Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KELOMPOK 6

DISUSUN OLEH:

1. MOHAMMAD RAFFI CENDIKA (C30122064)


2. WINDI KARTIKA (C30122109)
3. AL-FAYRIZZI (C30122118)
4. MALDINI ANGGRAENY JUSTISIA (C30122160)
5. APRILIANTI ((C30122161)
6. FITRAH SIDIQ (C30122235)
7. MIHRAJUL QARIMAH (C30122239)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TADULAKO

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur kita kepada Tuhan yang Maha Esa. Karena atas
berkat dan hidayahnya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Pengukuran
kinerja sektor publik”.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman kelompok yang dapat bekerja sama
dengan baik dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah yang
kami buat masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa, dan penulisannya.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

14 September 2023

Kelompok 6
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu
manajer publik dalam menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non
finansial. Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai pengendalian organisasi karena
pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan reward dan punhisment system Sardjito
dan Mutaher (2007). Menurut PP No 58 tahun 2005 kinerja adalah keluaran atau hasil dari
kegiatan atau laporan yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran
dengan kuantitas dan kualitas yang terukur. Schiff dan lewin (1970) dalam sardjito dan
muthaher (2007), mengemukakan bahwa anggaran yang telah disusun memiliki peranan
sebagai perencanaan dan sebagai kriteria kinerja, yaitu anggaran digunakan sebagai sistem
pengendalian untuk mengukur kinerja manajerial. Kinerja manajerial adalah seberapa jauh
manajer melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, Sinaga dan Siregar (2009).

Salah satu perbedaan sektor publik dan sektor swasta dapat dilihat dari tujuannya. Pada
sektor swasta terdapat motif memaksimumkan laba, sedangkan sektor publik bukan untuk
memaksimumkan laba tetapi lebih pada pemberian pelayanan publik (public service), seperti:
pendidikan, kesehatan masyarakat, keamanan, penegak hukum, transportasi publik, dan
penyediaan barang kebutuhan publik (Mardiasmo, 2002: 2). Terbitnya Permendagri No
32/2008 didasarkan pada pasal 34 (2) PP No 58/2005 yang menyatakan bahwa penyususnan
rancangan kebijakan umum APBD berpedoman pada pedoman penyusunan APBD yang
ditetapkan oleh menteri dalam negeri setiap tahunnya. Hal ini pula yang mendasari mengapa
pedoman penyusunan APBD sejak tahun anggaran 2007 menggunakan permendagri bukan
lagi surat edaran (SE) mendagri.

Fungsi anggaran adalah sebagai alat perencanaan yang salah satunya digunakan untuk
menentukan indikator kinerja. Dalam undang-undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang
pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah membuka peluang yang luas bagi
daerah untuk mengembangkan dan membangun daerahnya sesuai dengan kebutuhan dan
prioritas masing-masing. Dengan berlakunya undang-undang tersebut di atas membawa
konsekuensi bagi pemerintah daerah dalam bentuk pertanggungjawaban atas pengalokasian
dana yang dimiliki dengan cara yang efesien dan efektif, khususnya dalam upaya
peningkatan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat. Hal tersebut dapat
dipenuhi dengan menyusun rencana kerja dan anggaran satuan kerja perangkat daerah (RKA-
SKPD) seperti yang disebut dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara pasal 19 (1) dan (2) yaitu, pendekatan berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai.
Dengan membangun suatu sistem penganggaran yang dapat memadukan perencanaan kinerja
dengan anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan antara dana yang tersedia dengan
hasil yang diharapkan (sardjito dan muthaher, 2007). Berdasarkan latar belakang masalah
diatas penelitian ini mengambil judul “PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK”.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis memunculkan permasalahan:


1.2.1 Apa definisi, manfaat, dan tahapan pengukuran kinerja sektor publik?
1.2.2 Apa konsep value for money?
1.2.3 Apa sasaran strategis, indicator dan target kinerja?
1.2.4 Apa saja metode evaluasi dan review kinerja?

1.3 Tujuan penelitian


BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi, manfaat dan tahapan pengukuran kinerja sektor publik

Sebelum sampai pada definisi pengukuran kinerja, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui
arti kinerja itu sendiri, menurut Mahsun (2009) dari berbagai literatur secara umum disarikan
kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang
tertuang dalam perencanaan strategis suatu organisasi. Pengukuran kinerja menurut Mahmudi
(2015) meliputi aktivitas penetapan serangkaian ukuran atau indikator kinerja yang memberikan
informasi sehingga memungkinkan bagi unit kerja sektor publik untuk memonitor kinerjanya
dalam menghasilkan output dan outcome terhadap masyarakat. Pengukuran kinerja bermanfaat
untuk membantu manajer unit kerja dalam memonitoring dan memperbaiki kinerja dan berfokus
pada tujuan organisasi dalam rangka memenuhi tuntutan akuntabilitas publik. Pengukuran
kinerja merupakan bagian penting bagi proses pengendalian manajemen bagi sektor publik,
menurut Mahmudi (2010) terdapat enam tujuan dalam pengukuran kinerja sektor publik yaitu:

1. Untuk mengetahui tingkat ketercapain tujuan organisasi.

2. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai.

3. Memperbaiki kinerja pada periode berikutnya.

4. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan keputusan reward dan


punishment.

5. Memotivasi pegawai.

6. Menciptakan akuntabilitas publik.

Sedangkan manfaat dari pengukuran kinerja sektor publik bagi pihak internal dan eksternal
organisasi (BPKP, 2000), antara lain:

1. Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang digunakan untuk penilaian kinerja.

2. Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati.

3. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya dengan rencana


kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki

kinerja.

4. Memberikan penghargaan dan hukuman yang obyektif atas prestasi pelaksana yang telah
diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati.
5. Menjadi alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam upaya memperbaiki kinerja
organisasi.

6. Mengindentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.

7. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.

8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.

9. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan.

10. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.

Pengukuran kinerja sektor publik meliput 5 tahapan yaitu:

1. Perencanaan strategi

2. Penciptaan indikator kinerja

3. Mengembangkan sistem pengukuran kinerja

4. Penyempurnaan ukuran

5. Pengintegrasian dengan proses manajemen

2.2 Konsep value for money

Secara sederhana, dapat didefinisikan bahwa value for money suatu konsep penilaian kinerja,
khususnya dalam organisasi sektor publik, yang dilakukan berdasarkan tingkat keberhasilan
suatu program kerja, dengan mengacu kepada tiga elemen utama yaitu ekonomi, efisiensi dan
efektivitas. Dengan adanya konsep value for money, akan didapatkan berbagai informasi berupa
indikator mengenai anggaran atau dana yang dibelanjakan menghasilkan nilai tertentu bagi
masyarakatnya. Selain penilaian kinerja finansial, dalam konsep value for money terdapat pula
penilaian yang sifatnya non finansial, yaitu penilaian pada kualitas pelayanan dengan
memperhatikan kualitas yang konsisten, yang dapat memenuhi ekspektasi pelanggan. Bisa pula
diartikan bahwa value for money sebuah rangkaian indikator yang unsur-unsurnya merupakan
satu kesatuan dari input, output, dan outcome.

Value for money konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga
elemen utama. Tiga elemen tersebut sering disebut juga dengan indikator value for money, yaitu:

1. Ekonomi

Indikator value for money yang pertama adalah ekonomi, yaitu pemerolehan input dengan
kualitas tertentu dengan harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan
input value yang dinyatakan dalam satuan moneter yang secara umum terkait dengan sejauh
mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir input resourcesyang digunakan.

3. Efisiensi

Berikutnya, ada efisiensi, yaitu pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau
penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan
perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah
ditetapkan.

3. Efektivitas

indikator value for money yang terakhir adalah efektivitas, yaitu tingkat pencapaian hasil
program dengan target yang telah ditetapkan secara sederhana, efektivitas merupakan
perbandingan outcome dengan output.

3.3 Sasaran strategis, indikator, dan target kinerja

untuk dapat menghasilkan pencapaian tujuan dan sasaran, indikator value for money dibagi
menjadi dua, yaitu:

1. Indikator Alokasi Biaya (Ekonomis dan Efisiensi)

Ekonomis artinya pembelian barang dan jasa dengan tingkat kualitas tertentu pada harga terbaik
(spending less). Efisiensi artinya output tertentu dapat dicapai dengan sumber daya yang
serendah-rendahnya (spending well).

2.Indikator Kualitas Pelayanan (Efektivitas)

Efektivitas artinya kontribusi output terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang ditetapkan
(spending wisely).

3.4 Metode evaluasi dan review kinerja

1. Metode MBO

Metode penilaian kerja yang pertama adalah Management by Objectives (MBO). MBO
melibatkan manajer dan karyawan melakukan penilaian bersama-sama dalam kurun waktu
tertentu, melalui proses identifikasi, perencanaan, organisir hingga cara komunikasi dalam
meraih tujuan. Biasanya waktu yang dibutuhkan bisa 3 bulan, 6 bulan hingga 1 tahun.

2. Metode hirarki

Dalam metode hirarki, petinggi perusahaan diajak menilai kerja para karyawan. Hanya saja,
penilaiannya terkadang kurang maksimal karena karyawan sering merasa canggung kepada para
petinggi perusahaan. Namun dengan menggunakan metode ini, bisa pula diketahui tanda-tanda
menurunnya kinerja karyawan dari sudut pandang pemimpin perusahaan.

3. Metode 360 Derajat

Kalau metode MBO hanya melibatkan karyawan dan manajer, dalam metode ini lingkupnya
lebih luas, di mana seluruh pihak yang ada di sekeliling karyawan mulai dari manajer, rekan
kerja, pelanggan atau klien hingga laporan yang disetorkan, dikumpulkan untuk dinilai bersama.
Lewat metode 360 derajat ini, kompetensi individu akan terlihat jelas.

4. Metode skala nilai

Salah satu metode penilaian kerja yang cukup favorit dilakukan perusahaan adalah lewat skala
nilai. Skala yang ditetapkan, yakni mulai dari Memuaskan-Tidak Memuaskan atau Sangat Baik-
Sangat Buruk yang dikonversikan menjadi angka. Dalam metode ini, dibutuhkan beberapa
karakteristik karyawan yang dinilai, seperti sifat kepemimpinan, ketergantungan dengan rekan
kerja, kualitas dan kuantitas kerja, rasa tanggung jawab, kemampuan inisiatif, stabilitas emosi
hingga loyalitas terhadap perusahaan, sampai kemampuan mengerjakan tugas yang diberikan.

Review kinerja merupakan penilaian formal oleh atasan atau manajer terhadap bawahannya
atas kinerjanya dalam periode waktu tertentu yang disepakati. Review kinerja merupakan proses
yang berjalan dan dapat dilakukan beberapa kali dalam setahun. Review kinerja merupakan
alat manajemen yang penting bagi individual, departemental, dan organisasional (Ken
Lawson dalam Wibowo, 2014). Arti penting kinerja bagi individual adalah :

a. Feedback (umpan balik) Semua pekerja perlu dan ingin tahu dengan sungguh-sungguh
seberapa tingkat keberhasilannya. Proses formal memungkinkan semua aspek kinerja
individual dinilai dengan cara yang diatur secara objektif

b. b.Improving Perfomance (memperbaiki kinerja) Semua pekerja perlu mengetahui


seberapa baik sekarang ini mereka menjalankan tanggung jawabnya, sebe l um
m e re ka dapat dimotivasi memperbaiki bidang kelemahannya, atau membangun
kerja lebih baik lanjut. Hal ini juga membuat pekerja dapat menghadapi setiap
masalah kinerja

c. Determaining Pay raise (mempertimbangkan kenaikan upah / gaji) Kenaikan upah/gai


sering ditentukan oleh seberapa baik review kinerja yang diterima pekerja d.Renewal of the work
contract(pembaruan kontrak kinerja) Review kinerja sering mempengaruhi pembaruan kontrak
kerja. Hal ini terjadi dengan meninjau kembali komitmen formal dan informal pada
organisasi dan tujuannya. Review yang dilakukan dengan baik membuat pekerja
mempunyai komitmen pada organisasi dan secara efektif meningkatkan motivasi
pekerja e.Determine development needs (mempertimbangkan kebutuhan pengembangan) Review
kinerja memungkinkan manajer mengamati kebutuhan pengembangan dan pelatihan staf
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer
publik dalam menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non finansial.
Menurut Mahmudi (2010) terdapat enam tujuan dalam pengukuran kinerja sektor publik yaitu:

1. Untuk mengetahui tingkat ketercapain tujuan organisasi.

2. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai.

3. Memperbaiki kinerja pada periode berikutnya.

4. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan keputusan reward dan


punishment.

5. Memotivasi pegawai.

6. Menciptakan akuntabilitas publik.

Sedangkan manfaat dari pengukuran kinerja sektor publik bagi pihak internal dan eksternal
organisasi (BPKP, 2000), antara lain:

1. Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang digunakan untuk penilaian kinerja.

2. Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati.

3. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya dengan rencana


kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki

kinerja.

4. Memberikan penghargaan dan hukuman yang obyektif atas prestasi pelaksana yang telah
diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati.

5. Menjadi alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam upaya memperbaiki kinerja
organisasi.

6. Mengindentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.

7. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.

8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.

9. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan.


10. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.

Pengukuran kinerja sektor publik meliput 5 tahapan yaitu:

6. Perencanaan strategi

7. Penciptaan indikator kinerja

8. Mengembangkan sistem pengukuran kinerja

9. Penyempurnaan ukuran

Pengintegrasian dengan proses manajemen

Anda mungkin juga menyukai