37 - 52
e-ISSN : 2598-067x
Yulidawati Yusuf
Darmansyah (darmansyahs155@yahoo.com)
Universitas Pancasila
Suratno (soeratno_54@yahoo.com)
Universitas Pancasila
ABSTRACT
This study is aimes to analyze the gaps of the realization budgeting and the effect to
Government’s Performance on the Directorate General Of Child and Maternal Health and Nutrition
at Ministry of Health Republic of Indonesia. As the population and sample which as six Directorate
at Directorate General Of Child and Maternal Health and Nutrition during the study period from
2012 – 2014. Anlaysis Data Method is using multiple linear regression analysis. Hypothesis test
results can be concluded that the gap realization of salary expenditure, good expenditure and
capital expenditure partially positive and significant impact on the efficiency of the performance on
Directorate General Of Child and Maternal Health and Nutrition. But the gap of realization
budgeting of salary expenditure, good expenditure and capital expenditure partially no significant
effect on the effectiveness of the performance of Directorate General Of Child and Maternal Health
and Nutrition at Ministry of Health Republic of Indonesia
ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk menganalisis kesenjangan realisasi anggaran dan dampaknya pada
kinerja pemerintah pada Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian
Kesehatan RI. Sebagai populasi dan sampel yaitu enam direktorat di Direktorat Jenderal Bina Gizi
dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI selama periode penelitian tahun 2012-2014.
Metode analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil uji hipotesis dapat
disimpulkan bahwa kesenjangan realisasi anggaran belanja pegawai, belanja barang dan belanja
modal secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap efisiensi kinerja Direktorat
Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI. Namun kesenjangan
realisasi anggaran belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap efektifitas kinerja Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu
dan Anak Kementerian Kesehatan RI.
Keywords : Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, Efisiensi, Efektifitas
JIPI Vol. 2 No. 2, Juli 2018. 38 - 52
e-ISSN : 2598-067x
1. Pendahuluan
Era globalisasi saat ini merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari oleh
seluruh masyarakat dunia. Bangsa Indonesia merupakan bagian dari masyarakat
dunia yang memiliki kewajiban untuk secara terus menerus berpartisipasi dalam
mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) untuk menunjang dalam
persaingan di era globalisasi. Upaya konkret dalam mewujudkan akuntabilitas dan
transparasi di lingkungan pemerintah mengharuskan setiap pengelola keuangan
negara untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan
dengan cakupan yang lebih luas dan tepat waktu. Kementerian Kesehatan dibentuk
dalam rangka membantu Presiden Republik Indonesia dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara di bidang kesehatan. Kementerian Kesehatan berperan
strategis dalam rangka mewujudkan Visi Presiden Republik Indonesia 2015-20'19
yakni 'Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong royong" dan pelaksanaan 7 misi pembangunan, khususnya
misi ke-4: mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan
sejahtera. Kementerian Kesehatan juga memiliki peran penting dalam rangka
mencapai 9 agenda prioritas nasional yang dikenal dengan Nawacita, terutama
agenda ke-S: meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.Alokasi anggaran
kesehatan yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2015 sebesar 54,3
trilyun rupiah dengan realisasi sebesar 48,9 trilyun rupiah. Besar alokasi maupun
realisasi anggaran tahun 2015 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2014,
yaitu alokasi sebesar 50,4 trilyun rupiah dengan realisasi sebesar 47,6 trilyun
rupiah. Namun demikian, jika dilihat dari persentase realisasi tahun sebelumnya,
angkanya mengalami penurunan, dimana persentase realisasi anggaran
Kementerian Kesehatan pada tahun 2015 sebesar 89,1%, turun dari tahun 2014
yang sebesar 94,99%.
Gambar 1.1 Alokasi Dan Realisasi Anggaran Kementerian Kesehatan RI
Tahun 2009 – 2015
infrastruktur dan sarana yang semakin banyak pula. Apabila semakin banyak
pembangunan yang dikerjakan oleh pemerintah maka nantinya dapat pula
meningkatkan pertumbuhan kinerja keuangan pemerintah. Darwis (2016)
membuktikan bahwa belanja modal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
kemandirian keuangan daerah. Kemandirian daerah dapat tercapai apabila sistem
dalam tatanan pemerintahan berjalan dengan baik, salah satu diantaranya adalah
kinerja para perangkat daerah.
H3: Kesenjangan realisasi anggaran belanja modal berpengaruh signifikan
terhadap kinerja Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
3. Metode Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah penelitian pada Direktorat Jenderal Bina
Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI selama tahun 2012-
2014. Penulis mengambil data berdasarkan yang diperoleh dari Kementerian
Kesehatan RI yang terdiri dari Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Bina
Kesehatan Anak, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Direktorat Bina Kesehatan Ibu
dan Reproduksi, Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat, Sekretariat Ditjen Bina Gizi
dan Kesehatan Ibu dan Anak, Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradional
Alternatif dan Komplementer Keenam Direktorat tersebut dijadikan sebagai sampel
penelitian dengan periode penelitian tahun 2012-2014. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif berdasarkan Sugiyono (2007) adalah penelitian yang
pengumpulan data – datanya merupakan data yang berbentuk angka, atau data
kuantitatif yang diangkatkan. Obyek penelitian dalam tesis ini adalah kesenjangan
realisasi anggaran dan dampaknya pada kinerja pemerintah yaitu Direktorat
Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI untuk
tahun 2012-2014. Data yang dianalisis dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan data sekunder yang bersumber dari 6 Direktorat Jenderal Bina Gizi
dan Kesehatan Ibu dan Anak pada Kementerian Kesehatan RI tahun 2012-2014.
Data tersebut merupakan dokumentasi dari Laporan Realisasi Anggaran Tahun
2012-2014. Variabel Independen penelitian ini adalah Anggaran, Realisasi
Anggaran sedangkan untuk Variabel Dependen adalah Kinerja Pemerintah.
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Variabel Dimensi Indikator Skala
Realisasi
_______________
Belanja Pegawai x 100% Rasio
Anggaran
Kesenjangan
Realisasi
Realisasi dan _______________
Belanja Barang x 100% Rasio
Anggaran
Anggaran
(X)
Realisasi
_______________
Belanja Modal x 100% Rasio
Anggaran
Kinerja Instansi Output
__________________
Pemerintah Efisiensi Rasio
(Y) Input
Pengujian yang dilakukan ada Uji Asumsi Klasik, Uji Normalitas, Uji
Multikolonieritas, Uji Heteroskedastisitas, Uji Autokorelasi, Uji Hipotesis. Metode
analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah
analisis regresi linier berganda. Pengujian Hipotesis terdapat Uji Determinasi,
Pengujian Parsial (t).
Y = b 0 + b1 X 1 + b 2 X 2 + b3 X 3 +
Keterangan :
Y Kinerja Pemerintah
Valid N (listwise) 18
tinggi dari nilai minimum dan maksimum pada belanja pegawai. Variabel
kesenjangan realisasi belanja barang, diperoleh nilai minimum sebesar 44,94%
terjadi pada Direktorat Bina Gizi pada tahun 2014, sedangkan nilai maksimum
adalah sebesar 97,57% terjadi pada Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan
Tradisional Alternatif dan Komplementer pada tahun 2013. Sedangkan pada
variabel kesenjangan realisasi belanja modal, diperoleh nilai minimum sebesar
55,25% terjadi pada Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga pada tahun
2012, nilai maksimum adalah sebesar 100,00% terjadi pada Direktorat Bina
Pelayanan Kesehatan Tradisional Alternatif dan Komplementer pada tahun 2014
dan nilai mean sebesar 91,0356 dengan standar deviasi yang lebih rendah yaitu
sebesar 11,55791 menunjukkan gap yang rendah antara nilai minimum dan
maksimum dari variabel belanja modal. Adapun untuk variabel efisiensi kinerja
pemerintah, diperoleh nilai minimum sebesar 45,07% terjadi pada Direktorat Bina
Gizi pada tahun 2014, nilai maksimum sebesar 97,66% terjadi pada Direktorat Bina
Pelayanan Kesehatan Tradisional Alternatif dan Komplementer pada tahun 2014
dan nilai mean sebesar 82,1328 dengan standar deviasi yang lebih rendah yaitu
sebesar 14,75149 menunjukkan gap yang rendah antara nilai minimum dan
maksimum dari variabel efisiensi kinerja pemerintah.Adapun untuk variabel
efektifitas kinerja pemerintah, diperoleh nilai minimum sebesar 70,70% terjadi
pada Direktorat Bina Gizi pada tahun 2014, nilai maksimum sebesar 252% terjadi
pada Direktorat Bina Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga pada tahun 2014 dan nilai
mean sebesar 116,5889 dengan standar deviasi yang lebih rendah yaitu sebesar
43,55445 menunjukkan gap yang rendah antara nilai minimum dan maksimum dari
variabel efisiensi kinerja pemerintah.
Hasil dari uji VIF pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa ketiga variabel
independen tidak terjadi multikolonieritas karena nilai tolerance semua variabel di
atas 0,1. Sedangkan nilai VIF semua variabel di bawah 10. Dengan demikian ketiga
variabel independen dapat digunakan untuk memprediksi kinerja pemerintah
selama periode pengamatan. Berdasarkan output di atas dapat diketahui bahwa nilai
VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1 untuk ketiga variabel maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas dalam model regresi yang
digunakan.
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol (0) pada sumbu Y, tidak
berkumpul di satu tempat, serta tidak membentuk pola tertentu sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi dalam
artian bahwa varian semua variabel ini menunjukkan variabel independen dapat
digunakan untuk memprediksi kinerja pemerintah (efisiensi).
Berdasarkan hasil uji Durbin-Watson di atas, diperoleh nilai du < d < 4-du
yaitu 1,696 < 2,208 < 2,304, dapat disimpulkan bahwa DW-test tidak dapat
menolak H0 yang menyatakan bahwa tidak terdapat autokorelasi positif atau negatif
atau dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.
Tabel 4.6
Uji Autokorelasi – Efektifitas Kinerja Pemerintah
Df k Dl Dw du 4-du Kesimpulan
Tidak ada
keputusan
18 3 0,933 1,457 1,696 2,304 yang pasti
tentang
autokorelasi
Sumber : Data diolah, 2017
Berdasarkan hasil uji Durbin-Watson di atas, diperoleh nilai dl < d < du
yaitu 0,933 < 1,457 < 1,696, maka disimpulkan tidak ada keputusan yang pasti
tentang autokorelasi.
Uji Hipotesis
Belanja
3.646 2,145 .003 Signifikan
Pegawai
Belanja
Efisiensi 29.102 2,145 .000 Signifikan
Barang
Belanja
4.839 2,145 .000 Signifikan
Modal
Belanja Tidak
-1.295 2,145 .216
Pegawai signifikan
Belanja Tidak
Efektifitas -2.020 2,145 .063
Barang signifikan
Belanja Tidak
-.178 2,145 .861
Modal signifikan
efisien dilihat dari perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dan dimana
rencana program kerja dapat dicapai sesuai dengan target yang telah direncanakan.
Pengaruh yang positif dan signifikan dalam penelitian ini dapat dijelaskan bahwa
dengan realisasi anggaran pegawai yang semakin meningkat, maka hal tersebut
berdampak pada meningkatnya efisiensi kinerja dari Direktorat Jenderal Bina Gizi
dan Kesehatan Ibu dan Anak.
Pengaruh Kesenjangan Realisasi Anggaran Belanja Barang terhadap Efisiensi
Kinerja Pemerintah pada Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu
dan Anak (H2)
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Honga dan Ilat (2014) yang
menyatakan bahwa anggaran terealisasi dengan baik karena realisasi anggaran tidak
melebihi target yang dianggarkan. Pemahaman teknis tentang realisasi kinerja
keuangan pemerintah yang baik yaitu dengan menerapkan sistim akuntansi
pemerintahan.Pengaruh yang positif dan signifikan dalam penelitian ini dapat
dijelaskan bahwa dengan realisasi anggaran barang yang semakin meningkat, maka
hal tersebut berdampak pada meningkatnya efisiensi kinerja dari Direktorat
Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
kinerja pendapatan belum efektif hal ini terlihat dari lebih kecilnya jumlah yang
terealisasi dengan yang telah dianggarkan. Demikian pula penelitian Perwira (2014)
yang menyatakan bahwa kinerja keuangan pemerintah tidak efektif, kerena nilai
yang diperoleh kurang dari 100%.
Daftar Pustaka
Abdul Hafiz Tanjung. (2009). Akuntansi Pemeriintahan Daerah. Bandung: Alfabeta.
Abdurrohman Wiro Handoko. (2014). Analisis Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Berbasis Kinerja Pada Dispenda Kota Surabaya. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi. Vol. 3 No.
12 (2014).
Ardon Fridolin Honga, Ventje Ilat. (2014). Analisis Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Daerah Pemerintah Kota Bitung. Jurnal EMBA. Vol.2 No.4 Desember 2014, Hal. 278-
288.
Biro Keuangan dan BMN, (2016). Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta : Kemenkes RI.
Daling, Marchelino. (2013). Analisis Kinerja Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Pemerintah Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurnal EMBA. Vol.1 No.3 September 2013,
Hal. 82-89.
Gede Edy Prasetya. (2010). Penyusunan dan Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
Yogyakarta : ANDI.
Mahsun, Mohamad, dkk. (2006). Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE.
Muhammad Yogi Perwira. (2014). Analisis Kinerja Keuangan Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan Dan Aset Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2007-2013. Jurnal. Universitas
Negeri Yogyakarta.
Suryo Pratolo & Binang Sukma Yudha. (2012). Peran Faktor-Faktor Keuangan Dan Pertumbuhan
Ekonomi Terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah. Jurnal Akuntansi dan Investasi.
Volume 12 Nomor. 2, halaman: 144-160, Juli 2012.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.
Ulum, Ihyahul. (2009). Audit Sektor Publik, Jakarta: PT Bumi Aksara.