Disusun Oleh :
Tri SeptiaNingsih
501190022
Demikian pula pada makalah ini yang masih banyak terdapat kekurang-
sempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun penulis harapkan
dari pembaca makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman bagi kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penganggaran dengan pendekatan kinerja difokuskan pada efisiensi
penyelenggaraan suatu aktivitas. Efisiensi itu sendiri adalah perbandingan
antara output dengan input. Suatu aktivitas dikatakan efisien, ketika output
dapat dihasilkan lebih besar dengan input yang sama, atau output yang
dihasilkan adalah sama dengan input yang lebih sedikit. Mardiasmo
(2009), menyatakan bahwa: “Sistem anggaran kinerja pada dasarnya
merupakan sistem yang mencakup kegiatan penyusunan program dan
tolok ukur kinerja sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan sasaran
program”. Anggaran berbasis kinerja merupakan suatu sistem
penganggaran yang dapat memadukan perencanaan kinerja dengan
anggaran tahunan dimana akan terlihat keterkaitan antara dana yang
tersedia dengan hasil yang diharapkan.
Anggaran berbasis kinerja dalam Undang-Undang No. 17 tahun
2003 tentang Keuangan Negara yang menjelaskan bahwa rencana kerja
dan anggaran disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai atau
berbasis kinerja. Penjelasan Undang-Undang tersebut menguraikan bahwa
anggaran berbasis prestasi kerja merupakan upaya untuk memperbaiki
proses penganggaran di sektor publik. Dengan disahkannya Permendagri
No. 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah
(Bastian, 2007). Sesuai dengan Permendagri No. 13 tahun 2006
penganggaran yang baik akan memberikan dasar bagi penggunaan
anggaran dan menghasilkan informasi kinerja yang valid dan akurat,
sehingga dapat digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kinerja
untuk pengendalian.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep anggaran berbasis kinerja (ABK)
2. Bagaimana pengukuran kinerja
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep anggaran berbasis kinerja (ABK)
2. Untuk mengetahui pengukuran kinerja
BAB II
PEMBAHASAN
1
Erwan Agus Purwanto, Anggaran Berbasis Kinerja, Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada. 2005
hal, 55
kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan
tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan/ proyek yang belum/ tidak
tersedia anggarannya.
3. Keadilan Anggaran Pemerintah daerah wajib mengalokasikan
penggunaan anggarannya secara adil agar dapat dinikmati oleh
seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi dalam pemberian
pelayanan karena daerah pada hakikatnya diperoleh melalui peran
serta masyarakat secara keseluruhan.
4. Efisiensi dan Efektifitas anggaran Penyusunan anggaran
hendaknya dilakukan berlandaskan azas efisiensi, tepat guna, tepat
waktu pelaksanaan, dan penggunaannya dapat di
pertanggungjawabkan. Dana yang tersedia harus dimanfaatkan
dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan
dan kesejahteraan yang maksimal untuk kepentingan stakeholders.
5. Disusun dengan Pendekatan Kinerja Anggaran yang disusun
dengan pendekatan kinerja mengutamakan upaya pencapaian hasil
kerja (output/ outcome) dari perencanaan alokasi biaya atau input
yang telah ditetapkan. Hasil kerjanya harus sepadan atau lebih
besar dari biaya atau input yang telah ditetapkan, selain itu harus
mampu menumbuhkan profesionalisme kerja di setiap organisasi
kerja yang terkait.
2
Yunita Anggraeni, Anggaran Berbasis Kinerja. Jakarta: Unit Penerbit dan Percetakan
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen, 2010, hal 56
setiap indikator kinerja harus dikaitkan dengan komponen tersebut.
Oleh karena itu, penentuan komponen-komponen tidak hanya
ditentukan oleh pemerintah tetapi juga mengikutsertakan masyarakat
sehingga dapat diperoleh informasi mengenai kebutuhan publik.
2. Menentukan Indikator Kinerja. Indikator Kinerja adalah ukuran
kuantitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau
tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, indikator kinerja harus
merupakan suatu yang akan dihitung dan diukur serta digunakan
sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja baik dalam
tahapan perencanaan, tahap pelaksanaan maupun tahap setelah
kegiatan selesai dan bermanfaat (berfungsi). Menurut Kemenkeu
indikator kinerja meliputi:
- Masukan (Input) adalah sumber daya yang digunakan dalam suatu
proses untuk menghasilkan keluaran yang telah direncanakan dan
ditetapkan sebelumnya. Indikator masukan meliputi dana, sumber
daya manusia, sarana dan prasarana, data dan informasi lainnya
yang diperlukan.
- Keluaran (Output) adalah sesuatu yang terjadi akibat proses
tertentu dengan menggunakan masukan yang telah ditetapkan.
Indikator keluaran dijadikan landasan untuk menilai kemajuan
suatu aktivitas atau tolok ukur dikaitkan dengan sasaran-sasaran
yang telah ditetapkan dengan baik dan terukur.
- Hasil (Outcome) adalah suatu keluaran yang dapat langsung
digunakan atau hasil nyata dari suatu keluaran. Indikator hasil
adalah sasaran program yang telah ditetapkan. d. Manfaat (Benefit)
adalah nilai tambah dari suatu hasil yang manfaatnya akan nampak
setelah beberapa waktu kemudian. Indikator manfaat menunjukkan
hal-hal yang diharapkan dicapai bila keluaran dapat diselesaikan
dan berfungsi secara optimal.
- Dampak (Impact) pengaruh atau akibat yang ditimbulkan oleh
manfaat dari suatu kegiatan. Indikator dampak merupakan
akumulasi dari beberapa manfaat yang terjadi, dampaknya baru
terlihat setelah beberapa waktu kemudian.
3. Evaluasi dan pengambilan keputusan terhadap pemilihan dan prioritas
program Dalam kegiatan ini meliputi penyusunan peringkat-peringkat
alternatif dan selanjutnya mengambil keputusan atas program/kegiatan
yang dianggap menjadi prioritas. Dilakukannya pemilihan dan prioritas
program/kegiatan mengingat sumber daya yang terbatas.
4. Analisa Standar Biaya (ASB) ASB merupakan standar biaya suatu
program atau kegiatan sehingga alokasi anggaran menjadi lebih
rasional. Dilakukannya ASB dapat meminimalisir kesepakatan antara
eksekutif dan legislatif untuk melonggarkan alokasi anggaran pada
tiap-tiap unit kerja sehingga anggaran tersebut tidak efisien. Dalam
menyusun ABK perlu memperhatikan prinsip-prinsip penganggaran,
perolehan data dalam membuat keputusan anggaran, siklus
perencanaan anggaran daerah, struktur APBN atau APBD, dan
penggunaan ASB. Dalam menyusun ABK yang perlu mendapat
perhatian adalah memperoleh data kuantitatif dan membuat keputusan
penganggarannya.
Karakterisik Anggaran Berbasis Kinerja yaitu sebagai berikut :3
a. Mengklasifikasikan akun-akun dalam anggaran berdasarkan fungsi dan
aktivitas serta unit organisasi dan rincian belanja.
b. Menyelidiki dan mengukur aktivitas guna mendapatkan efisiensi
maksimum dan standar biaya.
c. Mendasarkan anggaran untuk periode yang akan datang pada biaya per
unit standar dikalikan dengan jumlah unit aktivitas yang diperkirakan
harus dilakukan pada periode tersebut.
B. Pengukuran Kinerja
1. Pengertian Pengukuran Kinerja
Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan
3
Sony Sumarsono, Manajemen Keuangan Pemerintah, Yogyakarta:Graha Ilmu, 2010, hal, 76
sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam
strategic planning suatu organisasi. Pengukuran kinerja perusahaan
menjadi hal yang sangat penting bagi manajemen untuk melakukan
evaluasi terhadap performa perusahaan dan perencanaan tujuan di
masa mendatang. Berbagai informasi dihimpun agar pekerjaan
yang dilakukan dapat dikendalikan dan dipertanggungjawabkan.
Hal ini dilakukan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pada
seluruh proses bisnis perusahaan. Gambaran mengenai kinerja
perusahaan bisa didapatkan dari dua sumber, yakni informasi
finansial dan informasi nonfinansial. Informasi finansial
didapatkan dari penyusunan anggaran untuk mengendalikan biaya.
Sedangkan informasi nonfinansial merupakan faktor kunci untuk
menetapkan strategi yang dipilih guna melaksanakan tujuan yang
telah ditetapkan.4
Menurut Robertson pengukuran kinerja (performance
measurement) adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan
terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya
termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam
menghasilkan barang dan jasa, kualitas barang dan jasa (seberapa
baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai
seberapa jauh pelanggan terpuaskan), hasil kegiatan dibandingkan
dengan maksud yang diinginkan dan efektivitas tindakan dalam
mencapai tujuan.
Dapat disimpulkan bahwa Pengukuran kinerja adalah
tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas
dalam rantai nilai yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran
tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik dalam bentuk
tindakan yang efektif dan efisien dan akan memberikan informasi
tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana
4
Ibid, hal 78
perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas
perencanaan dan pengendalian.
2. Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja.
Pengukuran kinerja bertujuan untuk memotivasi karyawan
agar dapat mencapai sasaran organisasi dan mematuhi standar
perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar menghasilkan
tindakan yang diinginkan oleh organisasi. Pengukuran kinerja
digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya
diinginkan melalui umpan balik hasil kerja, serta sebagai landasan
untuk memberikan penghargaan kepada orang yang telah mencapai
atau melebihi tujuan yang telah ditetapkan. 5
Manfaat pengukuran kinerja adalah sebagai berikut:
a. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan
membawa perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan
membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya
memberi kepuasan kepada pelanggan.
5
Mahsun,Mohamad. 2009. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Edisi 1. Yogyakarta BPFE –
Yogyakarta.
pengukuran kinerja terkait dengan aspek non-market yaitu
lingkungan dan sosial.
6
Bahri, S P. 2012. Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Cirebon). Bandung: Universitas
Pasundan.
memberikan dasar dalam perubahan perilaku, sikap, ketrampilan
atau pengetahuan kerja yang harus dimiliki pegawai untuk
mencapai hasil kerja terbaik.
- Memperbaiki kinerja periode-periode berikutnya.
Penerapan penilaian kinerja dalam jangka panjang
bertujuan untuk membentuk budaya berprestasi di dalam organisasi
dengan menciptakan keadaan dimana setiap orang dalam organisasi
dituntut untuk berprestasi.
- Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan
keputusan, pemberian penghargaan dan hukuman.
Organisasi yang berkinerja tinggi berusaha menciptakan
sistem penghargaan seperti kenaikan gaji/tunjangan, promosi atau
hukuman seperti penundaan promosi atau teguran, yang memiliki
hubungan yang jelas dengan pengetahuan, ketrampilan dan
kontribusi terhadap kinerja organisasi.
- Memotivasi pegawai.
Dengan adanya penilaian kinerja yang dihubungkan dengan
manajemen kompensasi, maka pegawai yang berkinerja tinggi atau
baik akan memperoleh penghargaan.
- Menciptakan akuntabilitas publik.
Penilaian kinerja menunjukkan seberapa besar kinerja
manajerial dicapai yang menjadi dasar penilaian akuntabilitas.
Kinerja tersebut harus diukur dan dilaporkan dalam bentuk laporan
kinerja sebagai bahan untuk mengevaluasi kinerja organisasi dan
berguna bagi pihak internal maupun.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan