Expenditures Management, Washington, DC: The World Bank. Ch.02., Allen Schick menerangkan 3 elemen utama dalam public expenditure management2. Ketiga elemen tersebut diantaranya Agregat Fiscal Disipline (Disiplin Fiskal Agregat), Allocative Efficiency (Efisiensi Alokasi) dan Operational Efficiency (Operasional Efisiensi). Ketiga elemen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Aggregate Fiscal Discipline (Disiplin Fiskal Agregat) Elemen ini merupakan pedoman untuk mencapai anggaran yang berkelanjutan. Faktor ini menjadi perhatian dalam menentukan tingkat pengeluaran pemerintah. Penerapan konsep disiplin fiskal total mengacu pada tahap penyusunan kerangka ekonomi makro (kerangka fiskal jangka menengah) yang berkelanjutan dan sehat untuk anggaran negara. Kerangka makro ini harus mampu menggabungkan prakiraan “politik” yang fokus pada pertumbuhan ekonomi (ekspansi) dengan prakiraan yang memperhatikan kesinambungan fiskal. Ketika menerapkan konsep disiplin anggaran total, perlu dibuat sistem yang fokus pada peran otoritas pusat. Instansi pusat berperan dalam menetapkan tujuan anggaran. Instansi pusat harus dapat memperkirakan anggaran secara keseluruhan agar disiplin anggaran dapat direncanakan dengan baik melalui pertimbangan yang netral, komprehensif dan lintas sektoral. Sick menunjukkan bahwa aturan main untuk memastikan pengeluaran anggaran total harus ditetapkan melalui proses pengambilan keputusan terpusat atau top-down dan harus diikuti oleh kementerian dan lembaga pemerintah lainnya. Otoritas pusat memiliki wewenang untuk menetapkan jumlah total. Rincian pengeluaran dan penggunaan didelegasikan kepada pengguna anggaran dan unit operasional lainnya. Untuk itu, kerjasama yang baik dan komitmen lembaga menjadi faktor penting keberhasilan konsep ini. Konsep ini juga harus dikembangkan secara independen dari kendala sektoral dan politik. Jika tekanan ini tidak bisa diredakan, anggaran negara cenderung akomodatif. 2. Allocative Efficiency (Efisiensi Alokasi) Faktor efisiensi alokasi lebih berkaitan dengan kemampuan pemerintah untuk mengalokasikan sumber daya yang ada untuk program dan kegiatan yang lebih efektif dalam mencapai tujuan pembangunan nasional (strategic objective). Dalam pelaksanaannya, pemerintah harus dapat memprioritaskan anggaran untuk mencapai tujuan pembangunan yang dicapai dengan menekankan prioritas, program dan kegiatan utama serta keterkaitannya yang erat dengan anggaran. Prioritas mencakup fokus yang jelas dan terukur dan kegiatan yang diprioritaskan (memberikan perhitungan biaya yang jelas) untuk memecahkan masalah dengan lebih baik untuk tujuan pembangunan suatu negara yang ditetapkan. 1. Unified Budget (anggaran terpadu) Konsep ini merepresentasikan keterpaduan (integrasi) anggaran operasional dan anggaran investasi. Hal ini memberikan gambaran tentang pelaksanaan efisiensi alokasi oleh unit kerja/organisasi tertentu. 2. Forward Estimates Konsep ini memperhitungkan hasil penganggaran untuk tahun berikutnya dalam bentuk rencana bergulir. Penggunaan perkiraan masa depan dalam jangka menengah memastikan keamanan keuangan kementerian. Kepastian ini memberikan peluang kepada kementerian/lembaga untuk secara efisien merencanakan belanja/belanja tahun depan sesuai dengan prinsip efisiensi alokasi. 3. Performances Based Budgeting (anggaran berbasis kinerja) Penganggaran berbasis kinerja menekankan pada pencapaian hasil dan hasil program/kegiatan dengan meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya yang terbatas. Anggaran berbasis kinerja dalam konsep allocative efficiency Konsep ini mengarah pada peningkatan efektivitas pengeluaran melalui alokasi sumber daya pada prioritas tertinggi agar hasil yang diharapkan dapat tercapai. Berkaitan dengan 3 (tiga) poin di atas, dalam rangka penerapan konsep allocative efficiency dalam sistem perencanaan dan penganggaran, ada beberapa hal yang harus dipenuhi terlebih dahulu yaitu: 1) Adanya kerangka sasaran jangka menengah (terkait disiplin fiskal). 2) Adanya prioritas yang terdesain dengan baik dalam mencapai sasaran pembangunan baik yang bersifat nasional maupun sektoral. 3) Adanya kewenangan pengeluaran, perubahan maupun penghematan alokasi pada pengguna anggaran. 4) Pemerintah mendorong realokasi untuk meningkatkan efektivitas program. Pengguna anggaran berkewajiban untuk mengevaluasi kegiatan dan melaporkan kinerja dan outcome yang dihasilkan. 5) Adanya cabinet review yang memfokuskan pada perubahan kebijakan yang ada atau kebijakan baru. Selama fase implementasi Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (MTEF), setelah menerima cap dari otoritas pusat, Kementerian Belanja menerapkan konsep efisiensi alokasi ketika merencanakan kegiatan dan memberdayakan mereka untuk mengembangkan kegiatan sepenuhnya. Dilaksanakan oleh Kementerian Pengeluaran. Proposal harus mencakup deskripsi kebijakan yang direncanakan, perubahan kebijakan yang dibuat, keputusan alokasi kunci, dan tujuan baru, dengan mengacu pada prioritas nasional saat ini. Sebelum mengajukan proposal, Kementerian Belanja juga harus meninjau program dan kegiatan yang sedang berjalan. Tujuan dari review adalah untuk meninjau efisiensi dan efektivitas setiap kegiatan sehingga dapat dipertimbangkan dalam proposal penugasan. Tinjauan ini juga perlu membuat tujuan, aktivitas, metrik kinerja, dan persyaratan alokasinya. Proses konsultasi proposal yang dilakukan oleh instansi pusat dengan Departemen Anggaran Kementerian Pengusulan juga dapat digunakan sebagai forum penerapan prinsip efisiensi alokasi untuk memperkuat keterkaitan antara perencanaan dan penganggaran. Selain itu, kemampuan untuk mendistribusikan kembali anggaran memungkinkan konsep efisiensi alokasi. Anda dapat menggunakan penugasan kembali untuk memperjelas prioritas dan merencanakan efisiensi kegiatan. Redistribusi dapat dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan. Artinya, memusatkan atau hadir untuk setiap pengguna anggaran. Jika dilakukan secara terpusat, maka keuntungan yang didapat yaitu: a) Realokasi yang bersifat lintas sektoral. b) Pertimbangan secara nasional terhadap prioritas dan sasaran pembangunan. c) Kriteria untuk memiliki kegiatan yang direalokasi dapat diterapkan misalnya, kriteria tingkat penyerapan. Hal ini akan mempermudah proses realokasi di berbagai kegiatan. d) Mempermudah pelaksanaan disiplin fiskal. e) Adanya kecenderungan pengguna anggaran enggan melakukan realokasi. f) Mendorong langkah pengguna anggaran untuk lebih mengefisienkan anggarannya. Adapun kondisi penerapan konsep allocative efficiency (efisiensi alokasi) dalam konteks perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja dan berjangka menengah dibagi menjadi 3 tahapan penerapan yaitu: 1. Presentational Hal ini bertujuan untuk meningkatkan tanggung jawab kinerja dengan memasukkan sasaran kinerja dan/atau hasil kinerja. Meskipun tidak ada hubungan antara kinerja dan alokasi anggaran, langkah ini menimbulkan kekhawatiran yang signifikan bagi kementerian tentang anggaran yang diusulkan. 2. Performance informed budgeting Hal ini bertujuan untuk meningkatkan tanggung jawab atas perencanaan dan/atau kinerja. Pada fase ini, hanya ada koneksi kecil (loose/indirect link) antara kinerja dan alokasi sumber daya. 3. Direct/ formula performance budgeting Ini mencakup alokasi anggaran dan tanggung jawab kinerja. Fokusnya adalah pada hasil kinerja sehingga terdapat hubungan yang erat/langsung antara kinerja dengan alokasi anggaran. Saat melakukan fase ini, hasil layanan dan penggunaan dana dipantau dan dievaluasi setelah hubungan langsung antara kinerja dan alokasi dana terpenuhi.
3. Operational Efficiency (Operasional Efisiensi)
Konsep efisiensi operasional menekankan pada efisiensi sumber daya yang digunakan oleh pengguna anggaran dibandingkan dengan output pengguna anggaran. Konsep ini dilaksanakan dengan melaksanakan kegiatan (service delivery) dengan biaya serendah mungkin (bertujuan untuk harga satuan terendah), tetapi dimungkinkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selama fase implementasi Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (MTEF), konsep ini berlaku ketika kementerian pembelanja mengembangkan proposal alokasi. Mereka diberi wewenang untuk merumuskan proposal dalam kuota yang ditetapkan oleh Biro Pusat. Dengan hak untuk mengalokasikan batas anggaran dan keamanan pendanaan, Kementerian Belanja dapat mempertimbangkan aspek efisiensi ketika memilih langkah-langkah untuk mencapai tujuan pembangunan yang telah ditetapkan. Prinsip anggaran meningkatkan efisiensi aktivitas Anda. Kinerja sedang berlangsung dan indikator kegiatan dapat digunakan sebagai alat penilaian untuk menunjukkan tingkat efisiensi dalam melakukan kegiatan tersebut. Audiensi yang diselenggarakan oleh instansi pusat bersama Kementerian Belanja selaku advokat kegiatan dapat dijadikan sebagai wadah untuk mengusulkan pelaksanaan efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan. Dalam konsep efisiensi operasional, konteks kerangka belanja jangka menengah bertujuan untuk meningkatkan efisiensi belanja melalui biaya satuan hasil yang minimum agar secara tidak langsung dapat mewujudkan aspek produktivitas dalam melaksanakan kegiatan. Secara garis besar, ada tiga tahapan penerapan konsep efisiensi operasional, yaitu dalam proses pemberian kewenangan kepada spending minstry untuk menyusun alokasi pendanaannya: Kontrol eksternal Kontrol internal Akuntabilitas manajemen (management accountability),
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional