari tahun ke tahun, dan pada tahun 2015 menjadi 54,3
trilyun rupiah dengan realisasi sebesar 48,9 trilyun rupiah sehingga persentase
realisasi sebesar 89,91%.
Gambar 1.2 Alokasi Dan Realisasi Anggaran Kementerian Kesehatan
RI Menurut Unit Eselon I Tahun 2015

Sumber : Biro Keuangan dan BMN, Kemenkes RI, 2016

Berdasarkan Distribusi anggaran Kementerian Kesehatan RI menurut unit


kerja eselon I menunjukkan bahwa alokasi terbesar terdapat pada Sekretariat
Jenderal (Setjen) sebesar 24,3 trilyun rupiah, sedangkan alokasi terendah pada
Inspektorat Jenderal sebesar 103 miliar rupiah. Unit Eselon I dengan persentase
realisasi anggaran tertinggi adalah Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan (Ditjen Binfar dan Alkes) sebesar 94,86%, sedangkan realisasi terendah
adalah Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) dengan
persentase realisasi sebesar 72,76%. Dari keseluruhan alokasi anggaran
Kementerian Kesehatan yang sebesar 54,3 trilyun rupiah, sebanyak 20,36 trilyun
rupiah atau sebesar 38% nya merupakan dana untuk peserta Penerima Bantuan
Iuran (PBI) pada Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Dana tersebut diwujudkan
melalui anggaran belanja bantuan sosial (Bansos) Kementerian Kesehatan. Selain
itu, 40% anggaran Kementerian Kesehatan lainnya dialokasikan untuk belanja
pegawai, 14% lainnya merupakan belanja modal, dan sisanya sebesar 8%
digunakan untuk belanja barang.

JIPI Vol. 2 No.2, Juli 2018.


- 39 -
JIPI Vol. 2 No. 2, Juli 2018. 40 - 52
e-ISSN : 2598-067x

Gambar 1.3 Persentase Anggaran Kementerian Kesehatan RI


Berdasarkan Jenis Belanja Tahun 2015

Sumber : Biro Keuangan dan BMN, Kemenkes RI, 2016

Berdasarkan Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan (2015:150) dilaporkan


bahwa secara umum Kementerian Kesehatan telah dapat merealisasikan pencapaian
sasaran strategis pada tahun 2015. Dari 30 indikator yang ditetapkan melalui
Perjanjian Kinerja Menteri Kesehatan Tahun 2015, 24 indikator telah memenuhi
bahkan melampaui target yang ditetapkan. Namun demikian masih terdapat 4
indikator yang perlu diberi perhatian serius karena capaiannya masih di bawah
target yang ditetapkan. Di samping itu, dua indikator belum dapat diberikan
penilaian capaiannya karena datanya belum dapat diperoleh pada tahun 2015, yaitu:
1) Persentase penurunan prevalensi merokok pada usia < 18 tahun; dan 2)
Persentase Kab/Kota yang mendapat predikat baik dalam pelaksanaan SPM. Dalam
pelaksanaannya, perubahan-perubahan atas rencana anggaran yang telah ditetapkan
sebelumnya lazim dilakukan. Praktik yang berlaku adalah Anggaran Murni dan
Anggaran Perubahan. Besaran angka tersebut secara tidak langsung
mengungkapkan kapasitas Kementerian dalam penyusunan anggaran. Dari aspek
teori keagenan, pemunculan selisih anggaran sekaligus menunjukkan terjadinya
asimetri informasi pada laporan keuangan tersebut. Pihak Kementerian Kesehatan
(sebagai agen) memiliki informasi lebih (berupa perubahan-perubahan yang terjadi)
atas anggaran dan laporan keuangannya. Solusi yang ditawarkan untuk mengurangi
ketidakseimbangan informasi tersebut diawali dengan mengukur perbandingan
antara yang akan dituju (anggaran) dengan yang telah dicapai (laporan perhitungan
anggaran).

2. Telaah Teori dan Pengembangan Hipotesis


Grand theory Teori Stewardship diperkenalkan sebagai teori yang mendasari
tingkah laku dan premis (Donaldson dan Devis, 1997). Teori Stewardship
didefinisikan sebagai suatu situasi dimana manager tidak mempunyai kepentingan
pribadi tapi lebih mementingkan principal. Teori Stewardship atau pengabdian
berasumsi bahwa manusia pada hakikatnya mampu bertindak dengan penuh
tanggung jawab, dapat dipercaya, berintegritas tinggi dan memiliki kejujuran. Teori
ini memandang manajemen sebagai pihak yang mampu melaksanakan tindakan

JIPI Vol. 2 No.2, Juli 2018.


- 40 -
JIPI Vol. 2 No. 2, Juli 2018. 41 - 52
e-ISSN : 2598-067x

yang sebaik-baiknya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan stakeholders. Dalam


teori ini, stakeholders tidak memiliki keinginan untuk memenuhi kepentingan
pribadi, melainkan lebih mendambakan pemenuhan kebutuhan tertinggi menurut
hirarki kebutuhan Maslow, yaitu aktualisasi diri dan mendapatkan kepuasan dari
pekerjaan yang ditekuni. ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk
mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi
kelembagaan (Ihyahul Ulum, 2009:19-21). Pelaporan kinerja pemerintah melalui
laporan keuangan merupakan wujud dari proses akuntabilitas (Mahsun,dkk, 2006).
Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan
manajer dalam pelayanan publik yang lebih baik (Krisna, 2006). Adapun pengertian
anggaran menurut Abdul Hafiz Tanjung (2009;81) menyatakan bahwa “Anggaran
merupakan pedoman tindakan yang akan dilakasanakan perusahaan atau organisasi
mengikuti rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur
dalam satuan uang yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk
suatu priode. Menurut Gege Edy Prasetya (2010;6) Realisasi Anggaran adalah
laporan yang menggambarkan perbandingan antara anggaran pendapatan dan
belanja dengan realisasinya yang menunjukan ketaatan terhadap peraturan dan
ketentuan perundang-undangan

Pengaruh Kesenjangan Realisasi Anggaran Belanja Pegawai Kinerja


Pemerintah
Hasil penelitian Darwis (2015) membuktikan bahwa belanja pegawai secara
statistik signifikan mempengaruhi kemandirian pembangunan daerah kabupaten
Indramayu dan memiliki arah koefisien yang negatif. Hal ini disebabkan karena
alokasi belanja dalam struktur APBD kabupaten Indramayu cenderung lebih
banyak dialokasikan untuk belanja rutin. Kemandirian daerah dapat tercapai apabila
sistem dalam tatanan pemerintahan berjalan dengan baik, salah satu diantaranya
adalah kinerja para perangkat daerah. Belanja pegawai berperan sebagai alat
kompensasi yang diberikan kepada perangkat daerah sebagai imbalan atas
pekerjaan yang telah dilaksanakan.
H1: Kesenjangan realisasi anggaran belanja pegawai berpengaruh signifikan
terhadap kinerja Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Pengaruh Kesenjangan Realisasi Anggaran Belanja Barang Kinerja
Pemerintah
Penelitian Pratolo dan Yudha, (2012) Belanja barang dan jasa tentunya sangat
dibutuhkan untuk meningkatkan pelayanan pada masyarakat. Ketika belanja barang
dan jasa dipenuhi, para pegawai dapat dengan cepat melakukan tindakan pelayanan
publik. Dengan cepatnya pelayanan publik maka diharapkan dapat meningkatkan
kinerja pemerintah
H2: Kesenjangan realisasi anggaran belanja barang berpengaruh signifikan
terhadap kinerja Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Pengaruh Kesenjangan Realisasi Anggaran Belanja Modal Kinerja
Pemerintah
Hasil Penelitian dari Astiti dan Mimba (2016) membuktikan bahwa belanja
modal mampu mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah. Banyaknya dana yang
dialokasikan untuk belanja modal maka nantinya dapat mewujudkan terciptanya

JIPI Vol. 2 No.2, Juli 2018.


- 41 -
JIPI Vol. 2 No. 2, Juli 2018. 42 - 52
e-ISSN : 2598-067x

infrastruktur dan sarana yang semakin banyak pula. Apabila semakin banyak
pembangunan yang dikerjakan oleh pemerintah maka nantinya dapat pula
meningkatkan pertumbuhan kinerja keuangan pemerintah. Darwis (2016)
membuktikan bahwa belanja modal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
kemandirian keuangan daerah. Kemandirian daerah dapat tercapai apabila sistem
dalam tatanan pemerintahan berjalan dengan baik, salah satu diantaranya adalah
kinerja para perangkat daerah.
H3: Kesenjangan realisasi anggaran belanja modal berpengaruh signifikan
terhadap kinerja Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

3. Metode Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah penelitian pada Direktorat Jenderal Bina
Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI selama tahun 2012-
2014. Penulis mengambil data berdasarkan yang diperoleh dari Kementerian
Kesehatan RI yang terdiri dari Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Bina
Kesehatan Anak, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Direktorat Bina Kesehatan Ibu
dan Reproduksi, Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat, Sekretariat Ditjen Bina Gizi
dan Kesehatan Ibu dan Anak, Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradional
Alternatif dan Komplementer Keenam Direktorat tersebut dijadikan sebagai sampel
penelitian dengan periode penelitian tahun 2012-2014. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif berdasarkan Sugiyono (2007) adalah penelitian yang
pengumpulan data – datanya merupakan data yang berbentuk angka, atau data
kuantitatif yang diangkatkan. Obyek penelitian dalam tesis ini adalah kesenjangan
realisasi anggaran dan dampaknya pada kinerja pemerintah yaitu Direktorat
Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI untuk
tahun 2012-2014. Data yang dianalisis dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan data sekunder yang bersumber dari 6 Direktorat Jenderal Bina Gizi
dan Kesehatan Ibu dan Anak pada Kementerian Kesehatan RI tahun 2012-2014.
Data tersebut merupakan dokumentasi dari Laporan Realisasi Anggaran Tahun
2012-2014. Variabel Independen penelitian ini adalah Anggaran, Realisasi
Anggaran sedangkan untuk Variabel Dependen adalah Kinerja Pemerintah.
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Variabel Dimensi Indikator Skala
Realisasi
_______________
Belanja Pegawai x 100% Rasio
Anggaran
Kesenjangan
Realisasi
Realisasi dan _______________
Belanja Barang x 100% Rasio
Anggaran
Anggaran
(X)
Realisasi
_______________
Belanja Modal x 100% Rasio
Anggaran
Kinerja Instansi Output
__________________
Pemerintah Efisiensi Rasio
(Y) Input

JIPI Vol. 2 No.2, Juli 2018.


- 42 -
JIPI Vol. 2 No. 2, Juli 2018. 43 - 52
e-ISSN : 2598-067x

Pengujian yang dilakukan ada Uji Asumsi Klasik, Uji Normalitas, Uji
Multikolonieritas, Uji Heteroskedastisitas, Uji Autokorelasi, Uji Hipotesis. Metode
analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah
analisis regresi linier berganda. Pengujian Hipotesis terdapat Uji Determinasi,
Pengujian Parsial (t).
Y = b 0 + b1 X 1 + b 2 X 2 + b3 X 3 + 
Keterangan :
Y Kinerja Pemerintah

X1 Variabel kesenjangan realisasi anggaran belanja pegawai


X2 Variabel kesenjangan realisasi anggaran belanja barang

X3 Variabel kesenjangan realisasi anggaran belanja modal


b1…b3 Koefisien Regresi
 Error (variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model)

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan


Hasil Uji Statistik Deskriptif
Dari hasil pengolahan data penelitian diperoleh gambaran seperti dalam tabel
berikut :
Tabel 4.1 Perhitungan Nilai Maksimum, Minimum, Mean, dan Standar Deviation
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Belanja Pegawai 18 .00 89.10 20.3706 37.23154

Belanja Barang 18 44.94 97.57 81.9483 15.37793

Belanja Modal 18 55.25 100.00 91.0356 11.55791

Efisiensi Kinerja Pemerintah 18 45.07 97.66 82.1328 14.75149

Efektifitas Kinerja Pemerintah 18 70.70 252.00 116.5889 43.55445

Valid N (listwise) 18

Tabel 4.1 menunjukkan terdapat 18 sampel (n), dimana nilai minimum


variabel kesenjangan realisasi belanja pegawai adalah sebesar 0.00% dan nilai
maksimum sebesar 89,10% terjadi pada Sekretariat Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan
Ibu & Anak tahun 2012. Sedangkan nilai mean adalah sebesar 20,3706 dengan
standar deviasi yang lebih besar yaitu 37,23154 menunjukkan terjadinya gap yang

JIPI Vol. 2 No.2, Juli 2018.


- 43 -
JIPI Vol. 2 No. 2, Juli 2018. 44 - 52
e-ISSN : 2598-067x

tinggi dari nilai minimum dan maksimum pada belanja pegawai. Variabel
kesenjangan realisasi belanja barang, diperoleh nilai minimum sebesar 44,94%
terjadi pada Direktorat Bina Gizi pada tahun 2014, sedangkan nilai maksimum
adalah sebesar 97,57% terjadi pada Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan
Tradisional Alternatif dan Komplementer pada tahun 2013. Sedangkan pada
variabel kesenjangan realisasi belanja modal, diperoleh nilai minimum sebesar
55,25% terjadi pada Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga pada tahun
2012, nilai maksimum adalah sebesar 100,00% terjadi pada Direktorat Bina
Pelayanan Kesehatan Tradisional Alternatif dan Komplementer pada tahun 2014
dan nilai mean sebesar 91,0356 dengan standar deviasi yang lebih rendah yaitu
sebesar 11,55791 menunjukkan gap yang rendah antara nilai minimum dan
maksimum dari variabel belanja modal. Adapun untuk variabel efisiensi kinerja
pemerintah, diperoleh nilai minimum sebesar 45,07% terjadi pada Direktorat Bina
Gizi pada tahun 2014, nilai maksimum sebesar 97,66% terjadi pada Direktorat Bina
Pelayanan Kesehatan Tradisional Alternatif dan Komplementer pada tahun 2014
dan nilai mean sebesar 82,1328 dengan standar deviasi yang lebih rendah yaitu
sebesar 14,75149 menunjukkan gap yang rendah antara nilai minimum dan
maksimum dari variabel efisiensi kinerja pemerintah.Adapun untuk variabel
efektifitas kinerja pemerintah, diperoleh nilai minimum sebesar 70,70% terjadi
pada Direktorat Bina Gizi pada tahun 2014, nilai maksimum sebesar 252% terjadi
pada Direktorat Bina Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga pada tahun 2014 dan nilai
mean sebesar 116,5889 dengan standar deviasi yang lebih rendah yaitu sebesar
43,55445 menunjukkan gap yang rendah antara nilai minimum dan maksimum dari
variabel efisiensi kinerja pemerintah.

Hasil Uji Asumsi Klasik


Dari hasil pengolahan data penelitian diperoleh gambaran seperti dalam
grafik berikut:
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas pengaruh Kesenjangan Realisasi Anggaran
Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Belanja Modal terhadap Efisiensi Kinerja
Pemerintah

Sumber: Output SPSS

JIPI Vol. 2 No.2, Juli 2018.


- 44 -
JIPI Vol. 2 No. 2, Juli 2018. 45 - 52
e-ISSN : 2598-067x

Jika dilihat berdasarkan grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar


disekitar garis diagonal, serta penyebaran mendekati garis diagonal. Hal ini berarti
grafik menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas. Dalam uji normalitas residual dengan grafik dapat menyesatkan apabila
tidak hati-hati secara visual kelihatan normal, oleh karena itu untuk melengkapi uji
grafik dilakukan juga uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji
normalitas residual adalah uji statistic non parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S)
dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2 Uji Statistik Non – Parametrik
Variabel Kolmogorov Sig. Kesimpulan
Smirnov
pengaruh Kesenjangan
Realisasi Anggaran
Belanja Pegawai, Data
1,041 0,229
Belanja Barang dan berdistribusi
Belanja Modal normal
terhadap Efisiensi
Kinerja Pemerintah
pengaruh Kesenjangan
Realisasi Anggaran
Belanja Pegawai, Data
0,708 0,698
Belanja Barang dan berdistribusi
Belanja Modal normal
terhadap Efektifitas
Kinerja Pemerintah

Pengujian terhadap normalitas residual dengan menggunakan uji Kolmogorov-


Smirnov, nilai signifikansi sebesar 0,229 dan 0,698 yang berarti > 0,05. Dengan
demikian H0 diterima yang berarti data residual terdistribusi normal.

Hasil Uji Multikolinearitas


Uji Multikolinearitas Untuk menditeksi ada tidaknya gejala
multikolinearitas antar variabel independen yang digunakan, dapat diketahui
melalui variance inflation faktor (VIF).
Tabel 4.3 Uji Multikolonieritas
Collinearity
Variabel
Statistics Kesimpulan
Dependent Independen Tolerance VIF
Belanja Tidak terjadi
.843 1.186 multikolinieritas
Pegawai
Belanja Tidak terjadi
Efisiensi .956 1.046 multikolinieritas
Barang
Belanja Tidak terjadi
.868 1.151 multikolinieritas
Modal

JIPI Vol. 2 No.2, Juli 2018.


- 45 -
JIPI Vol. 2 No. 2, Juli 2018. 46 - 52
e-ISSN : 2598-067x

Belanja Tidak terjadi


.843 1.186 multikolinieritas
Pegawai
Belanja Tidak terjadi
Efektifitas .956 1.046 multikolinieritas
Barang
Belanja Tidak terjadi
.868 1.151 multikolinieritas
Modal

Hasil dari uji VIF pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa ketiga variabel
independen tidak terjadi multikolonieritas karena nilai tolerance semua variabel di
atas 0,1. Sedangkan nilai VIF semua variabel di bawah 10. Dengan demikian ketiga
variabel independen dapat digunakan untuk memprediksi kinerja pemerintah
selama periode pengamatan. Berdasarkan output di atas dapat diketahui bahwa nilai
VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1 untuk ketiga variabel maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas dalam model regresi yang
digunakan.

Hasil Uji Heterokedastisitas


Gambar 4.2
Hasil Uji Heterokedastisitas Efisiensi Kinerja Pemerintah

Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol (0) pada sumbu Y, tidak
berkumpul di satu tempat, serta tidak membentuk pola tertentu sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi dalam
artian bahwa varian semua variabel ini menunjukkan variabel independen dapat
digunakan untuk memprediksi kinerja pemerintah (efisiensi).

JIPI Vol. 2 No.2, Juli 2018.


- 46 -
JIPI Vol. 2 No. 2, Juli 2018. 47 - 52
e-ISSN : 2598-067x

Hasil Uji Autokorelasi


Berikut disajikan table hasil uji autokorelasi.
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi
Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl

Tidak ada autokorelasi positif No Decision dl < d < du

Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4

Tidak ada korelasi negatif No Decision 4-du < d < 4-dl

Tidak ada autokorelasi positif Tidak ditolak du < d < 4-du


atau negatif

Sumber : Ghozali (2007:96)

Tabel 4.5 Uji Autokorelasi – Efisiensi Kinerja Pemerintah


Df K dl du Dw 4-du Kesimpulan
Tidak terjadi
18 3 0,933 1,696 2,208 2,304
autokorelasi
Sumber : Data diolah, 2017

Berdasarkan hasil uji Durbin-Watson di atas, diperoleh nilai du < d < 4-du
yaitu 1,696 < 2,208 < 2,304, dapat disimpulkan bahwa DW-test tidak dapat
menolak H0 yang menyatakan bahwa tidak terdapat autokorelasi positif atau negatif
atau dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.
Tabel 4.6
Uji Autokorelasi – Efektifitas Kinerja Pemerintah
Df k Dl Dw du 4-du Kesimpulan
Tidak ada
keputusan
18 3 0,933 1,457 1,696 2,304 yang pasti
tentang
autokorelasi
Sumber : Data diolah, 2017
Berdasarkan hasil uji Durbin-Watson di atas, diperoleh nilai dl < d < du
yaitu 0,933 < 1,457 < 1,696, maka disimpulkan tidak ada keputusan yang pasti
tentang autokorelasi.

JIPI Vol. 2 No.2, Juli 2018.


- 47 -
JIPI Vol. 2 No. 2, Juli 2018. 48 - 52
e-ISSN : 2598-067x

Hasil Uji Hipotesis

Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi


Dependent Independent Koefisien Regresi
(Constant) -16.208
Belanja Pegawai .052
Efisiensi
Belanja Barang .944
Belanja Modal .219
(Constant) 249.398
Belanja Pegawai -.378
Efektifitas
Belanja Barang -1.343
Belanja Modal -.165
Sumber : Data diolah, 2017

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 21.0 di


atas, diperoleh persamaan regresi linier berganda model regresi sebagai berikut:
Persamaan I : Y = -16,208 + 0,052X1 + 0,944X2 + 0,219X3 + e

Persamaan II : Y = 249,398 - 0,378X1 – 1,343X2 - 0,165X3 + e

Uji Hipotesis

- Uji F (Uji Kelayakan Model)

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Good of Fitness


No Variabel F Sig.
1 Pengaruh Kesenjangan Realisasi
Anggaran Belanja Pegawai, Belanja
300,502 0,000
Barang dan Belanja Pegawai terhadap
Efisiensi Kinerja Pemerintah
2 Pengaruh Kesenjangan Realisasi
Anggaran Belanja Pegawai, Belanja
Barang dan Belanja Pegawai terhadap 1.665 0,220
Efisiensi Kinerja Pemerintah
Sumber : Data diolah, 2016

Berdasarkan Tabel 4.8, perhitungan Pengaruh Kesenjangan Realisasi


Anggaran Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Belanja Pegawai terhadap
Efisiensi Kinerja Pemerintah diperoleh nilai F sebesar 300,502 dan nilai signifikan
sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 5% atau 0,05, model
penelitian ini adalah good atau layak. Sedangkan untuk Pengaruh Kesenjangan
Realisasi Anggaran Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Belanja Pegawai
terhadap Efisiensi Kinerja Pemerintah, diperoleh nilai F sebesar 1,665 dan nilai
signifikan sebesar 0,220. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05,
model penelitian ini adalah tidak layak.

JIPI Vol. 2 No.2, Juli 2018.


- 48 -
JIPI Vol. 2 No. 2, Juli 2018. 49 - 52
e-ISSN : 2598-067x

- Uji t (Hasil Pengujian Hipotesis)


Tabel 4.9
Uji t (Uji Pengaruh Secara Parsial)
Variabel thitung ttabel Sig. Kesimpulan

Belanja
3.646 2,145 .003 Signifikan
Pegawai
Belanja
Efisiensi 29.102 2,145 .000 Signifikan
Barang
Belanja
4.839 2,145 .000 Signifikan
Modal
Belanja Tidak
-1.295 2,145 .216
Pegawai signifikan
Belanja Tidak
Efektifitas -2.020 2,145 .063
Barang signifikan
Belanja Tidak
-.178 2,145 .861
Modal signifikan

Pada output regresi menunjukkan bahwa angka signifikansi untuk variabel


kesenjangan realisasi anggaran belanja pegawai adalah sebesar 0,003. Nilai ini
lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 dan t hitung 3,646 > ttabel 2,145. Pada output
regresi menunjukkan bahwa angka signifikansi untuk variabel kesenjangan realisasi
anggaran belanja barang adalah sebesar 0,000. Nilai ini lebih kecil dari tingkat
signifikansi 0,05 dan thitung 29,102 > ttabel 2,145. Pada output regresi menunjukkan
bahwa angka signifikansi untuk variabel kesenjangan realisasi anggaran belanja
modal adalah sebesar 0,000. Nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 dan
thitung 4,839 > ttabel 2,145. Pada output regresi menunjukkan bahwa angka
signifikansi untuk variabel kesenjangan realisasi anggaran belanja pegawai
terhadap efekfititas kinerja pemerintah adalah sebesar 0,216. Nilai ini lebih besar
dari tingkat signifikansi 0,05 dan thitung -1,295 < ttabel 2,145. Pada output regresi
menunjukkan bahwa angka signifikansi untuk variabel kesenjangan realisasi
anggaran belanja barang terhadap efekfititas kinerja pemerintah adalah sebesar
0,063. Nilai ini lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 dan thitung -2,020 < ttabel
2,145. Pada output regresi menunjukkan bahwa angka signifikansi untuk variabel
kesenjangan realisasi anggaran belanja barang terhadap efekfititas kinerja
pemerintah adalah sebesar 0,861. Nilai ini lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05
dan thitung -0,178 < ttabel 2,145

Pembahasan Hasil Penelitian


Pengaruh Kesenjangan Realisasi Anggaran Belanja Pegawai terhadap
Efisiensi Kinerja Pemerintah pada Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak (H1)
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Handoko (2014) yang
menyatakan bahwa dalam menyajikan penyusunan anggaran berbasis kinerja sudah

JIPI Vol. 2 No.2, Juli 2018.


- 49 -
JIPI Vol. 2 No. 2, Juli 2018. 50 - 52
e-ISSN : 2598-067x

efisien dilihat dari perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dan dimana
rencana program kerja dapat dicapai sesuai dengan target yang telah direncanakan.
Pengaruh yang positif dan signifikan dalam penelitian ini dapat dijelaskan bahwa
dengan realisasi anggaran pegawai yang semakin meningkat, maka hal tersebut
berdampak pada meningkatnya efisiensi kinerja dari Direktorat Jenderal Bina Gizi
dan Kesehatan Ibu dan Anak.
Pengaruh Kesenjangan Realisasi Anggaran Belanja Barang terhadap Efisiensi
Kinerja Pemerintah pada Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu
dan Anak (H2)
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Honga dan Ilat (2014) yang
menyatakan bahwa anggaran terealisasi dengan baik karena realisasi anggaran tidak
melebihi target yang dianggarkan. Pemahaman teknis tentang realisasi kinerja
keuangan pemerintah yang baik yaitu dengan menerapkan sistim akuntansi
pemerintahan.Pengaruh yang positif dan signifikan dalam penelitian ini dapat
dijelaskan bahwa dengan realisasi anggaran barang yang semakin meningkat, maka
hal tersebut berdampak pada meningkatnya efisiensi kinerja dari Direktorat
Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.

Pengaruh Kesenjangan Realisasi Anggaran Belanja Modal terhadap Efisiensi


Kinerja Pemerintah pada Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu
dan Anak (H3)
Penelitian ini sesuai dengan temuan Astiti dan Mimba (2016) yang
membuktikan bahwa belanja modal berpengaruh pada kinerja keuangan pemerintah
daerah. Demikian pula penelitian Rohman (2012) yang membuktikan bahwa
belanja modal secara signifikan berpengaruh positif secara tidak langsung terhadap
kinerja keuangan melalui Pendapatan Asli Daerah. Pengaruh yang positif dan
signifikan dalam penelitian ini dapat dijelaskan bahwa dengan realisasi anggaran
belanja modal yang semakin meningkat, maka hal tersebut berdampak pada
meningkatnya efisiensi kinerja dari Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan
Ibu dan Anak.
Pengaruh Kesenjangan Realisasi Anggaran Belanja Pegawai terhadap
Efektifitas Kinerja Pemerintah pada Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak (H4)
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kesenjangan realisasi
anggaran belanja pegawai tidak berpengaruh signifikan terhadap efektifitas kinerja
pemerintah pada Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
Temuan ini sesuai dengan penelitian Daling (2013) yang membuktikan pula bahwa
kinerja pendapatan belum efektif hal ini terlihat dari lebih kecilnya jumlah yang
terealisasi dengan yang telah dianggarkan.
.
Pengaruh Kesenjangan Realisaasi Anggaran Belanja Pegawai terhadap
Efektifitas Kinerja Pemerintah pada Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak (H5)
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kesenjangan realisasi
anggaran belanja pegawai tidak berpengaruh signifikan terhadap efektifitas kinerja
pemerintah pada Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
Temuan ini sesuai dengan penelitian Daling (2013) yang membuktikan pula bahwa

JIPI Vol. 2 No.2, Juli 2018.


- 50 -
JIPI Vol. 2 No. 2, Juli 2018. 51 - 52
e-ISSN : 2598-067x

kinerja pendapatan belum efektif hal ini terlihat dari lebih kecilnya jumlah yang
terealisasi dengan yang telah dianggarkan. Demikian pula penelitian Perwira (2014)
yang menyatakan bahwa kinerja keuangan pemerintah tidak efektif, kerena nilai
yang diperoleh kurang dari 100%.

Pengaruh Kesenjangan Realisasi Anggaran Belanja Modal terhadap


Efektifitas Kinerja Pemerintah pada Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak (H6)
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kesenjangan realisasi
anggaran belanja modal tidak berpengaruh signifikan terhadap efektifitas kinerja
pemerintah pada Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
Temuan ini sesuai dengan penelitian Daling (2013) yang membuktikan pula bahwa
kinerja pendapatan belum efektif hal ini terlihat dari lebih kecilnya jumlah yang
terealisasi dengan yang telah dianggarkan. Demikian pula penelitian Perwira (2014)
yang menyatakan bahwa kinerja keuangan pemerintah tidak efektif, kerena nilai
yang diperoleh kurang dari 100%.

5. Simpulan, Keterbatasan, dan Implikasi Hasil Penelitian


Berdasarkan hasil uji hipotesis dapat diberikan kesimpulan hasil penelitian
yaitu Variabel kesenjangan realisaasi anggaran belanja pegawai berpengaruh positif
dan signifikan terhadap efisiensi kinerja pemerintah pada Direktorat Jenderal Bina
Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI. Variabel
kesenjangan realisaasi anggaran belanja barang berpengaruh positif dan signifikan
terhadap efisiensi kinerja pemerintah pada Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI. Variabel kesenjangan
realisaasi anggaran belanja modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap
efisiensi kinerja pemerintah pada Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu
dan Anak Kementerian Kesehatan RI. Variabel kesenjangan realisaasi anggaran
belanja pegawai tidak berpengaruh signifikan terhadap efektifitas kinerja
pemerintah pada Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Kementerian Kesehatan RI. Dengan demikian meningkatnya realisasi anggaran
belanja pegawai tidak akan memberikan dampak yang berarti pada efektifitas
kinerja pemerintah.Variabel kesenjangan realisaasi anggaran belanja barang tidak
berpengaruh signifikan terhadap efektifitas kinerja pemerintah pada Direktorat
Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI.
Variabel kesenjangan realisaasi anggaran belanja modal tidak berpengaruh
signifikan terhadap efektifitas kinerja pemerintah pada Direktorat Jenderal Bina
Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI. Dengan demikian
meningkatnya realisasi anggaran belanja modal tidak akan memberikan dampak
yang berarti pada efektifitas kinerja pemerintah. Adapun beberapa saran yang dapat
dikemukakan penulis dalam penelitian ini, yaitu Bagi Direktorat Jenderal Bina Gizi
dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI Sebaiknya dapat menekan
alokasi belanja rutin khususnya alokasi belanja pegawai. Hal ini dikarenakan
pemerintah rata-rata mengalokasikan belanja pegawai diatas 80% dari total belanja
rutin. Diharapkan agar pemerintah lebih baik lagi dalam mengalokasikan belanja
modal agar nantinya dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat dan
sekaligus dapat meningkatkan kinerja keuangan pemerintahnya. Untuk penelitian

JIPI Vol. 2 No.2, Juli 2018.


- 51 -
JIPI Vol. 2 No. 2, Juli 2018. 52 - 52
e-ISSN : 2598-067x

selanjutnya Menambahkan indikator untuk mengukur kinerja keuangan


pemerintah, Menggunakan data laporan keuangan daerah paling tidak lima tahun
terakhir, Memperluas objek penelitian.

Daftar Pustaka
Abdul Hafiz Tanjung. (2009). Akuntansi Pemeriintahan Daerah. Bandung: Alfabeta.
Abdurrohman Wiro Handoko. (2014). Analisis Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Berbasis Kinerja Pada Dispenda Kota Surabaya. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi. Vol. 3 No.
12 (2014).
Ardon Fridolin Honga, Ventje Ilat. (2014). Analisis Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Daerah Pemerintah Kota Bitung. Jurnal EMBA. Vol.2 No.4 Desember 2014, Hal. 278-
288.
Biro Keuangan dan BMN, (2016). Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta : Kemenkes RI.
Daling, Marchelino. (2013). Analisis Kinerja Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Pemerintah Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurnal EMBA. Vol.1 No.3 September 2013,
Hal. 82-89.
Gede Edy Prasetya. (2010). Penyusunan dan Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
Yogyakarta : ANDI.
Mahsun, Mohamad, dkk. (2006). Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE.
Muhammad Yogi Perwira. (2014). Analisis Kinerja Keuangan Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan Dan Aset Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2007-2013. Jurnal. Universitas
Negeri Yogyakarta.
Suryo Pratolo & Binang Sukma Yudha. (2012). Peran Faktor-Faktor Keuangan Dan Pertumbuhan
Ekonomi Terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah. Jurnal Akuntansi dan Investasi.
Volume 12 Nomor. 2, halaman: 144-160, Juli 2012.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.
Ulum, Ihyahul. (2009). Audit Sektor Publik, Jakarta: PT Bumi Aksara.

JIPI Vol. 2 No.2, Juli 2018.


- 52 -

Anda mungkin juga menyukai