Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
karunia dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan
Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Tahun 2018 Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi
Makro dan Keuangan. Laporan Kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada
pemangku kepentingan selain untuk memenuhi prinsip efektifitas, efisiensi, transparansi,
serta akuntabilitas kinerja. Capaian Kinerja 2018 merupakan hasil kerja yang dicapai
Kedeputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan selama setahun yang mengacu
pada Penetapan Kinerja 2018. Capaian Kinerja juga merupakan implementasi dari Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang meliputi : perencanaan strategis,
perencanaan kinerja, pengelolaan kinerja, dan capaian kinerja serta evaluas kinerja untuk
selanjutnya dianalisis dalam rangka perbaikan kinerja pada tahun berikutnya.
Landasan hukum dalam penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2018 adalah Amanat
Peraturan Pemerintah Nomor: 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden RI Nomor: 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 12 tahun 2015, tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian Nomor: 9 tahun 2015 tentang Perjanjian Kinerja dan Indikator
Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Laporan
Kinerja juga berpedoman pada Sembilan Prioritas Nasional Nawacita, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN 2015-2019), dan Rencana Strategis Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian 2015-2019, serta Perjanjian Kinerja Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Tahun 2018.
ISKANDAR SIMORANGKIR
i
RINGKASAN EKSEKUTIF
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan pada Tahun 2018
memiliki program utama yaitu Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian
dengan Sasaran Strategis, pengukuran kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro
dan Keuangan, Kemenko Perekonomian tahun 2018 mengacu pada 3 Sasaran Strategis
yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja antara Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi
Makro dan Keuangan dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Sasaran
Strategis pertama yaitu Tercapainya Indeks Keuangan Inklusif, yang diukur dengan
Presentase Indeks Keuangan sebesar 68%. Sasaran strategis kedua yaitu Tercapainya
Target Penyaluran KUR, yang diukur dengan Tercapainya Plafon Target Penyaluran KUR
Tahun 2018 sebesar Rp. 120 Triliun. Sasaran Strategis ketiga yaitu Terwujudnya
Koordinasi, Sinkronisasi, dan Pengendalian Kebijakan Perekonomian, yang diukur dengan
Tercapainya Paket Rekomendasi sejumlah 1 (satu) Paket Rekomendasi.
Hasil Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Kemenko Perekonomian tahun 2018
dijabarkan pada Tabel di bawah ini.
Realisasi
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2018
2018
Tercapainya Indeks Indeks Keuangan 68% 70%
Keuangan Inklusif Inklusif. (102,94%)
Tercapainya Target Target Penyaluran Rp.120 Trilun) Rp.120,4 Triliun
Penyaluran KUR. KUR. (100,33%)
Capaian target Indeks Keuangan Inklusif sebesar 68% pada tahun 2018, antara
lain: Capaian kinerja keuangan inklusif Indonesia mengacu pada hasil survei Global Findex
yang dilakukan oleh World Bank setiap tiga tahun sekali, atau survei keuangan inklusif
yang dilakukan oleh pihak lain dengan metodologi yang sama. Berdasarkan survei World
Bank Global Findex 2017, Indonesia mengalami peningkatan jumlah kepemilikan rekening
penduduk dewasa dari 36% di tahun 2014 menjadi 49% di tahun 2017. Peningkatan ini
tertinggi di wilayah Asia Timur dan Pasifik. Di Indonesia, kepemilikan rekening oleh
perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki, yaitu perempuan 51% dan Laki-laki 46%.
Perpres 82/2016 mentargetkan 75% penduduk dewasa memiliki akses layanan keuangan
ii
formal di tahun 2019. Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif sedang melakukan
survei keuangan inklusif Indonesia tahun 2018 yang hasilnya akan diperoleh sekitar bulan
April 2019. Diproyeksikan tingkat keuangan inklusif Indonesia tahun 2018 sebesar 62%.
Sepanjang semester pertama 2018, Lembaga Perbankan telah mendukung program
Keuangan Inklusif melalui penambahan titik akses layanan keuangan berupa peningkatan
jumlah ATM dan agen bank. Jumlah kantor bank relatif stabil dalam periode yang sama.
Untuk mengetahui perkembangan mutakhir dari tingkat keuangan inklusif Indonesia,
Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif melakukan:
1) Menyelenggarakan Survei Nasional Inklusi Keuangan tahun 2018, yang direncanakan
akan keluar hasilnya pada April 2019.
2) Menyusun kuesioner survei dengan menambah beberapa poin pertanyaan seperti
tentang kepemilikan rekening tabungan dan uang elektronik terdaftar ke dalam
kuesioner yang ada sehingga data tentang keuangan inklusif menurut definisi Global
Findex dapat tersedia dan dianalisis.
Capaian target Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Sebesar Rp.120,4 triliun pada tahun
2018 menjadi salah satu target IKU Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan
Keuangan. Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program prioritas dalam
mendukung kebijakan pemberian kredit/pembiayaan kepada sektor Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah. Target tersebut terpenuhi dengan penyaluran KUR tahun 2018, sampai
dengan 31 Desember 2018 sebesar Rp. 120,4 triliun (100,33% dari target tahun 2018
sebesar Rp.120 Triliun) dengan jumlah debitur sebanyak 4,4 juta debitur dan baki debet
sebesar Rp.92 triliun. Penyaluran terbesar adalah untuk skema KUR Mikro sebesar Rp.73,8
triliun kepada 4,1 juta debitur (61,3% penyaluran), diikuti dengan penyaluran untuk KUR
Kecil sebesar Rp.45,9 triliun kepada 299.270 debitur (38,2% penyaluran), serta
penyaluran untuk KUR Penempatan TKI sebesar R.p.583,7 miliar kepada 35.670 debitur
(0,5% penyaluran). Penyaluran berdasarkan wilayah masih didominasi oleh Pulau Jawa
dengan penyaluran tertinggi di Provinsi Jawa Tengah, diikuti oleh Jawa Timur dan Jawa
Barat.
iii
Koordinasi Pengendalian Inflasi; (7) Rekomendasi Kebijakan Terkait Evaluasi Kinerja TPID;
(8) Rekomendasi Kebijakan terkait Terlaksananya Fungsi Kesekretariatan TPIP; (9)
Rekomendasi Kebijakan terkait Pengembangan Skema Pembiayaan Inovatif Untuk
Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah; (10) Rekomendasi Kebijakan Analisis
Sektoral dan Spasial (4 Laporan (Q4 2017, Q1-Q3 2018) + 2 Laporan (Perikanan dan
Elektronik)); (11) Rekomendasi Kebijakan terkait Perubahan atas Peraturan Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM
tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR); (12) Rekomendasi Kebijakan
tentang Plafon KUR dan Penyaluran KUR 2018; (13) Rekomendasi KEbijakan terkait
Laporan Penyusunan Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia; (14) Rekomendasi terkait
Penyampaian Informasi Mengenai KUR Syariah; (15) Rekomendasi terkait Evaluasi
Pelaksanaan KUR dalam rangka Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan
Penyaluran KUR melalui Monitoring dan Evaluasi Kepada Penyalur yang NPL di atas 5%;
(16) Rekomendasi terkait Evaluasi Penyaluran KUR Sektor Produksi Semester I Tahun 2018
dalam rangka Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Penyaluran KUR melalui Monitoring
dan Evaluasi Penyaluran KUR yang Belum Mencapai Porsi Penyaluran KUR di Sektor
Produksi Sebesar Minimum 50%; (17) Rekomendasi terkait Evaluasi Pelaksanaan KUR
Skema IJP dalam rangka Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Penyaluran
KUR melalui Monitoring dan Evaluasi Penyaluran KUR dibawah 50% dari Target
Penyaluran KUR; (18) Rekomendasi terkait Evaluasi Capaian Target Penyaluran Tahun
2018 dalam rangka Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Penyaluran KUR
melalui Monitoring dan Evaluasi Penyaluran KUR dibawah 50% dari Target Penyaluran
KUR; (19) Rekomendasi terkait Penegasan Perlakuan Khusus Debitur Terdampak Gempa di
Lombok; (20) Rekomendasi tentang Penegasan terkait Penyaluran KUR untuk PNS dan
Karyawan/Karyawati.
Untuk mendukung capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan
Keuangan telah dilakukan kegiatan koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan,
pengendalian pelaksanaan kebijakan yang mencakup 5 (lima) unit kegiatan Eselon II,
yaitu: Koordinasi Kebijakan Bidang Fiskal; Koordinasi Kebijakan Bidang Moneter dan
Neraca Pembayaran; Koordinasi Kebijakan Bidang Pengembangan Ekonomi Daerah dan
Sektor Riil; Koordinasi Kebijakan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan; dan Koordinasi
Kebijakan Bidang Badan Usaha Milik Negara.
iv
Dalam pencapaian pelaksanaan kegiatan tahun 2018, terdapat beberapa kelemahan
yang masih harus diperbaiki pada Kedeputian Ekonomi Makro dan Keuangan yaitu (1)
masih kurangnya Sumber Daya Manusia dan perlengkapan kerja yang kurang memadai
termasuk ruang kerja dan ruang rapat dan lokasi kantor yang masih terpisah belum dalam
satu lingkungan atau gedung yang sama; serta (2) masih lemahnya koordinasi antar
kementerian/lembaga di bawah koordinasi Kantor Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian.
ISKANDAR SIMORANGKIR
v
vi
vii
viii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
INFOGRAFIS CAPAIAN KINERJA TAHUN 2018 ......................................................... i
RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. i
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Organisasi dan Fungsi ..................................................................... 3
C. Kapasitas Organisasi ........................................................................ 5
1. Sumber Daya Manusia ............................................................... 5
2. Dukungan Anggaran ................................................................... 6
D. Isu Strategis ........................................................................................ 6
E. Sistematika Laporan .......................................................................... 8
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 86
B. Rencana Aksi Tindak Lanjut ............................................................... 87
LAMPIRAN
ix
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perekonomian global Tahun 2018 diliputi ketidakpastian, perang dagang dan
proteksionisme, normalisasi suku bunga dan volatilitas harga komoditas meningkatkan risiko
global dan domestik. Di tengah ketidakpastian perekonomian global, pertumbuhan ekonomi
Indonesia Tahun 2018 mencapai 5,17 persen (YoY) secara kumulatif sampai dengan Triwulan
IV Tahun 2018, tertinggi dalam kurun waktu 4 tahun terakhir. Hal ini diikuti pula dengan
penurunan tingkat kemiskinan sebesar 9,82 persen, rasio gini sebesar 0,389 persen dan
tingkat pengangguran 5,13 persen. Sumber pertumbuhan ekonomi Tahun 2018 ditopang oleh
Konsumsi Rumah Tangga dan Investasi (PMTB) yang masing-masing menopang sebesar 2,74
persen dan 2,17 persen. Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh beberapa sektor
antara lain: industri manufaktur; Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor; Konstruksi; Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; serta Informasi dan Komunikasi.
Secara spasial, Pulau Jawa masih memberikan kontribusi terbesar, diikuti Sumatera dan
Sulawesi.
Selain pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, tingkat inflasi dapat terus terjaga
pada level pada level 3,13 persen (YoY) sepanjang Tahun 2018 dan berada dibawah asumsi
makro APBN 2018 sebesar 3,5 pesen (YoY). Pengendalian inflasi terus didorong oleh
penguatan koordinasi Pemerintah Pusat, Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah serta
melanjutkan catatan keberhasilan mempertahankan realisasi inflasi tahun 2016 dan tahun
2017 yang masing-masing mencapai 3,02 persen (yoy) dan 3,60 persen (yoy). Adapun dari
sisi regional, secara tahunan inflasi di seluruh daerah hingga akhir tahun 2018 juga terjaga di
dalam rentang sasaran inflasi nasional.
Dalam hal arah kebijakan, sejalan dengan program Nawacita yang diusung oleh
pemerintah, sedikitnya terdapat tiga hal strategis yang berkaitan dengan Unit Organisasi
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan-Kementerian Koordinator Bidang
1
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah Kabupaten/Kota. Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi
Makro dan Keuangan selaku Sekretaris TPIP pada Tahun 2018 telah melaksanakan beberapa
kegiatan antara lain sekretariat Tim Pengendalian Inflasi Nasional, roadmap pengendalian
inflasi nasional, monitoring dan sistem pelaporan kegiatan pengendalian inflasi pusat dan
daerah (situs hargapangan.id dan tpin.id ), dan koordinasi pelaksanaan rapat koordinasi
nasional, high level meeting serta rapat koordinasi pusat dan daerah. Inflasi Tahun 2018
berada pada level 3,13 persen (YoY) sepanjang Tahun 2018 dan berada dibawah asumsi
makro APBN 2018 sebesar 3,5 pesen (YoY).
Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan investasi, Deputi
Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan dalam rangka program insentif fiskal pada
Tahun 2018 telah melakukan kegiatan antara lain memberikan rekomendasi terkait insentif
perpajakan tax holiday, melakukan koordinasi terkait insentif perpajakan tax allowance. Serta
dalam rangka mendorong UMKM, dilakukan koordinasi terkait penurunan tarif pajak UMKM
dari sebelumnya 1 persen menjadi 0.5 persen.
Selain program prioritas tersebut, terdapat program regular pada Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan antara lain kegiatan monitoring Fiskal, koordinasi
kebijakan terkait pengeluaran negara dan pembiayaan, penguatan sinergi pengendalian sektor
jasa, pengembangan basis data ekonomi dan keuangan, Pengembangan Skema Pembiayaan
Inovatif untuk Pengembangan Ekonomi Daerah dan Sektor Riil, Penyusunan Regulasi yang
Mendukung Pengembangan Ekonomi Daerah dan Sektor Riil, Pemantauan Perkembangan
Ekonomi Daerah dan Sektor Riil, Koordinasi Kebijakan terkait Restrukturisasi/Privatisasi,
Koordinasi Kebijakan terkait Pinjaman Komersial Luar Negeri (PKLN), dan Koordinasi
Kebijakan terkait Penambahan Penyertaan Modal Negara (PMN).
Dalam upaya mengantisipasi tuntutan output yang direncanakan pada tahun 2018,
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan telah menyusun dan menetapkan
Rencana Kerja (Renja) 2018 dengan memperhatikan Rencana Strategis (Renstra) 2015-2019
sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas dan fungsi. Renja yang ditetapkan merupakan
tolak ukur keberhasilan maupun kegagalan unit organisasi dan sekaligus menjadi dasar
penilaian dalam evaluasi kinerja. Hasil evaluasi atas kinerja Deputi Bidang Koordinasi
Ekonomi Makro dan Keuangan tergambar pada Laporan Kinerja (LAKIP).
unsur pelaksana tugas dan fungsi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian di Bidang
Ekonomi Makro dan Keuangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan secara struktural membantu
pekerjaan dan bertanggungjawab kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dengan
tugas pokok “Menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga (K/L) yang
terkait dengan isu di bidang ekonomi makro dan keuangan”. dan menjalankan fungsinya
untuk:
1. Melakukan koordinasi, dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan
kebijakan K/L di bidang ekonomi makro dan keuangan;
2. Melakukan pengendalian pelaksanaan kebijakan K/L di bidang ekonomi makro dan
keuangan;
3. Melakukan pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang ekonomi makro dan
keuangan; dan
4. Melaksanakan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian.
Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi
Makro dan Keuangan membawahi 5 (lima) lima unit Eselon II yang terdiri dari:
1. Asisten Deputi Fiskal;
2. Asisten Deputi Moneter dan Neraca Pembayaran;
3. Asisten Deputi Pengembangan Ekonomi Daerah dan Sektor Riil;
4. Asisten Deputi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan;
5. Asisten Deputi Badan Usaha Milik Negara; dan
6. Kelompok Jabatan Fungsional.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut di atas, unit organisasi Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan didukung oleh 42 (empat puluh dua) Pegawai
Negeri Sipil (PNS) yang terdiri dari : 1 (satu) pejabat eselon I, 4 (empat) pejabat eselon II, 11
(sebelas) pejabat eselon III, 20 (dua puluh) pejabat eselon IV, dan 10 (sepuluh) pelaksana.
Meskipun belum seluruh bagan organisasi terisi dengan pegawai organik, sumberdaya yang
ada berupaya memenuhi pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi dengan optimal dengan
merekrut pegawai tidak tetap (PTT) dengan jumlah 34 (tiga puluh empat) orang.
4
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
C. KAPASITAS ORGANISASI
1. Sumber Daya Manusia
Bagan 1.1
Organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro Dan Keuangan
DEPUTI
BIDANG KOORDINASI EKONOMI
MAKRO DAN KEUANGAN
Asisten Deputi Asisten Deputi Asisten Deputi Asisten Deputi Asisten Deputi
Fiskal Moneter dan Neraca Pengembangan Ekonomi Pasar Modal dan Badan Usaha Milik
Daerah dan Sektor Riil
Pembayaran Lembaga Keuangan Negara
Bagan 1.2
Latar Belakang Pendidikan Pegawai Deputi I
PTT 34
32
S3 3
5
S2 23
Lulusan
25
S1 10
10
D3 5
6
SMA 0
1
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Jumlah
5
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
Dengan keterbatasan dukungan sumberdaya, peralatan dan ruang yang ada, unit
organisasi juga berupaya memaksimalkan penggunaannya. Meskipun terdapat
keterbatasan ruang, kegiatan rapat dan pembahasan koordinasi, sinkronisasi, maupun
pengendalian kebijakan diutamakan dilakukan di dalam Lingkungan Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian, adapun rapat-rapat di luar kantor dilakukan apabila
ruang dan tempat rapat yang tersedia sudah benar-benar tidak memungkinkan lagi
(penuh terpakai oleh jadwal rapat unit kerja lainnya).
2. Dukungan Anggaran
Dengan dukungan anggaran sebesar Rp.14.800.000.000,- pada Tahun 2018 Deputi
Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, meliputi kegiatan:
D. ISU STRATEGIS
Dalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan dalam
dokumen perencanaan dan mewujudkan manajemen pemerintahan yang efisien, efektif,
transparan, dan akuntabel, serta berorientasi pada hasil, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi
Makro dan Keuangan menuangkannya kedalam Perjanjian Kinerja dengan Menteri
6
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
7
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
Kelima, mendorong tumbuhnya UMKM sebagai salah satu pilar utama pembangunan
ekonomi Indonesia dengan jalan memberikan dukungan kemudahan akses pembiyaan
UMKM dengan proses yang mudah, cepat dan tingkat suku bunga yang kompetitif.
Keenam, melakukan harmonisasi kebijakan di tingkat pusat dan daerah sehingga salah
satu agenda pembangunan yang tercantum dalam nawacita yakni membangun dari
pinggiran dapat terealisasi dengan baik.
E. SISTEMATIKA LAPORAN
Sistematika dalam penulisan laporan program dan kegiatan Deputi Bidang Koordinasi
Ekonomi Makro dan Keuangan dalam penulisan Lakip 2018, adalah:
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan pada aspek strategis
organisasi, penjabaran mandat dan peran strategis Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro
dan Keuangan sebagaimana yang dituangkan dalam RPJMN, Nawacita, dan Rencana Kerja
Pemerintah tahun 2018.
Pada bab ini diuraikan penjelasan rinci mengenai rencana strategis, rencana kerja, rencana
kerja dan anggaran, dan perjanjian kinerja tahun 2018 serta proses perumusannya. Selain itu,
juga diuraikan pelaksanaan penajaman Renstra Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian. Selanjutnya, diuraikan pula mengenai pengukuran kinerja organisasi.
A. Kriteria Ukuran Keberhasilan Subbab ini diuraikan kriteria ukuran keberhasilan kinerja
organisasi untuk mengetahui capaian kinerja tahun berjalan.
B. Analisa Capaian Kinerja pada Subbab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap
sasaran program sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi.
C. Perbandingan Capaian Kinerja sebagai evaluasi internal Subbab ini diuraikan evaluasi
internal atas pelaksanaan rencana program, kegiatan, dan anggaran. Selain itu diuraikan
juga pelaksanaan reviu pengelolaan kinerja dan evaluasi mandiri APIP atas implementasi
SAKIP tahun 2017.
D. Akuntabilitas Keuangan Subbab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan untuk
mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja.
E. Analisis Efisiensi Pemanfaatan Sumber Daya Subbab ini memperhitungkan capaian kinerja
output yang dihasilkan dengan memperhitungkan efisiensi realisasi anggaran kegiatan.
8
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
Bab IV Penutup
Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah-langkah
di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan capaian kinerjanya.
9
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. RENCANA STRATEGIS
Visi, Misi, dan Tujuan serta Sasaran Strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Tahun 2015-2019 berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor
11 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian serta kondisi umum, permasalahan
dan tantangan yang akan dihadapi merupakan dasar pertimbangan dalam perumusan Visi,
Misi, Tujuan dan Sasaran unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan
Keuangan dalam mengupayakan terwujudnya sasaran kementerian dan tujuan kementerian di
bidang ekonomi dengan optimal.
Dalam rangka mewujudkan Visi tersebut di atas, maka dibutuhkan tindakan nyata yang
diwujudkan sebagai Misi unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan
Keuangan, yaitu: “Menjaga dan memperbaiki koordinasi dan sinkronisasi penyusunan
kebijakan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi makro dan
keuangan”.
Misi tersebut merupakan langkah peran fungsi unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi
Ekonomi Makro dan Keuangan dalam mengupayakan/memastikan terlaksananya Misi
Kementerianyang diwujudkan melalui koordinasi dan sinkronisasi kinerja lintas sektor di
bidang ekonomi makro dan keuangan. Untuk mencapai kinerja lintas sektor tersebut
dengan optimal, maka dibutuhkan usaha untuk menyatukan pemikiran dan tindakan dari
setiap unit organisasi di Kementerian/Lembaga yang dikoordinasikan.
11
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
12
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
3. Ketiga, Jumlah Paket Rekomendasi Kebijakan di Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan
Keuangan.
Rencana Kinerja merupakan penjabaran Rencana Strategis Unit Organisasi Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Tahun 2015-2019 yang merupakan
perencanaan jangka menengah organisasi yang berisi gambaran sasaran atau kondisi
hasil yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun beserta strategi yang akan
dilakukan untuk mencapai sasaran sesuai dengan tugas, fungsi, dan peran yang
diamanahkan. Penyusunan Renstra Deputi tersebut mengacu pada Renstra Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian dan Rencana Pembangunan Menengah Nasional
(RPJMN) Tahun 2015-2019.
14
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
Terwujudnya Koordinasi, Sinkronasi dan Pengendalian Kebijakan Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan
15
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
B. PERJANJIAN KINERJA
1. Perjanjian Kinerja Tahun 2018
Dengan berpedoman pada Renstra dan memperhatikan rancangan awal Rencana Kerja
(Renja), unit organisasi Deputi I telah menyusun Renja Tahun 2018 yang memuat
kebijakan, program, dan kegiatan yang meliputi kegiatan pokok serta kegiatan pendukung
untuk mencapai sasaran hasil sesuai dengan program induk yang didukung. Renja dirinci
menurut indikator keluaran, sasaran keluaran pada tahun rencana, prakiraan sasaran
tahun berikutnya, pagu indikatif sebagai indikasi pagu anggaran, serta pelaksanaannya.
Untuk mencapai sasaran strategis dan sasaran pendukung lainnya yang berkaitan dengan
isu strategis, pada tahun 2018 unit organisasi Deputi I melaksanakan kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan:
1. Kegiatan Kebijakan Bidang Fiskal.
2. Kegiatan Kebijakan Bidang Moneter dan Neraca Pembayaran.
3. Kegiatan Kebijakan Bid. Pengembangan Ekonomi Daerah dan Sektor Rill.
4. Kegiatan Kebijakan Bidang Pasar Modal dan Lembaga Keuangan serta Program
Kebijakan Perluasan Akses Pembiayaan Bagi UMK melalui Skema Penyaluran Kredit
Berpenjaminan dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR) serta Program Prioritas Sistem
Nasional Keuangan Inklusif (SNKI).
5. Kegiatan Kebijakan Bidang Badan Usaha Milik Negara.
Dalam rangka mencapai strategi organisasi dan meningkatkan kinerja, Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan melakukan penandatangan perjanjian kinerja
dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Hal ini tentu saja didukung dengan
perjanjian kinerja yang disusun dimulai dari level pejabat tertinggi sampai ke pelaksana
berdasarkan tugas dan fungsinya.
Penetapan Perjanjian Kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen untuk mencapai
kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu dengan
mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. Tujuan khusus penetapan kinerja
adalah untuk:
1. Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur;
16
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
Pencapaian sasaran strategis unit organisasi Deputi I diukur dengan Indikator Kinerja
Utama (IKU) dimana penyusunan IKU disesuaikan dengan level organisasi atau
kewenangan yang dimiliki oleh pejabat yang bersangkutan. Oleh karena itu Indikator-
indikator kinerja dan target tahunan yang digunakan dalam penetapan kinerja ini adalah
indikator kinerja utama tingkat eselon I.
Rencana Kinerja Tahun 2018 Deputi I sebagaimana yang telah dituangkan dalam
Perjanjian Kinerja Tahun 2018 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Perjanjian Kinerja Kedeputian I
2. METODE PENGUKURAN
Pengukuran tingkat capaian kinerja Kedeputian I Tahun 2018 dilakukan dengan cara
membandingkan antara target pencapaian indikator sasaran yang telah ditetapkan dalam
Penetapan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Tahun 2018
dengan realisasinya. Nilai Kinerja Organisasi (NKO) diperoleh melalui serangkaian
penghitungan dengan menggunakan data target dan realisasi IKU yang tersedia. Dengan
membandingkan antara data target dan realisasi IKU, akan diperoleh indeks capaian IKU.
17
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
Tabel 2.2
Indeks Capaian IKU
18
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
19
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
Indeks Capaian ≥ 100% 80% ≤ Indeks Capaian < 100% Indeks Capaian< 80%
1) Polarisasi Maximize
Pada polarisasi maximize kriteria nilai terbaik pencapaian IKU adalah realisasi yang lebih
tinggi dari target. Contoh: Persentase Pertumbuhan Ekonomi
2) Polarisasi Minimize
Pada polarisasi minimize, kriteria nilai terbaik pencapaian IKU adalah realisasi yang lebih
kecil dari target. Contoh: Persentase Jumlah Temuan Pemeriksaan
3) Polarisasi Stabilize
Pada polarisasi stabilize, kriteria nilai terbaik pencapaian IKU adalah realisasi yang berada
dalam suatu rentang tertentu dibandingkan target atau Semakin Stabil/sesuai dengan nilai
target (tidak naik dan tidak turun) maka kinerja semakin baik. Contoh: Persentase deviasi
asumsi makro ekonomi.
Ruang lingkup Pengelolaan Kinerja di lingkungan Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan
Keuangan meliputi pengumpulan data kinerja sebagaimana tertuang dalam dokumen
Penetapan Kinerja/Perjanjian Kinerja, Pengukuran Data Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan
Monitoring dan Evaluasi. Setiap Entitas Akuntabilitas Kinerja di seluruh tingkatan, melakukan
koordinasi pengelolaan data kinerja dengan cara mencatat, mengolah, dan melaporkan data
kinerja.
20
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
Mekanisme Pengumpulan data kinerja telah diatur melalui Peraturan Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian Nomor: 14 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian Nomor: 9 Tahun 2015 tentang Perjanjian Kinerja dan
Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, serta
Peraturan Sekretaris Kementerian Koordinator Nomor 1 Tahun 2018 tentang Petunjuk Teknis
Pengelolaan Kinerja di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Pelaksanaan pengumpulan data, pelaporan, serta monitoring atas capaian kinerja dilakukan
dalam Sistem Manajemen Kinerja secara terintegrasi dan dapat diakses secara luas oleh publik
melalui sistem aplikasi ekon-GO (Evaluasi Kinerja Online-Gerai Otomatisasi), di laman situs
http://kinerja.ekon.go.id.
Selain Nilai Kerja Organisasi (NKO) dan Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) di atas
penyajian analisis capaian kinerja dalam Laporan Kinerja ini yang merupakan hasil
koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan
tersebut berupa rekomendasi kebijakan, diklasifikasikan untuk mendukung outcome/impact
yang diharapkan sesuai dengan 4 Sasaran Strategis yang dirumuskan dalam Penajaman
Rencana Strategis Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, yang meliputi:
Pertumbuhan Investasi, Stabilitas Inflasi Kelompok Harga Pangan Bergejolak dan Kelompok
Harga Pangan yang diatur Pemerintah, Stabilitas Sektor Keuangan, serta Mendorong
Pertumbuhan Ekonomi Daerah dan Sektor Rill yang Optimal.
Bagan 3.1
Penajaman Rencana Strategis
SS PENAJAMAN RENSTRA
SS.2 Stabilitas
SS.4
inflasi kelompok SS.3 Stabilitas
SS.1 Mendorong
harga pangan Sektor Keuangan
Pertumbuhan Pertumbuhan
bergejolak dan
Investasi Ekonomi Daerah
kelompok Harga
dan Sektor RIil yang
yang diatur
optimal
Pemerintah
Jumlah
Perjanjian Kinerja
21
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
Jumlah
Peraturan terkait
PK SS.2
daya saing
Tercapainya
- - Stabilitas Sektor -
Target
Keuangan
Penyaluran KUR
(Keputusan
Strategis Revisi)
PK. SS.3
Jumlah Peraturan Jumlah Peraturan Jumlah Peraturan Terwujudnya
terkait Stabilitas
terkait terkait Koordinasi
Pertumbuhan Inflasi Kelompok Pertumbuhan Sinkronisasi dan
Investasi Harga Pangan Ekonomi Spasial Pengendalian
(Keputusan (Keputusan dan Pertumbuhan Kebijakan
Strategis Baru) Strategis Baru) PMTB Nasional Perekonomian.
Tingkat capaian kinerja unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan
Keuangan Tahun 2018 dilakukan dengan cara membandingkan antara target (rencana)
dengan realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah tertuang dalam Penetapan Kinerja
Kedeputian I Tahun 2018. Perhitungan tingkat capaian kinerja Kedeputian I Tahun 2018
berdasarkan hasil pengukurannya dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.2
Capaian Kinerja Kedeputian I
SASARAN STRATEGIS 1
Tercapainya Indeks Keuangan Inklusif
Indikator Kinerja
Target Realisasi Kinerja
Indeks Keuangan Inklusif 68% 70% 102,94%
SASARAN STRATEGIS 2
Tercapainya Target Penyaluran KUR.
Indikator Kinerja
Target Realisasi Kinerja
Target Penyaluran KUR Rp. 120 Triliun Rp. 120,4 100,33%
SASARAN STRATEGIS 3
Terwujudnya Koordinasi Sinkronisasi dan Pengendalian Kebijakan Perekonomian
Indikator Kinerja
Target Realisasi Kinerja
Jumlah Paket Rekomendasi Kebijakan
1 Paket 1 Paket
Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan 100%
Rekomendasi Rekomendasi
Keuangan.
Rata-Rata Capaian Kinerja 101,09%
22
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
Presentase rencana realisasi untuk Sasaran Strategis 1 dan 2 masing-masing adalah 102,94%
dan 100,33%, sedangkan Sasaran Strategis ketiga Jumlah Paket Rekomendasi Kebijakan Bidang
Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan tercapai 100%.
Berdasarkan realisasi tersebut dengan demikian capaian rata-rata atas indikator kinerja Tahun
2018 adalah sebesar 101,09% merupakan rata-rata penjumlahan dari masing-masing
indikator kinerja dibagi tiga. Dengan demikian status kinerja Deputi Bidang Koordinasi
Ekonomi Makro dan Keuangan untuk sasaran strategis 1, 2 dan 3 berwarna HIJAU,
sebagaimana telah dijabarkan pada tabel sebelumnya.
23
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
Output/Hasil koordinasi:
a. Nota Dinas Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Nomor: ND-
107/D.I.M.EKON /07/2018 tanggal 4 Juli 2018 tentang Konsep Surat dan Laporan
Pelaksanaan SNKI Tahun 2017 kepada Presiden RI;
b. Surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor: S-249/M.EKON/07/2018
tanggal 16 Juli 2018 tentang Laporan Pelaksanaan SNKI Tahun 2017.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
1) Mempercepat pencapaian target indeks keuangan inklusif Indonesia sebesar 75% di tahun
2019
2) Meningkatkan sinergi program dan pelaksanaan rencana aksi keuangan inklusif tahun
2018.
27
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
sebelum pada akhirnya mereka mendapatkan akses layanan keuangan yang lain sesuai dengan
kebutuhannya.
Pertumbuhan ekonomi suatu negara didukung oleh tabungan masyarakat, disamping faktor
lainnya yaitu konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan nett ekspor. Semakin tinggi
tingkat tabungan masyarakat di suatu negara maka akan menggerakkan roda perekonomian
karena ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk pembangunan dan investasi baik di
sektor riil maupun sektor keuangan.
Pemerintah telah menetapkan target inklusi keuangan sebesar 75% pada akhir tahun 2019,
yang dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2016. Artinya sebanyak 75%
penduduk dewasa Indonesia memiliki akses layanan keuangan pada lembaga keuangan
formal. Baru-baru ini World Bank merilis data terbaru yang menunjukkan 48.9% penduduk
dewasa di Indonesia tahun 2017 telah memiliki rekening di bank, meningkat dari 36,1% di
tahun 2014. Untuk mencapai target 75% tersebut inklusi keuangan harus meningkat 26,1%
selama 2 tahun (2018-2019). Dengan kata lain sekitar 51,53 juta penduduk dewasa yang
belum memiliki akses ke layanan keuangan pada lembaga keuangan formal, harus di-inklusi-
kan (asumsi populasi penduduk berusia 15 ke atas tahun 2019 sebesar 197.438.600,
berdasarkan data BPS).
Sementara itu berdasarkan hasil survey OJK 2016 terkait literasi keuangan, di dapat angka
literasi Indonesia sebesar 29.66%. Untuk mengejar target inklusi keuangan sebesar 75% di
akhir tahun 2019 dibutuhkan tingkat literasi masyarakat yang jauh lebih tinggi.
Mempertimbangkan butir-butir tersebut, dipandang perlu dilakukan langkah-langkah
strategis yang bersifat massif dan global untuk meningkatkan pemahaman masyarakat akan
layanan dan produk lembaga keuangan, terutama pentingnya menghidupkan budaya
menabung. Diharapkan dengan demikian masyarakat akan semakin paham dan sadar akan
pentingnya menabung bagi dirinya sendiri, keluarga, dan negara, serta pentingnya memiliki
akses ke produk dan layanan keuangan lainnya untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
Berdasarkan hal diatas, langkah konkrit yang di harapkan adalah:
a) Akan dilakukan Kampanye Peningkatan Kesadaran Masyarakat terhadap Keuangan
Inklusif
Melihat rendahnya tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia, maka perlu diadakan
suatu gerakan yang bersifat massif dan berskala nasional yang akan menggerakkan
seluruh lapisan masyarakat untuk melakukan tindakan aktif untuk mengakses keuangan.
Diharapkan gerakan ini akan menjadi gerakan aktif yang akan menyasar terutama kepada
kelompok masyarakat dengan populasi yang besar.
28
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
Kampanye ini rencananya akan dilakukan serentak yang menggerakkan industri, instansi
pemerintah, instansi terkait serta masyarakat melalui acara-acara dengan tema Keuangan
Inklusif secara berkelanjutan selama bulan Oktober.
Tujuannya adalah kesadaran masyarakat akan keuangan inklusif meningkat dan yang
terpenting adalah mereka akan melakukan langkah aktif dengan mengakses layanan
keuangan, dimana dalam hal ini, tabungan menjadi akses awal untuk masuk ke layanan
keuangan
29
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
1) Mempercepat pencapaian target indeks keuangan inklusif Indonesia sebesar 75% di tahun
2019;
2) Memperkuat komitmen dan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat dan seluruh pihak
dalam rangka implementasi Peraturan Presiden Nomor: 82 Tahun 2016 tentang Strategi
Nasional Keuangan Inklusif (SNKI).
Rekomendasi Penyaluran Pinjaman dan Pembiayaan Secara Non Tunai Bagi Nasabah
PT. Pegadaian
Latar Belakang
Dalam rangka memperluas dan meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan keuangan
formal, Pemerintah telah menetapkan Peraturan Presiden Nomor: 82 Tahun 2016 tentang
Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI). Di dalam Perpres dimaksud telah ditetapkan target
tingkat keuangan inklusif sebesar 75% pada akhir tahun 2019. Untuk mencapai target
tersebut dibutuhkan kolaborasi dan komitmen dari semua pihak untuk menyukseskannya.
PT Pegadaian mempunyai beberapa produk yang penyalurannya masih dalam bentuk tunai,
seperti produk Kredit Cepat dan Aman (KCA) dan pembiayaan Rahn. Sehubungan dengan hal
tersebut, perlu himbauan kepada PT Pegadaian untuk:
1. Menyalurkan pinjaman dan pembiayaan secara non tunai kepada seluruh nasabah
melalui rekening tabungan di lembaga keuangan formal.
2. Memberikan edukasi kepada nasabah mengenai keuntungan memiliki rekening
tabungan di lembaga keuangan formal.
Output/Hasil koordinasi
Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Nomor: S-
116/SES.DNKI/10/2018 Perihal Himbauan Penyaluran Pinjaman dan Pembiayaan Secara Non
Tunai Bagi Nasabah PT. Pegadaian tanggal 9 Oktober 2018.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
1) Mempercepat pencapaian target indeks keuangan inklusif Indonesia sebesar 75% di tahun
2019.
2) Memperkuat komitmen dan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat dan seluruh pihak
dalam rangka implementasi Peraturan Presiden Nomor: 82 Tahun 2016 tentang Strategi
Nasional Keuangan Inklusif (SNKI).
30
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
Rekomendasi Penyaluran Pinjaman Secara Non Tunai Bagi Nasabah PNM Mekaar
Latar Belakang
Dalam rangka memperluas dan meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan keuangan
formal, Pemerintah telah menetapkan Peraturan Presiden Nomor: 82 Tahun 2016 tentang
Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI). Di dalam Perpres dimaksud telah ditetapkan target
tingkat keuangan inklusif sebesar 75% pada akhir tahun 2019. Untuk mencapai target
tersebut dibutuhkan kolaborasi dan komitmen dari semua pihak untuk menyukseskannya.
PT PNM yang menyasar kelompok masyarakat yang menjadi fokus sasaran SNKI, yaitu PNM
Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera). PNM Mekaar menyasar kelompok
masyarakat wanita pra-sejahtera yang sudah mempunyai usaha produktif maupun yang akan
berusaha. Per 31 Agustus 2018 nasabah PNM Mekaar sebanyak 4.451.170, dengan total
akumulasi penyaluran sebesar Rp.9,5 triliun. Pinjaman sebesar Rp.2 juta secara bertahap
sampai dengan Rp.5 juta masih diterima nasabah PNM Mekaar secara tunai. Sehubungan
dengan hal tersebut, perlu himbauan kepada PT PNM untuk:
1. Menyalurkan pinjaman dan pembiayaan secara non tunai kepada seluruh nasabah
melalui rekening tabungan di lembaga keuangan formal.
2. Memberikan edukasi kepada nasabah mengenai keuntungan memiliki rekening
tabungan di lembaga keuangan formal.
Output/Hasil Koordinasi
Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Nomor: S-
117/SES.DNKI/10/2018 tanggal 9 Oktober 2018 Perihal Himbauan Penyaluran Pinjaman
Secara Non Tunai Bagi Nasabah PNM Mekaar.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
1) Mempercepat pencapaian target indeks keuangan inklusif Indonesia sebesar 75% di tahun
2019.
2) Memperkuat komitmen dan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat dan seluruh pihak
dalam rangka implementasi Peraturan Presiden Nomor: 82 Tahun 2016 tentang Strategi
Nasional Keuangan Inklusif (SNKI).
Pada tahun 2014, Otoritas Jasa Keuangan meluncurkan produk Simpanan Pelajar yang secara
khusus didesain untuk segmen pelajar. Produk tabungan ini sendiri telah digunakan sebagai
produk dari Program Indonesia Pintar dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pada
bulan Juni 2018, Otoritas Jasa Keuangan mencatat sudah terdapat 14.897.336 rekening
Simpanan Pelajar. Akan tetapi, 70% dari total jumlah rekening Simpanan Pelajar ini
disumbangkan oleh pelajar penerima Program Indonesia Pintar. Simpanan Pelajar yang
merupakan produk yang secara khusus ditujukan kepada pelajar pada umumnya ini masih
minim digunakan oleh pelajar non penerima Program Indonesia Pintar (regular non
program).
Perbankan menyampaikan bahwa mereka mengalami kesulitan dalam mendekati pihak
sekolah dikarenakan tidak adanya permintaan atas produk Simpanan Pelajar ini dari sekolah.
Sebagai tindak lanjut, Otoritas Jasa Keuangan, Sekretariat DNKI mengundang Otoritas Jasa
Keuangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kementerian Agama untuk
mengirimkan surat permintaan dari Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan
selaku Ketua Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif kepada Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan dan Kementerian Agama untuk memberikan surat edaran yang berisi
instruksi untuk mewajibkan pelajar untuk membuka produk Simpanan Pelajar di sekolah –
sekolah secara nasional. Selain itu, juga meminta dukungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan dan Kementerian Agama untuk memantau dan melaporkan perkembangan
kunjungan perbankan ke sekolah setiap bulan. Kewajiban membuka rekening Simpanan
Pelajar ini akan meningkatkan jumlah rekening Simpanan Pelajar yang secara langsung
memberikan kontribusi dalam mencapai target keuangan inklusi sebesar 75% di tahun 2019.
Output/Hasil Koordinasi
1. Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Nomor: S-
99/SES.DNKI/08/2018 tanggal 6 Agustus 2018 Perihal Tindak Lanjut Implementasi
Produk Simpanan Pelajar (Direktorat Jenderal Pendidikan Islam).
2. Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Nomor: S-
100/SES.DNKI/08/2018 tanggal 6 Agustus 2018 Perihal Tindak Lanjut Implementasi
Produk Simpanan Pelajar (Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah).
Outcome/Dampak yang diharapkan:
1. Mempercepat pencapaian target indeks keuangan inklusif Indonesia sebesar 75% di tahun
2019;
2. Memperkuat komitmen dan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat dan seluruh pihak
dalam rangka implementasi Peraturan Presiden Nomor: 82 Tahun 2016 tentang Strategi
Nasional Keuangan Inklusif (SNKI).
32
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
33
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
34
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
35
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
36
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
37
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
Indikator Dimensi
Des' 2017 Des' 2018 Perubahan YoY
Penggunaan
Jumlah rekening DPK di bank 299,839,004 309,103,602 3.09%
skema KUR Mikro sebesar Rp.73,8 triliun kepada 4,1 juta debitur (61,3% penyaluran),
diikuti dengan penyaluran untuk KUR Kecil sebesar Rp.45,9 triliun kepada 299.270
debitur (38,2% penyaluran), serta penyaluran untuk KUR Penempatan TKI sebesar
Rp.583,7 miliar kepada 35.670 debitur (0,5% penyaluran). Penyaluran berdasarkan
wilayah masih didominasi oleh Pulau Jawa dengan penyaluran tertinggi di Provinsi
Jawa Tengah, diikuti oleh Jawa Timur dan Jawa Barat.
39
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
40
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
penurunan suku bunga, kelompok usaha sebagai penerima KUR, skema KUR
Khusus, pengaturan minimum porsi penyaluran KUR ke sektor produksi, skema
KUR multisektor, mekanisme pembayaran yarnen, perubahan istilah KUR Ritel
menjadi KUR Kecil, jumlah plafon KUR Mikro untuk sektor produksi, penyaluran
KUR bersamaan dengan kredit lain yang dibolehkan, struktur biaya KUR
Penempatan TKI, KUR untuk masyarakat perbatasan, dan KUR untuk optimalisasi
KUBE.
Sebagai upaya optimalisasi pencapaian target penyaluran KUR tahun 2018 serta
mendorong peningkatan penyaluran KUR di sektor produksi, Komite Kebijakan
Pembiayaan bagi UMKM telah menetapkan beberapa kebijakan strategis KUR
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM nomor 8 Tahun 2018
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Nomor: 11 tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanaan KUR. Kebijakan strategis
tersebut antara lain:
a. Skema KUR untuk sektor pariwisata yaitu KUR yang diberikan untuk kegiatan
usaha produktif dalam rangka mendukung usaha pariwisata di 10 lokasi
Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) dan 88 Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional (KSPN) dengan plafon kredit/pembiayaan sesuai kebutuhan usahanya;
b. Perubahan besaran plafon untuk skema KUR khusus, yaitu skema KUR yang
mengakomodir skema pembiayaan bagi sektor perkebunan, peternakan dan
perikanan rakyat yang disalurkan kepada petani/peternak yang tergabung
dalam kelompok usaha dan memiliki mitra usaha. Saat ini petani, peternak, dan
nelayan dapat memanfaatkan skema KUR Khusus dengan plafon paling banyak
sebesar Rp.500 juta untuk masing-masing individu dengan suku bunga sebesar
suku bunga KUR yang ditetapkan (7% efektif per tahun);
c. Perluasan sektor ekonomi yang dapat dibiayai KUR yaitu seluruh sektor
ekonomi dapat dibiayai KUR selama disalurkan kepada usaha mikro, kecil, dan
menengah yang memiliki usaha produktif dan layak yaitu usaha mikro, kecil
dan menengah yang menghasilkan barang dan/atau jasa untuk memberikan
nilai tambah dan meningkatkan pendapatan bagi pelaku usaha.
Output/Hasil koordinasi:
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor: 8 Tahun 2018
tentang Perubahan atas Permenko 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kredit Usaha Rakyat (KUR).
42
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
45
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
Output/Hasil koordinasi:
Keputusan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Nomor 1
tahun 2018 tentang Tim Penilai dan Tim Teknis Pemberian Penghargaan kepada
Penyalur KUR, Penjamin KUR, dan Pemerintah Daerah Pendukung Program KUR,
ditetapkan tanggal 11 Juli 2018.
46
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
3). Jumlah Paket Rekomendasi Kebijakan Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan
Keuangan (Capaian Kinerja Indikator Program Ke-3)
47
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
48
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
c. Perluasan KBLI yang dapat diberikan fasilitas tax holiday meliputi penyempurnaan dan
penambahan beberapa KBLI yang dipandang perlu. Semula, jumlah KBLI yang dapat
diberikan fasilitas tax holiday adalah sebanyak 153 KBLI, kemudian dalam pembahasan
telah disempurnakan menjadi 99 KBLI, dan saat ini diperluas menjadi 169 KBLI.
Simplifikasi prosedur permohonan fasilitas tax holiday melalui Online Single Submission
(OSS). Melalui sistem dimaksud Wajib Pajak yang memenuhi kriteria/persyaratan dapat
langsung mendapatkan notifikasi persetujuan dan jangka waktu fasilitas tax holiday
yang didapatkan. Setelah itu OSS akan meneruskan kepada sistem DJP (Kementerian
Keuangan) untuk dapat diproses penerbitan surat keputusan penetapan pemberian
fasilitas tax holiday.
Output Kinerja
1. Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan kepada Kepala Badan
Kebijakan Fiskal Nomor: S-280/D.I.M.EKON/11/2018 tanggal 16 November 2018
tentang Bidang Usaha yang Dapat Diberikan Fasilitas Tax Holiday.
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 35/PMK.010/2018 tentang Pemberian Fasilitas
Pengurangan Pajak Penghasilan Badan tanggal 29 Maret 2018
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 150/PMK.010/2018 tanggal 26 November
2018 tentang Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan dilakukan
pembahasan yang dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian.
4. Nota Dinas Asisten Deputi Fiskal Nomor: ND-166/D.I.M.EKON.1/11/2018 tanggal
16 November 2018 perihal Penyampaian Hasil Rapat Pembahasan Evaluasi atas
Pengembangan Kawasan Industri di Indonesia dan Tindak Lanjut Rapat Koordinasi
terkait Fasilitas Tax Holiday
Capaian Kinerja Outcome/Dampak Kebijakan
Melalui penerbitan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 150/PMK.010/2018 tentang
Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan diharapkan dapat
meningkatkan jumlah investasi di Indonesia dalam industri pionir. Penanaman modal
dalam industri pionir atau industri hulu akan berdampak pada tersedianya bahan baku
industri dasar, yang dimanfaatkan dalam proses produksi industri intermediate dan hilir.
Ketersediaan bahan baku dalam negeri yang terjangkau diharapkan tidak hanya
menekan biaya produksi dan menurunkan harga produk, namun menjamin
sustainability industri dalam negeri. Selain itu fasilitas tax holiday diberikan dalam
49
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
SS 2
MENJAGA STABILITASI INFLASI KELOMPOK HARGA PANGAN BERGEJOLAK
DAN KELOMPOK HARGA YANG DIATUR PEMERINTAH
Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Terwujudnya Koordinasi Sinkronisasi dan Jumlah Paket Rekomendasi Kebijakan Bidang
Pengendalian Kebijakan Perekonomian. Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan.
1. Rekomendasi Terkait Asesmen Indikator Ekonomi Makro Secara Periodik
Latar Belakang
Dalam rangka rangka mendukung koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi
dan penyusunan kebijakan pada bidang moneter dan neraca pembayaran diperlukan analisis
kebijakan yang didukung oleh informasi dan data terkait perekonomian makro baik dalam
skala global maupun nasional. Selain itu, perlu juga dilakukan asesmen yang berkelanjutan
baik sektor moneter maupun eksternal secara berkesinambungan. Asesmen ini juga didukung
dengan analisis data sekunder dan monitoring melalui Kementerian/Lembaga, Pemerintah
daerah dan pelaku usaha untuk melihat langsung kondisi di lapangan.
Output/hasil koordinasi:
Penyusunan bahan kondisi perekonomian terkini yang diupdate setiap bulan sebanyak 12
laporan.
Penyusunan laporan mingguan data makro dan artikel isu perekonomian terkini sebanyak
43 edisi, penyusunan laporan harian sebanyak 129 edisi.
Penyusunan analisis atas indikator makro ekonomi meliputi: laporan triwulanan PDB
sebanyak 4 (empat) laporan, laporan triwulanan neraca pembayaran sebanyak 4 (empat)
laporan, laporan bulanan neraca perdagangan sebanyak 12 (dua belas) laporan, laporan
bulanan inflasi sebanyak 12 (dua belas) laporan, dan laporan sistem pembayaran dan
perbankan sebanyak 12 (dua belas) laporan.
Penyusunan laporan asesmen sektor eksternal, asesmen utang luar negeri, asesmen
pertumbuhan ekonomi, asesmen neraca perdagangan, asesmen nilai tukar, asesmen pasar
modal, asesmen perekonomian terkini untuk penyiapan lembaga rating, asesmen transaksi
berjalan, dan asesmen sektor jasa unggulan sebanyak 9 (sembilan) kali.
50
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
51
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
52
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
pengendalian kebijakan untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan pemerintah. Hal ini
tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor: 23 Tahun 2017 tentang Tim
Pengendalian Inflasi Nasional (TPIN). TPIN terdiri dari Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP),
Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi dan TPID Kabupaten/Kota. Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian ditetapkan Keppres sebagai ketua TPIP.
Peraturan pelaksanaan Keppres, yaitu Keputusan Menko Perekonomian Nomor: 148 tahun
2017 tentang Tugas dan Keanggotaan Kelompok Kerja dan Sekretariat TPIP telah menetapkan
Deputi Koordinasi Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan sebagai Kepala Sekretariat TPIP dan
Asisten Deputi Moneter dan Neraca Pembayaran sebagai Wakil Kepala Sekretariat TPIP.
Sekretariat TPIP juga berfungsi untuk membantu peran kelompok kerja (Pokja) Daerah TPIP
dalam melakukan sinkronisasi kebijakan Pusat-Daerah dan pembinaan TPID. Dalam rangka
menunjang hal-hal di atas, Sekretariat mengkoordinasikan penyelenggaraan:
Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) TPIN, merupakan forum tertinggi dalam koordinasi
pengendalian inflasi yang dipimpin oleh Presiden yang diikuti oleh Tim Pengendalian
Inflasi Pusat, Tim Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi dan Tim Pengendalian Inflasi
Daerah Kabupaten/Kota. Penyelenggaraan Rakornas TPIN merupakan penegasan
Pemerintah akan pentingnya sinergi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
untuk mencapai sasaran inflasi nasional, sekaligus menjaga momentum pertumbuhan
ekonomi nasional, di tengah ketidakpastian ekonomi global. Dalam kegiatan tersebut,
secara tegas Presiden memberikan arahan kepada seluruh pihak.
High Level Meeting (tingkat Menteri), merupakan forum rapat koordinasi yang
diselenggarakan 2 (dua) kali dalam setahun atau sewaktu-waktu apabila diperlukan
dihadiri oleh anggota TPIP dengan tujuan untuk penyusunan rekomendasi penetapan
sasaran inflasi, koordinasi kebijakan sektoral dalam rangka mencapai sasaran inflasi, dan
koordinasi kebijakan pusat daerah dalam rangka mencapai sasaran inflasi.
Rapat Koordinasi Pusat dan Daerah (Rakorpusda), merupakan forum rapat kordinasi yang
diselenggarakan untuk menghasilkan kesepakatan tindak lanjut dan implementasi hasil
Rakornas di tingkat daerah. Rakorpusda diselenggarakan 1 (satu) kali dalam setahun atau
sewaktu-waktu apabila diperlukan dihadiri oleh Sekretaris Daerah Provinsi dan Sekretaris
Daerah Kabupaten/Kota selaku pelaksana harian TPID.
Output/hasil koordinasi:
Surat Menko Perekonomian Selaku Ketua TPIP Kepada Presiden Perihal Laporan
Pelaksanaan Tugas Tim Pengendalian Inflasi Pusat Tahun 2018 (Dalam Proses
Penandatanganan Bapak Menko) yang didasari atas Nota Dinas Deputi Bidang Koordinasi
53
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
54
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
tanggal 28 Desember 2018 tentang Peta Jalan Pengendalian Inflasi 2019-2021; Surat
Menko Perekonomian Kepada Menteri dan Pimpinan Lembaga Anggota TPIP, Nomor: S-
398/M.EKON/12/2018 tanggal 28 Desember 2018 tentang Peta Jalan Pengendalian Inflasi
2019-2021.
Ditetapkannya peta jalan Pengendalian inflasi nasional 2019-2021 pada tanggal 21
Desember 2018, sebagai tindak lanjut penetapan sasaran inflasi nasional berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 124/PMK.010/2017. Peta jalan ini akan dijadikan
salah satu acuan K/L dalam menyusun kebijakan pembangunan sektoral dan bagi TPID
untuk menyusun peta jalan pengendalian inflasi daerah.
Surat Menko Perekonomian Kepada Seluruh Ketua TPID Provinsi dan TPID Kabupaten/Kota
Nomor: S-317/M.EKON/12/2018 tanggal 22 Oktober tentang Penajaman tugas TPID.
Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kepada Pokja Pusat TPIP,
Pokja Daerah TPIP, Ketua TPID Provinsi, dan Ketua TPID Kabupaten/Kota Nomor: S-232/
D.I.M.EKON/ 08/2018 tanggal 9 Agustus 2018 tentang Penyampaian Hasil Rakornas
Pengendalian Inflasi Nasional Tahun 2018.
Dalam surat ini disampaikan arahan-arahan Presiden RI serta kesepatan yang dihasilkan
yang disampaikan kepada instansi terkait di tingkat pusat dan seluruh Tim Pengendalian
Inflasi Daerah (TPID) Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
Tercapainya sasaran inflasi tahun 2018 yang telah ditetapkan pemerintah berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 93/PMK.Oll/2014 yaitu sebesar 3,5±1% dan
tercapainya sasaran inflasi volatile food (VF) sebagaimana ditetapkan dalam High Level
Meeting Pengendalian Inflasi 22 Januari 2018 dan penegasan ulang komitmen menjaga
realisasi Inflasi 4-5% dalam HLM pada 24 Agustus 2018.
5. Rekomendasi Kebijakan Terkait Evaluasi Kinerja TPID
Latar Belakang
Dalam rangka mengukur efektivitas koordinasi pengendalian inflasi yang dilaksanakan TPID
serta mendukung evaluasi dan apresiasi TPID dilakukan evaluasi kinerja TPID setiap tahun
dimulai dari tahun 2012. Evaluasi tahun 2018 dilaksanakan atas program kerja TPID Provinsi
dan TPID Kabupaten/Kota tahun 2017. Dalam menghasilkan rekomendasi, Sekretariat
bekerjasama dengan Pokja Daerah melakukan serangkaian kegiatan untuk menilai aspek
proses/intensitas kegiatan, dan penilaian aspek outcome. Rekomendasi Penetapan pemenang
ditetapkan melalui keputusan bersama pejabat setingkat eselon I dari Kemenko Perekonomian,
Bank Indonesia, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian PPN/Bappenas. Hasil
55
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
Output/hasil koordinasi:
Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan kepada Dirjen Bina
Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri Nomor: S-73/ D.I.M.EKON/03/2018
tanggal 7 Maret 2018 tentang Evaluasi Kinerja TPID Tahun 2018.
Berita acara rapat pleno penentuan pemenang TPID Award 2017 Tim Pengendalian Inflasi
Pusat tanggal 16 Juli 2018.
Outcome Dampak yang diharapkan:
Semakin banyaknya TPID yang berpartisipasi dalam evaluasi penilaian kinerja.
Penyempurnaan penilaian kinerja TPID yang semakin berkualitas.
6. Rekomendasi Kebijakan terkait Terlaksananya Fungsi Kesekretariatan TPIP
Latar Belakang
Sekretariat TPIP sesuai dengan amanat Keppres Nomor: 23 tentang Tim Pengendalian Inflasi
Nasional berfungsi untuk mendukung Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan antar K/L
anggota TPIP dalam mencapai sasaran Inflasi yang ditetapkan. Disamping itu Sekretariat TPIP
juga berperan dalam pembinan daerah, dimana sebelum diterbitkannya Keppres, pembinaan
TPID dilakukan oleh Kelompok Kerja Nasional TPID (Pokjanas TPID) yang diketuai oleh Deputi
Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Kemenko Perekonomian. Setelah
diterbitkannya Keppres, maka terdapat penyesuaian tugas sesuai dengan fungsi kementerian
yang mana tugas pembinaan daerah dilakukan oleh Direktur Jenderal Bina Pembangunan
Daerah, Kementerian Dalam Negeri selaku ketua Kelompok Kerja (Pokja) Daerah TPIP. Dalam
rangka reposisi, Sekretariat TPIP tetap berperan bersama-sama Pokja Daerah dalam
pembinaan daerah.
Output/hasil koordinasi:
Terbentuknya 541 TPID yang terdiri dari 34 TPID Provinsi dan 507 TPID Kabupaten/Kota
dari total 542 daerah otonom di seluruh Indonesia.
Pada tahun 2018 terdapat penambahan 9 (sembilan) TPID baru yaitu 6 (enam) kabupaten
di Provinsi Papua Barat yakni Kab. Pegunungan Arfak, Kab. Sorong Selatan, Kab.
Manokwari Selatan, Kab. Maybrat, Kab. Teluk Bituni, dan Kab. Teluk Wondama; serta 3
(tiga) kabupaten di Provinsi Maluku Utara yakni Kab. Halmahera Tengah, Kab. Halmahera
Selatan, dan Kab. Halmahera Utara.
56
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
57
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
SS 3
MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
DAN SEKTOR RIIL YANG OPTIMAL
Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Terwujudnya Koordinasi Sinkronisasi dan Jumlah Paket Rekomendasi Kebijakan Bidang
Pengendalian Kebijakan Perekonomian. Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan.
Capaian Kinerja Tahun 2018
1. Rekomendasi Kebijakan terkait Pengembangan Skema Pembiayaan Inovatif Untuk Percepatan
Pembangunan Infrastruktur Daerah
1). Pinjaman Daerah
Latar Belakang
Dalam rangka mempercepat pelaksanaan pinjaman daerah yang merupakan salah satu
inovasi pembiayaan bagi daerah dalam pembangunan khususnya infrastruktur,
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian bersama dengan Kementerian Dalam
Negeri dan Kementerian Keuangan telah melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman
Percepatan Pinjaman Daerah untuk Pembangunan Infrastruktur di Daerah yang
dilaksanakan pada tanggal 28 Desember 2017 di Jakarta yang dilanjutkan dengan
penandatanganan Perjanjian Kerja Sama pelaksanaan Percepatan Pelaksanaan Pinjaman
Daerah melalui PT. Sarana Multi Infrastruktur (Persero).
Output/Hasil koordinasi:
a. Dokumen Risk Management Protocol.
b. Rekomendasi atas usulan pinjaman daerah melalui Forum Pinjaman Daerah.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
a. Jumlah outstanding dan komitmen pinjaman daerah yang disalurkan PT. SMI (Persero)
mengalami peningkatan hampir dua kali lipat pasca penandatanganan Nota
Kesepahaman dan PKS Pinjaman Daerah. Pada bulan Desember 2017 jumlah
komitmen pinjaman yang disalurkan sebesar Rp.2,6 Triliun sedangkan pada bulan
Desember 2018 mencapai Rp.4,2 Triliun.
58
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
59
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
60
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
penurunan surplus di beberapa komoditas non migas seperti minyak nabati/hewani, karet
dan produk dari karet. Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah dalam mendorong
peningkatan ekspor maupun peningkatan investasi untuk menjaga momentum
pertumbuhan. Dalam upaya mendorong ekspor beberapa komoditas yang dapat
ditingkatkan antara lain:
a. Industri Kelapa Sawit, dengan melakukan relaksasi terhadap bea keluar serta
menyelesaikan beberapa isu yaitu penurunan produktivitas melalui program replanting
Kelapa Sawit, legalisasi lahan kelapa sawit dengan mengoptimalkan koordinasi tim
lintas sektor yang mengacu pada MoU dan PKS Pemberdayaan SHAT.
b. Sektor perikanan, dengan meningkatkan sinergi antara program pembiayaan KUR
Khusus Perikanan dan Program Pembiayaan Ekspor National Interest Account (NIA)
oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dan Kementerian Keuangan. Dalam
6 bulan kedepan diharapkan sektor perikanan dapat menjadi salah satu sektor yang
dapat disupport program NIA, mengidentifikasi perusahaan sektor perikanan yang
beroperasi di bawah kapasitas produksi maksimalnya. Sisa kapasitas produksi tersebut
diharapkan dapat digunakan untuk mendorong ekspor dalam jangka pendek.
Output/Hasil koordinasi:
Laporan Analisis Pertumbuhan melalui Peningkatan Ekspor dan Investasi yang difokuskan
pada provinsi:
1) Riau dan Sumatera Utara dikaji melalui analisis industri kelapa sawit.
2) Maluku dikaji melalui analisis sektor perikanan.
3) Jawa tengah dikaji melalui analisis inovasi pembiayaan infrastruktur.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
a. Meningkatkan peran perekonomian wilayah Timur Indonesia terhadap perekonomian
Nasional.
b. Dalam rangka meningkatkan investasi, peran aktif daerah perlu ditingkatkan. Inovasi
dalam instrument pembiayaan infrastruktur khususnya yang berasal dari pasar modal
perlu terus didorong.
c. Hal lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan investasi adalah perbaikan tata
kelola keuangan daerah yang lebih baik, melalui pemanfaatan e-government.
3). Analisis Pertumbuhan Ekonomi Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Yang Inklusif Melalui
Sektor Pertanian di Provinsi Sulawesi Seatan dan sektor unggulan di Provinsi Sumatera
Utara
Latar Belakang
61
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
Di tengah tingginya ketidakpastian ekonomi global, ekonomi Indonesia pada Triwulan II-
2018 masih meningkat dengan pertumbuhan sebesar 5,27% (yoy). Dari sisi pengeluaran,
kinerja pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan di seluruh sektor kecuali sektor
PMTB akibat telah selesainya sebagian besar proyek infrastruktur.
Di kuartal kedua ini topik analisis secara khusus memilih sektor pertanian sebagai topik
utama, dengan beberapa pertimbangan:
a. Di triwulan II-2018, sektor pertanian tumbuh cukup baik didorong oleh pertumbuhan
pada subsektor tanaman pangan serta hortikultura.
b. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDB cukup tinggi, yaitu sebesar 13,6%.
c. Sektor pertanian menyerap 30% dari total pekerja.
d. Mayoritas penduduk miskin bekerja di sektor pertanian, khususnya sub sektor tanaman
pangan, yaitu sebesar 45,8%.
Secara regional, Provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan merupakan salah satu
penopang pertumbuhan ekonomi sektor pertanian. Pada kuartal kedua masing-masing
tumbuh sebesar 5,02% dan 7,52% lebih tinggi dari pertumbuhan sektor pertanian secara
nasional yaitu sebesar 4,7%. Sementara, Jawa Barat dan Jawa Timur menunjukkan kinerja
yang negatif masing-masing sebesar -0,31% dan -3,84%.
Output/Hasil koordinasi:
Laporan Analisis Sektor Pertanian meliputi:
1) Gambaran analisis di provinsi Sumatera Utara mengenai sektor unggulan dan potensial
seperti CPO dan produk kimia.
2) Gambaran analisis si provinsi Sulawesi Selatan mengenai perkembangan sektor
pertanian.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
1) Identifikasi secara dini permasalahan sektor pertanian.
2) Bagi petani yang memiliki sumber daya yang memadai: peningkatan akses terhadap
sumberdaya keuangan, peningkatan akses terhadap pengetahuan dan pemasaran.
3) Bagi petani dengan sumberdaya terbatas: hilirisasi produksi pertanian dan pemasaran
berbasis kawasan dan kesesuaian dengan keunggulan lokal.
4) Analisis Pertumbuhan Ekonomi: Pembangunan Infrastruktur sebagai Akselerator
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi D.I. Yogyakarta, Sulawesi Selatan dan Maluku Utara
Latar Belakang
Di tengah tingginya ketidakpastian ekonomi global, ekonomi Indonesia pada Triwulan III-
2018 masih solid dengan pertumbuhan sebesar 5,17% (yoy).
62
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
63
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
menjadi salah satu alternatif untuk dapat mengurangi defisit neraca perdagangan
Indonesia. Salah satu sektor yang dapat didorong untuk meningkatkan ekspor adalah
sektor perikanan.
Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), potensi produksi
perikanan Indonesia diprediksi akan terus meningkat dengan nilai rata-rata pertumbuhan
sebesar 9,60%. Pangsa pasar utama produk perikanan telah mencapai titik jenuh seperti
Amerika Serikat dan China. Sehingga perlu dilakukan perluasan pasar non-tradisional ke
negara-negara tujuan ekspor antara lain Spanyol, Arab Saudi, Singapura, Vietnam, dan
Thailand.
Secara garis besar hambatan dan tantangan pada sektor perikanan adalah kapasitas dan
kapal nelayan lokal yang masih kurang memadai, sarana prasarana penunjang yang
minim dan belum ada jaminan untuk akses permodalan bagi nelayan.
Pemerintah telah memberikan bantuan berupa KUR Khusus Perikanan untuk membantu
pembiayaan permodalan nelayan sehingga dapat meningkatkan produksi. Untuk
mendukung perluasan pasar negara-negara tujuan ekspor non-tradisional diperlukan
dukungan pemerintah salah satunya melalui pembiayaan ekspor.
Pemberian dukungan ini, diharapkan dapat mendorong perekonomian sebesar 1,45
sampai 2,60 kali lipat dari nilai dukungan yang diberikan. Sektor perikanan juga
merupakan penggerak pertumbuhan ekonomi di Kawasan Timur Indonesia, pemberian
dukungan terhadap sektor perikanan merupakan wujud keberpihakan pemerintah
terhadap pembangunan Kawasan Timur Indonesia.
Output/Hasil koordinasi:
Laporan Analisis Sektoral Perikanan dalam rangka meningkatan sektor di Kawasan Timur
Indonesia dengan potensi di provinsi Sulawesi Selatan, Maluku dan Papua Barat.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
a. Identifikasi secara dini permasalahan sektor perikanan
b. Meningkatkan peran perekonomian wilayah Timur Indonesia terhadap perekonomian
Nasional.
c. Pemetaan wilayah/provinsi yang berpotensi pengembangan sektor perikanan
khususnya di provinsi penghasil perikanan.
d. Rekomendasi kebijakan pengembangan sektor perikanan
6). Analisis Industri Elektronik
Latar Belakang
Indonesia sedang mengalami defisit transaksi berjalan, salah satunya disebabkan oleh
64
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
65
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
66
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
merupakan KUR diberikan kepada kelompok yang dikelola secara bersama dalam bentuk
klaster dengan menggunakan mitra usaha untuk komoditas perkebunan rakyat dan
peternakan rakyat serta perikanan rakyat dengan plafon sampai dengan Rp500 juta per
individu. Disamping itu, ditetapkan pula skema KUR Pariwisata yang menjadi salah satu sektor
prioritas dan dimasukkan menjadi sektor produksi.
67
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
68
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
Selama tahun 2018 Sekretariat Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM telah
mengeluarkan surat perubahan plafon penyaluran KUR tahun 2018 baik surat perubahan
alokasi maupun penambahan plafon kepada 10 Penyalur KUR.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
1) Tercapainya penyaluran KUR pada sektor Produksi sebesar 50%.
2) Meningkatnya produktivitas barang dan jasa di sektor produksi khususnya sektor
pertanian.
3) Mendorong ketahanan pangan dan hilirisasi industri.
4) Meningkatkan dan memperluas penyaluran kepada usaha produktif.
5) Meningkatkan kapasitas daya saing UMKM.
6) Tercapainya target penyaluran KUR tahun 2018.
3. Rekomendasi Kebijakan terkait Laporan Penyusunan Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia.
Latar Belakang
Menindaklanjuti Rapat Pleno Dewan Pengarah Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS)
dengan Presiden pada Tanggal 5 Februari 2018 di Istana Negara, telah disusun Masterplan
Ekonomi Syariah Indonesia dalam rangka pengembangan ekonomi dan keuangan syariah
yang komprehensif dan terintegrasi antar K/L anggota KNKS, yang juga tersinergi dengan
setiap stakeholder syariah terkait. Indonesia saat ini merupakan konsumen terbesar untuk
produk halal dunia. Dengan jumlah penduduk muslim mencapai 87,18% dari total
penduduknya (232,5 juta jiwa), total konsumsi penduduk muslim Indonesia ialah sejumlah
US$ 219,1 miliar, atau mencapai 37,65% dari total konsumsi penduduk Indonesia sejumlah
US$ 581,9 miliar.
Penyusunan Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia tersebut dilakukan oleh PT Zahir Sharia
Indonesia (selaku pihak ke-3 yang ditunjuk oleh Sekretariat KNKS), dan Masterplan Ekonomi
Syariah Indonesia tersebut direncanakan untuk dapat diluncurkan pada saat pembukaan
pelaksanaan Indonesia Shari’a Economic Festival (ISEF) 2018 di Surabaya pada Tanggal 11
Desember 2018 oleh Presiden selaku Ketua KNKS. Penyusunan Masterplan Ekonomi Syariah
Indonesia tersebut dilakukan oleh PT Zahir Sharia Indonesia (selaku pihak ke-3 yang ditunjuk
oleh Sekretariat KNKS), dan Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia tersebut direncanakan
69
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
untuk dapat diluncurkan pada saat pembukaan pelaksanaan Indonesia Shari’a Economic
Festival (ISEF) 2018 di Surabaya pada Tanggal 11 Desember 2018 oleh Presiden selaku Ketua
KNKS.
Capaian Output/Hasil Koordinasi:
Nota Dinas Deputi kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor:
ND/167/D.I.M.EKON/11/2018 Perihal Laporan Penyusunan Masterplan Ekonomi Syariah
Indonesia.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
Framework Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia sebagaimana sementara diusulkan oleh PT
Zahir Sharia Indonesia meliputi:
a. Tujuan : menjadikan Indonesia yang mandiri, makmur, madani, dengan menjadi Pusat
Ekonomi Syariah terkemuka dunia.
b. Target capaian : 1) Peningkatan Skala Usaha Ekonomi Syariah; 2) Peningkatan Kemandirian
Ekonomi; 3) Peningkatan Kesejahteraan; serta 4) Peningkatan Peringkat Global Islamic
Index.
c. Strategi utama : 1) Membangun Halal Value Chain; 2) Memperkuat Keuangan Syariah; 3)
Memberdayakan Zakat, Infaq, Sadaqoh dan Keuangan Sosial; 4) Memperkuat SDM dan
Research & Development; serta 5) Meningkatkan Sosialisasi dan Edukasi kepada
masyarakat.
4. Rekomendasi terkait Penyampaian Informasi Mengenai KUR Syariah
Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan peranan pembiayaan syariah pada pembangunan industri halal
di Indonesia, Kredit Usaha Rakyat (KUR) Syariah dapat menjadi alternatif pembiayaan
berbasiskan syariah kepada pelaku usaha industri halal di Indonesia. KUR Syariah ialah
pembiayaan dengan akad murabahah untuk modal kerja dan/atau investasi kepada debitur
individu/perorangan, badan usaha dan/atau kelompok usaha yang produktif dan layak
namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan tambahan belum cukup. KUR Syariah
ialah melalui mekanisme subsidi marjin yang merupakan selisih antara marjin yang diterima
penyalur KUR dengan tingkat marjin yang dibebankan kepada penerima KUR. Hingga saat ini
yang menjadi penyalur KUR Syariah baru mencakup BRI Syariah dan Bank NTB Syariah,
sehingga masih terdapat ruang bagi penyalur yang berminat menjadi penyalur KUR Syariah.
Ketentuan untuk menjadi penyalur KUR Syariah tercantum pada Permenko Nomor: 11 Tahun
2017 tentang Pedoman Pelaksanaan KUR.
Capaian Output/Hasil Koordinasi:
70
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
Surat Deputi kepada Ketua Asosiasi Bank Syariah Indonesia (ASBISINDO) Nomor: S-
275/D.I.M.EKON/11/2018 perihal Penyampaian Informasi Mengenai KUR Syariah.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
Penyampaian informasi mengenai KUR Syariah kepada Ketua Asosiasi Bank Syariah Indonesia
(ASBISINDO) bertujuan untuk:
1) Penyampaian informasi dan peningkatan pemahaman mengenai ketentuan menjadi
penyalur KUR Syariah.
2) Peningkatan jumlah penyalur KUR Syariah dari anggota ASBISINDO baik dari Bank
Syariah, Unit Usaha Syariah (UUS), serta Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
5. Rekomendasi terkait Evaluasi Pelaksanaan KUR dalam rangka Rekomendasi Pengendalian
Pelaksanaan Kebijakan Penyaluran KUR melalui Monitoring dan Evaluasi Kepada Penyalur
yang NPL di atas 5%.
Latar Belakang
Tingkat keberhasilan pelaksanaan KUR dinilai dari indikator jumlah plafon KUR yang
disalurkan, tingkat kredit/pembiayaan bermasalah (Non Performing Loan/ NPL atau Non
Performing Financing/NPF), jumlah debitur yang menerima KUR, dan jumlah debitur berhasil
mengalami graduasi. Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
dapat menghentikan penyaluran KUR dalam hal Penyalur KUR memiliki tingkat
kredit/pembiayaan bermasalah (Non Performing Loan/NPL) di atas 5% (lima persen) selama 6
(enam) bulan secara berturut-turut.
Berdasarkan Permenko Nomor: 11 Tahun 2017 sebagaimana diubah dalam Permenko Nomor
8 Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan KUR, Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah dapat memberikan teguran tertulis kepada Penyalur KUR yang
NPLnya melebihi 5%. Apabila teguran tertulis tersebut tidak ditindaklanjuti dalam waktu 2
(dua) bulan, Komite Kebijakan Pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dapat
menghentikan kepesertaan Penyalur KUR. Penghentian penyaluran KUR disampaikan secara
tertulis kepada Penyalur KUR dengan tembusan kepada Otoritas Jasa Keuangan. Komite
Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dapat memberikan
persetujuan kembali kepada Penyalur KUR untuk menyalurkan KUR yang dihentikan dalam
hal tingkat.
Kredit/pembiayaan bermasalah (Non Performing Loan/NPL) penyalur KUR telah menurun
menjadi di bawah 5% (lima persen) selama 3 (tiga) bulan berturut-turut dan mendapatkan
rekomendasi dari Otoritas Jasa Keuangan.
Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM telah melakukan monitoring on desk secara
71
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
berkala terhadap tingkat NPL KUR masing – masing Penyalur KUR. Berdasarkan monitoring
tersebut maka Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan selaku Sekretaris
Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM telah mengeluarkan surat evaluasi tingkat NPL
KUR kepada 6 Penyalur KUR.
Capaian Output/Hasil Koordinasi:
Surat Deputi Nomor: S-163/D.I.M.EKON/07/2018 - S-306/D.I.M.EKON/12/2018 tentang
Evaluasi Pelaksanaan KUR dalam rangka Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan
Penyaluran KUR melalui Monitoring dan Evaluasi Kepada Penyalur yang NPL di atas 5%.
1) S-163/D.I.M.EKON/07/2018 tanggal 2 Juli 2018.
2) S-291/D.I.M.EKON/11/2018 tanggal 30 November 2018.
3) S-292/D.I.M.EKON/11/2018 tanggal 30 November 2018.
4) S-293/D.I.M.EKON/11/2018 tanggal 30 November 2018.
5) S-294/D.I.M.EKON/11/2018 tanggal 30 November 2018.
6) S-306/D.I.M.EKON/12/2018 tanggal 26 Desember 2018.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
Dengan adanya rekomendasi pelaksananaan pembiayaan kredit usaha rakyat tersebut dapat
digunakan sebagai pedoman oleh bank penyalur untuk mencapai dan menetapkan:
2) Tingkat nonperforming loan (NPL) bank penyalur yang rendah.
3) Meningkatkan prinsip kehati-hatian bagi bank penyalur.
6. Rekomendasi terkait Evaluasi Penyaluran KUR Sektor Produksi Semester I Tahun 2018 dalam
rangka Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Penyaluran KUR melalui Monitoring dan
Evaluasi Penyaluran KUR yang Belum Mencapai Porsi Penyaluran KUR di Sektor Produksi
Sebesar Minimum 50%.
Latar Belakang
Perkembangan kinerja KUR dari tahun ke tahun, semula porsi penyaluran KUR untuk sektor
non produksi cukup besar. Pada awal tahun 2018 Komite Kebijakan telah menetapkan target
penyaluran KUR untuk sektor produksi minimum mencapai 50%. Target tersebut merupakan
salah satu upaya pemerintah dalam mendukung kebijakan ketahanan pangan dan hilirisasi
industri pada sektor UMKM.
Dalam Permenko 11 Tahun 2017 sebagaimana diubah dalam Permenko 8 Tahun 2018
tentang Pedoman Pelaksanaan KUR Pasal 14 ayat (2) disampaikan bahwa Penyalur KUR wajib
memenuhi porsi penyaluran KUR Sektor Produksi paling sedikit mencapai target porsi
penyaluran yang ditetapkan oleh Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM. Sektor produksi
yang dimaksud dalam penyaluran KUR adalah Sektor Produksi yaitu sektor yang menambah
72
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
jumlah barang dan/atau jasa di sektor pertanian, perburuan dan kehutanan, sektor kelautan
dan perikanan, sektor industri pengolahan, sektor konstruksi, sektor pertambangan garam
rakyat, sektor pariwisata, sektor jasa produksi, serta sektor produksi lainnya. Berdasarkan hal
tersebut, komite kebijakan perlu melakukan monitoring dan evaluasi penyaluran pada sektor
produksi kepada penyalur KUR yang masih rendah penyalurannnya.
Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM telah melakukan monitoring on desk secara
berkala terhadap tingkat NPL KUR masing-masing Penyalur KUR. Berdasarkan monitoring
tersebut maka Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan selaku Sekretaris
Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM telah mengeluarkan Surat Evaluasi Penyaluran
KUR Sektor Produksi Semester I Tahun 2018.
Kinerja penyaluran KUR di sektor produksi tersebut juga menjadi salah satu unsur dalam
perhitungan plafon KUR di tahun 2019 bagi masing- masing Penyalur KUR. Komite Kebijakan
Pembiayaan bagi UMKM dalam Rapat Koordinasi tanggal 27 Desember 2018 telah
memutuskan mekanisme penalti plafon KUR bagi Penyalur KUR yang tidak mencapai target
penyaluran KUR di sektor produksi.
Capaian Output/Hasil Koordinasi:
Surat Deputi Nomor tentang Evaluasi Penyaluran KUR Sektor Produksi Semester I Tahun 2018
dalam rangka Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Penyaluran KUR melalui
Monitoring dan Evaluasi Penyaluran KUR yang Belum Mencapai Porsi Penyaluran KUR di
Sektor Produksi Sebesar Minimum 50%, meliputi:
1) S-200/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Penyaluran KUR Sektor Produksi Semester
I Tahun 2018 PT. BRI (Persero) Tbk tanggal 16 Juli 2018.
2) S-201/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Penyaluran KUR Sektor Produksi Semester
I Tahun 2018 PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk tanggal 16 Juli 2018.
3) S-202/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Penyaluran KUR Sektor Produksi Semester
I Tahun 2018 PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk tanggal 16 Juli 2018.
4) S-203/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Penyaluran KUR Sektor Produksi Semester
I Tahun 2018 PT. BCA (Persero) Tbk tanggal 16 Juli 2018.
5) S-204/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Penyaluran KUR Sektor Produksi Semester
I Tahun 2018 PT. Bank Bukopin (Persero) Tbk tanggal 16 Juli 2018.
6) S-205/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Penyaluran KUR Sektor Produksi Semester
I Tahun 2018 PT. Bank Maybank Indonesia Tbk tanggal 16 Juli 2018.
7) S-206/D.I.M.EKON/07/2018 tentang Evaluasi Penyaluran KUR Sektor Produksi Semester
I Tahun 2018 PT. Bank Sinarmas Tbk tanggal 16 Juli 2018.
73
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
74
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
penyaluran KUR baik skema subsidi maupun skema imbal jasa penjaminan (IJP). KUR skema
IJP dilaksanakan pemerintah pada periode tahun 2007 sd 2014 sehingga masih terdapat
outstanding penyaluran yang tersisa hingga tahun 2017. Dengan demikian pemerintah masih
membayar premi IJP kepada perusahaan penjamin KUR skema IJP dengan menggunakan
anggaran di tahun 2017.
Tingkat keberhasilan pelaksanaan KUR dinilai dari indikator jumlah plafon KUR yang
disalurkan, tingkat kredit/pembiayaan bermasalah (Non Performing Loan/NPL atau Non
Performing Financing/NPF), jumlah debitur yang menerima KUR, dan jumlah debitur berhasil
mengalami graduasi. Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
dapat memberikan teguran tertulis kepada penyalur KUR yang NPLnya melebihi 5%. Pada
periode tahun 2017 Komite Kebijakan telah menyampaian surat evaluasi pelaksanaan skema
KUR IJP kepada 7 penyalur yang NPLnya melebihi 5 %. Langkah tersebut untuk mendorong
bank penyalur agar dapat menyusun strategi untuk menekan tingginya NPL tersebut.
Capaian Output/Hasil Koordinasi:
Surat Deputi Nomor: S-142/D.I.M.EKON/05/2018 - S-148/D.I.M.EKON/05/2018 tentang
Evaluasi Pelaksanaan KUR Skema IJP dalam rangka Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan
Kebijakan Penyaluran KUR melalui Monitoring dan Evaluasi Penyaluran KUR dibawah 50%
dari Target Penyaluran KUR, meliputi:
1) Surat Nomor: S-142/D.I.M.EKON/05/2018 Perihal Evaluasi Pelaksanaan KUR Skema IJP
Bank Nagari tanggal 14 Mei 2018.
2) Surat Nomor: S-143/D.I.M.EKON/05/2018 Perihal Evaluasi Pelaksanaan KUR Skema IJP
Bank Sulselbar tanggal 14 Mei 2018.
3) Surat Nomor: S-144/D.I.M.EKON/05/2018 Perihal Evaluasi Pelaksanaan KUR Skema IJP
Bank SulutGo tanggal 14 Mei 2018.
4) Surat Nomor: S-145/D.I.M.EKON/05/2018 Perihal Evaluasi Pelaksanaan KUR Skema IJP
Bank Maluku Malut tanggal 14 Mei 2018.
5) Surat Nomor: S-146/D.I.M.EKON/05/2018 Perihal Evaluasi Pelaksanaan KUR Skema IJP
Bank DKI tanggal 14 Mei 2018.
6) Surat Nomor: S-147/D.I.M.EKON/05/2018 Perihal Evaluasi Pelaksanaan KUR Skema IJP
Bank BJB tanggal 14 Mei 2018.
7) Surat Nomor: S-148/D.I.M.EKON/05/2018 Perihal Evaluasi Pelaksanaan KUR Skema IJP
Bank Jatim tanggal 14 Mei 2018.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
1) Rendahnya tingkat NPL bank Penyalur.
75
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
76
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
77
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
Kebijakan.
2) Optimalisasi plafon KUR tahun 2018 masing – masing Penyalur KUR.
9. Rekomendasi terkait Penegasan Perlakuan Khusus Debitur Terdampak Gempa di Lombok
Latar Belakang
Sebagai tindaklanjut arahan Presiden RI kepada Menko Perekonomian terkait bencana gempa
bumi di Lombok, NTB untuk memfasilitasi pengoordinasian kementerian/Lembaga dalam
penyelesaian permasalahan mengenai perekonomian yang terkendala akibat bencana, maka
salah satu bentuk kebijakan yaitu terkait perlakuan khusus bagi debitur KUR terdampak
gempa bumi di Lombok.
Sesuai dengan hasil Rapat Koordinasi Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM tanggal 18
September 2018, Komite Kebijakan memutuskan beberapa relaksasi kebijakan dalam rangka
perlakuan khusus kepada debitur KUR terdampak gempa bumi di Lombok dan sekitarnya,
sebagai berikut:
1) Relaksasi ketentuan perpanjangan jangka waktu KUR karena restrukturisasi khusus untuk
debitur terdampak gempa di NTB yaitu:
a. Kredit Modal Kerja (KMK) KUR Mikro dari 3 tahun menjadi 6 tahun, untuk Kredit
Investasi (KI) dari 5 tahun menjadi 8 tahun.
b. KMK KUR Kecil dari 4 tahun menjadi 7 tahun, untuk KI dari 5 tahun menjadi 8 tahun.
2) Ketentuan terkait plafon KUR:
a. Relaksasi ketentuan plafon akumulasi KUR Mikro untuk sektor perdagangan (non
produksi) dapat sebesar maksimum Rp 25 juta yang ditambahkan ke sisa baki debet
KUR yang direstrukturisasi sesuai dengan penilaian Penyalur KUR.
b. Relaksasi ketentuan plafon akumulasi KUR Kecil dan KUR Khusus dapat sebesar
maksimum Rp 500 juta yang ditambahkan ke sisa baki debet KUR yang direstrukturisasi
sesuai dengan penilaian Penyalur KUR.
Adapun relaksasi ketentuan ini berlaku sejak ditetapkan dalam Rapat Koordinasi Komite
Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM tanggal 18 September 2018.
Capaian Output/Hasil Koordinasi:
Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Nomor: S-
286/D.I.M.EKON/11/2018 tanggal 29 November 2018 tentang Penegasan Perlakuan Khusus
Debitur Terdampak Gempa di Lombok.
Outcome/Dampak yang diharapkan:
Dengan adanya surat perlakuan khusus terhadap debitur KUR terdampak gempa bumi di
Lombok tersebut tersebut maka diharapkan:
78
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
79
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
80
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
81
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
Perbatasan Nomor: 1 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pengelolaan Perbatasan, yang
dimaksud dengan wilayah/kawasan perbatasan adalah bagian dari wilayah negara yang
terletak pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara lain, dalam hal
batas wilayah negara di darat, Kawasan perbatasan berada di kecamatan. Untuk keperluan
penyesuaian proses bisnis SIKP, kecamatan yang dikategorikan dalam Kawasan perbatasan
mengacu pad Daftar Lokasi Prioritas Penanganan Tahun 2015-2019, yang tercantum dalam
Lampiran Peraturan BNPP Nomor: 1 Tahun 2015.
Terkait skema KUR Khusus di sektor perkebunan kelapa sawit, kredit/pembiayaan meliputi
besar biaya pokok pembangunan kebun dan kapitalisasi bunga ( Interest During
Construction/IDC) sebagai salah satu besaran biaya yang diperhitungkan sebagai pokok
pinjaman debitur KUR Khusus.
Capaian Output/Hasil Koordinasi:
S-66/D.I.M.EKON/02/2018 tentang Kebijakan IDC dan Kriteria Wilayah Perbatasan tanggal
28 Februari 2018.
Outcome /Dampak yang diharapkan:
a. Mempercepat pelaksanaan penyaluran KUR pada sektor-sektor yang menjadi perhatian
dan prioritas pemerintah saat ini melalui program KUR Khusus.
b. Memperluas dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan KUR Khusus agar sesuai dengan
pengaturan yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Nomor: 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.
14. Rekomendasi tentang Kebijakan IDC untuk KUR Khusus
Latar Belakang
Sehubungan telah diterbitkannya Peraturan Menko Bidang Perekonomian Nomor 11 Tahun
2017 tentang Pedoman Pelaksanaan KUR, terkait skema KUR Khusus di sektor perkebunan
kelapa sawit, kredit/pembiayaan meliputi besaran biaya pokok pembangunan kebun dan
kapitalisasi bunga (Interest During Construction/IDC) sebagai salah satu besaran biaya yang
diperhitungkan sebagai pokok pinjaman debitur KUR Khusus.
Mengingat adanya kebutuhan untuk monitoring dan evaluasi oleh Direktorat Jenderal
Perkebunan, Kementerian Pertanian, maka dilakukan pemisahan rekening antara rekening
Kredit Investasi untuk pembangunan kebun dan rekening IDC.
Capaian Output/Hasil Koordinasi:
S-67/D.I.M.EKON/02/2018 tentang Kebijakan IDC untuk KUR Khusus tanggal 28 Februari
2018.
Outcome /Dampak yang diharapkan:
82
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
83
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
berlaku.
Keterangan:
CKK : Capaian Keluaran (Output) Kegiatan
RVK : Realisasi Volume Keluaran (Output) Kegiatan
TVK : Target Volume Keluaran (Output) Kegiatan
m : Jumlah Keluaran (Output) Kegiatan
n : Jumlah Indikator Keluaran (Output) Kegiatan.
Pada Tahun 2018, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan telah
menghasilkan 96 volume keluaran/output (RVK), dan 96 indikator kinerja kegiatan
(RIKK), melalui 5 Kegiatan. Pencapaian kedua komponen tersebut berhasil mencapai
98,24% dari target yang ditetapkan, sebagaimana diuraikan dalam tabel berikut.
Neraca Pembayaran
b. Koordinasi Kebijakan 10 10 10 10 1
Bidang BUMN
c. Koordinasi Kebijakan 6 6 6 6 1
Bidang Pengembangan
Ekonomi Daerah dan
Sektor Riil
d. Koordinasi Kebijakan 9 9 9 9 1
Bidang Fiskal
e. Koordinasi Kebijakan 4 4 4 4 1
Bidang Pasar Modal
dan Lembaga
Keuangan
Total 35 35 35 35 1
Tersusunnya
peraturan
yang 5 5 100%
menunjang Peraturan Peraturan
Meningkatnya pelaksanaan Koordinasi
kebijakan
efektivitas fiskal dan Kebijakan
koordinasi moneter. Bidang Rp. Rp. 85,05%
dan Perekonomian 10,5 8.930.633.624
Terkendalinya milyar Per 31
sinkronisasi
inflasi IHK Desember
kebijakan yang lebih 50% 56,1% 112,2%
fiskal dan rendah dari 2014
moneter. inflasi
nasional.
85
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
Tercapainya
target
penyaluran Rp. 37 Rp. 37 100%
Kredit Usaha Triliun Triliun
Rakyat tahun
2014.
Realisasi
Target s/d
SS Indikator Kinerja Kinerja Keterangan
2015 Desember
2015
(a) (b) (c) (d) (e)=(d) (f)
Terwujudnya
Presentase rekomendasi
koordinasi dan
kebijakan di bidang
sinkronisasi kebijakan 80% 100% 100%
ekonomi makro dan
di bidang ekonomi
keuangan.
makro dan keuangan.
Terwujudnya
Presentase rekomendasi
pengendalian
pelaksanaan kebijakan di
pelaksanaan kebijakan 80% 100% 100%
bidang ekonomi makro dan
di bidang ekonomi
keuangan.
makro dan keuangan.
Terwujudnya
Tercapainya target
perluasan akses
penyaluran Kredit Rp. 20 Rp. 22,75
pembiayaan bagi 113,75%
berpenjamin (Kredit Usaha Triliun) Triliun
Usaha Mikro dan Kecil
Rakyat/KUR).
(UMK).
Catatan : Realisasi Januari - Desember 2015
Realisasi
Target s/d
SS Indikator Kinerja Kinerja Keterangan
2016 Desember
2016
(a) (b) (c) (d) (e)=(d/c) (f)
Terwujudnya koordinasi
Presentase rekomendasi
dan sinkronisasi
kebijakan di bidang
kebijakan di bidang 80% 100% 125%
ekonomi makro dan
ekonomi makro dan
keuangan.
keuangan.
86
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
Terwujudnya
Presentase rekomendasi
pengendalian
pelaksanaan kebijakan di
pelaksanaan kebijakan di 80% 100% 125%
bidang ekonomi makro
bidang ekonomi makro
dan keuangan.
dan keuangan.
Realisasi
Target s/d
SS Indikator Kinerja Kinerja
2017 Desember
2017
(a) (b) (c) (d) (e)=(d/c)
Terwujudnya koordinasi
dan sinkronisasi Presentase rekomendasi
kebijakan di bidang kebijakan di bidang
100% 100% 100%
ekonomi makro dan ekonomi makro dan
keuangan. keuangan.
Terwujudnya
Presentase rekomendasi
pengendalian
pelaksanaan kebijakan di
pelaksanaan kebijakan di 100% 100% 100%
bidang ekonomi makro
bidang ekonomi makro
dan keuangan.
dan keuangan.
Anggaran
Indikator Program/
Sasaran Program Target Realisasi %
Kinerja Kegiatan Pagu Realisasi %
Tercapainya Koordinasi
Rp. 98,64
Indeks Keuangan Indeks Kebijakan Rp.
14.598.542. %
Inklusif Sebesar Keuangan 68% 70% 102,94% Bidang 14,8
621,-
68% Inklusif Perekonomian Milyar
Per
87
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
Target rekomendasi yang ditetapkan dalam Rencana Kerja (Renja 2017) Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan menghasilkan:
1. Capaian Sasaran Strategis (SS 1): Tercapainya Indeks Keuangan Inklusif sebesar 70%, lebih
tinggi dibanding capaian tahun sebelumnya yang hanya mencapai 49%.
2. Capaian Sasaran Strategis (SS 2): Tercapainya Target Penyaluran KUR sebesar Rp.120,4 Triliun
lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang hanya Rp.96,7 Triliun.
3. Capaian Sasaran Strategis (SS 3): Terwujudnya Koordinasi, Sinkronisasi dan Pengendalian
Kebijakan Perekonomian berupa satu paket rekomendasi tercapai 100%
Tabel 3.9
Realisasi Anggaran Per Kegiatan Tahun Anggaran 2018
Realisasi
No. Kegiatan Pagu
Anggaran %
1 Kebijakan Bidang Fiskal 1.800.000.000 1.797.411.646 99,86%
88
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
2017
99.08% 99.44% 98.80%
10,000,000,000
98.22% 98.49%
9,000,000,000
9,650,985,000
8,000,000,000
9,535,037,686
2,500,000,000
2,476,913,915
2,253,695,000
2,213,572,584
7,000,000,000
1,622,660,000
1,622,660,000
1,613,594,854
1,598,087,783
6,000,000,000
5,000,000,000
4,000,000,000
3,000,000,000
2,000,000,000
1,000,000,000
-
Asdep Fiskal Asdep Moneter Asdep Ekoda Riil Asdep PMLK Asdep BUMN
(2503) (2492) (2501) (2518) (2498)
2018
99.86% 99.60%
10,000,000,000 99.27%
9,000,000,000 98.11% 97.80%
8,000,000,000
2,500,000,000
2,481,836,390
7,000,000,000
7,500,000,000
1,800,000,000
1,797,411,646
7,358,313,264
1,500,000,000
1,500,000,000
1,493,985,666
1,466,995,655
6,000,000,000
5,000,000,000
4,000,000,000
3,000,000,000
2,000,000,000
1,000,000,000
Asdep Fiskal Asdep Moneter Asdep Ekoda Riil Asdep PMLK Asdep BUMN
(2503) (2492) (2501) (2518) (2498)
Bila dibandingkan dengan realisasi anggaran tahun 2017 maka terjadi kenaikanan dalam
jumlah pagu anggaran 2018 dengan sisi realisasi anggaran tahun 2018 terjadi sedikit
kenaikan pada unit organisasi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, hal ini
89
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
Realisasi Anggaran Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Tahun 2018
dalam kerangka biaya per sasaran yang dicapai ditunjukkan dalam tabel 12 sebagai berikut:
Tabel 3.10
Realisasi Anggaran untuk Mencapai Sasaran (cost per outcome)
90
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
Keterangan:
E : Efisiensi
PAKi : Pagu Anggaran Keluaran i
RAKi : Realisasi Anggaran Keluaran i
CKi : Capaian Keluaran i
Berdasarkan hasil perhitungan pada Capaian Kinerja Keluaran ( Output) Kegiatan pada bagian
sebelumnya, dapat dihitung tingkat efisiensi anggaran Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi
Makro dan Keuangan dalam pencapaian kinerja di tahun 2018, sebagai berikut:
Capaian
No. Output Keluaran Pagu (Rp.) Realisasi (Rp.)
Kegiatan (CKK)
1 Rekomendasi Kebijakan Bidang Moneter 1 1.549.554.000 1.540.709.906
dan Neraca Pembayaran
2 Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan 1 950.446.000 941.126.484
Kebijakan Bidang Moneter (Inflasi)
3 Rekomendasi Kebijakan yang Terkait 1 950.000.000 934.846.088
dengan Bidang BUMN
4 Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan 1 550.000.000 532.149.567
Kebijakan yang Terkait dengan Bidang
BUMN
5 Rekomendasi Kebijakan yang terkait 1 1.323.625.000 1.319.129.923
dengan Bidang Ekonomi Daerah dan
Sektor Riil
6 Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan 1 176.375.000 174.855.743
Kebijakan yang Terkait dengan
Pengembangan Ekonomi Daerah dan
Sektor Riil
7 Rekomendasi Kebijakan Hasil Koordinasi 1 750.000.000 748.641.336,00
dan Sinkronisasi Kebijakan Fiskal
8 Rekomendasi Hasil Pengendalian 1 750.000.000 748.914.114,00
Pelaksanaan Kebijakan yang Terkait
dengan Bidang Fiskal
9 Layanan Dukungan Administrasi 1 300.000.000 299.856.196,00
Kegiatan dan Tata Kelola di Lingkungan
Kedeputian I
10 Rekomendasi Kebijakan yang Terkait 1 1.000.000.000 983.779.204,00
dengan Bidang Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan
11 Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan 1 500.000.000 497.245.760,00
Kebijakan di Bidang Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan yang Terkait dengan
Pembiayaan
12 Rekomendasi Kebijakan Pembiayaan 1 1.000.000.000 994.070.895,00
Usaha Mikro dan Kecil
13 Daftar rencana kerja dan kebijakan 1 5.000.000.000 4.883.217.405,00
untuk peningkatan akses dan kualitas
layanan keuangan formal kepada RT
miskin yang disepakati oleh dewan
nasional keuangan inklusif
Berdasarkan data tersebut, dapat dihitung bahwa capaian efisiensi Deputi Bidang Koordinasi
Ekonomi Makro dan Keuangan Tahun 2018 adalah sebesar 1.4%. Hal ini menunjukkan bahwa
91
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
pada Tahun 2018 Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan berhasil
melaksanakan rencana kerja yang ditetapkan dalam dokumen anggaran (DIPA), serta mencapai
target atas setiap keluaran (output) yang diperjanjikan, dengan mengoptimalisasi besaran pagu
yang tersedia.
dalam Penajaman Rencana Strategis Tahun 2015-2019 serta mendukung Program Prioritas
Tingkat Kementerian.
2. Pada tahun 2018 Kedeputian Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan telah
membentuk Tim Entitas Akuntabilitas Kinerja tingkat deputi untuk dapat menjalankan
Kepmenko Nomor 208 Tahun 2018 tentang Entitas Akuntabilitas Kinerja.
3. Evaluasi terhadap Sistem Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (SAKIP) yang dilakukan oleh
pihak eksternal maupun internal merupakan bagian yang sangat penting dalam rangka
peningkatan kualitas akuntabilitas kinerja kedeputian.
4. Pemanfaatan Laporan Kinerja (LAKIP) dalam upaya perbaikan kinerja dan berkomitmen
untuk mewujudkan target kinerja yang lebih baik lagi dalam Perjanjian Kinerja Tahun
2019.
93
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Laporan kinerja Deputi Bidang Kordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan merupakan
dokumen yang berisi gambaran perwujudan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
yang disusun dan disampaikan sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 12 tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan Kinerja ini merupakan laporan
pertanggungjawaban kegiatan utama Kedeputian I yang dibuat untuk menjadi bahan
laporan pertanggung jawaban kinerja dan evaluasi capaian kinerja dalam rangka
perbaikan, penyempurnaan dan peningkatan kinerja yang lebih baik, terukur, dan terarah.
Di tengah ketidakpastian perekonomian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia Tahun
2018 mencapai 5,17 persen (YoY) secara kumulatif sampai dengan Triwulan IV Tahun
2018, tertinggi dalam kurun waktu 4 tahun terakhir. Hal ini diikuti pula dengan
penurunan tingkat kemiskinan sebesar 9,82 persen, rasio gini sebesar 0,389 persen dan
tingkat pengangguran 5,13 persen. Sumber pertumbuhan ekonomi Tahun 2018 ditopang
oleh Konsumsi Rumah Tangga dan Investasi (PMTB) yang masing-masing menopang
sebesar 2,74 persen dan 2,17 persen. Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh
beberapa sektor antara lain: Industri Manufaktur; Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor; Konstruksi, Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, serta
Informasi dan Komunikasi. Secara spasial, Pulau Jawa masih memberikan kontribusi
terbesar, diikuti Sumatera dan Sulawesi.
Selain pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, tingkat inflasi dapat terus terjaga
pada level pada level 3,13 persen (YoY) sepanjang Tahun 2018 dan berada dibawah
asumsi makro APBN 2018 sebesar 3,5 pesen (YoY). Pengendalian inflasi terus didorong
oleh penguatan koordinasi Pemerintah Pusat, Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah serta
melanjutkan catatan keberhasilan mempertahankan realisasi inflasi tahun-tahun
sebelumnya. Adapun dari sisi regional, secara tahunan inflasi di seluruh daerah hingga
akhir tahun 2018 juga terjaga di dalam rentang sasaran inflasi nasional.
94
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
Capaian kinerja Deputi I pada tahun 2018 secara keseluruhan menunjukkan hasil yang
baik dan mencapai target yang telah ditetapkan pada awal tahun, hal itu ditunjukkan
dengan capaian indikator Sasaran Strategis 1 : Tercapainya Indeks Keuangan Inklusif
sebesar mencapai 102,94% dari target 68% dengan realisasi mencapai 70%; Sasaran
Strategis 2 : Tercapainya Target Penyaluran KUR 100,33% atau Rp.120,4 Triliun dari
target yang ditetapkan sebesar Rp.120 Triliun; dan Sasaran Strategis 3 : Terwujudnya
Koordinasi, Sinkronisasi dan Pengendalian Kebijakan Perekonomian dengan target 1 (satu)
Paket Rekomendasi dapat tercapai.
Masih banyak tantangan yang harus diwujudkan dimasa mendatang yang harus segera
disikapi dengan bentuk kerja nyata yang positif, transparan, dan meningkatkan kinerja
organisasi menuju perbaikan yang lebih baik serta akuntabel.
Melalui laporan Kinerja ini, diharapkan dapat memberikan informasi yang tranparan
kepada pimpinan dan seluruh pihak yang terkait dengan tugas dan fungsi serta kegiatan
utama Kedeputian I, sehingga dapat menjadi umpan balik terhadap peningkatan kinerja
keasdepan dan kedeputian khususnya, serta berdampak signifikan terhadap peningkatan
kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sehingga dapat digunakan sebagai
bahan dalam merumuskan kebijakan pada masa yang akan datang yang mendukung
Sasaran Strategis dan Program Nasional.
Pengukuran Kinerja, Ekon GO, E-Monev dan Smart sebagai alat bantu dalam pengumpulan
data dan pemantauan capaian kinerja dan anggaran secara periodik, disertai dengan narasi
dan data dukung dokumen capaian dengan mekanisme kerja yang terstruktur atau ter-
cashcading.
95
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
Pelaporan Kinerja, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) selain disampaikan kepada
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku pimpinan tertinggi juga dapat diakses
melalui web kinerja ekon.go.id serta dilaporkan juga kepada Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Evaluasi Internal, tindaklanjut dari evaluasi yang dilaksanakan oleh Inspektorat selaku
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) selalu menjadi perhatian dalam rangka
peningkatkan dan akuntabilitas kinerja yang lebih baik.
96
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
LAMPIRAN
97
Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2018
Lampiran:
98
1
Manual IKU
2018
Indeks Keuangan Inklusif
Formula
Realisasi
X 100 %
Target
Tujuan
Mengukur capaian indeks keuangan inklusif
:
Sifat Data IKU/Polarisasi (X) Maximize (.......) Minimize (........) Stabilize
Periode Data IKU : (......) Bulanan (......) Triwulanan (.......) Semesteran (X) Tahunan
Detail Anggaran : (Kode Program) : Daftar rencana kerja dan kebijakan untuk peningkatan akses dan
kualitas layanan keuangan formal kepada RT miskin yang disepakati oleh Dewan
Nasional Keuangan Inklusif
(Kode Kegiatan) : 2518
Keterangan:
Berdasarkan Perpres 82 tahun 2016 tentang SNKI menetapkan target indeks keuangan inklusif dari
36% ditahun 2014 menjadi sebesar 75 % di tahun 2019. Dengan asumsi kenaikan 7-8% pertahun
maka Dewan Nasional Keuang Inklusif menetapkan target tahun 2018 sebesar 70%
(2014:36%, 2015:44%, 2016:52%, 2017:60%, 2018:68% dan 2019:17%)
2
Manual IKU
2018
Penyaluran Kredit Usaha Rakyat.
Realisasi
X 100 %
Target
Tujuan
Mengukur capaian kinerja penyaluran KUR
Keterangan:
Target Penyaluran KUR ditetapkan oleh Komite Kebijakan berdasarkan pengajuan plafon dari
Penyalur KUR selama periode 1 tahun.
3
Manual IKU
Koordinasi, Sinkronisasi, dan Pengendalian Kebijakan
2018 Perekonomian.
Rekomendasi Kebijakan yang Terkait dengan Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan
Keuangan yang meliputi:
1. Koordinasi Kebijakan Bidang Fiskal
2. Koordinasi Kebijakan Bidang Moneter dan Neraca Pembayaran
3. Koordinasi Kebijakan Bidang Pengembangan Ekonomi Daerah dan Sektor
Rill
4. Koordinasi Kebijakan Bidang Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
5. Koordinasi Kebijakan Bidang Badan Usaha Milik Negara
Formula/Teknik Penghitungan
Realisasi
X 100 %
Target
Tujuan
Mengukur capaian kinerja penyusunan rekomendasi kebijakan yang terkait dengan
Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan
:
Sifat Data IKU/Polarisasi (.......) Maximize (.......) Minimize (.... X....) Stabilize
Periode Data IKU : (......) Bulanan (......) Triwulanan (......) Semesteran (.. X..) Tahunan