Disusun Oleh :
RAMA ARISTA PUTRA
NIM (22110008)
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS GAJAYANA MALANG
1. Anggaran
Anggaran publik adalah rencana kegiatan dalam bentuk perolehan pendapatandan belanja
dalam satuan moneter.Secara singkat dapat dinyatakan bahwa anggaran publik merupakan
suaturencana finansial yang menyatakan :
Berapa biaya atas rencana-rencana yang dibuat (pengeluaran/belanja)
Berapa banyak dan bagaimana caranya memperoleh uang untuk mendanairencana
tersebut (pendapatan).
Siklus Anggaran
Ketiga pertimbangan meliputi stabilitas ekonomi,redistribusi pendapatan, dan alokasi sumber
daya.Lemahnya perencanaan anggaran memungkinkan munculnya underfinancing atau
overfinancing yang akan mempengaruhi tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran.
Siklus anggaran meliputi empat tahap yang terdiri atas:
Tahap persiapan anggaran (preparation)
Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran
pendapatan yang tersedia. Yang perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui
taksiran pengeluaran, terlebih dahulu harus dilakukan penaksiran pendapatan secara
lebih akurat. Dalam persoalan estimasi, yang perlu mendapat perhatian adalah
terdapatnyafaktor “uncertainty” (tingkat ketidakpastian)yang cukup tinggi. Oleh
sebab itu, manajer keuangan public harus memahami betul dalam menentukan
besarnya suatu mata anggaran.
Besarnya mata anggaran pada suatu anggaran yang menggunakan “line-item
budgeting´ akan berbeda pada “input-output budgeting”, “program budgeting” atau
“zero based budgeting”.
Di Indonesia, proses perencanaan APBD dengan paradigma baru
menekankan pada pendekatan bottom-up planning dengan tetap mengacu pada arah
kebijakan pembangunan pemerintah pusat. Arahan kebijakan pembangunan
pembangunan pemerintah pusat tertuang dalam dokumen perencanaan berupa GBHN,
Program Pembangunan Nasional (PROPE NAS), Rencana Strategis (RESENTRA),
dan RencanaPembangunan Tahunan (REPETA). Sinkronisasi perencanaan
pembangunan yang digariskan oleh pemerintah pusatdengan perencanaan
pembangunan daerah sejak spesifik diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 105 dan
108 Tahun 2000. Pada pemerintah pusat, perencanaan pembangunan dimulai dari
peyusunan PROPENAS yang merupakan operasionalisasi GBHN. PROPERNAS
tersebut kemudian dijabarkan dalam bentuk RESENTRA.Berdasarkan PROPER NAS
dan RESENRA serta analisis fiscal dan makro ekonomi,kemudian dibuat persiapan
APBN dan REPETA.Sementara itu, di tingkat daerah (propinsi dan kabupaten/kota)
berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah No. 108 Tahun 2000 pemerintah daerah
disyaratkanuntuk membuat dokumen perencanaan daerah yang terdiri atas
PROPEDA(REN STRADA).
Dokumen perencanaan daerah tersebut diupayakan tidak menyimpang dari
PROPENAS dan RENSTRA yang dibuat pemerintah pusat. Dalam PROPEDA
dimungkinkan adanya penekanan prioritas program pembangunan yang berbeda dari
satu daerah dengan daerah yang lain sesuai kebutuhan masing-masing daerah.
PROPEDA (RENSTRADA) dibuat oleh pemerintah daerah bersama dengan DPRD
dalam kerangka waktu lima tahun yang kemudian dijabarkan pelaksanaannya dalam
kerangka tahunan. Penjabaran rencana strategis jangka panjang dalam REPETADA
tersebutdilengkapi dengan:
Pertimbangan-pertimbangan yang berasal dari hasil evaluasi kinerja
pemerintahdaerah pada periode sebelumnya.
Masukan-masukan dan aspirasi masyarakat.
Pengkajian kondisi yang saat ini terjadi, sehingga bisa diketahui
kekuatan,kelemahan, peluang dan tantangan yang sedang dan akan
dihadapi.
2. Pengertian APBD
Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah (APBD), adalah rencana keuangan
tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah. APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD meliputi masa
satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
APBD terdiri atas Anggaran Pendapatan, (Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi
Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah, dan Penerimaan
lainnya), Bagian Dana Perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum
(DAU), dan Dana Alokasi Khusus serta Pendapatan lain-lain yang sah seperti Dana Hibah,
Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya, Dana
Penyesuaian dan Otonomi Khusus, Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah
Lainnya dan Pendapatan Lain-Lain.
Anggaran Belanja, yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas
pemerintahan di daerah. Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.
Fungsi APBD
Fungsi dan kedudukan APBD yaitu: Sebagai dasar kebijakan menjalankan keuangan
yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk masa tertentu yaitu satu tahun
anggaran. Sebagai pemberian kuasa dari pihak legislatif yaitu DPRD kepada kepala daerah
sebagai pimpinan eksekutif untuk melakukan pengeluaran dalam rangka menjalankan roda
pemerintahan daerah.
Sebagai penetapan kewenangan kepada kepala daerah untuk melaksanakan
pembangunan daerah dan pelayanan kepada masyarakat. Sebagai bahan pengawasan yang
dilakukan oleh pihak yang berhak melaksanakan pengawasan bisa lebih baik. Pada Peraturan
menteri dalam Negeri Nomor 13 Thn 2006 menyatakan bahwa APBD mempunyai beberapa
fungsi antara lain sebagai berikut:
1) Retribusi
Dianggap sebagai sumber penerimaan tambahan, tujuan utamanya adalah untuk
meningkatkan efisiensi dengan menyediakan informasi atas permintaan bagi penyedia
layanan publik, dan memastikan apa yang disediakan oleh penyedia layanan publik
minimal sebesar tambahan biaya (Marginal Cost) bagi masyarakat. Ada tiga jenis
retribusi, antara lain:
Retribusi Perizinan Tertentu (Service Fees) seperti penerbitan surat
izin(pernikahan, bisnis, kendaraan bermotor) dan berbagai macam biaya yang
diterapkan oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan.
Pemberlakuan biaya atau tarif kepada masyarakat atas sesuatu yang
diperlukan oleh hukum tidak selalu rasional.
Retribusi Jasa Umum (Public Prices) adalah penerimaan pemerintah daerah
atas hasil penjualan barang-barang privat, dan jasa. Semua penjualan jasa
yang disediakan di daerah untuk dapat diidentifikasi secara pribadi dari biaya
manfaat publik untuk memberikan tarif atas fasilitas hiburan atau rekreasi.
Biaya tersebut seharusnya diatur pada tingkat kompetisi swasta, tanpa pajak,
dan subsidi, di mana itu merupakan cara yang paling efisien dari pencapaian
tujuan kebijakan publik, dan akan lebih baik lagi jika pajak subsidi dihitung
secara terpisah.
Retribusi Jasa Usaha (Specific Benefit Charges) secara teori, merupakan cara
untuk memperoleh keuntungan dari pembayar pajak yang kontras, seperti
Pajak Bahan Bakar Minyak atau Pajak bumi dan bangunan.
2) Pendapatan Daerah
Bisa bersumber dari Pajak daerah dibagi jadi 2 yakni pajak provinsi dan pajak
kabupaten/kota. Contohnya
Pengertian APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan rencana keuangan
tahunan Pemerintah Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi
daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara
selama satu tahun anggaran (1 Januari – 31 Desember). APBN, perubahan APBN, dan
pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang. Dijabarkan
dalam Undang-Undang No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yang dimaksud
dengan APBN adalah:
Rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR (Pasal 1,
Ayat 7).
Terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan (Pasal 11, Ayat
2).
Meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31
Desember (Pasal 4).
Ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang (Pasal 11 Ayat 1).
Mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan
stabilisasi (Pasal 3, Ayat 4).
Fungsi APBN
APBN merupakan instrumen yang mengatur pengeluaran dan pendapatan negara
dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan dalam
mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabilitas
perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.
APBN berfungsi sebagai otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan
stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran serta kewajiban negara
dalam suatu tahun anggaran harus dimasukkan ke dalam APBN.
Hal ini dilakukan untuk menjaga kepentingan bagi masyarakat maupun negara.
Seperti halnya yang dibahas dalam buku Ekonomi Makro karya Ali Ibrahim Hasyim yang
dirangkum pembahasannya ke dalam 12 bab.
Anggaran merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara
dalam rangka membiayai pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan, mencapai
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabilitas
perekonomian, dan menentukan arah dan prioritas pembangunan secara umum.
Anggaran memiliki fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi,
dan stabilisasi. Semua penerimaan dan pengeluaran adalah hak bahwa tugas negara dalam
suatu tahun anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Pendapatan Surplus dapat
digunakan untuk membiayai belanja publik tahun fiskal berikutnya. Berikut diantaranya
Fungsi APBN yang perlu kamu ketahui, Grameds:
Fungsi Pengawasan
Anggaran negara harus menjadi pedoman dalam menilai apakah kegiatan
penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk menilai apakah tindakan
pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu dibenarkan
atau tidak. berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai apakah
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan.
Dengan demikian akan mudah bagi orang untuk menilai apakah tindakan
pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu dibenarkan
atau tidak.
Fungsi Alokasi
Anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan
pemborosan sumber daya serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas
perekonomian.
Fungsi Distribusi
Kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan
Fungsi Stabilisasi
Memiliki makna anggaran pemerintah menjadi alat kontrasepsi memelihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
Fungsi Otorisasi
Menyiratkan bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan
belanja untuk tahun ini, dengan demikian, pengeluaran atau pendapatan bertanggung
jawab kepada rakyat.Perencanaan fungsi, menyiratkan bahwa anggaran negara dapat
menjadi pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan untuk tahun ini.
Ketika pengeluaran pra-direncanakan, maka negara dapat membuat rencana untuk
mendukung belanja ini. Sebagai contoh, telah direncanakan dan dianggarkan akan
membangun proyek pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar. Dengan demikian,
pemerintah dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut agar
berjalan lancar.
Fungsi Perencanaan
Anggaran negara dapat menjadi pedoman bagi negara untuk merencanakan
kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu pembelanjaan telah direncanakan
sebelumnya, maka negara dapat membuat rencana-rencana untuk mendukung
pembelanjaan tersebut. menyiratkan bahwa anggaran negara dapat menjadi
pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan untuk tahun ini.
Ketika belanja pra-direncanakan, maka negara dapat membuat rencana untuk
mendukung pengeluaran. Misalnya, telah direncanakan dan dianggarkan untuk
membangun proyek pembangunan jalan senilai sekian miliar. Dengan demikian,
pemerintah dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek berjalan
lancar.
Prinsip APBN
Prinsip penyusunan APBN Berdasarkan aspek pendapatan, prinsip penyusunan APBN
ada tiga, yaitu: Intensifikasi penerimaan anggaran dalam jumlah dan kecepatan
penyetoran. Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara.
Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara dan penuntutan denda.
Sementara berdasarkan aspek pengeluaran, prinsip penyusunan APBN adalah: Hemat,
efisien, dan sesuai dengan kebutuhan. Terarah, terkendali, sesuai dengan rencana
program atau kegiatan. Semaksimal mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri
dengan memperhatikan kemampuan atau potensi nasional
Prinsip Anggaran Dinamis
Ada anggaran dinamis absolut dan anggaran dinamis relatif. Anggaran
bersifat dinamis absolut apabila Tabungan Pemerintah (TP) dari tahun ke tahun
terus meningkat. Anggaran bersifat dinamis relatif apabila persentase kenaikan TP
(DTP) terus meningkat atau prosentase ketergantungan pembiayaan pembangunan
dari pinjaman luar negeri terus menurun.
Prinsip Anggaran Fungsional
Anggaran fungsional berarti bahwa bantuan atau pinjaman LN hanya
berfungsi untuk membiayai anggaran belanja pembangunan (pengeluaran
pembangunan) dan bukan untuk membiayai anggaran belanja rutin. Prinsip ini
sesuai dengan azas “bantuan luar negeri hanya sebagai pelengkap” dalam
pembiayaan pembangunan. Artinya semakin kecil sumbangan bantuan atau
pinjaman luar negeri terhadap pembiayaan anggaran pembangunan, maka makin
besar fungsionalitas anggaran.
Prinsip Anggaran Defisit
Bedanya dengan prinsip anggaran berimbang adalah bahwa pada anggaran
defisit ditentukan : 1) Pinjaman LN tidak dicatat sebagai sumber penerimaan
melainkan sebagai sumber pembiayaan. 2) Defisit anggaran ditutup dengan
sumber pembiayaan DN + sumber pembiayaan LN (bersih)
Struktur APBN
Secara garis besar struktur APBN merupakan Pendapatan Negara dan
Hibah, Belanja Negara, Keseimbangan Primer, Surplus atau Defisit Anggaran,
Pembiayaan. Struktur APBN dituangkan dalam suatu format yang disebut I-
account. Dalam beberapa hal, isi dari I-account sering disebut postur APBN.
Beberapa faktor penentu postur APBN diantaranya:
Belanja Negara
Besar kecilnya belanja negara dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yakni: Kebutuhan penyelenggaraan negara. Risiko bencana alam dan dampak
krisi global. Asumsi dasar makro ekonomi. Kebijakan pembangunan. Kondisi
akan kebijakan lainnya. Belanja pemerintah pusat, adalah belanja yang
digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan pemerintah pusat, baik
yang dilaksanakan di pusat maupun di daerah.
Belanja pemerintah pusat dapat dikelompokkan menjadi: belanja
pegawai, belanja barang, belanja modal, pembiayaan bunga utang, subsidi
BBM dan subsidi non-BBM, belanja hibah, belanja sosial(termasuk
penanggulangan bencana), dan belanja lainnya.
Belanja daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke pemerintah daerah,
untuk kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan.
Belanja daerah meliputi: Dana bagi hasil Dana alokasi umum Dana alokasi
khusus Dana otonomi khusus
Pembiayaan Negara
Besaran pembiayaan negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni
asumsi dasar makro ekonomi, kebijakan pembiayaan, kondisi dan kebijakan
lainnya.
Pembiayaan negara terbagi menjadi 2 jenis pembiayaan, yakni
pembiayaan dalam negeri dan luar negeri. Pembiayaan dalam negeri meliputi
pembiayaan perbankan dalam negeri dan pembiayaan non perbankan dalam
negeri (hasil pengelolaan aset, pinjaman dalam negeri neto, kewajiban
penjaminan, surat berharga negara neto, dan dana investasi pemerintah).
Sedangkan pembiayaan luar negeri meliputi penarikan pinjaman luar
negeri yang terdiri atas Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek, penerusan
pinjaman, dan pembayaran cicilan pokok utang luar negeri yang terdiri atas
jatuh tempo dan moratorium.
Pendapatan Pajak
Pendapatan Pajak Dalam Negeri terdiri dari Pendapatan pajak
penghasilan (PPh), Pendapatan pajak pertambahan nilai dan jasa dan pajak
penjualan atas barang mewah, Pendapatan pajak bumi dan bangunan,
Pendapatan cukai, Pendapatan pajak lainnya. Selanjutnya Pendapatan Pajak
Internasional pendapatan bea masuk dan pendapatan bea keluar.
Pendapatan Negara
Pendapatan negara didapat melalui penerimaan perpajakan dan
penerimaan bukan pajak. Penerimaan perpajakan untuk APBN biasanya
melalui kepabean dan cukai, penerimaan pajak, dan hibah. Pajak menjadi hal
yang tidak dapat dipisahkan dari APBN.
Pasalnya pajak memiliki kontribusi besar dalam pembentukan APBN
tiap tahunnya. Penerimaan pajak terbilang paling besar ketimbang komponen-
komponen lainnya yang ada dalam APBN. Selain melalui penerimaan
perpajakan, pendapatan negara juga didapat melalui penerimaan negara bukan
pajak dan lainnya. Pendapatan tersebut antara lain adalah Pendapatan Badan
Layanan Umum (BLU),Pendapatan Sumber Daya Alam (SDA),Pendapatan
dari kekayaan negara dan hibah yang didapat. Besaran pendapatan negara
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
Indikator ekonomi makro yang tercermin pada asumsi dasar makro
ekonomi
Kebijakan pendapatan negara
Kebijakan pembangunan ekonomi
Perkembangan pemungutan pendapatan negara secara umum
Kondisi dan kebijakan lainnya
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Berasal dari Penerimaan sumber daya alam dan gas bumi (SDA migas),
penerimaan sumber daya alam non-minyak bumi dan gas bumi (SDA non migas),
Pendapatan bagian laba BUMN, pendapatan laba BUMN perbankan, pendapatan
laba BUMN non perbankan, PNBP lainnya, pendapatan dari pengelolaan BMN,
pendapatan jasa pendapatan bunga pendapatan kejaksaan dan peradilan dan hasil
tindak pidana korupsi dan lain-lain.
Penyusunan APBN
Proses penyusunan dan penetapan APBN dapat dikelompokkan dalam dua
tahap, yaitu: (1) pembicaraan pendahuluan antara pemerintah dan DPR, dari bulan
Februari sampai dengan pertengahan bulan Agustus (2) Pengajuan pembahasan
dan penetapan APBN, dari pertengahan bulan Agustus sampai dengan bulan
Desember. Berikut ini diuraikan secara singkat kedua tahapan dalam proses
penyusunan APBN tersebut.
Pembicaraan Pendahuluan antara Pemerintah dan DPR. Tahap ini diawali
dengan beberapa kali pembahasan antara pemerintah dan DPR untuk menentukan
mekanisme dan jadwal pembahasan APBN. Kegiatan dilanjutkan dengan
persiapan rancangan APBN oleh pemerintah, antara lain meliputi penentuan
asumsi dasar APBN, perkiraan penerimaan dan pengeluaran.
Pengajuan, pembahasan dan penetapan APBN. Tahapan ini dimulai
dengan Pidato Presiden sebagai pengantar RUU APBN dan Nota Keuangan.
Selanjutnya akan dilakukan pembahasan baik antara Menteri Keuangan dengan
Panitia Anggaran.
Dasar Hukum APBN
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan dasar hukum yang paling tinggi
dalam struktur perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu pengaturan
mengenai keuangan negara selalu didasarkan pada undang-undang ini, khususnya
dalam bab VIII Undang-Undang Dasar 1945 Amendemen IV pasal 23 mengatur
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Bunyi pasal 23:
Ayat (1): Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari
pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-
undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Ayat (2): Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja
negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan
Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.
ayat (3): “Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diusulkan oleh Presiden,
Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun
yang lalu”.
Pahami lebih dalam mengenai hukum APBN melalui buku Hukum
Ekonomi di Indonesia yang membahas mengenai hukum secara umum, hukum
perdata, hukum perseorangan, dan masih banyak lagi.
Mekanisme Penyusunan APBN
Sebelum melakukan penyusunan APBN, ada beberapa aspek penting yang
perlu diperhatikan seperti asumsi ekonomi makro. Asumsi-asumsi tersebut
kemudian menjadi acuan analisis dalam penyusunan APBN. Asumsi tersebut
adalah
Harga minyak bumi di pasar internasional diperkirakan lebih rendah
dibandingkan dengan harga minyak bumi yang diasumsikan pada tahun
sebelumnya,
Pengerahan serta penggalian sumber-sumber penerimaan perpajakan perlu
ditingkatkan,
Tersedianya barang-barang kebutuhan pokok sehari-hari dalam jumlah
banyak dan merata dengan harga yang stabil serta dapat diakses oleh
rakyat banyak,
Keadaan ekonomi global yang diperkirakan mengalami pertumbuhan lebih
baik dibandingkan dengan keadaan sebelumnya,
Proses pemulihan ekonomi diharapkan didukung oleh situasi politik,
sosial, dan keamanan yang kondusif, sehingga dapat mengalami
pertumbuhan yang lebih baik dari tahun sebelumnya,
Kepastian sistem pembiayaan daerah yang adil, proporsional, rasional,
transparan, partisipatif, dan bertanggung jawab.
Penyusunan dan Penetapan APBN diantaranya:
APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan
tiap tahun dengan Undang-Undang
APBN terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan
pembiayaan
Pendapatan Negara terdiri atas penerimaan pajak, penerimaan bukan
pajak, dan hibah
Belanja negara dipergunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas
pemerintahan pusat dan pelaksanaan perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah
Belanja negara dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja
Pemerintah Pusat mengajukan Rancangan Undang-undang tentang APBN,
beserta nota keuangan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPR
pada bulan Agustus tahun sebelumnya.
Pembahasan Rancangan Undang-undang tentang APBN dilakukan sesuai
dengan undang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan DPR.
DPR dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah
penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan Undang-undang tentang
APBN.
Pengambilan keputusan oleh DPR mengenai Rancangan Undang-undang
tentang APBN dilakukan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahun
anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.
APBN yang disetujui DPR terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi,
program, kegiatan, dan jenis belanja.
Apabila DPR tidak menyetujui Rancangan Undang-undang tentang
APBN, Pemerintah Pusat dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya
sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.
3. Situasi negara jika terjadi defisit adalah Negara tersebut akan melakukan
Menaikkan pajak
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa
menaikkan pajak bisa menghindari atau mengatasi defisit anggaran jika rasionya
tinggi.
Melakukan pengurangan biaya
Dari sisi pengeluaran, pemerintah bisa melakukan pengurangan biaya pada program
tertentu yang tidak memberikan pengaruh terhadap pajak, devisa, dan sektor riil.
Selain itu, lakukan juga pengurangan pada pengeluaran rutin dan subsidi yang
terlampau besar seperti BBM, Listrik, dan lain sebagainya.
Meminjam uang
Melakukan pinjaman uang menjadi pilihan yang terakhir untuk mengatasi defisit
anggaran, baik melakukan pinjaman dari bank maupun dari luar negeri. Untuk dapat
memperoleh dana melalui pinjaman, pemerintah bisa menerbitkan obligasi dan surat
berharga.
Situasi negara jika terjadi surplus adalah Negara tersebut akan melakukan
pendapatan tersebut dapat dianggarkan oleh daerah untuk pembayaran pokok utang,
penyertaan modal (investasi) daerah, pemberian pinjaman kepada pemerintah
pusat/daerah lain, dan pembentukan dana cadangan (misalnya: untuk dana Pilkada,
untuk pembangunan infrastruktur).