sebagai sektor pelayanan yang menyediakan barang/jasa bagi masyarakat umum sumber
dana yang berasal dari pajak dan penerimaan negara lainnya, dimana kegiatannya
banyak diatur dengan ketentuan dan peraturan”
Anggaran sektor publik diintrepretasikan sebagai rencana kegiatan dalam
bentuk perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Anggaran merupakan
suatu rencana finansial yang menyatakan berapa biaya atas rencana-rencana yang dibuat
(pengeluaran/belanja) dan berapa banyak dan bagaimana caranya memperoleh uang
(pendapatan) untuk mendanai rencana tersebut. Anggaran sektor publik memiliki fungsi
sebagai pernyataan rencana kerja yang akan dilakukan pada periode waktu tertentu,
biasanya dalam jangka waktu satu tahun, (Mardiasmo, 2009).
. Dalam anggaran sektor publik tersusun seluruh aspek kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tergambar tujuan
organisasi, bertujuan untuk kepentingan publik. Oleh karena itu, anggaran sektor publik
penting karena beberapa alasan sebagai berikut:
“a. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan
pembangunan sosial-ekonomi, menjamin kesinambungan, dan
meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
b. Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat
yang tak terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber daya yang ada
terbatas. Anggaran diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber
daya (scarcity of resources), pilihan (choice), dan trade offs.
c. Angggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah
bertanggung jawab terhadap rakyat. Dalam hal ini anggaran publik
merupakan isntrumen pelaksanaan akuntabilitas publik oleh lembaga-
lembag publik yang ada”. (Mardiasmo, 2002, p.63).
(b) Menyelaraskan penganggaran dengan tata kelola organisasi dan anggaran modal,
(c) Melibatkan para pemangku kepentingan dalam proses perencanaan dan
penganggaran, (d) Melakukan perencanaan anggaran yang efektif, (e) Menggunakan
pendekatan penganggaran yang efektif, (f) Melakukan koordinasi dan qulity assurance
yang efektif, (g) Monitoring dan evaluasi dalam rangka pengambilan kebijakan dan
(h) Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi untuk mengetahui tingkat efektfitas
dan efisiensi pencapaian target dan kinerja.
Programming, and Budgeting System (PPBS), Zero Based Budgeting (ZBB), dan
Performance Based-Budgeting (PBB)
Incrementalism
Penekanan dan tujuan utama pendekatan tradisional adalah pada pengawasan
dan pertanggungjawaban yang terpusat. Anggaran tradisional bersifat incrementalism
yaitu hanya menambah/mengurangi jumlah rupiah pada item anggaran yang ada
sebelumnya dengan menggunakan data tahun sebelumnya sebagai dasar menyesuaikan
besarnya penambahan atau pengurangan tanpa dilakukan kajian yang mendalam
(Mardiasmo, 2009).
Selanjutnya menurut Mardiasmo (2009), masalah utama anggaran tradisional
adalah berkaitan dengan tidak adanya perhatian terhadap konsep value for money.
Konsep ekonomi, efesiensi dan efektivitas sering tidak dijadikan pertimbangan dalam
penyusunan anggaran tradisional. Dengan ketiadaan perhatian pada konsep value for
money ini, sering kali pada akhir tahun anggaran terjadi kelebihan anggaran yang
pengalokasiannya, kemudian dipaksakan pada aktivitas-aktivitas yang sebenarnya
kurang penting untuk dilaksanakan. Anggaran tradisional cenderung menggunakan
8
konsep harga pokok pelayanan historis (historic cost of service). Akibat digunakannya
harga pokok pelayanan historis tersebut adalah suatu item, program, atau kegiatan akan
muncul lagi dalam anggaran tahun berikutnya meski item tersebut sudah tidak
dibutuhkan. Perubahan anggaran hanya menyentuh jumlah nominal, yang disesuaikan
dengan tingkat inflasi, jumlah penduduk, dan lainnya.
Banyak penelitian tentang keterkaitan anggaran dengan incrementalism,
diantaranya Boyne et al (2001) yang mengganggap bahwa incremental sebagai
penyederhanaan dari proses anggaran dan bahwa proses anggaran incremental apabila
perbedaan dengan anggaran tahun sebelumnya kecil dan kurang fokusnya aparat
terhadap proses anggaran tersebut. Kurangnya fokusnya aparat terhadap proses
anggaran tersebut, dapat memicu revisi anggaran. Menurut Anessi-Pessina et al (2012)
pendekatan incremental yang dilakukan pada proses penyusunan anggaran tidak
sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan organisasi dan sebagai konsekuensinya,
semakin besar revisi anggaran yang dilakukan selama tahun fiskal. Menurut Anessi-
Pessina et al (2012), karena hanya berpedoman pada penyesuaian atau penambahan
pagu anggaran di tahun sebelumnya, ketika pada tahun berikutnya terdapat beberapa
proyek/kegiatan/inovasi kegiatan yang belum dianggarkan di tahun sebelumnya akan
memicu terjadinya revisi anggaran. Artinya, semakin banyak kebijakan ditetapkan
diawal periode penyusunan anggaran, (pejabat fokus) pada saat penyusunan anggaran,
semakin sedikit revisi anggaran yang diperlukan selama satu periode anggaran.
Line-item
Ciri lain anggaran tradisional menurut Mardiasmo (2009) adalah struktur
anggaran bersifat line-item yang didasarkan atas dasar sifat (nature) dari penerimaan
dan pengeluaran. Metode line-item budget tidak memungkinkan untuk menghilangkan
item-item penerimaan atau pengeluaran yang telah ada dalam struktur anggaran,
walaupun sebenarnya secara riil, item tertentu sudah tidak relevan lagi untuk digunakan
dalam periode sekarang. Penyusunan anggaran dengan menggunakan struktur line-item
dilandasi alasan adanya orientasi sistem anggaran yang dimaksudkan untuk mengontrol
pengeluaran. Berikut ini beberapa kelemahan anggaran tradisional, antara lain:
”1. Hubungan yang tidak memadai (terputus) antara anggaran tahunan dengan
rencana pembangunan jangka panjang.
9
Kelemahan PPBS:
“1. PPBS membutuhkan sistem informasi yang canggih, ketersediaan data,
adanya sistem pengukuran, dan staf yang memiliki kapabilitas tinggi
2. Implementasi PPBS membutuhkan biaya yang besar karena PPBS
membutuhkan teknologi yang canggih
3. PPBS bagus secara teori, namun sulit untuk diimplementasikan
4. PPBS mengabaikan realitas politik dan realitas organisasi sebagai
kumpulan manusia yang kompleks
5. PPBS merupakan teknik anggaran yang statistically oriented. Penggunaan
statistik terkadang kurang tajam untuk mengukur efektivitas program.
Statististik hanya tepat untuk mengukur beberapa program tertentu saja.
6. Pengaplikasian PPBS menghadapi masalah teknis. Hal ini terkait dengan
sifat progam atau kegiatan yang lintas departemen sehingga menyulitkan
12
2.2.3 Anggaran Berbasis Nol Atau Mulai Dari Nol/Zero Based Bugeting (ZBB)
Zero Based Budgeting (ZBB) merupakan system anggaran yang didasarkan
pada perkiraan kegiataan, bukan pada apa yang telah dilakukan di masa lalu. Setiap
kegiatan akan dievaluasi secara terpisah. Ini berarti berbagai program akan
dikembangkan dalam visi tahun yang bersangkutan. Menurut (Mardiasmo, 2009),
konsep ZBB dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan anggaran tradisonal. Yaitu
menghilangkan incremnetalism dan line-item, karena anggaran diasumsikan dari nol.
ZBB tidak berpatokan pada anggaran tahun lalu, penentuan anggaran berdasarkan
kebutuhan. Anggaran dimulai dari hal yang baru, item anggaran yang sudah tidak
relevan dan tidak mendukung pencapaian tujuan organisasi dihilangkan dari struktur
anggaran
Tiga langkah penyusun ZBB adalah menurut (Mardiasmo, 2009):
a. Mengidentifikasi unit keputusan, ZBB merupakan sistem anggaran yang berbasis
pusat pertanggungjawaban sebagai dasar perencanaan dan pengendalian anggaran.
Suatu unit keputusan merupakan kumpulan dari unit keputusan level yang lebih
kecil. Sebagai contoh, pemerintah daerah merupakan suatu unit keputusan besar
yang dapat dipecah-pecah lagi menjadi dinas-dinas; dinas-dinas dipecah lagi
menjadi subdinas-subdinas; subdinas dipecah lagi menjadi subprogram, dan
sebagainya. Dengan demikian, suatu pemerintah daerah bisa memiliki ribuan unit
keputusan. Setelah dilakukan identifikasi unit-unit keputusan secara tepat, tahap
berikutnya adalah menyiapkan dokumen yang berisi tujuan unit keputusan dan
tindakan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Dokumen tersebut
disebut paket-paket keputusan (decision packages).
b. Membangun paket keputusan, paket keputusan merupakan gambaran komprehensif
mengenai bagian dari aktivitas organisasi atau fungsi yang dapat dievaluasi secara
individual. Paket keputusan dibuat oleh manajer pusat pertanggungjawaban dan
harus menunjukkan secara detail estimasi biaya dan pendapatan yang dinyatakan
dalam bentuk pencapaian tugas dan perolehan manfaat. Terdapat dua jenis paket
keputusan, yaitu:
13