Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Pengisian Dokumen Rencana Kerja Anggaran (RKA) SKPD

Dosen Pengampu : Sri Rahma, M.E

Disusun Oleh :
Tri SeptiaNingsih
501190022

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya
kepada penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan, guna untuk memenuhi
tugas mata kuliah Perencanaan Anggaran Sektor Publik. Dengan judul makalah “
Pengisian Dokumen Rencana Kerja Anggaran (RKA) SKPD ”.

Dalam penyusunan makalah ini penulisan mendapatkan bantuan dan


dukungan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada berikut ini:

1. Sri Rahma, M.E Selaku dosen pengampu mata kuliah Ekonomi


Industri.

Demikian pula pada makalah ini yang masih banyak terdapat kekurang-
sempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun penulis harapkan
dari pembaca makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman bagi kita semua.

Jambi, 30 Juni 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penganggaran dengan pendekatan kinerja difokuskan pada efisiensi
penyelenggaraan suatu aktivitas. Efisiensi itu sendiri adalah perbandingan
antara output dengan input. Suatu aktivitas dikatakan efisien, ketika output
dapat dihasilkan lebih besar dengan input yang sama, atau output yang
dihasilkan adalah sama dengan input yang lebih sedikit. Mardiasmo
(2009), menyatakan bahwa: “Sistem anggaran kinerja pada dasarnya
merupakan sistem yang mencakup kegiatan penyusunan program dan
tolok ukur kinerja sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan sasaran
program”. Anggaran berbasis kinerja merupakan suatu sistem
penganggaran yang dapat memadukan perencanaan kinerja dengan
anggaran tahunan dimana akan terlihat keterkaitan antara dana yang
tersedia dengan hasil yang diharapkan.
Anggaran berbasis kinerja dalam Undang-Undang No. 17 tahun
2003 tentang Keuangan Negara yang menjelaskan bahwa rencana kerja
dan anggaran disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai atau
berbasis kinerja. Penjelasan Undang-Undang tersebut menguraikan bahwa
anggaran berbasis prestasi kerja merupakan upaya untuk memperbaiki
proses penganggaran di sektor publik. Dengan disahkannya Permendagri
No. 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah
(Bastian, 2007). Sesuai dengan Permendagri No. 13 tahun 2006
penganggaran yang baik akan memberikan dasar bagi penggunaan
anggaran dan menghasilkan informasi kinerja yang valid dan akurat,
sehingga dapat digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kinerja
untuk pengendalian.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep anggaran berbasis kinerja (ABK)
2. Bagaimana pengukuran kinerja

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep anggaran berbasis kinerja (ABK)
2. Untuk mengetahui pengukuran kinerja
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Anggaran Berbasis Kinerja (ABK)


Mahmudi (2011) menjelaskan bahwa angaran berbasis kinerja
adalah sistem penganggaran yang dilakukan dengan memperhatikan
keterkaitan antara anggaran (input) dengan keluaran (output) dan hasil
(outcome) yang diharapkan dari kegiatan dan program termasuk efisiensi
dalam pencapaian keluaran dan hasil tersebut. Menurut Halim dan Kusufi
(2014), anggaran berbasis kinerja disusun untuk mengatasi berbagai
kelemahan yang terdpat dalam anggaran tradisional dan anggaran kinerja
menekankan pada konsep value for money.
Penyusunan anggaran berbasis kinerja perlu diperhatikanya
prinsip-prinsip anggaran berbasis kinerja. prinsip-prinsip anggaran
berbasis kinerja, yaitu: 1
1. Transparasi dan Akuntabilitas Anggaran Anggaran harus dapat
menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran, hasil,
dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan atau
proyek yang dianggarkan. Anggota masyarakat memiliki hak dan
akses yang sama untuk mengetahui proses anggaran karena
menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat, terutama
pemenuhan kebutuhan- kebutuhan hidup masyarakat. Masyarakat
juga berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas rencana
ataupun pelaksanaan anggaran tersebut.

2. Disiplin Anggaran Pendapatan yang direncanakan merupakan


perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk
setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan
pada setiap pos/ pasal merupakan batas tertinggi pengeluaran
belanja. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya

1
Erwan Agus Purwanto, Anggaran Berbasis Kinerja, Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada. 2005
hal, 55
kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan
tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan/ proyek yang belum/ tidak
tersedia anggarannya.
3. Keadilan Anggaran Pemerintah daerah wajib mengalokasikan
penggunaan anggarannya secara adil agar dapat dinikmati oleh
seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi dalam pemberian
pelayanan karena daerah pada hakikatnya diperoleh melalui peran
serta masyarakat secara keseluruhan.
4. Efisiensi dan Efektifitas anggaran Penyusunan anggaran
hendaknya dilakukan berlandaskan azas efisiensi, tepat guna, tepat
waktu pelaksanaan, dan penggunaannya dapat di
pertanggungjawabkan. Dana yang tersedia harus dimanfaatkan
dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan
dan kesejahteraan yang maksimal untuk kepentingan stakeholders.
5. Disusun dengan Pendekatan Kinerja Anggaran yang disusun
dengan pendekatan kinerja mengutamakan upaya pencapaian hasil
kerja (output/ outcome) dari perencanaan alokasi biaya atau input
yang telah ditetapkan. Hasil kerjanya harus sepadan atau lebih
besar dari biaya atau input yang telah ditetapkan, selain itu harus
mampu menumbuhkan profesionalisme kerja di setiap organisasi
kerja yang terkait.

Ruang lingkup di dalam penganggaran berbasis kinerja dibagi


dalam beberapa lingkup, yaitu sebagai berikut :2
1. Menentukan visi dan misi (yang mencerminkan strategi organisasi),
tujuan, sasaran, dan target Dalam penentuan visi, misi, tujuan, sasaran,
dan target merupakan tahap pertama yang harus ditetapkan suatu
organisasi dan menjadi tujuan tertinggi yang hendak dicapai sehingga

2
Yunita Anggraeni, Anggaran Berbasis Kinerja. Jakarta: Unit Penerbit dan Percetakan
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen, 2010, hal 56
setiap indikator kinerja harus dikaitkan dengan komponen tersebut.
Oleh karena itu, penentuan komponen-komponen tidak hanya
ditentukan oleh pemerintah tetapi juga mengikutsertakan masyarakat
sehingga dapat diperoleh informasi mengenai kebutuhan publik.
2. Menentukan Indikator Kinerja. Indikator Kinerja adalah ukuran
kuantitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau
tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, indikator kinerja harus
merupakan suatu yang akan dihitung dan diukur serta digunakan
sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja baik dalam
tahapan perencanaan, tahap pelaksanaan maupun tahap setelah
kegiatan selesai dan bermanfaat (berfungsi). Menurut Kemenkeu
indikator kinerja meliputi:
- Masukan (Input) adalah sumber daya yang digunakan dalam suatu
proses untuk menghasilkan keluaran yang telah direncanakan dan
ditetapkan sebelumnya. Indikator masukan meliputi dana, sumber
daya manusia, sarana dan prasarana, data dan informasi lainnya
yang diperlukan.
- Keluaran (Output) adalah sesuatu yang terjadi akibat proses
tertentu dengan menggunakan masukan yang telah ditetapkan.
Indikator keluaran dijadikan landasan untuk menilai kemajuan
suatu aktivitas atau tolok ukur dikaitkan dengan sasaran-sasaran
yang telah ditetapkan dengan baik dan terukur.
- Hasil (Outcome) adalah suatu keluaran yang dapat langsung
digunakan atau hasil nyata dari suatu keluaran. Indikator hasil
adalah sasaran program yang telah ditetapkan. d. Manfaat (Benefit)
adalah nilai tambah dari suatu hasil yang manfaatnya akan nampak
setelah beberapa waktu kemudian. Indikator manfaat menunjukkan
hal-hal yang diharapkan dicapai bila keluaran dapat diselesaikan
dan berfungsi secara optimal.
- Dampak (Impact) pengaruh atau akibat yang ditimbulkan oleh
manfaat dari suatu kegiatan. Indikator dampak merupakan
akumulasi dari beberapa manfaat yang terjadi, dampaknya baru
terlihat setelah beberapa waktu kemudian.
3. Evaluasi dan pengambilan keputusan terhadap pemilihan dan prioritas
program Dalam kegiatan ini meliputi penyusunan peringkat-peringkat
alternatif dan selanjutnya mengambil keputusan atas program/kegiatan
yang dianggap menjadi prioritas. Dilakukannya pemilihan dan prioritas
program/kegiatan mengingat sumber daya yang terbatas.
4. Analisa Standar Biaya (ASB) ASB merupakan standar biaya suatu
program atau kegiatan sehingga alokasi anggaran menjadi lebih
rasional. Dilakukannya ASB dapat meminimalisir kesepakatan antara
eksekutif dan legislatif untuk melonggarkan alokasi anggaran pada
tiap-tiap unit kerja sehingga anggaran tersebut tidak efisien. Dalam
menyusun ABK perlu memperhatikan prinsip-prinsip penganggaran,
perolehan data dalam membuat keputusan anggaran, siklus
perencanaan anggaran daerah, struktur APBN atau APBD, dan
penggunaan ASB. Dalam menyusun ABK yang perlu mendapat
perhatian adalah memperoleh data kuantitatif dan membuat keputusan
penganggarannya.
Karakterisik Anggaran Berbasis Kinerja yaitu sebagai berikut :3
a. Mengklasifikasikan akun-akun dalam anggaran berdasarkan fungsi dan
aktivitas serta unit organisasi dan rincian belanja.
b. Menyelidiki dan mengukur aktivitas guna mendapatkan efisiensi
maksimum dan standar biaya.
c. Mendasarkan anggaran untuk periode yang akan datang pada biaya per
unit standar dikalikan dengan jumlah unit aktivitas yang diperkirakan
harus dilakukan pada periode tersebut.
B. Pengukuran Kinerja
1. Pengertian Pengukuran Kinerja
Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan

3
Sony Sumarsono, Manajemen Keuangan Pemerintah, Yogyakarta:Graha Ilmu, 2010, hal, 76
sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam
strategic planning suatu organisasi. Pengukuran kinerja perusahaan
menjadi hal yang sangat penting bagi manajemen untuk melakukan
evaluasi terhadap performa perusahaan dan perencanaan tujuan di
masa mendatang. Berbagai informasi dihimpun agar pekerjaan
yang dilakukan dapat dikendalikan dan dipertanggungjawabkan.
Hal ini dilakukan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pada
seluruh proses bisnis perusahaan. Gambaran mengenai kinerja
perusahaan bisa didapatkan dari dua sumber, yakni informasi
finansial dan informasi nonfinansial. Informasi finansial
didapatkan dari penyusunan anggaran untuk mengendalikan biaya.
Sedangkan informasi nonfinansial merupakan faktor kunci untuk
menetapkan strategi yang dipilih guna melaksanakan tujuan yang
telah ditetapkan.4
Menurut Robertson pengukuran kinerja (performance
measurement) adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan
terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya
termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam
menghasilkan barang dan jasa, kualitas barang dan jasa (seberapa
baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai
seberapa jauh pelanggan terpuaskan), hasil kegiatan dibandingkan
dengan maksud yang diinginkan dan efektivitas tindakan dalam
mencapai tujuan.
Dapat disimpulkan bahwa Pengukuran kinerja adalah
tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas
dalam rantai nilai yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran
tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik dalam bentuk
tindakan yang efektif dan efisien dan akan memberikan informasi
tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana

4
Ibid, hal 78
perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas
perencanaan dan pengendalian.
2. Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja.
Pengukuran kinerja bertujuan untuk memotivasi karyawan
agar dapat mencapai sasaran organisasi dan mematuhi standar
perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar menghasilkan
tindakan yang diinginkan oleh organisasi. Pengukuran kinerja
digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya
diinginkan melalui umpan balik hasil kerja, serta sebagai landasan
untuk memberikan penghargaan kepada orang yang telah mencapai
atau melebihi tujuan yang telah ditetapkan. 5
Manfaat pengukuran kinerja adalah sebagai berikut:
a. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan
membawa perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan
membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya
memberi kepuasan kepada pelanggan.

b. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian


dari mata rantai pelanggan dan pemasok internal.
c. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong
upaya-upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut
(reduction of waste).
d. Membuat suatu sasaran strategis yang biasanya masih kabur
menjadi lebih konkret sehingga mempercepat proses pembelajaran
organisasi.
e. Membangun konsensus untuk melakukan sesuatu perubahan
dengan memberi reward atas perilaku yang diharapkan tersebut.
Uraian manfaat pengukuran kinerja tersebut sudah cukup baik,
hanya saja kekurangannya belum mengungkapkan manfaat

5
Mahsun,Mohamad. 2009. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Edisi 1. Yogyakarta BPFE –
Yogyakarta.
pengukuran kinerja terkait dengan aspek non-market yaitu
lingkungan dan sosial.

6. Syarat dan Indikator Pengukuran Kinerja


Pengukuran kinerja baik kuantitatif maupun kualitatif harus dapat
menggambarkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan organisasi,
baik pada tahap perencanaan (ex-ante), tahap pelaksanaan (on-going),
maupun tahap setelah kegiatan selesai (ex-post). Selain itu pengukuran
kinerja juga digunakan untuk meyakinkan bahwa kinerja hari demi
hari menunjukkan kemajuan dalam rangka menuju tercapainya sasaran
maupun tujuan organisasi yang bersangkutan. Menurut Mutia (2009),
terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengukuran kinerja,
yaitu:
a. Spesifik dan jelas untuk menghindari kesalahan interpretasi.
b. Dapat diukur secara obyektif baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
c. Menangani aspek-aspek yang relevan.
d. Harus penting atau berguna untuk menunjukkan keberhasilan
input, output, hasil/outcome, manfaat maupun dampak serta
proses.
e. Fleksibel dan sensitif terhadap perubahan pelaksanaan.
f. Efektif, dalam arti datanya mudah diperoleh, diolah, dianalisis
dengan biaya yang tersedia.
Selain itu terdapat beberapa syarat lain yang harus dipenuhi
sebelum melakukan pengukuran kinerja, yaitu sebagai berikut:
a. Didasarkan pada masing-masing aktivitas dan karakteristik
organisasi itu sendiri sesuai perspektif pelanggan.
b. Evaluasi atas berbagai aktivitas menggunakan ukuran-ukuran
kinerja yang customer-validated.
c. Sesuai dengan seluruh aspek kinerja aktivitas yang
mempengaruhi pelanggan, sehingga menghasilkan penilaian
yang komprehensif.
d. Memberikan umpan balik untuk membantu seluruh anggota
organisasi mengenali masalah-masalah yang ada kemungkinan
perbaikan.6
Menurut Mutia (2009), terdapat beberapa indikator dalam
pengukuran kinerja, yaitu sebagai berikut:
a. Indikator kinerja input (masukan), yaitu indikator yang
dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat menghasilkan
keluaran yang ditentukan, misalnya dana, SDM, informasi, dll.
b. Indikator kinerja output (keluaran), yaitu sesuatu yang
diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang dapat
berupa fisik maupun non fisik.
c. Indikator kinerja outcome (hasil), yaitu segala sesuatu yang
mencerminkan berfungsinya keluaran (output) kegiatan pada
jangka menengah (efek langsung).
d. Indikator kinerja benefit (manfaat), yaitu sesuatu yang terkait
dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan.
e. Indikator kinerja impact (dampak), yaitu pengaruh yang
ditimbulkan baik positif maupun negatif pada setiap tingkatan
indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan.
Menurut Mahmudi (2005), tujuan pengukuran kinerja
adalah sebagai berikut:
- Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi.
Penilaian kinerja berfungsi sebagai tonggak yang
menunjukkan tingkat ketercapaian tujuan dan menunjukkan apakah
organisasi berjalan sesuai arah atau menyimpang dari tujuan yang
ditetapkan.
- Menyediakan sarana pembelajaran pegawai.
Penilaian kinerja merupakan sarana untuk pembelajaran
pegawai tentang bagaimana seharusnya mereka bertindak dan

6
Bahri, S P. 2012. Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Cirebon). Bandung: Universitas
Pasundan.
memberikan dasar dalam perubahan perilaku, sikap, ketrampilan
atau pengetahuan kerja yang harus dimiliki pegawai untuk
mencapai hasil kerja terbaik.
- Memperbaiki kinerja periode-periode berikutnya.
Penerapan penilaian kinerja dalam jangka panjang
bertujuan untuk membentuk budaya berprestasi di dalam organisasi
dengan menciptakan keadaan dimana setiap orang dalam organisasi
dituntut untuk berprestasi.
- Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan
keputusan, pemberian penghargaan dan hukuman.
Organisasi yang berkinerja tinggi berusaha menciptakan
sistem penghargaan seperti kenaikan gaji/tunjangan, promosi atau
hukuman seperti penundaan promosi atau teguran, yang memiliki
hubungan yang jelas dengan pengetahuan, ketrampilan dan
kontribusi terhadap kinerja organisasi.
- Memotivasi pegawai.
Dengan adanya penilaian kinerja yang dihubungkan dengan
manajemen kompensasi, maka pegawai yang berkinerja tinggi atau
baik akan memperoleh penghargaan.
- Menciptakan akuntabilitas publik.
Penilaian kinerja menunjukkan seberapa besar kinerja
manajerial dicapai yang menjadi dasar penilaian akuntabilitas.
Kinerja tersebut harus diukur dan dilaporkan dalam bentuk laporan
kinerja sebagai bahan untuk mengevaluasi kinerja organisasi dan
berguna bagi pihak internal maupun.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Anggaran berbasis kinerja (Performance Based Budgeting) merupakan


sistem penganggaran yang berorientasi pada output organisasi dan berkaitan
sangat erat dengan visi, misi, dan rencana strategis organisasi. Anggaran yang
tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan
perencanaan yang telah disusun. Pengukuran kinerja secara berkelanjutan akan
memberikan umpan balik, sehingga upaya perbaikan secara terus menerus akan
mencapai keberhasilan di masa mendatang.

Pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap


berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran
tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik dalam bentuk tindakan yang
efektif dan efisien dan akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan
suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian
atas aktivitas perencanaan dan pengendalian.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Yunita. 2010. Anggaran Berbasis Kinerja. Jakarta: Unit


Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen.

Bahri. 2012. Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja terhadap


Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Dinas Pendapatan dan
Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Cirebon). Bandung:
Universitas Pasundan.

Purwanto Agus Erwan. 2005. Anggaran Berbasis Kinerja,


Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada.

Sumarsono, Sony. 2010. Manajemen Keuangan Pemerintah.


Yogyakarta:Graha Ilmu.

Mohamad, Mahsun. 2009. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Edisi 1.


Yogyakarta BPFE – Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai