Anda di halaman 1dari 4

RANGKUMAN MATA KULIAH ANGGARAN SEKTOR PUBLIK — A

MEDIUM TERM EXPENDITURE FRAMEWORK (MTEF)

Disusun oleh:
Yesica Arinda Damayanti (20013010024)

Dosen Pengampu:
R. Muh. Syah Arief Atmaja W, SE., M.Sc.

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

2023
MEDIUM TERM EXPENDITURE FRAMEWORK (MTEF)

1. Konsep MTEF
Medium Term Expenditure Framework (MTEF) atau dalam bahasa Indonesia
dikenal dengan istilah Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) ialah suatu
pendekatan terhadap anggaran dan manajemen keuangan publik yang memiliki tujuan
untuk mengatasi berbagai kelemahan dalam penganggaran tahunan (Wildavsky dalam
Parhusip, 2018). World Bank dalam (Siallagan, 2017) mendefinisikan KPJM sebagai
elemen sentral dari reformasi manajemen pengeluaran publik untuk mengatasi tidak
adanya kaitan antara kebijakan, perencanaan dan implementasi yang menjadi penyebab
utama hasil atau dampak anggaran yang lemah. OECD dalam (Siallagan, 2017) juga
menyebutkan bahwa KPJM adalah kerangka untuk mengintegrasikan kebijakan fiskal
dan anggaran jangka menengah yang dilakukan dengan mengaitkan peramalan fiskal
agregat ke proses untuk mempertahakan estimasi angkaran jangka menengah yang
terinci. Lebih singkatnya, Pestana dalam (Siallagan, 2017) menjelaskan bahwa KPJM
merupakan suatu metodologi yang dapat membantu pemerintah dalam mengembangkan
perencanaan jangka menengah dan jangka panjang yang berfungsi sebagai pedoman
instrumen pengambilan keputusan manajerial yang berdampak pada kesehatan finansial
negara.

2. Manfaat KPJM
Siallagan (2017) mengemukakan bahwa tujuan dan manfaat KPJM secara garis
besar ialah perbaikan kondisi fiskal dengan penekanan pada perbaikan anggaran tahunan,
peningkatan tata kelola anggaran dan kesinambungan fiscal. Secara umum, Endel dalam
(Parhusip, 2018) menyatakan bahwa manfaat KPJM atau MTEF adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan disiplin fiskal;
b. Menghindari overspending;
c. Menghindari underspending;
d. Mengelola proyek-proyek investasi di masa yang akan dating;
e. Menyesuaikan prioritas strategis;
f. Peramalan atas biaya yang diperlukan.

1
Lebih lanjut, Endel memaparkan bahwa tanpa adanya perspektif jangka menengah
akan sulit memastikan sumber daya untuk menyelesaikan aktivitas investasi tersebut.

3. Tahapan KPJM
Menurut World Bank dalam (Parhusip, 2018), terdapat tiga tahapan dalam proses
perencanaan KPJM, antara lain:
a. Pendekatan top-down dengan menentukan resource-envelope secara agregat.
Pendekatan ini merupakan model makroekonomi yang dapat mengindikasikan target
fiskal dan estimasi pendapatan dan belanja, termasuk kewajiban keuangan
(Siallagan, 2017);
b. Pendekatan bottom-up dengan menentukan kebutuhan anggaran jangka menengah
masing-masing spending agencies. Pendekatan ini merupakan tahap evaluasi
kebijakan dan aktivitas sektoral dengan fokus pada optimalisasi alokasi intra-
sektoral (Siallagan, 2017);
c. Pendekatan rekonsoliasi dengan melakukan kesepakatan atas alokasi pengeluaran
dan anggaran tahunan.
Sementara itu, menurut Shick dalam (Parhusip, 2018), tahapan KPJM terdiri atas:
a. Menyusun angka dasar KPJM;
b. Menggulukan KPJM di tahun yang akan dating.

4. KPJM Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah di Indonesia


KPJM menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah didefinisikan sebagai pendekatan penganggaran berdasarkan
kebijakan, dengan pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam
perspektif lebih dari satu tahun anggaran, dengan mempertimbangkan implikasi biaya
lebih dari satu tahun anggaran, dengan mempertimbangkan implikasi biaya akibat
keputusan yang bersangkutan pada tahun berikutnya yang dituangkan dalam perkiraan
maju (Susanti et al. 2019). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka KPJM harus diterapkan
sebagai sebuah kebijakan pemerintah yang bersifat perspektif perkiraan maju dalam
jangka waktu tiga tahun ke depan yang merupakan perhitungan kebutuhan dana anggaran
kegiatan untuk tahun anggaran berikutnya dari tahun yang direncanakan.

2
Secara komprehensif, gambaran KPJM di Indonesia adalah sebagai berikut
(Parhusp 2018):

5. Studi Kasus KPJM di Berbagai Negara


World Bank dalam (Parhusip, 2018) melaporkan bahwa sampai dengan akhir tahun
2008, terdapat 132 negara atau lebih dari dua pertiga negara yang ada telah
mengimplementasikan KPJM dengan tingkat kesuksesan yang berbeda. Di Australia,
sekitar pada tahun 1980 telah ada inisiatif forward estimate. Kemudian, pada tahun 1980-
an sampai dengan 1990-an, Denmark, New Zealand, Belanda, dan Norwegia juga
beberapa negara di Afrika mulai mengimplementasikan KPJM.

Anda mungkin juga menyukai