Anda di halaman 1dari 19

PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK

Kelompok 3 :

Azmi Farah Nisrina 18312128


Hernita Nur Shafa 18312130
Marini Ayu Gifari 18312134
Khoriya 18312146
Nabila Ayunani 18312149

Akuntansi Sektor Publik


Kelas B

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONEISA
2020
A. PENDAHULUAN
Anggaran merupakan instrumen perencanaan dan pengendalian manajemen
yang penting dalam organisasi sektor publik. Berbeda dengan sektor swasta,
penyusunan anggaran pada sektor swasta merupakan dokumen rahasia sehingga
tertutup bagi pihak luar, sedangkan di sektor publik anggaran merupakan dokumen
justru harus diinformasikan kepada pihak luar untuk dikritik dan didiskusikan dengan
tujuan untuk mendapatkan masukan, kritik, dan dapat diberi masukan. Anggaran
sektor publik harus bersifat partisipatif, yaitu melibatkan masyarakat dalam
perencanaan anggaran agar aspirasi dan kebutuhan publik dapat diakomodasi dalam
anggaran. Anggaran sektor publik merupakan blue print organisasi tentang rencana
dan kegiatan yang akan dilaksanakan dan masa depan yang akan diwujudkan.
Peranan penting anggaran dalam organisasi sektor publik berasal dari
kegunaannya dalam menentukan estimasi pendapatan atas jumlah tagihan atau jasa
yang diberikan. anggaran adalah proses yang dilakukan organisasi sektor publik untuk
mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya ke dalam kebutuhan-kebutuhan yang
tidak terbatas. Organisasi sektor publik tentu berkeinginan untuk memberikan
pelayanan yang maksimal kepada masyarakat namun sering terkendala oleh
terbatasnya sumber daya yang dimiliki.
Proses penganggaran dalam sektor publik dimulai ketika perumusan strategi
dan perencanaan strategik telah selesai dilakukan. Dalam hal ini, anggaran merupakan
hasil implementasi dari perumusan strategi dan perencanaan yang telah dibuat dan
ditetapkan. Proses penyusunan anggaran menjadi sangat penting karena anggaran
yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja dapat menggagalkan suatu
strategi yang sudah disusun.

B. PEMBAHASAN
Dalam organisasi sektor publik, anggaran memiliki berbagai pengertian
tersendiri. Menurut Mardiasmo (2009:67), “Anggaran merupakan pernyataan
mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang
dinyatakan dalam ukuran finansial.” Kemudian menurut pendapat Indra Bastian
(2010:191), anggaran dapat diinterpretasikan sebagai “Paket pernyataan menyangkut
perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau
beberapa periode mendatang. Dalam anggaran selalu disertakan data penerimaan dan
pengeluaran yang terjadi di masa lalu.” Oleh karena itu, penulis dapat mengambil
keputusan bahwa anggaran adalah tindakan yang akan dilaksanakan oleh sektor
publik menyangkut perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan
terjadi di masa depan.
Anggaran Sektor Publik memiliki berbagai peran, baik dari aspek mikro
maupun makro. dalam aspek mikro anggaran sektor publik dapat berperan dalam
melaksanakan tugas dan fungsi perintah yaitu melakukan alokasi, distribusi, dan
stabilisasi. Anggaran sektor publik dari sudut pandang makro berfungsi sebagai alat
untuk mengalokasikan sumber daya publik melakukan distribusi ekonomi, dan
menciptakan stabilitas ekonomi, sosial, dan politik. Berikut ini peran anggaran dari
aspek mikro:
1. Anggaran Sebagai Alat Alokasi
Anggaran sektor publik berfungsi sebagai alat alokasi yaitu untuk
mengalokasikan anggaran ke dalam urusan, fungsi organisasi, dan program kerja.
Alokasi berdasarkan urusan, misalnya urusan pemerintahan. Urusan
pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan kewajiban
setiap tingkatan dan atau susunan pemerintahan untuk mengatur dan mengurus
fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangka melindungi,
melayani, memberdayakan, dan mensejahterakan masyarakat. Urusan organisasi
meliputi urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib merupakan bidang-bidang
yang menjadi kewajiban pemerintah untuk melaksanakannya, sedangkan urusan
pilihan merupakan bidang-bidang tertentu yang menjadi pilihan untuk
dikembangkan.
Alokasi berdasarkan organisasi, yaitu sesuai dengan struktur organisasi yang
ada. Pada pemerintah pusat APBN dialokasi ke unit organisasi pemerintah yang
terdiri atas kementerian dan lembaga negara (K/ L). Sedangkan pada pemerintah
daerah APBD dialokasikan ke unit organisasi pemerintah daerah berupa satuan
kerja perangkat daerah (SKPD).
Alokasi berdasarkan program, berupa plafon anggaran untuk setiap program
kerja dan rincian anggaran biaya program yang terdiri atas belanja pegawai,
belanja barang dan jasa serta belanja modal untuk pelaksanaan program.
2. Anggaran Sebagai Alat Distribusi
Anggaran sektor publik juga berfungsi sebagai alat distribusi, yaitu untuk
mendistribusikan pendapatan atau sumber daya publik agar terjadi pemerataan dan
keadilan ekonomi. Melalui anggaran sektor publik ketimpangan ekonomi antar
daerah dan antara masyarakat miskin dengan yang kaya dapat dikurangi.
Mekanisme distribusi ekonomi melalui anggaran sektor publik dilakukan dalam
bentuk pemberian subsidi kepada masyarakat, pemberian dana transfer atau
perimbangan, dan melalui program-program pro-rakyat. Setiap tahun pemerintah
melalui APBN memberikan subsidi kepada masyarakat. Subsidi pemerintah
tersebut berupa subsidi energi, seperti subsidi BBM dan listrik; serta subsidi non
energi, seperti subsidi bahan pangan, pupuk, kesehatan, obat-obatan, pendidikan,
dan transportasi. Pemberian subsidi tersebut dimaksudkan untuk mengurangi
kesenjangan ekonomi antara masyarakat miskin dan kaya. Sementara itu untuk
mengurangi kesenjangan ekonomi antar daerah, pemerintah memberikan dana
perimbangan sebagai bentuk subsidi silang dari daerah kaya ke daerah yang
miskin sumber daya ekonominya.
3. Anggaran Sebagai Alat Stablilisasi
Anggaran sektor publik berfungsi sebagai alat stabilisasi, yaitu untuk
menciptakan stabilitas ekonomi, sosial, dan politik. Melalui kebijakan fiskal,
pemerintah dapat melakukan stabilisasi ekonomi berupa pengendalian inflasi,
stabilitas nilai tukar Rupiah serta mendorong pertumbuhan ekonomi. Anggaran
sektor publik dapat digunakan untuk menciptakan stabilitas sosial. Melalui
pemberian anggaran untuk bantuan sosial, bantuan keuangan, dan dana bencana
dapat mengurangi terjadinya konflik dan friksi sosial.
Anggaran juga dapat digunakan untuk menciptakan stabilitas politik untuk
menghindari konflik politik di masyarakat. Melalui model anggaran partisipatif
dapat menciptakan ruang publik untuk berpartisipasi dalam proses penganggaran
sehingga aspirasi dan kepentingan mereka terakomodasi dalam anggaran.
Anggaran sektor publik merupakan komitmen dan kesepakatan antara eksekutif
dengan legislatif atas penggunaan dana publik untuk kepentingan tertentu.

Peran anggaran sektor publik dalam aspek mikro terkait dengan fungsi anggaran
dalam sistem perencanaan dan pengendalian manajemen organisasi. Peran Anggaran
dalam organisasi sektor publik:
1. Sebagai Alat Perencanaan
Sebagai alat perencanaan, anggaran sektor publik merupakan alat yang
digunakan untuk melakukan berbagai perencanaan berisi estimasi pendapatan
yang akan diterima dan pengeluaran yang akan dilakukan selama periode
anggaran. Selain itu, rencana program dan kegiatan yang akan dilakukan serta
kebutuhan dana yang diperlukan dan target kinerja yang hendak dicapai.
2. Sebagai Alat Pengendalian
Anggaran sektor publik berfungsi sebagai instrumen yang dapat
mengendalikan terjadinya pemborosan, kebocoran dan korupsi anggaran.
Berdasarkan anggaran yang diajukan pemerintah menyajikan rencana detail
tentang penerimaan dan pengeluaran yang harus dipertanggungjawabkan kepada
publik. Dalam organisasi sektor publik, anggaran dapat digunakan untuk
mengendalikan perilaku pejabat publik dari tindakan yang menyimpang dan
penyalahgunaan anggaran negara. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam ayat 3
pasal 3 UU No. Tahun 2004 tentag perbendaharaan negara.
3. Alat Koordinasi dan Komunikasi
Sebagai alat koordinasi, anggaran sektor publik merupakan instrumen untuk
melakukan koordinasi antara unit kerja organisasi dalam proses perencanaan,
pelaksanaan dan pertanggungjawaban. Serta sebagai alat komunikasi antara
eksekutif dan legislatif sebagai pelaksanaan fungsi budget, legislasi dan
pengawasan.
Mengapa diperlukan koordinasi? Anggaran diperlukan sebagai alat koordinasi
agar dapat menyinkronkan program kerja dengan anggaran unit kerja yang lainnya
sehingga tidak terjadi duplikasi program dan anggaran. Selain itu, menyinkronkan
program kerja dengan anggaran unit-unit kerja agar sesuai dengan visi, misi,
tujuan, target dan strategi yang dituangkan dalam perencanaan baik jangka
panjang maupun pendek.
4. Alat Penilaian Kinerja
Suatu organisasi atau manajer dinilai kinerjanya berdasarkan realisasi dengan
target anggaran. Kinerja pendapatan dinilai baik apabila realisasinya lebih besar
daripada anggarannya, karena anggaran pendapatan merupakan batas minimal atas
pendapatan yang diperoleh.
5. Alat Motivasi
Sebagai alat motivasi jika pencapaian target anggaran diikuti dengan adanya
insentif,bonus, dan kompensasi yang berbentuk keuangan atau penghargaan sosial
dan psikologi yang bersifat non-keuangan atas prestasi yang telah dicapai.
Anggaran yang baik itu adalah anggaran yang targetnya menantang dan juga
realistis bisa dicapai.
Anggaran sektor publik mengalami perkembangan yang cukup pesat terutama
setelah adanya gerakan reformasi sektor publik di berbagai negara. Berikut adalah
beberapa jenis anggaran sektor publik :
1. Line Item Budget
Merupakan sistem anggaran yang menyajikan anggaran belanja berdasarkan
input atau sumber daya yang digunakan. Dalam prakteknya sistem ini tidak jarang
memakai kemampuan “menghabiskan atau menyerap anggaran” sebagai salah
satu indikator penting untuk mengukur keberhasilan suatu organisasi, sebagai
akibatnya dalam praktik sering terjadi perilaku birokrat atau pegawai yang selalu
berusaha untuk menghabiskan anggaran tanpa melihat hasil dan kualitas kinerja.
Kelemahan line-item budget adalah sangat berorientasi pada input organisasi
tetapi tidak mengukur efisiensi dan efektivitas program atau kinerja. Oleh karena
itu sistem ini kurang baik untuk mengukur akuntabilitas kinerja yang menekankan
pelaksanaan value for money (ekonomi, efisiensi & efektivitas).
Meskipun line-item budget dikategorikan sebagai “traditional budgeting” dan
mempunyai banyak kelemahan, tetapi hingga saat ini masih ada organisasi sektor
publik yang menerapkan. Bahkan sudah dilakukan reformasi anggaran sektor
publik, line-item budget tidak bisa dihilangkan begitu saja dan dalam beberapa
bentuk telah dikombinasikan dengan sistem anggaran modern. Line-item budget
dalam anggaran modern masih muncul dalam bentuk pos (akun) anggaran yang
selalu tetap ada dalam struktur anggaran.
Contoh anggaran Line Item Budget :
2. Incremental Budget
Selain bersifat line-item budget, anggaran tradisional juga bersifat incremental
budget. Incremental budget merupakan sistem penganggaran yang hanya
menambah atau mengurangi jumlah anggaran dengan menggunakan data anggaran
tahun lalu sebagai dasar perencanaan tahun sekarang atau anggaran tahun
sekarang sebagai dasar perencanaan anggaran tahun depan tanpa dilakukan kajian
yang mendalam. Incremental budget digunakan untuk kegiatan yang selalu ada
atau rutin dilakukan setiap tahun atau untuk program dan kegiatan rutin yang
berkesinambungan. Kelebihan sistem incremental budget adalah cocok untuk
penganggaran kegiatan yang sifatnya rutin dan selalu dilakukan, misalnya;
kegiatan administrasi kantor, pemeliharaan dan operasional rutin organisasi.
Sistem ini juga mudah dilakukan karena tidak harus merumuskan dari awal
tentang pos-pos anggaran apa saja yang dibutuhkan untuk pelaksanaan suatu
program kegiatan dan operasi organisasi.
Kelemahan sistem ini antara lain adalah karena menggunakan data akhir tahun
lalu sebagai dasar penganggaran maka seringkali terjadi duplikasi anggaran yang
semestinya tidak diperlukan lagi tetapi masih tetap terus dianggarkan sehingga
menyebabkan pemborosan anggaran. Selain itu dasar kenaikan dan penurunan pos
anggaran terkadang tidak melalui analisis yang memadai sesuai dengan kebutuhan
anggaran yang rasional. Jika anggaran tahun lalu yang dijadikan sebagai dasar
merupakan anggaran yang tidak efisien, maka sangat mungkin inefisiensi
anggaran
Contoh anggaran incremental budget :

3.
Planning, Programming, Budgeting System (PPBS)
Salah satu aspek reformasi manajemen keuangan dan akuntansi sektor publik
adalah upaya mereformasi anggaran dari sistem anggaran tradisional menjadi
anggaran modern yang berorientasi pada pendekatan new public. Anggaran
manajemen sektor publik tersebut salah satunya adalah Planning, Programming,
Budgeting System (PPBS). Planning programming budgeting system (PPBS)
merupakan teknik penganggaran yang didasarkan pada teori sistem yang
berorientasi pada output dan tujuan dengan penekanan utamanya adalah alokasi
sumber daya.
PPBS menjabarkan program kerja dalam bentuk anggaran yang diperlukan
untuk masing-masing program. Pengalokasian anggaran pada sistem ini dilakukan
berdasarkan fungsi dan jenis program. Program kerja yang dibuat harus dikaitkan
dengan tujuan dan program yang disusun dapat bertingkat mulai dari program
utama, kategori program, dan elemen program.. Dalam sistem PPBS terdapat dua
bagian utama yaitu struktur program dan analisis program. Struktur program berisi
kerangka konseptual yang mengaitkan sumberdaya, program dan kegiatan dengan
tujuan. Program analisis terkait dengan analisis biaya dan manfaat untuk masing-
masing program serta alokasi anggarannya. PPBS meliputi tiga level manajemen,
yaitu :
a. Manajemen kebijakan (policy management), berisi identifikasi kebutuhan,
analisis pilihan alternatif program, pemilihan program, dan alokasi anggaran
b. Manajemen sumber daya (resource management), berisi penetapan sistem
pendukung utama berupa perbaikan struktur anggaran dan praktik manajemen
keuangan.
c. Manajemen program (program management), berisi implementasi kebijakan,
strategi program, dan kegiatan; akuntansi, pelaporan, dan evaluasi.

Contoh anggaran PPBS :


4. Zero Based Budgeting
Merupakan sistem penganggaran yang menjadikan setiap anggaran merupakan
anggaran yang baru sehingga dimulai dari nol. Kelebihan ZBB antara lain
anggaran didasarkan kebutuhan riil bukan sekedar mengulang dan meneruskan
program lama sehingga hal ini dapat mengurangi terjadinya duplikasi dan
pemborosan anggaran. Kelemahan ZBB cukup rumit dalam penyusunannya dan
sulit pada implementasinya, prosesnya memakan waktu, terlalu teoritis dan tidak
praktis, membutuhkan biaya yang besar, dan juga sistem ZBB ini membutuhkan
banyak kertas kerja, data, serta menuntut penerapan sistem manajemen informasi
yang cukup canggih. Dalam penyusunan anggaran dengan pendekatan ZBB
terdapat tiga langkah dasar, yaitu:
a. Mengidentifikasi unit keputusan
b. Mereview dan menyusun peringkat paket kebutuhan
c. Membuat atau mengembangkan paket keputusan. Dalam hal ini ada dua jenis
paket keputusan, yaitu:
1) Paket keputusan Mutually Exclusive - Paket keputusan ini bertujuan untuk
mengidentifikasi beberapa alternatif yang sesuai dengan fungsi
manajemen.
2) Paket keputusan Incremental - Paket keputusan ini mengidentifikasi jenis
kegiatan, biaya, serta dampak kegiatan fungsi manajemen.
Contoh Anggaran Zero Based Budgeting
5. Performance Budget
Performance Budget atau Anggaran Kinerja merupakan sistem penganggaran
yang dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara anggaran (input)
dengan keluaran (output) dan hasil (outcome) dari kegiatan dan program termasuk
efisiensi dalam pencapaian keluaran tersebut. Penyusunan anggaran berbasis
kinerja dilakukan dengan mengaitkan setiap anggaran program dan kegiatan
dengan target kinerja, indikator kinerja, capaian kinerja, standar satuan harga,
analisa standar belanja, dan standar pelayanan minimal.
Anggaran kinerja merupakan sistem penganggaran yang diadopsi oleh
pemerintah Indonesia dalam perencanaan APBN dan APBD termasuk
perencanaan anggaran SKPD di pemerintah daerah.

Proses penyusunan anggaran sektor publik terdiri dari beberapa tahapan, sebagai
berikut:
1. Perencanaan
Perencanaan anggaran dapat dilakukan dengan pendekatan top down budget
planning, bottom up, atau kombinasi antara top down budget dan bottom up
budget. Dalam pendekatan top down budget, rencana anggaran telah ditetapkan
oleh organisasi atasan sedangkan unit organisasi di bawahnya tinggal
melaksanakan. Sementara untuk bottom up budget (anggaran partisipasi), unit
kerja mengajukan usulan anggaran sedangkan manajemen atasnya mengevaluasi
dan menyetujui anggaran unit. Perencanaan anggaran sektor publik di Indonesia
khususnya untuk penyusunan RAPBN dan RAPBD dilakukan dengan pendekatan
anggaran partisipasi.
Pertama, periode Januari sampai dengan April, Kementrian Keuangan dan
Bappenas melakukan penyusunan dan perencanaan besaran pagu indikatif baik
anggaran K/L maupun non K/L yang sifatnya mengikat dan tidak mengikat.
Prosesnya dilakukan dengan melakukan monitoring kegiatan tahun berjalan untuk
digunakan sebagai angka dasar bagi perencanaan tahun selanjutnya dan
perencanaan jangka menengah. Selanjutnya untuk mencapai efisiensi alokasi nya,
diperlukan penerapan sistem penganggaran yang kredibel sejak penerapan alokasi
sampai pelaksanaan dan pertanggungjawaban. Menteri Negara PPN/Bappenas dan
Menteri Keuangan menetapkan Surat Edaran Bersama tentang pagu indikatif,
yang merupakan ancar-ancar pagu anggaran Kementerian Negara/Lembaga (K/L)
untuk setiap program sebagai acuan penyusunan rencana kinerja K/L. Pada waktu
yang sama, setiap Kementerian Negara/Lembaga menyiapkan rancangan rencana
kerja K/L untuk tahun berikutnya.
Kedua, periode Mei sampai dengan Agustus, pemerintah menyampaikan
pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro tahun anggaran
berikutnya ke DPR selambat-lambatnya pertengahan bulan Mei tahun berjalan.
Pemerintah bersama DPR membahas kebijakan umum dan prioritas anggaran
dengan hasil pembahasan kebijakan umum dan prioritas anggaran serta
mempertimbangkan indikator kerangka ekonomi makro, Menteri Keuangan
menetapkan Surat Edaran tentang Pagu Sementara yang kemudian digunakan K/L
untuk menyusun Rencana Kerja Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-
KL) dengan pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah, penganggaran
terpadu, dan penganggaran berbasis kinerja.
Rencana kerja anggaran yang disusun K/L disampaikan dan dibahas dengan
DPR yaitu Komisi I s.d XI yang hasilnya disampaikan kepada Menteri keuangan
dan Bappenas selambat-lambatnya pada bulan Juli. Kemudian Bappenas akan
menelaah kesesuaian antara RKA-KL hasil pembahasan bersama DPR dengan
RKP, sedangkan Kementerian Keuangan akan menelaah kesesuaian antara RKA-
KL hasil pembahasan bersama DPR dengan Surat Edaran Menteri Keuangan
tentang Pagu Sementara.
Selanjutnya, pada pertengahan bulan Agustus, Pemerintah mengajukan Nota
Keuangan dan RAPBN beserta RUU APBN dan himpunan RKA-K/L kepada
DPR untuk dibahas bersama guna memperoleh persetujuan. Tahapan ini dimulai
dengan pidato Presiden pengantar RUU APBN dan Nota Keuangannya.
Selanjutnya, dilakukan pembahasan antara Menteri Keuangan selaku wakil
Pemerintah dan Panitia Anggaran DPR, yang pengambilan keputusannya
dilakukan selambat-lambatnya dua bulan sebelum tahun anggaran dilaksanakan.
Hasil keputusan tersebut ditindaklanjuti dengan pembahasan antara komisi dengan
kementerian negara/lembaga mitra kerja terkait. Selanjutnya, RKA-KL yang telah
disepakati DPR ditetapkan dalam Keputusan Presiden tentang Rincian APBN
selambat-lambatnya akhir bulan November untuk dijadikan dasar oleh K/L dalam
menyusun konsep dokumen anggaran (DIPA).
Konsep DIPA disampaikan kepada Menteri Keuangan (Ditjen
Perbendaharaan) selaku Bendahara Umum Negara selambat-lambatnya minggu
kedua bulan Desember sehingga bisa disahkan oleh Menteri Keuangan selambat-
lambatnya tanggal 31 Desember.

2. Pengesahan (Ratifikasi)
Setelah rencana anggaran selesai disusun oleh eksekutif, tahap selanjutnya
adalah pembahasan dan pengesahan oleh dewan legislatif sebagai pelaksanaan hak
budget. Pembahasan di dewan meliputi dua tahapan, yaitu pembahasan di tingkat
komisi badan anggaran dan pembahasan di tingkat sidang paripurna dewan. Tahap
pengesahan anggaran oleh dewan legislatif merupakan tahap yang sangat penting,
sebab tanpa mendapatkan persetujuan dewan, anggaran yang diusulkan eksekutif
tidak dapat dilaksanakan. Dalam hal rencana anggaran tidak disetujui dewan,
maka pemerintah harus menggunakan anggaran tahun lalu sebagai dasar
pelaksanaan anggaran.
3. Pelaksanaan
Anggaran dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan dewan. Pada tahap
ini pengguna anggaran mengajukan permintaan pencairan anggaran berdasarkan
rencana penarikan dana yang dituangkan dalam Dokumen Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) untuk pemerintah pusat dan dokumen pelaksanaan anggaran
satuan kerja perangkat daerah (DPA-SKPD). Pelaksanaan anggaran terdapat dua
aktivitas utama, yaitu penatausahaan anggaran dan pencatatan akuntansi.
Penatausahaan merupakan proses pengajuan anggaran hingga diterimanya
pencairan dana anggaran, sedangkan pengakuntansian adalah proses pencatatan ke
dalam buku catatan akuntansi atas penggunaan dana anggaran yang sudah
diterima hingga menghasilkan laporan pelaksanaan anggaran.
4. Pelaporan dan Pertanggungjawaban
Tahap terakhir siklus anggaran adalah pelaporan dan pertanggungjawaban.
Realisasi atas pelaksanaan anggaran dilaporkan dalam Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) dan Laporan Operasional (LO). Laporan pelaksanaan anggaran
merupakan bagian dari laporan pertanggungjawaban presiden dan kepala daerah
yang harus disampaikan kepada dewan legislatif dan masyarakat.

Dalam penganggaran sektor publik, anggaran dapat mempengaruhi perilaku


pimpinan dan pegawai yang berperan sebagai pelaksana anggaran. Beberapa aspek
perilaku dalam penganggaran sektor publik antara lain :
1. Partisipasi Anggaran
Merupakan pelibatan staf dan manajer dalam proses penyusunan anggaran.
Partisipasi anggaran dapat meningkatkan motivasi dan tanggung jawab staf dan
manajer terhadap pencapaian target anggaran dan sebaliknya.
2. Keterlibatan Manajer Senior
Penting untuk menghasilkan anggaran yang berkualitas. Manajemen senior
tercermin dalam peran aktif Tim Anggaran Pemerintah dalam memberikan arahan
evaluasi, dan koreksi terhadap usulan anggaran yang diajukan oleh unit kerja. Jika
tim anggaran pemerintah terlibat secara aktif dan bekerja secara serius maka
kualitas anggaran akan lebih baik.
3. Senjangan anggaran (budgetary slack)
Merupakan selisih antara jumlah yang dianggarkan dengan kemampuan atau
kebutuhan riil yang dimiliki pengguna anggaran. Senjangan positif apabila jumlah
anggaran pendapatan lebih kecil dari kemampuan riil yang dimiliki pengguna
anggaran untuk menghasilkan pendapatan atau anggaran belanja lebih besar
daripada kebutuhan riil belanja yang diperlukan unit kerja. Senjangan negatif
apabila jumlah anggaran pendapatan lebih besar daripada kemampuan riil yang
dimiliki pengguna anggaran untuk menghasilkan pendapatan atau anggaran
belanja lebih ke daripada kebutuhan riil belanja yang diperlukan unit kerja.
Motivasi dilakukannya senjangan anggaran positif, untuk mendapatkan
penghargaan, bonus, insentif, dan kemudahan dalam mencapai target anggaran.
Sedangkan motivasi senjangan anggaran negatif, agar dianggap pahlawan, suka
tantangan, dan karena tekanan atasan atau tekanan politik dari dewan.

Senjangan anggaran merupakan masalah yang umum, pasti ada dan hampir
tidak mungkin dihilangkan. Namun harus dilakukan upaya untuk mengurangi
besarnya senjangan anggaran. Cara mengurangi senjangan anggaran dengan
menerapkan anggaran partisipasi, meningkatkan peran aktif manajer senior dalam
perencanaan anggaran, pengawasan perencanaan anggaran oleh dewan, penetapan
analisis standar belanja, studi potensi pendapatan, dan transparansi anggaran
publik.
Penganggaran sektor publik merupakan suatu proses politik, bukan semata
permasalahan teknis akuntansi, keuangan, dan manajerial. Anggaran sektor Publik
merefleksikan pilihan tentang apa yang akan dilakukan pemerintah dan yang tidak
dilakukan. Anggaran merefleksikan prioritas program dan kegiatan yang harus
didahulukan dengan program yang bisa ditunda. Anggaran harus mendapat
persetujuan dewan legislatif (lembaga politik). Anggaran harus melalui proses
politik legislatif dan eksekutif. Ini menunjukkan bahwa anggaran sektor publik
merupakan instrumen politik.

Terdapat beberapa area/tahapan dalam siklus anggaran yang melibatkan terjadinya


proses politik anggaran :
1. Penentuan Kebijakan Anggaran (budget policy)
Dituangkan dalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) merupakan proses
politik, sebab kebijakan anggaran merupakan komitmen dan kesepakatan antara
eksekutif dengan legislatif. Berisi target pencapaian kinerja yang terukur dari
program-program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah yang disertai dengan
proyeksi pendapatan, alokasi belanja, sumber dan penggunaan pembiayaan yang
disertai dengan asumsi yang mendasarinya. Diajukan oleh eksekutif dan dibahas
bersama dengan legislatif.
2. Penentuan Prioritas Program dan Plafon Anggaran
Politik anggaran dapat terjadi dalam proses penentuan prioritas program dan
plafon anggaran. Dimungkinkan terjadi karena program yang dianggap prioritas
atau penting oleh legislatif belum tentu sama dengan yang diajukan oleh eksekutif.
Maka perlu negosiasi dan kesepahaman tentang apa yang menjadi prioritas
anggaran. Plafon anggaran merupakan batas maksimal anggaran yang boleh
dibelanjakan oleh unit kerja untuk pelaksanaan program, kegiatan, atau fungsi,
Namun untuk penentuan plafon anggaran tidak semata bersifat politis tetapi juga
terdapat pertimbangan teknis karena harus terdapat perhitungan yang wajar dan
rasional.
3. Penentuan Alokasi Anggaran
Plafon anggaran masih bersifat global belum rinci. Adapun rincian anggaran
terdapat dalam penentuan alokasi anggaran untuk masing-masing urusan, fungsi,
unit kerja, program, dan kegiatan. Penentuan alokasi anggaran lebih banyak terjadi
di wilayah eksekutif. Politik anggaran dalam penentuan alokasi anggaran terjadi
antara pengguna anggaran dengan anggaran eksekutif. Boleh jadi tim anggaran
eksekutif memiliki beda pandangan dengan pengguna anggaran tentang usulan
rencana anggaran, sehingga perlu penjelasan, diskusi, dan argumentasi agar usulan
anggaran tersebut dapat diterima dan disetujui oleh tim anggaran eksekutif.
4. Pembahasan Anggaran
Politik anggaran juga terjadi pada tahap pembahasan anggaran antara
eksekutif dengan legislatif. Pembahasan anggaran tingkat legislatif dilakukan
dalam dua tahap, pada tingkat komisi atau badan anggaran legislatif dan pada
sidang paripurna dewan. Pembahasan anggaran di tingkat komisi atau badan
anggaran legislatif sudah sangat rinci hingga ke obyek belanja per kegiatan yang
dituangkan dalam rencana kerja dan anggaran (RKA).
5. Perubahan Anggaran
Revisi anggaran dapat dilakukan jika terdapat hal-hal berikut:
a. Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kebijakan umum anggaran
b. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran (virement)
antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja
c. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus
digunakan untuk tahun berjalan
d. Keadaan darurat, seperti bencana alam
e. Keadaan luar biasa, yaitu keadaan yang menyebabkan estimasi penerimaan
atau pengeluaran dalam anggaran mengalami kenaikan atau penurunan lebih
besar dari 50%.
Perubahan anggaran harus melalui pembahasan dan persetujuan dewan.
Sangat dimungkinkan terjadi politik anggaran dalam proses revisi anggaran. Bisa
jadi aspirasi politik yang belum diakomodasi dalam rencana anggaran awal (initial
budget) akan diusulkan dalam anggaran perubahan.
6. Pertanggungjawaban Anggaran
Legislatif akan meminta pertanggungjawaban eksekutif dan menilai kinerja
anggaran. Legislatif dapat menggunakan perannya sebagai pemegang hak anggaran
(budget), hak legislasi, dan hak pengawasan untuk menekan eksekutif dalam
pertanggungjawaban anggaran dengan memberikan penilaian negatif atau menolak
pertanggungjawaban eksekutif tersebut. Dukungan politik, koalisi, dan komunikasi
politik antara eksekutif dengan legislatif penting dalam tiap tahap penganggaran.
C. KESIMPULAN
Anggaran adalah tindakan yang akan dilaksanakan oleh sektor publik
menyangkut perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi di
masa depan. Anggaran Sektor Publik memiliki peran aspek mikro dan makro. Dalam
aspek mikro anggaran sektor publik berperan dalam melaksanakan tugas dan fungsi
perintah seperti melakukan alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Sementara dari aspek
makro, anggaran sektor publik berperan sebagai alat untuk mengalokasikan sumber
daya publik melakukan distribusi ekonomi, dan menciptakan stabilitas ekonomi,
sosial, dan politik. Peran anggaran bagi sektor publik adalah sebagai alat perencanaan,
pengendalian, koordinasi serta komunikasi, penilaian kerja, dan motivasi. Ada
beberapa jenis anggaran sektor publik yaitu Line Item Budget, Incremental Budget,
PPBS, Zero Based Budgeting, dan Performance Budget. Tahapan anggaran sektor
publik dilakukan dengan perencanaan, pengesahan, pelaksanaan, dan yang terakhir
adalah pelaporan serta pertanggungjawaban.
DAFTAR PUSTAKA

Mahmudi. 2016. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: UII Press


Mardiasmo. 2018. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi
Bastian, Indra. 2006. Sistem Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai