Anda di halaman 1dari 17

RESUME AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

“ANGGARAN, APBD DAN APBN”

Disusun Oleh :
RAMA ARISTA PUTRA
NIM (22110008)
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS GAJAYANA MALANG

1. Anggaran
Anggaran publik adalah rencana kegiatan dalam bentuk perolehan pendapatandan belanja
dalam satuan moneter.Secara singkat dapat dinyatakan bahwa anggaran publik merupakan
suaturencana finansial yang menyatakan :
 Berapa biaya atas rencana-rencana yang dibuat (pengeluaran/belanja)
 Berapa banyak dan bagaimana caranya memperoleh uang untuk mendanairencana
tersebut (pendapatan).

Perlakuan Anggaran Sektor Publik


Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu menentukan tingkat
kebutuhanmasyarakat, seperti listrik, air bersih, kualitas kesehatan, pendidikan, dan
sebagainyaagar terjamin secara layak.

Fungsi Anggaran Sektor Publik

Anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu:

(1) Sebagai alat perencanaan,


Anggaran sektor publik dibuat untuk merencakan tindakan apa yang akan dilakukan oleh
pemerintah, berupa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja
pemerintah tersebut.Anggaran sebagai alat perencanaan digunakan untuk:
 merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi
yang ditetapkan,
 merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi
sertamerencanakan alternatif sumber pembiayaannya,
 mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun,
 menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapian strategi.

(2) alat pengendalian,


Sebagai alat pengendalian, anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan
pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan dapat dipertanggungjawabkan kepada
publik.Anggaran sebagai instrumen pengendalian digunakan untuk menghindari adanya
overspending, underspending dan salah sasaran (misappropriation) dalam pengalokasian
anggaran dalam bidang lain yang bukan merupakan prioritas.
Pengendalian anggaran public dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu:
 Membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang dianggarkan;
 Menghitung selisih anggaran (favourable dan unfavourable variances
 Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan (controllable) dan tak
dapatdikendalikan (uncontrollable) atas suatu varians;
 Merevisi standar biaya atau target anggaran untuk tahun berikutnya.

(3) alat kebijakan fiskal,


Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah digunakan untuk
menstabilkanekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Anggaran dapat digunakan
untuk mendorong, memfasilitasi, dan mengkoordinasikan kegiatan ekonomi
masyarakatsehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi.

(4) alat politik,


Pada sektor publik, anggaran merupakan dokumen politik sebagai bentuk
komitmeneksekutif dan kesepakatan legislative atas penggunaan dana publik untuk
kepentingantertentu. Oleh karena itu pembuatan anggaran publik membutuhkan political
skill,coalition building, keahlian bernegosiasi, dan pemahaman tentang prinsip
manajemenkeuangan publik oleh para manajer publik

(5) alat koordinasi dan komunikasi,


Anggaran publik merupakan alat koordinasi antar bagian dalam pemerintahan. Anggaran
publik yang disusun dengan baik mampu mendeteksi inkonsistensi suatu unir kerja dan
juga berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam lingkungan eksekutif.

(6) alat penilaian kinerja,


Anggaran merupakan wujud komitmen dari budget holder (eksekutif ) kepada
pemberiwewenang (legislatif)
Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian targetanggaran dan efisiensi
pelaksanaan anggaran.

(7) alat motivasi,


Agar dapat memotivasi pegawai, anggaran hendaknya bersifal challenging but
attainableatau demanding but achieveable.
Maksudnya adalah target anggaran hendaknya janganterlalu tinggi hingga tidak dapat
dipenuhi, namun juga jangan terlalu rendah hinggaterlalu mudah dicapai.

(8) alat menciptakan ruang publik.


Masyarakat, LSM, Perguruan Tinggi dan berbagai organisasi kemasyarakatan
harusterlibat dalam proses penganggaran publik.
Kelompok masyarakat yang terorganisir akanmencoba mempengaruhi anggaran
pemerintah, kelompok lain yang kurang terorganisir akan mempercayakan aspirasinya
melaluiproses politik yang ada.

Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik

Anggaran sektor publik dibagi menjadi dua, yaitu :


 Anggaran operasional,
Anggaran Operasional diguanakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari
dalammenjalankan pemerintahan. Misalnya adalah belanja rutin (recurrent
expenditure) yaitu pengeluaran yang manfaatnya hanya untuk satu tahun anggaran
dan tidak dapatmenambah aset atau kekayaan bagi pemerintah.Secara umum
pengeluaran yang masuk kategori anggaran operasional antara lain
Belanja Administrasi Umum dan Belanja Operasi dan Pemeliharaan. Anggaran Modal
(capital/investment budget)
 Anggaran modal
Anggaran modal menunjukkan rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas
aktivatetap seperti gedung, peralatan, kendaraan, perabot, dan sebagainya. Pada
dasarnya pemerintah tidak mempunyai uang yang dimiliki sendiri, sebab seluruhnya
adalah milik publik.

Prinsip-Prinsip Anggaran Sektor Publik

Prinsip-prinsip anggaran sektor publik meliputi:


 Otorisasi oleh legislatif Anggaran publik harus mendapat otorisasi dari legislatif
terlebih dulu sebelumeksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.
 Komprehensif Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Oleh karena itu, adanya dana non-budgetair pada dasarnya adalah
menyalahi prinsipanggaran yang bersifat komprehensif.c.
 Keutuhan anggaran Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun
dalam dana umum (general fund)
 Nondicretionary Apropriation. Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus
termanfaatkan secara ekonomis,efisien, dan efektif.
 Periodik Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat tahunan
maupun multi-tahunan
 Akurat Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi
(hidden reserve) yang dapat dijadikan sebagai pemborosan dan inefisiensi anggaran
sertadapat mengakibatkan munculnya underestimate pendapatan dan overestimate
pengeluaran.
 Jelasanggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat, dan tidak
membingungkan
 Diketahui publik anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.

Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik

Proses penyusunan anggaran mempunyai 4 tujuan yaitu :


 Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan
koordinasiantarbagian dalam lingkungan pemerintahan.
 Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa
publik melalui proses pemrioritasan.
 Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.
 Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada
DPR/DPRDdan masyarakat luas.

Faktor dominan yang terdapat dalam proses penganggaran adalah :


 Tujuan dan target yang hendak dicapai
 Ketersediaan sumber daya (faktor-faktor produksi yang dimiliki pemerintah)
 Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan target.
 Faktor-faktor lain yang memengaruhi anggaran, seperti: munculnya peraturan
pemerintah yang baru, fluktuasi pasar, perubahan sosial dan politik, bencana alam,dan
sebagainya.

Pengelolaan keuangan publik melibatkan beberapa aspek, yaitu aspek penganggaran,aspek


akuntansi, aspek pengendalian, dan aspek auditing.

Siklus Anggaran
Ketiga pertimbangan meliputi stabilitas ekonomi,redistribusi pendapatan, dan alokasi sumber
daya.Lemahnya perencanaan anggaran memungkinkan munculnya underfinancing atau
overfinancing yang akan mempengaruhi tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran.
Siklus anggaran meliputi empat tahap yang terdiri atas:
 Tahap persiapan anggaran (preparation)
Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran
pendapatan yang tersedia. Yang perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui
taksiran pengeluaran, terlebih dahulu harus dilakukan penaksiran pendapatan secara
lebih akurat. Dalam persoalan estimasi, yang perlu mendapat perhatian adalah
terdapatnyafaktor “uncertainty” (tingkat ketidakpastian)yang cukup tinggi. Oleh
sebab itu, manajer keuangan public harus memahami betul dalam menentukan
besarnya suatu mata anggaran.
Besarnya mata anggaran pada suatu anggaran yang menggunakan “line-item
budgeting´ akan berbeda pada “input-output budgeting”, “program budgeting” atau
“zero based budgeting”.
Di Indonesia, proses perencanaan APBD dengan paradigma baru
menekankan pada pendekatan bottom-up planning dengan tetap mengacu pada arah
kebijakan pembangunan pemerintah pusat. Arahan kebijakan pembangunan
pembangunan pemerintah pusat tertuang dalam dokumen perencanaan berupa GBHN,
Program Pembangunan Nasional (PROPE NAS), Rencana Strategis (RESENTRA),
dan RencanaPembangunan Tahunan (REPETA). Sinkronisasi perencanaan
pembangunan yang digariskan oleh pemerintah pusatdengan perencanaan
pembangunan daerah sejak spesifik diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 105 dan
108 Tahun 2000. Pada pemerintah pusat, perencanaan pembangunan dimulai dari
peyusunan PROPENAS yang merupakan operasionalisasi GBHN. PROPERNAS
tersebut kemudian dijabarkan dalam bentuk RESENTRA.Berdasarkan PROPER NAS
dan RESENRA serta analisis fiscal dan makro ekonomi,kemudian dibuat persiapan
APBN dan REPETA.Sementara itu, di tingkat daerah (propinsi dan kabupaten/kota)
berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah No. 108 Tahun 2000 pemerintah daerah
disyaratkanuntuk membuat dokumen perencanaan daerah yang terdiri atas
PROPEDA(REN STRADA).
Dokumen perencanaan daerah tersebut diupayakan tidak menyimpang dari
PROPENAS dan RENSTRA yang dibuat pemerintah pusat. Dalam PROPEDA
dimungkinkan adanya penekanan prioritas program pembangunan yang berbeda dari
satu daerah dengan daerah yang lain sesuai kebutuhan masing-masing daerah.
PROPEDA (RENSTRADA) dibuat oleh pemerintah daerah bersama dengan DPRD
dalam kerangka waktu lima tahun yang kemudian dijabarkan pelaksanaannya dalam
kerangka tahunan. Penjabaran rencana strategis jangka panjang dalam REPETADA
tersebutdilengkapi dengan:
 Pertimbangan-pertimbangan yang berasal dari hasil evaluasi kinerja
pemerintahdaerah pada periode sebelumnya.
 Masukan-masukan dan aspirasi masyarakat.
 Pengkajian kondisi yang saat ini terjadi, sehingga bisa diketahui
kekuatan,kelemahan, peluang dan tantangan yang sedang dan akan
dihadapi.

 Tahap ratifikasi (approval/ratification)


Tahap berikutnya adalah budget ratification. Tahap ini merupakan tahap yang
melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup berat. Pimpinan eksekutif
dituntut tidak hanya memiliki “managerial skill” namun juga harus mempunyai “
political skill” salesmanship´dan ‘coalition building’ yang memadai. Integritas dan
kesiapan mentalyang tinggi dari eksekutif sangat penting dalam tahap ini.
 Tahap implementasi (implementation)
informasi akuntansi dan sistem pengendalian manajemen sangat diperlukan untuk
mendukung pelaksanaan anggaran. Manajer keuangan public dalam hal ini
bertanggung jawab untuk menciptakan sistem akuntansi yang memadai dan handal
untuk perencanaandan pengendalian anggran yang telah disepakati, dan bahkan dapat
diandalkan untuk tahap penyusuanan anggaran periode berikutnya.
 Tahap pelaporan dan evaluasi (reporting and evaluation)
Tahap terakhir dari siklus anggaran adalah pelaporan dan evaluasi anggaran. Tahap
persiapan, ratifikasi, dan implementasi anggaran terkait dengan aspek
operasionalanggaran, sedangkan tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek
akuntanbilitas. Jika tahap implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan
sistem pengendalian manajemen yang baik, maka diharapkan tahap budget reporting
and evaluation tidak akan menemui banyak masalah.

2. Pengertian APBD
Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah (APBD), adalah rencana keuangan
tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah. APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD meliputi masa
satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
APBD terdiri atas Anggaran Pendapatan, (Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi
Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah, dan Penerimaan
lainnya), Bagian Dana Perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum
(DAU), dan Dana Alokasi Khusus serta Pendapatan lain-lain yang sah seperti Dana Hibah,
Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya, Dana
Penyesuaian dan Otonomi Khusus, Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah
Lainnya dan Pendapatan Lain-Lain.
Anggaran Belanja, yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas
pemerintahan di daerah. Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

Fungsi APBD
Fungsi dan kedudukan APBD yaitu: Sebagai dasar kebijakan menjalankan keuangan
yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk masa tertentu yaitu satu tahun
anggaran. Sebagai pemberian kuasa dari pihak legislatif yaitu DPRD kepada kepala daerah
sebagai pimpinan eksekutif untuk melakukan pengeluaran dalam rangka menjalankan roda
pemerintahan daerah.
Sebagai penetapan kewenangan kepada kepala daerah untuk melaksanakan
pembangunan daerah dan pelayanan kepada masyarakat. Sebagai bahan pengawasan yang
dilakukan oleh pihak yang berhak melaksanakan pengawasan bisa lebih baik. Pada Peraturan
menteri dalam Negeri Nomor 13 Thn 2006 menyatakan bahwa APBD mempunyai beberapa
fungsi antara lain sebagai berikut:

 Fungsi Otorisasi – Anggaran daerah tersebut menjadi dasar untuk dapat


melaksanakan pendapatan serta belanja daerah ditahun bersangkutan
 Fungsi Perencanaan – Anggaran daerah tersebut menjadi suatu pedoman bagi
manajemen didalam merencanakan suatu kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
 Fungsi Pengawasan – Anggaran daerah tersebut menjadi suatu pedoman untuk dapat
menilai apakah kegiatan atau aktivitas penyelenggaraan pemerintah daerah tersebut
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
 Fungsi Alokasi – Anggaran daerah tersebut harus diarahkan untuk dapat menciptakan
lapangan kerja atau juga mengurangi pengangguran serta pemborosan sumber daya,
dan juga meningkatkan efisiensi & efektivitas perekonomian.
 Fungsi Distribusi – Anggaran daerah tersebut harus memperhatikan pada rasa
keadilan dan juga kepatutan.
 Fungsi Stabilisasi – Anggaran daerah tersebut menjadi alat untuk dapat memelihara
serta mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian suatu daerah.
Dasar Hukum APBD
Pada dasarnya tujuan penyusunan APBD sama halnya dengan tujuan penyusunan
APBN. APBD disusun sebagai pedoman penerimaan dan pengeluaran penyelenggara negara
di daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan untuk meningkatkan kemakmuran
masyarakat. Dengan APBD maka pemborosan, penyelewengan, dan kesalahan dapat
dihindari. Dasar hukum dalam penyelenggaraan keuangan daerah dan pembuatan APBD
adalah sebagai berikut Grameds:
 UU No. 32 Tahun 2003 tentang Pemerintah Daerah.
 UU No. 33 Tahun 2003 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah.
 PP No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan
Daerah.
 Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan,
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah serta Tata Cara Pengawasan, Penyusunan, dan
Perhitungan APBD.

Prosedur Penyusunan APBD


Tahap proses penyusunan anggaran sesuai dengan UU No. 25 tahun 2004 tentang
sistem perencanaan pembangunan nasional, dimulai dari proses penyusunan RPJP Daerah
yang memuat visi, misi serta arah pembangunan daerah dan ditetapkan dengan Peraturan
Daerah. Untuk lebih memahami prosedur penyusunan APBD, Grameds dapat membaca buku
Pedoman Penyusunan APBD Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah.
Setelah RPJP Daerah ditetapkan, tugas selanjutnya adalah Pemerintah Daerah
menetapkan uraian dan penjabaran mengenai visi, misi dan program kepala daerah dengan
memperhatikan RPJP Daerah dan RPJM Nasional dengan memuat hal-hal tentang arah
kebijakan umum daerah, program serta kegiatan SKPD yang dituangkan dalam Renstra
dengan acuan kerangka pagu indikatif.
RPJM Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah paling lambat 3 (tiga) bulan sejak
kepala daerah dilantik berdasarkan UU No. 25 Tahun 2004 pasal 19 ayat (3). Setelah itu
dilanjutkan dengan penetapan RKPD yang ditetapkan setaip tahunnya berdasarkan acuan
RPJMD, Renstra, Renja dan memperhatikan RKP dengan Peraturan Kepala Daerah sebagai
dasar untuk penyusunan APBD.
Proses perencanaan dari RPJP Daerah, RPJM Daerah, sampai dengan RKP Daerah
sesuai dengan UU No. 25 Tahun 2005 berada di BAPPEDA.

Komponen Pembentuk APBD


Adapun komponen yang membentuk APBD diatas terdiri dari 4 bagian, yaitu
ringkasan pendapatan, belanja, surplus/defisit dan pembiayaan.
1. Pendapatan
Bagian ini melihat perubahan dalam berbagai komponen pendapatan. Untuk
pemerintah daerah yang ada di Indonesia, pendapatan utamanya berasal dari tiga
sumber : Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui pajak dan retribusi Transfer dari
pusat, dan Pendapatan lainnya. Mengingat rata-rata sumber pendapatan pemerintah
daerah didominasi oleh dana perimbangan yaitu sekitar 80-90%, maka sumber
pendapatan pemda dalam kondisi dependable (ketergantungan).
2. Belanja
Bagian ini menunjukkan perkembangan total belanja dalam periode 3 (tiga) tahun.
Selain itu, akan ditunjukkan pula perubahan dalam jenis belanja sehingga dapat
diketahui jika ada satu komponen yang berubah relatif terhadap komponen lain.
Untuk pemda di Indonesia, klasifikasi belanja secara ekonomi dibagi ke
dalam 10 (sepuluh) jenis , yaitu : Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja
Modal Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja
Bagi Hasil Kepada Prov/Kab/Kota dan Pemdes Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Prov/Kab/Kota dan Pemdes Belanja Tak Terduga. Pemahaman lebih dalam mengenai
hal ini juga bisa Grameds temukan pada buku Permendagri Pedoman Pemberian
Hibah & Bantuan Sosial yang Bersumber dari APBD.
3. Surplus atau Defisit
Pada bagian ini ditunjukkan aktual pendapatan, belanja, dan surplus/defisit dalam
periode 3 (tiga) tahun. Pada dasarnya, dari bagian ini dapat terlihat “surplus/defisit”
secara Nasional. Namun, tidak seperti private sector, surplus yang besar tidak
diharapkan terjadi karena hal ini dapat mengindikasikan bahwa pemerintah daerah
tidak memberikan pelayanan publik secara optimal dalam beberapa hal.
4. Pembiayaan
Pos ini menggambarkan transaksi keuangan pemda yang dimaksudkan untuk menutup
selisih antara Pendapatan dan Belanja Daerah, jika Pendapatan lebih kecil maka
terjadi defisit dan akan ditutupi dengan penerimaan pembiayaan, begitu juga
sebaliknya.
Sumber APBD

1) Retribusi
Dianggap sebagai sumber penerimaan tambahan, tujuan utamanya adalah untuk
meningkatkan efisiensi dengan menyediakan informasi atas permintaan bagi penyedia
layanan publik, dan memastikan apa yang disediakan oleh penyedia layanan publik
minimal sebesar tambahan biaya (Marginal Cost) bagi masyarakat. Ada tiga jenis
retribusi, antara lain:
 Retribusi Perizinan Tertentu (Service Fees) seperti penerbitan surat
izin(pernikahan, bisnis, kendaraan bermotor) dan berbagai macam biaya yang
diterapkan oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan.
Pemberlakuan biaya atau tarif kepada masyarakat atas sesuatu yang
diperlukan oleh hukum tidak selalu rasional.
 Retribusi Jasa Umum (Public Prices) adalah penerimaan pemerintah daerah
atas hasil penjualan barang-barang privat, dan jasa. Semua penjualan jasa
yang disediakan di daerah untuk dapat diidentifikasi secara pribadi dari biaya
manfaat publik untuk memberikan tarif atas fasilitas hiburan atau rekreasi.
Biaya tersebut seharusnya diatur pada tingkat kompetisi swasta, tanpa pajak,
dan subsidi, di mana itu merupakan cara yang paling efisien dari pencapaian
tujuan kebijakan publik, dan akan lebih baik lagi jika pajak subsidi dihitung
secara terpisah.
 Retribusi Jasa Usaha (Specific Benefit Charges) secara teori, merupakan cara
untuk memperoleh keuntungan dari pembayar pajak yang kontras, seperti
Pajak Bahan Bakar Minyak atau Pajak bumi dan bangunan.

2) Pendapatan Daerah
Bisa bersumber dari Pajak daerah dibagi jadi 2 yakni pajak provinsi dan pajak
kabupaten/kota. Contohnya

 Pajak kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak


hotel, pajak restoran, pajak hiburan, dan lainnya,
 Retribusi daerah, misalnya retribusi pelayanan kesehatan, kebersihan, dan
lain-lain.
 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, misalnya dividen dan
penyertaan modal daerah pada pihak ketiga, Lain-lain penerimaan daerah
yang sah, seperti jasa giro, pendapatan bunga, komisi, potongan,
 Dana perimbangan, yang terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum,
dana alokasi khusus dan Pendapatan lain seperti hibah dan pendapatan dana
darurat.
Kemandirian APBD berkaitan erat dengan kemandirian PAD. Hal ini karena
semakin besar sumber pendapatan dari potensi daerah, maka daerah akan semakin
leluasa untuk mengakomodasikan kepentingan masyarakat. Di mana kepentingan
masyarakat tanpa muatan kepentingan pemerintah pusat yang tidak sesuai dengan
kebutuhan masyarakat di daerah.
Buku Hibah Dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Apbd juga bisa
menjadi referensi dalam rangka emberikan pemahaman serta pedoman bagi para
pengelola keuangan daerah dalam memberikan, menganggarkan, melaksanakan, dan
menatausahakan, melaporkan, mempertanggung jawabkan serta memonitori dan
mengevaluasi pemberian hibah dan bantuan sosial.

3) Pajak Bumi dan Bangunan


Pajak Properti (PBB) memiliki peranan yang penting dalam hal keuangan
pemerintah daerah, pemerintah daerah di kebanyakan negara berkembang akan
mampu mengelola keuangannya tapi hak milik berhubungan dengan pajak properti.
Jika pemerintah daerah diharapkan untuk memerankan bagian penting dalam
keuangan sektor jasa (contoh: pendidikan, kesehatan), sebagaimana seharusnya
mereka akan membutuhkan akses untuk sumber penerimaan yang lebih elastis.
4) Pajak Cukai
Pajak cukai berpotensi signifikan terhadap sumber penerimaan daerah,
terutama alasan administrasi dan efisiensi. Terutama cukai terhadap pajak kendaraan.
Pajak tersebut jelas dapat dieksploitasi lebih daripada yang biasanya terjadi di
sebagian besar negara yaitu dari perspektif administratif berupa pajak bahan bakar
dan pajak otomotif. Pajak bahan bakar juga terkait penggunaan jalan, dan efek
eksternal seperti kecelakaan kendaraan, polusi, dan kemacetan.
Swastanisasi jalan tol pada prinsipnya dapat melayani fungsi pajak manfaat,
didasarkan pada fitur umur dan ukuran mesin kendaraan (mobil lebih tua, dan lebih
besar biasanya memberikan kontribusi lebih kepada polusi), lokasi kendaraan (mobil
di kota-kota menambah polusi, dan kemacetan), sopir catatan (20 persen dari driver
bertanggung jawab atas 80 persen kecelakaan), dan terutama bobot roda kendaraan
(berat kendaraan yang pesat lebih banyak kerusakan jalan, dan memerlukan jalan
yang lebih mahal untuk membangun).
5) Pajak Penghasilan (Personal Income Taxes)
Diantara beberapa negara di mana pemerintah sub nasional memiliki peran
pengeluaran besar, dan sebagian besar otonom fiskal adalah negara-negara Nordik.
Pajak pendapatan daerah ini pada dasarnya dikenakan pada nilai yang tetap. Pada
tingkat daerah didirikan basis pajak yang sama sebagai pajak pendapatan nasional dan
dikumpulkan oleh pemerintah pusat.
6) Dana Bagi Hasil
Menurut PP No 55 Tahun 2005 Pasal 19 Ayat 1, dana bagi hasil (DBH) terdiri
atas pajak dan sumber daya alam. DBH pajak meliputi Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB), Bagian Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan Pajak
Penghasilan. Sedangkan DBH sumber daya alam meliputi kehutanan, pertambangan
umum, perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas, dan pertambangan
panas bumi.
Besaran DBH sebagai berikut: Besaran dana bagi hasil penerimaan negara
dari PBB dengan imbangan 10 persen untuk daerah. Besaran dana bagi hasil
penerimaan negara dari BPHTB dengan imbangan 20 persen untuk pemerintah dan
80 persen untuk daerah. Besaran dana bagi hasil pajak penghasilan dibagikan kepada
daerah sebesar 20 persen. Dana bagi hasil dari sumber daya alam ditetapkan masing-
masing sesuai peraturan perundang-undangan.
7) Dana Alokasi Umum
Dana alokasi umum (DAU) merupakan dana yang berasal dari APBN,
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk
membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Cara
menghitung DAU sesuai ketentuannya sebagai berikut:
DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 25 persen dari penerimaan dalam
negeri yang ditetapkan dalam APBN. DAU untuk daerah provinsi dan kabupaten/kota
ditetapkan masing-masing 10 persen dan 90 persen dari dana alokasi umum.
DAU untuk suatu daerah kabupaten atau kota tertentu ditetapkan berdasarkan
perkalian jumlah dana alokasi umum untuk daerah kabupaten atau kota yang
ditetapkan APBN dengan porsi daerah kabupaten atau kota. Porsi daerah kabupaten
atau kota sebagaimana dimaksud diatas merupakan proporsi bobot daerah kabupaten
atau kota di seluruh Indonesia. DAU suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya
celah fiskal suatu daerah, yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah dan
potensi daerah.
8) Dana Alokasi Khusus
Menurut UU No 33 Tahun 2004, dana alokasi khusus (DAK) adalah dana
yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu.
Tujuan DAK untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan
daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Kegiatan khusus tersebut adalah:
Kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan alokasi umum. Kebutuhan yang
merupakan komitmen atau prioritas nasional.
9) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Selanjutnya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 105 Thn 2000
mengenai suatu Pengelolaan Keuangan Daerah dikatakan ialah, bahwa pendapatan
daerah adalah suatu hak pemerintah daerah yang diakui ialah sebagai penambah nilai
kekayaan yang bersih. Penerimaan daerah adalah suatu uang yang masuk ke suatu
daerah dalam periode thn anggaran tertentu.
Pada Undang-undang Nomor 25 Thn 1999 Pasal 21 menggemukan, bahwa
suatu anggaran pengeluaran dalam APBD tersebut tidak dapat atau tidak boleh
melebihi anggaran penerimaan.
Didalam penjelasan pasalnya tersebut, adalah daerah tidak dapat atau tidak
boleh menganggarkan pengeluaran tanpa adanya kepastian terlebih dahulu tentang
ketersedian sumber pembiayaannya serta juga mendorong daerah untuk dapat
meningkatkan efisiensi pengeluarannya. Searah dengan hal itu Peraturan Pemerintah
Nomor 105 Thn 2000 mengenai Pengelolaan Keuangan Daerah mengemukakan, ialah
bahwa jumlah belanja yang dianggarkan di dalam suatu APBD adalah suatu batas
tertinggi untuk pada tiap-tiap jenis belanja.

Pengertian APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan rencana keuangan
tahunan Pemerintah Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi
daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara
selama satu tahun anggaran (1 Januari – 31 Desember). APBN, perubahan APBN, dan
pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang. Dijabarkan
dalam Undang-Undang No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yang dimaksud
dengan APBN adalah:

 Rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR (Pasal 1,
Ayat 7).
 Terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan (Pasal 11, Ayat
2).
 Meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31
Desember (Pasal 4).
 Ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang (Pasal 11 Ayat 1).
 Mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan
stabilisasi (Pasal 3, Ayat 4).
Fungsi APBN
APBN merupakan instrumen yang mengatur pengeluaran dan pendapatan negara
dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan dalam
mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabilitas
perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.
APBN berfungsi sebagai otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan
stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran serta kewajiban negara
dalam suatu tahun anggaran harus dimasukkan ke dalam APBN.
Hal ini dilakukan untuk menjaga kepentingan bagi masyarakat maupun negara.
Seperti halnya yang dibahas dalam buku Ekonomi Makro karya Ali Ibrahim Hasyim yang
dirangkum pembahasannya ke dalam 12 bab.
Anggaran merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara
dalam rangka membiayai pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan, mencapai
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabilitas
perekonomian, dan menentukan arah dan prioritas pembangunan secara umum.
Anggaran memiliki fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi,
dan stabilisasi. Semua penerimaan dan pengeluaran adalah hak bahwa tugas negara dalam
suatu tahun anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Pendapatan Surplus dapat
digunakan untuk membiayai belanja publik tahun fiskal berikutnya. Berikut diantaranya
Fungsi APBN yang perlu kamu ketahui, Grameds:
 Fungsi Pengawasan
Anggaran negara harus menjadi pedoman dalam menilai apakah kegiatan
penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk menilai apakah tindakan
pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu dibenarkan
atau tidak. berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai apakah
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan.
Dengan demikian akan mudah bagi orang untuk menilai apakah tindakan
pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu dibenarkan
atau tidak.

 Fungsi Alokasi
Anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan
pemborosan sumber daya serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas
perekonomian.
 Fungsi Distribusi
Kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan
 Fungsi Stabilisasi
Memiliki makna anggaran pemerintah menjadi alat kontrasepsi memelihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
 Fungsi Otorisasi
Menyiratkan bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan
belanja untuk tahun ini, dengan demikian, pengeluaran atau pendapatan bertanggung
jawab kepada rakyat.Perencanaan fungsi, menyiratkan bahwa anggaran negara dapat
menjadi pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan untuk tahun ini.
Ketika pengeluaran pra-direncanakan, maka negara dapat membuat rencana untuk
mendukung belanja ini. Sebagai contoh, telah direncanakan dan dianggarkan akan
membangun proyek pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar. Dengan demikian,
pemerintah dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut agar
berjalan lancar.
 Fungsi Perencanaan
Anggaran negara dapat menjadi pedoman bagi negara untuk merencanakan
kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu pembelanjaan telah direncanakan
sebelumnya, maka negara dapat membuat rencana-rencana untuk mendukung
pembelanjaan tersebut. menyiratkan bahwa anggaran negara dapat menjadi
pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan untuk tahun ini.
Ketika belanja pra-direncanakan, maka negara dapat membuat rencana untuk
mendukung pengeluaran. Misalnya, telah direncanakan dan dianggarkan untuk
membangun proyek pembangunan jalan senilai sekian miliar. Dengan demikian,
pemerintah dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek berjalan
lancar.

Prinsip APBN
Prinsip penyusunan APBN Berdasarkan aspek pendapatan, prinsip penyusunan APBN
ada tiga, yaitu: Intensifikasi penerimaan anggaran dalam jumlah dan kecepatan
penyetoran. Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara.
Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara dan penuntutan denda.
Sementara berdasarkan aspek pengeluaran, prinsip penyusunan APBN adalah: Hemat,
efisien, dan sesuai dengan kebutuhan. Terarah, terkendali, sesuai dengan rencana
program atau kegiatan. Semaksimal mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri
dengan memperhatikan kemampuan atau potensi nasional
 Prinsip Anggaran Dinamis
Ada anggaran dinamis absolut dan anggaran dinamis relatif. Anggaran
bersifat dinamis absolut apabila Tabungan Pemerintah (TP) dari tahun ke tahun
terus meningkat. Anggaran bersifat dinamis relatif apabila persentase kenaikan TP
(DTP) terus meningkat atau prosentase ketergantungan pembiayaan pembangunan
dari pinjaman luar negeri terus menurun.
 Prinsip Anggaran Fungsional
Anggaran fungsional berarti bahwa bantuan atau pinjaman LN hanya
berfungsi untuk membiayai anggaran belanja pembangunan (pengeluaran
pembangunan) dan bukan untuk membiayai anggaran belanja rutin. Prinsip ini
sesuai dengan azas “bantuan luar negeri hanya sebagai pelengkap” dalam
pembiayaan pembangunan. Artinya semakin kecil sumbangan bantuan atau
pinjaman luar negeri terhadap pembiayaan anggaran pembangunan, maka makin
besar fungsionalitas anggaran.
 Prinsip Anggaran Defisit
Bedanya dengan prinsip anggaran berimbang adalah bahwa pada anggaran
defisit ditentukan : 1) Pinjaman LN tidak dicatat sebagai sumber penerimaan
melainkan sebagai sumber pembiayaan. 2) Defisit anggaran ditutup dengan
sumber pembiayaan DN + sumber pembiayaan LN (bersih)
 Struktur APBN
Secara garis besar struktur APBN merupakan Pendapatan Negara dan
Hibah, Belanja Negara, Keseimbangan Primer, Surplus atau Defisit Anggaran,
Pembiayaan. Struktur APBN dituangkan dalam suatu format yang disebut I-
account. Dalam beberapa hal, isi dari I-account sering disebut postur APBN.
Beberapa faktor penentu postur APBN diantaranya:

 Belanja Negara
Besar kecilnya belanja negara dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yakni: Kebutuhan penyelenggaraan negara. Risiko bencana alam dan dampak
krisi global. Asumsi dasar makro ekonomi. Kebijakan pembangunan. Kondisi
akan kebijakan lainnya. Belanja pemerintah pusat, adalah belanja yang
digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan pemerintah pusat, baik
yang dilaksanakan di pusat maupun di daerah.
Belanja pemerintah pusat dapat dikelompokkan menjadi: belanja
pegawai, belanja barang, belanja modal, pembiayaan bunga utang, subsidi
BBM dan subsidi non-BBM, belanja hibah, belanja sosial(termasuk
penanggulangan bencana), dan belanja lainnya.
Belanja daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke pemerintah daerah,
untuk kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan.
Belanja daerah meliputi: Dana bagi hasil Dana alokasi umum Dana alokasi
khusus Dana otonomi khusus

 Pembiayaan Negara
Besaran pembiayaan negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni
asumsi dasar makro ekonomi, kebijakan pembiayaan, kondisi dan kebijakan
lainnya.
Pembiayaan negara terbagi menjadi 2 jenis pembiayaan, yakni
pembiayaan dalam negeri dan luar negeri. Pembiayaan dalam negeri meliputi
pembiayaan perbankan dalam negeri dan pembiayaan non perbankan dalam
negeri (hasil pengelolaan aset, pinjaman dalam negeri neto, kewajiban
penjaminan, surat berharga negara neto, dan dana investasi pemerintah).
Sedangkan pembiayaan luar negeri meliputi penarikan pinjaman luar
negeri yang terdiri atas Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek, penerusan
pinjaman, dan pembayaran cicilan pokok utang luar negeri yang terdiri atas
jatuh tempo dan moratorium.

 Pendapatan Pajak
Pendapatan Pajak Dalam Negeri terdiri dari Pendapatan pajak
penghasilan (PPh), Pendapatan pajak pertambahan nilai dan jasa dan pajak
penjualan atas barang mewah, Pendapatan pajak bumi dan bangunan,
Pendapatan cukai, Pendapatan pajak lainnya. Selanjutnya Pendapatan Pajak
Internasional pendapatan bea masuk dan pendapatan bea keluar.

 Pendapatan Negara
Pendapatan negara didapat melalui penerimaan perpajakan dan
penerimaan bukan pajak. Penerimaan perpajakan untuk APBN biasanya
melalui kepabean dan cukai, penerimaan pajak, dan hibah. Pajak menjadi hal
yang tidak dapat dipisahkan dari APBN.
Pasalnya pajak memiliki kontribusi besar dalam pembentukan APBN
tiap tahunnya. Penerimaan pajak terbilang paling besar ketimbang komponen-
komponen lainnya yang ada dalam APBN. Selain melalui penerimaan
perpajakan, pendapatan negara juga didapat melalui penerimaan negara bukan
pajak dan lainnya. Pendapatan tersebut antara lain adalah Pendapatan Badan
Layanan Umum (BLU),Pendapatan Sumber Daya Alam (SDA),Pendapatan
dari kekayaan negara dan hibah yang didapat. Besaran pendapatan negara
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
Indikator ekonomi makro yang tercermin pada asumsi dasar makro
ekonomi
 Kebijakan pendapatan negara
 Kebijakan pembangunan ekonomi
 Perkembangan pemungutan pendapatan negara secara umum
 Kondisi dan kebijakan lainnya
 Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Berasal dari Penerimaan sumber daya alam dan gas bumi (SDA migas),
penerimaan sumber daya alam non-minyak bumi dan gas bumi (SDA non migas),
Pendapatan bagian laba BUMN, pendapatan laba BUMN perbankan, pendapatan
laba BUMN non perbankan, PNBP lainnya, pendapatan dari pengelolaan BMN,
pendapatan jasa pendapatan bunga pendapatan kejaksaan dan peradilan dan hasil
tindak pidana korupsi dan lain-lain.
 Penyusunan APBN
Proses penyusunan dan penetapan APBN dapat dikelompokkan dalam dua
tahap, yaitu: (1) pembicaraan pendahuluan antara pemerintah dan DPR, dari bulan
Februari sampai dengan pertengahan bulan Agustus (2) Pengajuan pembahasan
dan penetapan APBN, dari pertengahan bulan Agustus sampai dengan bulan
Desember. Berikut ini diuraikan secara singkat kedua tahapan dalam proses
penyusunan APBN tersebut.
Pembicaraan Pendahuluan antara Pemerintah dan DPR. Tahap ini diawali
dengan beberapa kali pembahasan antara pemerintah dan DPR untuk menentukan
mekanisme dan jadwal pembahasan APBN. Kegiatan dilanjutkan dengan
persiapan rancangan APBN oleh pemerintah, antara lain meliputi penentuan
asumsi dasar APBN, perkiraan penerimaan dan pengeluaran.
Pengajuan, pembahasan dan penetapan APBN. Tahapan ini dimulai
dengan Pidato Presiden sebagai pengantar RUU APBN dan Nota Keuangan.
Selanjutnya akan dilakukan pembahasan baik antara Menteri Keuangan dengan
Panitia Anggaran.
 Dasar Hukum APBN
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan dasar hukum yang paling tinggi
dalam struktur perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu pengaturan
mengenai keuangan negara selalu didasarkan pada undang-undang ini, khususnya
dalam bab VIII Undang-Undang Dasar 1945 Amendemen IV pasal 23 mengatur
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Bunyi pasal 23:
 Ayat (1): Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari
pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-
undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
 Ayat (2): Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja
negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan
Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.
ayat (3): “Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diusulkan oleh Presiden,
Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun
yang lalu”.
Pahami lebih dalam mengenai hukum APBN melalui buku Hukum
Ekonomi di Indonesia yang membahas mengenai hukum secara umum, hukum
perdata, hukum perseorangan, dan masih banyak lagi.
 Mekanisme Penyusunan APBN
Sebelum melakukan penyusunan APBN, ada beberapa aspek penting yang
perlu diperhatikan seperti asumsi ekonomi makro. Asumsi-asumsi tersebut
kemudian menjadi acuan analisis dalam penyusunan APBN. Asumsi tersebut
adalah
 Harga minyak bumi di pasar internasional diperkirakan lebih rendah
dibandingkan dengan harga minyak bumi yang diasumsikan pada tahun
sebelumnya,
 Pengerahan serta penggalian sumber-sumber penerimaan perpajakan perlu
ditingkatkan,
 Tersedianya barang-barang kebutuhan pokok sehari-hari dalam jumlah
banyak dan merata dengan harga yang stabil serta dapat diakses oleh
rakyat banyak,
 Keadaan ekonomi global yang diperkirakan mengalami pertumbuhan lebih
baik dibandingkan dengan keadaan sebelumnya,
 Proses pemulihan ekonomi diharapkan didukung oleh situasi politik,
sosial, dan keamanan yang kondusif, sehingga dapat mengalami
pertumbuhan yang lebih baik dari tahun sebelumnya,
 Kepastian sistem pembiayaan daerah yang adil, proporsional, rasional,
transparan, partisipatif, dan bertanggung jawab.
Penyusunan dan Penetapan APBN diantaranya:
 APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan
tiap tahun dengan Undang-Undang
 APBN terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan
pembiayaan
 Pendapatan Negara terdiri atas penerimaan pajak, penerimaan bukan
pajak, dan hibah
 Belanja negara dipergunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas
pemerintahan pusat dan pelaksanaan perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah
 Belanja negara dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja
 Pemerintah Pusat mengajukan Rancangan Undang-undang tentang APBN,
beserta nota keuangan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPR
pada bulan Agustus tahun sebelumnya.
 Pembahasan Rancangan Undang-undang tentang APBN dilakukan sesuai
dengan undang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan DPR.
 DPR dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah
penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan Undang-undang tentang
APBN.
 Pengambilan keputusan oleh DPR mengenai Rancangan Undang-undang
tentang APBN dilakukan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahun
anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.
 APBN yang disetujui DPR terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi,
program, kegiatan, dan jenis belanja.
 Apabila DPR tidak menyetujui Rancangan Undang-undang tentang
APBN, Pemerintah Pusat dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya
sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.

3. Situasi negara jika terjadi defisit adalah Negara tersebut akan melakukan
 Menaikkan pajak
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa
menaikkan pajak bisa menghindari atau mengatasi defisit anggaran jika rasionya
tinggi.
 Melakukan pengurangan biaya
Dari sisi pengeluaran, pemerintah bisa melakukan pengurangan biaya pada program
tertentu yang tidak memberikan pengaruh terhadap pajak, devisa, dan sektor riil.
Selain itu, lakukan juga pengurangan pada pengeluaran rutin dan subsidi yang
terlampau besar seperti BBM, Listrik, dan lain sebagainya.
 Meminjam uang
Melakukan pinjaman uang menjadi pilihan yang terakhir untuk mengatasi defisit
anggaran, baik melakukan pinjaman dari bank maupun dari luar negeri. Untuk dapat
memperoleh dana melalui pinjaman, pemerintah bisa menerbitkan obligasi dan surat
berharga.

Situasi negara jika terjadi surplus adalah Negara tersebut akan melakukan
 pendapatan tersebut dapat dianggarkan oleh daerah untuk pembayaran pokok utang,
penyertaan modal (investasi) daerah, pemberian pinjaman kepada pemerintah
pusat/daerah lain, dan pembentukan dana cadangan (misalnya: untuk dana Pilkada,
untuk pembangunan infrastruktur).

Anda mungkin juga menyukai