Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


(PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK)

Disusun oleh :

Brada Astora Tarigan (7192540007)


Rendhika Adhyatama (7192540001)
Sophia Azzahra (7192240003)

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama
periode waktu tertentu. Dapat dinyatakan berupa estimasi finansial, sedangkan anggaran
sendiri adalah proses atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran. Penganggaran
dalam organisasi sector public merupakan tahapan yang cukup rumit yang mengandung
nuansa politik yang tinggi. Dalam organisasi sector public, peanggaran merupakan suatu
proses politik. Hal tersebut berbeda dengan penganggaran pada sektor swasta yang relative
kecil nuansa politiknya. Pada sector swasta anggaran merupakan bagian dari rahasia
perusahaan yang tertutup untuk public, namun sebaliknya pada sector public anggaran justru
harus diinformasikan kepada public untuk dikritik, didiskusikan, dan diberi masukan.
Anggaran sector public merupakan instrument akuntabilitas atas pengelolaan dana public dan
pelaksanaan program – program yang dibiayai dengan uang public.

Penganggaran sector public terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk
tiap-tiap program aktifitas dalam satuan moneter. Proses penganggaran organisasi sector
public dimulai ketika perumusan strategi dan perencanaan strategic telah selesai dilakukan.
Anggaran merupakan artikulasi dari hasil perumusan strategi dan perencanaan strategic yang
telah dibuat. Tahap penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif
dan tidak berorentasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang sudah
disusun.

Penganggaran sector public harus diawasi mulai tahap perencanaan, pelaksanaan dan
pelaporan. Proses penganggaran akan lebih efektif jika diawasi oleh lembaga pengawasan
khusus yang bertugas mengontrol proses perencanaan dan pengendalian anggaran.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah arti Konsep Anggaran Sektor Publik ?


2. Apa Pengertian Anggaran Sektor Publik ?
3. Apa Pentingnya Anggaran Sektor Publik ?
4. Fungsi Anggaran Sektor Publik ?
5. Apasaja Jenis – jenis Anggaran Sektor Publik ?

1.3 TUJUAN PENULISAN MAKALAH

1. Mengetahui Konsep Anggaran Sektor Publik ?


2. Mengetahui Pengertian Anggaran Sektor Publik ?
3. Mengetahui Apa Pentingnya Anggaran Sektor Publik ?
4. Mengetahui Fungsi Anggaran Sektor Publik ?
5. Mengetahui Apasaja Jenis – jenis Anggaran Sektor Publik ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Anggaran


Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis,meliputi seluruh
kegiatan perusahaan,dinyatakan dalam unit (satuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu
(periode) tertentu yang akan datang.Menurut Govermental Accounting Standars Board (GASB)
anggaran adalah rencana operasi keuangan,yang mencakup estimasi pengeluaran yang
diusulkan,dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya dalam periode waktu
tertentu.Penganggaran adalah proses kegiatan yang menghasilkan anggaran tersebut sebagai hasil
kerja,serta proses kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi-fungsi anggaran,yaitu
fungsi-fungsi pedoman kerja,alat pengkoordinasian kerja,dan alat pengawasan kerja.
2.2 Perkembangan Anggaran
 Penganggaran Sebelum Tahun 1998
Undang-Undang yang mengatur pengelolaan keuangan daerah yang berlaku pada masa ini
adalah UU Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah.Aturan perundang-
undangan yang berlaku pada periode ini adalah sebagai berikut:
1. PP Nomor 5 Tahun 1975 tentang Pengurusan,Pertanggungjawaban,dan Pengawasan
Keuangan Daerah.
2. PP Nomor 6 Tahun 1976 tentang Penyusunan APBD,Pelaksana Tata Usaha Keuangan
Daerah,dan Penyusunan Perhitungan APBD.
3. Kepmendagri Nomor 900-099 Tahun 1980 tentang Manual Administrasi Keuangan
Daerah (MAKUDA).
4. Permendagri Nomor 2 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan APBD.
5. UU Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.
6. Kepemendagri Nomor 3 Tahun 1999 tentang Bentuk dan Susunan Perhitungan APBD.

 Penganggaran Tahun 1999-2004


Pada era ini,pelaksanaan otonomi daerah diatur oleh dua Undang-Undang yaitu UU
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah.Setelah Kedua UU
tersebut,pemerintah mengeluarkan aturan pelaksanaan pendukung otonomi pengelolaan
keuangan lainnya,yaitu sebagai berikut:
1. PP Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan;
2. PP Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan
Daerah;
3. PP Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah;
4. PP Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Keuangan Daerah;
5. Surat Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Tanggal 17 November 2000 Nomor
903/2735/SJ tentang Pedoman Umum Penyusunan dan Pelaksanaan APBD Tahun
Anggaran 2001;
6. Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan,Pertanggungjawaban
dan Pengawasan Keuangan Daerah,serta Tata Cara Penyusunan APBD,Pelaksanaan Tata
Usaha Keuangan Daerah,serta Penyusunan Perhitungan APBD;
7. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
8. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

 Penganggaran Tahun 2004-Sekarang


Pada tanggal 13 Juni 2005 pemerintah menetapkan PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).Peraturan pemerintah tersebut menjadi acuan bagi
penyusunan laporan keuangan,pemeriksa laporan keuangan dan laporan keuangan
daerah.PP Nomor 71 Tahun 2010 hanya mengatur SAP berbasis akrual untuk penyusunan
laporan keuangan,tetapi untuk pelaksanaan anggaran masih menggunakan basis kas.
2.3 Hubungan Anggaran Dengan Akuntansi Sektor Publik
Secara teoritis,anggaran merupakan tindakan untuk perencanaan managerial untuk
memfasilitasi tercapainya tujuan organisasi.Anggaran merupakan artikulasi dari perumusan dan
perencanaan strategis.Anggaran dan akuntansi sektor publik memiliki kaitan yang erat dimana
akuntansi sektor publik menyajikan data historis yang sangat bermanfaat untuk mengadakan
estimasi-estimasi yang akan dituangkan dalam anggaran publik,yang nantinya akan dijadikan
sebagai pedoman kerja di waktu yang akan datang.Dengan demikian,akuntansi sektor publik
sangat bermanfaat di dalam penyusunan anggaran sektor publik.
2.4 Anggaran Sektor Publik
Anggaran sektor publik merupakan perencanaan manajerial untuk tindakan yang
dinyatakan dalam istilah-istilah keuangan. Anggaran sektor publik merupakan rencana jangka
pendek yang komprehensif, yang membuat tujuan dan target manajemen dilaksanakan. Anggaran
sektor publik adalah alat manajerial yang memastikan pencapaian target operasional dan
memberikan pedoman yang rinci untuk operasi setiap harinya.
Fungsi Anggaran Sektor Publik
1. Fungsi Anggaran dari Aspek Mikro
Peran anggaran dari aspek mikro terkait dengan fungsi anggaran dalam sistem
perencanaan dan pengendalian manajemen organisasi.Fungsi anggaran dari aspek mikro
dalam organisasi sektor publik antara lain:
a) Anggaran sebagai Alat Perencanaan,anggaran sektor publik dibuat untuk
merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan oleh pemerintah,berapa biaya
yang dibutuhkan,dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja pemerintah
tersebut.
b) Anggaran sebagai Alat Pengendalian,anggaran sebagai instrumen pengendalian
digunakan untuk menghindari adanya pengeluaran yang terlalu besar,pengeluaran
terlalu rendah,salah sasaran atau adanya penggunaan dana yang tidak semestinya.
c) Anggaran sebagai Alat Kebijakan Fiskal,anggaran sebagai alat kebijakan fiskal
dapat,digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan
ekonomi.
d) Anggaran sebagai Alat Politik,anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-
prioritas dan kebutuhan keuangan terhadap prioritas tertentu.
e) Anggaran sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi,melalui dokumen anggaran
yang komprehensif,sebuah bagian atau unit kerja atau departemen yang
merupakan suborganisasi dapat mengetahui apa yang harus dilakukan dan apa
yang akan dilakukan oleh unit kerja/bagian lainnya.
f) Anggaran sebagai Alat Penilaian Kinerja,anggaran adalah suatu ukuran yang bisa
menjadi patokan apakah suatu bagian/unit kerja telah memenuhi target,baik
berupa terlaksananya aktivitas maupun terpenuhinya efisiensi biaya.
g) Anggaran sebagai Alat Motivasi,anggaran dapat digunakan sebagai alat
memotivasi manajer dan stafnya agar dapat bekerja secara ekonomis,efektif,dan
efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi yang ditetapkan.
h) Anggaran sebagai Alat Menciptakan Ruang Publik,anggaran dalam fungsi ini
hanya berlaku pada organisasi sektor publik,karena pada organisasi sektor swasta
anggaran merupakan dokumen rahasia yang tertutup untuk publik.
2. Fungsi Anggaran dari Aspek Makro
a) Anggaran sebagai Alat Alokasi,anggaran sektor publik berfungsi sebagai alat
suatu alat alokasi yaitu untuk mengalokasikan anggaran ke dalam
urusan,fungsi,organisasi dan program kerja.
b) Anggaran sebagai Alat Distribusi,anggaran sektor publik juga berfungsi sebagai
alat distribusi,yaitu untuk mendistribusikan pendapatan atau sumber daya publik
agar terjadi pemerataan keadilan ekonomi,melalui anggaran sektor publik
ketimpangan ekonomi antar daerah dan antar masyarakat miskin dengan yang
kaya dapat dikurangi.
c) Anggaran sebagai Alat Stabilisasi,anggaran sektor publik berfungsi sebagai alat
stabilisasi,yaitu untuk menciptakan stabilitas ekonomi,sosial,dan politik.
Tujuan Anggaran Sektor Publik
Berikut merupakan beberapa karakteristik tujuan pokok dari adanya anggaran sektor
publik,yaitu:
 Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan.
 Anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu,satu atau beberapa tahun,jangka
pendek,menengah dan jangka panjang.
 Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen untuk mencapai tujuan/sasaran
yang ditetapkan.
 Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak berwenang yang lebih tinggi dari
penyusunan anggaran.
 Sekali disusun,anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu.
Pentingnya Anggaran Sektor Publik
Anggaran sektor publik penting karena beberapa alasan,yaitu:
 Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan sosial
ekonomi,menjamin kesinambungan,dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
 Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tak
terbatas dan terus berkembang,sedangkan sumber daya yang ada terbatas.
 Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggungjawab
terhadap rakyat.Dalam hal ini anggaran publik merupakan instrumen pelaksanaan
akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga publik yang ada.
2.5 Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik
Jenis anggaran sektor publik berkembang dan berubah sesuai dengan kondisi publik
perkembangan pemerintahan sebuah negara. Adapun jenis-jenis anggaran sektor publik secara
umum dapat diklasifkasikan sebagai berikut:
- Anggaran Operasional (Operation/Recurrent Budget)
Anggaran operasional digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari
dalam menjalankan pemerintahan. Misalnya adalah belanja rutin (recurrent expenditure)
yaitu pengeluaran yang manfaatnya hanya untuk satu taun anggaran dan tidak dapat
menambah aset atau kekayaan bagi pemerintah. Secara umum pengeluaran yang masuk
kategori anggaran operasional antara lain, belanja Administrasi Umum dan Belanja
Operasi dan Pemeliharaan.
- Anggaran Modal (Capital/Investment Budget)
Anggaran modal menunjukkan rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas
aktiva tetap seperti gedung, peralatan, kendaraan, perabot dan sebagainya. Pada dasarnya
pemerintah tidak mempunyai uang yang dimiliki sendiri, sebab seluruhnya adalah milik
publik.
- Anggaran Pengesahan (Tentative Enacted Budgets)
Anggaran ini dibagi dalam anggaran tentatif (tentative) dan anggaran enacted.
Anggaran tentatif adalah anggaran yang tidak memerlukan pengesahan dari lembaga
legislatif karena kemunculannya yang dipicu oleh hal-hal yang tidak direncanakan
sebelumnya. Sebaliknya, anggaran enacted adalah anggaran yang direncanakan,
kemudian dibahas dan disetujui oleh lembaga legislatif.
- Anggaran Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana alokasi umum adalah sejumlah dana yang dialokasikan kepada setiap daerah
otonom (provinsi,kabupaten,kota) di indonesia setiap tahunnya sebagai dana
pembangunan. DAU merupakan salah satu komponen belanja pada APBN dan menjadi
salah satu komponen pendapatan pada APBN. Tujuan DAU adalah sebagai pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai berbagai kebutuhan daerah otonom
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana alokasi umum terdiri dari :
1. Dana alokasi umum untuk daerah provinsi
2. Dana alokasi umum untuk daerah kabupaten/kota
Jumlah dana alokasi umum setiap tahun ditentukan berdasarkan keputusan
presiden. Setiap provinsi atau kabupaten atau kota menerima DAU dengan besaran
yang tidak sama dan ini diatur secara mendetail dalam peraturan pemerintah. Besaran
DAU dihitung menggunakanrumusatau formulasi statistik yang kompleks, antara lain
dengan variabel jumlah penduduk dan luas wilayah yang ada disetiap wilayah atau
daerah.
- Anggaran Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana alokasi khusus adalah dana yang berasal dari APBN, yang di alokasikan
kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu. Dana alokasi khusus
dapat dialokasikan dari APBN kepada daerah tertentu untuk membiayai dana dalam
APBN, yang dimaksud sebagai daerah tertentu adalah daerah-daerah yang mempunyai
kebutuhan yang bersifat khusus. DAK digunakan untuk membiayai investasi pengadaan
dan atau peningkatan prasarana dan sarana fisik secara ekonomis untuk jangka panjang.
Dalam keadaan tertentu, DAK dapat membantu biaya pengoperasian dan pemeliharaan
prasarana dan sarana tertentu untuk periode terbatas, tidak melebihi tiga (3) tahun.
- Anggaran Tetap VS Anggaran Fleksibel
Pada anggaran tetap, persetujuan belanja sudah ditetapkan jumlahnya diawal
tahun anggaran. Jumlah tersebut tidak boleh dilampui meskipun ada peningkatan jumlah
kegiatan yang dilakukan. Pada anggaran fleksibel, harga barang/jasa per unit telah
ditetapkan. Meskipun demikian, jumlah anggaran secara keseluruhan akan berfluktuasi
bergantung pada banyaknya kegiatan yang dilakukan.
- Anggaran Eksekutif VS Anggaran Legislatif
Berdasarkan penyusunannya, anggaran dapat dibagi menjadi anggaran eksekutif
yaitu anggaran yang disusun oleh lembaga eksekutif, dalam hal ini pemerintah, serta
anggaran legislatif yaitu anggaran yang disusun oleh lembaga legislatif tanpa melibatkan
pihak eksekutif. Selain itu, ada juga yang disebut anggaran bersama yaitu anggaran yang
disusun secara bersama-sama antara lembaga eksekutif dan legislatif.
2.6 Prinsip-Prinsip Dalam Penganggaran Sektor Publik
Dalam suatu anggaran sektor publik, pentingnya peranan dan fungsi anggaran
memerlukan prinsip-prinsip anggaran sebagai pedoman bagi organisasi publik dan atau
pemerintah dalm penyusunannya. Adapun prinsip-prinsip dalam penganggaran publik sebagai
berikut.
- Prinsip Otoritas Oleh Legislatif
Angggaran publik harus mendapatkan otorisasi (pemberian kuasa) dari legislatif terlebih
dahulu sebelum eksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.
- Prinsip Komprehensif
Komprehensif merupakan catatan anggaran yang bersifat menyeluruh/ penyusunan
rencana anggaran secara keseluruhan. Manfaat pendekatan secara sistematis terhadap
kebijaksanaan manajemen mudah diadakannya evaluasi tujuan akhir kinerja pemerintah
secara kualitatif dan membantu fungsi pengawasan yang lebih dinamis agar anggaran
menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah, secara terinci.
- Prinsip Keutuhan Anggaran
Semua pendapatan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana umum (general
fund). Dana Umum, di pemerintahan Asmerupakan keperluan umum pemerintah, selain
membiayai proyek pembangunan dan utang pemerintah.
- Prinsip Nondicretionary Apropriation
Jumlahyang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan secara ekonomis, efisien
dan efektif
- Prinsip Priodik
Anggaran yang disusun haru merupakan suatu proses yang periodik, maksudnya bahwa
anggaran yang disusun tersebut harus berkala yaitu dapat bersifat tahunan maupun multi
tahunan.
- Prinsip Akurat
Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukan cadangan yang tersembunyi (hidden
reserve) yang dapat dijadikan sebagai kantong-kantong pemborosan dan inefisiensi
anggaran serta dapat mengakibatkan munculya underestimate pendapatan dan
overestimate pengeluaran.
- Prinsip Jelas
Anggaran hendaknya jelas terinci namun sederhana, dapat dipahami masyarakat, dan
tidak membingungkan.
- Prinsip Diketahui Publik
Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas. Berkaitan diberlakukannya UU
14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik Pasal 2 (1) “Setiap Informasi Publik
bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap Pengguna Informasi Publik.” (2)
“Informasi Publik yang dikecualikan bersifat ketat dan terbatas.”
2.7 Pendekatan Penganggaran Pada Sektor Publik
Sistem perencanaan sektor pablik berkembang sesuai dinamika perkembangan
manajemen sektor publik dan tuntutan yang muncul dimasyarakat.Pada dasarnya terdapat
beberapa jenis pendekatan dalam perencanaan dan penyusunan anggaran sektor publik.Secara
garis besar ada dua pendekatan utama yang memiliki perbedaan mendasar.Pendekatan-
pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:
Pendekatan Tradisional
Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang banyak digunakan dinegara
berkembang.Terdapat dua ciri utama dalam pendekatan ini yaitu : 1) cara penyusunan anggaran
didasarkan atas pendekatan incrementalism, 2) struktur dan susunan anggaran yang bersifat line-
item.
1. Incremental Budget
Penekanan dan tujuan utama pendekatan tradisional adalah pengawasan dan
pertanggungjawaban yang terpusat. Anggaran tradisional bersifat increment talism, yaitu
hanya menambah/mengurangi jumlah rupiah pada item anggaran yang ada sebelumnya
dangan menggunakan data tahun sebelumnya sebagai dasar menyesuikan besarnya
penambahan atau penguran tanpa dilakukan kajian yang mendalam.
Masalah utama anggaran tradisional adalah berkaitan dengan tidak adanya
perhatian terhadap konsep value for money.Anggaran tradisional cenderung
menggunakan konsep historic cost of service.Akibat digunakan harga produk pelayanan
historis tersebut adalah suatu item program,atau kegiatan akan muncul lagi dalam
anggaran tahun berikutnyameski item tersebut sudah tidak dibutuhkan.
2. Line-item Budge
Ciri lain anggaran tradisional adalah struktur anggaran yang bersifat line-item
yang didasarkan atas dasar sifat (nature) dari penerimaan dan pengeluaran.Metode line-
item budget tidak memungkinkan untuk menghilangkan item-item penerimaan atau
pengeluaran yng telah ada dalam struktur anggaran, walaupun sebenarnya secara rill item
tertentu sudah tidak relevan lagi untuk digunakan dalam periode sekarang.
Penyusunan anggaran dengan menggunakan struktur line-item dilandasi alasan
adanya orientasi sistem anggaran yang dimaksudkan untuk mengontrol
pengeluaran.Berdasarkan hal tersebut, anggaran tradisional disusun atas dasar sifat
penerimaan dan pengeluaran, seperti misalnya pendapatan dari pemerintah atasan,
pendapatan dari pajak, atau pengeluaran untuk gaji, pengeluaran untuk belanja barang,
bukan dasar pada tujuan yang ingin dicapai dengan pengeluaran yang dilakukan.
3. Repetive Budgeting
Metode penganggaran dengan mengulang anggaran dari tahun sebelumnya karena
adanya kondisi yang tidak stabil dibidang ekonomi dan politik. Pertimbangan
menggunakan metode ini karena tidak memungkinkan menyusun dengan metode lain
karena situasi dan kondisi yang tidak stabil. Contoh penggunaan metode ini dilakukan
pmerintah Republik Perancis ke-3 dan ke-4.DiIndonesia metode ini diakomodasikan
dalam UUD 1945 dengan catatan apabila DPR RI tidak menyetujui rancangan anggaran
anggaran yang disampaikan olh pemerintah.
4. Revenue Budgeting
Penganggaran dengan metode ini dilakukan dengan dasar kemampuan suatu
negara untuk memperoleh pendapatan.
5. Supplemental Budgeting
Metode ini digunakan dengan cara membuat anggaran yang membuka,
kesempatan untuk melakukan revisi secara luas.Cara ini dilakukan apabila kondisi
Negara, tidak adakesulitan pendapatan negara, tetapi memiliki kendala
administrasi.Beberapa kelemahan anggaran tradisional antara lain:
1) Hubungan yang tidak memadai (terputus) antara anggaran tahunan dengan rencana
pembangunan jangka panjan
2) Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah besar pengeluaran tidak pernah diteliti
secara menyeluruh efektivitas
3) Lebih berorientasi pada input daripada output. Hal tersebut menyebabkan anggaran
tradisional tidak dapat dijalankan sebagai alat untuk membuat kebijakan dan pilihan
sumberdaya, atau memonitor kinerja.
4) Sekat-sekat antara departemen yang kaku membuat tujuan nasional secara keseluruhan
sulit dicapai.
5) Proses anggaran terpisah untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran modal/investasi.
6) Anggaran tradisional bersifat tahunan
7) Sentralisasi penyiapan anggaran, ditambah dengan informasi yang tidak memadai
menyebabkan lemahnya perencanaan anggaran.
8) Persetujuan anggaran yang terlambat, sehingga gagal memberikan mekanisme
pengendalian untuk pengeluaran yang sesuai, seperti seringnya dilakukan revisi anggaran
dan manipulasi anggaran.
9) Aliran informasi (system informasi financial) yang tidak memadai yang menjadi dasar
mekanisme pengendalian rutin, mengidentifikasi masalah dan tindakan.

Pendekatan New Public Management


New pablik Management (NPM) berfokus pada manajemen sector public yang berorientasi
pada kinerja, bukan pada kebijakan. NPM menekankan pada control atas output kebijakan
pemerintah, desentralisasi otoritas manajemen, pengenalan pada pasar dan kuasi-mekanisme
pasar, serta layanan yang berorientasi masyarakat. NPM diyakini punya peran efektif bagi
reformasi sector pablik.IMF dan World Bank adalah beberapa badan keuangan dunia yang
sekaligus merupakan pembela paradigm NPM. Namun, diantara sejumlah perdebatan muncul
beberapa kesamaan yang dapat disebut sebagai prinsip dari NPM, yang meliputi:
1. Penekanan keahlian manajemen professional dalam mengendalikan organisasi
2. Standar-standar yang tegas dan terukur atas performa organisasi, termasuk klarifikasi
tujuan, target, dan indicator keberhasilan.
3. Peralihan dari pemanfaatan kendali input menjadi output, dalam prosedur birokrasi yang
kesemuanya diukur lewat indicator performa kuantitatif.
4. Peralihan dari system manajemen tersentral menjadi desentralistik dari unut-unit sector
public
5. Penekanan pada praktek manajemen bergaya perusahaan swasta seperti kontrak kerja
singkat, pembangunan rencana korporasi dan pernyataan misi
6. Pengenalan pada kompetisi yang lebih besar pada sector public,seperti pengamatan dana
dan pencapaian standar tinggi lewat kontrak
7. Penekanan pada pemangkasan, efisiensi, dan melakukan lebih banyak dengan
sumberdaya yang sedikit.
Salah satu model pemerintah di era New Publik Management adalah model
pemerintah yang diajukan oleh Osborne dan Gaebler yang tertuang dalam pandangannya
yang dikenal dengan konsep ‘reinventing government”.. Persektif baru pemerintah
menurut Osborne dan Gaebler tersebut adalah:
1. Pemerintah katalis
Pemerintah sebagai pemberi arahan dan berfokus pada pemberian pengarahan bukan
produksi pelayanan public.
2. Pemerintah milik masyarakat
Pemerintah memberikan wewenang kepada masyarakat, memperdayakan masyarakat
daripada melayani.
3. Pemerintah yang kompetitif
Menyuntikkan semangat kompetitif dalam pemberian pelyanan public. Komputer adalah
salah satunya cara untuk menghemat biaya sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan.
4. Pemerintah yang digerakkan oleh misi
Mengubah organisasi yang digerakkan oleh peraturan menjadi organisasi yang digerakan
oleh misi.
5. Pemerintah yang berorientasi hasil
Pemerintah yang berorientasi hasil berusaha mengubah bentuk penghargaan dan insentif,
yaitu membiyai hasil dan bukan masukan.
6. Pemerintah berorientasi pada pelanggan
Pemerintah tradisional sering kali salah dalam mengidentifikasikan pelanggannya.
Penerimaan pajak memang dari masyarakat dan dunia usaha., tetapi pemanfaatannya haus
disetujui oleh DPR/DPRD. Akibatnya pemerintah sering menganggap bahwa
DPR/DPRD dan semua pejabat yang ikut dalam pembahasan anggaran adalah
pelanggannya padahal pelanggan yang sebenarnya adalah masyarakat.
7. Pemerintah wirausaha
Mampu menciptakan pendapata dan tidak sekedar membelanjakan, misalnya BPS dan
Bappeda, yang dapat menjual informasi tentang daerahnya kepada pusat penelitian.
8. Pemerintah antisipatif
Berupaya mencegah daripada mengobati.Pemerintah tradisional yang birokratis
memusatkan diri pada produksi pelayanan public untuk memecahkan masalah public.
9. Pemerintah desentarlisasi
Dari hierarki menuju partisipatif dan ti kerja lima puluh tahun yang lalu, pemerintah yang
sentralis dan hierarkis sangat diperlukan karena pengambilan keputusan harus dari pusat.
10. Pemerintah berorientasi pada (mekanisme) pasar
Mengadakan perubahan mekanisme pasar dan bukan dengan mekanisme
administratif.Ada dua cara alokasi sumberdaya, yaitu mekanisme pasar dan mekanisme
administratif. Pemerintahan tradisional menggunakan mekanisme administratif,
sedangkan pemerintahan wirausaha menggunakan mekanisme pasar.
Tabel 3.1 Perbandingan anggaran tradisional dengan anggaran berbasis pendekatan
ANGGARAN TRADISIONAL NEW PUBLIK MANAGEMENT
Sentralis Desentralis & devolved management
Berorientasi pada input Berorientasi pada input, output, outcome,
(value for money)
Tidak terkait dengan perencanaan jangka Untuh dan komprehensifdengan
panjang perencanaan jangka panjang
Line-item da incrementalism Berdasarkan sasaran kinerja
Batasan departemen yang beralaku (rigid Lintas depaetemen (crossdepartement)
department)
Menggunakan aturan klasik: vote Zero- base budgeting,planning
accounting programming budgeting system
Sistematik dan rasional
Prinsip anggaran bruto Bottom-up budgeting
Bersifat tahunan -
Spesifik

1. Anggaran Kinerja
Anggaran kinerja adalah suatu pendekatan dalam penyusunan anggaran yang didasarkan
pada kinerja atau prestasi kerja yang ingin dicapai. Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa
pendekatan penyusunan anggaran berbasis kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan
yang terdapat dalam anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak
adanya tolak ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan
sasaran pelayanan publik. Anggaran dengan pendekatan kinerja sangat menekankan konsep value
for money dan pengawasan atas kinerja output.
2. Program Budgeting
Pendekatan ini menekankan pada efektivitas penyusunan anggaran.Anggaran
disusunkanberdasarkan pekerjaan atau tugas yang dijalankan. Metode penganggaran ini
menekankan bahwa keputusan penganggaran harus berdasarkan pada tujuan-tujuan atau
output-output dari aktivitas pemerintahan dari pada input untuk menghasilkan barang dan
jasa pemerintah. Teknologi penganggaran ini tergantung pada metodologi-metodologi
dari program peramalan dan abalisis sistem.
3. Zero Based Budgeting (ZBB)
Zero Based Budgeting adalah sistem anggaran yang didasarkan pada perkiraan
kegiatan, bukan pada yang telah dilakukan dimasa lalu. Setiap kegiatan akan dievaluasi
secara terpisah. Ini berarti berbagai program dikembangkan dalam visi pada tahun yang
bersangkutan. Konsep Zero – Base Budgeting (ZBB) digunakan manajemen
pemerintahan untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan mengawasi program atau
kegiatan agar dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi. Memaksimalkan sumber daya
yang tersedia untuk kualitas layanan publik. Pemerintah menyusun anggaran lebih detail
dan dimulai dengan nol, tanpa melihat anggaran di masa lalu. Pada mulanya Zero Bsed
Budgeting dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan yang ada pada sistem anggaran
tradisional. Proses implementasi Zero Based Budgeting, tiga tahapan diantaranya adalah ;
A. Identifikasi unit-unit keputusan
Struktur pada dasarnya terdiri dari pusat-pusat pertanggung jawaban. Setiap pusat
pertanggung jawaban merupakan unit pembuatan keputusan yang salah satu fungsinya
adalah untuk menyiapkan anggaran.
B. Penentuan paket-paket keputusan
Tahap selanjutnya adalah menyiapkan dokumen yang berisi tujuan unit keputusan dan
tindakan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Dokumen ini lah yang
disebut paket keputusan. Paket keputusan merupakan gambaran komprehensif mengenai
bagian dari aktivitas organisasi atau fungsi yang dapat di evaluasi secara individual. Ada
2 jenis paket keputusan:
- Paket keputusan mutually-exclusive
paket-paket keputusan yg memiliki fungsi yg sama.
- Paket keputusan incremental
merefleksikan tingkat usaha yg berbeda dalam melakukan kegiatan tertentu.
C. Meranking dan mengevaluasi keputusan
Tahap berikutnya adalah meranking semua paket berdasarkan manfaatnya terhadap organisasi.
Tahapan ini merupakan jembatan menuju peroses alokasi sumber daya diantara berbagai kegiatan
yang beberapa diantaranya sudah ada dan yang lainnya baru sama sekali. Adapun Keunggulan
Zero Based Budgeting yaitu :
1. Jika ZBB dilaksanakan dengan baik maka dapat menghasilkan alokasi sumber daya
secaralebih efisien
2. ZBB berfokus pada value for money
3. Memudahkan identifikasi terjadinya inefisiensi dan ketidakefektivan biaya
4. Meningkatkan pengetahuan danmotivasi staf dan manajer
5. Meningkatkan partisipasi manajemen level bawah dalam proses penyusunan anggaran
6. Merupakan cara yang sistematik untuk menggeser status quo dan mendorong organisasi
untuk selalu menguji alternatif aktivitas danpola perilaku biaya serta tingkat pengeluaran

Sedangkan Kelemahan Zero Based Budgeting adalah :


1. Time consuming, terlalu teoritis dantak praktis, membutuhkan biaya besar, danhasilkan
kertas kerja yang menumpuk karena pembuatan paket keputusan
2. ZBB cenderung menekankan manfaat jika pendek
3. Implementasi ZBB membutuhkan teknologi maju
4. Masalah terbesar ZBB adalah proses meranking dan mereview paket keputusan yang
merupakan pekerjaan melelahkan dan membosankan sehingga dapat mempengaruhi
keputusan
5. Peranking paket keputusan membutuhkan staf yang mempunyai keahlian yang tak
mungkin dimiliki organisasi. Dalam perankingan seringkali muncul pertimbangan
subyektif dan tekanan politik
6. Memungkinkan munculnya kesan yang keliru bahwa semua paket keputusan harus masuk
dalam anggaran
7. Implementasi ZBB menimbulkan masalah keperilakuan dalam organisasi

4. Planning, Programming and Budgeting System (PPBS)


Planning Programing Budgeting System (PPBS) merupakan teknik penganggaran yang
didasarkan pada teori sistem yang berorientasi pada output dan tujuan dengan penekanan
utamanya adalah alokasi sumberdaya berdasarkan analisis ekonomi.
Perbandingan Anggaran Kinerja, ZBB dan PPBS
Karakteristik Anggaran Kinerja ZBB PPBS
Organisasi Unit kerja Unit keputusam Fungsional
Aspek klasifikasi Fungsi, program, Paket keputusan dan Fungsi dan
anggaran kegiatan dan elemen konsolidasi, paket program
belanja membentuk keputusan bersifat independen
bagian yang integral fleksibel dan terhadap struktur
dengan struktur independen terhadap anggaran
anggaran struktur anggaran
Aspek analitis Menekankan hasil Menekankan pada Penerapan teknik
kinerja hubungan keuangan kuantitatif dan
dengan peningkatan evaluasi alternative
kinerja dan keputusan
perangkingan paket
keputusan
Anggaran dan Terpisah terintegrasi Terintegrasi dalam
perencanaan satu siklus
anggaran
Jangka waktu Tahunan Proyeksi lima tahun Proyeksi lima
tahun
Aspek evaluasi Ukuran kinerja Menekankan pada Menekankan pada
kuantitatif kinerja dan system informasi
pengukuran kinerja

2.8 PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN SEKTOR PUBLIK


Proses penyusunan anggaran sektor publik mengomunikasikan tujuan organisatoris, peng
alokasian sumber daya, penyediaan umpan balik, dan motivasi pegawai. Proses penganggaran
harus distandarkan dengan menggunakan anggaran manual, format anggaran, dan prosedur
formal. Proses penyusunan anggaran juga harus menyesuai kan pada kebutuhan, konsisten
dengan struktur organisasi, dan mempertimbangkan sumber daya manusia. Proses penganggaran
menetapkan tujuan dan kebijakan, merumuskan pembatas, menyebutkan satu persatu sumber
daya yang dibutuhkan, menguji kebutuhan spesiflk, menyediakan Heksibilitas, memasukkan
asumsi, dan mempertimbangkan batasan. Berikut merupakan proses penyusunan anggaran pada
organisasi sektor publik
PERSIAPAN ANGGARAN (PREPARATION)
Pada tahap persiapan, bagian anggaran menyiapkan format anggaran yang akan di pakai.
Kemudian, setiap unit dipemerintahan mengajukan anggaran yang selanjutnya akan
dikonsilidasikan oleh bagian anggaran. Setelah ditelaah dan diadakan dengar Pendapat ke semua
unit, anggaran ini akan di setujui oleh kepala pemerintahan.
PERSETUJUAN LEMBAGA LEGISLATIVE
Setelah pemiapan anggaran selesai disusun oleh eksekutif, tahap selanjutnya 343M
pembahasan dan pengesahan oleh anggota dewan legislatif sebagai pelaksanaan M anggaran.
Pembahasan di dewan meliputi dua tahapan, yaitu pembahasan di tingka komisi atau badan
anggaran dan pembahasan di tingkat sidang paripuma dewan Anggaran diajukan ke lembaga
legislatif untuk mendapatkan persetujuan. Dalam ha ini, lembaga legislatif (terutama komite
anggaran) akan mengadakan pembahasan guna memperoleh pertimbangan-pertimbangan untuk
menyetujui atau menolak anggaran tersebut. Selain itu, akan diadakan juga dengar pendapat
(public hearing) sebelum nantinya lembaga legislatif menyetujui atau menolaknya.
ADMINISTRASI (ADMINISTRATION)
Setelah anggaran disahkan, pelaksanaan anggaran dimulai, baik pengumpulan pends
patan yang ditargetkan maupun pelaksanaan belanja yang telah direncanakan. Ber samaan
dengan tahap pelaksanaan ini, dilakukan pula proses administrasi anggara" berupa pencatatan
pendapatan dan belania yang terjadi.
PELAPORAN (REPORTING)
Realisasi atas pelaksanaan anggaran dilaporkan dalam laporan realisasi anggara“ (LRA)
dan laporan operasional (LO). Laporan pelaksanaan anggaran merupalkan bagian dari laporan
pertanggungjawaban presiden dan kepala daerah yang hams disampai kan kepada dewan
legislatif dan masyarakat. Pelaporan dilakukan Pada akhir periode atau pada waktu-waktu
tertentu yang ditetapkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses akuntansi yang telah
berlangsung selama proses pelaksanaan.
PEMERIKSAAN (POST-AUDIT)
Kemudian laporan yang diberikan atas pelaksanaan anggaran diperiksa (diaudit) oleh
sebuah lembaga pemeriksa independen. Hasil pemeriksaan akan menjadi suatu masukan atau
umpan balik (feedback) untuk proses penyusunan anggaran pada periode berikutnya.
2.9 ASPEK PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK
PENDEKATAN PERILAKU
Anggaran berdampak langsung terhadap perilaku manusia. Anggaran menjelaskan
kepada orang-orang mengenai apa yang diharapkan dari mereka dan kapan hal tersebut harus
sudah dilakukan. Anggaran menetapkan batasan tentang apa yang dapat di beli dan seberapa
banyak yang dapat di belanjakan. Aspek perilaku dalam anggaran dapat mempengaruhi kinerja
anggaran. Beberapa aspek perilaku dalam penganggaran sektor publik antara lain: (1) partisipasi
anggaran, (2) keterlibatan manajemen senior, (3) senjangan anggaran.
1. Partisipasi Anggaran
Partisipasi anggaran merupakan proses yang melibatkan individu-individu secara
langsung di dalamnya dan mempunyai pengaruh terhadap penyusunan tujuan anggaran yang
prestasinya akan dinilai dan kemungkinan akan dihargai atas dasar pencapaian tujuan anggaran
mereka. Partisipasi anggaran di definisikan sebagai ke ikutsertaan manajer-manajer pusat
pertanggungjawaban dalam hal yang berkaitan dengan penyusunan anggaran. Melaksanakan
partisipasi anggaran berarti mengikut sertakan manager operasional dalam memutuskan bersama
dengan komite anggaran mengenai rangkaian kegiatan dimasa yang akan datang yang akan
ditempuh oleh manager operasional tersebut dalam pencapaian sasaran anggaran. Tingkat partisi
pasi manager Operasional dalam penyusunan anggaran akan mendorong moral kerja yang tinggi
dan inisiatif para manajer. Moral kerja ditentukan oleh seberapa besar seseorang
mengidentiflkasikan dirinya sebagai bagian dari organisasi. Partisipasi anggaran terutama
dilakukan oleh manajer yang memegang pusatpusat pertanggungjawaban dengan menekankan
pada keikutsertaan mereka dalam proses penyusunan dan penentuan sasaran yang menjadi
tanggungjawabnya. Dengan dilibatkannya manajer dalam penyusunan anggaran, akan menambah
informasi bagi atas‘an mengenai lingkungan yang sedang dan akan dihadapi serta membantu
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan anggaran.
2. Keterlibatan Manajemen Senior
Keterlibatan managemen senior dalam proses penganggaran penting untuk menghasnlkan
anggaran yang berkualitas. Dalam penganggaran sektor publik. keter libatan manajemen senior
tercermin dalam peran aktif Tim Anggaran yang diajukan oleh umt ken‘a. [aka Um anggaran
pemerintah terlibat secara aktif dan bekeria secara sen'us make kuahtas anggaran akan lebih baik
Sebaliknya, iika manaier senior yang tergabung dalam tim anggaran eksekutif hanya sekedar
dipasang namanya dan tidak pernah terlibat secara nyata maka kualitas anggaran akan rendah
yang berakibat kinerja juga rendah.
3. SenjanganAnggaran
Senjangan anggaran menggambarkan salah satu jumlah sumberdaya tambahan yang
sengaja dibangun manajer dalam anggarannya atau berarti dengan sengaia mengecilkan
kemampuan produktifnya. Manajer dapat menciptakan senjangan ang garan dengan memperkecil
pendapatan dan membebankan biaya menjadi lebih tinggi. Senjangan anggaran tidak selalu
merugikan tetapi dalam kejadian tertentu dapat juga memberikan keuntungan. Senjangan
anggaran merupakan perbedaan antara jumlah anggaran dan estimasi terbaik. Senjangan
anggaran merupakan langkah pembuatanggaran untuk mencapai target yang lebih mudah dicapai
padahal kapasitas sesungguhnya masih jauh lebih tinggi. Banyak pembuat anggaran cende rung
untuk menganggarkan pendapatan agak lebih rendah dan pengeluaran agak lebih rendah dan
pengeluaran agak lebih tinggi.
PENDEKATAN POLITIK
Penganggaran scktor publik merupakan suatu proses politik, bukan semata-mata
permasalahan toknis akuntansl, kcuangan, dan manaierial saja. Anggaran sektor ublik
merefloksnkan pnlihan tentang apa yang akan dilakukan pemerintah d3" 3P3 yang tidak
dllakukan. Anggaran merefk-ksikan prioritas program dan kegiatan yang hams didahulukan
dllakukan dun dianggarkan dengan program yang bisa ditunda atau dikesampmgkan. Anggaran
harus mendapat persetujuan dewan legislatif sedangkan dowan legislauf morupakan lembaga
politik. Anggaran harus melalui proses politik hank dllegislatif maupun di tingkat eksekutif
sendiri. Semua haI-hal tersebut memmmkkan bahwa anggaran sektor publik merupakan
instrumen politik. Terdapat beberapa bidang atau tahapan dalam siklus anggaran yang melibat
kan teriadmya proses politik antara lain pada saat: (1) penentuan kebijakan anggaran. (2)
penentuan prioritas program dan plafon anggaran, (3) penentuan alokasi anggaran, (4)
pembahasan anggaran, (5) perubahan anggaran, (6) pertanggungjawa ban anggaran.
1. Penentuan Kebijakan Anggaran
Penentuan kebijakan anggaran yang dituangkan dalam kebijakan umum anggaran (KUA)
merupakan proses politik, sebab kebijakan anggaran merupakan komitmen dan kesepakatan
bersama antara eksekutif dengan legislatif. Kebijakan anggaran berisi target pencapaian kinerja
yang terukur dari program-program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah yang disertai
dengan proyeksi pendapatan, alokasi belanja, sumber dan penggunaan pembiayaan yang disertai
dengan asumsi yang mendasarinya. Rencangan kebijakan anggaran diajukan oleh eksekutif dan
dibahas bersama dengan legislatif. Tentunya dalam pembahasan kebijakan anggaran syarat
dengan nuansa politik karena masing-masing pihak memiliki aspirasi dan kepentingan politik.
Untuk mencapai kesepakatan bersama diperlukan negosiasi politik, komunikasi politik, koalisi,
kerjasama atau kesepakatan politik tertentu. Namun meskipun terdapat proses politik di
dalamnya tidak berarti hams terjadi kebuntuan.
2. Penentuan Prioritas Program dan Plafon Anggaran
Politik anggaran juga dapat terjadi dalam proses penentuan prioritas program dan plafon
anggaran. Hal ini dimungkinkan terjadi karena program yang dianggap prioritas atau penting
oleh legislatif belum tentu sama dengan yang diajukan oleh eksekutif. Legislatif berdasarkan
hasil menyerap asprirasi masyarakat mungkin memiliki pandangan tentang program-program
penting dan mendesak yang harus dilaksanakan, sementara itu program tersebut tidak diusulkan
dalam rencana ang garan. Oleh karena itu dalam pembahasan mengenai prioritas program dan
plafon anggaran perlu negosiasi dan kesepahaman tentang apa yang menjadi prioritas anggaran.
Selain penentuan program prioritas, masalah politik juga terjadi pada saat penentuan plafon
anggaran untuk masing-masing unit kerja. Plafon anggaran merupakan batas maksimal anggaran
yang boleh dibelanjakan oleh unit kerja untuk pelaksanaan program, kegiatan, atau fungsi.
Namun untuk penentuan plafon ang garan tidak semata bersifat politis tetapi juga terdapat
pertimbangan teknis karena harus terdapat perhitungan yang wajar dan rasional. usulan rencana
anggaran tersebut dapat ditenma' d3" eksekutif. Sering kali terdapat permasalahan politik dalam
alokasi anggaran terkait dengan kedekatan pimpinan.
4. Pembahasan Anggaran
Politik anggaran iuga terjadi pada tahap pembahasan anggaran antara eksekutif dengan
Iegislatif. Bahkan pada tahap pembahasan anggaran ini nuansa politiknya lebih tinggi
dibandingkan tahap-tahap sebelumnya. Pembahasan anggaran ditingkat legislatif dilakukan
dalam dua tahap, yaitu pada tingkat komisi atau badan anggaran legislatif dan pada sidang
paripurna dewan. Pembahasan anggaran di tingkat komisi atau badan anggaran legislatif sudah
sangat rinci hingga ke obyek belanja per kegiatan yang dituangkan dalam rencana kerja dan
anggaran (RKA). Bisa jadi suatu usulan anggaran yang diajukan oleh pengguna anggaran yang
awalnya tidak lolos di level tim anggaran pemerintahan akan dimunculkan dalam pembaha san
dengan dewan. Hal ini dimungkinkan iika pengguna anggaran melakukan lobi politik dengan
anggota dewan untuk mengusulkan kembali usulan anggaran yang ditolak. Pada tahap
pembahasan anggaran mungkin iuga rencana anggaran yang diusulkan pemerintah tidak disetujui
dewan, atau pemerintah harus mengakomdasikan kepentingan dengan membuat usulan anggaran
baru atau merevisi rencana anggaran yang diusulkan. Pembahasan anggaran pada sidang
paripurna dewan juga masih menyisakan unsur politis jika tiba-tiba terdapat permasalahan
tertentu, misal nya terjadi pembahan arah koalisi partai politik yang menyebabkan mundurnya
iadwal pembahasan dan persetujuan anggaran.
6 Penanggungjawaban Anggaran
Tahap pertanggung jawaban anggaran juga diliputi oleh suasana politik yang kental.Pada tahap
pertanggung jawaban anggaran legislatlf akan meminta pertanggung jawaban eksekutif dan
menilai kinerja anggaran, hak legislasi dan hak pengawasan untuk menekan eksekutif dalam
pertanggung jawaban anggaran dengan memberikan penilaian negatif atau menolak pertanggung
jawaban eksekutif tersebut.
2.10 PENGANGGARAN DAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
Sebagai upaya meningkatkan pelayanan publik yang dapat dijangkau oleh masyarakat,
semua aspek/sektor dalam urusan wajib yang dikategorikan sebagai pelayanan dasar harus
disusun Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagai acuan standar kuantitas dan kualitas
pelayanan yang harus diberikan kepada masyarakat. Standar Pelayanan Minimal diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 yang memuat ketentuan tentang jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara
minimal. Rencana pencapaian SPM di daerah mengacu pada batas waktu pencapaian SPM secara
Nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah. SPM dalam pelaksanaannnya di tunjukkan untuk
meningkatkan pelayanan publik di era desentralisasi sangat meme gang peranan panting dan juga
sebagai salah satu indikator kesejahteraan masya rakat.
SPM memiliki nilai yang sangat strategis baik bagi pemerintah maupun masya rakat.
Munculnya SPM memungkinkan bagi Pemerintah Daerah untuk melakukan kegiatannya secara
“lebih terukur”. SPM dapat dijadikan tolak ukur (benchmark) dalam penentuan biaya yang
diperlukan untuk membiayai penyediaan pelayanan. Adapun yang dimaksud dengan tolak ukur
penyedia layanan ialah kondisi optimal yang dapat dicapai oleh penyedia layanan (dalam hal ini
adalah pemerintah daerah) yang ditentukan oleh sumber daya yang dimiliki, seperti sumber daya
manusia, pembiayaan serta sumber daya pendukung lainnya. Selain itu, dengan adanya SPM
yang disertai tolak ukur pencapaian kinerja yang logis dan riil akan memudahkan bagi
masyarakat untuk memantau kinerja aparatnya, sebagai salah satu unsur terciptanya
penyelenggaraan pemerintahan yang baik.21 Konsep penerapan Standar Pelayanan Minimal ini
sangat berkaitan erat dengan konsep manajemen kinerja dimana hal tersebut terkait dengan
sebuah sistem yang terintegrasi dan mendukung dalam pengambilan keputusan, peningkatan
kualitas pelayanan dan pelaporan.
Manajemen kinerja merupakan sebuah kesatuan perencanaan dan prosedur yang
menyediakan hubungan antara masing-masing individu dan strategi dalam organisasi tersebut
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Terkait dengan konsep manajemen kinerja tersebut,
maka dalam pencapaian standar pelayanan minimal untuk jangka waktu tertentu ditentukan
berdasarkan batas awal pelayanan (baseline) dan target pelayanan yang akan di capai.
KERANGKA KEBIJAKAN DAN REGULASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL
DI INDONESIA
Target pencapaian SPM tertuang dalam Rencana Panlang langka Menengah Naslonal
(RPIMN) Tahun 2010 2014. SPM dalam RPIMN 2010 2014 merupakan salah Idtu bagian dari
prioritas pertama dari 11 prioritas nasional, yaltu reformasl blrokrasl dan tata kelola. Prioritas
reformasi birokrasi dan tata kelola menglngmkan terladmya pemantapan tata kelola
pemerintahan yang lebih balk melalul terobosan klnerja secara terpadu, penuh integritas,
akuntabel, taat kepada hukum yang berwlbawa, dan transparan. Hal itu kemudian didukung
dengan peningkatan kualitas pelayanan publik yang ditopang oleh eflsiensi struktur pemerintah
dl pusat dan di daerah, kapasitas pegawai pemerintah yang memadai dan data kependudukan
yang balk.
Pada tahun 2012, sebanyak 15 SPM telah tersusun diantaranya adalah SPM bidang
kesehatan, lingkungan hidup, pemerintahan dalam negerl, sosial, perumahan, pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, pendidikan,
ketahanan pangan, ketenagakerjaan, pekerjaan umum, keseni an, komunikasi dan informatika.
perhubungan dan penanaman modal. Peraturan terkait dengan indikator dan target pencapaian
SPM dituangkan dalam Peraturan Menteri masing-masing bidang SPM. Besaran dan batas waktu
pencapalan SPM d‘ tetapkan oleh masing-masing Kementerian/Lembaga yang menjadl salah
satu acuan bagi pemerintah daerah untuk menyusun perencanaan dan penganggaran
penyelenggaraan daerah.
SPM dengan memperhatikan analisis kemampuan dan potensi daerah, dan dilaksanakan
secara bertahap berdasarkan kebutuhan daerah. Kemampuan dan potensi daerah meh’puti
kepegawaian, kelembagaan, kebijakan, sarana dan prasarana, keuangan, sumber daya alam dan
partisipasi swasta/masyarakat. Faktor kemampuan dan potensi daerah sebagaimana dimaksud di
atas digunakan untuk menganalisis penen tuan status awal terkim' dan’ pencapaian pelayanan
dasar di daerah, perbandingan antara status awal dengan target pencapaian dan batas waktu
pencapaian SPM yang ditetapkan oleh pemerintah, perhitungan pembiayaan atas target
pencapaian SPM, anah’sis standar belanja kegiatan terkait SPM, satuan harga kegiatan, perkiraan
kemampuan keuangan dan pendekatan penyediaan pelayanan dasar yang memak simalkan
sumber daya daerah.
Permendagri No 79/2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar
Pelayanan Minimal telah mengatur penerapan standar pelayanan minimal di daerah dimana harus
melalui 4 tahapan, yaitu:
1. Persiapan rencana pencapaian SPM.
Dalam tahap ini, pemerintah daerah menentukan rencana pencapaian dan
penerapan SPM dengan mempertimbangkan kondisi awal tingkat pencapaian pelayanan
dasar; target pelayanan dasar yang akan dicapai; dan kemampuan, potensi, kondisi,
karakteristik, prioritas daerah dan komitmen nasional. Untuk menentukan gambaran
kondisi awal rencana pencapaian dan penerapan SPM, Pemerintah Daerah wajib
menyusun, mengkaji dan menganalisis database profil pelayanan dasar. Selanjutnya,
rencana pencapaian SPM dan target tahunan men jadi dasar untuk dimasukkan ke dalam
dokumen perencanaan (RPIMD, Renstra SKPD, RKPD, Renja SKPD).
2. Pengintegrasian rencana SPM dalam dokumen perencanaan.
3. Mempersiapkan mekanisme pembelanjaan penerapan SPM dan perencanaan pembiayaan
SPM. Nota kesepakatan tentang KUA dan PPA yang disepakati bersama antara kepala
daerah dengan pimpinan DPRD wajib memuat target pencapaian dan penerapan SPM.
Nota kesepakatan tersebut menjadi dasar dalam penyusunan RKS-SKPD dengan
menggunakan pendektan kerangka pengeluaran jangka menengah daerah, penganggaran
terpadu dan penganggaran tahunan berdasarkan tingkat prestasi kerja yang mengacu pada
rencana pencapaian dan penerapan SPM.
4. Penyampaian informasi rencana dan realisasi pencapaian target tahunan SPM. Rencana
pencapaian target tahunan SPM dan realisasinya merupakan bagian dari Laporan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD). Rencana pencapaian
targettahunanSPMdanrealisasinyasebaiknyadipublikasikankepadamasyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penganggaran sektor publik merupakan proses yang sangat vital bagi organisasisektor publik.
Anggaran publik penting sebab anggaran membantu menentukan tingkat kebutuhan masyarakat.
Anggaran merupakan instrumen kebijakan fiskal pemerintah untuk mempengaruhi keadaan ekonomi
melalui kebijakan pengeluaran dan perpajakan. Dengan anggaran, pemerintah dapat mengalokasikan
sumber daya yang langka untuk menggerakan pembangunan sosial ekonomi, menjamin kesinambungan,
dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dan yang penting lagi, anggaran merupakan sarana untuk
menunjukan akuntanbilitas pemerintah terhadap publik. Anggaran publik terdiri dari anggaran
operasional dan anggaran modal. Anggaran operasional adalah pengeluaran yang dilakukan secara rutin
dan tidak menambah kekayaan serta manfaatnya hanya untuk satu tahun anggaran. Sedangkan
anggaran modal (aset) manfaatnya lebih dari satu tahun anggaran dan menambah kekayaan.

Penganggaran sector public merupakan proses yang sangat vital bagi organisasi sector public.
Anggaraan public penting sabab anggaran membantu menentukan tingkat kebutuhan masyarakat.
Anggaran merupakan instrument kebijakan viskal pemerintah untuk mempengaruhi keadaan ekonomi
melalui kebijakan pengeluaran dan perajakan. Dengan anggaran, pemerintah dapat mengalokasikan
sumber daya yang langka untuk menggerakkan pembangunan social ekonomi, menjamin
kesinambungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dan yang penting lagi, anggaran
merupakan sarana untuk menunjukkan akuntabilitas pemerintah terhadap public.

Anggaran public terdiri dari anggaran operasional dan anggaran modal. Anggaran modal adalah
pengeluaran yang dilakukan secara rutin dan tidak menambah kekayaan serta manfaat hanya untuk satu
tahun anggaran. Sedangkan anggaran modal (asset) manfaatnya lebih dari satu tahun anggaran dan
menambah kekayaan.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai