Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KONSEP DASAR PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK

OLEH:

KELOMPOK 2

AJICAHYO WICAKSONO B1C1 16 125


RIZKA AMALIA B1C1 18 174
WA ODE NURLYN B1C1 18 188
MELANI PERMATA KASIH B1C1 18 196
TUTY HAJRIATI B1C1 18 197
SILVY DAMAYANTI B1C1 18 202
PITASARI B1C1 18 206
ASTRI APRILIA PRADICTA B1C1 18 208
EZA BOWO PRASETIYO B1C1 18 213

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat-
Nyalah sehingga makalah ini berhasil penyusun selesaikan. Penyusunan makalah ini
merupakan tugas mata kuliah Akuntansi Sektor Publik. Adapun judul yang diambil
dalam makalah ini adalah “Konsep Dasar Pengukuran Kinerja Sektor Publik”.

Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu untuk
menyelesaikan makalah ini. Tanpa dukungan dari mereka semua, penyusunan
makalah ini belum tentu bisa terselesaikan tepat pada waktunya.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini,


sehingga kritik dan saran sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan dapat memberi manfaat bagi semua pihak.

Kendari, 19-12-2020

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................1


DAFTAR ISI .....................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................3
1.1 Latar Belakang ...............................................................................3
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................4
1.3 Tujuan.............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................5


2.1. Pengukuran Kinerja Sektor Publik ...............................................5
2.2. Informasi yang Digunakan Untuk Pengukuran Kinerja .................10
2.3. Peranan Indikator Kinerja Dalam Pengukuran Kinerja .................16

BAB III PENUTUP ...........................................................................................19


3.1 Kesimpulan ...................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................20

2
BAB I

PENDHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang hendak atau telah


dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas
terukur . Sebagaimana diatur dalam UU No.17/2003, pada rancangan undang-undang
atau peraturan daerah tentang Laporan Keuangan pemerintah pusat/daerah disertakan
informasi tambahan mengenai kinerja instansi pemerintah. Hal ini seiring dengan
perubahan paradigma penganggaran pemerintah yang ditetapkan dengan
mengidentifikasikan keluaran (output) dan hasil (outcome)5 dari setiap
kegiatan/program dengan jelas.

Dalam konsep penggunaan anggaran pemerintah, pengukuran kinerja juga


merupakan salah satu cara untuk mewujudkan akuntabilitas. Akuntabilitas bukan
hanya soal pembelanjaan uang publik melainkan juga apakah uang publik tersebut
telah digunakan secara ekonomis, efisien dan efektif.Sistem anggaran sektor publik
dalam perkembangannya telah menjadi instrumen kebijakan multi-fungsi yang
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Hal tersebut terutama
tercermin pada komposisi dan besarnya anggaran yang secara langsung merefleksikan
arah dan tujuan pelayanan masyarakat yang diharapkan. Anggaran sebagai alat
perencanaan kegiatan publik yang dinyatakan dalam satuan moneter sekaligus dapat
digunakan sebagai alat pengendalian. Agar fungsi perencanaan dan pengawasan dapat
berjalan dengan baik, maka sistem anggaran serta pencatatan atas penerimaan dan
pengeluaran harus dilakukan dengan cermat dan sistematis.
Sebagai sebuah sistem, perencanaan anggaran sektor publik telah mengalami banyak
perkembangan. Sistem perencanaan anggaran publik berkembang dan berubah sesuai
dengan dinamika perkembangan manajemen sektor publik dan perkembangan

3
tuntutan yang muncul di masyarakat. Pada dasarnya terdapat beberapa jenis
pendekatan dalam perencanaan dan penyusunan anggaran sektor publik.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana pengukuran kinerja sektor publik?
2. Bagaimana informasi yang digunakan untuk pengukuran kinerja?
3. Bagaimana peran indikator kinerja dalam pengukuran kinerja?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui tentang bagaimana pengukuran kinerja sektor publik
2. Untuk mengetahui informasi yang digunakan untuk pengukuran kinerja
3. Untuk mengetahui peran indikator kinerja dalam pengukuran kinerja

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PENGUKURAN KINERJA

Kinerja merupakan gambaran dari pencapaian pelaksanaan suatu


kegiatan/program/kebijakan untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi
organisasi. Menurut Mardiasmo (2002), sistem pengukuran kinerja sektor publik
adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer sektor publik menilai
pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. Sistem
pengukuran kinerja ini dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi.

Maksud dilakukannya pengukuran kinerja sektor publik antara lain:

1. Membantu memperbaiki kinerja pemerintah agar dapat berfokus pada tujuan


dan sasaran program unit kerja yangn pada akhirnya akan meningkatkan
efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam memberikan layanan
kepada masyarakat.
2. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya
dan
3. pembuatan keputusan.
4. Untuk mewujudkan tanggung jawab publik dan memperbaiki komunikasi
kelembagaan.

5
Selain itu, pihak legislatif menggunakan ukuran kinerja ini untuk menentukan
kelayakan biaya pelayanan (cost of service) yang dibebankan kepada masyarakat
pengguna jasa publik karena mereka tidak mau selalu ditarik pungutan tanpa adanya
peningkatan kualitas dan kuantitas dari pelayanan yang diterima tersebut.

Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada indikator


tunggal yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif.
Berbeda dengan sektor swasta, karena sifat output yang dihasilkan sektor publik lebih
banyak bersifat intangible output, maka ukuran finansial saja tidak cukup untuk
mengukur kinerja sektor publik. Oleh karena itu, perlu dikembangkan ukuran kerja
non-finansial.

A. Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja

Tujuan sistem pengukuran kinerja antara lain:

1. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down and bottom
up).
2. Untuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang
sehingga dapat ditelusur berkembangan pencapaian strateginya.
3. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah
dan bawah serta motivasi untuk mencapai good congruence.
4. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual
dan kemampuan kolektif yang rasional.

B. Manfaat Pengukuran Kinerja

Berikut ini adalah manfaat dari pengukuran kinerja:

1. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai


kinerja manajemen
2. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan.

6
3. Untuk memonitor dan mengawasi pencapaian kinerja dan membandingkannya
dengan target kinerja serta melakukan tindakan kolektif untuk memperbaiki
kinerja.
4. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward and
punishment).
5. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka
memperbaiki kinerja organisasi.
6. Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.
7. Membantu memahami kegiatan instansi pemerintah.
8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.

C. Prinsip – Prinsip Pemilihan Ukuran Kinerja

Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih ukuran-
ukuran kinerja instansi yang sesuai dengan skema indikator:

1. Evaluasi kembali ukuran yang ada


Informasi kinerja tetap dibutuhkan oleh manajemen. Apabila skema indikator
kinerja sudah tidak berfungsi, maka manajemen akan mengembangkan skema
baru.
2. Mengukur kegiatan yang penting, tidak hanya hasil
Kinerja selalu berorientasi hasil. Ukuran hasil sering diformulasikan dalam
rasio keuangan. Pencapaian hasil akan menunjukkan adanya permasalahan.
Hasil tersebut tidak akan menunjukkan diagnosis hasil.
3. Pengukuran harus mendorong tim kerja yang akan mencapai tujuan
Pembagian proses pengukuran menciptakan lingkungan tim kerja yang
aktivitasnya diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi.
4. Pengukuran harus merupakan perangkat yang terintegrasi, seimbang dalam
penerapannya

7
Agar efektif, sistem pengukuran harus diciptakan sebagai perangkat
terintegrasi yang diperoleh dari strategi perusahaan. Sebagian besar
perusahaan berusaha meminimalkan biaya, meningkatkan kualitas,
mengurangi waktu pelaksanaan produksi dan menciptakan pengembalian
investasi yang wajar.
5. Pengukuran harus memiliki fokus eksternal jika memungkinkan
Ukuran internal yang umum dipakai dalam sebuah organisasi perbandingan
kinerja dari tahun ke tahun. Suatu perbandingan tertentu dapat dilakukan ke
tingkatan mikro: divisi, departemen, kelompok, bahkan individu.

D. Skala Pengukuran

Skala pengukuran dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:

1. Skala Nominal

Skala nominal merupakan skala pengukuran yang paling rendah


tingkatannya karena denga skala ini obyek pengukuran hanya dapat
dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri yang sama, yang berbeda dengan
kelompok lain. Kelompok-kelompok atau golongan tidak dibedakan
berdasarkan tingkatan, karena kelompok yang satu tidak dapat dikatakan lebih
rendah atau lebih tinggi tingkatannya dari pada kelompok yang lain, tetapi
hanya sekedar berbeda.

2. Skala Ordinal

Skala ini lebih tinggi tingkatannya atau lebih baik dari pada skala nominal
karena selain memiliki ciri-ciri yang sama dengan skala nominal, yaitu dapat
mengolongkan obyek dalam golongan yang berbeda, skala ordinal juga
mempunyai kelebihan dari skala nominal, yaitu bahwa golongan-golongan atau
klasifikasi dalam skala ordinal ini dapat dibedakan tingkatannya. Ini berarti

8
bahwa suatu golongan dapat dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah dari pada
golongan yang lain.

3. Skala Interval

Skala interval memiliki kelebihan yaitu mempunyai unit pengukuran yang


sama, sehingga jarak antara satu titik dengan titik yang lain, atau antara satu
golongan dengan golongan yang lain dapat diketahui.

4. Skala rasio

Skala rasio merupakan skala yang paling tinggi tingkatannya karena skala
ini mempunyai ciri-ciri yang dimiliki oleh semua skala di bawahnya. Skala
rasio memiliki titik nol yang sebenarnya yang berarti bahwa apabila suatu
obyek diukur dengan skala rasio dan berada pada titik nol, maka gejala atau
sifat yang diukur benar-benar tidak ada.

E. Siklus Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja dilakukan dengan melalui lima tahapan berikut ini:

1. Perencanaan strategi: siklus pengukuran kinerja dimulai dengan proses


penskemaan strategi, yang berkenaan dengan penetapan visi, misi, tujuan
dan sasaran, kebijakan, program operasional san kegiatan/aktivitas.
2. Penciptaan indikator kinerja: penciptaan indikator kinerja dilakukan setelah
perumusan strategi. Indikator yang mudah adalah untuk aktivitas yang dapat
dihitung, contohnya adalah jumlah klaim yang diproses.
3. Mengembangkan sistem pengukuran kinerja: tahap ini terdiri dari tiga
langkah, yaitu: pertama, meyakinkan keberadaan data yang diperlukan
dalam siklus pengukuran kinerja. Kedua, mengukur kinerja dengan data
yang tersedia dan data yang dikumpulkan. Ketiga, penggunaan data

9
pengukuran yang dihimpun, harus dipresentasikan dalam cara-cara yang
dapat dimengerti dan bermanfaat.
4. Penyempurnaan ukuran: pada tahap ini dilakukan pemikiran kembali atas
indikator hasil (outcomes) dan indikator dampak (impacts) menjadi lebih
penting dibandingkan dengan pemikiran kembali atas indikator masukan
(inputs) dan keluaran (outputs).
5. Pengintegrasian dengan proses manajemen: bagaimana menggunakan
ukuran kinerja tersedian secara efektif merupakan tantangan selanjutnya.
Penggunaan data organisasi dapat dijadikan alat untuk memotivasi tindakan
dalam organisasi.

2.2 INFORMASI YANG DIGUNAKAN UNTUK PENGUKURAN


KINERJA

A. Informasi Finansial

Penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran


yang telah dibuat. Penilaian tersebut dilakukan dengan menganalisis varians
(selisih atau perbedaan) antara kinerja aktual dengan anggaran yang
dianggarkan.

Analisis varians secara garis besar berfokus pada :

1. Varians pendapatan (revenue varians)


Varians pendapatan adalah semua penerimaan dalam bentuk peningkatan
aktiva atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan.
2. Varians pengeluaran (expenditure variance)
a. Varians belanja rutin
Anggaran belanja rutin adalah anggaran yang disediakan
untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang sifatnya lancar dan terus

10
menerus yang dimaksudkan untuk menjaga kelemahan roda
pemerintahan dan memelihara hasil-hasil pembangunan.
b. Varians belanja investasi/modal (recurrent expenditure variance)
Belanja investasi/modal adalah pengeluaran yang manfaatnya
cenderung melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau
kekayaan pemerintah, dan selanjutnya akan menambah anggaran rutin
untuk biaya operasional dan pemeliharaan.Setelah dilakukan analisis
varians maka tahap selanjutnya dilakukan identifikasi sumber
penyebab terjadinya varians dengan menelusur varians tersebut hingga
level manajemen paling bawah.

B. Informasi Nonfinansial

Informasi nonfinansial dapat menambah keyakinan terhadap kualitas


proses pengendalian manajemen. Teknik pengukuran kinerja yang
komprehensif dan banyak dikembangkan oleh berbagai organisasi dewasa ini
adalah Balanced Scorecard. Metode Balanced Scorecard merupakan
pengukuran kinerja organisasi berdasarkan aspek finansial dan juga aspek
nonfinasial. Balanced Scorecard dinilai cocok untuk organisasi sektor publik
karena Balanced Scorecard tidak hanya menekankan pada aspek kuantitatif-
finansial, tetapi juga aspek kualitatif dan nonfinansial. Hal tersebut sejalan
dengan sektor publik yang menempatkan laba bukan hanya sebagai ukuran
kinerja utama, namun pelayanan yang cenderung bersifat kualitatif dan
nonkeuangan (Mahmudi, 2007). Pengukuran dengan metode ini melibatkan
empat aspek, antara lain :

1. Perspektif finansial (financial perspective)


Perspektif finansial menjadi perhatian dalam balanced scorecard karena
ukuran keuangan merupakan ikhtisar dari konsekuensi ekonomi yang
terjadi yang disebabkan oleh pengambilan keputusan. Aspek keuangan

11
menunjukkan apakah perencanaan, implementasi dan pelaksanaan dari
strategi memberikan perbaikan yang mendasar. Pengukuran kinerja
keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus kehidupan
bisnis, yaitu:
a. Growth (bertumbuh) : tahapan awal siklus kehidupan perusahaan
dimana perusahaan memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Disini
manajemen terikat dengan komitmen untuk mengembangkan suatu
produk/jasa dan fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi,
mengembangkan sistem, infrastruktur dan jaringan distribusi yang
akan mendukung hubungan global, serta membina dan
mengembangkan hubungan dengan pelanggan.
b. Sustain (bertahan) : tahapan kedua dimana perusahaan masih
melakukan investasi dan reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat
pengembalian terbaik. Pada tahap ini, perusahaan mencoba
mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan mengembangkannya
jika memungkinkan.
c. Harvest (menuai) : Tahapan ketiga dimana perusahaan benar-benar
menuai hasil investasi ditahap-tahap sebelumnya. Tidak ada lagi
investasi besar, baik ekspansi pembangunan kemampuan baru,
kecuali pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan.

2. Perspektif kepuasan pelanggan (customer perspective)

Dalam perspektif ini perhatian perusahaan harus ditujukan pada


kemampuan internal untuk peningkatan kinerja produk, inovasi dan teknologi
dengan memahami selera pasar. Dalam perspektif ini peran riset pasar sangat
besar. Perspektif pelanggan memiliki dua kelompok pengukuran, yaitu:

a. Core measurement group, yang memiliki beberapa komponen


pengukuran, yaitu:

12
• Pangsa Pasar (market share): pangsa pasar ini
menggambarkan proporsi bisnis yang dijual oleh sebuah unit
bisnis di pasar tertentu. Hal itu diungkapkan dalam bentuk
jumlah pelanggan uang yang dibelanjakan atau volume satuan
yang terjual.
• Retensi Pelanggan (Customer Retention) : menunjukkan
tingkat dimana perusahaan dapat mempertahankan hubungan
dengan pelanggan. Pengukuran dapat dilakukan dengan
mengetahui besarnya presentase pertumbuhan bisnis dengan
pelanggan yang asa saat ini.
• Akuisisi Pelanggan (Customer Acquisition) : pengukuran ini
menunjukkan tingkat dimana suatu unit bisnis mampu
menarik pelanggan baru memenangkan bisnis baru. Akuisisi
ini dapat diukur dengan membandingkan banyaknya jumlah
pelanggan baru di segmen yang ada.
• Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction) : pengukuran
ini berfungsi untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan
terkait dengan kriteria spesifik dalam value proportion.
b. Customer Value Proportion yang merupakan pemicu kinerja yang
terdapat pada Core value proportion didasarkan pada atribut sebagai
berikut:
• Product/service attributes yang meliputi fungsi produk atau
jasa, harga dan kualitas. Perusahaan harus mengidentifikasikan
apa yang diinginkan pelanggan atas produk atau jasa yang
ditawarkan.
• Customer relationship adalah strategi dimana perusahaan
mengadakan pendekatan agar perasaan pelanggan merasa puas
atau produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan.

13
• Image and reputation membangun image dan reputasi dapat
dilakukan melalui iklan dan menjaga kualitas seperti yang
dijanjikan.
3. Perspektif efisiensi proses internal (internal process efficiency)
Dalam hal ini perusahaan berfokus pada tiga proses bisnis utama yaitu:
a. Proses inovasi
Dalam proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan, proses inovasi
merupakan salah satu kritikal proses, dimana efisiensi dan efektifitas
serta ketepatan waktu dari proses inovasi ini akan mendorong
terjadinya efisiensi biaya pada proses penciptaan nilai tambah bagi
pelanggan. Proses inovasi dapat dibagi menjadi dua yaitu:
• Pengukuran terhadap proses inovasi yang bersifat penelitian
dasar dan terapan.
• Pengukuran terhadap proses pengembangan produk.
b. Proses Operasi
Pada proses operasi yang dilakukan oleh masing-masing organisasi
bisnis, lebih menitikberatkan pada efisiensi proses, konsistensi, dan
ketepatan waktu dari barang dan jasa yang diberikan kepada
pelanggan.
c. Pelayanan Purna Jual
Tahap terakhir dalam pengukuran proses bisnis internal adalah
dilakukannya pengukuran terhadap pelayanan purna jual kepada
pelanggan. Pengukuran ini menjadi bagian yang cukup penting dalam
proses bisnis internal, karena pelayanan purna jual ini akan
berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pelanggan.

14
4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth
perspective).
Kaplan (Kaplan, 1996) mengungkapkan betapa pentingnya suatu
organisasi bisnis untuk terus mempertahankan karyawannya, memantau
kesejahteraan karyawan dan meningkatkan pengetahuan karyawan karena
dengan meningkatnya tingkat pengetahuan karyawan akan meningkatkan
pula kemampuan karyawan untuk berpartisipasi dalam pencapaian hasil
ketiga perspektif diatas dan tujuan perusahaan. Perspektif pembelajaran
dan pertumbuhan organisasi merupakan faktor pendorong dihasilkannya
kinerja yang istimewa dalam tiga perspektif Balanced Scorecard.

Jenis informasi non-finansial dapat dinyatakan dalam bentuk variabel kunci.


Variabel kunci adalah variabel yang mengindikasikan faktor-faktor yang menjadi
penyebab kesuksesan organisasi. Karakteristik variabel kunci, yaitu :

a. Menjelaskan faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi


b. Sangat volatile (mudah berubah) dan dapat berubah dengan cepat
c. Perubahannya tidak dapat diprediksi
d. Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera
e. Variabel tersebut dapat diukur, baik secara langsung maupun melalui ukuran
antara (surrogate). Sebagai contoh kepuasan masyarakat tidak dapat diukur
secara langsung akan tetapi dapat dibuat ukuran antaranya, misalnya jumlah
aduan, tuntutan dan demonstrasi dapat dijadikan variabel kunci.

Agar pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan baik, berikut ini merupakan hal-
hal yang perlu diperhatikan:

1. Membuat suatu komitmen untuk mengukur kinerja dan memulainya dengan


segera.
2. Hal yang perlu dilakukan oleh instansi adalah sesegera mungkin memulai
upaya pengukuran kinerja dan tidak perlu mengharap pngukuran kinerja akan

15
langsung sempurna. Nantinya, perbaikan atas pengukuran kinerja akan
dilakukan.
3. Perlakuan pengukuran kinerja sebagai suatu proses yang berkelanjutan

(on-going process)

4. Pengukuran kinerja merupakan suatu proses yang bersifat interaktif. Proses


ini merupakan suatu cerminan dari upaya organisasi untuk selalu berupaya
memperbaiki kinerja.
5. Sesuaikan proses pengukuran kinerja dengan organisasi
6. Organisai harus menetapkan ukuran kinerja yang sesuai dengan besranya
organisasi, budaya, visi, tujuan, dan struktur organisasi.

2.3 PERANAN INDIKATOR KINERJA DALAM PENGUKURAN


KINERJA

Indikator Kinerja digunakan sebagai indikator pelaksanaan strategi yang telah


ditetapkan. Indikator kinerja tersebut dapat berbentuk faktor-faktor keberhasilan
utama organisasi (critical success factors) dan indikator kinerja kunci (key
performance indicator).

Faktor Keberhasilan Utama adalah suatu area yang mengindikasikan


kesuksesan kinerja unit kerja organisasi. Area ini merefleksikan preferensi manajerial
dengan memperhatika variabel-variabel kunci finansial dan non-finansial pada
kondisi waktu tertentu.

Indikator Kinerja Kunci merupakan sekumpulan indikator yang dapat


dianggap sebagai ukuran kinerja kunci baik yang bersifat finansial maupun non-
finansial untuk melaksanakan operasi dan kinerja unit bisnis. Indikator ini digunakan
oleh manajer untuk mendeteksi dan memonitor capaian kinerja.

Komponen yang digunakan dalam penentuan indikator kinerja :

16
1. Biaya pelayanan (cost of service)
Indikator biaya diukur dalam bentuk biaya unit (unit cost), misalnya biaya per
unit pelayanan (panjang jalan yang diperbaiki, jumlah ton sampah yang
terangkut, biaya per siswa). Beberapa pelayanan mungkin tidak dapat
ditentukan biaya unitnya karena output yang dihasilkan tidak dapat
dikuantifikasi atau tidak ada keseragaman tipe pelayanan yang diberikan.
Untuk kondisi tersebut maka dibuat indikator kinerja produksi misalnya
belanja per kapita.
2. Penggunaan (utilization)
Indikator ini membandingkan antara jumlah pelayanan yang
ditawarkan (supply of service) dengan permintaan publik (public
demand). Indikator ini harus mempertimbangkan preferensi publik sedangkan
pengukurannya berupa volume absolut atau presentase tertentu, misalnya
presentase penggunaan kapasitas. Contoh lain yaitu rata-rata jumlah
penumpang per bus yang dioperasikan. Indikator kinerja ini digunakan untuk
mengetahui frekuensi operasi atau kapasitas kendaraan yang digunakan pada
tiap-tiap jalur.
3. Kualitas dan standar pelayanan (quality and standards)
Indikator ini merupakan indikator yang paling sulit diukur karena
menyangkut pertimbangan yang sifatnya subyektif. Contohnya yaitu
perubahan jumlah komplain masyarakat atas pelayanan tertentu.
4. Cakupan pelayanan (coverage)
Indikator ini perlu dipertimbangkan jika terdapat kebijakan atau peraturan
perundangan yang mensyaratkan untuk memberikan pelayanan dengan
tingkat pelayanan minimal yang telah ditetapkan.
5. Kepuasan (satisfaction)
Indikator kepuasan diukur melalui metode jajak pendapat secara langsung.
Bagi pemerintah daerah, metode penjaringan aspirasi masyarakat (need
assessment) dapat juga digunakan untuk menetapkan indikator kepuasan.

17
Namun, dapat juga digunakan indikator proksi misalnya jumlah komplain.
Pembuatan indikator kinerja tersebut memerlukan kerjasama antar unit kerja.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Sistem Pengukuran Kinerja sector public adalah suatu system yang bertujuan
untuk membantu manajer public menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur
finansial dan non finansial. System pengukuran kinerja merupakan salah satu alat
pengendalian organisasi karena diperkuat dengan adanya mekanisme reward dan
punishment. Pengukuran kinerja sector public dimkasudkan untuk membantu
memperbaiki kinerja pemerintah, memperbaiki pengalokasian sumber daya dan
pembuatan keputusan, serta untuk memfasilitasi terwujudnya akuntabilitas publik

Inti pengukuran kinerja pemerintah adalah pengukuran value for money.


Kinerja pemerintah harus diukur dari sisi input, output dan outcome. Tujuan
pengukuran value for money yaitu mengukur tingkat keekonomisan dalam alokasi
sumber daya, efisiensi dalam penggunaan sumber daya dan hasil yang maksimal,
serta efektifitas dalam penggunaan sumber daya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

20

Anda mungkin juga menyukai