Anda di halaman 1dari 18

PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK

2.1 KONSEP ANGGARAN SEKTOR PUBLIK

Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode
waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses
atau metoda untuk mempersiapkan suatu anggaran. Dalam organisasi sektor publik,
penganggaran merupakan suatu proses politik.

Pada sektor swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk
publik, sebaliknya pada sektor publik anggaran justru harus diinformasikan kepada publik
untuk dikritik, didiskusikan, dan diberi masukan. Penganggaran sektor publik terkait dengan
proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan
moneter.

Proses penganggaran organisasi sektor publik dimulai ketika perumusan strategi dan
perencanaan strategic telah selesai dilakukan. Anggaran merupakan managerial plan for
action untuk memfasilitasi tercapainya tujuan organisasi. Aspek-aspek yang harus tercakup
dalam anggaran sektor publik meliputi :

1. Aspek perencanaan
2. Aspek pengendalian
3. Aspek akuntabilitas publik

Penganggaran sektor publik harus diawasi mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, serta
pelaporan dan akan lebih efektif jika diawasi oleh lembaga pengawas khusus (oversight body).

2.2 PENGERTIAN PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK

Anggaran public berisi rencana kegiatan yang dipresentasikan dalam bentuk rencana perolehan
pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Dalam bentuk yang paling sederhana, anggaran
public merupakan suatu dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi
yang meliputi informasi pendapatan, belanja, dan aktifitas. Anggaran berisi estmasi mengenai
apa yang akan dilakukan dalam beberapa periode yang akan datang. Setiap anggaran
memberikan informasi mengenai apa yang hendak dilakukan dalam beberapa periode yang akan
datang.

Secara singkat dapat dinyatakan bahwa anggaran public merupakan suatu rencana financial yang
menyatakan.

1. Beberapa biaya atas rencana yang dibuat


2. Berapa banyak dan bagaimana cara memperoleh uang untuk mendanai rencana tersebut
(pendapatan).

2.3 PENTINGNYA ANGGARAN SEKTOR PUBLIK

Tidak semua aspek kehidupan masyarakat tercakup oleh anggaran sector public. Terdapat
beberapa aspek kehidupan yang tidak tersentuh oleh anggaran sector public, baik skala nasional
maupun local. Anggaran sector public dibuat untuk membantu menentukan tingkat kebutuhan
masyarakat, seperti listrik, air bersih, kualitas kesehatan, pendiidikan dan sebagainya agar
terjamin secara layak. Tingkat kesejahteraan masyarakat dipengaruhi oleh keputusan yang
diambil oleh pemerintah melalui anggaran yang mereka buat.

Dalam sebuah negara demokrasi, pemerntah mewakili kepentingan rakyat uang yang dimiliki
pemerintah adalah uang rakyat dan anggaran menunjukkan rencana pemerintah untuk
membelanjakan uang rakyat tersebut. Anggaran merupakan arahan di masa yang akan datang.

Anggaran sector public penting bagi peperintahan Karena anggaran merupakan arahan
pembangunan social ekonomi, membangun kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup
orang banyak. Anggaran banyak diperlukan Karena adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat
yang tak terbatas dan teus berkembang, sedangkan sumber daya yang ada terbatas. Anggaran
diperlukan Karena adanya masalah keterbatasan sumber daya dan pilihan. Dapat juga
dipergunakan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab terhadap rakyat.
Dalam hal ini anggaran public merupakan instrument pelaksanaan kuntabilitas public oleh
lembaga public yang ada.

2.4 FUNGSI ANGGARAN SEKTOR PUBLIK

1. Anggaran Sebagai Alat Perencanaan

Anggaran merupakan alat manajemen untuk mencapai tujuan orgsnisasi. Anggaran dibuat untuk
merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan oleh pemeintah, beberapa biaya yang
dibutuhkan dan beberapa hasil yang diperoleh dari belanja pemerintah tersebut.

2. Anggaran sebagai alat pengendalian

Memberikan rencana detail atas pendapatan dan pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan
yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada public. Tanpa anggaran, pemerintah tidak
dapat mengendalikan pemborosan pengeluaran. Anggaran sector public dapat digunakan untuk
mengendalikan (membetasi kekuasaan) eksekutif. Selain itu anggaran digunakan untuk memberi
informasi dan meyainkan legislative bahwa pemerintah bekerja secara efektif dan efisien tanpa
adanya korupsi.
3. Anggaran Sebagai Alat Kebijakan Fiskal

Digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui


anggaran public dapat diketahui arah kebijkan fiscal pemerintah, sehingga dapat dilakukan
prediksi dan estimasi ekonomi. Anggaran dapat digunakan untuk mendorong, memfasilitasi, dan
mengkoordinasi kegiatan ekonomi masyarakatb sehingga dapat mempercepat pertumbuhan
ekonomi.

4. Anggaran Sebagai Alat Politik

Memutuskan prioritas dan kebutuhan keuangan pada sector public merupakan dokumen politik
sebagai bentuk komitmen eksekutif dan kesepakatan legislative atas penggunaan dana public
untuk keentingan tertentu. Anggaran bukan sekedar masalah teknis akan tetapi lebih merupakan
alat politik. Oleh Karena itu pembuatan anggaran public membutuhkan kemampuan berpolitik.
Manajer public harus sadar sepenuhnya bahwa kegagalan dalam melaksanakan anggaran yang
telah disetujui dapat menjatuhkan kepemimpinan atau paling tidak menurunkan kredibilitas
pemerintah.

5. Anggaran sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi.

Setiap unit kerja pemerintah terlibat dalam proses penyusunan anggaran. Anggaran public
merupakan koordinasi antar bagian dalam pemerintahan. Anggaran public disusun untuk
mendeteksi terjadinya inkonsistensi unit kerja dalam pencapaian tujuan organisasi.

6. Anggaraan sebagai Alat Penilaian Kinerja

Wujud komitmen dari budget holder (eksekutif) kepada pemberi wewenang (legislative). Kinerja
para eksekutif dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan
anggaran. Kinerja manajer public dinilai berdasarkan beberapa yang berhasil ia capai dikaitkan
dengan anggaran yang telah ditetapkan. Anggaran merupakan alat yang efektif untuk
pengendalian dan penilaian kinerja.

7. Anggaran sebagai alat motivasi

Alat untuk memotifasi manajer da staffnyabagar bekerja secara ekonomis, efisien dan efektif
dalam mencapai target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Target anggaran hendaknya
jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat dipenuhi, namun juga jangan terlalu rendahb sehingga
terlalu mudah untuk dicapai.

8. Anggaran sebagai Alat untuk Menciptakan Ruang Publik

Anggaran public tidak boleh diabaikan oleh cabinet, birokrat, dan DPR/DPRD. Masyarakat,
LSM, Perguruan Tinggi, dan berbagai orgnisasi kemasyarakatan harus terlibat dalam peanggaran
public. Kelompok masyarakat yang terorganisir akan mencoba mempengaruhi anggaran
pemerintah untuk kepentingan mereka. Kelompok lain dari masyarakat yang kurang teroganisasi
akan mempercayakan aspirasinya melalui proses politik yang ada. Jika tidak ada suara mereka,
maka mereka akan mengambil tindakan dngan jalan lain seperti dengan tindakan massa,
melakukan boikot, vvandalism dan sebagainya.

2.5 JENIS – JENIS ANGGARAN SEKTOR PUBLIK

Anggaran sektor publik dibagi menjadi dua, yaitu:

 Anggaran Operasional

Anggaran operasional yang digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam


menjalankan pemerinthan. Pengeluaran yang manfaatnya hanya satu tahun anggaran dan tidak
dapat menambah asset atau kekayaan bagi pemerintah.

 Anggaran Modal/Investasi

Anggaran modal menunjukkan rencana jagka panjang dan belanjaan atas aktiva tetap seperti
gedung, peralatan, kendaraan, perabot, dan sebagainya. Pengeluaran yang manfaatnya cenderung
melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah asset atau kekayaan pemerintah dan
selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk biaya operasional dan pemeliharaannya.

2.6 PRINSIP – PRINSIP ANGGARAN SEKTOR PUBLIK :

1. Otorisasi oleh legislatif Anggaran publik harus mendapat otorisasi dari legislatif terlebih
dulu sebelumeksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.
2. Komprehensif Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Oleh karena itu, adanya dana non-budgetair pada dasarnya adalah menyalahi
prinsipanggaran yang bersifat komprehensif.c.
3. Keutuhan anggaran Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam
dana umum (general fund)
4. Nondicretionary Apropriation. Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus
termanfaatkan secara ekonomis,efisien, dan efektif.
5. Periodik Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat tahunan
maupun multi-tahunan
6. Akurat Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi
(hidden reserve) yang dapat dijadikan sebagai pemborosan dan inefisiensi anggaran
sertadapat mengakibatkan munculnya underestimate pendapatan dan overestimate
pengeluaran.
7. Jelasanggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat, dan tidak
membingungkan
8. Diketahui publik anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.
2.7 PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN SEKTOR PUBLIK

Anggaran pendapatan dan belanja Negara/Daerah yang dipresentasikan setiap tahun oleh
eksekutif, memberi informasi rinci kepada DPR/DPRD dan masyarakat tentang program apa
yang direncanakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan rakyat, dan bagaimana
program-program tersebut dibiayai. Penyusunan dan pelaksanaan anggaran tahunan merupakan
rangkaian proses anggaran. Proses penyusunan anggaran mempunyai empat tujuan, yaitu :

1. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasiantarbagian


dalam lingkungan pemerintahan.
2. Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa
publik melalui proses pemrioritasan.
3. Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.
4. Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada DPR/DPRDdan
masyarakat luas.

Faktor yang dominan dalam proses penganggaran adalah :

1. Tujuan dan target yang hendak dicapai


2. Ketersediaan sumber daya (faktor-faktor produksi yang dimiliki pemerintah)
3. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan target.
4. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi anggaran, seperti: munculnya peraturan
pemerintah yang baru, fluktuasi pasar, perubahan sosial dan politik, bencana alam,dan
sebagainya.

Pengelolaan keuangan publik melibatkan beberapa aspek, yaitu:

 aspek penganggaran
 aspek akuntansi
 aspek pengendalian
 aspek auditing.

Aspek penganggaran mengantisipasi pendapat dan belanja, aspek akuntansi terkait denga proses
mencatat, mengolah dan melaporkan segala aktivitas peneriman dan pengeluaran atas dana pada
saat anggaran dilaksanakan. Aspek akuntansi lebih bersifat pencatat masa lalu maka aspek
penganggaran lebih bersifat perencanaan masa yang akan datang. Karena aspek penganggaran
dianggap sebagai isu sentral, maka para manajer public perlu mengetahui prinsip-prinsip pokok
yang ada dalam siklus anggaran.

2.8 PRINSIP-PRINSIP POKOK DALAM SIKLUS ANGGARAN

Richard Musgrave seperti yang dikutip Coe (1989) mengidentifikasikan tiga pertimbangan
mengapa pemerintah perlu terlibat dalam bisnis pengadaan barang dan jasa bagi masyarakat.
Ketiga pertimbangan tersebut meliputi stabilitas ekonomi, redistribusi pendapatan, dan alokasi
sumber daya. Lemahnya perencanaan anggaran memungkinkan munculnya underfinancing atau
overfinancing yang akan mempengaruhi tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran.

Siklus anggaran meliputi empat tahap yang terdiri atas:

1. Tahap persiapan anggaran (preparation)


2. Tahap ratifikasi (approval/ratification)
3. Tahap implementasi (implementation)
4. Tahap pelaporan dan evaluasi (reporting and evaluation)

 Tahap Persiapan Anggaran (Budget Preparation)

Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan
yang tersedia. Yang perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiran pengeluaran, terlebih
dahulu harus dilakukan penaksiran pendapatan secara lebih akurat. Dalam persoalan estimasi,
yang perlu mendapat perhatian adalah terdapatnya faktor “uncertainty” (tingkat
ketidakpastian)yang cukup tinggi. Oleh sebab itu, manajer keuangan public harus memahami
betul dalam menentukan besarnya suatu mata anggaran.

 Tahap Ratifikasi Anggaran

Tahap berikutnya adalah budget ratification. Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses
politik yang cukup rumit dan cukup berat. Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki
“managerial skill” namun juga harus mempunyai “ political skill” salesmanship´dan ‘coalition
building’ yang memadai. Integritas dan kesiapan mentalyang tinggi dari eksekutif sangat penting
dalam tahap ini.

 Tahap Pelaksanaan Anggran

(Budget Implementation)Sistem informasi akuntansi dan sistem pengendalian manajemen sangat


diperlukan untuk mendukung pelaksanaan anggaran. Manajer keuangan public dalam hal ini
bertanggung jawab untuk menciptakan sistem akuntansi yang memadai dan handal untuk
perencanaandan pengendalian anggran yang telah disepakati, dan bahkan dapat diandalkan untuk
tahap penyusuanan anggaran periode berikutnya.

 Tahap Pelaporan dan Evaluasi Anggaran

Tahap terakhir dari siklus anggaran adalah pelaporan dan evaluasi anggaran. Tahap persiapan,
ratifikasi, dan implementasi anggaran terkait dengan aspek operasionalanggaran, sedangkan
tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntanbilitas. Jika tahap implementasi telah
didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik, maka
diharapkan tahap budget reporting and evaluation tidak akan menemui banyak masalah.
JENIS-JENIS ANGGARAN SEKTOR PUBLIK

A. Perkembangan Anggaran Sektor Publik


Didalam perkembangannya anggaran sektor publik telah menjadi instrumen kebijakan
multifungsi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan
penganggaran yang terencana dan sistematis maka tujuan utama yang ditujukan untuk
kemakmuran publik atau masyarakat akan tercapai dengan baik.
Sistem perencanaan anggaran berkembang dan berubah sesuai dengan dinamika
perkembangan manajemen perkembangan sektor publik dan tuntutan yang berkembang
dimasyarakat. Ada dua pendekatan dalam perkembangan dan penyusunan anggaran sektor publik,
yaitu: (a) Anggaran Tradisional atau anggaran konvensional (b) Pendekatan baru yang sering
dikenal dengan pendekatan New Public Management.

B. Anggaran Tradisional
1. Ciri - Ciri Anggaran Tradisional
Terdapat dua ciri utama dan ciri lain yang melekat dalam anggaran tradisional dalam
anggaran tradisional ini, yaitu:
a. Cara penyusunan anggaran yang didasarkan atas pendekatan Incrementalism
b. Struktur dan susun anggaran yang bersifat line-item.
c. Cenderung Sentralistis
d. Bersifat spesifikasi
e. Tahunan, dan
f. Menggunakan prinsip Anggaran bruto.

Berikut ini pembahasan dua ciri utama anggaran tradisional yakni sebagai berikut:
a. Incrementalism
Penekanan dan tujuan utama pendekatan tradisional adalah pada pengawasan dan
pertanggungjawaban yang terpusat. Maksud dari incrementalism yaitu hanya menambah atau
mengurangi jumlah rupiah pada item-item anggaran yang sudah ada sebelumnya dengan
menggunakan data tahun sebelumnya sebagai dasar untuk menyesuaikan besarnya penambahan
atau pengurangan tanpa dilakukan kajian yang mendalam.
Masalah utama anggaran tradisional adalah terkait dengan tidak adanya perhatian terhadap
konsep value for money. Konsep ekonomi, efisiensi dan efktivitas seringkali tidak dijadikan
pertimbangan dalam penyusunan anggaran tradisional.
Anggaran tradisional cenderung menggunakan konsep historic cost of service. Akibat
digunakan konsep ini adalah suatu item. Program, atau kegiatan akan muncul lagi dalam anggaran
tahun berikutnya meskipun sebenarnya item tersebut sudah tidak dibutuhkan. Perubahan anggaran
hanya menyentuh jumlah nominal rupiah yang disesuaikan dengan tingkat inflasi, jumlah
penduduk, dan penyesuaian lainnya.

b. Line Item
Sifat ini didasarkan atas dasar sifat dari penerimaan dan pengeluaran. Metode ini tidak
memungkinkan untuk menghilangkan item-item penerimaan atau pengeluaran yang telah ada
dalam struktur anggaran, walaupun sebenarnya secara riil item tertentu sudah tidak relevan lagi
untuk digunakan pada periode sekarang. Dalam penyusunan anggaran menggunakan sistem ini
dilandasi atas alasan adanya orientasi sistem anggaran yang dimaksudkan untuk mengontrol
pengeluaran.

2. Kelemahan anggaran tradisional


Dilihat dari berbagai sudut pandang, metode penganggaran tradisional memiliki beberapa
kelemahan antara lain :
a. Hubungan yang tidak memadai (terputus) antara anggaran tahunan dengan rencana pembangunan
jangka panjang
b. Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah besar pengeluaran tidak pernah diteliti secara
menyeluruh efektifitasnya.
c. Lebih berorientasi pada input daripada output. Hal tersebut menyebabkan anggaran tradisional
tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk membuat kebijakan dan pilihan sumberdaya atau
memonitor kinerja. Kinerja dievaluasi dalam bentuk apakah dana telah habis dibelanjakan, bukan
apakah tujuan tercapai.
d. Sekat-sekat antar departemen yang kaku membuat tujuan nasional secara keseluruhan sulit
dicapai.
e. Proses anggaran terpisah untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran modal/investasi.
f. Anggaran tradisional bersifat tahunan. Anggaran tahunan tersebut sebenarnya terlalu pendek,
terutama untuk proyek modal dan hal tersebut dapat mendorong praktik-praktik yang tidak
diinginkan (korupsi dan kolusi).
g. Sentralisasi penyiapan anggaran, ditambah dengan informasi yang tidak memadai menyebabkan
lemahnya perencanaan anggaran. Akibatnya adalah munculnya budget pudding atau budgetary
slack.
h. Persetujuan anggaran yang terlambat, sehingga gagal memberikan mekanisme pengendalian untuk
pengeluaran yang sesuai, seperti seringnya dilakukan revisi anggaran dan manipulasi anggran
i. Aliran informasi ( system informasi financial) yang tidak memadai yang menjadi dasar
mekanisme pengendalian rutin, mengidentifikasi masalah dan tindakan.

C. Anggaran Publik dengan Pendekatan NPM


Era New Public Management
Sejak pertengahan tahun1980-an telah terjadi perubahan management sector publik yang
cukup drastik dari system managemen tradisional yang terkesan kaku, birokratis, dan hirarkis
menjadi model managemen sector public yang fleksibel dan lebih mengakomodasi pasar.
Perubahan tersebut bukan sekedar perubahan kecil dan sederhana. Perubahan tersebut telah
mengubah peran pemerintah terutama dalam hal hubungan antara pemerintah dengan masyarakat.
Paradigma baru yang muncul dalam managemen sector publik tersebut adalah pendekatan New
Public Management.
Model New Public Management mulai dikenal tahun 1980-an dan kembali popular tahun
1990-an yang mengalami beberapa bentuk inkarnasi. New Publik Management berfokus pada
management sector publik yang berorientasi pada kinerja, bukan berorientasi kebijakan.
Penggunan paradigm New Public Management tersebuit menimbulkan beberapa konsekuensi bagi
pemerintah diantaranya adalah tuntutan untuk melakukan efisiensi, pemangkasan biaya (cost
cutting), dan kompetisi tender.
Salah satu model pemerintah diera New Public Management adalah model pemerintahan
yang diajukan oleh Osborne dan Gaebler (992) yang tertuang dalam pandangannya yang dikenal
dengan konsep “reinventing government” perspektif baru pemerintah menurut Osborne dan
Gaebler tersebut adalah:
1. Pemerintahan katalis : focus pada pemberian pengarahan bukan produksi pelayanan public.
Pemerintah harus menyelesaikan beragam pelayanan public, tetapi tidak harus terlibat
langsung dengan proses produksinya (producing). Sebaiknya pemerintah memfokuskan diri pada
pemberian arahan , sedangkan produksi pelayanan public diserahkan pada pihak swasta dan atau
sector ketiga.

2. Pemerintah milik masyarakat : memberdayakan masyarakat daripada melayani


Pemerintah seharusnya memberikan wewenang kepada masyarakat sehinnga mereka
mampu menjadi masyarakat yang dapat menolong dirinya sendiri (self-help community), Sebagai
misal, masalah keselamatan umum adalah juga merupakan tanggungjawab masyarakat, tidak
hanya kepolisian.
3. Pemerintah yang kompetitif: menyuntikkan semangat kompetisi dalam pemberian pelayanan
public.
Kompetisi adalah satu-satunya cara untuk menghemat biaya sekaligus meningkatkan
kualitas pelayanan. Dengan kompetisi, banyak pelayanan publik yang dapat ditingkatkan
kualitasnya tanpa harus memperbesar biaya. Misalnya pada pelayanan pos negara, pelayanan
titipan kilat yang disediakan menjadi relative semakin cepat dapipada kualitasnya di masa lalu.
4. Pemerintah yang digerakkan oleh misi : mengubah organisasi yang digerakkan oleh peraturan
menjadi organisasi yang digerakkan oleh misi.
Apa yang dapat dan tidak dapat dilaksanakan oleh pemerintah diatur dalam mandatnya.
Namun tujuan pemerintah bukanlah mandatnya tetapi misinya.
5. Pemerintah yang berorientasi hasil : membiayai hasil bukan masukan.
Pada pemerintash tradisional, besarnya alokasi anggaran pada suatu unit kerja ditentukan
oleh kompleksitas masalah yang dihadapi. pada akhirnya unit kerja tidak punya insentif untuk
memperbaiki kinerjanya.
Pemerintah wirausaha berusaha mengubah bentuk penghargaan dan insentif itu, yaitu
membiayai hasil dan bukan masukan. Pemerintah daerah wirausaha akan mengembangkan suatu
standar kinerja yang mengukur seberpa baik suatu unit kerja mampu memecahkan permasalahan
yang menjadi tanggungjawabnya.Semakin baik kinerjanya, semakin banyak pula dana yang akan
dialokasikan untuk mengganti semua dana yang telah dikeluarkan oleh unit kerja tersebut.
6. Pemerintah berorientasi pada pelanggan : memenuhi kebutuhan pelanggan , bukan birokrasi
Pemerintah tradisional seringkali salah dalam mengidentifikasikan pelanggannya.
Pemerintah seringkali menganggap bahwa DPR/DPRD dan semua pejabat yang ikut dalam
pembahasan anggaran adalah pelanggannya. Padahal pelanggan yang sebenarnya, yaitu
masyarakat, akan cenderung dilupakan.
Pemerintah wirausaha tidak akan seperti itu. Ia akan mengidintifikasikan pelanggan yang
sesungguhnya. Mereka menciptakan system pertanggungjawaban ganda (dual accountability)
kepada legislatif dan masyarakat. Dengan cara seperti ini, pemerintah tidak akan arogan tetapi
secara terus menerus akan berupaya untuk lebih memuaskan masyarakat.
7. Pemerintahan Wirausaha : mampu menciptakan pendapatan dan tidak sekedar membelanjakan
Pemerintah tradisional cenderung tidak berbicara tentang upaya untuk menghasilkan
pendapatan dan aktivitasnya. Padahal. banyak yang bisa dilakukan untuk menghasilkan
pendapatan dari proses penyediaan pelayanan publik.
Pemerintah daerah wirausaha dapat mengembangkan beberapa pusat pendapatan, misalnya
: BPS dan Bappeda, yang dapat menjual informasi tentang daerahnya kepada pusat – pusat
penelitian, BUMN/BUMD, pemberian hak guna usaha yang menarik kepada para pengusaha dan
masyarakat, penyertaan modal, dan lain – lain
8. Pemerintah Antisipatif : berupaya mencegah daripada mengobati
Pemerintah tradisional yang birokrastis memusatkan diri pada produksi pelayanan publik
untuk memecahkan masalah publik. Pemerintah birokratis cenderung bersifat reaktif, seperti suatu
satuan pemadam kebakaran, apabila tida ada kebakaran maka tidak akan ada upaya pemecahan.
Pemerintah wirausaha tidak reaktif tetapi proaktif. Ia tidak hanya mencoba untuk
mencegah masalah, tetapi juga berupaya keras untuk mengantisipasi masa depan. Ia menggunakan
perencanaan strategis untuk menciptakan visi.
9. Pemerintah Desentralisasi : dari hirarkhi menuju partisipatif dan tim kerja
Lima puluh tahun yang lalu, pemerintahan yang sentralistis dan hierarkhis sangat
diperlukan. Pengambilan keputusan harus berasal dari pusat. Pada saat itu, sistem tersebut sangat
cocok karena teknologi informasi masih sangat primitif, komunikasi antar berbagai lokasi masih
lamban, dan aparatur pemerintah masih relatif belum terdidik (masih sangat membutuhkan
petunjuk langsung atas apa – apa yang harus dilakukan).
Tetapi pada saat sekarang, keadaan sudah berubah, perkembangan teknologi sudah sangat
maju, kebutuhan / keinginan masyarakat dan bisnis sudah semakin kompleks, dan staf pemerintah
sudah banyak yang berpendidikan tinggi. Sekarang ini, pengambilan keputusan harus digeser ke
tangan masyarakat, asosiasi – asosiasi, pelanggan, dan lembaga swadaya masyarakat.
10. Pemerintah berorientasi pada (mekanisme) pasar : mengadakan perubahan dengan
mekanisme pasar (system insentif) dan bukan dengan mekanisme administratif (sistem prosedur
dan pemaksaan)
Ada dua cara alokasi sumberdaya, yaitu mekanisme pasar dan mekanisme administratif.
Dari keduanya, mekanisme pasar terbukti sebagai yang terbaik dalam mengalokasi sumberdaya.
Pasar tradisional menggunakan mekanisme administratif , sedangkan pemerintah wirausaha
menggunakan mekanisme pasar.
Dalam mekanisme administratif , pemerintah tradisional menggunakan perintah dan
pengendalian. Dalam mekanisme pasar, pemerintah wirausaha tidak memerintahkan dan
mengawasi tetapi mengembangkan dan menggunakan system insentif agar orang tidak melakukan
kegiatan – kegiatan yang merugikan masyarakat.
Munculnya konsep New Public Management berperngaruh langsung terhadap konsep
anggaran publik. Salah satu pengaruhnya adalah terjadinya perubahan sistem anggaran dari model
anggarann tradisional menjadi anggaran yang lebih berorientasi pada kinerja.
Tabel 1.1
Perbandingan Anggaran Tradasional dengan Berbasis Pendekatan NPM
Anggaran Tradasional New Public Management
Sentralistis Desentralisasi & devolved
management
Berorientasi pada input Berorientasi pada input, output, dan
outcome (value for money)
Tidak terkait dengan perencanaan Utuh dan komprehensif dengan
jangka panjang perencanaan jangka panjang
Line – item dan incrementalism Berdasarkan sasaran kinerja
Batasan departemen yang kaku (rigid Lintas departemen (cross department)
department)
Menggunakan aturan klasik : Vote Zero – Base Budgeting, Planning
Accounting Progamming Budgeting System
Prinsip anggaran bruto Sistematik dan rasional
Bersifat tahunan Bottom - up budgeting
Spesifik

D. Perubahan Pendekatan Anggaran


Reformasi sektor publik yang salah satunya ditandai dengan munculnya era New Public
Management telah mendorong usaha untuk mengembangkan pendekatan yang lebih sistematis
dalam perencanaan anggaran sektor publik. Seiring dengan perkembangan tersebut, muncul
beberapa teknik penganggaran sektor publik, misalnya adalah teknik anggaran kinerja
(performance budgeting), Zero Badget Budgeting (ZBB), dan Planing Progamming, and
Budgeting System (PPBS).
Pendekatan baru dalam sistem anggaran publik tersebut cenderung memiliki karakteristik
umum sebagai berikut :
1. Komprehensi / Komparatif
2. Terintegrasi dan lintas departemen
3. Proses pengambilan kepeutusan yang rasioanal
4. Berjangka Panjang
5. Spesifikasi tujuan dan perangkingan prioritas
6. Analisis total cost dan benefit (termasuk opportunity cost)
7. Berorientasi input, output, dan outcome, bukan sekedar input
8. Adanya pengawasan kerja

E. Anggaran Kinerja
Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dalam anggaran
tradisional yang disebabkan oleh tidak adanya tolak ukur yang dapat digunakan untuk mengukur
kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan publik.
Penilaian kinerja didasarkan pada pelaksanaan value for money dan efiktivitas anggaran.
Menurut pendekatan anggaran kinerja, dominasi pemerintah akan dapat diawasi dan dikendalikan
melalui penerapan internal cost awareness, audit keuangan, audit kinerja, serta evaluasi kinerja
eksternal. Atas hal ini maka diperlukan adanya program dan tolak ukur sebagai standar kinerja.
System anggaran kinerja pada dasarnya merupakan system yang mencakup kegiatan
penyusunan program dan tolak ukur kinerja sebagai instrument untuk mencapai tujuan dan sasaran
program. penerapan system anggaran kinerja dalam penyususnan anggaran dimulai dengan
perumusan program dan penyususnan struktur organisasi pemerintah yang sesuai dengan program
tersebut. Kegiatan tersebut mencakup pula penentuan unit kerja yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan program, serta penentuan indicator kinerja yang digunakan sebagai tolak ukur dalam
mencapai tujuan program yang telah ditetapkan.
F. Pendekatan Zero Based Budgeting (ZBB)
1. Zero Based Budgeting (ZBB)
Konsep Zero Based Budgeting (ZBB) dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan yang ada
pada system anggaran tradisional yaitu penyusunan anggaran yang bersifat line-item dan
incremental. ZBB tidak berpatokan pada anggaran tahun lalu untuk menyusun anggaran tahun ini,
penentuan anggaran didasarkan pada kebutuhan saat ini.
2. Proses implementasi ZBB
Proses implementasi ZBB terdiri dari 3 (tiga) tahap, yaitu :
a. Identifikasi unit-unit keputusan
Setiap pusat pertanggungjawaban merupakan unit pembuat keputusan yang salah satu
fungsinya menyiapkan anggaran. Suatu unit keputusan merupakan kumpulan dari unit-unit
keputusan level yang lebih kecil.
b. Penentuan paket-paket keputusan
Paket keputusan merupakan gambaran komprehensif mengenai bagian dari aktivitas
organisasi atau fungsi yang dapat dievaluasi secara individual. paket keputusan dibuat oleh
manajer yang harus menunjukkan detail estimasi biaya dan pendapatan yang dinyatakan dalam
bentuk pencapaian tugas dan perolehan manfaat. Ada dua jenis paket keputusan, yaitu :
1) Paket keputusan mutually-exclusive
Adalah paket-paket keputusan yang memiliki fungsi sama. Apabila dipilihsalah satu paket
kegiatan atau program, maka konsekuensinya adalah menolak semua alternative yang lain.
2) Paket keputusan incremental
Paket ini merefleksikan tingkat usaha yang berbeda (dikaitkan dengan biaya) dalam
melaksanakan aktivitas tertentu. Terdapat base package yang menunjukkan tingkat minimal suatu
kegiatan, dan paket lain yang tingkat aktivitasnya lebih tinggi yang akan berpengaruh terhadap
kenaikan level aktivitas dan juga berpengaruh terhadap biaya. Setiap paket memiliki biaya dan
manfaat yang dapat ditabulasikan dengan jelas.
c. Meranking dan mengevaluasi paket keputusan
Tahap ini merupakan jembatan untuk menuju proses alokasi sumber daya di antara
berbagai kegiatan yang beberapa diantaranya sudah ada dan lainnya baru sama sekali.
3. Keunggulan dari Zero Based Budgeting
a. Jika ZBB dilaksanakan dengan baik maka dapat menghasilkan alokasi sumber daya secara lebih
efisien.
b. ZBB berfokus padavalue for money
c. Memudahkan untuk mengidentifikasi terjadinya inefisiensi dan ketidakefektivan biaya.
d. Meningkatkan partisipasi manajemen level bawah dalam proses penyusunan anggaran.
e. Merupakan cara yang sistematik utnuk menggeser status quo dan mendorong organisasi untuk
selalu menguji alternative aktivitas dan pola perilaku biaya serta tingkat pengeluaran.
4. Kelemahan dari Zero Based Budgeting
a. Prosesnya memakan waktu lama (time customing), terlalu teoretis dan tidak praktis, membutuhkan
biaya yang besar, serta menghasilkan kertas kerja yang menumpuk karena pembuatan paket
keputusan.
b. ZBB cenderung menekankan manfaat jangka pendek.
c. Implementasi ZBB membutuhkan teknologi yang maju.
d. Masalah dalam proses merangking dan mereview paket keputusan.
e. Untuk melakukan perangkingan paket keputusan dibutuhkan staf yang memiliki keahlian yang
mungkin tidak dimiliki organisasi.
f. Memungkinkan munculnya kesan yang keliru bahwa semua paket keputusan harus masuk
anggaran.
g. Implementasi ZBB menimbulkan masalah keperilakuan dalam organisasi.

G. Pendekatan Planning, Programming and Budgeting System (PPBS)


1. PPBS
PPBS merupakan teknik penganggaran yang didasarkan pada teori sistem yang berorientasi
pada output dan tujuan dengan penekanan utamanya adalah alokasi sumber daya berdasarkan
analisis ekonomi. Sistem anggaran PPBS tidak mendasarkan pada struktur organisasi tradisional
yang terdiri daridivisi-divisi, namun berdasarkan program, yaitu pengelompokan aktivitas untuk
mencapai tujuan tertentu.
PPBS adalah salah satu model penganggaran yang ditujukan untuk membantu manajemen
pemerintah dalam membuat keputusan alokasi sumber daya secara lebih baik. Hal tersebut
disebabkan sumber daya yang dimiliki pemerintah terbatas jumlahnya, sementara tuntutan
masyarakat tidak terbatas jumlahnya.
2. Proses Implementasi PPBS
Langkah-langkah implementasi PPBS meliputi:
a. Menentukan tujuan umum organisasi dan tujuan unit organisasi dengan jelas.
b. Mengidentifikasi program-program dan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c. Mengevaluasi berbagai alternatif program dengan menghitung cost-benefit dari masing-masing
program.
d. Pemilihan program yang memiliki manfaat besar dengan biaya yang kecil.
e. Alokasi sumber daya ke masing-masing program yang disetujui.
PPBS mensyaratkan organisasi menyusun rencana jangka panjang. Kuncinya adalah bahwa
program-program yang disusun harus terkait dengan tujuan organisasi dan tersebar ke seluruh
bagian organisasi. Sistem pelaporan anggaran PPBS harus mampu melaporkan hasil (manfaat)
program bukan sekedar jumlah pengeluaran yang telah dilakukan.

3. Karakteristik PPBS
a. Berfokus pada tujuan dan aktivitas (program) untuk mencapai tujuan.
b. Secara eksplisit menjelaskan implikasi terhadap tahun anggaran yang akan datang karena PPB S
berorientasi pada masa datang.
c. Mempertimbangkan semua biaya yang terjadi.
d. Dilakukan analisis secara sistematik atas berbagai alternatif program, yang meliputi:
1) Identifikasi tujuan
2) Identifikasi secara sistematik alternatif program untuk mencapai tujuan
3) Estimasi biaya total dari masing-masing alternatif program
4) Estimasi manfaat (hasil) yang ingin diperoleh dari masing-masing alternatif program.
4. Kelebihan PPBS
a. Memudahkan dalam pendelegasian tanggung jawab dari manajemen puncak ke manajemen
menengah.
b. Dalam jangka waktu panjang dapatmengurangi beban kerja.
c. Memperbaiki kualitas pelayanan melalui pendekatan sadar biaya (cost-consciousness/cost
awareness) dalam perencanaan program.
d. Lintas departemen sehingga dapat meningkatkan komunikasi, koordinasi, dan kerja sama antar
departemen.
e. Menghilangkan program yang overlopping atau bertentangan dengan pencapaian tujuan
organisasi.
f. PPBS menggunakan teori marginal utility,sehingga mendorong alokasi sumber daya secara
optimal.
5. Kelemahan PPBS
a. PPBS membutuhkan sistem yang canggih, ketersediaan data, adanya sistem pengukuran, dan staf
yang memiliki kapabilitas tinggi.
b. Implementasi PPBS membutuhkan biaya yang besar karena PPBS membutuhkan teknologi yang
canggih.
c. PPBS bagus secara teori, namun sulit untuk diimplementasikan.
d. PPBS mengabaikan realitas politik dan realitas organisasi sebagai kumpulan manusia yang
kompleks.
e. PPBS merupakan teknik anggaran yang statistically oriented. Penggunaan statistik terkadang
kurang tajam untuk mengukur keseluruhan efektivitas program.
f. Pengaplikasian PPBS menghadapi masalah teknis. Hal ini terkait dengan sifat program dalam
alokasi biaya. Sementara itu sistem akuntansi dibuat berdasarkan departemen bukan program.
6. Masalah utama penggunaan ZBB dan PPBS
a. Bounded rationality, keterbatasan dalam menganalisis semua alternatif untuk melakukan
aktivitas.
b. Kurangnya data untuk membandingkan semua alternatif, terutama untuk mengukur output.
c. Masalah ketidakpastian sumber daya, pola kebutuhan di masa depan, perubahan politik, dan
ekonomi.
d. Pelaksanaan teknik tersebut menimbulkan beban pekerjaan yang sangat berat.
e. Kesulitan dalam menentukan tujuan dan perangkingan program terutama ketika terdapat
pertentangan kepentingan ( conflict of interest).
f. Seringkali tidak memungkinkan untuk melakukan perubahan program secara cecepat dan tepat.
g. Terdapat hambatan birokrasi dan perlawanan politik yang besar untuk berubah (resistence to
change).

h. Pelaksanaan teknik tersebut sering tidak sesuai dengan proses pengambilan keputusan politik.
Politik berusaha membuat pelaksanaan lebih “technocratic” yang hal tersebut bisa mempengaruhi
proses penganggaran.
i. Pada akhirnya, pemerintah beroperasi dalam dunia yang tidak rasional.

Anda mungkin juga menyukai