Anda di halaman 1dari 5

Dari bahan kuliah Schick, Allen.1999.

A Contemporary Approach to Public


Expenditures Management, Washington, DC: The World Bank. Ch.02., Allen Schick
menerangkan 3 elemen utama dalam public expenditure management2. Ketiga elemen
tersebut diantaranya Agregat Fiscal Disipline (Disiplin Fiskal Agregat), Allocative Efficiency
(Efisiensi Alokasi) dan Operational Efficiency (Operasional Efisiensi). Ketiga elemen
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Aggregate Fiscal Discipline (Disiplin Fiskal Agregat)
Elemen ini merupakan pedoman untuk mencapai anggaran yang berkelanjutan. Faktor
ini menjadi perhatian dalam menentukan tingkat pengeluaran pemerintah. Penerapan konsep
disiplin fiskal total mengacu pada tahap penyusunan kerangka ekonomi makro (kerangka
fiskal jangka menengah) yang berkelanjutan dan sehat untuk anggaran negara. Kerangka
makro ini harus mampu menggabungkan prakiraan “politik” yang fokus pada pertumbuhan
ekonomi (ekspansi) dengan prakiraan yang memperhatikan kesinambungan fiskal. Ketika
menerapkan konsep disiplin anggaran total, perlu dibuat sistem yang fokus pada peran
otoritas pusat. Instansi pusat berperan dalam menetapkan tujuan anggaran. Instansi pusat
harus dapat memperkirakan anggaran secara keseluruhan agar disiplin anggaran dapat
direncanakan dengan baik melalui pertimbangan yang netral, komprehensif dan lintas
sektoral. Sick menunjukkan bahwa aturan main untuk memastikan pengeluaran anggaran
total harus ditetapkan melalui proses pengambilan keputusan terpusat atau top-down dan
harus diikuti oleh kementerian dan lembaga pemerintah lainnya. Otoritas pusat memiliki
wewenang untuk menetapkan jumlah total. Rincian pengeluaran dan penggunaan
didelegasikan kepada pengguna anggaran dan unit operasional lainnya. Untuk itu, kerjasama
yang baik dan komitmen lembaga menjadi faktor penting keberhasilan konsep ini. Konsep ini
juga harus dikembangkan secara independen dari kendala sektoral dan politik. Jika tekanan
ini tidak bisa diredakan, anggaran negara cenderung akomodatif.
2. Allocative Efficiency (Efisiensi Alokasi)
Faktor efisiensi alokasi lebih berkaitan dengan kemampuan pemerintah untuk
mengalokasikan sumber daya yang ada untuk program dan kegiatan yang lebih efektif dalam
mencapai tujuan pembangunan nasional (strategic objective). Dalam pelaksanaannya,
pemerintah harus dapat memprioritaskan anggaran untuk mencapai tujuan pembangunan
yang dicapai dengan menekankan prioritas, program dan kegiatan utama serta keterkaitannya
yang erat dengan anggaran. Prioritas mencakup fokus yang jelas dan terukur dan kegiatan
yang diprioritaskan (memberikan perhitungan biaya yang jelas) untuk memecahkan masalah
dengan lebih baik untuk tujuan pembangunan suatu negara yang ditetapkan.
1. Unified Budget (anggaran terpadu)
Konsep ini merepresentasikan keterpaduan (integrasi) anggaran operasional dan anggaran
investasi. Hal ini memberikan gambaran tentang pelaksanaan efisiensi alokasi oleh unit
kerja/organisasi tertentu.
2. Forward Estimates
Konsep ini memperhitungkan hasil penganggaran untuk tahun berikutnya dalam bentuk
rencana bergulir. Penggunaan perkiraan masa depan dalam jangka menengah memastikan
keamanan keuangan kementerian. Kepastian ini memberikan peluang kepada
kementerian/lembaga untuk secara efisien merencanakan belanja/belanja tahun depan sesuai
dengan prinsip efisiensi alokasi.
3. Performances Based Budgeting (anggaran berbasis kinerja)
 Penganggaran berbasis kinerja menekankan pada pencapaian hasil dan hasil
program/kegiatan dengan meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan
sumber daya yang terbatas.
 Anggaran berbasis kinerja dalam konsep allocative efficiency
Konsep ini mengarah pada peningkatan efektivitas pengeluaran melalui alokasi
sumber daya pada prioritas tertinggi agar hasil yang diharapkan dapat tercapai.
Berkaitan dengan 3 (tiga) poin di atas, dalam rangka penerapan konsep allocative
efficiency dalam sistem perencanaan dan penganggaran, ada beberapa hal yang harus
dipenuhi terlebih dahulu yaitu:
1) Adanya kerangka sasaran jangka menengah (terkait disiplin fiskal).
2) Adanya prioritas yang terdesain dengan baik dalam mencapai sasaran pembangunan
baik yang bersifat nasional maupun sektoral.
3) Adanya kewenangan pengeluaran, perubahan maupun penghematan alokasi pada
pengguna anggaran.
4) Pemerintah mendorong realokasi untuk meningkatkan efektivitas program. Pengguna
anggaran berkewajiban untuk mengevaluasi kegiatan dan melaporkan kinerja dan
outcome yang dihasilkan.
5) Adanya cabinet review yang memfokuskan pada perubahan kebijakan yang ada atau
kebijakan baru.
Selama fase implementasi Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (MTEF), setelah
menerima cap dari otoritas pusat, Kementerian Belanja menerapkan konsep efisiensi alokasi
ketika merencanakan kegiatan dan memberdayakan mereka untuk mengembangkan kegiatan
sepenuhnya. Dilaksanakan oleh Kementerian Pengeluaran. Proposal harus mencakup
deskripsi kebijakan yang direncanakan, perubahan kebijakan yang dibuat, keputusan alokasi
kunci, dan tujuan baru, dengan mengacu pada prioritas nasional saat ini. Sebelum
mengajukan proposal, Kementerian Belanja juga harus meninjau program dan kegiatan yang
sedang berjalan. Tujuan dari review adalah untuk meninjau efisiensi dan efektivitas setiap
kegiatan sehingga dapat dipertimbangkan dalam proposal penugasan. Tinjauan ini juga perlu
membuat tujuan, aktivitas, metrik kinerja, dan persyaratan alokasinya.
Proses konsultasi proposal yang dilakukan oleh instansi pusat dengan Departemen
Anggaran Kementerian Pengusulan juga dapat digunakan sebagai forum penerapan prinsip
efisiensi alokasi untuk memperkuat keterkaitan antara perencanaan dan penganggaran. Selain
itu, kemampuan untuk mendistribusikan kembali anggaran memungkinkan konsep efisiensi
alokasi. Anda dapat menggunakan penugasan kembali untuk memperjelas prioritas dan
merencanakan efisiensi kegiatan. Redistribusi dapat dilakukan dengan menggunakan dua
pendekatan. Artinya, memusatkan atau hadir untuk setiap pengguna anggaran. Jika dilakukan
secara terpusat, maka keuntungan yang didapat yaitu:
a) Realokasi yang bersifat lintas sektoral.
b) Pertimbangan secara nasional terhadap prioritas dan sasaran pembangunan.
c) Kriteria untuk memiliki kegiatan yang direalokasi dapat diterapkan misalnya, kriteria
tingkat penyerapan. Hal ini akan mempermudah proses realokasi di berbagai kegiatan.
d) Mempermudah pelaksanaan disiplin fiskal.
e) Adanya kecenderungan pengguna anggaran enggan melakukan realokasi.
f) Mendorong langkah pengguna anggaran untuk lebih mengefisienkan anggarannya.
Adapun kondisi penerapan konsep allocative efficiency (efisiensi alokasi) dalam konteks
perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja dan berjangka menengah dibagi menjadi 3
tahapan penerapan yaitu:
1. Presentational
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan tanggung jawab kinerja dengan memasukkan sasaran
kinerja dan/atau hasil kinerja. Meskipun tidak ada hubungan antara kinerja dan alokasi
anggaran, langkah ini menimbulkan kekhawatiran yang signifikan bagi kementerian tentang
anggaran yang diusulkan.
2. Performance informed budgeting
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan tanggung jawab atas perencanaan dan/atau kinerja.
Pada fase ini, hanya ada koneksi kecil (loose/indirect link) antara kinerja dan alokasi sumber
daya.
3. Direct/ formula performance budgeting
Ini mencakup alokasi anggaran dan tanggung jawab kinerja. Fokusnya adalah pada hasil
kinerja sehingga terdapat hubungan yang erat/langsung antara kinerja dengan alokasi
anggaran. Saat melakukan fase ini, hasil layanan dan penggunaan dana dipantau dan
dievaluasi setelah hubungan langsung antara kinerja dan alokasi dana terpenuhi.

3. Operational Efficiency (Operasional Efisiensi)


Konsep efisiensi operasional menekankan pada efisiensi sumber daya yang digunakan
oleh pengguna anggaran dibandingkan dengan output pengguna anggaran. Konsep ini
dilaksanakan dengan melaksanakan kegiatan (service delivery) dengan biaya serendah
mungkin (bertujuan untuk harga satuan terendah), tetapi dimungkinkan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Selama fase implementasi Kerangka Pengeluaran Jangka
Menengah (MTEF), konsep ini berlaku ketika kementerian pembelanja mengembangkan
proposal alokasi. Mereka diberi wewenang untuk merumuskan proposal dalam kuota yang
ditetapkan oleh Biro Pusat.
Dengan hak untuk mengalokasikan batas anggaran dan keamanan pendanaan, Kementerian
Belanja dapat mempertimbangkan aspek efisiensi ketika memilih langkah-langkah untuk
mencapai tujuan pembangunan yang telah ditetapkan. Prinsip anggaran meningkatkan
efisiensi aktivitas Anda. Kinerja sedang berlangsung dan indikator kegiatan dapat digunakan
sebagai alat penilaian untuk menunjukkan tingkat efisiensi dalam melakukan kegiatan
tersebut. Audiensi yang diselenggarakan oleh instansi pusat bersama Kementerian Belanja
selaku advokat kegiatan dapat dijadikan sebagai wadah untuk mengusulkan pelaksanaan
efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan. Dalam konsep efisiensi operasional, konteks kerangka
belanja jangka menengah bertujuan untuk meningkatkan efisiensi belanja melalui biaya
satuan hasil yang minimum agar secara tidak langsung dapat mewujudkan aspek
produktivitas dalam melaksanakan kegiatan. Secara garis besar, ada tiga tahapan penerapan
konsep efisiensi operasional, yaitu dalam proses pemberian kewenangan kepada spending
minstry untuk menyusun alokasi pendanaannya:
 Kontrol eksternal
 Kontrol internal
 Akuntabilitas manajemen (management accountability),

Anda mungkin juga menyukai