Anda di halaman 1dari 112

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
karunia dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan
Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Tahun 2018 Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi
Makro dan Keuangan. Laporan Kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada
pemangku kepentingan selain untuk memenuhi prinsip efektifitas, efisiensi, transparansi,
serta akuntabilitas kinerja. Capaian Kinerja 2018 merupakan hasil kerja yang dicapai
Kedeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan selama setahun yang mengacu
pada Penetapan Kinerja 2018. Capaian Kinerja juga merupakan implementasi dari Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang meliputi : perencanaan strategis,
perencanaan kinerja, pengelolaan kinerja, dan capaian kinerja serta evaluas kinerja untuk
selanjutnya dianalisis dalam rangka perbaikan kinerja pada tahun berikutnya.

Landasan hukum dalam penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2018 adalah Amanat
Peraturan Pemerintah Nomor: 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden RI Nomor: 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 12 tahun 2015, tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian Nomor: 9 tahun 2015 tentang Perjanjian Kinerja dan Indikator
Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Laporan
Kinerja juga berpedoman pada Sembilan Prioritas Nasional Nawacita, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN 2015-2019), dan Rencana Strategis Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian 2015-2019, serta Perjanjian Kinerja Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Tahun 2018.

Namun demikian, kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam


Laporan Kinerja ini, dan tidak menutup kemungkinan adanya perbaikan yang masih
diperlukan dalam rangka penyesuaian kedepannya. Akhinya Laporan Kinerja ini
diharapkan dapat menjadi media pertanggungjawaban dan menjadi pemicu motivasi
peningkatan kinerja bagi seluruh anggota organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi
Makro dan Keuangan yang lebih baik.

Jakarta, Februari 2019


Deputi Bidang Koordinasi
Ekonomi Makro dan Keuangan,

ISKANDAR SIMORANGKIR

i
RINGKASAN EKSEKUTIF

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan pada Tahun 2018
memiliki program utama yaitu Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian
dengan Sasaran Strategis, pengukuran kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro
dan Keuangan, Kemenko Perekonomian tahun 2018 mengacu pada 3 Sasaran Strategis
yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja antara Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi
Makro dan Keuangan dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Sasaran
Strategis pertama yaitu Tercapainya Indeks Keuangan Inklusif, yang diukur dengan
Presentase Indeks Keuangan sebesar 68%. Sasaran strategis kedua yaitu Tercapainya
Target Penyaluran KUR, yang diukur dengan Tercapainya Plafon Target Penyaluran KUR
Tahun 2018 sebesar Rp. 120 Triliun. Sasaran Strategis ketiga yaitu Terwujudnya
Koordinasi, Sinkronisasi, dan Pengendalian Kebijakan Perekonomian, yang diukur dengan
Tercapainya Paket Rekomendasi sejumlah 1 (satu) Paket Rekomendasi.

Hasil Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Kemenko Perekonomian tahun 2018
dijabarkan pada Tabel di bawah ini.
Realisasi
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2018
2018
Tercapainya Indeks Indeks Keuangan 68% 70%
Keuangan Inklusif Inklusif. (102,94%)
Tercapainya Target Target Penyaluran Rp.120 Trilun) Rp.120,4 Triliun
Penyaluran KUR. KUR. (100,33%)

Terwujudnya Jumlah Paket


Koordinasi Sinkronisasi Rekomendasi 1 1
dan Pengendalian Kebijakan Bidang Paket Paket
Kebijakan Koordinasi Ekonomi Rekomendasi Rekomendasi
Perekonomian. Makro dan Keuangan.

Capaian target Indeks Keuangan Inklusif sebesar 68% pada tahun 2018, antara
lain: Capaian kinerja keuangan inklusif Indonesia mengacu pada hasil survei Global Findex
yang dilakukan oleh World Bank setiap tiga tahun sekali, atau survei keuangan inklusif
yang dilakukan oleh pihak lain dengan metodologi yang sama. Berdasarkan survei World
Bank Global Findex 2017, Indonesia mengalami peningkatan jumlah kepemilikan rekening
penduduk dewasa dari 36% di tahun 2014 menjadi 49% di tahun 2017. Peningkatan ini
tertinggi di wilayah Asia Timur dan Pasifik. Di Indonesia, kepemilikan rekening oleh
perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki, yaitu perempuan 51% dan Laki-laki 46%.
Perpres 82/2016 mentargetkan 75% penduduk dewasa memiliki akses layanan keuangan

ii
formal di tahun 2019. Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif sedang melakukan
survei keuangan inklusif Indonesia tahun 2018 yang hasilnya akan diperoleh sekitar bulan
April 2019. Diproyeksikan tingkat keuangan inklusif Indonesia tahun 2018 sebesar 62%.
Sepanjang semester pertama 2018, Lembaga Perbankan telah mendukung program
Keuangan Inklusif melalui penambahan titik akses layanan keuangan berupa peningkatan
jumlah ATM dan agen bank. Jumlah kantor bank relatif stabil dalam periode yang sama.
Untuk mengetahui perkembangan mutakhir dari tingkat keuangan inklusif Indonesia,
Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif melakukan:
1) Menyelenggarakan Survei Nasional Inklusi Keuangan tahun 2018, yang direncanakan
akan keluar hasilnya pada April 2019.
2) Menyusun kuesioner survei dengan menambah beberapa poin pertanyaan seperti
tentang kepemilikan rekening tabungan dan uang elektronik terdaftar ke dalam
kuesioner yang ada sehingga data tentang keuangan inklusif menurut definisi Global
Findex dapat tersedia dan dianalisis.

Capaian target Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Sebesar Rp.120,4 triliun pada tahun
2018 menjadi salah satu target IKU Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan
Keuangan. Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program prioritas dalam
mendukung kebijakan pemberian kredit/pembiayaan kepada sektor Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah. Target tersebut terpenuhi dengan penyaluran KUR tahun 2018, sampai
dengan 31 Desember 2018 sebesar Rp. 120,4 triliun (100,33% dari target tahun 2018
sebesar Rp.120 Triliun) dengan jumlah debitur sebanyak 4,4 juta debitur dan baki debet
sebesar Rp.92 triliun. Penyaluran terbesar adalah untuk skema KUR Mikro sebesar Rp.73,8
triliun kepada 4,1 juta debitur (61,3% penyaluran), diikuti dengan penyaluran untuk KUR
Kecil sebesar Rp.45,9 triliun kepada 299.270 debitur (38,2% penyaluran), serta
penyaluran untuk KUR Penempatan TKI sebesar R.p.583,7 miliar kepada 35.670 debitur
(0,5% penyaluran). Penyaluran berdasarkan wilayah masih didominasi oleh Pulau Jawa
dengan penyaluran tertinggi di Provinsi Jawa Tengah, diikuti oleh Jawa Timur dan Jawa
Barat.

Adapun capaian output Terwujudnya Koordinasi, Sinkronisasi, Pengendalian


Kebijakan di Bidang Perekonomian tahun 2018 antara lain: (1) Rekomendasi tentang
Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan tanggal 29 Maret 2018; (2)
Rekomendasi tentang Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan tanggal 26
November 2018; (3) Rekomendasi Terkait Asesmen Indikator Ekonomi Makro Secara
Periodik; (4) Rekomendasi Terkait Pengendalian Sektor Jasa Nasional; (5) Rekomendasi
Terkait Peningkatan Investasi (Investor Relation Unit); (6) Rekomendasi Kebijakan Terkait

iii
Koordinasi Pengendalian Inflasi; (7) Rekomendasi Kebijakan Terkait Evaluasi Kinerja TPID;
(8) Rekomendasi Kebijakan terkait Terlaksananya Fungsi Kesekretariatan TPIP; (9)
Rekomendasi Kebijakan terkait Pengembangan Skema Pembiayaan Inovatif Untuk
Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah; (10) Rekomendasi Kebijakan Analisis
Sektoral dan Spasial (4 Laporan (Q4 2017, Q1-Q3 2018) + 2 Laporan (Perikanan dan
Elektronik)); (11) Rekomendasi Kebijakan terkait Perubahan atas Peraturan Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM
tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR); (12) Rekomendasi Kebijakan
tentang Plafon KUR dan Penyaluran KUR 2018; (13) Rekomendasi KEbijakan terkait
Laporan Penyusunan Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia; (14) Rekomendasi terkait
Penyampaian Informasi Mengenai KUR Syariah; (15) Rekomendasi terkait Evaluasi
Pelaksanaan KUR dalam rangka Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan
Penyaluran KUR melalui Monitoring dan Evaluasi Kepada Penyalur yang NPL di atas 5%;
(16) Rekomendasi terkait Evaluasi Penyaluran KUR Sektor Produksi Semester I Tahun 2018
dalam rangka Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Penyaluran KUR melalui Monitoring
dan Evaluasi Penyaluran KUR yang Belum Mencapai Porsi Penyaluran KUR di Sektor
Produksi Sebesar Minimum 50%; (17) Rekomendasi terkait Evaluasi Pelaksanaan KUR
Skema IJP dalam rangka Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Penyaluran
KUR melalui Monitoring dan Evaluasi Penyaluran KUR dibawah 50% dari Target
Penyaluran KUR; (18) Rekomendasi terkait Evaluasi Capaian Target Penyaluran Tahun
2018 dalam rangka Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Penyaluran KUR
melalui Monitoring dan Evaluasi Penyaluran KUR dibawah 50% dari Target Penyaluran
KUR; (19) Rekomendasi terkait Penegasan Perlakuan Khusus Debitur Terdampak Gempa di
Lombok; (20) Rekomendasi tentang Penegasan terkait Penyaluran KUR untuk PNS dan
Karyawan/Karyawati.

Untuk mendukung capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan
Keuangan telah dilakukan kegiatan koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan,
pengendalian pelaksanaan kebijakan yang mencakup 5 (lima) unit kegiatan Eselon II,
yaitu: Koordinasi Kebijakan Bidang Fiskal; Koordinasi Kebijakan Bidang Moneter dan
Neraca Pembayaran; Koordinasi Kebijakan Bidang Pengembangan Ekonomi Daerah dan
Sektor Riil; Koordinasi Kebijakan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan; dan Koordinasi
Kebijakan Bidang Badan Usaha Milik Negara.

iv
Dalam pencapaian pelaksanaan kegiatan tahun 2018, terdapat beberapa kelemahan
yang masih harus diperbaiki pada Kedeputian Ekonomi Makro dan Keuangan yaitu (1)
masih kurangnya Sumber Daya Manusia dan perlengkapan kerja yang kurang memadai
termasuk ruang kerja dan ruang rapat dan lokasi kantor yang masih terpisah belum dalam
satu lingkungan atau gedung yang sama; serta (2) masih lemahnya koordinasi antar
kementerian/lembaga di bawah koordinasi Kantor Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian.

Jakarta, Februari 2019


Deputi Bidang Koordinasi
Ekonomi Makro dan Keuangan,

ISKANDAR SIMORANGKIR

v
vi
vii
viii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
INFOGRAFIS CAPAIAN KINERJA TAHUN 2018 ......................................................... i
RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. i
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ i

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Organisasi dan Fungsi ..................................................................... 3
C. Kapasitas Organisasi ........................................................................ 5
1. Sumber Daya Manusia ............................................................... 5
2. Dukungan Anggaran ................................................................... 6
D. Isu Strategis ........................................................................................ 6
E. Sistematika Laporan .......................................................................... 8

BAB II PERENCANAAN KINERJA


A. Rencana Strategis .............................................................................. 10
1. Visi dan Misi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 10
2. Visi dan Misi Unit Kerja Eselon I ............................................... 10
3. Penajaman Rencana Strategis .................................................... 12
B. Perjanjian Kinerja ........................................................................... 16
1. Perjanjian Kinerja Tahun 2018 ................................................. 16
2. Metode Pengukuran ................................................................... 17

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA


A. Kriteria Ukuran Keberhasilan ........................................................... 19
B. Analisis Capaian Kinerja .................................................................. 23
1. Capaian Kinerja Indikator Program ............................................ 23
2. Capaian Kinerja Output ............................................................... 75
C. Perbandingan Capaian Kinerja ......................................................... 77
D. Akuntabilitas Keuangan .................................................................... 80
E. Analisis Efisiensi Pemanfaatan Sumber Daya .................................. 82
F. Analisis Penyebab Keberhasilan ....................................................... 84
G. Rencana Aksi Peningkatan Akuntabilitas Kinerja ........................... 84

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 86
B. Rencana Aksi Tindak Lanjut ............................................................... 87

LAMPIRAN

ix
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perekonomian global Tahun 2018 diliputi ketidakpastian, perang dagang dan
proteksionisme, normalisasi suku bunga dan volatilitas harga komoditas meningkatkan risiko
global dan domestik. Di tengah ketidakpastian perekonomian global, pertumbuhan ekonomi
Indonesia Tahun 2018 mencapai 5,17 persen (YoY) secara kumulatif sampai dengan Triwulan
IV Tahun 2018, tertinggi dalam kurun waktu 4 tahun terakhir. Hal ini diikuti pula dengan
penurunan tingkat kemiskinan sebesar 9,82 persen, rasio gini sebesar 0,389 persen dan
tingkat pengangguran 5,13 persen. Sumber pertumbuhan ekonomi Tahun 2018 ditopang oleh
Konsumsi Rumah Tangga dan Investasi (PMTB) yang masing-masing menopang sebesar 2,74
persen dan 2,17 persen. Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh beberapa sektor
antara lain: industri manufaktur; Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor; Konstruksi; Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; serta Informasi dan Komunikasi.
Secara spasial, Pulau Jawa masih memberikan kontribusi terbesar, diikuti Sumatera dan
Sulawesi.
Selain pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, tingkat inflasi dapat terus terjaga
pada level pada level 3,13 persen (YoY) sepanjang Tahun 2018 dan berada dibawah asumsi
makro APBN 2018 sebesar 3,5 pesen (YoY). Pengendalian inflasi terus didorong oleh
penguatan koordinasi Pemerintah Pusat, Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah serta
melanjutkan catatan keberhasilan mempertahankan realisasi inflasi tahun 2016 dan tahun
2017 yang masing-masing mencapai 3,02 persen (yoy) dan 3,60 persen (yoy). Adapun dari
sisi regional, secara tahunan inflasi di seluruh daerah hingga akhir tahun 2018 juga terjaga di
dalam rentang sasaran inflasi nasional.

Tabel 1.1 Indikator Makro Utama


Uraian 2016 2017 2018

Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,02 5,07 5,17

Inflasi (%) 3,02 3,60 3,13

Dalam hal arah kebijakan, sejalan dengan program Nawacita yang diusung oleh
pemerintah, sedikitnya terdapat tiga hal strategis yang berkaitan dengan Unit Organisasi
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan-Kementerian Koordinator Bidang

1
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Perekonomian yaitu: membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-


daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan, meningkatkan produktivitas rakyat dan
daya saing di pasar internasional, dan mewujudkan kemandirian ekonomi dengan
menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik, sebagaimana dituangkan dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Kerja Pemerintah
(RKP).
Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan
Keuangan mendapat peran dalam mengawal tercapainya program pemerintah Tahun 2018,
yaitu: peningkatan akses pembiayaan bagi UMKM dan perbaikan iklim investasi dan
peningkatan daya saing. Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan memiliki
empat program prioritas yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR), Strategi Nasional Keuangan Inklusif
(SNKI), Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP), dan Insentif Fiskal serta program regular
melalui kegiatan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian.
Upaya pemerintah dalam rangka mengatasi kurangnya akses pembiayaan bagi UMKM
adalah meluncurkan KUR yang bertujuan untuk meningkatkan dan memperluas akses
pembiayaan kepada usaha produktif, meningkatkan ekonomi dan penyerapan kapasitas daya
saing UMKM, dan mendorong pertumbuhan penyerapan tenaga kerja. Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan pada Tahun 2018 telah mengkoordinasikan KUR
sebesar Rp.120,4 Triliun (100,33 persen dari target Rp.120 Triliun) meningkat dibandingkan
tahun sebelumnya sebesar Rp.96,7 Triliun (90,6 persen dari target Rp.107 Triliun). Total
debitur KUR Tahun 2018 sebesar 4 juta debitur dengan rasio NPL 0,24 persen.
Dalam upaya peningkatan akses layanan keuangan kepada masyarakat berdasarkan
Keppres Nomor 82 Tahun 2016 Tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif, ditargekan 75
persen penduduk dewasa memiliki akses layanan keuangan formal di 2019. Hasil survei
Global Findex 2017, dibutuhkan tambahan lebih dari 50 juta rekening oleh penduduk dewasa
di tahun 2018 dan 2019. Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan selaku
Sekretaris Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusi telah melaksanakan beberapa
program antara lain menciptakan inovasi layanan keuangan yang menjangkau seluruh
masyarakat, mendorong peningkatan peran koperasi simpan pinjam ( ksp & credit union),
mempercepat sertipikasi hak properti masyarakat, memperluas layanan keuangan melalui
sinergi dengan lembaga selain bank, peningkatan kesadaran dan literasi masyarakat, dan
meningkatkan infrastruktur yang mendukung inklusi keuangan.
Dalam rangka merealisasikan inflasi terjaga dalam rentang sasaran inflasi, berdasarkan
Keppres Nomor: 82 Tahun 2016 Tentang Tim Pengendalian Inflasi Nasional, maka
dibentuklah Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP), Tim Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi,
2
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah Kabupaten/Kota. Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi
Makro dan Keuangan selaku Sekretaris TPIP pada Tahun 2018 telah melaksanakan beberapa
kegiatan antara lain sekretariat Tim Pengendalian Inflasi Nasional, roadmap pengendalian
inflasi nasional, monitoring dan sistem pelaporan kegiatan pengendalian inflasi pusat dan
daerah (situs hargapangan.id dan tpin.id ), dan koordinasi pelaksanaan rapat koordinasi
nasional, high level meeting serta rapat koordinasi pusat dan daerah. Inflasi Tahun 2018
berada pada level 3,13 persen (YoY) sepanjang Tahun 2018 dan berada dibawah asumsi
makro APBN 2018 sebesar 3,5 pesen (YoY).
Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan investasi, Deputi
Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan dalam rangka program insentif fiskal pada
Tahun 2018 telah melakukan kegiatan antara lain memberikan rekomendasi terkait insentif
perpajakan tax holiday, melakukan koordinasi terkait insentif perpajakan tax allowance. Serta
dalam rangka mendorong UMKM, dilakukan koordinasi terkait penurunan tarif pajak UMKM
dari sebelumnya 1 persen menjadi 0.5 persen.
Selain program prioritas tersebut, terdapat program regular pada Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan antara lain kegiatan monitoring Fiskal, koordinasi
kebijakan terkait pengeluaran negara dan pembiayaan, penguatan sinergi pengendalian sektor
jasa, pengembangan basis data ekonomi dan keuangan, Pengembangan Skema Pembiayaan
Inovatif untuk Pengembangan Ekonomi Daerah dan Sektor Riil, Penyusunan Regulasi yang
Mendukung Pengembangan Ekonomi Daerah dan Sektor Riil, Pemantauan Perkembangan
Ekonomi Daerah dan Sektor Riil, Koordinasi Kebijakan terkait Restrukturisasi/Privatisasi,
Koordinasi Kebijakan terkait Pinjaman Komersial Luar Negeri (PKLN), dan Koordinasi
Kebijakan terkait Penambahan Penyertaan Modal Negara (PMN).
Dalam upaya mengantisipasi tuntutan output yang direncanakan pada tahun 2018,
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan telah menyusun dan menetapkan
Rencana Kerja (Renja) 2018 dengan memperhatikan Rencana Strategis (Renstra) 2015-2019
sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas dan fungsi. Renja yang ditetapkan merupakan
tolak ukur keberhasilan maupun kegagalan unit organisasi dan sekaligus menjadi dasar
penilaian dalam evaluasi kinerja. Hasil evaluasi atas kinerja Deputi Bidang Koordinasi
Ekonomi Makro dan Keuangan tergambar pada Laporan Kinerja (LAKIP).

B. ORGANISASI DAN FUNGSI


Dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
dicantumkan bahwa Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan merupakan
3
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

unsur pelaksana tugas dan fungsi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian di Bidang
Ekonomi Makro dan Keuangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan secara struktural membantu
pekerjaan dan bertanggungjawab kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dengan
tugas pokok “Menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga (K/L) yang
terkait dengan isu di bidang ekonomi makro dan keuangan”. dan menjalankan fungsinya
untuk:
1. Melakukan koordinasi, dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan
kebijakan K/L di bidang ekonomi makro dan keuangan;
2. Melakukan pengendalian pelaksanaan kebijakan K/L di bidang ekonomi makro dan
keuangan;
3. Melakukan pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang ekonomi makro dan
keuangan; dan
4. Melaksanakan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian.
Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi
Makro dan Keuangan membawahi 5 (lima) lima unit Eselon II yang terdiri dari:
1. Asisten Deputi Fiskal;
2. Asisten Deputi Moneter dan Neraca Pembayaran;
3. Asisten Deputi Pengembangan Ekonomi Daerah dan Sektor Riil;
4. Asisten Deputi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan;
5. Asisten Deputi Badan Usaha Milik Negara; dan
6. Kelompok Jabatan Fungsional.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut di atas, unit organisasi Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan didukung oleh 42 (empat puluh dua) Pegawai
Negeri Sipil (PNS) yang terdiri dari : 1 (satu) pejabat eselon I, 4 (empat) pejabat eselon II, 11
(sebelas) pejabat eselon III, 20 (dua puluh) pejabat eselon IV, dan 10 (sepuluh) pelaksana.
Meskipun belum seluruh bagan organisasi terisi dengan pegawai organik, sumberdaya yang
ada berupaya memenuhi pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi dengan optimal dengan
merekrut pegawai tidak tetap (PTT) dengan jumlah 34 (tiga puluh empat) orang.

4
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

C. KAPASITAS ORGANISASI
1. Sumber Daya Manusia
Bagan 1.1
Organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro Dan Keuangan
DEPUTI
BIDANG KOORDINASI EKONOMI
MAKRO DAN KEUANGAN

Asisten Deputi Asisten Deputi Asisten Deputi Asisten Deputi Asisten Deputi
Fiskal Moneter dan Neraca Pengembangan Ekonomi Pasar Modal dan Badan Usaha Milik
Daerah dan Sektor Riil
Pembayaran Lembaga Keuangan Negara

Bidang Bidang Bidang Bidang Bidang


Penerimaan Moneter Pengembangan Pasar Modal dan BUMN Industri
Negara Ekonomi Daerah Lembaga
Keuangan Bukan

Bidang Bidang Bidang Bidang Bidang


Pengeluaran Neraca Sektor Riil Perbankan BUMN Usaha Jasa
Negara Pembayaran
dan Pembiayaan

Bidang Kelompok Jabatan


Fungsional
Program dan
Tata Kelola

Bagan 1.2
Latar Belakang Pendidikan Pegawai Deputi I

Perbandingan Latar Belakang Pendidikan Pegawai Deputi I Tahun


2017-2018
2018 2017

PTT 34
32

S3 3
5

S2 23
Lulusan

25

S1 10
10

D3 5
6

SMA 0
1

0 5 10 15 20 25 30 35 40
Jumlah

5
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Dengan keterbatasan dukungan sumberdaya, peralatan dan ruang yang ada, unit
organisasi juga berupaya memaksimalkan penggunaannya. Meskipun terdapat
keterbatasan ruang, kegiatan rapat dan pembahasan koordinasi, sinkronisasi, maupun
pengendalian kebijakan diutamakan dilakukan di dalam Lingkungan Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian, adapun rapat-rapat di luar kantor dilakukan apabila
ruang dan tempat rapat yang tersedia sudah benar-benar tidak memungkinkan lagi
(penuh terpakai oleh jadwal rapat unit kerja lainnya).

2. Dukungan Anggaran
Dengan dukungan anggaran sebesar Rp.14.800.000.000,- pada Tahun 2018 Deputi
Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, meliputi kegiatan:

Tabel 1.2 Alokasi Anggaran Tahun 2018


No Unit Kerja/Kegiatan Output Anggaran (Rupiah)
001 750.000.000
Koordinasi Kebijakan Bidang Fiskal 002 750.000.000
1
(2503)
003 300.000.000
Koordinasi Kebijakan Bidang Moneter dan Neraca 001 1.549.554.000
2
Pembayaran (2492) 002 950.446.000
Koordinasi Kebijakan Bidang Ekonomi Daerah dan 001 1.323.625.000
3
Sektor Riil (2501) 002 176.375.000
001 1.000.000.000
Koordinasi Kebijakan Bidang Pasar Modal dan Lembaga 002 500.000.000
4
Keuangan (2518) 003 1.000.000.000
004 5.000.000.000
Koordinasi Kebijakan Bidang Badan Usaha Milik Negara 001 950.000.000
5
(2498) 002 550.000.000
Jumlah Rp14.800.000.000

D. ISU STRATEGIS
Dalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan dalam
dokumen perencanaan dan mewujudkan manajemen pemerintahan yang efisien, efektif,
transparan, dan akuntabel, serta berorientasi pada hasil, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi
Makro dan Keuangan menuangkannya kedalam Perjanjian Kinerja dengan Menteri

6
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Koordinator Bidang Perekonomian sebagai bentuk tanggung jawab keberhasilan maupun


kegagalan dalam pencapaian target kinerja.
Sasaran strategis/program yang ingin dicapai melalui perencanaan strategis di Bidang
Ekonomi Makro dan Keuangan adalah :
1. Tercapainya Indeks Keuangan Inklusif sebesar 68%.
2. Tercapainya Target Penyaluran KUR.
3. Mewujudkan Koordinasi, Sinkronisasi dan Pengendalian Kebijakan Perekonomian.
Indikator Kinerja Utama (IKU) Deputi Bidang Koordinasi Bidang Ekonomi Makro dan
Keuangan dalam mewujudkan sasaran stategis di atas dituangkan dalam:
1. Indeks Keuangan Inklusif.
2. Target Penyaluran KUR sebesar Rp.123,8 Triliun.
3. Jumlah Paket Rekomendasi Kebijakan Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan.
Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, setidaknya terdapat isu strategis yang
menjadi bagian dari koordinasi Kedeputian Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan
Keuangan.
Pertama, menjaga pertumbuhan ekonomi sehingga dapat menciptakan tambahan
lapangan pekerjaan yang cukup bagi angkatan kerja baru yang pada akhirnya akan
mengurangi pengangguran dan tingkat kemiskinan. Selain itu tugas yang tidak kalah
pentingnya adalah menjaga dan mengendalikan inflasi tetap rendah guna menjaga tingkat
daya beli masyarakat.
Kedua, menjaga kredibilitas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) agar
optimal dalam memberikan daya dorong pada pertumbuhan ekonomi. Dalam konteks ini,
perlu dijaga agar penerimaan negara khususnya dari sektor perpajakan tetap tumbuh tinggi
namun dengan tetap menjaga keberlangsungan sektor riil dan menjaga iklim investasi tetap
kondusif.
Ketiga, mendorong peningkatan peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam
kontribusi pembangunan di Indonesia dengan melalui penguatan modal BUMN melalui
program penyertaan modal negara dan memfasilitasi BUMN agar mendapatkan sumber dana
yang murah dan jangka panjang sesuai dengan karakteristik pembiyaan infratruktur yang
memang membutuhkan pembiyaan dalam jangka panjang
Keempat, koordinasi dalam meningkatkan arus investasi dengan jalan menjaga iklim
investasi tetap kondusif dan memberikan relaksasi fiskal guna lebih meningkatkan daya saing
investasi.

7
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Kelima, mendorong tumbuhnya UMKM sebagai salah satu pilar utama pembangunan
ekonomi Indonesia dengan jalan memberikan dukungan kemudahan akses pembiyaan
UMKM dengan proses yang mudah, cepat dan tingkat suku bunga yang kompetitif.
Keenam, melakukan harmonisasi kebijakan di tingkat pusat dan daerah sehingga salah
satu agenda pembangunan yang tercantum dalam nawacita yakni membangun dari
pinggiran dapat terealisasi dengan baik.

E. SISTEMATIKA LAPORAN
Sistematika dalam penulisan laporan program dan kegiatan Deputi Bidang Koordinasi
Ekonomi Makro dan Keuangan dalam penulisan Lakip 2018, adalah:

BAB I Pendahuluan

Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan pada aspek strategis
organisasi, penjabaran mandat dan peran strategis Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro
dan Keuangan sebagaimana yang dituangkan dalam RPJMN, Nawacita, dan Rencana Kerja
Pemerintah tahun 2018.

BAB II Perencanaan Kinerja

Pada bab ini diuraikan penjelasan rinci mengenai rencana strategis, rencana kerja, rencana
kerja dan anggaran, dan perjanjian kinerja tahun 2018 serta proses perumusannya. Selain itu,
juga diuraikan pelaksanaan penajaman Renstra Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian. Selanjutnya, diuraikan pula mengenai pengukuran kinerja organisasi.

Bab III Akuntabilitas Kinerja

A. Kriteria Ukuran Keberhasilan Subbab ini diuraikan kriteria ukuran keberhasilan kinerja
organisasi untuk mengetahui capaian kinerja tahun berjalan.
B. Analisa Capaian Kinerja pada Subbab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap
sasaran program sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi.
C. Perbandingan Capaian Kinerja sebagai evaluasi internal Subbab ini diuraikan evaluasi
internal atas pelaksanaan rencana program, kegiatan, dan anggaran. Selain itu diuraikan
juga pelaksanaan reviu pengelolaan kinerja dan evaluasi mandiri APIP atas implementasi
SAKIP tahun 2017.
D. Akuntabilitas Keuangan Subbab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan untuk
mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja.
E. Analisis Efisiensi Pemanfaatan Sumber Daya Subbab ini memperhitungkan capaian kinerja
output yang dihasilkan dengan memperhitungkan efisiensi realisasi anggaran kegiatan.
8
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

F. Analisis Penyebab Keberhasilan dalam Subbab ini menyajikan faktor-faktor yang


mendukung keberhasilan organisasi dalam mencapai target yang telah ditetapkan.
G. Rencana Aksi Peningkatan Akuntabilitas Kinerja pada subbab ini diuraikan langkah-
langkah perbaikan (tindak lanjut) hasil rekomendasi Inspektorat atas evaluasi Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) tahun 2017 serta upaya yang telah
dilaksanakan oleh Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi MAkro dan Keuangan dalam
meningkatkan sistem akuntabilitas kinerja.
H. Penghargaan subbab ini menampilkan penghargaan yang diberikan kepada Pemerintah
Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) terkait pelaksanaan Pengendalian Inflasi di Daerah
serta Kredit Usaha Rakyat Award.

Bab IV Penutup

Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah-langkah
di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan capaian kinerjanya.

9
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

BAB II
PERENCANAAN KINERJA

A. RENCANA STRATEGIS
Visi, Misi, dan Tujuan serta Sasaran Strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Tahun 2015-2019 berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor
11 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian serta kondisi umum, permasalahan
dan tantangan yang akan dihadapi merupakan dasar pertimbangan dalam perumusan Visi,
Misi, Tujuan dan Sasaran unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan
Keuangan dalam mengupayakan terwujudnya sasaran kementerian dan tujuan kementerian di
bidang ekonomi dengan optimal.

1. Visi dan Misi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian


Visi Kementerian Koordinator Bidang Perekonoian
“Terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembangunan di bidang
ekonomi makro dan keuangan yang efektif dan berkelanjutan”
Visi ini mendukung Visi Presiden:
“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berdasarkan
Gotong Royong”
Misi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
“Menjaga dan Memperbaiki Koordinasi dan Sinkronisasi Penyusunan Kebijakan serta
Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Perekonomian”
Misi tersebut merupakan peran dan fungsi Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian dalam mendukung Misi Presiden:
“Mewujudkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia yang Tinggi, Maju dan Sejahtera serta
Mewujudkan Bangsa yang Berdaya Saing”

2. Visi dan Misi Unit Kerja Eselon I


Visi unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan disusun untuk
mendukung Misi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, yaitu “ Terwujudnya
koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembangunan ekonomi yang efektif dan
berkelanjutan”. Visi tersebut merupakan rumusan umum mengenai kondisi yang ingin
dicapai unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan dalam
10
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

rangka mewujudkan sasaran program/kegiatan rencana strategis maupun rencana kerja


dalam memberikan dukungan terhadap tujuan kementerian.
Visi Kedeputian tersebut mempunyai makna bahwa koordinasi dan sinkronisasi di bidang
koordinasi ekonomi makro dan keuangan merupakan proses menyatukan pemikiran,
hingga tindakan dalam mewujudkan pencapaian tujuan unit organisasi Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan. Sementara itu pengendalian merupakan bagian
proses koordinasi dan sinkronisasi yang dilaksanakan oleh setiap pusat
pertanggungjawaban untuk mewujudkan tujuan unit organisasi sesuai rencana yang
dilakukan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel, dan berkelanjutan.
 Efektif memberikan arti bahwa kinerja hasil koordinasi dan sinkronisasi memberikan
manfaat dan dampak yang signifikan bagi upaya pencapaian sasaran pembangunan di
bidang ekonomi makro dan keuangan.
 Efisien memberikan arti menjelaskan bahwakegiatan koordinasi, sinkronisasi dan
pengendalian dilakukan dengan menggunakaan sumber daya secara cermat, akurat dan
optimal serta mengacu kepada kebutuhan organisasi.
 Transparan dan akuntabel berarti adanya kewajiban pelaporan hasil koordinasi,
sinkronisasi dan pengendalian kepada pihak terkait yang dapat dipertanggung-jawabkan
dengan berlandaskan keterbukaan.
 Berkelanjutan mempunyai makna bahwa koordinasi harus dilakukan secara terus
menerus dan proaktif agar pelaksanaan pembangunan ekonomi dan keuangan yang
dilakukan oleh sektor dan pelaku ekonomi makro dan keuangan dapat bersinergi
sehingga pembangunan ekonomi berkesinambungan.

Dalam rangka mewujudkan Visi tersebut di atas, maka dibutuhkan tindakan nyata yang
diwujudkan sebagai Misi unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan
Keuangan, yaitu: “Menjaga dan memperbaiki koordinasi dan sinkronisasi penyusunan
kebijakan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi makro dan
keuangan”.
Misi tersebut merupakan langkah peran fungsi unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi
Ekonomi Makro dan Keuangan dalam mengupayakan/memastikan terlaksananya Misi
Kementerianyang diwujudkan melalui koordinasi dan sinkronisasi kinerja lintas sektor di
bidang ekonomi makro dan keuangan. Untuk mencapai kinerja lintas sektor tersebut
dengan optimal, maka dibutuhkan usaha untuk menyatukan pemikiran dan tindakan dari
setiap unit organisasi di Kementerian/Lembaga yang dikoordinasikan.
11
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Pengendalian pelaksanaan kebijakan/program secara intensif diupayakan untuk


mengantisipasi dan mengatasi permasalahan yang timbul dalam proses pencapaian kinerja
sejak dini, sehingga progres kinerja dalam melaksanakan kebijakan/program di bidang
ekonomi makro dan keuangan dapat berjalan dengan optimal, transparan dan akuntabel.
Misi juga mengisyaratkan adanya upaya untuk meningkatkan efektivitas dalam pelayanan,
dukungan manajemen, dan tugas teknis lain untuk mewujudkan tujuan organisasi kepada
unit-unit dilingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Berdasarkan Visi dan Misi diatas maka “tujuan” unit organisasi Bidang Koordinasi Ekonomi
Makro dan Keuangan adalah “Terwujudnya kebijakan di Bidang Ekonomi Makro dan
Keuangan yang inklusif dan berkelanjutan melalui koordinasi & sinkronisasi kebijakan di
bidang ekonomi makro dan keuangan, pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang
ekonomi makro dan keuangan, perluasan akses pembiayaan bagi usaha mikro kecil
(UMK)”. Tujuan tersebut di atas dapat dicapai apabila pelaksanaan kebijakan/program
sektor/lintas sektor di bidang ekonomi makro dan keuangan mempunyai komitmen yang
tinggi meningkatkan kinerjanya dengan optimal. Dengan mengupayakan optimalisasi
kinerja sektor/bidang dimaksud, maka target sasaran kinerja di bidang ekonomi makro dan
keuangan yang telah ditetapkan dalam Renstra Kementerian dapat diwujudkan, sehingga
pada akhirnya sasaran pembangunan di bidang ekonomi makro dan keuangan yang efektif
dan berkelanjutan dapat tercapai. Oleh karena itu, upaya-upaya pencapaian target-target
sasaran ekonomi makro dan keuangan, antara lain difokuskan pada target terwujudnya
koordinasi, sinkronisasi kebijakan, pengendalian pelaksanaan kebijakan serta perluasan
akses pembiayaan bagi UMK.
Tujuan unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan ditetapkan
dalam kurun waktu 5 tahun kedepan (periode 2015-2019) dan merupakan bagian integral
dari tujuan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sebagaimana dapat dilihat pada
peta strategi (strategy map) yang disusun dengan mempertimbangkan kondisi potensi dan
permasalahan, dan tantangan yang dihadapi organisasi kedepan.
Bedasarkan tujuan strategis diatas, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan
Keuangan dalam menjalankan tugas dan fungsinya menetapkan Rencana Kerja Tahunan
unit organisaasi yang berisi sasaran program/kegiatan, indikator kinerja, dan target yang
harus dicapai. Pada pelaksanaan program/kegiatan Tahun 2018, target tersebut dituangkan
dalam dokumen Rencana Kinerja (Renja) yang ditetapkan untuk setiap indikator kinerja.

3. Penajaman Rencana Strategis

12
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Dengan semakin berkembangnya peran Kantor Kementerian Koordinator Bidang


Perekonomian dalam koordinasi perumusan, penetapan, dan pengendalian kebijakan
bidang perekonomian maka pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor: 17
Tahun 2017 tentang Sinkronisasi Proses Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan
Nasional, serta Instruksi Presiden Nomor: 7 Tahun 2017 tentang Pengambilan, Pengawasan,
dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan di Tingkat Kementerian Negara dan Lembaga
Pemerintah. Salah satu perbaikan yang telah dilakukan adalah penajaman atas Rencana
Strategis (Renstra) Kemenko Perekonomian Tahun 2015-2019, yang sebelumnya ditetapkan
berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor: 11 tahun 2015
tentang Rencana Strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun 2015-
2019. Dalam PP Nomor: 17 Tahun 2017 peran Kantor Menko seiring dengan
perkembangan serta Penajaman atas Renstra dimaksud dilakukan dengan keterlibatan
seluruh unit kerja Eselon I, dengan tujuan utama untuk menyempurnakan kembali
rumusan ukuran kinerja yang lebih relevan dengan hasil yang akan dicapai. Proses
penajaman rencana strategis menghasilkan draft revisi Renstra Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian Tahun 2015-2019 dan juga Renstra Kedeputian.
Perubahan Peta Strategis Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan meliputi:
1. Pertumbuhan Investasi melalui: jumlah permohonan izin penanaman modal yang
mengajukan insentif fiskal; menjaga refocusing anggaran prioritas infrastruktur;
pembiayaan infrastruktur oleh BUMN.
2. Stabilitas Harga Pangan melalui: realisasi inflasi kelompok VF 4% dan realisasi inflasi
kelompok AP 4.3%.
3. Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Daerah dan Sektor Rill yang Optimal melalui:
persentase pertumbuhan ekonomi spasial dan tingkat pertumbuhan PMTB Nasional.
4. Stabilitas Sektor Keuangan melalui: persentase realisasi KUR dan persentase inklusi
keuangan.
Sasaran Strategis yang akan dicapai dalam perencanaan kinerja Tahun 2017 adalah:
1. Pertama, Tercapainya Indeks Keungan Inklusif sebesar 68%.
2. Kedua, Tercapainya Target Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR).
3. Ketiga, Terwujudnya Koordinasi, Sinkronisasi, dan Pengendalian Kebijakan
Perekonomian.
Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai pencerminan tingkat capaian Sasaran Strategis
adalah :
1. Pertama, Indeks Keuangan Inklusif dengan Target sebesar 68%.
2. Kedua, Target Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp.120 Triliun.
13
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

3. Ketiga, Jumlah Paket Rekomendasi Kebijakan di Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan
Keuangan.

Rencana Kinerja merupakan penjabaran Rencana Strategis Unit Organisasi Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Tahun 2015-2019 yang merupakan
perencanaan jangka menengah organisasi yang berisi gambaran sasaran atau kondisi
hasil yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun beserta strategi yang akan
dilakukan untuk mencapai sasaran sesuai dengan tugas, fungsi, dan peran yang
diamanahkan. Penyusunan Renstra Deputi tersebut mengacu pada Renstra Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian dan Rencana Pembangunan Menengah Nasional
(RPJMN) Tahun 2015-2019.

14
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Terwujudnya Koordinasi, Sinkronasi dan Pengendalian Kebijakan Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan

15
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

B. PERJANJIAN KINERJA
1. Perjanjian Kinerja Tahun 2018
Dengan berpedoman pada Renstra dan memperhatikan rancangan awal Rencana Kerja
(Renja), unit organisasi Deputi I telah menyusun Renja Tahun 2018 yang memuat
kebijakan, program, dan kegiatan yang meliputi kegiatan pokok serta kegiatan pendukung
untuk mencapai sasaran hasil sesuai dengan program induk yang didukung. Renja dirinci
menurut indikator keluaran, sasaran keluaran pada tahun rencana, prakiraan sasaran
tahun berikutnya, pagu indikatif sebagai indikasi pagu anggaran, serta pelaksanaannya.
Untuk mencapai sasaran strategis dan sasaran pendukung lainnya yang berkaitan dengan
isu strategis, pada tahun 2018 unit organisasi Deputi I melaksanakan kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan:
1. Kegiatan Kebijakan Bidang Fiskal.
2. Kegiatan Kebijakan Bidang Moneter dan Neraca Pembayaran.
3. Kegiatan Kebijakan Bid. Pengembangan Ekonomi Daerah dan Sektor Rill.
4. Kegiatan Kebijakan Bidang Pasar Modal dan Lembaga Keuangan serta Program
Kebijakan Perluasan Akses Pembiayaan Bagi UMK melalui Skema Penyaluran Kredit
Berpenjaminan dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR) serta Program Prioritas Sistem
Nasional Keuangan Inklusif (SNKI).
5. Kegiatan Kebijakan Bidang Badan Usaha Milik Negara.

Dalam rangka mencapai strategi organisasi dan meningkatkan kinerja, Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan melakukan penandatangan perjanjian kinerja
dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Hal ini tentu saja didukung dengan
perjanjian kinerja yang disusun dimulai dari level pejabat tertinggi sampai ke pelaksana
berdasarkan tugas dan fungsinya.

Kontrak Kinerja merupakan dokumen kesepakatan antara pegawai dengan atasan


langsung yang berisi pernyataan kesanggupan untuk mencapai Indikator Kinerja Utama
dengan target yang telah ditetapkan. IKU yang bersifat cascade dari atasan, indikator
dalam kontrak kinerja individu tertuang dalam laporan kinerja bulanan pegawai.

Penetapan Perjanjian Kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen untuk mencapai
kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu dengan
mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. Tujuan khusus penetapan kinerja
adalah untuk:
1. Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur;
16
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

2. Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima dengan pemberi tugas;


3. Sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi;
4. Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; dan
5. Sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi.

Dokumen perjanjian kinerja merupakan dokumen yang berisikan penugasan dari


pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi dibawahnya untuk
melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja.

Pencapaian sasaran strategis unit organisasi Deputi I diukur dengan Indikator Kinerja
Utama (IKU) dimana penyusunan IKU disesuaikan dengan level organisasi atau
kewenangan yang dimiliki oleh pejabat yang bersangkutan. Oleh karena itu Indikator-
indikator kinerja dan target tahunan yang digunakan dalam penetapan kinerja ini adalah
indikator kinerja utama tingkat eselon I.
Rencana Kinerja Tahun 2018 Deputi I sebagaimana yang telah dituangkan dalam
Perjanjian Kinerja Tahun 2018 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Perjanjian Kinerja Kedeputian I

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2018

Tercapainya Indeks Keuangan Indeks Keuangan Inklusif. 68%


Inklusif

Tercapainya Target Penyaluran KUR. Target Penyaluran KUR. Rp.120 Triliun

Terwujudnya Koordinasi Jumlah Paket Rekomendasi 1


Sinkronisasi dan Pengendalian Kebijakan Bidang Koordinasi Paket Rekomendasi
Kebijakan Perekonomian. Ekonomi Makro dan Keuangan.

2. METODE PENGUKURAN
Pengukuran tingkat capaian kinerja Kedeputian I Tahun 2018 dilakukan dengan cara
membandingkan antara target pencapaian indikator sasaran yang telah ditetapkan dalam
Penetapan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Tahun 2018
dengan realisasinya. Nilai Kinerja Organisasi (NKO) diperoleh melalui serangkaian
penghitungan dengan menggunakan data target dan realisasi IKU yang tersedia. Dengan
membandingkan antara data target dan realisasi IKU, akan diperoleh indeks capaian IKU.

17
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Formula penghitungan capaian IKU adalah sebagai berikut:

Capaian IKU Realisasi


= × 100%
(kinerja) Target

Adapun status indeks capaian IKU adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2
Indeks Capaian IKU

Hijau Kuning Merah

100 ≤ X ≤ 120 80 ≤ X < 100 X < 80%


(memenuhi ekspektasi) (belum memenuhi (tidak memenuhi
ekspektasi) ekspektasi)

Prinsip pengukuran tingkat capaian kinerja Deputi I adalah sebagai berikut:


1. Unit Organisasi Deputi I merupakan bagian integral dari Organisasi Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian.
2. Deputi I menjabarkan Sasaran Strategis Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian dalam Sasaran Program yang menghasilkan output rekomendasi
kebijakan yang diharapkan memiliki dampak luas.
3. Rekomendasi menjadi indikator kinerja Deputi bila: Menko Perekonomian
mendisposisikan agar rekomendasi diteruskan kepada Presiden, Wakil Presiden,
Menteri, Kepala Lembaga terkait dan atau Sidang Kabinet; Menko Perekonomian
mendisposisikan agar rekomendasi diteruskan menjadi produk Perundangan-
undangan, Peraturan Pemerintah, atau Peraturan Menteri; dan/atau Hasil koordinasi
Deputi ditindaklanjuti oleh pejabat setingkat diinstansi terkait.

18
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA

A. KRITERIA UKURAN KEBERHASILAN


Untuk mengukur tingkat capaian kinerja Deputi Bidang Koordinator Ekonomi Makro dan
Keuangan tahun 2018, dilakukan pengukuran terhadap Capaian Kinerja Organisasi atau
disebut Nilai Kinerja Organisasi (NKO). NKO adalah nilai keseluruhan capaian sasaran unit
yang bersangkutan dengan memperhitungkan seluruh Indikator Kinerja Utama (IKU). NKO
menunjukkan konsolidasi dari seluruh nilai sasaran dari unit kerja. Status capaian NKO yang
ditunjukkan dengan warna merah/kuning/hijau, ditentukan oleh besaran NKO tersebut.
Status NKO ditentukan oleh nilai indeks sebagai berikut:

Hijau Kuning Merah


NKO ≥ 100% 80% ≤ NKO < 100% NKO < 80%

Komponen Perhitungan NKO terdiri atas 2 (dua) unsur, yaitu:


1. Capaian IKU.
2. Nilai Sasaran Strategis (NSS).

Proses penghitungan NKO dapat digambarkan dalam tahapan berikut ini:

Gambar 1. Proses Penghitungan NKO

Nilai Sasaran Strategis (NSS) Nilai Kinerja Organisasi (NKO)


Capaian IKU

Nilai Sasaran Strategis (NSS)


NSS adalah nilai yang menunjukkan konsolidasi dari seluruh IKU di dalam satu SS. Status
capaian SS yang ditunjukkan dengan warna merah/kuning/hijau ditentukan oleh NSS. Status
SS ditentukan oleh nilai indeks sebagai berikut:

Hijau Kuning Merah

NSS ≥ 100% 80% ≤ NSS < 100% NSS < 80%

19
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU)


Capaian IKU dihitung dengan membandingkan antara target dengan realisasi. Adapun status
Capaian IKU ditentukan oleh nilai indeks sebagai berikut:

Hijau Kuning Merah

Indeks Capaian ≥ 100% 80% ≤ Indeks Capaian < 100% Indeks Capaian< 80%

Berdasarkan target capaiannya, polarisasi IKU dibedakan menjadi 3, yaitu:

1) Polarisasi Maximize
Pada polarisasi maximize kriteria nilai terbaik pencapaian IKU adalah realisasi yang lebih
tinggi dari target. Contoh: Persentase Pertumbuhan Ekonomi

2) Polarisasi Minimize
Pada polarisasi minimize, kriteria nilai terbaik pencapaian IKU adalah realisasi yang lebih
kecil dari target. Contoh: Persentase Jumlah Temuan Pemeriksaan

3) Polarisasi Stabilize
Pada polarisasi stabilize, kriteria nilai terbaik pencapaian IKU adalah realisasi yang berada
dalam suatu rentang tertentu dibandingkan target atau Semakin Stabil/sesuai dengan nilai
target (tidak naik dan tidak turun) maka kinerja semakin baik. Contoh: Persentase deviasi
asumsi makro ekonomi.

Ruang lingkup Pengelolaan Kinerja di lingkungan Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan
Keuangan meliputi pengumpulan data kinerja sebagaimana tertuang dalam dokumen
Penetapan Kinerja/Perjanjian Kinerja, Pengukuran Data Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan
Monitoring dan Evaluasi. Setiap Entitas Akuntabilitas Kinerja di seluruh tingkatan, melakukan
koordinasi pengelolaan data kinerja dengan cara mencatat, mengolah, dan melaporkan data
kinerja.

20
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Mekanisme Pengumpulan data kinerja telah diatur melalui Peraturan Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian Nomor: 14 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian Nomor: 9 Tahun 2015 tentang Perjanjian Kinerja dan
Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, serta
Peraturan Sekretaris Kementerian Koordinator Nomor 1 Tahun 2018 tentang Petunjuk Teknis
Pengelolaan Kinerja di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Pelaksanaan pengumpulan data, pelaporan, serta monitoring atas capaian kinerja dilakukan
dalam Sistem Manajemen Kinerja secara terintegrasi dan dapat diakses secara luas oleh publik
melalui sistem aplikasi ekon-GO (Evaluasi Kinerja Online-Gerai Otomatisasi), di laman situs
http://kinerja.ekon.go.id.
Selain Nilai Kerja Organisasi (NKO) dan Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) di atas
penyajian analisis capaian kinerja dalam Laporan Kinerja ini yang merupakan hasil
koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan
tersebut berupa rekomendasi kebijakan, diklasifikasikan untuk mendukung outcome/impact
yang diharapkan sesuai dengan 4 Sasaran Strategis yang dirumuskan dalam Penajaman
Rencana Strategis Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, yang meliputi:
Pertumbuhan Investasi, Stabilitas Inflasi Kelompok Harga Pangan Bergejolak dan Kelompok
Harga Pangan yang diatur Pemerintah, Stabilitas Sektor Keuangan, serta Mendorong
Pertumbuhan Ekonomi Daerah dan Sektor Rill yang Optimal.

Bagan 3.1
Penajaman Rencana Strategis

SS PENAJAMAN RENSTRA

SS.2 Stabilitas
SS.4
inflasi kelompok SS.3 Stabilitas
SS.1 Mendorong
harga pangan Sektor Keuangan
Pertumbuhan Pertumbuhan
bergejolak dan
Investasi Ekonomi Daerah
kelompok Harga
dan Sektor RIil yang
yang diatur
optimal
Pemerintah
Jumlah
Perjanjian Kinerja

Peraturan terkait PK SS.1


Stabilitas Sektor Tercapainya
- - -
2018

Keuangan Indeks Keuangan


(Keputusan Inklusif
Strategis Baru)

21
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Jumlah
Peraturan terkait
PK SS.2
daya saing
Tercapainya
- - Stabilitas Sektor -
Target
Keuangan
Penyaluran KUR
(Keputusan
Strategis Revisi)

PK. SS.3
Jumlah Peraturan Jumlah Peraturan Jumlah Peraturan Terwujudnya
terkait Stabilitas
terkait terkait Koordinasi
Pertumbuhan Inflasi Kelompok Pertumbuhan Sinkronisasi dan
Investasi Harga Pangan Ekonomi Spasial Pengendalian
(Keputusan (Keputusan dan Pertumbuhan Kebijakan
Strategis Baru) Strategis Baru) PMTB Nasional Perekonomian.

Tingkat capaian kinerja unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan
Keuangan Tahun 2018 dilakukan dengan cara membandingkan antara target (rencana)
dengan realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah tertuang dalam Penetapan Kinerja
Kedeputian I Tahun 2018. Perhitungan tingkat capaian kinerja Kedeputian I Tahun 2018
berdasarkan hasil pengukurannya dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.2
Capaian Kinerja Kedeputian I

SASARAN STRATEGIS 1
Tercapainya Indeks Keuangan Inklusif
Indikator Kinerja
Target Realisasi Kinerja
Indeks Keuangan Inklusif 68% 70% 102,94%
SASARAN STRATEGIS 2
Tercapainya Target Penyaluran KUR.
Indikator Kinerja
Target Realisasi Kinerja
Target Penyaluran KUR Rp. 120 Triliun Rp. 120,4 100,33%
SASARAN STRATEGIS 3
Terwujudnya Koordinasi Sinkronisasi dan Pengendalian Kebijakan Perekonomian
Indikator Kinerja
Target Realisasi Kinerja
Jumlah Paket Rekomendasi Kebijakan
1 Paket 1 Paket
Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan 100%
Rekomendasi Rekomendasi
Keuangan.
Rata-Rata Capaian Kinerja 101,09%

22
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Presentase rencana realisasi untuk Sasaran Strategis 1 dan 2 masing-masing adalah 102,94%
dan 100,33%, sedangkan Sasaran Strategis ketiga Jumlah Paket Rekomendasi Kebijakan Bidang
Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan tercapai 100%.
Berdasarkan realisasi tersebut dengan demikian capaian rata-rata atas indikator kinerja Tahun
2018 adalah sebesar 101,09% merupakan rata-rata penjumlahan dari masing-masing
indikator kinerja dibagi tiga. Dengan demikian status kinerja Deputi Bidang Koordinasi
Ekonomi Makro dan Keuangan untuk sasaran strategis 1, 2 dan 3 berwarna HIJAU,
sebagaimana telah dijabarkan pada tabel sebelumnya.

B. ANALISIS CAPAIAN KINERJA


1. Capaian Kinerja Indikator Program
1). Indeks Keuangan Inklusif SNKI (Capaian Kinerja Indikator Program Ke-1)
Latar belakang
Dalam rangka memperluas akses masyarakat terhadap layanan keuangan, pemerintah
telah menetapkan Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI). Peraturan Presiden
Nomor: 82 tahun 2016 telah diterbitkan sebagai dasar penetapan Strategi Nasional
Keuangan Inklusif (SNKI). Strategi ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi
kementerian/lembaga, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan instansi
terkait lainnya dalam meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan keuangan
melalui kegiatan masing-masing secara bersama dan terpadu. Implementasi Strategi
Nasional Keuangan Inklusif yang terpadu diperlukan untuk mencapai target keuangan
inklusif yaitu persentase jumlah penduduk dewasa yang memiliki akses layanan
keuangan pada lembaga keuangan formal sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) pada
akhir tahun 2019.
Dalam rangka pelaksanaan SNKI maka dibentuk Dewan Nasional Keuangan Inklusif
yang diketuai oleh Presiden dan secara harian diketuai oleh Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian. Dewan Nasional bertugas melakukan koordinasi dan
sinkronisasi pelaksanaan SNKI; mengarahkan langkah-langkah dan kebijakan untuk
penyelesaian permasalahan dan hambatan pelaksanaan SNKI; dan melakukan
monitoring dan evaluasi pelaksanaan SNKI. Dewan Nasional dalam pelaksanaan
tugasnya dibantu oleh Kelompok Kerja (Pokja) dan Sekretariat. Kelompok kerja
keuangan inklusif terdiri dari 7 (tujuh) Pokja yang meliputi: Pokja Edukasi Keuangan;
Pokja Hak Properti Masyarakat; Pokja Fasilitas Intermediasi dan Saluran Distribusi

23
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Keuangan; Pokja Pelayanan Keuangan pada Sektor Pemerintah; Pokja Perlindungan


Konsumen; Pokja Kebijakan dan regulasi; dan Pokja Infrastruktur Teknologi Informasi
Keuangan.
Tugas dan keanggotaan Kelompok Kerja dan Sekretariat ditetapkan melalui Keputusan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Harian Dewan Nasional Nomor:
93 Tahun 2017 tentang Kelompok Kerja dan Sekretariat Dewan Nasional Keuangan
Inklusif yang ditetapkan tanggal 20 Juli 2017. Sedangkan mekanisme dan tata kerja
Dewan Nasional diatur dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Nomor: 6 Tahun 2017 tentang Mekanisme dan Tata Kerja Dewan Nasional Keuangan
Inklusif yang ditetapkan tanggal 23 Oktober 2017. Tugas dan kedudukan Sekretariat
secara administratif berada pada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Adapun tugas Sekretariat meliputi:
1) Menetapkan target dan indikator keuangan inklusif yang disepakati oleh seluruh
pokja yang dituangkan dalam surat keputusan Sekretariat Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian/Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan
selaku Ketua Sekretariat.
2) Menyusun rencana kegiatan tahunan kesekretariatan.
3) Melakukan monitoring capaian target tahunan keuangan inklusif yang telah
ditetapkan.
4) Melakukan koordinasi dengan Pokja.
5) Melakukan sosialisasi terkait program dan capaian Strategi Nasional Keuangan
Inklusif;
6) Menyusun dan menyampaikan laporan kepada Ketua Harian.
7) Melaksanakan tugas terkait lainnya berdasarkan arahan dari Ketua Dewan
Nasional.

Capaian Tingkat Keuangan Inklusif


Capaian kinerja keuangan inklusif Indonesia mengacu pada hasil survei Global Findex
yang dilakukan oleh World Bank setiap tiga tahun sekali, atau survei keuangan inklusif
yang dilakukan oleh pihak lain dengan metodologi yang sama. Berdasarkan survei
World Bank Global Findex 2017, Indonesia mengalami peningkatan jumlah
kepemilikan rekening penduduk dewasa dari 36% di tahun 2014 menjadi 49% di tahun
2017. Peningkatan ini tertinggi di wilayah Asia Timur dan Pasifik. Di Indonesia,
kepemilikan rekening oleh perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki, yaitu
perempuan 51% dan laki-laki 46%.
24
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Perpres 82/2016 mentargetkan 75% penduduk dewasa memiliki akses layanan


keuangan formal di tahun 2019. Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif sedang
melakukan survei keuangan inklusif Indonesia tahun 2018 yang hasilnya akan
diperoleh sekitar bulan April 2019. Diproyeksikan tingkat keuangan inklusif Indonesia
tahun 2018 sebesar 70%. Proyeksi tersebut didasarkan pada Survei Nasional Literasi
dan Inklusi Keuangan (SNLIK) kedua yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
pada tahun 2016, yang pada saat itu menghasilkan perhitungan Indeks Keuangan
Inklusif sebesar 67,82%. Estimasi besaran indeks keuangan inklusif sebesar 70%
tersebut juga didasarkan pada masifnya program pemerintah yang menyasar segmen-
segmen masyarakat yang menjadi fokus target keuangan inklusif seperti pekerja migran
dan keluarganya melalui program penciptaaan ekosistem keuangan di daerah kantong
pekerja migran dengan program Desmigratif (Desa Migran Produktif); masyarakat
berpendapatan 40% terendah melalui program Program Keluarga Harapan (PKH) dan
Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT); pengusaha mikro dan kecil melalui program Kredit
Usaha Rakyat (KUR) dan Ultra Mikro (UMi); wanita melalui program PNM Mekaar;
kelompok pelajar, mahasiswa dan pemuda melalui SimPel dan SiMuda; Kelompok
Masyarakat Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) melalui peningkatan
akses keuangan bagi disabilitas; dan Masyarakat yang tinggal di daerah tertinggal,
perbatasan, dan pulau-pulau terluar melalui program Bangga Papua.
Salah satu hasil penting dari survei Global Findex tahun 2017 adalah diketahui alasan
mengapa penduduk dewasa tidak memiliki rekening di lembaga keuangan. Sebanyak
72% menyatakan karena tidak memiliki uang yang cukup, sepertiga dari mereka
menyatakan karena jarak, 32% menyatakan karena biaya administrasi, dan 25% orang
dewasa di Indonesia menyatakan karena tidak memiliki dokumen yang dipersyaratkan,
menjadi kendala penduduk dewasa tidak memiliki rekening di bank.
Terdapat potensi percepatan keuangan inklusif melalui program yang mendorong
adopsi teknologi digital secara lebih masif. Hasil survei global findex tahun 2017
menyatakan 77% penduduk dewasa memiliki telepon seluler, namun 64% dari mereka
belum memiliki rekening bank; sebanyak 32% penduduk dewasa memiliki akses ke
internet; dan sebanyak 35% penduduk dewasa sudah melakukan pembayaran secara
non tunai.
Sepanjang semester pertama 2018, Lembaga Perbankan telah mendukung program
Keuangan Inklusif melalui penambahan titik akses layanan keuangan berupa
peningkatan jumlah ATM dan agen bank. Jumlah kantor bank relatif stabil dalam
periode yang sama.
25
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Untuk mengetahui perkembangan mutakhir dari tingkat Keuangan Inklusif Indonesia,


Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif melakukan:
1) Menyelenggarakan Survei Nasional Inklusi Keuangan tahun 2018, yang
direncanakan akan keluar hasilnya pada April 2019.
2) Menyusun kuesioner survei dengan menambah beberapa poin pertanyaan seperti
tentang kepemilikan rekening tabungan dan uang elektronik terdaftar ke dalam
kuesioner yang ada sehingga data tentang keuangan inklusif menurut definisi
Global Findex dapat tersedia dan dianalisis.

Rekomendasi Kebijakan Percepatan Capaian Target Tingkat Keuangan Inklusif


Mengacu kepada Peraturan Presiden Nomor: 8 Tahun 2016 tentang SNKI yang
mentargetkan 75% penduduk dewasa memiliki akses layanan keuangan formal di
tahun 2019, dan mempertimbangkan potensi percepatan keuangan inklusif melalui
diantaranya adopsi teknologi digital secara lebih masif, maka dicanangkan strategi
percepatan keuangan inklusif berupa:

No Program Kerja Perkembangan


1 Adopsi Teknologi dan Inovasi 1. Penyaluran Program Keluarga Harapan (PKH) secara
dalam Layanan Keuangan non tunai
2. Penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)
3. Kartu Pelaku Usaha Kelautan dan Perikanan (KUSUKA)
4. Perluasan pilot project Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) non tunai
5. Pengembangan Integrasi Sistem Pembayaran Elektronik
Sektor Transportasi
6. Pilot Project Penggunaan Bantuan Dana Desa Secara
non tunai
7. Pengembangan Program Transaksi Non Tunai pada
Pemerintah Daerah
8. Revitalisasi Pasar termasuk Pengembangan Ekosistem
Pembayaran Non Tunai
9. Implementasi elektronifikasi pembayaran jalan tol
10. Penyediaan Asuransi sektor Pertanian, Peternakan, dan
Perikanan
11. Proyek Percontohan: Pemanfaatan Rekening Bank,
penciptaaan Ekosistem Digital untuk segmen Nelayan,
PMI dan Keluarga PMI
2 Menciptakan sinergi bank 1. Proyek Percontohan: Perluasan Agen Bank dengan
dengan lembaga non-bank Pemanfaatan agen Non Bank (Fintech, Telkos)
2. Penyusunan konsep pembukaan emoney atau rekening
ponsel wajib untuk tiap sim card
3 Pemberdayaan koperasi simpan 1. Penerapan Responsible Finance berupa prinsip
pinjam keuangan bertanggungjawab bagi seluruh Koperasi
Simpan Pinjam (KSP) baik konvensional maupun
syariah. Piloting merupakan kerjasama Kemenkop UKM
26
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

No Program Kerja Perkembangan


dengan Bank Dunia
2. Proyek percontohan desa digital bekerjasama dengan
Koperasi simpan pinjam/LKM.

4 Penguatan infrastruktur 1. Melanjutkan pengembangan Geospatial Map skala


keuangan inklusif Nasional
2. Pilot KYC Elektronik
3. Analisis regulasi KYC Elektronik menggunakan data
biometric
4. Proyek peningkatan penggunaan tabungan oleh
nasabah BSA Bank BTPN dengan Behavioural Insights
Team
5. Review peraturan eKYC.
5 Peningkatan kesadaran dan 1. Program Gerakan Indonesia menabung dan Hari
literasi masyarakat Indonesia Menabung 2019
2. Sosialisasi untuk peningkatan pemahaman tentang
perlindungan konsumen jasa sistem pembayaran
kepada stakeholder terkait
3. Penguatan personil institusi perlindungan konsumen
4. Kajian perihal perlindungan konsumen sektor jasa
keuangan
5. Penyelesaian pengaduan terhadap layanan jasa
keuangan
6 Mempercepat sertifikasi hak 1. Pemantuan target 9 juta sertifikasi di tahun 2019,
properti masyarakat 2. Pengoptimalan sertifikat tanah agar dapat digunakan
sebagai agunan/jaminan kredit

Output/Hasil koordinasi:
a. Nota Dinas Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Nomor: ND-
107/D.I.M.EKON /07/2018 tanggal 4 Juli 2018 tentang Konsep Surat dan Laporan
Pelaksanaan SNKI Tahun 2017 kepada Presiden RI;
b. Surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor: S-249/M.EKON/07/2018
tanggal 16 Juli 2018 tentang Laporan Pelaksanaan SNKI Tahun 2017.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
1) Mempercepat pencapaian target indeks keuangan inklusif Indonesia sebesar 75% di tahun
2019
2) Meningkatkan sinergi program dan pelaksanaan rencana aksi keuangan inklusif tahun
2018.

Penetapan Hari Indonesia Menabung


Akses keuangan adalah hak dasar dari seluruh masyarakat untuk meningkatkan tingkat
kesejahteraan mereka. Salah satu pemenuhan kebutuhan layanan keuangan yang paling
mendasar adalah melalui kepemilikan rekening di bank atau lembaga keuangan non bank,

27
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

sebelum pada akhirnya mereka mendapatkan akses layanan keuangan yang lain sesuai dengan
kebutuhannya.
Pertumbuhan ekonomi suatu negara didukung oleh tabungan masyarakat, disamping faktor
lainnya yaitu konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan nett ekspor. Semakin tinggi
tingkat tabungan masyarakat di suatu negara maka akan menggerakkan roda perekonomian
karena ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk pembangunan dan investasi baik di
sektor riil maupun sektor keuangan.
Pemerintah telah menetapkan target inklusi keuangan sebesar 75% pada akhir tahun 2019,
yang dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2016. Artinya sebanyak 75%
penduduk dewasa Indonesia memiliki akses layanan keuangan pada lembaga keuangan
formal. Baru-baru ini World Bank merilis data terbaru yang menunjukkan 48.9% penduduk
dewasa di Indonesia tahun 2017 telah memiliki rekening di bank, meningkat dari 36,1% di
tahun 2014. Untuk mencapai target 75% tersebut inklusi keuangan harus meningkat 26,1%
selama 2 tahun (2018-2019). Dengan kata lain sekitar 51,53 juta penduduk dewasa yang
belum memiliki akses ke layanan keuangan pada lembaga keuangan formal, harus di-inklusi-
kan (asumsi populasi penduduk berusia 15 ke atas tahun 2019 sebesar 197.438.600,
berdasarkan data BPS).
Sementara itu berdasarkan hasil survey OJK 2016 terkait literasi keuangan, di dapat angka
literasi Indonesia sebesar 29.66%. Untuk mengejar target inklusi keuangan sebesar 75% di
akhir tahun 2019 dibutuhkan tingkat literasi masyarakat yang jauh lebih tinggi.
Mempertimbangkan butir-butir tersebut, dipandang perlu dilakukan langkah-langkah
strategis yang bersifat massif dan global untuk meningkatkan pemahaman masyarakat akan
layanan dan produk lembaga keuangan, terutama pentingnya menghidupkan budaya
menabung. Diharapkan dengan demikian masyarakat akan semakin paham dan sadar akan
pentingnya menabung bagi dirinya sendiri, keluarga, dan negara, serta pentingnya memiliki
akses ke produk dan layanan keuangan lainnya untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
Berdasarkan hal diatas, langkah konkrit yang di harapkan adalah:
a) Akan dilakukan Kampanye Peningkatan Kesadaran Masyarakat terhadap Keuangan
Inklusif
Melihat rendahnya tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia, maka perlu diadakan
suatu gerakan yang bersifat massif dan berskala nasional yang akan menggerakkan
seluruh lapisan masyarakat untuk melakukan tindakan aktif untuk mengakses keuangan.
Diharapkan gerakan ini akan menjadi gerakan aktif yang akan menyasar terutama kepada
kelompok masyarakat dengan populasi yang besar.

28
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Kampanye ini rencananya akan dilakukan serentak yang menggerakkan industri, instansi
pemerintah, instansi terkait serta masyarakat melalui acara-acara dengan tema Keuangan
Inklusif secara berkelanjutan selama bulan Oktober.
Tujuannya adalah kesadaran masyarakat akan keuangan inklusif meningkat dan yang
terpenting adalah mereka akan melakukan langkah aktif dengan mengakses layanan
keuangan, dimana dalam hal ini, tabungan menjadi akses awal untuk masuk ke layanan
keuangan

b) Penetapan Hari Indonesia Menabung


Diharapkan langkah awal pembuka Kampanye Nasional, adalah dengan perayaan Hari
Indonesia Menabung, maka diusulkan untuk menetapkan Hari Indonesia Menabung yang
akan dirayakan setiap tanggal 17 Oktober dalam bentuk Keputusan Presiden
Dipilih tanggal 17 Oktober karena bersamaan dengan Hari Pengentasan Kemiskinan
Internasional dimana semangat yang sama tercermin dari kegiatan menabung yang ingin
dijadikan budaya di masyarakat .
Sedangkan bulan Oktober di pilih karena bulan Oktober telah di tetapkan sebagai bulan
Inklusi Keuangan. Dimana pada tanggal 30 Oktober dirayakan Hari Uang dan Hari
Menabung Internasional pada tanggal 31 Oktober.
Diharapkan dengan penetapan Hari Indonesia Menabung, maka akan memperlihatkan
keikutsertaaan Pemerintah dalam mendorong masyarakat untuk menabung, sekaligus
menunjukkan pentingnya gerakan menabung sebagai langkah awal peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Selain itu, diharapkan Pemerintah ikut serta aktif membangun
budaya menabung di masyarakat sejak dini.
Dengan penetapan Hari Indonesia Menabung melalui Keputusan Presiden akan
memperkuat komitmen dan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat dan seluruh pihak
dalam rangka implementasi Peraturan Presiden Nomor: 82 Tahun 2016 tentang Strategi
Nasional Keuangan Inklusif (SNKI). Selain itu diharapkan pula dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi Indonesia serta mampu memutus rantai kemiskinan, mengurangi
kesenjangan, yang akhirnya mewujudkan masyarakat yang sejahtera.
Output/Hasil koordinasi:
1. Surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor: S-296/M.EKON/09/2018
tanggal 17 September 2018 tentang Usulan Penetapan Hari Indonesia Menabung Melalui
Keputusan Presiden.
Outcome/Dampak yang diharapkan:

29
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

1) Mempercepat pencapaian target indeks keuangan inklusif Indonesia sebesar 75% di tahun
2019;
2) Memperkuat komitmen dan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat dan seluruh pihak
dalam rangka implementasi Peraturan Presiden Nomor: 82 Tahun 2016 tentang Strategi
Nasional Keuangan Inklusif (SNKI).

Rekomendasi Penyaluran Pinjaman dan Pembiayaan Secara Non Tunai Bagi Nasabah
PT. Pegadaian
Latar Belakang
Dalam rangka memperluas dan meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan keuangan
formal, Pemerintah telah menetapkan Peraturan Presiden Nomor: 82 Tahun 2016 tentang
Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI). Di dalam Perpres dimaksud telah ditetapkan target
tingkat keuangan inklusif sebesar 75% pada akhir tahun 2019. Untuk mencapai target
tersebut dibutuhkan kolaborasi dan komitmen dari semua pihak untuk menyukseskannya.
PT Pegadaian mempunyai beberapa produk yang penyalurannya masih dalam bentuk tunai,
seperti produk Kredit Cepat dan Aman (KCA) dan pembiayaan Rahn. Sehubungan dengan hal
tersebut, perlu himbauan kepada PT Pegadaian untuk:
1. Menyalurkan pinjaman dan pembiayaan secara non tunai kepada seluruh nasabah
melalui rekening tabungan di lembaga keuangan formal.
2. Memberikan edukasi kepada nasabah mengenai keuntungan memiliki rekening
tabungan di lembaga keuangan formal.
Output/Hasil koordinasi
Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Nomor: S-
116/SES.DNKI/10/2018 Perihal Himbauan Penyaluran Pinjaman dan Pembiayaan Secara Non
Tunai Bagi Nasabah PT. Pegadaian tanggal 9 Oktober 2018.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
1) Mempercepat pencapaian target indeks keuangan inklusif Indonesia sebesar 75% di tahun
2019.
2) Memperkuat komitmen dan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat dan seluruh pihak
dalam rangka implementasi Peraturan Presiden Nomor: 82 Tahun 2016 tentang Strategi
Nasional Keuangan Inklusif (SNKI).
30
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Rekomendasi Penyaluran Pinjaman Secara Non Tunai Bagi Nasabah PNM Mekaar
Latar Belakang
Dalam rangka memperluas dan meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan keuangan
formal, Pemerintah telah menetapkan Peraturan Presiden Nomor: 82 Tahun 2016 tentang
Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI). Di dalam Perpres dimaksud telah ditetapkan target
tingkat keuangan inklusif sebesar 75% pada akhir tahun 2019. Untuk mencapai target
tersebut dibutuhkan kolaborasi dan komitmen dari semua pihak untuk menyukseskannya.
PT PNM yang menyasar kelompok masyarakat yang menjadi fokus sasaran SNKI, yaitu PNM
Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera). PNM Mekaar menyasar kelompok
masyarakat wanita pra-sejahtera yang sudah mempunyai usaha produktif maupun yang akan
berusaha. Per 31 Agustus 2018 nasabah PNM Mekaar sebanyak 4.451.170, dengan total
akumulasi penyaluran sebesar Rp.9,5 triliun. Pinjaman sebesar Rp.2 juta secara bertahap
sampai dengan Rp.5 juta masih diterima nasabah PNM Mekaar secara tunai. Sehubungan
dengan hal tersebut, perlu himbauan kepada PT PNM untuk:
1. Menyalurkan pinjaman dan pembiayaan secara non tunai kepada seluruh nasabah
melalui rekening tabungan di lembaga keuangan formal.
2. Memberikan edukasi kepada nasabah mengenai keuntungan memiliki rekening
tabungan di lembaga keuangan formal.
Output/Hasil Koordinasi
Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Nomor: S-
117/SES.DNKI/10/2018 tanggal 9 Oktober 2018 Perihal Himbauan Penyaluran Pinjaman
Secara Non Tunai Bagi Nasabah PNM Mekaar.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
1) Mempercepat pencapaian target indeks keuangan inklusif Indonesia sebesar 75% di tahun
2019.
2) Memperkuat komitmen dan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat dan seluruh pihak
dalam rangka implementasi Peraturan Presiden Nomor: 82 Tahun 2016 tentang Strategi
Nasional Keuangan Inklusif (SNKI).

Rekomendasi Implementasi Produk Simpanan Pelajar


Latar Belakang
Dalam rangka untuk mencapai target tingkat inklusi keuangan sebesar 75% di tahun 2019,
Dewan Nasional Keuangan Inklusif telah menetapkan segmen pelajar menjadi salah satu
sasaran dalam mencapai target tersebut.
31
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Pada tahun 2014, Otoritas Jasa Keuangan meluncurkan produk Simpanan Pelajar yang secara
khusus didesain untuk segmen pelajar. Produk tabungan ini sendiri telah digunakan sebagai
produk dari Program Indonesia Pintar dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pada
bulan Juni 2018, Otoritas Jasa Keuangan mencatat sudah terdapat 14.897.336 rekening
Simpanan Pelajar. Akan tetapi, 70% dari total jumlah rekening Simpanan Pelajar ini
disumbangkan oleh pelajar penerima Program Indonesia Pintar. Simpanan Pelajar yang
merupakan produk yang secara khusus ditujukan kepada pelajar pada umumnya ini masih
minim digunakan oleh pelajar non penerima Program Indonesia Pintar (regular non
program).
Perbankan menyampaikan bahwa mereka mengalami kesulitan dalam mendekati pihak
sekolah dikarenakan tidak adanya permintaan atas produk Simpanan Pelajar ini dari sekolah.
Sebagai tindak lanjut, Otoritas Jasa Keuangan, Sekretariat DNKI mengundang Otoritas Jasa
Keuangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kementerian Agama untuk
mengirimkan surat permintaan dari Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan
selaku Ketua Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif kepada Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan dan Kementerian Agama untuk memberikan surat edaran yang berisi
instruksi untuk mewajibkan pelajar untuk membuka produk Simpanan Pelajar di sekolah –
sekolah secara nasional. Selain itu, juga meminta dukungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan dan Kementerian Agama untuk memantau dan melaporkan perkembangan
kunjungan perbankan ke sekolah setiap bulan. Kewajiban membuka rekening Simpanan
Pelajar ini akan meningkatkan jumlah rekening Simpanan Pelajar yang secara langsung
memberikan kontribusi dalam mencapai target keuangan inklusi sebesar 75% di tahun 2019.
Output/Hasil Koordinasi
1. Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Nomor: S-
99/SES.DNKI/08/2018 tanggal 6 Agustus 2018 Perihal Tindak Lanjut Implementasi
Produk Simpanan Pelajar (Direktorat Jenderal Pendidikan Islam).
2. Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Nomor: S-
100/SES.DNKI/08/2018 tanggal 6 Agustus 2018 Perihal Tindak Lanjut Implementasi
Produk Simpanan Pelajar (Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah).
Outcome/Dampak yang diharapkan:
1. Mempercepat pencapaian target indeks keuangan inklusif Indonesia sebesar 75% di tahun
2019;
2. Memperkuat komitmen dan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat dan seluruh pihak
dalam rangka implementasi Peraturan Presiden Nomor: 82 Tahun 2016 tentang Strategi
Nasional Keuangan Inklusif (SNKI).
32
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

33
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

34
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

35
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

36
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

37
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Indikator Keuangan Inklusif (sampai dengan akhir 2018)

Indikator Dimensi Akses Des' 2017 Des' 2018 Perubahan YoY

Jumlah kantor layanan bank 30,256 30,817 1.85%

Jumlah mesin ATM 106,653 106,901 0.23%

Jumlah agen Layanan Keuangan


204,960 385,158 87.92%
Digital

Jumlah agen Laku Pandai 740,121 - -100.00%

Indikator Dimensi
Des' 2017 Des' 2018 Perubahan YoY
Penggunaan
Jumlah rekening DPK di bank 299,839,004 309,103,602 3.09%

Jumlah Rekening Tabungan di


235,306,131 267,853,599 13.83%
Bank*
Jumlah uang elektronik terdaftar
1,456,653 11,236,768 671.41%
di agen LKD
Jumlah rekening kredit
42,507,275 44,833,504 5.47%
perbankan

Jumlah rekening kredit UMKM 14,027,067 14,618,526 4.22%

Rasio kredit UMKM terhadap


19.74% 19.27% -2.39%
total kredit (amount)

2). Target Penyaluran KUR (Capaian Kinerja Indikator Program Ke-2)


Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program prioritas dalam mendukung
kebijakan pemberian kredit/pembiayaan kepada sektor Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah. Pada tahun 2018, “Tercapainya Target Penyaluran Kredit Usaha Rakyat
Sebesar Rp.120 triliun” menjadi salah satu target IKU Deputi Bidang Koordinasi
Ekonomi Makro dan Keuangan. Target tersebut terpenuhi dengan penyaluran KUR
tahun 2018, sampai dengan 31 Desember 2018 sebesar Rp.120,4 triliun (100,33%
dari target tahun 2018 sebesar Rp.120 Triliun) dengan jumlah debitur sebanyak 4,4
juta debitur dan baki debet sebesar Rp.92 triliun. Penyaluran terbesar adalah untuk
38
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

skema KUR Mikro sebesar Rp.73,8 triliun kepada 4,1 juta debitur (61,3% penyaluran),
diikuti dengan penyaluran untuk KUR Kecil sebesar Rp.45,9 triliun kepada 299.270
debitur (38,2% penyaluran), serta penyaluran untuk KUR Penempatan TKI sebesar
Rp.583,7 miliar kepada 35.670 debitur (0,5% penyaluran). Penyaluran berdasarkan
wilayah masih didominasi oleh Pulau Jawa dengan penyaluran tertinggi di Provinsi
Jawa Tengah, diikuti oleh Jawa Timur dan Jawa Barat.

Berdasarkan hasil Rapat Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM tanggal 27


Oktober 2017 ditetapkan bahwa target penyaluran KUR tahun 2018 sebesar Rp.120
Triliun. Menindaklanjuti hasil rapat koordinasi tersebut, Deputi Bidang Koordinasi
Ekonomi Makro dan Keuangan selaku Sekretaris Komite Kebijakan Pembiayaan bagi
UMKM mengirimkan surat permintaan Rencana Penyaluran Tahunan KUR kepada
masing-masing Penyalur KUR. Berdasarkan surat tersebut serta hasil rekomendasi dari
OJK maka Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM melalui Rapat Koordinasi tanggal
8 Desember 2017 menetapkan plafon penyaluran KUR tahun 2018 sebesar Rp.116,53
Triliun, sehingga masih terdapat sisa alokasi plafon KUR tahun 2018 sebesar Rp.3,4
Triliun sebagai antasipasi apabila ada Penyalur KUR baru ataupun sebagai tambahan
apabila ada peningkatan permintaan plafon KUR dari Penyalur KUR eksisting.
Berkenaan dengan hasil rapat koordinasi tersebut, maka plafon KUR untuk masing-
masing Penyalur KUR ditetapkan melalui Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi
Makro dan Keuangan selaku Sekretaris Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM
Nomor: S-281/D.I.M.EKON/12/2017 tanggal 29 Desember 2017 tentang Plafon KUR
dan Penyaluran KUR tahun 2018. Memperhatikan peningkatan permintaan atas KUR
dari masyarakat, maka terdapat perubahan plafon KUR tahun 2018. Dalam rapat
koordinasi Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM tanggal 8 Agustus 2018
disetujui perubahan total plafon KUR menjadi Rp.123,53 Triliun. Dalam rangka
mempercepat penetapan perubahan plafon KUR namun tetap memperhatikan good
governance, maka ditetapkan pula pendelegasian kewenangan penetapan perubahan
plafon KUR masing-masing Penyalur KUR kepada Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi
Makro dan Keuangan selaku Sekretaris Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM.
Berkenaan dengan hal tersebut, total plafon KUR tahun 2018 mengalami beberapa kali
perubahan dengan posisi sampai dengan akhir Desember 2018 menjadi sebesar
Rp.123,8 Triliun yang didistribusikan kepada 44 Penyalur KUR.

39
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Dalam rangka optimalisasi penyaluran KUR, khususnya di sektor produksi serta


memperluas penyaluran KUR dan mendorong pertumbuhan pemerataan ekonomi
maka pemerintah melalui Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM menetapkan
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan
Pembiayaan bagi UMKM Nomor: 8 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan
bagi UMKM Nomor: 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha
Rakyat (KUR). Permenko tersebut antara lain mengatur skema KUR Pariwisata yang
menjadi salah satu sektor produksi dan menjadi prioritas penyaluran KUR, perluasan
kriteria sektor ekonomi yang dapat dibiayai KUR menjadi seluruh usaha produktif dan
layak dibiayai yang menghasilkan barang dan/atau jasa untuk memberikan nilai
tambah dan meningkatkan pendapatan bagi pelaku usaha, serta menambah cakupan
plafon untuk KUR Khusus yaitu dari dibatasi hanya diatas Rp.25 juta sampai dengan
Rp.500 juta per individu menjadi sampai dengan Rp.500 juta per individu. Perubahan
ketentuan tersebut mengakomodir kebutuhan pembiayaan di sektor – sektor prioritas,
mempermudah akses pembiayaan bagi UMKM, serta memperluas target sasaran
UMKM penerima KUR.
Sebagai upaya optimalisasi pencapaian target penyaluran KUR tahun 2018 serta
mendorong peningkatan penyaluran KUR di sektor produksi, saat ini sedang disusun
perubahan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian tentang Pedoman
Pelaksanaan KUR. Rancangan perubahan tersebut antara lain:
a. Skema KUR untuk sektor pariwisata yaitu KUR yang diberikan untuk kegiatan
usaha produktif dalam rangka mendukung usaha pariwisata di 10 lokasi Destinasi
Pariwisata Prioritas (DPP) dan 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN)
dengan plafon kredit/pembiayaan sesuai kebutuhan usahanya;
b. Perubahan besaran plafon untuk skema KUR khusus, yaitu skema KUR yang
mengakomodir skema pembiayaan bagi sektor perkebunan, peternakan dan
perikanan rakyat yang disalurkan kepada petani/peternak yang tergabung dalam
kelompok usaha dan memiliki mitra usaha; dan
c. Perluasan sektor ekonomi yang dapat dibiayai KUR yaitu seluruh sektor ekonomi
dapat dibiayai KUR selama disalurkan kepada usaha mikro, kecil, dan menengah
yang memiliki usaha produktif dan layak yaitu usaha mikro, kecil dan menengah
yang menghasilkan barang dan/atau jasa untuk memberikan nilai tambah dan
meningkatkan pendapatan bagi pelaku usaha.

40
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Selain menghasilkan Indikator Kinerja Utama (IKU) rekomendasi program Kredit


Usaha Rakyat selama periode tahun 2018 yang mendukung kinerja unit organisasi,
antara lain:
1. Rekomendasi Kebijakan Pembiayaan UMKM melalui Laporan Realisasi Penyaluran
KUR pada Tahun 2018 Rp.120,4 triliun (100,33% dari target tahun 2018 sebesar
Rp.120 Triliun) dengan jumlah debitur sebanyak 4,4 juta debitur dan baki debet
sebesar Rp.92 triliun dan Penyaluran di Sektor Produksi Mencapai sebesar 42.3 %
dari Target 50% pada Tahun 2018
Selain dari sisi jumlah plafon dan kualitas penyalurannya, pemerintah senantiasa
mendorong optimalisasi penyaluran KUR di sektor produksi. Sejak tahun 2017,
pemerintah telah menetapkan target minimum penyaluran KUR di sektor produksi
yaitu sebesar minimum 40% dan tercapai sebesar 42.3% pada Desember 2017.
Kemudian pada awal tahun 2018, target penyaluran KUR di sektor produksi
ditingkatkan menjadi minimal 50% dari total penyaluran KUR. Sampai dengan
Desember 2018, penyaluran KUR di sektor produksi mencapai 46.8%. Capaian
tersebut masih di bawah target yang ditetapkan, oleh karenanya Penyalur KUR
perlu didorong untuk dapat menyalurkan ke skema pembiayaan sektor produksi,
salah satunya seperti saat ini, penyaluran KUR untuk pengadaan mesin
pengeringan (dryer) padi, KUR Khusus Peternakan Rakyat, KUR Khusus Perikanan
Rakyat, dan KUR Garam Rakyat. Selanjutnya, target penyaluran KUR di sektor
produksi ini akan terus ditingkatkan oleh pemerintah.
Output/Hasil koordinasi:
Nota Dinas Deputi kepada Menko Perekonomian tentang Konsep Surat dan
Ringkasan Eksekutif Laporan Pelaksanaan Penyaluran KUR Tahun 2018 kepada
Presiden RI.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
1) Meningkatkan dan memperluas penyaluran kepada usaha produktif.
2) Meningkatkan kapasitas daya saing UMKM.
3) Mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.

2. Rekomendasi tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat


Pada akhir tahun 2017, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian menetapkan
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor: 11 Tahun 2017
tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat yang mulai berlaku efektif sejak
1 Januari 2018. Dalam peraturan tersebut, terdapat 12 ketentuan baru yaitu terkait
41
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

penurunan suku bunga, kelompok usaha sebagai penerima KUR, skema KUR
Khusus, pengaturan minimum porsi penyaluran KUR ke sektor produksi, skema
KUR multisektor, mekanisme pembayaran yarnen, perubahan istilah KUR Ritel
menjadi KUR Kecil, jumlah plafon KUR Mikro untuk sektor produksi, penyaluran
KUR bersamaan dengan kredit lain yang dibolehkan, struktur biaya KUR
Penempatan TKI, KUR untuk masyarakat perbatasan, dan KUR untuk optimalisasi
KUBE.
Sebagai upaya optimalisasi pencapaian target penyaluran KUR tahun 2018 serta
mendorong peningkatan penyaluran KUR di sektor produksi, Komite Kebijakan
Pembiayaan bagi UMKM telah menetapkan beberapa kebijakan strategis KUR
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM nomor 8 Tahun 2018
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Nomor: 11 tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanaan KUR. Kebijakan strategis
tersebut antara lain:
a. Skema KUR untuk sektor pariwisata yaitu KUR yang diberikan untuk kegiatan
usaha produktif dalam rangka mendukung usaha pariwisata di 10 lokasi
Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) dan 88 Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional (KSPN) dengan plafon kredit/pembiayaan sesuai kebutuhan usahanya;
b. Perubahan besaran plafon untuk skema KUR khusus, yaitu skema KUR yang
mengakomodir skema pembiayaan bagi sektor perkebunan, peternakan dan
perikanan rakyat yang disalurkan kepada petani/peternak yang tergabung
dalam kelompok usaha dan memiliki mitra usaha. Saat ini petani, peternak, dan
nelayan dapat memanfaatkan skema KUR Khusus dengan plafon paling banyak
sebesar Rp.500 juta untuk masing-masing individu dengan suku bunga sebesar
suku bunga KUR yang ditetapkan (7% efektif per tahun);
c. Perluasan sektor ekonomi yang dapat dibiayai KUR yaitu seluruh sektor
ekonomi dapat dibiayai KUR selama disalurkan kepada usaha mikro, kecil, dan
menengah yang memiliki usaha produktif dan layak yaitu usaha mikro, kecil
dan menengah yang menghasilkan barang dan/atau jasa untuk memberikan
nilai tambah dan meningkatkan pendapatan bagi pelaku usaha.
Output/Hasil koordinasi:
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor: 8 Tahun 2018
tentang Perubahan atas Permenko 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kredit Usaha Rakyat (KUR).
42
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Outcome/Dampak yang diharapkan:


1) Meningkatkan dan memperluas penyaluran kepada usaha produktif.
2) Meningkatkan kapasitas daya saing UMKM.
3) Mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.

3. Rekomendasi Kebijakan Penyusunan Rencana Alokasi Plafon Penyaluran KUR 2018


bagi Penyalur KUR sebesar Rp.123,8 Triliun.
Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program prioritas dalam
mendukung kebijakan pemberian kredit/pembiayaan kepada sektor Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah. Pada tahun 2018, Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi UMKM
telah menetapkan target penyaluran KUR di sektor produksi sebesar minimal 50%
dari total penyaluran. Target tersebut merupakan salah satu upaya pemerintah
dalam mendukung kebijakan ketahanan pangan dan hilirisasi industri pada sektor
UMKM.
Dalam rangka meningkatkan penyaluran KUR disektor Produksi Pada tahun 2018,
Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi UMKM telah menetapkan target penyaluran
KUR penyaluran sebesar Rp.120 triliun. Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro
dan Keuangan selaku Sekretaris Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM telah
mengirimkan surat tentang Rencana Penyaluran (RTP) KUR kepada seluruh
Penyalur KUR. Penyalur KUR kemudian menyampaikan RTP kepada Komite
Kebijakan dan Otoritas Jasa Keuangan untuk ditindak lanjuti. Total rekapitulasi
usulan RTP KUR Tahun 2018 dari Penyalur adalah sebesar Rp.123,8 triliun.
Output/Hasil koordinasi:
Surat Komite Kebijakan Nomor: S-281/D.I.M.EKON/12/2017 tentang Plafon KUR
dan Penyaluran KUR 2018.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
1) Tercapainya penyaluran KUR sesuai dengan target yang ditetapkan Komite
Kebijakan.
2) Meningkatkan dan memperluas penyaluran kepada usaha produktif.
3) Meningkatkan kapasitas daya saing UMKM.
4) Mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.

4. Rekomendasi Pelaksanaan Pemberian Penghargaan bagi Stakeholder Program KUR


43
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Salah satu program pemerintah dalam meningkatkan akses pembiayaan UMKM


kepada lembaga keuangan dengan pola penjaminan adalah Kredit Usaha Rakyat
(KUR) yang diluncurkan pada November 2007. Dalam perkembangannya, KUR
skema subsidi Imbal Jasa Penjaminan (IJP) sejak November 2007 sampai dengan 31
Desember 2014 telah disalurkan sebesar Rp.178,85 triliun. Sedangkan kebijakan
KUR baru yaitu dengan skema subsidi bunga yang diluncurkan sejak 14 Agustus
2015 sampai dengan 31 Desember 2018 telah tersalurkan sebesar 333 triliun
dengan outstanding sebesar Rp.126 Triliun kepada 13,8 juta debitur. Realisasi
penyaluran KUR tersebut juga diikuti dengan terjaganya tingkat Non Performing
Loan (NPL) sebesar 1%.
Realisasi penyaluran KUR tahun 2018, sampai dengan 31 Desember 2018 sebesar
Rp.120,4 triliun (100,33% dari target tahun 2018 sebesar Rp.120 Triliun) dengan
jumlah debitur sebanyak 4,4 juta debitur dan baki debet sebesar Rp.92 triliun.
Penyaluran terbesar adalah untuk skema KUR Mikro sebesar Rp.73,8 triliun kepada
4,1 juta debitur (61,3% penyaluran), diikuti dengan penyaluran untuk KUR Kecil
sebesar Rp.45,9 triliun kepada 299.270 debitur (38,2% penyaluran), serta
penyaluran untuk KUR Penempatan TKI sebesar Rp.583,7 miliar kepada 35.670
debitur (0,5% penyaluran).
Arah kebijakan di bidang UMKM dan koperasi dalam periode 2015-2019 adalah
meningkatkan daya saing UMKM dan koperasi sehingga mampu tumbuh menjadi
usaha yang berkelanjutan dengan skala yang lebih besar (“naik kelas”) dalam
rangka mendukung kemandirian perekonomian nasional. Strategi pembangunan
yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1) Peningkatan kualitas sumber
daya manusia, 2) Peningkatan akses pembiayaan dan perluasan skema pembiayaan,
3) Peningkatan nilai tambah produk dan jangkauan pemasaran, 4) Penguatan
kelembagaan usaha, 5) Peningkatan kemudahan, kepastian dan perlindungan
usaha.
Memperhatikan arah kebijakan peningkatan daya saing UMKM tersebut, Presiden
telah menetapkan Keputusan Presiden Nomor: 14 Tahun 2015 tentang Komite
Kebijakan Pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagaimana
diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor: 19 Tahun 2015. Komite
Kebijakan Pembiayaan Bagi UMKM diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian dan beranggotakan para menteri/kepala lembaga terkait dengan
tugas untuk merumuskan dan menetapkan kebijakan pembiayaan bagi UMKM
termasuk penetapan prioritas bidang usaha, melakukan monitoring dan evaluasi
44
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

atas pelaksanaan kebijakan pembiayaan bagi UMKM, dan mengambil langkah-


langkah penyelesaian hambatan dan permasalahan dalam pelaksanaan kebijakan
pembiayaan bagi UMKM.
Memperhatikan banyaknya stakeholder yang terlibat di dalam program KUR serta
saling terkait satu dengan yang lain, perlu dilakukan penilaian untuk setiap
kategori stakeholder dan diberikan penghargaan bagi yang mencapai kinerja
terbaik. Hal ini perlu dilakukan untuk memberikan motivasi bagi semua pihak agar
dapat meningkatkan kinerja masing-masing. Dalam rangka mengapresiasi kinerja
stakeholder KUR dalam melaksanakan program KUR tahun 2018, Komite Kebijakan
Pembiayaan bagi UMKM memberikan penghargaan kepada Pemerintah Daerah
terbaik, Penyalur KUR terbaik, dan Penjamin KUR terbaik.
Pemerintah melalui Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM melakukan kegiatan
pemberian penghargaan kepada stakeholer program KUR dengan tujuan untuk:
1. Memberikan apresiasi kepada Pemerintah Daerah yang telah meng-upload data
calon debitur potensial KUR ke SIKP dengan jumlah terbanyak dan berkualitas,
mengkoordinasikan para pihak terkait KUR di daerah, membangun
infrastruktur, mengalokasikan anggaran dan SDM untuk mendukung KUR,
serta berinovasi dalam mendorong penyaluran KUR di sektor produksi.
2. Memberikan apresiasi kepada Penyalur KUR yang telah menyalurkan KUR
sesuai dengan plafon yang telah didistribusikan, dan dengan berkualitas.
3. Memberikan apresiasi kepada Penjamin KUR yang telah menjamin KUR sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
4. Memberikan inspirasi dan mendorong kepada Pemerintah Daerah yang lain
agar meningkatkan kinerjanya dalam mendata, mendampingi dan meng- data
calon debitur potensial ke dalam SIKP, serta tugas-tugas lainnya sebagaimana
diatur dalam peraturan terkait KUR.
Proses penilaian penghargaan bagi stakeholder KUR ini dilaksanakan oleh Tim
Penilai dan Tim Teknis yang diketuai oleh Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi
Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dengan
anggota perwakilan dari Kementerian Keuangan, Kementerian Koperasi dan UKM,
Kementerian Dalam Negeri, Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, dan Universitas Indonesia.
Adapun kriteria penilaian yang dilakukan oleh Tim Penilai dan Tim Teknis tersebut
yaitu terkait: Pemenuhan tugas-tugas terkait Program KUR, Upaya pendukung

45
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

penyaluran KUR sektor produksi, Penetapan pemenang melalui penilaian aspek


kualitatif berdasarkan dokumen, presentasi, dan wawancara.

Output/Hasil koordinasi:
Keputusan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Nomor 1
tahun 2018 tentang Tim Penilai dan Tim Teknis Pemberian Penghargaan kepada
Penyalur KUR, Penjamin KUR, dan Pemerintah Daerah Pendukung Program KUR,
ditetapkan tanggal 11 Juli 2018.

Outcome/Dampak yang diharapkan:


1) Tercapainya penyaluran KUR sesuai dengan target yang ditetapkan Komite
Kebijakan.
2) Meningkatkan dan memperluas penyaluran KUR di sektor produksi.
3) Meningkatkan komitmen pihak- pihak terkait KUR dalam rangka optimalisasi
pelaksanaan program KUR.

46
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

3). Jumlah Paket Rekomendasi Kebijakan Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan
Keuangan (Capaian Kinerja Indikator Program Ke-3)

Tabel 3.3 Capaian IKU Tahun 2018 (Indikator Program Ke-3)


CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2018
DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI MAKRO DAN KEUANGAN
SASARAN STRATEGIS 1
MENDUKUNG PERTUMBUHAN INVESTASI
Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Terwujudnya Koordinasi Sinkronisasi dan Jumlah Paket Rekomendasi Kebijakan Bidang
Pengendalian Kebijakan Perekonomian. Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan.
1. Peraturan Menteri Keuangan mengenai Tax Holiday
1) Rekomendasi tentang Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan tanggal 29
Maret 2018
Latar Belakang
Dalam rangka semakin meningkatkan kegiatan investasi langsung pada industri pionir
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, perlu mengatur kembali ketentuan pemberian
fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan Badan yang sebelumnya diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor: 103/PMK.010/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor: 159/PMK.010/2015 tentang Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak
Penghasilan Badan. Adapun fasilitas tax holiday diberikan kepada Wajib Pajak badan yang
melakukan penanaman modal baru pada Industri Pionir. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, industri pionir merupakan industri
yang memiliki kriteria sebagai berikut: i) memiliki keterkaitan yang luas; ii) memberi nilai
tambah dan eksternalitas yang tinggi; iii) memperkenalkan teknologi baru; serta iv)
memiliki nilai strategis bagi perekonomian nasional. Fasilitas yang diberikan adalah
pengurangan PPh Badan sebesar 100%, dalam jangka waktu tertentu sesuai jumlah
penanaman modal. Dalam pengaturan ini terdapat 153 KBLI dalam 17 sektor usaha antara
lain meliputi industri logam dasar hulu, industri petrokimia, industri kimia dasar, dan
industri pionir lainnya.

47
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

2) Rekomendasi tentang Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan tanggal 26


November 2018
Latar Belakang
Dalam rangka lebih mendorong peningkatan nilai investasi di Indonesia, Pemerintah telah
menerbitkan Paket Kebijakan Ekonomi XVI yang diluncurkan pada tanggal 16 November
2018. Salah satu kebijakan yang diambil adalah dengan memperluas cakupan Fasilitas Tax
Holiday, yang kemudian diatur melalui PMK Nomor: 150/PMK.010/2018 yang ditetapkan
pada tanggal 26 November 2018 dengan pembahasan yang melibatkan
Kementerian/Lembaga terkait, khususnya Kementerian Keuangan, Kementerian
Perindustrian, dan BKPM. Melalui kebijakan tax holiday ini diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui perluasan cakupan sektor usaha dan KBLI
industri pionir yang dapat diberikan fasilitas tax holiday. Selain itu juga dilakukan
penyelarasan proses pemberian fasilitas tax holiday melalui Online Single Submission (OSS)
agar dapat meningkatkan kecepatan dan kemudahan dalam pengajuan dan pemberian
fasilitas tax holiday.
Melalui kebijakan ini diharapkan dapat: i) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui
perluasan cakupan sektor usaha dan KBLI industri pionir yang dapat diberikan fasilitas tax
holiday; ii) Meningkatkan kecepatan dan kemudahan dalam proses pengajuan dan
pemberian fasilitas tax holiday.
Adapun beberapa pokok kebijakan yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor:
150/PMK.010/2018 tentang Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan,
antara lain:
a. Kriteria industri pionir yang digunakan dalam kebijakan perluasan cakupan fasilitas tax
holiday tetap mengacu pada Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, yaitu industri yang memiliki keterkaitan yang luas, memberi nilai
tambah dan eksternalitas yang tinggi, memperkenalkan teknologi baru, serta memiliki
nilai strategis bagi perekonomian nasional.
b. Perluasan sektor usaha yang dapat diberikan fasilitas tax holiday meliputi:
- penambahan dua sektor usaha (yaitu sektor industri pengolahan berbasis hasil
pertanian, perkebunan, atau kehutanan dan sektor e-commerce) dan
- penggabungan dua sektor usaha dalam PMK Nomor: 35/PMK.010/2018 tentang
Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan. Berdampak pada jumlah
sektor usaha yang dapat diberikan tax holiday berubah dari 17 sektor usaha menjadi
18 sektor usaha.

48
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

c. Perluasan KBLI yang dapat diberikan fasilitas tax holiday meliputi penyempurnaan dan
penambahan beberapa KBLI yang dipandang perlu. Semula, jumlah KBLI yang dapat
diberikan fasilitas tax holiday adalah sebanyak 153 KBLI, kemudian dalam pembahasan
telah disempurnakan menjadi 99 KBLI, dan saat ini diperluas menjadi 169 KBLI.

Simplifikasi prosedur permohonan fasilitas tax holiday melalui Online Single Submission
(OSS). Melalui sistem dimaksud Wajib Pajak yang memenuhi kriteria/persyaratan dapat
langsung mendapatkan notifikasi persetujuan dan jangka waktu fasilitas tax holiday
yang didapatkan. Setelah itu OSS akan meneruskan kepada sistem DJP (Kementerian
Keuangan) untuk dapat diproses penerbitan surat keputusan penetapan pemberian
fasilitas tax holiday.
Output Kinerja
1. Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan kepada Kepala Badan
Kebijakan Fiskal Nomor: S-280/D.I.M.EKON/11/2018 tanggal 16 November 2018
tentang Bidang Usaha yang Dapat Diberikan Fasilitas Tax Holiday.
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 35/PMK.010/2018 tentang Pemberian Fasilitas
Pengurangan Pajak Penghasilan Badan tanggal 29 Maret 2018
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 150/PMK.010/2018 tanggal 26 November
2018 tentang Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan dilakukan
pembahasan yang dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian.
4. Nota Dinas Asisten Deputi Fiskal Nomor: ND-166/D.I.M.EKON.1/11/2018 tanggal
16 November 2018 perihal Penyampaian Hasil Rapat Pembahasan Evaluasi atas
Pengembangan Kawasan Industri di Indonesia dan Tindak Lanjut Rapat Koordinasi
terkait Fasilitas Tax Holiday
Capaian Kinerja Outcome/Dampak Kebijakan
Melalui penerbitan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 150/PMK.010/2018 tentang
Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan diharapkan dapat
meningkatkan jumlah investasi di Indonesia dalam industri pionir. Penanaman modal
dalam industri pionir atau industri hulu akan berdampak pada tersedianya bahan baku
industri dasar, yang dimanfaatkan dalam proses produksi industri intermediate dan hilir.
Ketersediaan bahan baku dalam negeri yang terjangkau diharapkan tidak hanya
menekan biaya produksi dan menurunkan harga produk, namun menjamin
sustainability industri dalam negeri. Selain itu fasilitas tax holiday diberikan dalam

49
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

rangka mengisi kekosongan pohon industri dan menumbuhkan industri yang


berteknologi tinggi, sehingga diharapakan struktur industri semakin kuat dan
memberikan substitusi impor, serta terdapat transfer teknologi di dalam negeri.

SS 2
MENJAGA STABILITASI INFLASI KELOMPOK HARGA PANGAN BERGEJOLAK
DAN KELOMPOK HARGA YANG DIATUR PEMERINTAH
Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Terwujudnya Koordinasi Sinkronisasi dan Jumlah Paket Rekomendasi Kebijakan Bidang
Pengendalian Kebijakan Perekonomian. Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan.
1. Rekomendasi Terkait Asesmen Indikator Ekonomi Makro Secara Periodik
Latar Belakang
Dalam rangka rangka mendukung koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi
dan penyusunan kebijakan pada bidang moneter dan neraca pembayaran diperlukan analisis
kebijakan yang didukung oleh informasi dan data terkait perekonomian makro baik dalam
skala global maupun nasional. Selain itu, perlu juga dilakukan asesmen yang berkelanjutan
baik sektor moneter maupun eksternal secara berkesinambungan. Asesmen ini juga didukung
dengan analisis data sekunder dan monitoring melalui Kementerian/Lembaga, Pemerintah
daerah dan pelaku usaha untuk melihat langsung kondisi di lapangan.
Output/hasil koordinasi:
Penyusunan bahan kondisi perekonomian terkini yang diupdate setiap bulan sebanyak 12
laporan.
Penyusunan laporan mingguan data makro dan artikel isu perekonomian terkini sebanyak
43 edisi, penyusunan laporan harian sebanyak 129 edisi.
Penyusunan analisis atas indikator makro ekonomi meliputi: laporan triwulanan PDB
sebanyak 4 (empat) laporan, laporan triwulanan neraca pembayaran sebanyak 4 (empat)
laporan, laporan bulanan neraca perdagangan sebanyak 12 (dua belas) laporan, laporan
bulanan inflasi sebanyak 12 (dua belas) laporan, dan laporan sistem pembayaran dan
perbankan sebanyak 12 (dua belas) laporan.
Penyusunan laporan asesmen sektor eksternal, asesmen utang luar negeri, asesmen
pertumbuhan ekonomi, asesmen neraca perdagangan, asesmen nilai tukar, asesmen pasar
modal, asesmen perekonomian terkini untuk penyiapan lembaga rating, asesmen transaksi
berjalan, dan asesmen sektor jasa unggulan sebanyak 9 (sembilan) kali.

50
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Outcome/ Dampak yang diharapkan:


Hasil asesmen yang dilakukan menjadi bahan masukan bagi pimpinan untuk memahami
kondisi perekonomian terkini. Diharapkan pemahaman atas kondisi perekonomian terkini
dapat mendukung proses pengambilan keputusan serta sebagai dasar dalam penetapan
kebijakan di bidang ekonomi dan diharapkan dapat mendukung terwujudnya rekomendasi:
Rekomendasi pengendalian inflasi nasional dan daerah.
Rekomendasi peningkatan ekspor dan pengendalian impor.
Rekomendasi pengendalian Defisit Transaksi Berjalan.
Rekomendasi pengelolaan sistem pembayaran.
Rekomendasi pengembangan industri nasional.
Rekomendasi pengendalian sektor jasa nasional.
Rekomendasi pengelolaan statistik sektor jasa.
Rekomendasi peningkatan kapasitas keterampilan pelaku jasa.
2. Rekomendasi Terkait Pengendalian Sektor Jasa Nasional
Latar Belakang
Sektor jasa mempunyai share sebesar 43 persen PDB dan berpotensi dalam mendukung ekspor
nasional. Sehingga merupakan salah satu potensi dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi
nasional. Terdapat beberapa permasalahan pokok dalam penataan sektor jasa berupa: proses
bisnis yang belum jelas, regulasi di beberapa K/L, belum tersedianya data-data sektor jasa,
Dilakukan oleh banyak K/L dan direktorat Jenderal terkait, namun K/L yang khusus
menangani sektor jasa belum tersedia, mayoritas pelaku jasa adalah pekerja informal, serta
rendahnya daya saing pelaku jasa. Sementara itu, Neraca perdagangan jasa merupakan bagian
yang penting dalam analisis kerentanan sektor eksternal. Dalam lima tahun terakhir Indonesia
mengalami permasalahan defisit transaksi berjalan. Defisit transaksi berjalan Indonesia yang
salah satunya disumbang oleh defisit neraca perdagangan jasa telah berlangsung lebih dari
tiga puluh empat tahun, terutama disumbang oleh defisit pada jasa transportasi
barang(freight).
Dalam hal permasalahan daya saing sektor jasa domestik mengakibatkan masuknya tenaga
kerja Asing, sehingga diperlukan peningkatan Skills pelaku jasa pada setiap sektor. Oleh
karena itu, diperlukan identifikasi permasalahan dari seluruh sektor jasa untuk memetakan
permasalahan dan menyusun strategi kedepan dalam rangka mendorong pengembangan
sektor jasa nasional.
Output/hasil koordinasi:
Surat Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Nomor: S

51
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

428/SES.M.EKON/09/2018 Hal Inventarisasi data sektor jasa nasional.


Worshop penguatan statistik jasa nasional.
Booklet Grand Design Sektor Jasa.
Penyusunan grand Design Jasa Unggulan.
Pembentukan website upgradeskill.id sebagai rekomendasi terkait peningkatan
keterampilan pelaku jasa.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
Melalui koordinasi ini diharapkan dapat terjadi pengurangan defisit transaksi berjalan
khusunya yang bersumber dari neraca jasa.
3. Rekomendasi Terkait Peningkatan Investasi (Investor Relation Unit)
Latar Belakang
Indonesia saat ini menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi potensial, hal ini
ditunjukkan dengan tren positif perkembangan investasi di Indonesia. Dari tahun ke tahun
perkembangan investasi di Indonesia tak lepas dari peranan Penanaman Modal Asing (PMA)
disamping penanaman modal dalam negeri. Mengingat pentingnya PMA, pemerintah telah
berupaya untuk dapat menarik lebih banyak investor asing untuk menanamkan modalnya di
Indonesia, salah satunya melalui paket-paket kebijakan ekonomi yang mendorong kenaikan
investasi. Melalui paket kebijakan tersebut, pemerintah mengupayakan reformasi birokrasi
dan menerbitkan peraturan yang memberi kemudahan perijinan investasi.
Dalam upaya mengkomunikasikan kebijakan-kebijakan perekonomian Indonesia yang
penting bagi investor dibentuk Investor Relation Unit (IRU) dengan BI dan beberapa
Kementerian/Lembaga sebagai tim pelaksana di teknis K/L. Dengan adanya koordinasi
tersebut diharapkan dapat menjembati pelaku investor serta meningkatkan investasi nasional.
Output/hasil koordinasi:
Penyusunan bahan dalam rangka kunjungan lembaga rating Moodys.
Penyusunan bahan dalam rangka kunjungan lembaga rating S&P.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
Peningkatan status layak investasi dari Lembaga Rating Internasional serta peningkatan
investasi nasional.
4. Rekomendasi Kebijakan Terkait Koordinasi Pengendalian Inflasi
Latar Belakang
Dalam rangka menjaga laju inflasi yang rendah dan stabil, sebagai prasyarat pertumbuhan
ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat, Kemenko Perekonomian melaksanakan koordinasi, sinkronisasi dan

52
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

pengendalian kebijakan untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan pemerintah. Hal ini
tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor: 23 Tahun 2017 tentang Tim
Pengendalian Inflasi Nasional (TPIN). TPIN terdiri dari Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP),
Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi dan TPID Kabupaten/Kota. Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian ditetapkan Keppres sebagai ketua TPIP.
Peraturan pelaksanaan Keppres, yaitu Keputusan Menko Perekonomian Nomor: 148 tahun
2017 tentang Tugas dan Keanggotaan Kelompok Kerja dan Sekretariat TPIP telah menetapkan
Deputi Koordinasi Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan sebagai Kepala Sekretariat TPIP dan
Asisten Deputi Moneter dan Neraca Pembayaran sebagai Wakil Kepala Sekretariat TPIP.
Sekretariat TPIP juga berfungsi untuk membantu peran kelompok kerja (Pokja) Daerah TPIP
dalam melakukan sinkronisasi kebijakan Pusat-Daerah dan pembinaan TPID. Dalam rangka
menunjang hal-hal di atas, Sekretariat mengkoordinasikan penyelenggaraan:
Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) TPIN, merupakan forum tertinggi dalam koordinasi
pengendalian inflasi yang dipimpin oleh Presiden yang diikuti oleh Tim Pengendalian
Inflasi Pusat, Tim Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi dan Tim Pengendalian Inflasi
Daerah Kabupaten/Kota. Penyelenggaraan Rakornas TPIN merupakan penegasan
Pemerintah akan pentingnya sinergi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
untuk mencapai sasaran inflasi nasional, sekaligus menjaga momentum pertumbuhan
ekonomi nasional, di tengah ketidakpastian ekonomi global. Dalam kegiatan tersebut,
secara tegas Presiden memberikan arahan kepada seluruh pihak.
High Level Meeting (tingkat Menteri), merupakan forum rapat koordinasi yang
diselenggarakan 2 (dua) kali dalam setahun atau sewaktu-waktu apabila diperlukan
dihadiri oleh anggota TPIP dengan tujuan untuk penyusunan rekomendasi penetapan
sasaran inflasi, koordinasi kebijakan sektoral dalam rangka mencapai sasaran inflasi, dan
koordinasi kebijakan pusat daerah dalam rangka mencapai sasaran inflasi.
Rapat Koordinasi Pusat dan Daerah (Rakorpusda), merupakan forum rapat kordinasi yang
diselenggarakan untuk menghasilkan kesepakatan tindak lanjut dan implementasi hasil
Rakornas di tingkat daerah. Rakorpusda diselenggarakan 1 (satu) kali dalam setahun atau
sewaktu-waktu apabila diperlukan dihadiri oleh Sekretaris Daerah Provinsi dan Sekretaris
Daerah Kabupaten/Kota selaku pelaksana harian TPID.
Output/hasil koordinasi:
Surat Menko Perekonomian Selaku Ketua TPIP Kepada Presiden Perihal Laporan
Pelaksanaan Tugas Tim Pengendalian Inflasi Pusat Tahun 2018 (Dalam Proses
Penandatanganan Bapak Menko) yang didasari atas Nota Dinas Deputi Bidang Koordinasi

53
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Ekonomi Makro dan Keuangan Kepada Bapak Menko Perekonomian Nomor:


05/D.I.M.EKON/01/2019 tanggal 14 Januari 2019.
Surat ini merupakan penyampaian capaian dari terjaganya realisasi inflasi 2018 sebesar
3,13% (yoy) yang berada pada kisaran sasaran 3,5±1% dan terjaganya Realisasi inflasi
komponen volatile food (VF) yang mencapai 3,39% (yoy) atau terjaga dalam target kisaran
4-5%. Capaian realisasi inflasi 2018 ini lebih rendah dibandingkan tahun 2017 sebesar
3,61% (yoy) dan rerata inflasi 3 (tiga) tahun terakhir sebesar 3,33% (yoy).
Surat Menko Perekomian Kepada Presiden Nomor: S- 321 /M.EKON/10/2018 tanggal 31
Oktober 2018 tentang Laporan Pelaksanaan Tugas TPIP Triwulan II Tahun 2018.
Surat Menko Perekonomian Kepada Presiden Nomor: S-299/M.EKON/09/2018 tanggal
17 September 2018 tentang Laporan Pelaksanaan Tugas TPIP Triwulan II Tahun 2018.
Surat Menko Perekonomian Kepada Presiden Nomor: S-194/M.EKON/05/2018 tanggal
21 Mei 2018 tentang Laporan Pelaksanaan Tugas TPIP Triwulan I Tahun 2018.
Surat Menko Perekonomian Kepada Seluruh Ketua TPID Provinsi dan TPID Kabupaten/Kota
Nomor: S-178/ M.EKON/05/2018 tanggal 11 Mei 2018 tentang Menjaga Ketersediaan
dan Keterjangkauan Harga di Bulan Puasa dan Hari Raya Idul Fitri 2018.
Koordinasi pengendalian inflasi membuahkan capaian terjaganya realisasi inflasi Hari
Besar Keagamaan Nasional (HBKN) tahun 2018. Realisasi inflasi headline tercatat mencapai
0,59% (mtm) atau yang terendah dibandingkan realiasi inflasi headline (mtm) saat HBKN
dalam 7 tahun terakhir. Laju inflasi pada masa HBKN memang mengalami tren yang
menurun sejak tahun 2013. Hal ini mencerminkan semakin terkendalinya harga barang
terutama harga pangan pokok. Penurunan ini tidak terlepas dari upaya yang dilakukan
melalui kebijakan dalam menjaga ketersediaan pasokan seperti operasi pasar, pasar murah,
dan pengawasan distri-busi yang juga melibatkan para penegak hukum untuk
mengantisipasi terjadinya praktik permainan harga. Kedepan, laju inflasi pada masa HBKN
akan terus dijaga pada tren yang menurun. Pencapaian tersebut merupakan buah sinergi
antara pemerintah, baik pusat maupun daerah dan Bank Indonesia dalam menjaga
keseimbangan sisi penawaran dan sisi permintaan.
Surat Menko Perekonomian Kepada Seluruh Ketua TPID Provinsi dan TPID Kabupaten/Kota
Nomor: S-388/ M.EKON/12/2018 tanggal 20 Desember 2018 tentang Menjaga
Ketersediaan dan Keterjangkauan Harga di Libur Natal 2018 dan Tahun Baru 2019.
Surat Menko Perekonomian Kepada Menteri Bappenas Nomor: S-396/M.EKON/12/2018
tanggal 28 Desember 2018 tentang Peta Jalan Pengendalian Inflasi 2019-2021; Surat
Menko Perekonomian Kepada Menteri Dalam Negeri Nomor: S-397/M.EKON/12/2018

54
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

tanggal 28 Desember 2018 tentang Peta Jalan Pengendalian Inflasi 2019-2021; Surat
Menko Perekonomian Kepada Menteri dan Pimpinan Lembaga Anggota TPIP, Nomor: S-
398/M.EKON/12/2018 tanggal 28 Desember 2018 tentang Peta Jalan Pengendalian Inflasi
2019-2021.
Ditetapkannya peta jalan Pengendalian inflasi nasional 2019-2021 pada tanggal 21
Desember 2018, sebagai tindak lanjut penetapan sasaran inflasi nasional berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 124/PMK.010/2017. Peta jalan ini akan dijadikan
salah satu acuan K/L dalam menyusun kebijakan pembangunan sektoral dan bagi TPID
untuk menyusun peta jalan pengendalian inflasi daerah.
Surat Menko Perekonomian Kepada Seluruh Ketua TPID Provinsi dan TPID Kabupaten/Kota
Nomor: S-317/M.EKON/12/2018 tanggal 22 Oktober tentang Penajaman tugas TPID.
Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kepada Pokja Pusat TPIP,
Pokja Daerah TPIP, Ketua TPID Provinsi, dan Ketua TPID Kabupaten/Kota Nomor: S-232/
D.I.M.EKON/ 08/2018 tanggal 9 Agustus 2018 tentang Penyampaian Hasil Rakornas
Pengendalian Inflasi Nasional Tahun 2018.
Dalam surat ini disampaikan arahan-arahan Presiden RI serta kesepatan yang dihasilkan
yang disampaikan kepada instansi terkait di tingkat pusat dan seluruh Tim Pengendalian
Inflasi Daerah (TPID) Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
Tercapainya sasaran inflasi tahun 2018 yang telah ditetapkan pemerintah berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 93/PMK.Oll/2014 yaitu sebesar 3,5±1% dan
tercapainya sasaran inflasi volatile food (VF) sebagaimana ditetapkan dalam High Level
Meeting Pengendalian Inflasi 22 Januari 2018 dan penegasan ulang komitmen menjaga
realisasi Inflasi 4-5% dalam HLM pada 24 Agustus 2018.
5. Rekomendasi Kebijakan Terkait Evaluasi Kinerja TPID
Latar Belakang
Dalam rangka mengukur efektivitas koordinasi pengendalian inflasi yang dilaksanakan TPID
serta mendukung evaluasi dan apresiasi TPID dilakukan evaluasi kinerja TPID setiap tahun
dimulai dari tahun 2012. Evaluasi tahun 2018 dilaksanakan atas program kerja TPID Provinsi
dan TPID Kabupaten/Kota tahun 2017. Dalam menghasilkan rekomendasi, Sekretariat
bekerjasama dengan Pokja Daerah melakukan serangkaian kegiatan untuk menilai aspek
proses/intensitas kegiatan, dan penilaian aspek outcome. Rekomendasi Penetapan pemenang
ditetapkan melalui keputusan bersama pejabat setingkat eselon I dari Kemenko Perekonomian,
Bank Indonesia, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian PPN/Bappenas. Hasil

55
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

rekomendasi dijadikan dasar pemberian penghargaan TPID terbaik/berprestasi yang


diberikan oleh Presiden dalam Rakornas.

Output/hasil koordinasi:
Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan kepada Dirjen Bina
Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri Nomor: S-73/ D.I.M.EKON/03/2018
tanggal 7 Maret 2018 tentang Evaluasi Kinerja TPID Tahun 2018.
Berita acara rapat pleno penentuan pemenang TPID Award 2017 Tim Pengendalian Inflasi
Pusat tanggal 16 Juli 2018.
Outcome Dampak yang diharapkan:
Semakin banyaknya TPID yang berpartisipasi dalam evaluasi penilaian kinerja.
Penyempurnaan penilaian kinerja TPID yang semakin berkualitas.
6. Rekomendasi Kebijakan terkait Terlaksananya Fungsi Kesekretariatan TPIP
Latar Belakang
Sekretariat TPIP sesuai dengan amanat Keppres Nomor: 23 tentang Tim Pengendalian Inflasi
Nasional berfungsi untuk mendukung Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan antar K/L
anggota TPIP dalam mencapai sasaran Inflasi yang ditetapkan. Disamping itu Sekretariat TPIP
juga berperan dalam pembinan daerah, dimana sebelum diterbitkannya Keppres, pembinaan
TPID dilakukan oleh Kelompok Kerja Nasional TPID (Pokjanas TPID) yang diketuai oleh Deputi
Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Kemenko Perekonomian. Setelah
diterbitkannya Keppres, maka terdapat penyesuaian tugas sesuai dengan fungsi kementerian
yang mana tugas pembinaan daerah dilakukan oleh Direktur Jenderal Bina Pembangunan
Daerah, Kementerian Dalam Negeri selaku ketua Kelompok Kerja (Pokja) Daerah TPIP. Dalam
rangka reposisi, Sekretariat TPIP tetap berperan bersama-sama Pokja Daerah dalam
pembinaan daerah.
Output/hasil koordinasi:
Terbentuknya 541 TPID yang terdiri dari 34 TPID Provinsi dan 507 TPID Kabupaten/Kota
dari total 542 daerah otonom di seluruh Indonesia.
Pada tahun 2018 terdapat penambahan 9 (sembilan) TPID baru yaitu 6 (enam) kabupaten
di Provinsi Papua Barat yakni Kab. Pegunungan Arfak, Kab. Sorong Selatan, Kab.
Manokwari Selatan, Kab. Maybrat, Kab. Teluk Bituni, dan Kab. Teluk Wondama; serta 3
(tiga) kabupaten di Provinsi Maluku Utara yakni Kab. Halmahera Tengah, Kab. Halmahera
Selatan, dan Kab. Halmahera Utara.

56
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Terbentuknya situs tpin.id yang menggantikan situs pokjanastpid.id.


Dengan diterbitkannya Keppres Nomor: 23 Tahun 2017, Pokjanas TPID dan TPI dilebur
dalam Tim Pengendalian Inflasi Nasional, maka diperlukan penyesuaian nama resmi dari
situs resmi tim pengendalian inflasi. Beberapa fitur yang mengalami pembaharuan
meliputi: operasionalisasi yang yang dilakukan secara bersama dengan pokja pusat dan
pokja daerah (share admin berjenjang); TPID provinsi mempunyai akses untuk memantau
laporan TPID kab/kota di wilayahnya sesuai dengan fungsinya sebagai pengawas dan
pembina (share admin berjenjang); Pengisian konten dilakukan bersama-sama dari pokja
pusat, pokja daerah maupun TPID; Dashboard untuk pemantauan pemanfaatan situs oleh
stakeholders.
Capacity Building TPID dan Klinik Konsultasi
Selama tahun 2018 telah dilakukan 20 kali capacity building TPID dan 73 kali konsultasi
TPID. Dengan kegiatan ini diharapkan dapat menjadi arahan bagi daerah yang masih
dalam fase building awareness, yaitu tahap awal membangun kesadaran pentingnya
koordinasi kebijakan untuk mendukung pengendalian inflasi di daerah, serta menjadi
sharing discussion bagi daerah yang telah masuk fase fostering commitment yaitu tahap
dimana koordinasi kebijakan pengendalian inflasi mulai menjadi concern bersama setiap
elemen dalam TPID.
Outcome/hasil yang diharapkan:
Terselengaranya fungsi kesekretariat dengan baik sesuai dengan tugasnya dalam Kepmenko
143/2017 yaitu pemeliharaan laman website resmi dan kompilasi laporan TPID (melalui
menu pelaporan dalam website tpin.id)
Terbentuknya TPID di seluruh daerah otonomom (542 TPID terdiri dari 34 TPID Provinsi
dan 508 TPID Kabupaten/Kota)
Terus bertambahnya jumlah daerah yang turut ber-gabung membentuk TPID
menunjukkan semakin besarnya kesadaran dan arti penting dari upaya menjaga stabilitas
harga bagi pembangunan ekonomi yang berkesinambungan di daerah. Kedepan
pembentukan TPID diarahkan tidak hanya sebagai bentuk kesadaran dan komitmen daerah
atas pengendalian inflasi, tetapi bagaimana agar upaya pengendalian inflasi telah
terintegrasi dalam rencana kerja seluruh institusi terkait, sehingga rekomendasi kebijakan
yang dihasilkan menjadi komitmen bersama dan bahkan rumusan kebijakan yang
dihasilkan sudah mengarah pada isu struktural.

57
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

SS 3
MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
DAN SEKTOR RIIL YANG OPTIMAL
Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Terwujudnya Koordinasi Sinkronisasi dan Jumlah Paket Rekomendasi Kebijakan Bidang
Pengendalian Kebijakan Perekonomian. Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan.
Capaian Kinerja Tahun 2018
1. Rekomendasi Kebijakan terkait Pengembangan Skema Pembiayaan Inovatif Untuk Percepatan
Pembangunan Infrastruktur Daerah
1). Pinjaman Daerah
Latar Belakang
Dalam rangka mempercepat pelaksanaan pinjaman daerah yang merupakan salah satu
inovasi pembiayaan bagi daerah dalam pembangunan khususnya infrastruktur,
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian bersama dengan Kementerian Dalam
Negeri dan Kementerian Keuangan telah melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman
Percepatan Pinjaman Daerah untuk Pembangunan Infrastruktur di Daerah yang
dilaksanakan pada tanggal 28 Desember 2017 di Jakarta yang dilanjutkan dengan
penandatanganan Perjanjian Kerja Sama pelaksanaan Percepatan Pelaksanaan Pinjaman
Daerah melalui PT. Sarana Multi Infrastruktur (Persero).
Output/Hasil koordinasi:
a. Dokumen Risk Management Protocol.
b. Rekomendasi atas usulan pinjaman daerah melalui Forum Pinjaman Daerah.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
a. Jumlah outstanding dan komitmen pinjaman daerah yang disalurkan PT. SMI (Persero)
mengalami peningkatan hampir dua kali lipat pasca penandatanganan Nota
Kesepahaman dan PKS Pinjaman Daerah. Pada bulan Desember 2017 jumlah
komitmen pinjaman yang disalurkan sebesar Rp.2,6 Triliun sedangkan pada bulan
Desember 2018 mencapai Rp.4,2 Triliun.

58
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

b. Penyelesaian offering letter (surat penawaran pinjaman) dapat diselesaikan kurang


dari 40 (empat puluh) hari setelah dokumen diterima lengkap (tersedianya analisis
kelayakan keuangan dan analisis kelayakan proyek).
c. Risiko pinjaman juga relatif minimal, dimana seluruh daerah yang mempunyai
kewajiban telah mengalokasikan dalam waktu dan jumlah kewajiban sesuai dengan
perjanjian pinjaman dalam Perubahan APBD-2018 maupun APBD 2019.
2). Obligasi Daerah
Latar Belakang
Ditengah keterbatasan APBN/D obligasi daerah merupakan salah satu alternatif
pembiayaan infrastruktur di daerah. Namun sampai dengan saat ini belum ada daerah
yang menerbitkan obligasi daerah. Oleh karena itu, Kemenko Perekonomian, Kementerian
Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, OJK, Bank Indonesia, Mandiri Sekuritas, World
Bank dan ADB bekerjasama mendorong piloting penerbitan obligasi daerah.
Terdapat 2 (dua) daerah yang berpotensi untuk menerbitkan obligasi daerah yaitu DKI
Jakarta dan Provinsi Jawa Tengah. Sejalan dengan hal tersebut, Gubernur Jawa Tengah
juga menyatakan komitmennya untuk menerbitkan obligasi sebagai creative financing di
daerah.
Untuk itulan, Kemenko telah melakukan koordinasi baik dalam memberikan rekomendasi
kebijakan dalam penyusunan peraturan perundang-undangan dalam rangka merelaksasi
aturan maupun koordinasi dengan donor untuk mendukung penerbitan obligasi daerah.
Output/Hasil koordinasi:
a. Koordinasi Dukungan Biaya Pendukung Profesi Pasar Modal sebagai Persiapan
Penerbitan Obligasi Daerah dengan ADB untuk Pemda Jawa Tengah dan DKI Jakarta
melalui TA SIAP.
b. Buku Pintar Obligasi Daerah.
c. PP No. 56 Tahun 2018 tentang Pinjaman Daerah.
d. Pelaksanaan sosialisasi penerbitan obligasi daerah kepada daerah-daerah yang
berpotensi menerbitkan obligasi daerah.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
a. Percepatan persiapan penerbitan obligasi daerah untuk Pemerintah Jawa Tengah.
b. Meningkatkan pemahaman daerah terhadap obligasi daerah.
2. Rekomendasi Kebijakan Analisis Sektoral dan Spasial (4 Laporan (Q4 2017, Q1-Q3 2018) + 2
Laporan (Perikanan dan Elektronik))
1). Analisis Pengembangan Industri Berorientasi Ekspor Prov Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah

59
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

dan Kepulauan Riau


Latar Belakang
Industri Baja memiliki nilai yang strategis untuk dikembangkan. Industri baja merupakan
bahan input bagi sub sektor lainnya, seperti industri otomotif/transportasi (8%) dan
infrastruktur/konstruksi (78%). Dengan pertumbuhan yang tinggi dikedua sektor tersebut,
permintaan domestic diperkirakan masih akan cukup tinggi. Permintaan domestik
diperkirakan tumbuh dengan rata-rata pertahun sebesar 6% dalam 5-7 tahun ke depan.
Beberapa tantangan yang dihadapi Industri Baja domestik, diantaranya:
1) Ketergantungan terhadap bahan baku impor, seperti bijih besi (pellet) maupun baja
mentah.
2) Industri baja juga masih menggunakan harga gas yang cukup tinggi.
3) Dari faktor eksternal, permasalahan terberat yang dihadapi industri ini adalah masuk
produk impor akibat kelebihan produksi baja internasional, khususnya dari Tiongkok
dan India.
Output/Hasil koordinasi:
Analisis Pengembangan Industri Berorientasi Ekspor yang secara global mengenai:
a. Gambaran analisis perkembangan industri logam (besi dan baja) di provinsi Banten.
b. Gambaran analisis perkembangan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di Jawa Barat
dan Jawa Tengah.
c. Gambaran analisis perkembangan industri elektronik di Jawa Barat dan Kepulauan
Riau.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
a. Identifikasi secara dini permasalahan industri yang berpotensi dapat dikembangkan
untuk menunjang perekonomian.
b. Upaya peningkatan potensi ekspor sektor industri Indonesia untuk perekonomian
nasional.
c. Pemetaan wilayah/provinsi yang berpotensi pengembangan sektor industri.
d. Rekomendasi kebijakan pengembangan industri unggulan jangka pendek dan jangka
panjang.
2). Analisis Pertumbuhan Ekonomi : Menjaga Momentum Pertumbuhan melalui Peningkatan
Ekspor dan Investasi di Provinsi Riau, Sumatera Utara, Maluku dan Jawa Tengah
Latar Belakang
Neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar USD 2,83 miliar, pertama kali
sejak tahun 2015, disebabkan oleh peningkatan impor minyak dan produk minyak dan

60
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

penurunan surplus di beberapa komoditas non migas seperti minyak nabati/hewani, karet
dan produk dari karet. Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah dalam mendorong
peningkatan ekspor maupun peningkatan investasi untuk menjaga momentum
pertumbuhan. Dalam upaya mendorong ekspor beberapa komoditas yang dapat
ditingkatkan antara lain:
a. Industri Kelapa Sawit, dengan melakukan relaksasi terhadap bea keluar serta
menyelesaikan beberapa isu yaitu penurunan produktivitas melalui program replanting
Kelapa Sawit, legalisasi lahan kelapa sawit dengan mengoptimalkan koordinasi tim
lintas sektor yang mengacu pada MoU dan PKS Pemberdayaan SHAT.
b. Sektor perikanan, dengan meningkatkan sinergi antara program pembiayaan KUR
Khusus Perikanan dan Program Pembiayaan Ekspor National Interest Account (NIA)
oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dan Kementerian Keuangan. Dalam
6 bulan kedepan diharapkan sektor perikanan dapat menjadi salah satu sektor yang
dapat disupport program NIA, mengidentifikasi perusahaan sektor perikanan yang
beroperasi di bawah kapasitas produksi maksimalnya. Sisa kapasitas produksi tersebut
diharapkan dapat digunakan untuk mendorong ekspor dalam jangka pendek.
Output/Hasil koordinasi:
Laporan Analisis Pertumbuhan melalui Peningkatan Ekspor dan Investasi yang difokuskan
pada provinsi:
1) Riau dan Sumatera Utara dikaji melalui analisis industri kelapa sawit.
2) Maluku dikaji melalui analisis sektor perikanan.
3) Jawa tengah dikaji melalui analisis inovasi pembiayaan infrastruktur.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
a. Meningkatkan peran perekonomian wilayah Timur Indonesia terhadap perekonomian
Nasional.
b. Dalam rangka meningkatkan investasi, peran aktif daerah perlu ditingkatkan. Inovasi
dalam instrument pembiayaan infrastruktur khususnya yang berasal dari pasar modal
perlu terus didorong.
c. Hal lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan investasi adalah perbaikan tata
kelola keuangan daerah yang lebih baik, melalui pemanfaatan e-government.
3). Analisis Pertumbuhan Ekonomi Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Yang Inklusif Melalui
Sektor Pertanian di Provinsi Sulawesi Seatan dan sektor unggulan di Provinsi Sumatera
Utara
Latar Belakang

61
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Di tengah tingginya ketidakpastian ekonomi global, ekonomi Indonesia pada Triwulan II-
2018 masih meningkat dengan pertumbuhan sebesar 5,27% (yoy). Dari sisi pengeluaran,
kinerja pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan di seluruh sektor kecuali sektor
PMTB akibat telah selesainya sebagian besar proyek infrastruktur.
Di kuartal kedua ini topik analisis secara khusus memilih sektor pertanian sebagai topik
utama, dengan beberapa pertimbangan:
a. Di triwulan II-2018, sektor pertanian tumbuh cukup baik didorong oleh pertumbuhan
pada subsektor tanaman pangan serta hortikultura.
b. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDB cukup tinggi, yaitu sebesar 13,6%.
c. Sektor pertanian menyerap 30% dari total pekerja.
d. Mayoritas penduduk miskin bekerja di sektor pertanian, khususnya sub sektor tanaman
pangan, yaitu sebesar 45,8%.
Secara regional, Provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan merupakan salah satu
penopang pertumbuhan ekonomi sektor pertanian. Pada kuartal kedua masing-masing
tumbuh sebesar 5,02% dan 7,52% lebih tinggi dari pertumbuhan sektor pertanian secara
nasional yaitu sebesar 4,7%. Sementara, Jawa Barat dan Jawa Timur menunjukkan kinerja
yang negatif masing-masing sebesar -0,31% dan -3,84%.
Output/Hasil koordinasi:
Laporan Analisis Sektor Pertanian meliputi:
1) Gambaran analisis di provinsi Sumatera Utara mengenai sektor unggulan dan potensial
seperti CPO dan produk kimia.
2) Gambaran analisis si provinsi Sulawesi Selatan mengenai perkembangan sektor
pertanian.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
1) Identifikasi secara dini permasalahan sektor pertanian.
2) Bagi petani yang memiliki sumber daya yang memadai: peningkatan akses terhadap
sumberdaya keuangan, peningkatan akses terhadap pengetahuan dan pemasaran.
3) Bagi petani dengan sumberdaya terbatas: hilirisasi produksi pertanian dan pemasaran
berbasis kawasan dan kesesuaian dengan keunggulan lokal.
4) Analisis Pertumbuhan Ekonomi: Pembangunan Infrastruktur sebagai Akselerator
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi D.I. Yogyakarta, Sulawesi Selatan dan Maluku Utara
Latar Belakang
Di tengah tingginya ketidakpastian ekonomi global, ekonomi Indonesia pada Triwulan III-
2018 masih solid dengan pertumbuhan sebesar 5,17% (yoy).

62
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Pertumbuhan tersebut didorong oleh signifikannya pertumbuhan PMTB dari sisi


pengeluaran dan sektor konstruksi dari sisi lapangan usaha.
Sebagai akselerator pertumbuhan, sektor konstruksi merupakan sektor yang memiliki
keterkaitan yang cukup tinggi terhadap sektor lainnya seperti, pengadaan Listrik Gas dan
Air (LGA), Pertambangan, Real Estat dan sebagainya. Sehingga sektor ini sangat penting
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih akseleratif baik secara nasional
maupun regional.
Pemerintah melakukan upaya percepatan proyek-proyek yang dianggap strategis dan
memiliki urgensi tinggi untuk dapat direalisasikan dalam kurun waktu yang singkat. Tiga
daerah yang dianggap mampu memberikan kontribusi besar dalam sektor konstruksi
melaui pembangunan infrastruktur diantaranya:
 Rencana PSN DIY yang ditujukan untuk meningkatkan konektivitas antar daerah.
 Beberapa Proyek Strategis Nasional (PSN) di Sulawesi Selatan diarahkan untuk
meningkatkan produktivitas sektor pertanian dan pertambangan.
 PSN dan Pembangunan Infrastruktur di Maluku Utara yang difokuskan pada
pariwisata dan pengolahan hasil tambang.
Output/Hasil koordinasi:
Laporan Analisis Sektor Konstruksi dan karakterstiknya yang meliputi provinsi D.I.
Yogyakarta, Sulawesi Selatan dan Maluku Utara.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
a. Meninjau peran pemerintah dalam mengakselerasi sektor konstruksi melalui berbagai
upaya seperti pembangunan proyek-proyek infrastruktur /PSN
b. Melihat dampak pembangunan infrastruktur terhadap perekonomian melalui analisis
tabel input output
c. Mengidentifkasi beberapa tantangan kinerja sektor konstruksi, terutama dari sisi
ketenagakerjaan.
d. Rekomendasi kebijakan pengembangan sektor konstruksi melalui kebijakan kemudahan
investasi dan kebijakan vokasional.
5). Analisis Potensi Sektor Perikanan dalam Mendorong Peningkatan Ekspor yang berpotensi
di Wilayah Timur seperti Sulawesi Selatan, Maluku dan Papua Barat
Latar Belakang
Neraca perdagangan Indonesia pada Kuartal I-2018 menunjukkan angka defisit, Ini
merupakan defisit pertama sejak tahun 2015. Faktor ini, merupakan salah satu
kontributor depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar. Peningkatan ekspor dapat

63
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

menjadi salah satu alternatif untuk dapat mengurangi defisit neraca perdagangan
Indonesia. Salah satu sektor yang dapat didorong untuk meningkatkan ekspor adalah
sektor perikanan.
Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), potensi produksi
perikanan Indonesia diprediksi akan terus meningkat dengan nilai rata-rata pertumbuhan
sebesar 9,60%. Pangsa pasar utama produk perikanan telah mencapai titik jenuh seperti
Amerika Serikat dan China. Sehingga perlu dilakukan perluasan pasar non-tradisional ke
negara-negara tujuan ekspor antara lain Spanyol, Arab Saudi, Singapura, Vietnam, dan
Thailand.
Secara garis besar hambatan dan tantangan pada sektor perikanan adalah kapasitas dan
kapal nelayan lokal yang masih kurang memadai, sarana prasarana penunjang yang
minim dan belum ada jaminan untuk akses permodalan bagi nelayan.
Pemerintah telah memberikan bantuan berupa KUR Khusus Perikanan untuk membantu
pembiayaan permodalan nelayan sehingga dapat meningkatkan produksi. Untuk
mendukung perluasan pasar negara-negara tujuan ekspor non-tradisional diperlukan
dukungan pemerintah salah satunya melalui pembiayaan ekspor.
Pemberian dukungan ini, diharapkan dapat mendorong perekonomian sebesar 1,45
sampai 2,60 kali lipat dari nilai dukungan yang diberikan. Sektor perikanan juga
merupakan penggerak pertumbuhan ekonomi di Kawasan Timur Indonesia, pemberian
dukungan terhadap sektor perikanan merupakan wujud keberpihakan pemerintah
terhadap pembangunan Kawasan Timur Indonesia.
Output/Hasil koordinasi:
Laporan Analisis Sektoral Perikanan dalam rangka meningkatan sektor di Kawasan Timur
Indonesia dengan potensi di provinsi Sulawesi Selatan, Maluku dan Papua Barat.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
a. Identifikasi secara dini permasalahan sektor perikanan
b. Meningkatkan peran perekonomian wilayah Timur Indonesia terhadap perekonomian
Nasional.
c. Pemetaan wilayah/provinsi yang berpotensi pengembangan sektor perikanan
khususnya di provinsi penghasil perikanan.
d. Rekomendasi kebijakan pengembangan sektor perikanan
6). Analisis Industri Elektronik
Latar Belakang
Indonesia sedang mengalami defisit transaksi berjalan, salah satunya disebabkan oleh

64
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

melabarnya defisit neraca perdagangan barang. Ekspor non migas mengalami


pertumbuhan yang melambat karena adanya fenomena perang dagang antara Amerika
Serikat dan China yang berimbas kepada perekonomian global.
Industri manufaktur merupakan salah satu sektor yang berkontribusi terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional. Data Kementerian Perindustrian menunjukkan tahun ini
terdapat tujuh sektor unggulan manufaktur salah satunya industri elektronik. Ekspor
industri elektronik Nasional sebesar 60% berasal dari Jawa Barat dan Industri elektronik
Jawa Barat memberikan kontribusi output dan nilai tambah lebih dari 70% terhadap
industri elektronika nasional, sehingga nilai complexity dan Revealed Comparative
Advantage (RCA) menunjukkan bahwa produk industri elektronik memiliki potensi untuk
dikembangkan.
Output/Hasil koordinasi:
Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Industri Elektronik di Jawa Barat.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
Berdasarkan hasil analisis, dihasilkan rekomendasi sebagai berikut:
1) Bagi pemerintah pusat, di antaranya:
 Mendorong pembangunan kawasan industri dan/atau kawasan berikat di beberapa
cluster yang potensial.
 Memberikan skema insentif pajak untuk mendorong penciptaan nilai tambah,
inovasi dan R&D.
2) Bagi pemerintah daerah, di antaranya:
1) Perlu dikembangkan enam sub sektor di Jawa Barat dari total 19 sub sektor yang
berdasarkan analisis ini, sebagai berikut:
a) Industri tabung elektron dan konektor elektronika yang dapat dikembangkan di
Kab. Bekasi dan Kota Depok.
b) Industri televisi dan/atau perakitan televisi yang dapat dikembangkan di Kab.
Bekasi dan Kab. Karawang.
c) Industri peralatan telepon dan faksimili yang dapat dikembangkan di Kab. Bekasi
d) Industri peralatan fotografi yang dapat dikembangkan di Kota Bogor dan Kab.
Purwakarta.
e) Industri semi konduktor dan komponen elektronika lainnya yang dapat
dikembangkan di Kab. Karawang dan Kab. Sukabumi.
f) Industri komputer dan/atau perakitan komputer yang dapat dikembangkan di
Kab. Karawang dan Kab. Bekasi.

65
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

2) Berdasarkan analisis regresi menggunakan panel data, secara empirik keberadaan


kawasan industri menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja ekspor
industri elektronik di kabupaten/kota. Dari analisis yang kami lakukan beberapa
cluster-cluster yang telah diidentifikasi, antara lain Kab. Depok dan Kab. Sukabumi
belum memiliki kawasan industri.
3) Mempermudah perijinan di daerah termasuk memfasilitasi lahan yang terjangkau
untuk pembangunan kawasan industri.
4) Kajian ini dapat menjadi dasar bagi pemerintah daerah dalam penyusunan Rencana
Pembangunan Industri Provinsi (RPIP) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD).
SS 4
MENDUKUNG STABILITASI SEKTOR KEUANGAN

Sasaran Strategis Indikator Kinerja


Terwujudnya Koordinasi Sinkronisasi dan Jumlah Paket Rekomendasi Kebijakan Bidang
Pengendalian Kebijakan Perekonomian. Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan.
1. Rekomendasi Kebijakan terkait Perubahan atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM tentang Pedoman
Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Latar Belakang
Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program prioritas dalam mendukung
kebijakan pemberian kredit/pembiayaan kepada sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Pada tahun 2018, Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi UMKM telah menetapkan target
penyaluran KUR di sektor produksi sebesar minimal 50% dari total penyaluran. Target
tersebut merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mendukung kebijakan ketahanan
pangan dan hilirisasi industri pada sektor UMKM.
KUR disalurkan pada usaha mikro, kecil, dan menengah si seluruh sektor ekonomi yang
memiliki usaha produktif dan layak serta tidak memiliki agunan tambahan atau agunan
tambahan tidak cukup. Adapun tujuan KUR adalah meningkatkan dan memperluas akses
pembiayaan kepada usaha produktif; meningkatkan kapasitas daya saing usaha mikro, kecil
dan menengah; mendorong pertumbuhan ekonomi, dan penyerapan tenaga kerja.
Dalam rangka optimalisasi penyaluran KUR di sektor produksi serta dalam rangka
mengakomodir kebutuhan pembiayaan bagi petani, peternak, dan nelayan maka pemerintah
mengeluarkan kebijakan untuk menambah cakupan plafon KUR Khusus. KUR Khusus

66
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

merupakan KUR diberikan kepada kelompok yang dikelola secara bersama dalam bentuk
klaster dengan menggunakan mitra usaha untuk komoditas perkebunan rakyat dan
peternakan rakyat serta perikanan rakyat dengan plafon sampai dengan Rp500 juta per
individu. Disamping itu, ditetapkan pula skema KUR Pariwisata yang menjadi salah satu sektor
prioritas dan dimasukkan menjadi sektor produksi.

Capaian Output/Hasil Koordinasi:


Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan
Pembiayaan bagi UMKM Nomor: 8 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM
Nomor: 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang
ditetapkan tanggal 31 Oktober 2018.
OutCome/Dampak yang diharapkan:
1) Meningkatkan dan memperluas penyaluran kepada usaha produktif.
2) Meningkatkan kapasitas daya saing UMKM.
3) Mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.
2. Rekomendasi Kebijakan tentang Plafon KUR dan Penyaluran KUR 2018
Latar Belakang
Penyaluran KUR tahun 2018 mencapai Rp.120,4 triliun (100,33% dari target tahun 2018
sebesar Rp.120 triliun). Penyaluran KUR masih didominasi untuk skema KUR Mikro (65,6%)
diikuti dengan skema KUR Kecil (34.1%) dan KUR TKI (0,3%). Pada tahun 2018, penyaluran
KUR didominasi di Pulau Jawa, dengan porsi penyaluran sebesar 55%, diikuti dengan
Sumatera 19,4% dan Sulawesi 11.1%. Pada tahun 2018 tercatat porsi penyaluran KUR sektor
produksi (pertanian, perikanan, industri, konstruksi, dan jasa - jasa) sebesar 46,8%. Hal ini
menunjukan bahwa penyaluran di sektor produksi masih relatif rendah sehingga kurang
berdampak terhadap peningkatan produksi barang dan jasa. Dalam rangka meningkatkan
penyaluran KUR di sektor Produksi pada tahun 2018, Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi
UMKM telah menetapkan target penyaluran KUR di sektor produksi sebesar minimal 50% dari
total penyaluran. Target tersebut merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mendukung
kebijakan ketahanan pangan dan hilirisasi industri pada sektor UMKM.
Capaian Output/Hasil Koordinasi:
Surat Komite Kebijakan Nomor S-281/D.I.M.EKON/12/2017 tentang Plafon KUR dan
Penyaluran KUR 2018, meliputi:

67
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

a. S-61/D.IM.EKON/02/2018 perihal Perubahan Alokasi Plafon KUR 2018 tanggal 28


Februari 2018 (BPD Kaltim Kaltara).
b. S-109/D.I.M.EKON/04/2018 tanggal 11 April 2018 perihal Perubahan Alokasi Plafon
KUR 2018 (BRI Syariah).
c. S-110/D.I.M.EKON/4/2018 tanggal 11 April 2018 perihal Plafon KUR BPD Bali Tahun
2018
d. S-234/D.I.M.EKON/08/2018 tanggal 24 Agustus 2018 perihal Plafon KUR Bank Mandiri
Tahun 2018.
e. S-235/D.I.M.EKON/08/2018 tanggal 24 Agustus 2018 perihal Perubahan Plafon KUR
BNI Tahun 2018.
f. S-241/D.I.M.EKON/8/2018 tanggal 24 Agustus 2018 perihal Plafon KUR BPD
Sumselbabel Tahun 2018.
g. S-249/D.I.M.EKON/12/2018 tanggal 28 September 2018 perihal Plafon KUR Bank
Mandiri Tahun 2018.
h. S-253/D.I.M.EKON/9/2018 tanggal 28 September 2018 perihal Plafon KUR BRISyariah
Tahun 2018.
i. S-254/D.I.MEKON/9/2018 tanggal 28 September 2018 perihal Plafon KUR BPD DIY
Tahun 2018
j. S-260/D.I.M.EKON/10/2018 tanggal 8 Oktober 2018 perihal Tanggapan atas Usulan
Penambahan Plafon KUR Bank Sumsel Babel Tahun 2018.
k. S-261/D.I.M.EKON/10/2018 tanggal 16 Oktober 2018 perihal Plafon KUR Bank Papua
Tahun 2018.
l. S-265/DI.M.EKON/10/2018 tanggal 25 Oktober 2018 perihal Perubahan Plafon KUR
Bank Nagari Tahun 2018.
m. S-266/D.I.M.EKON/10/2018 tanggal 25 Oktober 2018 perihal Perubahan Plafon KUR
BNI Tahun 2018.
n. S-278/D.I.M.EKON/10/2018 tanggal 29 Oktober 2018 perihal Perubahan Plafon KUR
BPD Kaltim Kaltara Tahun 2018.
o. S-279/D.I.M.EKON/11/2018 tanggal 9 November 2018 perihal Perubahan Plafon KUR
BRI Tahun 2018.
p. S-295/D.I.M.EKON/11/2018 tanggal 30 November 2018 perihal Perubahan Plafon KUR
BPD Kaltim Kaltara Tahun 2018.
q. S-303/D.I.M.EKON/12/2018 tanggal 20 Desember 2018 perihal Perubahan Alokasi
Plafon KUR Bank Kalsel Th. 2018.

68
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

r. S-304/D.I.M.EKON/12/2018 tanggal 21 Desember 2018 perihal Perubahan Alokasi


Plafon KUR 2018.
s. S-307/D.I.M.EKON/12/2018 tanggal 26 Desember 2018 perihal Perubahan Alokasi
Plafon KUR Bank Mandiri Tahun 2018.

Selama tahun 2018 Sekretariat Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM telah
mengeluarkan surat perubahan plafon penyaluran KUR tahun 2018 baik surat perubahan
alokasi maupun penambahan plafon kepada 10 Penyalur KUR.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
1) Tercapainya penyaluran KUR pada sektor Produksi sebesar 50%.
2) Meningkatnya produktivitas barang dan jasa di sektor produksi khususnya sektor
pertanian.
3) Mendorong ketahanan pangan dan hilirisasi industri.
4) Meningkatkan dan memperluas penyaluran kepada usaha produktif.
5) Meningkatkan kapasitas daya saing UMKM.
6) Tercapainya target penyaluran KUR tahun 2018.
3. Rekomendasi Kebijakan terkait Laporan Penyusunan Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia.
Latar Belakang
Menindaklanjuti Rapat Pleno Dewan Pengarah Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS)
dengan Presiden pada Tanggal 5 Februari 2018 di Istana Negara, telah disusun Masterplan
Ekonomi Syariah Indonesia dalam rangka pengembangan ekonomi dan keuangan syariah
yang komprehensif dan terintegrasi antar K/L anggota KNKS, yang juga tersinergi dengan
setiap stakeholder syariah terkait. Indonesia saat ini merupakan konsumen terbesar untuk
produk halal dunia. Dengan jumlah penduduk muslim mencapai 87,18% dari total
penduduknya (232,5 juta jiwa), total konsumsi penduduk muslim Indonesia ialah sejumlah
US$ 219,1 miliar, atau mencapai 37,65% dari total konsumsi penduduk Indonesia sejumlah
US$ 581,9 miliar.
Penyusunan Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia tersebut dilakukan oleh PT Zahir Sharia
Indonesia (selaku pihak ke-3 yang ditunjuk oleh Sekretariat KNKS), dan Masterplan Ekonomi
Syariah Indonesia tersebut direncanakan untuk dapat diluncurkan pada saat pembukaan
pelaksanaan Indonesia Shari’a Economic Festival (ISEF) 2018 di Surabaya pada Tanggal 11
Desember 2018 oleh Presiden selaku Ketua KNKS. Penyusunan Masterplan Ekonomi Syariah
Indonesia tersebut dilakukan oleh PT Zahir Sharia Indonesia (selaku pihak ke-3 yang ditunjuk
oleh Sekretariat KNKS), dan Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia tersebut direncanakan

69
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

untuk dapat diluncurkan pada saat pembukaan pelaksanaan Indonesia Shari’a Economic
Festival (ISEF) 2018 di Surabaya pada Tanggal 11 Desember 2018 oleh Presiden selaku Ketua
KNKS.
Capaian Output/Hasil Koordinasi:
Nota Dinas Deputi kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor:
ND/167/D.I.M.EKON/11/2018 Perihal Laporan Penyusunan Masterplan Ekonomi Syariah
Indonesia.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
Framework Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia sebagaimana sementara diusulkan oleh PT
Zahir Sharia Indonesia meliputi:
a. Tujuan : menjadikan Indonesia yang mandiri, makmur, madani, dengan menjadi Pusat
Ekonomi Syariah terkemuka dunia.
b. Target capaian : 1) Peningkatan Skala Usaha Ekonomi Syariah; 2) Peningkatan Kemandirian
Ekonomi; 3) Peningkatan Kesejahteraan; serta 4) Peningkatan Peringkat Global Islamic
Index.
c. Strategi utama : 1) Membangun Halal Value Chain; 2) Memperkuat Keuangan Syariah; 3)
Memberdayakan Zakat, Infaq, Sadaqoh dan Keuangan Sosial; 4) Memperkuat SDM dan
Research & Development; serta 5) Meningkatkan Sosialisasi dan Edukasi kepada
masyarakat.
4. Rekomendasi terkait Penyampaian Informasi Mengenai KUR Syariah
Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan peranan pembiayaan syariah pada pembangunan industri halal
di Indonesia, Kredit Usaha Rakyat (KUR) Syariah dapat menjadi alternatif pembiayaan
berbasiskan syariah kepada pelaku usaha industri halal di Indonesia. KUR Syariah ialah
pembiayaan dengan akad murabahah untuk modal kerja dan/atau investasi kepada debitur
individu/perorangan, badan usaha dan/atau kelompok usaha yang produktif dan layak
namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan tambahan belum cukup. KUR Syariah
ialah melalui mekanisme subsidi marjin yang merupakan selisih antara marjin yang diterima
penyalur KUR dengan tingkat marjin yang dibebankan kepada penerima KUR. Hingga saat ini
yang menjadi penyalur KUR Syariah baru mencakup BRI Syariah dan Bank NTB Syariah,
sehingga masih terdapat ruang bagi penyalur yang berminat menjadi penyalur KUR Syariah.
Ketentuan untuk menjadi penyalur KUR Syariah tercantum pada Permenko Nomor: 11 Tahun
2017 tentang Pedoman Pelaksanaan KUR.
Capaian Output/Hasil Koordinasi:

70
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Surat Deputi kepada Ketua Asosiasi Bank Syariah Indonesia (ASBISINDO) Nomor: S-
275/D.I.M.EKON/11/2018 perihal Penyampaian Informasi Mengenai KUR Syariah.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
Penyampaian informasi mengenai KUR Syariah kepada Ketua Asosiasi Bank Syariah Indonesia
(ASBISINDO) bertujuan untuk:
1) Penyampaian informasi dan peningkatan pemahaman mengenai ketentuan menjadi
penyalur KUR Syariah.
2) Peningkatan jumlah penyalur KUR Syariah dari anggota ASBISINDO baik dari Bank
Syariah, Unit Usaha Syariah (UUS), serta Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
5. Rekomendasi terkait Evaluasi Pelaksanaan KUR dalam rangka Rekomendasi Pengendalian
Pelaksanaan Kebijakan Penyaluran KUR melalui Monitoring dan Evaluasi Kepada Penyalur
yang NPL di atas 5%.
Latar Belakang
Tingkat keberhasilan pelaksanaan KUR dinilai dari indikator jumlah plafon KUR yang
disalurkan, tingkat kredit/pembiayaan bermasalah (Non Performing Loan/ NPL atau Non
Performing Financing/NPF), jumlah debitur yang menerima KUR, dan jumlah debitur berhasil
mengalami graduasi. Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
dapat menghentikan penyaluran KUR dalam hal Penyalur KUR memiliki tingkat
kredit/pembiayaan bermasalah (Non Performing Loan/NPL) di atas 5% (lima persen) selama 6
(enam) bulan secara berturut-turut.
Berdasarkan Permenko Nomor: 11 Tahun 2017 sebagaimana diubah dalam Permenko Nomor
8 Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan KUR, Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah dapat memberikan teguran tertulis kepada Penyalur KUR yang
NPLnya melebihi 5%. Apabila teguran tertulis tersebut tidak ditindaklanjuti dalam waktu 2
(dua) bulan, Komite Kebijakan Pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dapat
menghentikan kepesertaan Penyalur KUR. Penghentian penyaluran KUR disampaikan secara
tertulis kepada Penyalur KUR dengan tembusan kepada Otoritas Jasa Keuangan. Komite
Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dapat memberikan
persetujuan kembali kepada Penyalur KUR untuk menyalurkan KUR yang dihentikan dalam
hal tingkat.
Kredit/pembiayaan bermasalah (Non Performing Loan/NPL) penyalur KUR telah menurun
menjadi di bawah 5% (lima persen) selama 3 (tiga) bulan berturut-turut dan mendapatkan
rekomendasi dari Otoritas Jasa Keuangan.
Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM telah melakukan monitoring on desk secara

71
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

berkala terhadap tingkat NPL KUR masing – masing Penyalur KUR. Berdasarkan monitoring
tersebut maka Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan selaku Sekretaris
Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM telah mengeluarkan surat evaluasi tingkat NPL
KUR kepada 6 Penyalur KUR.
Capaian Output/Hasil Koordinasi:
Surat Deputi Nomor: S-163/D.I.M.EKON/07/2018 - S-306/D.I.M.EKON/12/2018 tentang
Evaluasi Pelaksanaan KUR dalam rangka Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan
Penyaluran KUR melalui Monitoring dan Evaluasi Kepada Penyalur yang NPL di atas 5%.
1) S-163/D.I.M.EKON/07/2018 tanggal 2 Juli 2018.
2) S-291/D.I.M.EKON/11/2018 tanggal 30 November 2018.
3) S-292/D.I.M.EKON/11/2018 tanggal 30 November 2018.
4) S-293/D.I.M.EKON/11/2018 tanggal 30 November 2018.
5) S-294/D.I.M.EKON/11/2018 tanggal 30 November 2018.
6) S-306/D.I.M.EKON/12/2018 tanggal 26 Desember 2018.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
Dengan adanya rekomendasi pelaksananaan pembiayaan kredit usaha rakyat tersebut dapat
digunakan sebagai pedoman oleh bank penyalur untuk mencapai dan menetapkan:
2) Tingkat nonperforming loan (NPL) bank penyalur yang rendah.
3) Meningkatkan prinsip kehati-hatian bagi bank penyalur.
6. Rekomendasi terkait Evaluasi Penyaluran KUR Sektor Produksi Semester I Tahun 2018 dalam
rangka Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Penyaluran KUR melalui Monitoring dan
Evaluasi Penyaluran KUR yang Belum Mencapai Porsi Penyaluran KUR di Sektor Produksi
Sebesar Minimum 50%.
Latar Belakang
Perkembangan kinerja KUR dari tahun ke tahun, semula porsi penyaluran KUR untuk sektor
non produksi cukup besar. Pada awal tahun 2018 Komite Kebijakan telah menetapkan target
penyaluran KUR untuk sektor produksi minimum mencapai 50%. Target tersebut merupakan
salah satu upaya pemerintah dalam mendukung kebijakan ketahanan pangan dan hilirisasi
industri pada sektor UMKM.
Dalam Permenko 11 Tahun 2017 sebagaimana diubah dalam Permenko 8 Tahun 2018
tentang Pedoman Pelaksanaan KUR Pasal 14 ayat (2) disampaikan bahwa Penyalur KUR wajib
memenuhi porsi penyaluran KUR Sektor Produksi paling sedikit mencapai target porsi
penyaluran yang ditetapkan oleh Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM. Sektor produksi
yang dimaksud dalam penyaluran KUR adalah Sektor Produksi yaitu sektor yang menambah

72
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

jumlah barang dan/atau jasa di sektor pertanian, perburuan dan kehutanan, sektor kelautan
dan perikanan, sektor industri pengolahan, sektor konstruksi, sektor pertambangan garam
rakyat, sektor pariwisata, sektor jasa produksi, serta sektor produksi lainnya. Berdasarkan hal
tersebut, komite kebijakan perlu melakukan monitoring dan evaluasi penyaluran pada sektor
produksi kepada penyalur KUR yang masih rendah penyalurannnya.
Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM telah melakukan monitoring on desk secara
berkala terhadap tingkat NPL KUR masing-masing Penyalur KUR. Berdasarkan monitoring
tersebut maka Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan selaku Sekretaris
Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM telah mengeluarkan Surat Evaluasi Penyaluran
KUR Sektor Produksi Semester I Tahun 2018.
Kinerja penyaluran KUR di sektor produksi tersebut juga menjadi salah satu unsur dalam
perhitungan plafon KUR di tahun 2019 bagi masing- masing Penyalur KUR. Komite Kebijakan
Pembiayaan bagi UMKM dalam Rapat Koordinasi tanggal 27 Desember 2018 telah
memutuskan mekanisme penalti plafon KUR bagi Penyalur KUR yang tidak mencapai target
penyaluran KUR di sektor produksi.
Capaian Output/Hasil Koordinasi:
Surat Deputi Nomor tentang Evaluasi Penyaluran KUR Sektor Produksi Semester I Tahun 2018
dalam rangka Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Penyaluran KUR melalui
Monitoring dan Evaluasi Penyaluran KUR yang Belum Mencapai Porsi Penyaluran KUR di
Sektor Produksi Sebesar Minimum 50%, meliputi:
1) S-200/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Penyaluran KUR Sektor Produksi Semester
I Tahun 2018 PT. BRI (Persero) Tbk tanggal 16 Juli 2018.
2) S-201/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Penyaluran KUR Sektor Produksi Semester
I Tahun 2018 PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk tanggal 16 Juli 2018.
3) S-202/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Penyaluran KUR Sektor Produksi Semester
I Tahun 2018 PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk tanggal 16 Juli 2018.
4) S-203/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Penyaluran KUR Sektor Produksi Semester
I Tahun 2018 PT. BCA (Persero) Tbk tanggal 16 Juli 2018.
5) S-204/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Penyaluran KUR Sektor Produksi Semester
I Tahun 2018 PT. Bank Bukopin (Persero) Tbk tanggal 16 Juli 2018.
6) S-205/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Penyaluran KUR Sektor Produksi Semester
I Tahun 2018 PT. Bank Maybank Indonesia Tbk tanggal 16 Juli 2018.
7) S-206/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Penyaluran KUR Sektor Produksi Semester
I Tahun 2018 PT. Bank Sinarmas Tbk tanggal 16 Juli 2018.

73
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

8) S-207/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Penyaluran KUR Sektor Produksi Semester


I Tahun 2018 PT. Bank Permata Tbk tanggal 16 Juli 2018.
9) S-208/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Penyaluran KUR Sektor Produksi Semester
I Tahun 2018 PT. Bank OCBC NISP Tbk tanggal 16 Juli 2018.
10) S-209/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Penyaluran KUR Sektor Produksi Semester
I Tahun 2018 PT. BRI Syariah Tbk tanggal 16 Juli 2018.
11) S-210/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Penyaluran KUR Sektor Produksi Semester
I Tahun 2018 PT. Bank Pembangunan Daerah Bali tanggal 16 Juli 2018.
12) S-211/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Penyaluran KUR Sektor Produksi Semester
I Tahun 2018 PT. Bank Pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta tanggal 16 Juli 2018
tanggal 16 Juli 2018.
13) S-212/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Penyaluran KUR Sektor Produksi Semester
I Tahun 2018 PT. Bank Pembangunan Daerah Bengkulu tanggal 16 Juli 2018 tanggal 16
Juli 2018.
14) S-213/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Penyaluran KUR Sektor Produksi Semester
I Tahun 2018 PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara tanggal 16 Juli 2018
tanggal 16 Juli 2018.
15) S-214/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Penyaluran KUR Sektor Produksi Semester
I Tahun 2018 PT. Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Tengah tanggal 16 Juli 2018.
16) S-215/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Penyaluran KUR Sektor Produksi Semester
I Tahun 2018 PT. Bank Jateng tanggal 16 Juli 2018.
17) S-216/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Penyaluran KUR Sektor Produksi Semester
I Tahun 2018 PT. Adira Dinamika Multi Finance Tbk tanggal 16 Juli 2018.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
Monitoring dan evaluasi penyaluran KUR sektor produksi tersebut digunakan bank penyalur
sebagai alat ukur penyaluran pagu kredit KUR.
1) Tercapainya penyaluran KUR pada sektor Produksi sebesar 50%.
2) Meningkatnya produktivitas barang dan jasa di produksi khususnya sektor pertanian.
3) Mendorong ketahanan pangan dan hilirisasi industri.
7. Rekomendasi terkait Evaluasi Pelaksanaan KUR Skema IJP dalam rangka Rekomendasi
Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Penyaluran KUR melalui Monitoring dan Evaluasi
Penyaluran KUR dibawah 50% dari Target Penyaluran KUR
Latar Belakang
Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi UMKM memiliki tugas untuk memonitoring pelaksanaan

74
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

penyaluran KUR baik skema subsidi maupun skema imbal jasa penjaminan (IJP). KUR skema
IJP dilaksanakan pemerintah pada periode tahun 2007 sd 2014 sehingga masih terdapat
outstanding penyaluran yang tersisa hingga tahun 2017. Dengan demikian pemerintah masih
membayar premi IJP kepada perusahaan penjamin KUR skema IJP dengan menggunakan
anggaran di tahun 2017.
Tingkat keberhasilan pelaksanaan KUR dinilai dari indikator jumlah plafon KUR yang
disalurkan, tingkat kredit/pembiayaan bermasalah (Non Performing Loan/NPL atau Non
Performing Financing/NPF), jumlah debitur yang menerima KUR, dan jumlah debitur berhasil
mengalami graduasi. Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
dapat memberikan teguran tertulis kepada penyalur KUR yang NPLnya melebihi 5%. Pada
periode tahun 2017 Komite Kebijakan telah menyampaian surat evaluasi pelaksanaan skema
KUR IJP kepada 7 penyalur yang NPLnya melebihi 5 %. Langkah tersebut untuk mendorong
bank penyalur agar dapat menyusun strategi untuk menekan tingginya NPL tersebut.
Capaian Output/Hasil Koordinasi:
Surat Deputi Nomor: S-142/D.I.M.EKON/05/2018 - S-148/D.I.M.EKON/05/2018 tentang
Evaluasi Pelaksanaan KUR Skema IJP dalam rangka Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan
Kebijakan Penyaluran KUR melalui Monitoring dan Evaluasi Penyaluran KUR dibawah 50%
dari Target Penyaluran KUR, meliputi:
1) Surat Nomor: S-142/D.I.M.EKON/05/2018 Perihal Evaluasi Pelaksanaan KUR Skema IJP
Bank Nagari tanggal 14 Mei 2018.
2) Surat Nomor: S-143/D.I.M.EKON/05/2018 Perihal Evaluasi Pelaksanaan KUR Skema IJP
Bank Sulselbar tanggal 14 Mei 2018.
3) Surat Nomor: S-144/D.I.M.EKON/05/2018 Perihal Evaluasi Pelaksanaan KUR Skema IJP
Bank SulutGo tanggal 14 Mei 2018.
4) Surat Nomor: S-145/D.I.M.EKON/05/2018 Perihal Evaluasi Pelaksanaan KUR Skema IJP
Bank Maluku Malut tanggal 14 Mei 2018.
5) Surat Nomor: S-146/D.I.M.EKON/05/2018 Perihal Evaluasi Pelaksanaan KUR Skema IJP
Bank DKI tanggal 14 Mei 2018.
6) Surat Nomor: S-147/D.I.M.EKON/05/2018 Perihal Evaluasi Pelaksanaan KUR Skema IJP
Bank BJB tanggal 14 Mei 2018.
7) Surat Nomor: S-148/D.I.M.EKON/05/2018 Perihal Evaluasi Pelaksanaan KUR Skema IJP
Bank Jatim tanggal 14 Mei 2018.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
1) Rendahnya tingkat NPL bank Penyalur.

75
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

2) Meningkatkan prinsip kehati-hatian-bagi bank penyalur.


8. Rekomendasi terkait Evaluasi Capaian Target Penyaluran Tahun 2018 dalam rangka
Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Penyaluran KUR melalui Monitoring dan
Evaluasi Penyaluran KUR dibawah 50% dari Target Penyaluran KUR
Latar Belakang
Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi UMKM memiliki tugas untuk memonitoring pelaksanaan
penyaluran KUR baik skema subsidi maupun skema imbal jasa penjaminan. KUR skema
subsidi bunga dilaksanakan pemerintah pada periode tahun 2015 sd kini. Pada periode tahun
2018 Komite Kebijakan telah menyampaian surat Evaluasi Capaian Target Penyaluran Tahun
2018 kepada 25 penyalur untuk mendorong bank penyalur agar dapat menyusun strategi
untuk mendorong tercapainya target penyaluran KUR tahun 2018 tersebut.
Capaian Output/Hasil Koordinasi:
Surat Deputi Nomor: S-175/D.I.M.EKON/07/2018 - S-199/D.I.M.EKON/07/2018 tentang
Evaluasi Capaian Target Penyaluran Tahun 2018 dalam rangka Rekomendasi Pengendalian
Pelaksanaan Kebijakan Penyaluran KUR melalui Monitoring dan Evaluasi Penyaluran KUR
dibawah 50% dari Target Penyaluran KUR, meliputi:
1) S-175/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Capaian Target Penyaluran Tahun 2018 -
PT. BTN Persero Tbk tanggal 16 Juli 2018.
2) S-176/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Capaian Target Penyaluran Tahun 2018 -
PT. Bank Bukopin Tbk tanggal 16 Juli 2018.
3) S-177/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Capaian Target Penyaluran Tahun 2018 -
PT. Bank Maybank Indonesia Tbk tanggal 16 Juli 2018.
4) S-178/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Capaian Target Penyaluran Tahun 2018 -
PT. Bank Permata Tbk tanggal 16 Juli 2018.
5) S-179/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Capaian Target Penyaluran Tahun 2018 -
PT. BTPN Tbk tanggal 16 Juli 2018.
6) S-180/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Capaian Target Penyaluran Tahun 2018 -
PT. Bank OCBC NISP Tbk tanggal 16 Juli 2018.
7) S-181/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Capaian Target Penyaluran Tahun 2018 -
PT. BRI Agroniaga Tbk tanggal 16 Juli 2018.
8) S-182/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Capaian Target Penyaluran Tahun 2018 -
PT. BPD Kalimantan Barat tanggal 16 Juli 2018.
9) S-183/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Capaian Target Penyaluran Tahun 2018 -
PT. BPD Sumatera Barat tanggal 16 Juli 2018.

76
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

10)S-184/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Capaian Target Penyaluran Tahun 2018 -


PT. BPD Jawa Barat dan Banten, Tbk tanggal 16 Juli 2018.
11)S-185/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Capaian Target Penyaluran Tahun 2018 -
PT. BPD Jawa Barat dan Banten, Tbk tanggal 16 Juli 2018.
12)S-186/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Capaian Target Penyaluran Tahun 2018 -
PT. BPD Riau Kepri Tbk tanggal 16 Juli 2018.
13)S-187/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Capaian Target Penyaluran Tahun 2018 -
PT. BPD Nusa Tenggara Barat tanggal 16 Juli 2018.
14)S-188/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Capaian Target Penyaluran Tahun 2018 -
PT. BPD Lampung tanggal 16 Juli 2018.
15)S-189/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Capaian Target Penyaluran Tahun 2018 -
PT. BPD Papua tanggal 16 Juli 2018.
16)S-190/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Capaian Target Penyaluran Tahun 2018 –
PT. BPD Kalimantan Tengah tanggal 16 Juli 2018.
17)S-191/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Capaian Target Penyaluran Tahun 2018 -
PT. BPD Jambi tanggal 16 Juli 2018.
18)S-192/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Capaian Target Penyaluran Tahun 2018 -
PT. BPD Sulawesi Tenggara tanggal 16 Juli 2018.
19)S-193/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Capaian Target Penyaluran Tahun 2018 -
PT. BPD Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara tanggal 16 Juli 2018.
20)S-194/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Capaian Target Penyaluran Tahun 2018 -
Adira Dinamika Finance tanggal 16 Juli 2018.
21)S-195/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Capaian Target Penyaluran Tahun 2018 -
Mega Central Finance tanggal 16 Juli 2018.
22)S-196/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Capaian Target Penyaluran Tahun 2018 -
BCA Finance tanggal 16 Juli 2018.
23)S-197/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Capaian Target Penyaluran Tahun 2018 -
Koperasi Kospin Jasa tanggal 16 Juli 2018.
24)S-198/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Capaian Target Penyaluran Tahun 2018 -
Koperasi Obor Mas tanggal 16 Juli 2018.
25)S-199/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Capaian Target Penyaluran Tahun 2018 -
Federal International Finance tanggal 16 Juli 2018.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
1) Tercapainya penyaluran KUR tahun 2018 sesuai dengan target yang ditetapkan Komite

77
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Kebijakan.
2) Optimalisasi plafon KUR tahun 2018 masing – masing Penyalur KUR.
9. Rekomendasi terkait Penegasan Perlakuan Khusus Debitur Terdampak Gempa di Lombok
Latar Belakang
Sebagai tindaklanjut arahan Presiden RI kepada Menko Perekonomian terkait bencana gempa
bumi di Lombok, NTB untuk memfasilitasi pengoordinasian kementerian/Lembaga dalam
penyelesaian permasalahan mengenai perekonomian yang terkendala akibat bencana, maka
salah satu bentuk kebijakan yaitu terkait perlakuan khusus bagi debitur KUR terdampak
gempa bumi di Lombok.
Sesuai dengan hasil Rapat Koordinasi Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM tanggal 18
September 2018, Komite Kebijakan memutuskan beberapa relaksasi kebijakan dalam rangka
perlakuan khusus kepada debitur KUR terdampak gempa bumi di Lombok dan sekitarnya,
sebagai berikut:
1) Relaksasi ketentuan perpanjangan jangka waktu KUR karena restrukturisasi khusus untuk
debitur terdampak gempa di NTB yaitu:
a. Kredit Modal Kerja (KMK) KUR Mikro dari 3 tahun menjadi 6 tahun, untuk Kredit
Investasi (KI) dari 5 tahun menjadi 8 tahun.
b. KMK KUR Kecil dari 4 tahun menjadi 7 tahun, untuk KI dari 5 tahun menjadi 8 tahun.
2) Ketentuan terkait plafon KUR:
a. Relaksasi ketentuan plafon akumulasi KUR Mikro untuk sektor perdagangan (non
produksi) dapat sebesar maksimum Rp 25 juta yang ditambahkan ke sisa baki debet
KUR yang direstrukturisasi sesuai dengan penilaian Penyalur KUR.
b. Relaksasi ketentuan plafon akumulasi KUR Kecil dan KUR Khusus dapat sebesar
maksimum Rp 500 juta yang ditambahkan ke sisa baki debet KUR yang direstrukturisasi
sesuai dengan penilaian Penyalur KUR.
Adapun relaksasi ketentuan ini berlaku sejak ditetapkan dalam Rapat Koordinasi Komite
Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM tanggal 18 September 2018.
Capaian Output/Hasil Koordinasi:
Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Nomor: S-
286/D.I.M.EKON/11/2018 tanggal 29 November 2018 tentang Penegasan Perlakuan Khusus
Debitur Terdampak Gempa di Lombok.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
Dengan adanya surat perlakuan khusus terhadap debitur KUR terdampak gempa bumi di
Lombok tersebut tersebut maka diharapkan:

78
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

a. Mempercepat penanggulangan keberlangsungan perekonomian paska bencana di Lombok.


b. Mempercepat pemulihan usaha debitur KUR yang usahanya terdampak gempa bumi di
Lombok.
10. Rekomendasi tentang Penegasan terkait Penyaluran KUR untuk PNS dan Karyawan/Karyawati
Latar Belakang
Dalam rangka menegaskan terkait informasi penyaluran KUR bagi calon debitur berstatus PNS
(Pegawai Negeri Sipil) dan karyawan/karyawati, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro
dan Keuangan selaku Sekretaris Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM mengeluarkan
surat penegasan KUR untuk PNS. Dapat disampaikan bahwa terkait dengan PNS yang
melakukan usaha dagang/swasta, pemerintah sudah menetapkan peraturan yang mengatur
hal tersebut yaitu Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 1974 tentang Pembatasan
Kegiatan Pegawai Negeri Dalam Usaha Swasta. Sampai saat ini PP 6/1974 masih belum
dicabut atau masih berlaku. Peraturan tersebut menegaskan beberapa hal sebagai berikut:
a. Berdasarkan pasal 2 ayat 1, PNS golongan IV/a ke atas serta istri dari pejabat Eselon I dan
istri dari Penjabat-penjabat lain yang ditetapkan oleh Menteri/Kepala Lembaga yang
bersangkutan dilarang melakukan kegiatan usaha dagang, baik secara resmi maupun
sambilan. Sedangkan berdasarkan pasal 2 ayat 3, PNS golongan III/d ke bawah serta istri
dari penjabat yang tidak termasuk ketentuan pada pasal 2 ayat 1, wajib mendapatkan izin
tertulis dari Pejabat Yang Berwenang apabila melakukan usaha dagang.
b. Namun berdasarkan pasal 2 ayat 2, larangan pada pasal 2 ayat 1 tersebut tidak berlaku
untuk PNS yang melakukan pekerjaan swasta yang mempunyai fungsi sosial yaitu: praktek
dokter, bidan, dan guru. Untuk melakukan fungsi sosial tersebut, yang bersangkutan harus
mendapatkan izin dari Pejabat Yang Berwenang.
PNS yang melakukan usaha dagang/swasta juga terikat pada beberapa etika yaitu adanya izin
melakukan usaha dari atasan, mengantisipasi konflik kepentingan dengan cara memilih
bidang usaha yang tidak terkait dengan pekerjaannya dan sesuai dengan azas kepatuhan yaitu
usaha yang dilakukan tidak memecah konsentrasi dan mengganggu jam kerja.
Terkait dengan karyawan/karyawati yang memiliki usaha lain, pemerintah telah menetapkan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang didalam undang-
undang tersebut tidak ada peraturan yang menyebutkan larangan bagi karyawan/karyawati
yang ingin membuka usaha sendiri untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Namun setiap
karyawan/karyawati harus memperhatikan klausul kontrak kerja yang telah ditetapkan
perusahannya masing-masing apakah terdapat pelarangan memiliki usaha lain.
Adapun calon debitur KUR yang berstatus PNS maupun karyawan/karyawati swasta, dapat

79
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

disampaikan beberapa hal berikut ini:


a. Persyaratan sebagai penerima KUR harus sesuai dengan Peraturan Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian No.11 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha
Rakyat dan perubahannya yaitu Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Nomor: 8 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah Nomor 11 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.
b. Calon penerima KUR dengan status PNS harus tunduk dengan Peraturan Pemerintah dan
Undang – Undang yang sudah dijelaskan diatas.
c. Calon penerima KUR dengan status sebagai karyawan/karyawati swasta harus tunduk
dengan kontrak kerja yang sudah ditetapkan dengan perusahannya masing-masing.
Capaian Output/Hasil Koordinasi:
Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Nomor: S-
305/D.I.M.EKON/12/2018 tanggal 26 Desember 2018 tentang Penegasan terkait Penyaluran
KUR untuk PNS dan Karyawan/Karyawati.
Capaian Kinerja Indikator Utama
Dengan adanya surat penegasan KUR untuk PNS tersebut maka:
a. Penyalur KUR dapat lebih optimal dan lebih tepat sasaran dalam menyalurkan KUR;
b. Penyaluran KUR sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang – undangan yang
berlaku.
11. Rekomendasi tentang Penyusunan Buku Pedoman Pelaksanaan Teknis Kredit Usaha Rakyat
(KUR) Khusus
Latar Belakang
Salah satu kebijakan untuk optimalisasi penyaluran KUR di sektor produksi tersebut adalah
dengan disusunnya skema KUR Khusus yang merupakan KUR yang diberikan kepada
kelompok yang dikelola secara bersama dalam bentuk klister dengan menggunakan mitra
usaha untuk komoditas perkebunan rakyat dan peternakan rakyat serta perikanan rakyat
dengan plafon kredit diatas Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) dan paling banyak
sebesar Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) setiap individu anggota kelompok.
Dalam rangka optimalisasi penyaluran KUR Khusus dan sesuai amanat Peraturan Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan bagi Usaha,
Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor: 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit
Usaha Rakyat (KUR), maka disusun Pedoman Pelaksanaan Teknis Kredit Usaha Rakyat Khusus.
Capaian Output/Hasil Koordinasi:

80
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Nomor: S-


138/D.I.M.EKON/04/2018 tanggal 12 April 2018 tentang Penyampaian Pedoman
Pelaksanaan Teknis Kredit Usaha Rakyat (KUR) Khusus.
Outcome /Dampak yang diharapkan:
a. Mempercepat pelaksanaan penyaluran KUR pada sektor-sektor yang menjadi perhatian
dan prioritas pemerintah saat ini melalui program KUR Khusus.
b. Memperluas dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan KUR Khusus agar sesuai dengan
pengaturan yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Nomor: 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.
12. Rekomendasi tentang Penegasan Skema KUR Khusus Pembiakan Sapi
Latar Belakang
Salah satu kebijakan untuk optimalisasi penyaluran KUR di sektor produksi tersebut adalah
dengan disusunnya skema KUR Khusus yang merupakan KUR yang diberikan kepada
kelompok yang dikelola secara bersama dalam bentuk klister dengan menggunakan mitra
usaha untuk komoditas salah satunya yaitu peternakan rakyat dengan plafon kredit paling
banyak sebesar Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) setiap individu anggota kelompok.
Skema KUR Khusus Peternakan Rakyat tidak hanya berlaku untuk skema penggemukan ternak
dan ternak perah tetapi dapat juga digunakan untuk skema pembiakan sapi karena usaha
pembiakan sapi termasuk dalam kegiatan usaha peternakan rakyat. Dengan demikian
Penyalur KUR dapat menyalurkan KUR kepada usaha pembiakan sapi dengan menggunakan
skema KUR Khusus sesuai dengan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Nomor: 8 Tahun 2018.
Capaian Output/Hasil Koordinasi:
S-63/D.I.M.EKON/02/2018 tentang KUR Khusus Pembiakan Sapi tanggal 28 Februari 2018.
Outcome /Dampak yang diharapkan:
a. Mempercepat pelaksanaan penyaluran KUR pada sektor-sektor yang menjadi perhatian
dan prioritas pemerintah saat ini melalui program KUR Khusus.
b. Memperluas dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan KUR Khusus agar sesuai dengan
pengaturan yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Nomor: 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.
13. Rekomendasi tentang Kebijakan IDC dan Kriteria Wilayah Perbatasan
Latar Belakang
Salah satu jenis penerima KUR sebagaimana disebutkan di Pasal 3 ayat (1) adalah UMKM di
wilayah perbatasan dengan negara lain. Mengacu pada Peraturan Badan Nasional Pengelola

81
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Perbatasan Nomor: 1 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pengelolaan Perbatasan, yang
dimaksud dengan wilayah/kawasan perbatasan adalah bagian dari wilayah negara yang
terletak pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara lain, dalam hal
batas wilayah negara di darat, Kawasan perbatasan berada di kecamatan. Untuk keperluan
penyesuaian proses bisnis SIKP, kecamatan yang dikategorikan dalam Kawasan perbatasan
mengacu pad Daftar Lokasi Prioritas Penanganan Tahun 2015-2019, yang tercantum dalam
Lampiran Peraturan BNPP Nomor: 1 Tahun 2015.
Terkait skema KUR Khusus di sektor perkebunan kelapa sawit, kredit/pembiayaan meliputi
besar biaya pokok pembangunan kebun dan kapitalisasi bunga ( Interest During
Construction/IDC) sebagai salah satu besaran biaya yang diperhitungkan sebagai pokok
pinjaman debitur KUR Khusus.
Capaian Output/Hasil Koordinasi:
S-66/D.I.M.EKON/02/2018 tentang Kebijakan IDC dan Kriteria Wilayah Perbatasan tanggal
28 Februari 2018.
Outcome /Dampak yang diharapkan:
a. Mempercepat pelaksanaan penyaluran KUR pada sektor-sektor yang menjadi perhatian
dan prioritas pemerintah saat ini melalui program KUR Khusus.
b. Memperluas dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan KUR Khusus agar sesuai dengan
pengaturan yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Nomor: 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.
14. Rekomendasi tentang Kebijakan IDC untuk KUR Khusus
Latar Belakang
Sehubungan telah diterbitkannya Peraturan Menko Bidang Perekonomian Nomor 11 Tahun
2017 tentang Pedoman Pelaksanaan KUR, terkait skema KUR Khusus di sektor perkebunan
kelapa sawit, kredit/pembiayaan meliputi besaran biaya pokok pembangunan kebun dan
kapitalisasi bunga (Interest During Construction/IDC) sebagai salah satu besaran biaya yang
diperhitungkan sebagai pokok pinjaman debitur KUR Khusus.
Mengingat adanya kebutuhan untuk monitoring dan evaluasi oleh Direktorat Jenderal
Perkebunan, Kementerian Pertanian, maka dilakukan pemisahan rekening antara rekening
Kredit Investasi untuk pembangunan kebun dan rekening IDC.
Capaian Output/Hasil Koordinasi:
S-67/D.I.M.EKON/02/2018 tentang Kebijakan IDC untuk KUR Khusus tanggal 28 Februari
2018.
Outcome /Dampak yang diharapkan:

82
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

a. Mempercepat pelaksanaan penyaluran KUR pada sektor-sektor yang menjadi perhatian


dan prioritas pemerintah saat ini melalui program KUR Khusus.
b. Memperluas dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan KUR Khusus agar sesuai dengan
pengaturan yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Nomor: 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.
15. Rekomendasi tentang Pengaturan Sektor yang Dibiayai oleh KUR untuk Penyalur KUR Eks
Penyalur KUR KKPE
Latar Belakang
Dalam rangka optimalisasi penyaluran KUR, khususnya penyaluran pada sektor produksi,
dengan memperhatikan kinerja penyaluran KUR oleh Penyalur KUR Eks Penyalur KKPE,
rekomendasi Otoritas Jasa Keuangan dalam Surat Nomor: S-9/PB.4/2018 tanggal 16 april
2018 tentang Tindak Lanjut Permohonan Penyalur KUR eks Penyalur KKPE serta sesuai dengan
hasil keputusan Rapat Koordinasi Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM pada tanggal 16
Mei 2018.
Capaian Output/Hasil Koordinasi:
S-151/D.I.M.EKON/05/2018 tentang Pengaturan Sektor yang dibiayai oleh KUR untuk
Penyalur KUR Eks Penyalur KKPE tanggal 18 Mei 2018.
Outcome /Dampak yang diharapkan:
a. Penyalur KUR dapat lebih optimal dan lebih tepat sasaran dalam menyalurkan KUR.
b. Penyaluran KUR sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
16. Rekomendasi tentang Pola Kemitraan BTN
Latar Belakang
Sehubungan dengan penyaluran KUR model pola kemitraan yaitu pembiayaan yang diberikan
kepada subkontraktor/supplier yang direkomendasikan oleh Bouwheer yang merupakan
BUMN Karya/Anak BUMN Karya BUMN/Developer Prima yang telah bekerjasama pola
kemitraan dengan Bank BTN, maka subkontraktor/supplier calon penerima KUR harus
memenuhi kriteria calon penerima KUR sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Permenko 11/2017
sebagaimana diubah dalam poin 1 Permenko 8/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan KUR.
Capaian Output/Hasil Koordinasi:
S-289/D.I.M.EKON/11/2018 tentang KUR Pola Kemitraan tanggal 30 November 2018.
Outcome /Dampak yang diharapkan:
a. Penyalur KUR dapat lebih optimal dan lebih tepat sasaran dalam menyalurkan KUR;
b. Penyaluran KUR sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang

83
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

berlaku.

2. Capaian Kinerja Keluaran (Output) Kegiatan


Tolok ukur capaian kinerja juga dapat dilihat melalui pengukuran capaian keluaran
(output), kegiatan, yang dilakukan dengan membandingkan Target Volume
Keluaran/Output (TVK) yang direncanakan dalam Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian/Lembaga (RKA-KL/DIPA), dibandingkan dengan Realisasi Volume Kegiatan
(RVK), serta membandingkan antara Target Indikator Keluaran Kegiatan (TIKK) dengan
Realisasi Indikator Keluaran Kegiatan (RIKK). Pengukuran Capaian Kinerja Keluaran
(Output) Kegiatan dihitung berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
214/PMK.02/2017 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Anggaran atas Pelaksanaan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, sebagai berikut.

Keterangan:
CKK : Capaian Keluaran (Output) Kegiatan
RVK : Realisasi Volume Keluaran (Output) Kegiatan
TVK : Target Volume Keluaran (Output) Kegiatan
m : Jumlah Keluaran (Output) Kegiatan
n : Jumlah Indikator Keluaran (Output) Kegiatan.

Pada Tahun 2018, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan telah
menghasilkan 96 volume keluaran/output (RVK), dan 96 indikator kinerja kegiatan
(RIKK), melalui 5 Kegiatan. Pencapaian kedua komponen tersebut berhasil mencapai
98,24% dari target yang ditetapkan, sebagaimana diuraikan dalam tabel berikut.

No Kegiatan TVK RVK TIKK RIKK CKK


1 Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian
a. Koordinasi Kebijakan 6 6 6 6 1
Bidang Moneter dan
84
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Neraca Pembayaran

b. Koordinasi Kebijakan 10 10 10 10 1
Bidang BUMN
c. Koordinasi Kebijakan 6 6 6 6 1
Bidang Pengembangan
Ekonomi Daerah dan
Sektor Riil
d. Koordinasi Kebijakan 9 9 9 9 1
Bidang Fiskal
e. Koordinasi Kebijakan 4 4 4 4 1
Bidang Pasar Modal
dan Lembaga
Keuangan
Total 35 35 35 35 1

C. PERBANDINGAN CAPAIAN KINERJA


Setelah mengetahui capaian kinerja tahun 2018 berdasarkan perbandingan realisasi dan
target, maka agar kondisi tersebut dapat menjadi “pijakan” kinerja tahun-tahun mendatang,
perlu dilihat atau dibandingkan dengan capaian tahun-tahun sebelumnya. Pada sub bahasan
ini, pola membandingkan capaian kinerja adalah terhadap capaian tahun lalu, capaian
beberapa tahun kebelakang, dan keterkaitan dengan Standar Nasional unit kerja pendukung
(Kedeputian I), serta tindak lanjut hasil Evaluasi Laporan Kinerja 2018 oleh APIP (Aparat
Pemeriksa Instansi Pemerintah) Inspektorat Kemenko Bidang Perekonomian.

Tabel 3.4 Pengukuran Capaian Kinerja


Deputi Bidang Koordinasi Fiskal dan Moneter Tahun 2014

Sasaran Indikator Target Realisasi % Program/ Anggaran


Strategis Kinerja Kegiatan Pagu Realisasi %

Tersusunnya
peraturan
yang 5 5 100%
menunjang Peraturan Peraturan
Meningkatnya pelaksanaan Koordinasi
kebijakan
efektivitas fiskal dan Kebijakan
koordinasi moneter. Bidang Rp. Rp. 85,05%
dan Perekonomian 10,5 8.930.633.624
Terkendalinya milyar Per 31
sinkronisasi
inflasi IHK Desember
kebijakan yang lebih 50% 56,1% 112,2%
fiskal dan rendah dari 2014
moneter. inflasi
nasional.

85
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Tercapainya
target
penyaluran Rp. 37 Rp. 37 100%
Kredit Usaha Triliun Triliun
Rakyat tahun
2014.

Sumber : Laporan Realisasi Indikator Kinerja Utama Kedeputian I Tahun 2014.

Tabel 3.5 Capaian Indikator Kinerja Utama


Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Tahun 2015

Realisasi
Target s/d
SS Indikator Kinerja Kinerja Keterangan
2015 Desember
2015
(a) (b) (c) (d) (e)=(d) (f)
Terwujudnya
Presentase rekomendasi
koordinasi dan
kebijakan di bidang
sinkronisasi kebijakan 80% 100% 100%
ekonomi makro dan
di bidang ekonomi
keuangan.
makro dan keuangan.
Terwujudnya
Presentase rekomendasi
pengendalian
pelaksanaan kebijakan di
pelaksanaan kebijakan 80% 100% 100%
bidang ekonomi makro dan
di bidang ekonomi
keuangan.
makro dan keuangan.
Terwujudnya
Tercapainya target
perluasan akses
penyaluran Kredit Rp. 20 Rp. 22,75
pembiayaan bagi 113,75%
berpenjamin (Kredit Usaha Triliun) Triliun
Usaha Mikro dan Kecil
Rakyat/KUR).
(UMK).
Catatan : Realisasi Januari - Desember 2015

Tabel 3.6 Capaiam Indikator Kinerja Utama


Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Tahun 2016

Realisasi
Target s/d
SS Indikator Kinerja Kinerja Keterangan
2016 Desember
2016
(a) (b) (c) (d) (e)=(d/c) (f)
Terwujudnya koordinasi
Presentase rekomendasi
dan sinkronisasi
kebijakan di bidang
kebijakan di bidang 80% 100% 125%
ekonomi makro dan
ekonomi makro dan
keuangan.
keuangan.

86
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Terwujudnya
Presentase rekomendasi
pengendalian
pelaksanaan kebijakan di
pelaksanaan kebijakan di 80% 100% 125%
bidang ekonomi makro
bidang ekonomi makro
dan keuangan.
dan keuangan.

Terwujudnya perluasan Tercapainya target


akses pembiayaan bagi penyaluran Kredit Rp. 100 Rp. 95
95%
Usaha Mikro dan Kecil berpenjamin (Kredit Triliun) Triliun
(UMK). Usaha Rakyat/KUR).

Catatan : Realisasi Januari - Desember 2016

Tabel 3.7 Capaian Indikator Kinerja Utama


Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Tahun 2017

Realisasi
Target s/d
SS Indikator Kinerja Kinerja
2017 Desember
2017
(a) (b) (c) (d) (e)=(d/c)
Terwujudnya koordinasi
dan sinkronisasi Presentase rekomendasi
kebijakan di bidang kebijakan di bidang
100% 100% 100%
ekonomi makro dan ekonomi makro dan
keuangan. keuangan.

Terwujudnya
Presentase rekomendasi
pengendalian
pelaksanaan kebijakan di
pelaksanaan kebijakan di 100% 100% 100%
bidang ekonomi makro
bidang ekonomi makro
dan keuangan.
dan keuangan.

Terwujudnya perluasan Tercapainya target


akses pembiayaan bagi penyaluran Kredit Rp. 106,6 Rp. 96,7
90,7%
Usaha Mikro dan Kecil berpenjamin (Kredit Triliun) Triliun
(UMK). Usaha Rakyat/KUR).

Catatan : Realisasi Januari - Desember 2017

Tabel 3.8 Capaian Indikator Kinerja Utama


Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Tahun 2018

Anggaran
Indikator Program/
Sasaran Program Target Realisasi %
Kinerja Kegiatan Pagu Realisasi %

Tercapainya Koordinasi
Rp. 98,64
Indeks Keuangan Indeks Kebijakan Rp.
14.598.542. %
Inklusif Sebesar Keuangan 68% 70% 102,94% Bidang 14,8
621,-
68% Inklusif Perekonomian Milyar
Per

87
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Tercapainya Target 31/12


Target Penyaluran /2018
Rp. 120 T Rp.120,4 T 100,33%
Penyaluran KUR
KUR
Jumlah Paket
Terwujudnya Rekomendasi
Koordinasi, Kebijakan
Sinkronisasi Dan Bidang 1 Paket 1 Paket
100%
Pengendalian Koordinasi Rekom Rekom
Kebijakan Ekonomi
Perekonomian Makro Dan
Keuangan

Sumber : Laporan Realisasi Indikator Kinerja Utama Kedeputian I Tahun 2018.

Target rekomendasi yang ditetapkan dalam Rencana Kerja (Renja 2017) Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan menghasilkan:
1. Capaian Sasaran Strategis (SS 1): Tercapainya Indeks Keuangan Inklusif sebesar 70%, lebih
tinggi dibanding capaian tahun sebelumnya yang hanya mencapai 49%.
2. Capaian Sasaran Strategis (SS 2): Tercapainya Target Penyaluran KUR sebesar Rp.120,4 Triliun
lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang hanya Rp.96,7 Triliun.
3. Capaian Sasaran Strategis (SS 3): Terwujudnya Koordinasi, Sinkronisasi dan Pengendalian
Kebijakan Perekonomian berupa satu paket rekomendasi tercapai 100%

D. AKUNTABILITAS KEUANGAN/REALISASI ANGGARAN


Pagu anggaran Tahun 2018 Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan adalah
sebesar Rp.14.800.000.000,- adapun realisasi pada akhir tahun sebesar Rp.14.598.542.621,-
atau 98,64% dengan penyerapan aktual lebih tinggi dari yang ditargetkan sebesar 95%,
sehingga Selisih Lebih Antar Perhitungan Anggaran (SILPA) hanya sebesar Rp.201.457.379,-
atau 1,36%.

Tabel 3.9
Realisasi Anggaran Per Kegiatan Tahun Anggaran 2018

Realisasi
No. Kegiatan Pagu
Anggaran %
1 Kebijakan Bidang Fiskal 1.800.000.000 1.797.411.646 99,86%

Kebijakan Bidang Moneter


2 2.500.000.000 2.481.836.390 99,27%
Neraca Pembayaran

Kebijakan Bidang Pengembangan


3 1.500.000.000 1.493.985.666 99,60%
Ekonomi Daerah dan Sektor Riil

88
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Kebijakan Bidang Pasar Modal


4 7.500.000.000 7.358.313.264 98,11%
dan Lembaga Keuangan

Kebijakan Bidang Badan Usaha


5 1.500.000.000 1.466.995.655 97,80%
Milik Negara

Total Realisasi 14.800.000.000 14.598.542.621 98,64%

2017
99.08% 99.44% 98.80%
10,000,000,000
98.22% 98.49%
9,000,000,000

9,650,985,000
8,000,000,000

9,535,037,686
2,500,000,000

2,476,913,915
2,253,695,000

2,213,572,584

7,000,000,000

1,622,660,000

1,622,660,000
1,613,594,854

1,598,087,783
6,000,000,000
5,000,000,000
4,000,000,000
3,000,000,000
2,000,000,000

1,000,000,000
-

Asdep Fiskal Asdep Moneter Asdep Ekoda Riil Asdep PMLK Asdep BUMN
(2503) (2492) (2501) (2518) (2498)

PAGU 2017 (Rupiah) REALISASI 2017 (Rupiah) % 2017

2018
99.86% 99.60%
10,000,000,000 99.27%
9,000,000,000 98.11% 97.80%
8,000,000,000
2,500,000,000

2,481,836,390

7,000,000,000
7,500,000,000
1,800,000,000

1,797,411,646

7,358,313,264
1,500,000,000

1,500,000,000
1,493,985,666

1,466,995,655

6,000,000,000

5,000,000,000

4,000,000,000

3,000,000,000

2,000,000,000

1,000,000,000

Asdep Fiskal Asdep Moneter Asdep Ekoda Riil Asdep PMLK Asdep BUMN
(2503) (2492) (2501) (2518) (2498)

PAGU 2018 (Rupiah) REALISASI 2018 (Rupiah) % 2018

Bila dibandingkan dengan realisasi anggaran tahun 2017 maka terjadi kenaikanan dalam
jumlah pagu anggaran 2018 dengan sisi realisasi anggaran tahun 2018 terjadi sedikit
kenaikan pada unit organisasi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, hal ini

89
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

menggambarkan kinerja serta kemampuan unit-unit Eselon II dalam memaksimalkan


kegiatan-kegiatan dan program.

Realisasi Anggaran Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Tahun 2018
dalam kerangka biaya per sasaran yang dicapai ditunjukkan dalam tabel 12 sebagai berikut:
Tabel 3.10
Realisasi Anggaran untuk Mencapai Sasaran (cost per outcome)

Sasaran Program Jenis Kegiatan Sasaran Kegiatan Pagu Realisasi %

Tercapainya Rekomendasi Terwujudnya


Indeks Kebijakan rekomendasi
Keuangan Pembiayaan kebijakan Pembiayaan 5.000.000.000 4.883.217.405 97,66%
Inklusif Sebesar UMK (KUR) UMK (KUR)
68%
Tercapainya Daftar Rencana Terwujudnya
Target Kerja dan rekomendasi Rencana
Penyaluran KUR Kebijakan untuk Kerja dan Kebijakan
Peningkatan untuk Peningkatan 1.000.000.000 994.070.895 99,41%
Akses dan Akses dan Kualitas
Kualitas Layanan Layanan Keuangan
Keuangan Formal Formal
Terwujudnya Rekomendasi Terwujudnya
Koordinasi, Kebijakan rekomendasi
Sinkronisasi Dan Koordinasi, Kebijakan Koordinasi,
Pengendalian Sinkronisasi Dan Sinkronisasi Dan 8.800.000.000 8.721.154.321 99,10%
Kebijakan Pengendalian Pengendalian
Perekonomian Kebijakan Kebijakan
Perekonomian Perekonomian

E. ANALISIS EFISIENSI PEMANFAATAN SUMBER DAYA


Pelaksanaan analisis efisensi pemanfaatan sumber daya dihitung berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor: 214/PMK.02/2017 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja
Anggaran atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga.
Pengukuran efisiensi dilakukan dengan membandingkan penjumlahan dari selisih antara
perkalian pagu anggaran keluaran dengan capaian keluaran (CKK) dan realisasi anggaran
keluaran, dengan penjumlahan dari perkalian pagu anggaran keluaran dengan capaian
keluaran. Rumus untuk pengukuran tersebut adalah sebagai berikut:

90
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Keterangan:
E : Efisiensi
PAKi : Pagu Anggaran Keluaran i
RAKi : Realisasi Anggaran Keluaran i
CKi : Capaian Keluaran i

Berdasarkan hasil perhitungan pada Capaian Kinerja Keluaran ( Output) Kegiatan pada bagian
sebelumnya, dapat dihitung tingkat efisiensi anggaran Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi
Makro dan Keuangan dalam pencapaian kinerja di tahun 2018, sebagai berikut:
Capaian
No. Output Keluaran Pagu (Rp.) Realisasi (Rp.)
Kegiatan (CKK)
1 Rekomendasi Kebijakan Bidang Moneter 1 1.549.554.000 1.540.709.906
dan Neraca Pembayaran
2 Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan 1 950.446.000 941.126.484
Kebijakan Bidang Moneter (Inflasi)
3 Rekomendasi Kebijakan yang Terkait 1 950.000.000 934.846.088
dengan Bidang BUMN
4 Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan 1 550.000.000 532.149.567
Kebijakan yang Terkait dengan Bidang
BUMN
5 Rekomendasi Kebijakan yang terkait 1 1.323.625.000 1.319.129.923
dengan Bidang Ekonomi Daerah dan
Sektor Riil
6 Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan 1 176.375.000 174.855.743
Kebijakan yang Terkait dengan
Pengembangan Ekonomi Daerah dan
Sektor Riil
7 Rekomendasi Kebijakan Hasil Koordinasi 1 750.000.000 748.641.336,00
dan Sinkronisasi Kebijakan Fiskal
8 Rekomendasi Hasil Pengendalian 1 750.000.000 748.914.114,00
Pelaksanaan Kebijakan yang Terkait
dengan Bidang Fiskal
9 Layanan Dukungan Administrasi 1 300.000.000 299.856.196,00
Kegiatan dan Tata Kelola di Lingkungan
Kedeputian I
10 Rekomendasi Kebijakan yang Terkait 1 1.000.000.000 983.779.204,00
dengan Bidang Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan
11 Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan 1 500.000.000 497.245.760,00
Kebijakan di Bidang Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan yang Terkait dengan
Pembiayaan
12 Rekomendasi Kebijakan Pembiayaan 1 1.000.000.000 994.070.895,00
Usaha Mikro dan Kecil
13 Daftar rencana kerja dan kebijakan 1 5.000.000.000 4.883.217.405,00
untuk peningkatan akses dan kualitas
layanan keuangan formal kepada RT
miskin yang disepakati oleh dewan
nasional keuangan inklusif

Berdasarkan data tersebut, dapat dihitung bahwa capaian efisiensi Deputi Bidang Koordinasi
Ekonomi Makro dan Keuangan Tahun 2018 adalah sebesar 1.4%. Hal ini menunjukkan bahwa

91
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

pada Tahun 2018 Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan berhasil
melaksanakan rencana kerja yang ditetapkan dalam dokumen anggaran (DIPA), serta mencapai
target atas setiap keluaran (output) yang diperjanjikan, dengan mengoptimalisasi besaran pagu
yang tersedia.

F. ANALISIS PENYEBAB KEBERHASILAN


Keberhasilan capaian kinerja yang dilakukan oleh Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro
dan Keuangan didukung oleh faktor-faktor internal maupun eksternal, koordinasi yang
dilakukan selama ini baik internal maupun ekternal terus diperbaiki dan ditingkatkan dalam
rangka mendukung tercapainya keberhasilan koordinasi organisasi, faktor-faktor tersebut
antara lain sebagai berikut:
c. Kedeputian I bersama-sama dengan Unit Kerja Eselon I lainnya dalam hal ini Sekretariat
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dalam hal ini Biro Perencanaan telah
melakukan Penajaman Rencana Strategis (Renstra) 2015-2019 Tingkat Kementerian dan
Tingkat Eselon I, sehingga berdampak pada penetapan sarasan strategis dan indikator-
indikator yang lebih sesuai dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
maupun seluruh unit kerja dibawahnya.
d. Penajaman Renstra 2015-2019 sebagai salah satu upaya untuk lebih meningkatkan
kesadaran dan implementasi terhadap Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP) yang baik dilingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian hal ini
juga berdampak pada perbaikan dalam proses perencanaan, pengukuran, pelaporan dan
evaluasi kinerja dari tingkat pimpinan tinggi sampai dengan staf pelaksana.
e. Koordinasi internal kedeputian yang dilaksanakan seminggu sekali pada hari senin yang
melibatkan Eselon I dan Eselon II, membahas rencana kegiatan dan isu-isu strategis
seminggu ke depan, realisasi anggaran, sumber daya manusia serta permasalahan dan
kendala kegiatan.
f. Koordinasi Eksternal Antara Eselon I Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,
Kementrian atau Lembaga dalam lingkup koordinasi Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian terkait program-program nasional dan strategis yang berkaitan dengan isu-
isu Ekonomi Makro dan Keuangan.

G. RENCANA AKSI PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA


Rencana aksi peningkatan akuntabilitas kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan
Keuangan, meliputi:
1. Perencanaan Program dan Kegiatan Deputi Bidang Koordinasi Koordinasi Ekonomi Makro
dan Keuangan telah diselarakan dengan Sasaran Strategis Pembangunan yang tertuang
92
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

dalam Penajaman Rencana Strategis Tahun 2015-2019 serta mendukung Program Prioritas
Tingkat Kementerian.
2. Pada tahun 2018 Kedeputian Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan telah
membentuk Tim Entitas Akuntabilitas Kinerja tingkat deputi untuk dapat menjalankan
Kepmenko Nomor 208 Tahun 2018 tentang Entitas Akuntabilitas Kinerja.
3. Evaluasi terhadap Sistem Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (SAKIP) yang dilakukan oleh
pihak eksternal maupun internal merupakan bagian yang sangat penting dalam rangka
peningkatan kualitas akuntabilitas kinerja kedeputian.
4. Pemanfaatan Laporan Kinerja (LAKIP) dalam upaya perbaikan kinerja dan berkomitmen
untuk mewujudkan target kinerja yang lebih baik lagi dalam Perjanjian Kinerja Tahun
2019.

93
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Laporan kinerja Deputi Bidang Kordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan merupakan
dokumen yang berisi gambaran perwujudan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
yang disusun dan disampaikan sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 12 tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan Kinerja ini merupakan laporan
pertanggungjawaban kegiatan utama Kedeputian I yang dibuat untuk menjadi bahan
laporan pertanggung jawaban kinerja dan evaluasi capaian kinerja dalam rangka
perbaikan, penyempurnaan dan peningkatan kinerja yang lebih baik, terukur, dan terarah.
Di tengah ketidakpastian perekonomian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia Tahun
2018 mencapai 5,17 persen (YoY) secara kumulatif sampai dengan Triwulan IV Tahun
2018, tertinggi dalam kurun waktu 4 tahun terakhir. Hal ini diikuti pula dengan
penurunan tingkat kemiskinan sebesar 9,82 persen, rasio gini sebesar 0,389 persen dan
tingkat pengangguran 5,13 persen. Sumber pertumbuhan ekonomi Tahun 2018 ditopang
oleh Konsumsi Rumah Tangga dan Investasi (PMTB) yang masing-masing menopang
sebesar 2,74 persen dan 2,17 persen. Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh
beberapa sektor antara lain: Industri Manufaktur; Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor; Konstruksi, Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, serta
Informasi dan Komunikasi. Secara spasial, Pulau Jawa masih memberikan kontribusi
terbesar, diikuti Sumatera dan Sulawesi.
Selain pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, tingkat inflasi dapat terus terjaga
pada level pada level 3,13 persen (YoY) sepanjang Tahun 2018 dan berada dibawah
asumsi makro APBN 2018 sebesar 3,5 pesen (YoY). Pengendalian inflasi terus didorong
oleh penguatan koordinasi Pemerintah Pusat, Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah serta
melanjutkan catatan keberhasilan mempertahankan realisasi inflasi tahun-tahun
sebelumnya. Adapun dari sisi regional, secara tahunan inflasi di seluruh daerah hingga
akhir tahun 2018 juga terjaga di dalam rentang sasaran inflasi nasional.

94
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Capaian kinerja Deputi I pada tahun 2018 secara keseluruhan menunjukkan hasil yang
baik dan mencapai target yang telah ditetapkan pada awal tahun, hal itu ditunjukkan
dengan capaian indikator Sasaran Strategis 1 : Tercapainya Indeks Keuangan Inklusif
sebesar mencapai 102,94% dari target 68% dengan realisasi mencapai 70%; Sasaran
Strategis 2 : Tercapainya Target Penyaluran KUR 100,33% atau Rp.120,4 Triliun dari
target yang ditetapkan sebesar Rp.120 Triliun; dan Sasaran Strategis 3 : Terwujudnya
Koordinasi, Sinkronisasi dan Pengendalian Kebijakan Perekonomian dengan target 1 (satu)
Paket Rekomendasi dapat tercapai.
Masih banyak tantangan yang harus diwujudkan dimasa mendatang yang harus segera
disikapi dengan bentuk kerja nyata yang positif, transparan, dan meningkatkan kinerja
organisasi menuju perbaikan yang lebih baik serta akuntabel.
Melalui laporan Kinerja ini, diharapkan dapat memberikan informasi yang tranparan
kepada pimpinan dan seluruh pihak yang terkait dengan tugas dan fungsi serta kegiatan
utama Kedeputian I, sehingga dapat menjadi umpan balik terhadap peningkatan kinerja
keasdepan dan kedeputian khususnya, serta berdampak signifikan terhadap peningkatan
kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sehingga dapat digunakan sebagai
bahan dalam merumuskan kebijakan pada masa yang akan datang yang mendukung
Sasaran Strategis dan Program Nasional.

B. Rencana Aksi dan Tindaklanjut


Dalam rangka peningkatan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang
baik, Kedeputian Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan terus berupaya
meningkatkan koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian baik internal maupun eksternal
sebagai tindak lanjut dari evaluasi atas implementasi sistem akuntabilitas kinerja, sebagai
berikut:

Perencanaan Kinerja, dalam penyusunan Sasaran Kinerja dan Sasaran Strategis/Program


Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan berorientasi kepada Outcome dan
dengan indikator kinerja yang lebih spesifik dan dapat diukur melalui Key Monitoring
Indicator (KMI).

Pengukuran Kinerja, Ekon GO, E-Monev dan Smart sebagai alat bantu dalam pengumpulan
data dan pemantauan capaian kinerja dan anggaran secara periodik, disertai dengan narasi
dan data dukung dokumen capaian dengan mekanisme kerja yang terstruktur atau ter-
cashcading.

95
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Pelaporan Kinerja, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) selain disampaikan kepada
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku pimpinan tertinggi juga dapat diakses
melalui web kinerja ekon.go.id serta dilaporkan juga kepada Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Evaluasi Internal, tindaklanjut dari evaluasi yang dilaksanakan oleh Inspektorat selaku
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) selalu menjadi perhatian dalam rangka
peningkatkan dan akuntabilitas kinerja yang lebih baik.

96
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

LAMPIRAN

97
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018

Lampiran:

1. Perjanjian Kinerja Tahun 2018


2. Perhitungan Manual IKU 2018

98
1
Manual IKU

2018
Indeks Keuangan Inklusif

Unit Kerja : Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan

Sasaran : Tercapainya indeks keuangan inklusif sebesar 70%

Indikator Kinerja : Indeks Keuangan inklusif

Deskripsi Indikator Kinerja : Deskripsi


Indeks keuangan inklusif merupakan persentase jumlah penduduk dewasa yang
memiliki akses layanan keuangan pada lembaga keuangan formal yang diukur
berdasarkan survey Global Financial Index

Formula

Realisasi
X 100 %
Target

Tujuan
Mengukur capaian indeks keuangan inklusif

Satuan Pengukuran : Persen

:
Sifat Data IKU/Polarisasi (X) Maximize (.......) Minimize (........) Stabilize

Sumber Data : Asisten Deputi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

Periode Data IKU : (......) Bulanan (......) Triwulanan (.......) Semesteran (X) Tahunan

Detail Anggaran : (Kode Program) : Daftar rencana kerja dan kebijakan untuk peningkatan akses dan
kualitas layanan keuangan formal kepada RT miskin yang disepakati oleh Dewan
Nasional Keuangan Inklusif
(Kode Kegiatan) : 2518

(Kode Output) : 2518.004

Target per Periode Pelaporan Tahun 2017 Tahun 2018


(Bulanan/Triwulanan/Semesteran/Tahunan) Target Realisasi Target

Tahunan 60 % 48,9% 70%

Keterangan:
Berdasarkan Perpres 82 tahun 2016 tentang SNKI menetapkan target indeks keuangan inklusif dari
36% ditahun 2014 menjadi sebesar 75 % di tahun 2019. Dengan asumsi kenaikan 7-8% pertahun
maka Dewan Nasional Keuang Inklusif menetapkan target tahun 2018 sebesar 70%
(2014:36%, 2015:44%, 2016:52%, 2017:60%, 2018:68% dan 2019:17%)
2
Manual IKU

2018
Penyaluran Kredit Usaha Rakyat.

Unit Kerja : Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan

Sasaran : Tercapainya target penyaluran Kredit Usaha Rakyat

Indikator Kinerja : Penyaluran Kredit Usaha Rakyat

Deskripsi Indikator Kinerja : Definisi


Penyaluran Kredit Usaha Rakyat oleh penyalur yang ditetapkan oleh Komite Kebijakan
Formula/Teknik Penghitungan

Realisasi
X 100 %
Target

Tujuan
Mengukur capaian kinerja penyaluran KUR

Satuan Pengukuran : Persen


:
Sifat Data IKU/Polarisasi (..X.) Maximize (.......) Minimize (........) Stabilize

Sumber Data : Asisten Deputi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan


Unit Kerja : Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan
Periode Data IKU : (......) Bulanan (......) Triwulanan (....X...) Semesteran (....) Tahunan
Sasaran : Terwujudnya Koordinasi, Sinkronisasi, dan Pengendalian Kebijakan Perekonomian
Detail Anggaran : (Kode Program) Terwujudnya rekomendasi kebijakan pembiayaan usaha mikro dan
kecil
Indikator Kinerja : Jumlah Paket Rekomendasi Kebijakan Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan
Keuangan
(Kode Kegiatan) 2518
(Kode Output) 2518-003
Deskripsi Indikator Kinerja : Definisi

Target per Periode Pelaporan Tahun 2017 Tahun 2018


(Bulanan/Triwulanan/Semesteran/Tahunan) Target Realisasi Target

Tahunan 106,6 triliun 96,7 triliun 123,8 triliun

Keterangan:
Target Penyaluran KUR ditetapkan oleh Komite Kebijakan berdasarkan pengajuan plafon dari
Penyalur KUR selama periode 1 tahun.

3
Manual IKU
Koordinasi, Sinkronisasi, dan Pengendalian Kebijakan
2018 Perekonomian.
Rekomendasi Kebijakan yang Terkait dengan Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan
Keuangan yang meliputi:
1. Koordinasi Kebijakan Bidang Fiskal
2. Koordinasi Kebijakan Bidang Moneter dan Neraca Pembayaran
3. Koordinasi Kebijakan Bidang Pengembangan Ekonomi Daerah dan Sektor
Rill
4. Koordinasi Kebijakan Bidang Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
5. Koordinasi Kebijakan Bidang Badan Usaha Milik Negara
Formula/Teknik Penghitungan

Realisasi
X 100 %
Target

Tujuan
Mengukur capaian kinerja penyusunan rekomendasi kebijakan yang terkait dengan
Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan

Satuan Pengukuran : Persen

:
Sifat Data IKU/Polarisasi (.......) Maximize (.......) Minimize (.... X....) Stabilize

Sumber Data : Asisten Deputi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

Periode Data IKU : (......) Bulanan (......) Triwulanan (......) Semesteran (.. X..) Tahunan

Detail Anggaran : (Kode Program) Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian

(Kode Kegiatan) 2503, 2492, 2501, 2518, 2498


(Kode Output)

Target per Periode Pelaporan Tahun 2017 Tahun 2018


(Bulanan/Triwulanan/Semesteran/Tahunan) Target Realisasi Target
1 Paket
Tahunan 1 Rekomendasi 1 Rekomendasi
Rekomendasi

Anda mungkin juga menyukai