Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK

Oleh

KELOMPOK 4

IRAWATI DAPA B1C121034

IRMAYANTI AMIR B1C121035

JUNAIDIN AHMAD B1C121038

KARDILA HALIMIN B1C121040

KOMANG CINDY DIAH PRAMESTI BIC121041

KOMANG MARTINI B1C121042

LA ODE MUHAMMAD ILHAM B1C121043

M NAUFAL H. JATMIKO B1C121044

Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas

Halu Oleo

Kendari

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Akuntansi sektor
publik yang berjudul “ Pengukuran Kinerja Sektor Publik “yang dalam bentuk maupun
isinya sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 1 Desember 2023

Penyusun
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu
manajer publik dalam menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non
finansial. Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai pengendalian organisasi karena
pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan reward dan punhisment system Sardjito
dan Mutaher (2007). Menurut PP No 58 tahun 2005 kinerja adalah keluaran atau hasil dari
kegiatan atau laporan yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran
dengan kuantitas dan kualitas yang terukur. Schiff dan lewin (1970) dalam sardjito dan
muthaher (2007), mengemukakan bahwa anggaran yang telah disusun memiliki peranan
sebagai perencanaan dan sebagai kriteria kinerja, yaitu anggaran digunakan sebagai sistem
pengendalian untuk mengukur kinerja manajerial. Kinerja manajerial adalah seberapa jauh
manajer melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, Sinaga dan Siregar (2009).

Salah satu perbedaan sektor publik dan sektor swasta dapat dilihat dari tujuannya. Pada sector
swasta terdapat motif memaksimumkan laba, sedangkan sektor publik bukan untuk
memaksimumkan laba tetapi lebih pada pemberian pelayanan publik (public service), seperti:
pendidikan, kesehatan masyarakat, keamanan, penegak hukum, transportasi publik, dan
penyediaan barang kebutuhan publik (Mardiasmo, 2002: 2).

Perubahan sistem politik, sosial dan kemasyarakatan serta ekonomi yang dibawa oleh arus
reformasi telah menimbulkan tuntutan yang beragam terhadap tuntutan pengelolaan
pemerintah yang baik (Good Government Governance). Tuntutan ini perlu dipenuhi dan
didasari langsung oleh manajer pemerintah daerah. Seiring dengan PP No 105 tahun 2000
yang diganti menjadi PP No 58 tahun 2005 masyarakat perlu diperlakukannya
pertanggungjawaban (akuntabilitas) dalam bentuk laporan keuangan (neraca daerah, arus kas,
dan realisasi anggaran) oleh kepala daerah (Coryanata, 2007) .
Dalam suatu organisasi maupun perusahaan pasti memiliki anggaran, baik operasional
ataupun modal/investasi. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang
hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam suatu moneter. Pada
sektor publik, anggaran harus diinformasikan kepada publik untuk dikritik, didiskusikan, dan
diberi masukan.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengukuran kinerja organisasi sector publik ?

2. Apa informasi yang digunakan untuk pengukuran kinerja ?

3. Apa peranan indicator kinerja dalam pengukuran kinerja ?

4. Apa indicator uang kinerja dan pengukuran value for money ?

5. Bagaimana pengukuran value for money ?

6. Bagaimana pengembangan indicator value for money ?

7. Bagaimana langkah-langkah pengukuran value for money ?

1.3 Tujuan Masalah

1. Dapat Mengetahui pengukuran kinerja organisasi sector publik.

2. Mengetahui informasi yang digunakan untuk pengukuran kinerja .

3. Untuk Mengetahui peranan indicator kinerja dalam pengukuran kinerja .

4. Untuk Mengetahui indicator uang kinerja dan pengukuran value for money .

5. Untuk Mengetahui pengukuran value for money .

6. Untuk Mengetahui pengembangan indicator value for money.

7. Untuk Mengetahui langkah-langkah pengukuran value for money.


BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengukuran kinerja organisasi sektor publik

System pengukuran kinerja public adalah suatu system yang bertujuan untuk satu system yang
bertujuan untuk membantu manajer public menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur
finansial dan nonfinansial. System pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai alat
pengendalian organisasi, karena pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan reward and
punishment system.

Pengukuran kinerja sector public dilakukan untuk memenuhi tiga maksud. Pertama,
pengukuran kinerja sector public dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja
pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk dapat membantu pemerintah berfokus pada
tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas organisasi sector public dalam pemberian pelayanan public. Kedua, ukuran kinerja
sector public digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan. Ketiga,
ukuran kinerja sector public di,aksudkan untuk mewujudkan pertanggungjawaban public dan
memperbaiki komunikasi kelembagaan.

Oleh pihak legislative, ukuran kinerja digunakan untuk menentukan kelayakan biaya
pelayanan(cost of service) yang dibebankan kepada masyarakat pengguna jasa public.
Masyarakat tentu tidak ma uterus-menerus ditarik pungutan sementara pelayanan yang mereka
terima tidak ada peningkatan kualitas dan kuantitasnya. Oleh karena itu, pemerintah
berkewajiban untuk memingkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan public. Masyarakat
menghendaki pemerintah dapat memberikan banyak pelayanan dengan biaya yang murah (do
more with less).

Kinerja sector public bersifat multidemensionalsehingga tidak ada indicator tunggal yang dapat
digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif. Berbeda dengan sector swasta,
karena sifat output yang dihasilkan sector public lebih banyak dengan sifat intangible output,
maka ukuran finansial saja tidak cukup untuk mengukur kinerja sector public. Oleh karena itu,
perlu dikembangkan ukuran kinerja nonfinansial.
1. Tujuan system pengukuran kinerja

Secara umum,tujuan system pengukuran kinerja adalah :

a. untuk mengomunikasikan strategi secara lebih baik (top down and botton up)
b. untuk mengukur kinerja finansial dan nonfinansial secara berimbang sehingga
dapat ditelususri perkembangan pencapaian strategi.
c. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentinngan manajer level menengah dan
bawah serta memotivasi untuk mencapai goal congurance;dan
d. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual
dan kemampuan kolektif yang rasional.
2. Manfaat pengukuran kinerja

a. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja


manajemen;
b. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan;
c. Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkannya
dengan target kinerja serta melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki
kinerja;
d. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward and
punishment) secara objektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai dengan
system pengukuran kinerja yang telah disepakati;
e. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki
kinerja organisasi;
f. Membantu mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi
g. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah;dan
h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.

2.2 Informasi yang digunakan untuk pengukuran kinerja

1. Informasi finansial

Penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran yang telah dibuat.
Penilaian tersebut dilakukan dengan menganalisis varians (selisi atau perbedaan) anatara
kinerja actual dengan yang dianggarkan.

Analisis varians secara garis besar berfokus pada ;

a. varians pendapatan (revenue varians)


b. varians pengeluaran (expenditure variance)
- varians belanja rutin (recurrent expenditure variance)
- varians belanja investasi/modal (capital expenditure variance)
Setelah dilakukan analisis varians, maka dilakukan identifikasi sumber penyebab terjadinya
varians dengan menelusuri varians tersebut hingga level manajemen paling bawah. Hal
tersebut dilakukan untuk mengetahui unit spesifik mana yang bertanggung jawab terhadap
terjadinya varians sampai tingkat manajemen paling bawah.

Penggunaan analisis varian saja belum cukup untuk mengukur kinerja, karena dalam analisis
varians masih mengandung keterbatasan. keterbatasan analisis varians diantaranya terkait
dengan kesulitan menetapkan signifikasi besarnya varians.
2. Informasi Nonfinansial

Informasi non finansial dapat dijadikan sebagai tolak ukur lainnya. informasi non finansial
dapat menambah keyakinan terhadap kualitas proses pengendalian manajemen. Teknik
pengukuran kinerja yang komprehensif dan banyak dikembangkan oleh berbagai organisasi
dewasa ini adalah balanced scorecard. Dengan balanced scorecard kinerja organisasi diukur
tidak hanya berdasarkan aspek finansialnya saja, akan tetapi juga aspek non finansial.
Pengukuran dengan metode balanced scorecard melibatkan empat aspek, yaitu :

1. Perspektif finansial ( financial perspective )

2. Perspektif kepuasan (customer perspective)

3. Perspektif efisiensi proses internal( internal proces efficiency perspective)

4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan ( learning and growth perspective).

jenis informasi non finansial dapat dinyatakan dalam bentuk variabel kunci (key variabel)
atau sering dinamakan variabel key succes factory, key result factor, atau Pulse point'.
variabel kunci adalah variabel yang mengindikasikan faktor-faktor yang menjadi sebab
kesuksesan organisasi. Jika terjadi perubahan yang tidak diinginkan, maka variabel ini harus
segera disesuaikan. Suatu variabel kunci memiliki beberapa karakteristik, antara lain:

a. Menjelaskan faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi;


b. Sangat volatile dan dapat berubah dengan cepat;
c. Perubahan yang tidak dapat diprediksi;
d. Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera; dan
e. Variabel tersebut dapat diukur, baik secara langsung maupun melalui ukuran antara
(surragate). Sebagai contoh, kepuasan masyarakat tidak dapat diukur secara langsung
akan tetapi dapat dibuat ukuran antaranya, misalnya jumlah aduan, tuntutan, dan
demonstrasi dapat dijadikan variabel kunci.
2.3 Peranan indicator kinerja dalam pengukuran kinerja

Melakukan pengukuran kinerja, variable kunci yang sudah teridentifikasi tersebut kemudian
dikembangkan menjadi indikator kinerja untuk unit kerja yang bersangkutan. Untuk dapat
diketahui tingkat capaian kinerjanya, indikator kinerja tersebut kemudian dibandingkan
dengan target kinerja atau standar kerja. Tahap terakhir adalah evaluasi kinerja yang hasilnya
berupa feedback, reward, dan punishment kepada manajer pusat pertanggungjawaban.

indikator kinerja digunakan sebagai indikator pelaksanaan strategi yang telah ditetapkan.
Indikator kinerja tersebut dapat membentuk faktor-faktor keberhasilan utama organisasi
( critical succes factors) dan indikator kinerja kunci (key performance indicator).

Faktor keberhasilan utama adalah suatu area yang mengindikasikan kesuksesan kinerja unit
kerja organisasi. Karya ini merupakan preferensi manajerial dengan memperhatikan variabel-
variabel kunci finansial dan non finansial pada kondisi waktu tertentu. Critical succes factory
tersebut harus secara konsisten mengikuti perubahan yang terjadi di dalam organisasi.

indikator kinerja kunci merupakan sekumpulan indikator yang dapat dianggap sebagai
ukuran kinerja kunci baik yang bersifat finansial maupun finansial untuk melaksanakan
operasi dan kinerja unit bisnis. Indikator ini dapat digunakan oleh manajer untuk mendeteksi
dan memonitor capaian.
Pengembangan indikator kinerja

Penggunaan indikator kinerja sangat penting untuk mengetahui apakah suatu aktivitas atau
program telah dilakukan secara efisien dan efektif. indikator untuk tiap-tiap unit organisasi
berbeda-beda tergantung pada tipe pelayanan yang dihasilkan. Penentuan indikator kinerja
perlu mempertimbangkan komponen berikut:

a. Biaya pelayanan (cost of service)


b. Penggunaan (utilitization)
c. Kualitas dan standar pelayanan (quality and standards)
d. Cakupan pelayanan (coverage)
e. Kepuasan (satisfaction)

indikator biaya biasanya diukur dalam bentuk biaya unit (unit cost), misalnya biaya per unit
pelayanan (panjang jalan yang, jumlah tong sampah yang terangkat, biaya per siswa).
Beberapa pelayanan mungkin tidak dapat ditentukan biaya unitnya, karena otot yang
dihasilkan tidak dapat di kualifikasikan atau tidak ada keseragaman tipe pelayanan yang
diberikan. untuk kondisi tersebut dapat dibuat indikator kinerja produksi misalnya belanja per
kapita (misalnya: belanja per 1000 penduduk).

Indikator pengguna pada dasarnya membandingkan antara jumlah pelayanan yang ditawarkan
(supply of service) dengan permintaan ( publik demand). Indikator ini harus
mempertimbangkan preferensi publik, sedangkan pengukurannya biasanya berupa volume
absolut atau presentasi tertentu, misalnya presentasi penggunaan kapasitas..

indikator kualitas dan standar pelayanan merupakan indikator yang paling sulit diukur, karena
menyangkut pertimbangan yang sifatnya subjektif. penggunaan indikator kualitas dan standar
pelayanan harus dilakukan secara hati-hati karena kalau terlalu mendekatkan indikator ini
justru dapat menyebabkan kontra produktif. contoh indikator kualitas dari standar pelayanan
misalnya perubahan jumlah komplain masyarakat atas pelayanan tertentu.

indikator cakupan pelayanan perlu dipertimbangkan apabila terdapat kebijakan atau peraturan
perundangan yang mensyaratkan untuk memberikan pelayanan dengan etika pelayanan
minimal yang telah ditetapkan.

Indikator kepuasan biasanya diukur melalui metode jajak pendapat secara langsung. Bagi
pemerintah daerah, metode penjaringan aspirasi masyarakat menurut (need assessment) dan
juga digunakan untuk menetapkan indikator kepuasan. Namun demikian, dapat juga
digunakan indikator proxy misalnya jumlah komplain. Pembuatan indikator kinerja tersebut
memerlukan kerjasama antar unit kerja.

2.4 Indikator kinerja dan pengukuran value for money


Value for money merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi pemerintah. Pemerintah
tidak dapat dinilai dari sisi output yang dihasilkan saja, akan tetapi harus mempertimbangkan
input, output, dan outcome secara bersama-sama. Bahkan, untuk beberapa hal perlu
ditambahkan pengukuran distribusi dan cakupan layanan ( equity and service coverage ).
permasalahan yang sering dihadapi oleh pemerintah dalam melakukan pengukuran kinerja
adalah sulitnya mengukur output, karena output yang dihasilkan tidak selalu berupa output
yang terwujud, akan tetapi lebih banyak berupa intangigeble output.

Ukuran kinerja pada dasarnya berbeda dengan istilah indikator kerja. Ukuran kinerja mengacu
pada penilaian kinerja secara langsung, sedangkan indikator kinerja mengacu pada penilaian
kinerja secara tidak langsung, yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi
kinerja. Untuk dapat mengukur kinerja pemerintah, maka perlu diketahui indikator-indikator
kinerja sebagai dasar penilaian kinerja. Mekanisme untuk menentukan indikator kinerja
tersebut memerlukan hal-hal sebagai berikut:

1. Sistem perencanaan dan pengendalian

Sistem perencanaan dan pengendalian meliputi proses, prosedur, dan struktur yang
memberi jaminan bahwa tujuan organisasi telah dijelaskan dan dikomunikasikan ke
seluruh bagian organisasi dengan menggunakan rantai komando yang jelas dan
didasarkan pada spesifikasi tugas pokok dan fungsi, kewenangan serta tanggung jawab.

2. Spesifikasi teknis dan standarisasi

Kinerja suatu kegiatan, program, dan organisasi diukur dengan menggunakan


spesifikasi teknis secara detail untuk memberikan jaminan bahwa spesifikasi teknis
tersebut dijadikan sebagai standar penilaian.

3. Kompetensi teknis dan profesionalisme

untuk memberikan jaminan terpenuhinya spesifikasi teknis dan standarisasi yang


ditetapkan, maka diperlukan personil yang memiliki kompetensi teknis dan personal
dalam bekerja.

4. Mekanisme ekonomi dan mekanisme pasar

Mekanisme ekonomi terkait dengan pemberian penghargaan dan hukuman (reward dan
punishment) yang bersifat finansial, sedangkan mekanisme pasar terkait dengan
penggunaan sumber daya yang menjamin terpenuhinya melalui value for money.
ukuran kinerja yang digunakan sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan
hukuman ( alat pembinaan).
5. Mekanisme sumber daya manusia

pemerintah perlu menggunakan beberapa mekanisme untuk memotivasi stafnya untuk


memperbaiki kinerja personal dan organisasi.

Peran indikator kinerja bagi pemerintah, antara lain:

a. Untuk membantu memperjelas tujuan organisasi

b. Untuk mengevaluasi target akhir ( final outcome )yang dihasilkan

c. Sebagai masukan untuk menentukan skema insentif manajerial


d. Memungkinkan bagi pemakai jasa layanan pemerintah untuk melakukan pilihan

e. Untuk menunjukkan standar kinerja

f. Untuk menunjukkan efektivitas

g. untuk membantu menentukan aktivitas yang memiliki efektivitas biaya yang


paling baik untuk mencapai target sasaran

h. Untuk menunjukkan wilayah, bagian, atau proses yang masih potensial untuk
dilakukan penghemat biaya.

Permasalahan teknis yang dihadapi pada saat pengukuran ekonomi, efisiensi, dan
efektifitas (value for money) organisasi adalah bagaimana membandingkan input dengan
output untuk menghasilkan ukuran efisiensi yang memuaskan jika output yang
dihasilkan tidak dapat dinilai dengan harga pasar. Solusi praktis atas masalah tersebut
adalah dengan cara membandingkan input finansial(biaya) dengan output nonfinansial,
misalnya biaya unit (unit cost statistics). Unit cost statistics tersebut dapat digunakan
sebagai benang merah untuk mengukur kinerja. Unit-unit kinerja pemerintah diharapkan
dapat mengasilakan sejumlah unit cost statistics yang spesifik untuk unit-unit kerjanya.
Unit cost statistics tersebut misalnya adalah :

Untuk setiap pelayanan :

1. Biaya pelayanan per 1000 penduduk


2. Tenaga kerja per 1000 penduduk

Untuk pelayanan tertentu ditambah dengan ukuran lain, misalnya :

Pendidikan

1. Rasio guru/murid atau dosen/mahasiswa


2. Biaya per siswa
3. Subsidi per siswa/mahasiswa per semester/tahun

Jalan umum

1. Biaya pemeliharaan per kilometer/panjang jalan


2. Biaya pemeliharaan per kilometer/ukuran lain selain panjang jalan.

Perumahan
1. Biaya manajemen dan pemeliharaan per rumah
2. Biaya konstruksi per rumah

Angkutan kereta api

1. persentase keterlambatan waktu dan jadwal pemberangkatan


2. persentase keterlambatan waktu sampai ditempat tujuan
3. persentase kereta api yang batal diberangkatkan
4. jumlah kecelakaan kereta api

Ukuran-ukuran statistic tersebut dapat digunakan oleh masyarakat pembaca anggaran dan
laporan keuangan pemerintah yang bukan ahli dibidang manajemen keuangan public sebagai
dasar untuk menilai kinerja pemerintah dalam memberikan pelayanan public. Indicator
kinerja yang berbentuk unit cost statistics dapat digunakan untuk membandingkan kinerja
unit kerja lain yang sejenis.

Bagi pemerintah, angka-angka statistic tersebut dapat digunakan untuk membandingkan


kinerja, menilai tingkat efisiensi dan efektifitas unit kerja serta mengetahui sebab-sebab
inefesiensi dan ketidakefektifan unit kerja yang bersangkutan. Unit cost statistics sebagai
bentuk indicator kinerja tidak saja berfungsi sebagai benang merah untuk engukur kinerja,
akan tetapi juga mendorong untuk dilakukannya investigasi lebih detail atas hasil yang
dicapai oleh suatu unit kerja. Indicator kinerja dapat juga digunakan untukm membandingkan
kinerja unit kerja tertentu dengan kinerja rata-rata nasional atau regional untuk jenis
pelayanan yang sama.
2.5 Pengukuran value for money

kriteria pokok yang mendasari pelaksanaan manajemen publik dewasa ini adalah ekonomi,
efisiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas publik. Tujuan yang dikehendaki oleh
masyarakat mencakup pertanggungjawaban mengenai pelaksanaan value for money, yaitu
ekonomis (hemat cermat) dalam pengadaan dan alokasi sumber daya, efisiensi (berdaya guna)
dalam penggunaan sumber daya dalam arti penggunaannya diminimalkan dan hasilnya
dimaksimalkan, serta efektif (berhasil guna) dalam arti mencapai tujuan dan sasaran.

Agar dalam menilai kinerja organisasi dapat dilakukan secara objektif, maka diperlukan
indikator kinerja. indikator kinerja yang ideal harus terkait pada efisiensi biaya dan kualitas
pelayanan. Sementara itu, kualitas terkait dengan kesesuaian dengan maksud dan tujuan
(fitness for purpose), konsistensi, dan kepuasan publik. Kepuasan masyarakat dalam konteks
tersebut dapat dikaitkan dengan semakin rendahnya komplain dari masyarakat.

2.6 Pengembangan indicator value for money

Peranan indikator kinerja adalah untuk menyediakan informasi sebagai pertimbangan untuk
pembuatan keputusan. hal ini tidak berarti bahwa suatu indikator akan memberikan ukuran
pencapaian program yang definitif. Indikator value for money dibagi menjadi dua bagian,
yaitu (1) indikator alokasi biaya (ekonomi dan efisiensi), (2) indikator kualitas pelayanan
(efektivitas).

Indikator kinerja harus dapat dimanfaatkan oleh pihak internal maupun eksternal. dia internal
dapat menggunakan dalam rangka peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan serta
efisiensi biaya. Dengan kata lain, indikator kinerja berperan untuk menunjukkan, memberi
indikasi atau memfokuskan perhatian pada bidang yang relevan dilakukan tindakan
perbaikan.

Pihak eksternal dapat menggunakan indikator kinerja sebagai kontrol dan sekaligus sebagai
informasi dalam rangka mengukur tingkat akuntabilitas publik. pembuatan dan penggunaan
indikator kinerja tersebut membantu setiap pelaku utama dalam proses pengeluaran publik.
masukin lah indikator kinerja akan membantu para manajer publik untuk memonitor
pencapaian program dan mengidentifikasi masalah yang penting.

Selain itu, indikator kinerja juga akan membantu pemerintah dalam proses pengambilan
keputusan anggaran dan dalam mengawasi kinerja anggaran. indikator kinerja memudahkan
bagi DPR atau DPRD dalam mengkaji dan mengawasi alokasi dan penggunaan anggaran,
khususnya melalui proses pembahasan pada bidang-bidang dewan.
1. Tiga pokok bahasan dalam indikator value for money

Sebagaimana telah disebutkan di muka bahwa value for money merupakan inti pengukuran
kinerja pada unit-unit kerja pemerintah. Pengembangan indikator kinerja sebaiknya
memusatkan perhatian pada pernyataan mengenai ekonomi, efisiensi dan efektivitas program
dan kegiatan. Berikut ini akan dijelaskan mengenai konsep velue for money atau yang dikenal
dengan 3E.

ekonomi adalah hubungan antara pasar dan masukan (cash of input). Dengan kata lain,
ekonomi adalah praktik pembelian barang dan jasa input dengan tingkat kualitas tertentu pada
harga terbagi yang dimungkinkan (spending less). Pengertian ekonomi (hemat/tepat guna)
sering disebut kehematan yang mencakup juga pengelolaan secara hati-hati atau cermat dan
tidak ada pemborosan. suatu kegiatan operasional dikatakan ekonomis bila dapat
menghilangkan atau mengurangi biaya yang tidak perlu. Dengan demikian, pada hakikatnya
ada pengertian yang serupa antara efisiensi dengan ekonomi, karena keduanya menghendaki
penghapusan atau penurunan biaya (cost reduction). terjadinya peningkatan biaya mestinya
terkait dengan peningkatan manfaat yang lebih besar.

Pengertian efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktivitas. pengukuran efisiensi


dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input
yang digunakan (cost of output). proses kegiatan operasional dapat dikatakan efisien apabila
suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana
yang rendah rendahnya (spending well).

indikator efisiensi menggambarkan hubungan antara masukan sumber daya oleh suatu unit
organisasi (misalnya staf, upah, biaya administrasi) dan keluaran yang dihasilkan. Indikator
tersebut memberikan informasi tentang konversi masukan menjadi keluaran (yaitu :efisiensi
dari proses internal).

pengertian efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target
kebijakan (hasil guna). efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau
sasaran yang harus dicapai. kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan
mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely). indikator efektivitas
menggambarkan jangkauan akibat dan dampak (outcome) dari keluaran (output) program
dalam mencapai tujuan program. Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa ketiga pokok
bahasan dalam value for money sangat terkait dengan yang lainnya. Ekonomi
membahas mengenai masukan (input), efisiensi membahas masukan (input) dan keluaran
(output), dan efektivitas membahas mengenai keluaran output dan dampak outcome.
2. Indikator efektivitas biaya (cost - effectiveness)

Indikator efisiensi dan efektivitas harus digunakan secara bersama-sama. Karena di satu
pihak, mungkin pelaksanaannya sendiri dilakukan secara ekonomis dan efisien akan tetapi
output yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sementara di pihak lain, sebuah
program dapat dikatakan efektif dalam mencapai tujuan, tetapi mungkin dicapai dengan cara
yang tidak ekonomis dan efisien. jika suatu program efektif dan efisien maka program
tersebut dapat dikatakan cost effectiveness. indikator efektivitas biaya merupakan kombinasi
informasi efisiensi dan efektivitas dan memberikan ukuran kinerja button lain yang dalam
sektor publik analog dengan pelayanan masyarakat.

2.7 Langkah-langkah pengukuran Value for Money

1. Pengukuran ekonomi

Pengukuran efektivitas hanya memperhatikan keluaran yang didapat, sedangkan pengukuran


ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang dipergunakan. Ekonomi merupakan
ukuran relatif, pertanyaan sehubungan dengan pengukuran ekonomi adalah:

a. Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang telah dianggarkan oleh organisasi?

b. Apakah biaya organisasi lebih besar daripada biaya organisasi lain yang sejenis yang
didapat dipertimbangkan?

c. Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya finansialnya secara optimal?

2. Pengukuran efisiensi

efisiensi merupakan hal penting dari ketiga pokok bahasan value for money. Efisiensi diukur
dengan rasio antara output dan input. Semakin besar output dibanding input, maka semakin
tinggi tingkat efisiensi suatu organisasi.

Efisiensi = output
outcome
Rasio efisiensi tidak dinyatakan dalam bentuk absolut tetapi dalam bentuk relatif. Unit A
adalah lebih efisien dibanding unit B, unit A lebih efisien tahun ini dibanding tahun lalu,
danseterusnya. karena efisiensi diukur dengan membandingkan keluaran dan masukan, maka
perbaikan efisiensi dapat dilakukan dengan cara:

1. Meningkatkan output pada tingkat input yang sama.

2. Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi peningkatan input.

3. Menurunkan input pada tingkat otot yang sama.

4. Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi penurunan output.

Penyebut atau input sekunder seringkali diukur dalam bentuk satuan mata uang. Pembilang
atau output dapat diukur baik dalam jumlah uang ataupun satuan fisik. (Catatan: efisiensi
seringkali juga dinyatakan dalam bentuk input atau, dengan interprestasi yang sama dengan
bentuk output atau input, contoh: biaya per unit output).

Dalam pengukuran kinerja value for money, efisiensi dapat dibagi menjadi dua, (a) efisiensi
alokasi (efisiensi 1), dan (b) efisiensi teknis atau manajerial (efisiensi 2). defisiensi alokasi
terkait dengan kemampuan untuk mendayagunakan sumber daya input pada tingkat kapasitas
optimal. efisiensi teknis manajerial terkait dengan kemampuan mendayagunakan sumber daya
input pada tingkat tertentu.
3. Pengukuran efektivitas

Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila
suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan
dengan efektif. hal terpenting yang perlu dicatat adalah bahwa efektivitas tidak menyatakan
tentang berapa besar biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Biaya
boleh jadi melebihi apa yang telah dianggarkan, boleh jadi dua kali lebih besar daripada yang
telah dianggarkan. Efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

4. Pengukuran outcome

Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap masyarakat.


Input kamu lebih tinggi nilainya daripada output, karena output hanya mengukur hasil tanpa
mengukur dampaknya terhadap masyarakat, sedangkan otak mengukur kualitas output dan
dampak yang dihasilkan. Pengukuran outcome memiliki dua peran yaitu peran retrospekti
dan prospektif. Peran retrospektif terkait dengan penilaian kinerja masa lalu, sedangkan peran
prospektif terkait dengan perencanaan kinerja di masa yang akan datang.

Sebagai peran prospektif, pengukuran outcome digunakan untuk mengarahkan keputusan


alokasi sumber daya publik. Analisis retrospektif memberikan bukti terhadap praktik yang
baik (good management). bukti tersebut dapat menjadi dasar untuk menetapkan target di masa
yang akan datang dan mendorong untuk menggunakan praktik yang terbaik. atau dapat juga
bukti tersebut digunakan untuk membantu pembuat keputusan dalam menentukan program
mana yang perlu dilaksanakan dan metode terbaik mana yang perlu digunakan untuk
melaksanakan program tersebut.

5. Estimasi indikator kinerja

suatu unit organisasi perlu melakukan estimasi untuk menentukan target kinerja yang ingin
dicapai pada periode mendatang. penentuan target tersebut didasarkan pada perkembangan
cakupan pelayanan atau indikator kinerja. Estimasi dapat dilakukan dengan menggunakan (1)
kinerja tahun lalu (2) expert judgement ,(3) trend, (4) regresi.

1. Kinerja tahun lalu

Kinerja unit tahun lalu dapat digunakan sebagai dasar untuk mengestimasi indikator
kinerja. Hal tersebut merupakan Benchmark (perbandingan) bagi unit tersebut untuk
melihat seberapa besar kinerja yang telah dilakukan. Alasan lainnya adalah karena
terdapatnya time lag antara aktivitas yang telah dilakukan dengan dampak (outcome)
yang timbul dari aktivitas tersebut. hal ini terjadi karena dampak dari aktivitas yang
dilakukan dalam tahun ini baru dapat dirasakan beberapa tahun kemudian.

2. Expert judgement

Expert judgement digunakan karena kinerja tahun lalu akan sangat berpengaruh
terhadap kinerja berikutnya. Teknik ini menggunakan pengetahuan yang
berpengalaman dalam mengestimasi indikator kinerja. Expert judgement biasanya
digunakan untuk melakukan estimasi kinerja. Selain penggunaannya yang sederhana,
dari segi biaya juga tidak terlalu mahal. Namun demikian, kelemahannya adalah bahwa
teknik ini sangat tergantung pada pandangan subjektif para pengambil keputusan. Di
samping itu, dampak adanya pencapaian tujuan kinerja tidak secara otomatis dapat
dikatakan bahwa unit tersebut mengalami peningkatan kinerja. kadang keberhasilan
suatu unit kerja akan mempengaruhi kinerja unit yang lain.
3. Trend

Trend digunakan dalam mengestimasi indikator kinerja karena adanya pengaruh waktu
dalam pencapaian kinerja unit kerja.

Y=a+bt Dimana,

Y = indicator kinerja

a = indicator kinerja outonomous

t = time lag

4. Regresi

Regresi ini menggunakan rumus:

Y =a+b1 x1+b2 x2 +e Y = a+b1 x1+ b2 x2 + e


Dengan menggunakan rumus regresi sederhana dapat dilakukan estimasi kinerja unit
kerja. Hal ini dilakukan untuk menetukan seberapa besar pengaruh variable-variabel
independen mampu memengaruhi variable dependen (kinerja unit).
5. Pertimbangan dalam membuat indikatir kinerja

Langkah pertama dalam membuat indicator kinerja ekonomi, efisiensi, dan efectifitas adalah
operasi adalah memahami operasi dengan menganalisis kegiatan dan program yang akan
dilaksanakan. Secara garis besar terdapat dua jenis tindakan kebijakan, yaitu input dan proses
yang mempunyai tujuan untuk mengatur alokasi sumber daya input untuk dikonverse menjadi
output melalui satu atau beberapa proses converse atau operasi.

Hasil kebijkan ada 3 jenis, yaitu : keluaran(output), akibat (tujuan fungsional) dan dampak
(outcome/tujuan akhir), dan distribusi manfaat ( distribution of benefits ). Keluaran yang
diproduksi diharapkan akan memberikan sejumlah akibat dan dampak positif (beberapa
mungkin menghasilakan akibat dan dampak positif ) terhadap tujuan program. Pengaruh neto
dari akibat dan dampak yang positif dan negative tersebut dinamakan outcome program.
Apabila ukuran numeric outcome tidak tersedia dan ukuran efektifitas suatu program yang
dapat dikualifikasikan tidak dapat ditentukan, maka perlu dikembangkan ukuran kinerja
antara (surrogate). Karena ukuran pegganti tersebut dapat mengukur secara tepat pencapaian
program, maka ukuran tersebut harus digunakan dengan hati-hati. Terlalu banyak perhatian
terhadap ukuran pengganti tersebut dapat menyebabkan perilaku disfungsional pada manajer
dan pengambilan keputusan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

System pengukuran kinerja sector public adalah suatu system yang bertujuan untuk
membantu manajer public menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan
non finansial. Dalam pengukuran kinerja merupakan salah satu alat pengendalian organisasi
karena diperkuat dengan adanya mekanisme reward dan punishment. Pengukuran kinerjan
sector public dimaksudkann untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah, memperbaiki
pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan, serta untuk memfasilitasi terwujudnya
akuntabilitas public.

Inti pengukuran kinerja pemerintah adalah pengukuran value for money. Kinerja pemerintah
harus diukur dari sisi input, output, dan outcome. Tujuan pengukuran value for money, yaitu
mengukur tingkat keekonomisan dalam alokasi sumber daya dan hasil yang maksimal, serta
efektifitas dalam penggunaan sumber daya.
DAFTAR PUSTAKA

Buku/2018/Akuntansi Sektor Publik /20f


Tugas Akuntansi Sektor Publik
BAB 8
1. Diskusikan prospek dan permasalahan dalam pengaplikasian konsep Balance
Scorecardpada organisasi sektor publik, khususunya pada pemerintah daerah!
Jawaban :
Teknik pengukuran kinerja yang komprehensif yang banyak dikembangkan untuk berbagai
organisasi dewasa ini adalah Balance Scorecard. Yang melibatkan empat aspek yaitu :
1. Perspektif financial
2. Perspektif kepuasan pelanggan
3. Perspektif efisiensi proses internal
4. Perspektir pembelanjaan dan pertumbuhan.
Keempat perspektif tersebut menjadikan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan
merupakan indikator pengukuran kinerja yang saling melengkapi indikator kepuasan
masyarakat secara lebih transparan. Objektif dan terukur serta mampu mengidentifikasi
proses kerja dan kualitas sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam mencapai misi dan
strategi.

2. Analisislah key success factor pada organisasi pemerintah daerah, setelah itu
tentukan key performance indicator-nya!
Jawaban :
Instansi pemerintah adalah organisasi yang pure non profit oriented. Kinerja instansi
pemerintah harus di ukur dari askpek-aspek yang komprehensif baik financial maupun
nonfinansial. Berbagai aspek yang harus diukur adalah :
a) kelompok keluaran (output);
b) kelompok proses (process);
c) kelompok keluaran (output);
d) kelompok hasil (out come);
e) kelompok manfaaat (benefit);
f) kelompok dampak (impact).
Selain itu ruang lingkup pengukuran kinerja sangat luas. Pengukuran kinerja harus
mencakup kebijakan (policy), perencanaan dan penganggaran (planning and budgeting),
kualitas (quality), kehematan (economy), keadilan (equity), dan juga pertanggungjawaban
(accountability).
Sebagai contoh kasus yang terjadi pada Kantor Pemadam Kebakaran. Kebakaran yang
menimpa 19 rumah penduduk Desa Jetiskapuan Kecamatan Jati Kabupaten Kudus,
merupakan bukti betapa loyo dan amburadulnya pelayanan mobil pemadam kebakaran
(MPK). Sekaligus juga diungkapkan persiapan aparat pemerintah kabupaten (Pemkab)
mengantisipasi musim kemarau. Hal itu diungkapkan oleh penduduk setempat maupun tokoh
masyarakat di Kudus menanggapi kebakaran di desa tersebut. Selain 19 rumah ludes terbakar
dan rata dengan tanah, tiga rumah penduduk dirobohkan untuk mencegah rumah lain ikut
terbakar. Menurut salah satu warga setelah mengetahui adanya kebakaran, ia bergegas
meminjam telepon ke rumah dealer sepeda motor yang terletak sekitar 700 meter dari lokasi
kebakaran. Lalu menelepon ke pemadam kebakaran Pemkab Kudus, namun baru satu jam
kemudian muncul dua unit MPK (Harian Kompas 12 Oktober).
Ilustrasi kasus ini menunjukan belum adanya kejelasan tentang indicator kinerja atau
kelebihan suatu Dinas Pemadam Kebakaran. Sistem pengukuran kinerja formal nampaknya
belum diterapkan sehingga tidak ada kriteria yang jelas bagaimana sebenarnya Dinas
Pemadam Kebakaran ini dinilai berprestasi atau gagal. Keluhan masyarakat seperti yang
terjadi di Kudus tersebut membuktikan tingkat pelayanan yang tidak memuaskan. Suatu
pelayanan dinilai memuaskan bila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan
harapan pelanggan. Kasus diatas memberikan pelajaran yang sangat berharga bahwa
formulasi pengukuran kinerja harus memperhatikan keiinginan dan harapan publik. Sungguh
ironis jika suatu instansi dalam laporan pertanggungjawabannya dinilai cukup berhasil tetapi
masyarakat yang menikmati langsung jasanya justru banyak yang mengeluh atas pelayanan
yang diberikan.
Permasalahan di atas memerlukan solusi berupa perumusan sistem pengukuran
kinerja yang mengintegarsikan kepentingan manajemen isntansi dengan harapan stakeholders
eksternal terutama direct users. Dengan formulasi sistem pengukuran kinerja yang harmonis
dan responsive terhadap banyaknya keinginan stakeholders ini, diharapokan bias
mengurangi gap (kesenjangan) antara apa yang dharapkan masyarakat dengan apa yang di
lakukan publik servants sebagai abdi masyarakat.

3. Diskusikan bagaimanakah menciptakan sistem manajemen kompensasi yang dapat


mendorong kinerja unit kerja pemerintah!
Jawaban :
Pada dasarnya sistem kompensasi suatu organisasi harus direncanakan dan di buat, hal
ini diperlukan sebagai daya dukung para pegawai dalam pencapaian tujuan organisasi.Hal
yang dapat dijadikan kebijakan dalam penetapan sistem kompensasi ada empat faktor, yaitu :
1. Dari faktor organisasi (the organization), penetapan kompensasi harus di lihat dari
sisi kebijakan manajemen, keadaan politik yang mempengaruhi organisasi dan
kemampuan organisasi dalam melakukan pembayaran.
2. Dari faktor pegawai (the employee) , penetapan kompensasi ini harus menyentuh hal-
hal yang berkaitan dengan kinerja pegawai itu, pembayaran berdasarkan merit,
variable gaji, pembayaran yang didasarkan pada keterampilan pegawai, pembayaran
berdasarkan pada kompetensi, Senioritas pegawai, pengalaman kerja, hubungan
keanggotaan dalam organisasi, potensinya, pengaruh politik dan yang terakhir adalah
keberuntungan.
3. Dari faktor pasaran tenaga kerja (the labor market), penetapan kompensasi juga harus
melihat kompensasi yang berlaku secara umum di pasar tenaga keja, untuk itu
organisasi dalam menetapkan system kompensasi ini haruslah melakukan survey pada
organisasi lain, kelayakan, biaya hidup, organisasi buruh, tingkat social dan
perundang-undangan ekonomi yang berlaku.
4. Sedangkan dari faktor pekerjaan (the job), maka penetapan system kompensasi harus
di dasari dengan, analisa jabatan (job analysis), uraian tugas pekerjaan (job
description),evaluasi jabatan (job evaluation) dan terakhir penawaran secara
kolektip (collective bargaining)
.
4. Jelaskan strategi implementasi pengukuran kinerja value for money!
Jawaban :
Tolak ukur dalam anggaran belanja suatu organisasi, baik organisasi yang berorientasi
laba( swasta) maupun organisasi nonprofit (sector publik) adalah value for money yang
meliputi penilaian efisiensi, afektifitas, dan ekonomis.
 Efisiensi adalah hubungan antara input dan output di mana barang dan jasa yang dibeli
oleh organisasi digunakan untuk mencapai output tertentu.
 Efektifitas adalah hubungan antara output dan tujuan, di mana efektifitas diukur
berdasarkan seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur organisasi mencapai
tujuan yang telah diterapkan.
 Ekonomin adalah hubungan antara pasar dan input dimana barang dan jasa dibeli pada
kualitas yang diinginkan dan pada harga terbaik yang dimungkinkan.

5. Jelaskan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan indikator kinerja!


Jawaban :
ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja seseorang antara lain :
a. Faktor individu: kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga, pengalaman tingkat
sosial dan demografi seseorang.
b. Faktor psikologis: persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja
c. Faktor organisasi : struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem
penghargaan (reward system)

Anda mungkin juga menyukai