Anda di halaman 1dari 15

PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK

1)
Annisa Pramudya Wardani 2) Dwi Annisa Afzani 3) Abu Bakar, S.E., MM., AK., CA.,

Disusun Oleh :
1)
Annisa Pramudya Wardani
Institut Bisnis dan Informatika Kosgoro 1957
E-Mail : annisapramudya1002@gmail.com
2)
Dwi Annisa Afzani
Institut Bisnis dan Informatika Kosgoro 1957
E-Mail : annisaafzani@gmail.com

ABSTRAK
Penganggaran sector publik merupakan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap
program dan aktivitas dalam satuan moneter. Anggaran merupakan artikulasi dari perumusan
strategi dan perencanaan strategik yang telah dibuat. Tahap penganggaran menjadi sangat
penting karna anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat
menggagalkan perencanaan yang sudah disusun. Anggaran dapat di interpretasikan sebagai
paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam
satu atau beberapa periode mendatang. Didalam tampilannya. Anggaran selalu menyertakan
data penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu. Kebanyakan organisasi sektor
publik melakukan pembedaan krusial antara tambahan modal dan penerimaan, serta
tambahan pendapatan dan pengeluaran.

ABSTRACT
Public sector budgeting is the process of determining the amount of fund allocation for each
program and activity in monetary units. The budget is the articulation of the strategy
formulation and strategic planning that has been made. The budgeting stage is very important
because an ineffective and not performance-oriented budget will be able to thwart the plans
that have been prepared. The budget can be interpreted as a package of statements of
estimates of revenues and expenditures that are expected to occur in one or several future
periods. Inside the view. The budget always includes data on receipts and expenses that
occurred in the past. Most public sector organizations make a crucial distinction between
additional capital and revenues, and additional income and expenditure.

1|P a g e
TUJUAN
Mahasiswa yang mempelajari penganggaran sektor publik diharapkan dapat :
1) Memahami pengertian penganggaran
2) Memahami fungsi penganggaran sektor public
3) Memahami pengelolaan anggaran daerah di era desentralisasi fiskal
4) Memahami proses penyusunan anggaran sektor public

TEORI
Kunci utama pembangunan daerah terletak pada penekanan penekanan terhadap kebijakan-
kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah (endogenous development)
dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, sumber daya alam serta sumber daya
buatan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Sebagai kunci dari kebijakan tersebut
adalah bagaimana pemerintah daerah melakukan kebijakan anggarannya.

Sebagai instrumen kebijakan, APBD menduduki posisi sentral dalam upaya pengembangan
kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah. APBD digunakan sebagai alat untuk
menentukan besarnya pendapatan dan pengeluaran, membantu pengambilan keputusan dan
perencanaan pembangunan, otorisasi pengeluaran di masa-masa yang akan datang, sumber
pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja, alat untuk memotivasi para
pegawai, dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai unit kerja (Ishak, 2005).

Kebijakan anggaran tidak dapat dipisahkan dari sistem perencanaan, disamping memang
anggaran itu sendiri merupakan sebuah rencana. Dalam suatu sistem perencanaan, anggaran
merupakan muara akhir. Perencanaan dimulai dari perencanaan jangka panjang, perencanaan
jangka menengah, dan perencanaan tahunan. Terlepas dari perdebatan tentang sistem
perencanaan yang cenderung tidak membumi/mengawang-awang, namun suatu sistem
anggaran seharusnya dapat ditarik benang merahnya dari proses perencanaan sebelumnya.
Anggaran merupakan salah satu instrument utama dalam melaksanakan suatu kebijakan yang
telah ditetapkan. Selain anggaran, instrument lain untuk kebijakan antara lain sumber daya
manusia (SDM), peralatan, metodologi pelaksanaan kebijakan dan lain-lain. Namun
instrumen di luar anggaran tersebut akan dapat berjalan jikalau ada dukungan anggaran.

2|P a g e
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENGANGGARAN

Penganggaran adalah suatu proses menyusun rencana keuangan yaitu pendapatan


dan pembiayaan, kemudian mengalokasikan dana ke masing-masing kegiatan sesuai
dengan fungsi dan sasaran yang hendak dicapai. Masing-masing kegiatan tersebut
kemudian dikelompokkan ke dalam program berdasarkan tugas dan tanggung jawab
dari satuan kerja tertentu. Penganggaran sektor public (Public Budgeting) menurut
Rubenstein (2002) adalah: “A plan for introducing programs deal with objectives
and goals within a period, including an estimate of resources required, usually
compared with past periods and showing future requirements"

Salah satu aspek pemerintahan daerah yang harus diatur secara hati-hati adalah
masalah pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Anggaran daerah adalah
rencana kerja pemerintah daerah dalam bentuk uang (rupiah) dalam satu periode
tertentu (satu tahun). anggaran daerah atau anggaran pendapatan dan belanja daerah
merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah. Dalam kaitan
ini, proses penyusunan dan pelaksanaan anggaran hendaknya difokuskan pada upaya
untuk mendukung pelaksanaan aktivitas atau program yang menjadi prioritas dan
preferensi daerah yang bersangkutan. Dengan desentralisasi fiskal diharapkan
alokasi anggaran daerah dapat benar-benar mencerminkan apa yang menjadi
kebutuhan dan keinginan masyarakat local.

Dalam upaya pemberdayaan pemerintah daerah, maka perspektif perubahan yang


diinginkan dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah adalah sebagai
berikut (Mardiasmo, 2002) :

1) Pengelolaan keuangan daerah harus bertumpu pada kepentingan publik


(public oriented). Hal ini tidak saja terlihat pada besarnya porsi
pengalokasian anggaran untuk kepentingan publik, tetapi juga terlihat pada
besarnya partisipasi masyarakat dalam perencanan, pelaksanaan dan
pengawasan keuangan daerah.
2) Kejelasan tentang misi pengelolaan keuangan daerah pada umumnya dan
anggaran daerah pada khususnya.

3|P a g e
3) Desentralisasi pengelolaan keuangan dan kejelasan peran para partisipan
yang terkait dalam pengelolaan anggaran, seperti DPRD, KDH, Sekda dan
perangkat daerah lainnya.
4) Kerangka hukum dan administrasi bagi pembiayaan, investasi dan pengelolaan
uang daerah berdasarkan kaidah mekanisme pasar, value for money, transparansi
dan akuntabilitas.
5) Kejelasan tentang kedudukan keuangan DPRD, KDH, dan PNS Daerah, baik
ratio maupun dasar pertimbangannya. 
6) Ketentuan tentang bentuk dan struktur anggaran, anggaran kinerja, dan
anggaran multi-tahunan.
7) Prinsip pengadaan dan pengelolaan barang daerah yang lebih profesional. 
8) Prinsip akuntansi pemerintah daerah, laporan keuangan, peran DPRD, dan
akuntan publik dalam pengawasan, pemberian opini dan rating kinerja anggaran,
dan transparansi informasi anggaran kepada publik. 
9) Aspek pembinaan dan pengawasan yang meliputi batasan pembinaan, peran
asosiasi, dan peran anggota masyarakat guna pengembangan profesionalisme
aparat pemerintah daerah.
10) Pengembangan sistem informasi keuangan daerah untuk menyediakan informasi
anggaran yang akurat dan pengembangan komitmen pemerintah daerah terhadap
penyebarluasan informasi sehingga memudahkan pelaporan dan pengendalian,
serta mempermudahkan mendapatkan informasi.

Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu menentukan tingkat kebutuhan


masyarakat, seperti listrik, air bersih, kualitas kesehatan, pendidikan, dan
sebagainya agar terjamin secara layak. Selain itu anggaran sektor publik
juga merefleksikan perubahan prioritas kebutuhan dan kegiatan masyarakat.
Anggaran sektor publik penting karena beberapa alasan, yaitu :

1) Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan


pembangunan ekonomi nasional, menjamin kesinambungan, dan
meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
2) Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan kegiatan masyarakat
yang tidak terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber daya yang ada

4|P a g e
terbatas. Anggaran diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber
daya.
3) Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah
bertanggung jawab terhadap rakyat. Dalam hal ini anggaran publik
merupakan instrumen pelaksanaan akuntabilitas publik oleh lembaga-
lembaga publik yang ada.

B. FUNGSI ANGGARAN SEKTOR PUBLIK

Anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama (Rubesnstein, 2002,


Mardiasmo, 2002), yaitu :

1. Anggaran Sebagai Alat Perencanaan (Planning Tool)

Anggaran merupakan alat perencanaan manajemen untuk mencapai tujuan


organisasi. Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang
akan dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil
yang diperoleh dari belanja pemerintah tersebut. Anggaran sebagai alat
perencanaan digunakan untuk :

a) Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan


misi yang ditetapkan;
b) Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan
organisasi serta merencanakan alternatif sumber pembiayaannya;
c) Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah
disusun; dan
d) Menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategi.

2. Anggaran Sebagai Alat Pengendalian (Control Tool)

Anggaran merupakan suatu alat yang esensial untuk menghubungkan antara


proses perencanaan dan proses pengendalian. Sebagai alat pengendalian,
anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan pengeluaran
pemerintah agar pembelanjaan yang dilakukan dapat di pertanggung jawabkan
kepada publik. Tanpa anggaran, pemerintah tidak dapat mengendalikan

5|P a g e
pemborosan pemborosan pengeluaran. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan
bahwa presiden, menteri, gubernur, bupati, dan manajer publik lainnya dapat
dikendalikan melalui anggaran. Anggaran sektor publik dapat digunakan untuk
mengendalikan (membatasi kekuasaan) eksekutif.

 3. Anggaran Sebagai Alat Kebijakan Fiskal (Fiscal Tool)

Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah digunakan untuk


menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui
anggaran publik tersebut dapat diketahui arah kebiajakan fiskal pemerintah,
sehingga dapat dilakukan prediksi-prediksi dan estimasi ekonomi. Anggaran
dapat digunakan untuk mendorong, menfasilitasi, dan mengkoordinasikan
kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat mempercepat pertumbuhan
ekonomi.

4. Anggaran Sebagai Alat Politik (Political Tool)

Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dan kebutuhan


keuangan terhadap prioritas tersebut. Pada sektor publik, anggaran
merupakan political tool sebagai bentuk komitmen eksekutif dan
kesepakatan legislatif atas penggunaan dana publik untuk kepentingan
tertentu. Oleh karena itu pembuatan anggaran publik membutuhkan political
skill, coalition building, keahlian bernegosiasi, dan pemahaman tentang
prinsip manajemen keuangan publik oleh para manajer publik. Manajer
publik harus sadar sepenuhnya bahwa kegagalan dalam melaksanakan
anggran yang telah disetujui dapat menjatuhkan kepemimpinannya, atau
paling tidak menurunkan kredibilitas pemerintah.

5. Anggaran Sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi (Coordination and


Communication Tool)
Setiap unit kerja pemerintahan terlihat dalam proses penyusunan anggaran.
Anggaran publik merupakan alat koordinasi antar bagian dalam pemerintahan.
Anggaran publik yang disusun dengan baik akan mampu mendeteksi terjadinya
inkonsistensi suatu unit kerja dalam pencapaian tujuan organisasi. Disamping itu,
anggaran publik juga berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam

6|P a g e
lingkungan eksekutif. Anggaran harus dikomunikasikan ke seluruh bagian
organisasi untuk dilaksanakan.

6. Anggaran Sebagai Alat Penilaian Kinerja (Performance Measurement


Tool) 

Anggaran merupakan wujud komitmen dari budget holder (eksekutif) kepada


pemberi wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan
pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran. Kinerja manajer
publik dinilai berdasarkan berapa yang berhasil ia capai dikaitkan dengan
anggaran yang telah ditetapkan. Anggaran merupakan alat yang efektif untuk
pengendalian dan penilaian kinerja.
7. Anggaran Sebagai Alat Motivasi (Motivation Tool)
Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya
agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Agar dapat memotivasi pegawai,
anggaran hendaknya bersifat challenging but attainable atau demanding but
achieveable. Maksudnya adalah target anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi
sehingga tidak dapat dipenuhi. Namun juga jangan terlalu rendah sehingga terlalu
mudah untuk dicapai.

C. PENGELOLAAN ANGGARAN DAERAH DI ERA DESENTRALISASI


FISKAL

Secara garis besar pengelolaan (manajemen) keuangan daerah dapat dibagi menjadi
dua bagian, yaitu manajemen penerimaan daerah dan manajemen pengeluaran
daerah. Secara garis besar terdapat dua pendekatan utama yang memiliki perbedaan
mendasar. Kedua pendekatan tersebut adalah :

1. Anggaran Tradisional 

Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan di


negara berkembang dewasa ini. Terdapat dua ciri utama dalam pendekatan ini,
yaitu :

a) Cara penyusunan anggaran yang didasarkan atas pendekatan


incrementalism

7|P a g e
b) Struktur dan susunan anggaran yang bersifat line-item.

Ciri lain yang melekat pada pendekatan anggaran tradisional tersebut adalah :

a) Cenderung sentralistis;
b) Bersifat spesifikasi;
c) Tahunan; dan
d) Menggunakan prinsip anggaran bruto.

Struktur anggaran tradisional dengan ciri-ciri tersebut tidak mampu


mengungkapkan besarnya dana yang dikeluarkan untuk setiap kegiatan, dan
bahkan anggaran tradisional tersebut gagal dalam memberikan informasi tentang
besarnya rencana kegiatan. Oleh karena tidak tersedianya berbagai informasi
tersebut, maka satu-satunya tolok ukur yang dapat digunakan untuk tujuan
pengawasan hanyalah tingkat kepatuhan penggunaan anggaran.

Masalah utama anggaran tradisional adalah terkait dengan tidak adanya perhatian
terhadap konsep value for money. Konsep ekonomi, efisiensi dan efektivitas
seringkali tidak dijadikan pertimbangan dalam penyusunan anggaran tradisional.
Dengan tidak adanya perhatian terhadap konsep value for money ini, seringkali
pada akhir tahun anggaran terjadi kelebihan anggaran yang pengalokasiannya
kemudian dipaksakan pada aktivitas-aktivitas yang sebenarnya kurang penting
untuk dilaksanakan.

Dilihat dari berbagai sudut pandang, metode penganggaran tradisional memiliki


beberapa kelemahan, antara lain (Mardiasmo, 2002) :

a) Hubungan yang tidak memadai (terputus) antara anggaran tahunan dengan


rencana pembangunan jangka panjang.
b) Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah besar pengeluaran tidak
pernah diteliti secara menyeluruh efektivitasnya.
c) Lebih berorientasi pada input daripada output. Hal tersebut menyebabkan
anggaran tradisional tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk membuat
kebijakan dan pilihan sumber daya, atau memonitor kinerja. Kinerja
dievaluasi dalam bentuk apakah dana telah habis dibelanjakan, bukan
apakah tujuan tercapai.

8|P a g e
d) Sekat-sekat antar departemen yang kaku membuat tujuan nasional secara
keseluruhan sulit dicapai. Keadaan tersebut berpeluang menimbulkan
konflik, overlapping, kesenjangan dan persaingan antar departemen.
e) Proses anggaran terpisah untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran
modal/investasi.
f) Anggaran tradisional bersifat tahunan. Anggaran tahunan tersebut
sebenarnya terlalu pendek, terutama untuk proyek modal dan hal tersebut
dapat mendorong praktik-praktik yang tidak diinginkan (korupsi dan kolusi).
g) Sentralisasi penyiapan anggaran, ditambah dengan informasi yang tidak
memadai menyebabkan lemahnya perencanaan anggaran. Sebagai akibatnya
adalah munculnya budget padding atau budgetary slack.
h) Persetujuan anggaran yang terlambat, sehingga gagal memberikan
mekanisme pengendalian untuk pengeluaran yang sesuai, seperti seringnya
dilakukan revisi anggaran dan “manipulasi anggaran”.
i) Aliran informasi (sistem informasi finansial) yang tidak memadai yang
menjadi dasar mekanisme pengendalian rutin, mengidentifikasi masalah dan
tindakan.

Beberapa kelemahan anggaran tradisional di atas sebenarnya lebih banyak


merupakan kelemahan pelaksanaan anggaran, bukan bentuk anggaran tradisional.

2. Era New Public Management (NPM)


Reformasi sektor publik yang salah satunya ditandai dengan munculnya era New
Public Management telah mendorong usaha untuk mengembangkan pendekatan
yang lebih sistematis dalam perencanaan anggaran sektor publik. Seiring dengan
perkembangan tersebut, muncul beberapa teknik penganggaran sektor publik,
misalnya adalah teknik anggaran kinerja (performance budgeting), Zero Based
Budgeting (ZBB), dan Planning, Programming, and Budgeting System (PPBS).
Pendekatan baru dalam sistem anggaran publik tersebut cenderung memiliki
karakteristik umum sebagai berikut :
a) Komprehensif/komparatif;
b) Terintegrasi dan lintas departemen;
c) Proses pengambilan keputusan yang rasional;
d) Berjangka panjang;

9|P a g e
e) Spesifikasi tujuan dan perangkingan prioritas;
f) Analisis total cost dan benefit (termasuk opportunity cost);
g) Berorientasi input, output, dan outcome (value for money), bukan sekedar
input; dan
h) Adanya pengawasan kinerja.

Traditional budget didominasi oleh penyusunan anggaran yang bersifat line-item


dan incrementalism, yaitu proses penyusunan anggaran yang hanya mendasarkan
pada besarnya realisasi anggaran tahun sebelumnya, konsekuensinya tidak ada
perubahan mendasar atas anggaran baru. Hal ini seringkali bertentangan dengan
kebutuhan riil dan kepentingan masyarakat. Dengan basis seperti ini, APBD
masih terlalu berat menahan arahan, batasan, serta orientasi subordinasi
kepentingan pemerintah atasan.

Hal tersebut menunjukkan terlalu dominannya peranan pemerintah pusat terhadap


pemerintah daerah. Besarnya dominasi ini seringkali mematikan inisiatif dan
prakarsa Pemerintah Daerah, sehingga memunculkan fenomena pemenuhan
petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dari pemerintah pusat.

Performance budget pada dasarnya adalah sistem penyusunan dan pengelolaan


anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja. Kinerja
tersebut harus mencerminkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, yang
berarti harus berorientsi pada kepentingan publik. Merupakan kebutuhan
masyarakat daerah untuk menyelenggarakan otonomi secara luas, nyata dan
bertanggung jawab dan otonomi daerah harus dipahami sebagai hak atau
kewenangan masyarakat daerah untuk mengelola dan mengatur urusannya
sendiri. Aspek atau peran pemerintah daerah tidak lagi merupakan alat
kepentingan pemerintah pusat belaka melainkan alat untuk memperjuangkan
aspirasi dan kepentingan daerah.

Perubahan dalam pengelolaan keuangan daerah harus tetap berpegang pada


prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah (anggaran) yang baik. Prinsip
manajemen keuangan daerah yang diperlukan untuk mengontrol kebijakan
keuangan daerah tersebut meliputi :

10 | P a g e
1. Akuntabilitas

Akuntabilitas (accountability) secara harfiah dapat diartikan sebagai


"pertanggungjawaban". Namun penerjemahan secara sederhana ini dapat
mengaburkan arti dari kata accountability itu sendiri bila telah dikaitkan dengan
pengertian akuntansi dan manajemen. Governmental Accounting Standard Board
(GASB) di Amerika Serikat mendefinisikan istilah accountability sebagai "the
requirement for government to answer to the citizenry—to justify the raising of
public resources and the purposes for which they are used" (Nazarudin, 1992
dalam Nurkholis, 2002).

Dalam rumusan yang lebih tegas, Patricia Douglas dalam bukunya


"Governmental and Nonprofit Organizations: Theory and Practices",
sebagaimana dikutip oleh Sugijanto, et al (1995) dalam Nurkholis (2002)
menguraikan fungsi akuntabilitas tersebut meliputi tiga unsur: (1) memberikan
informasi tentang keputusan dan tindakan yang diambil; (2) pihak internal dapat
diminta untuk meninjau informasi, dan (3) tindakan korektif dapat dilakukan jika
perlu. Akuntabilitas adalah prinsip pertanggungjawaban publik yang berarti
bahwa proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan dan
pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan
kepada DPRD dan masyarakat. Akuntabilitas mensyaratkan bahwa pengambil
keputusan berperilaku sesuai dengan mandat yang diterimanya. Untuk ini,
perumusan kebijakan, bersama-sama dengan cara dan hasil kebijakan tersebut
harus dapat diakses dan dikomunikasikan secara vertikal maupun horizontal
dengan baik.

Jadi, suatu entitas (atau organisasi) yang accountable adalah entitas yang mampu
menyajikan informasi secara terbuka mengenai keputusan-keputusan yang telah
diambil selama beroperasinya entitas tersebut, memungkinkan pihak luar
(misalnya legislatif, auditor, atau masyarakat secara luas) mereview informasi
tersebut, serta bila dibutuhkan harus ada kesediaan untuk mengambil tindakan
korektif. Dengan demikian penggunaan istilah akuntabilitas publik mengandung
makna yang jelas bahwa hasil-hasil operasi termasuk di dalamnya keputusan-
keputusan dan kebijakan yang diambil/dianut oleh suatu entitas harus dapat

11 | P a g e
dijelaskan dan dipertanggungjawabkan kepada publik (masyarakat) dan
masyarakat harus pada posisi untuk dapat mengakses informasi.

Karena akuntabilitas juga menyangkut fungsi pengawasan, maka informasi yang


disajikan kepada publik tersebut harus dimungkinkan untuk dapat diaudit oleh
aparat pengawasan fungsional. Dalam kaitan ini akuntansi pemerintahan sebagai
penyedia informasi (terutama yang besifat keuangan) dari aktivitas penggunaan
resources oleh entitas pemerintah (sektor publik) memegang peranan yang sangat
signifikan. Karena tujuan akuntansi (pelaporan keuangan) seringkali diturunkan
dari tujuan entitas, maka tujuan peningkatan kesejahteraan masyarakat (publik)
merupakan landasan pelaksanaan akuntansi pemerintahan (nonprofit
organization).

2. Value for money

Value for money berarti diterapkannya tiga prinsip dalam proses penganggaran
yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Ekonomi berkaitan dengan pemilihan
dan penggunaan sumber daya dalam jumlah dan kualitas tertentu pada harga yang
paling murah. Efisiensi berarti bahwa penggunaan dana masyarakat (public
money) tersebut dapat menghasilkan output yang maksimal (berdaya guna).
Efektivitas berarti bahwa penggunaan anggaran tersebut harus mencapai target-
target atau tujuan kepentingan public.

Indikasi keberhasilan otonomi daerah dan desentralisasi adalah terjadinya


peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat (social welfare) yang
semakin baik, kehidupan demokrasi yang semakin maju, keadilan, pemerataan,
serta adanya hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah.
Keadaan tersebut hanya akan tercapai apabila lembaga sektor publik dikelola
dengan memperhatikan konsep value for money.

Dalam konteks otonomi daerah, value for money merupakan jembatan untuk
menghantarkan pemerintah daerah mencapai good governance. Value for money
tersebut harus dioperasionalkan dalam pengelolaan keuangan daerah dan
anggaran daerah. Untuk mendukung dilakukannya pengelolaan dana publik
(public money) yang mendasarkan konsep value for money, maka diperlukan

12 | P a g e
sistem pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah yang baik. Hal tersebut
dapat tercapai apabila pemerintah daerah memiliki sistem akuntansi yang baik.

3. Kejujuran Dalam Pengelolaan Keuangan Publik (Probity)

Pengelolaan keuangan daerah harus dipercayakan kepada staf yang memiliki


integritas dan kejujuran yang tinggi, sehingga kesempatan untuk korupsi dapat
diminimalkan.

4. Transparansi

Transparansi adalah keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan-


kebijakan keuangan daerah sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh DPRD dan
masyarakat. Transparansi pengelolaan keuangan daerah pada akhirnya akan
menciptakan horizontal accountability antara pemerintah daerah dengan
masyarakatnya sehingga tercipta pemerintahan daerah yang bersih, efektif,
efisien, akuntabel, dan responsif terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat.

5. Pengendalian

Penerimaan dan pengeluaran daerah (APBD) harus selalu dimonitor, yaitu


dibandingkan antara yang dianggarkan dengan yang dicapai. Untuk itu perlu
dilakukan analisis varians (selisih) terhadap penerimaan dan pengeluaran daerah
agar dapat sesegera mungkin dicari penyebab timbulnya varians dan tindakan
antisipasi ke depan. Prinsip-prinsip yang mendasari pengelolaan keuangan daerah
tersebut harus senantiasa dipegang teguh dan dilaksanakan oleh penyelenggara
pemerintahan, karena pada dasarnya masyarakat (publik) memiliki hak dasar
terhadap pemerintah.
D. PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN SEKTOR PUBLIC
Proses penyusunan anggaran sektor publik umumnya disesuaikan dengan peraturan lembaga
yang lebih tinggi. Sejalan dengan pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Daerah, yang kemudian direvisi menjadi UU
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, lahirlah tiga paket perundang-
undangan, yaitu UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara dan UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

13 | P a g e
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan UU Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, yang telah membuat perubahan mendasar dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pengaturan keuangan, khususnya Perencanaan dan Anggaran Pemerintah
Daerah dan Pemerintah Pusat.

KESIMPULAN

Penganggaran sektor public (Public Budgeting) menurut Rubenstein (2002) adalah:


“A plan for introducing programs deal with objectives and goals within a period,
including an estimate of resources required, usually compared with past periods and
showing future requirements"

Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu menentukan tingkat kebutuhan


masyarakat, seperti listrik, air bersih, kualitas kesehatan, pendidikan, dan sebagainya
agar terjamin secara layak. Selain itu anggaran sektor publik juga merefleksikan
perubahan prioritas kebutuhan dan kegiatan masyarakat.

Anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama (Rubesnstein, 2002,


Mardiasmo, 2002), yaitu :

a. Anggaran Sebagai Alat Perencanaan (Planning Tool)


b. Anggaran Sebagai Alat Pengendalian (Control Tool)
c. Anggaran Sebagai Alat Kebijakan Fiskal (Fiscal Tool)
d. Anggaran Sebagai Alat Politik (Political Tool)
e. Anggaran Sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi (Coordination and
Communication Tool)
f. Anggaran Sebagai Alat Penilaian Kinerja (Performance Measurement Tool)
g. Anggaran Sebagai Alat Motivasi (Motivation Tool)

DAFTAR PUSTAKA

Buku Akuntansi Sektor Publik, Indra Bastian

https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=tcqPDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR5&dq=penganggaran+sektor+

14 | P a g e
publik+artikel+jurnal&ots=xaBAcqnTSG&sig=LnaGYOqeM_tR0mS6rp2Iep5pJ
bw&redir_esc=y#v=onepage&q=penganggaran%20sektor%20publik%20artikel
%20jurnal&f=false

15 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai