Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK

Disusun Oleh :

1. JUNIA EKA REPTI (15102053)


2. MAULYDIA RIZKI AMALIA (15102112)
3. FIQA AISYA (15102138)
4. AHMAD FAHMI RIZALDI (15102152)

AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TRILOGI
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
yang diberi judul “Pengukuran Kinerja Sektor Publik”. Makalah ini dibuat dan
diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah Akuntansi Sektor Publik pada Program
Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trilogi.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu selama proses penyusunan dan penyelesaian makalah ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Afrizal Aziz, selaku Dosen Matakuliah Akuntansi Sektor Publik yang telah
membimbing kami dalam penulisan makalah ini;
2. Pengarang buku yang menginspirasi kami melalui karya-karya dalam tulisannya;
Kami menyadari bahwa dalam proses penyelesaian makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
terciptanya kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat dengan
baik bagi pembaca pada umumnya.

Jakarta, November 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR …………..……..………………………………....... ii


DAFTAR ISI ……………………………………………………………...... iii
BAB I PENDAHULUAN ………………...……………………………. 1
A. Latar Belakang ………………………………….………..….. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………….………..….. 2
C. Tujuan Penulisan ……………………………..….………..….. 2
D. Manfaat Penelitian …………………………….………..….. 2
BAB II PEMBAHASAN ……….……………………………………… 4
A. Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik ….………..….. 4
1. Pengertian Pengukuran Kinerja Sektor Publik ……….……. 4
2. Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja …………..…...………. 4
3. Manfaat Pengukuran Kinerja ………………………...……. 5
B. Informasi yang Digunakan Untuk Pengukuran Kinerja …...…. 5
1. Informasi Finansial ………………………….……….……. 5
2. Informasi Nonfinansial ……………………………………. 6
C. Peranan Indikator Kinerja Dalam Pengukuran Kinerja .……... 7
1. Pengembangan Indikator Kinerja …………………………. 7
D. Indikator Kinerja dan Pengukuran Value for Money ……....... 8
1. Mekanisme Untuk Menentukan Indikator Kinerja ………... 8
2. Peran Indikator Kinerja Bagi Pemerintah …………………. 9
E. Pengukuran Value for Money …………………………..……. 9
F. Pengembangan Indikator Value for Money …….……………. 10
1. Tiga Pokok Bahasan dalam Indikator Value for Money .…. 10
G. Langkah-langkah Pengukuran Value for Money ……………. 11
1. Pengukuran Ekonomi ……………………………………… 11
2. Pengukuran Efisiensi ………….………………………...… 11
3. Pengukuran Efektivitas ……………….…………………… 12
4. Pengukuran Outcome …………………………………....... 12

iii
BAB III PENUTUP ………………...……………………………………. 15
Kesimpulan …….………………………………………………... 15
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………...... 16

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kinerja satuan organisasi/kerja banyak menjadi sorotan akhir-akhir ini,terutama
sejak timbulnya iklim yang lebih demokratis dalam pemerintahan. Rakyat mulai
mempertanyakan akan nilai yang mereka peroleh atas pelayanan yang dilakukan.
Walaupun anggaran rutin dan pembangunan yangdikeluarkan oleh pemerintah semakin
membengkak, nampaknya masyarakat belum puas atas kualitas jasa maupun barang yang
diberikan. Di samping itu, selama ini pengukuran keberhasilan maupun kegagalandari
satuan organisasi/kerja dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinyasulit untuk
dilakukan secara objektif. Kesulitan ini disebabkan belum pernahdisusun suatu sistem
pengukuran kinerja yang dapat menginformasikantingkat keberhasilannya. Kesulitan lain
adalah pengukuran tingkat kinerja satuan organisasi/kerjalebih ditekankan kepada
kemampuannya dalam menyerap anggaran.
Dengan kata lain, satuan organisasi/kerja akan dinyatakan berhasil apabila
menyerap100% anggaran pemerintah, walaupun hasil maupun dampak yang dicapaidari
pelaksanaan program tersebut masih berada jauh di bawah standar. Olehkarena itu, sudah
mendesak untuk disusun suatu sistem pengukuran kinerja yang dapat memberikan
informasi atas efektivitas dan efisiensi pencapaian kinerja satuan organisasi/kerja. Selama
tiga dekade terakhir, belum pernah dikembangkan suatu standar pengukuran kinerja
satuan organisasi/kerja yang dapat memberikan informasikepada pimpinan, apakah satuan
organisasi/kerja tersebut telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.
Dengan kata lain,terjadi jurang yang sangat luas antara perencanaan satuan
organisasi/kerjadengan pengukuran kinerja atas perencanaan tersebut. Karenanya, perlu
dikembangkan suatu model pengukuran kinerja yang membantu memberikan informasi
apakah program yang dilaksanakan sesuai dengan rencana. Hal ini juga sekaligus
mengubah paradigma lama bahwa satuan organisasi/kerja yangsukses dinilai atas
keberhasilan penyerapan anggaran, dan bukan atas pencapaian tujuan yang pada akhirnya
memuaskan masyarakat banyak. Untuk dapat menjawab pertanyaan akan tingkat
keberhasilan satuanorganisasi/kerja, maka seluruh aktivitasnya harus dapat diukur.
Pengukurantersebut tidak semata-mata pada masukan (input) dari kegiatan tetapi lebih
ditekankan kepada keluaran, manfaat, dan dampak dari kegiatan tersebut bagi masyarakat.

1
Dengan kata lain, sistem pengukuran kinerja yang merupakan elemen pokok dari laporan
akuntabilitas satuan organisasi/kerja akan mengubah paradigma pengukuran keberhasilan.
Selama ini, keberhasilansuatu satuan organisasi/kerja lebih ditekankan kepada
kemampuannya dalam menyerap sumber daya (terutama anggaran) sebanyak-banyaknya,
walaupun hasilnya sangat mengecewakan. Melalui pengukuran kinerja, keberhasilan
satuan organisasi/kerja akanlebih dilihat dari kemampuannya, berdasarkan sumber daya
yang dikelolanya,untuk mencapai hasil sesuai dengan rencana yang telah
ditentukansebelumnya.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah, maka kami membuat rumusan masalah antara
lain :
1. Bagaimana pengukuran kinerja sector publik?
2. Apa saja informasi yang digunakan untuk pengukuran kinerja?
3. Bagaimana indikator kinerja dalam pengukuran kinerja?
4. Bagaimana indikator kinerja dan pengukuran value for money?
5. Bagaimana pengukuran value for money?
6. Bagaimana pengembangan indikator value for money?
7. Bagaimana langkah-langkah pengukuran value for money?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengukuran kinerja sector publik.
2. Untuk mengetahui informasi yang digunakan untuk pengukuran kinerja.
3. Untuk mengetahui indikator kinerja dalam pengukuran kinerja.
4. Untuk mengetahui indikator kinerja dan pengukuran value for money.
5. Untuk mengetahui pengukuran value for money
6. Untuk mengetahui pengembangan indikator value for money.
7. Untuk mengetahui langkah-langkah pengukuran value for money.

D. MANFAAT PENELITIAN
Selain tujuan, makalah ini juga memiliki manfaat, antara lain sebagai berikut:
1. Bagi penulis, untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pengukuran
kinerja sektor publik.

2
2. Bagi pihak lainnya, memperluas wawasan dan sebagai acuan penulis lainnya yang akan
melakukan penyusunan atau pun yang akan melanjutkan penulisan makalah ini sesuai
judul diatas.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik


1. Pengertian Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu system yang bertujuan
untuk membantu manajer public menilai pencapaian suatu strategi melalui alat
ukur finansial dan nonfinansial. Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai
alat pengendalian organisasi, karena pengukuran kinerja diperkuat dengan
menetapkan reward and punishment system.
Pengukuran kinerja sector publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud.
Pertama, pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu
memperbaiki kinerja pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk dapat
membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal
ini pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor
publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan.
Ketiga, ukuran kinerja sector public dimaksudkan untuk mewujudkan
pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.
Oleh pihak legislatif, ukuran kinerja digunakan untuk menentukan kelayakan
biaya pelayanan (cost of service) yang dibebankan kepada masyarakat penguna jasa
public. Masyarakat tentu tidak ma uterus-menerus ditarik pungutan sementara
pelayanan yang mereka terima tidak ada peningkatan kualitas dan kuantitasnya.
Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pelayanan publik. Masyarakat menghendaki pemerintah dapat
memberikan banyak pelayanan dengan biaya yang murah (do more with less).
Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada indikator
tunggal yang dapat digunakan untuk menunjukan kinerja secara komprehensif.
Berbeda dengan sektor swasta, karena sifat output yang dihasilkan sektor publik
lebih banyak bersifat intangible output, maka ukuran finansial saja tidak cukup
untuk mengukur kinerja sektor publik. Oleh karena itu, perlu dikembangkan ukuran
kinerja non-finansial.
2. Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja
Secara umum, tujuan system pengukuran kinerja adalah:
a. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan bottom up);

4
b. Untuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang sehingga
dapat ditelusur perkembangan pencapaian strategi;
c. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan
bawah serta memotivasi untuk mencapai goal congruence; dan
d. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan
kemampuan kolektif yang rasional.
3. Manfaat Pengukuran Kinerja
a. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai
kinerja manajemen;
b. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan;
c. Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaiana kinerja dan
membandingkannya dengan target kinerja serta melakukan tindakan korektif
untuk memperbaiki kinerja;
d. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward &
punishment) secara obyektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai dengan
system pengukuran kinerja yang telah disepakati;
e. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka
memperbaiki kinerja organisasi;
f. Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi;
g. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintash; dan
h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.

B. Informasi yang Digunakan Untuk Pengukuran Kinerja


1. Informasi Finansial
Penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran yang
telah dibuat. Penilaian tersebut dilakukan dengan menganalisis varians (selisih atau
perbedaan) antara kinerja actual dengan yang dianggarkan.
Analisis varians secara garis besar berfokus pada:
a. Varians pendapatan (revenue variance)
b. Varians pengeluaran (expenditure variance)
- Varians belanja rutin (recurrent expenditure variance)
- Varians belanja investasi/modal (capital expenditure variance)
Setelah dilakukan analisis varians, maka dilakukan indentifikasi sumber
penyebab terjadinya varians dengan menelusur varians tersebut hingga level
5
manajemen paling bawah. Hal tersebut dilkukan untuk mengetahui unit spesifik
mana yang bertanggung jawab terhadap terjadinya varians sampai tingkat
manajemen yang paling bawah.
Penggunaan analisis varians saja belum cukup untuk mengukur kinerja,
karena dalam analisis varians masih mengandung keterbatasan (constrain).
Keterbatasan analisis varians diantaranya terkait dengan kesulitan menetapkan
signifikansi besarnya varians.
2. Informasi Nonfinansial
Informasi nonfinansial dapat dijadikan sebagai tolak ukur lainnya. Informasi
non-finansial dapat menambah keyakinan terhadap kualitas proses pengendalian
manajemen. Teknik pengukuran kinerja yang komprehensif yang banyak
dikembangkan oleh berbagai organisasi dewasa ini adalah Balanced Scorecard.
Dengan Balanced Scoredcard kinerja organisasi diukur tidak hanya berdasarkan
aspek finansialnya saja, akan tetapi juga aspek non-finansial. Pengukuran dengan
metode Balanced Scorecard melibatkan empat aspek, yaitu:
a. Perspektif finansial (financial perspective),
b. Perspektif kepuasan pelanggan (customer perspective),
c. Perspektif efisiensi proses internal (internal process efficiency), dan
d. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective).
Jenis informasi nonfinansial dapat dinyatakan dalam bentuk variable kunci
(key variable) atau sering dinamakan sebagai key success factor, key result factor,
atau pulse point. Variabel kunci adalah variable yang mengindikasikan faktor-
faktor yang menjadi sebab kesuksesan organisasi. Jika terjadi perubahan yang tidak
diinginkan, maka variable ini harus segera disesuaikan. Suatu variable kunci
memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
a. Menjelaskan factor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi;
b. Sangat volatile dan dapat berubah dengan cepat;
c. Perubahannya tidak dapat diprediksi;
d. Jika terjadu perubahan perlu diambil tindakan segera; dan
e. Variabel tersebut dapat diukur, baik secara langsung maupun melalui ukuran
antara (surrogate). Sebagai contoh, kepuasan masyarakat tidak dapat diukur
secara langsung; akan tetapi dapat dibuat ukuran antaranya, misalnya jumlah
aduan, tuntutan, dan demonstrasi dapat dijadikan variabel kunci.

6
C. Peranan Indikator Kinerja Dalam Pengukuran Kinerja
Untuk melakukan pengukuran kinerja, variabel kunci yang sudah
teridentifikasi tersebut kemudian dikembangkan menjadi indikator kinerja untuk unit
kerja yang bersangkutan. Untuk dapat diketahui tingkat capaian kinerja, indikator
kinerja tersebut kemudian dibandingkan dengan target kinerja atau standar kinerja.
Tahap terakhir adalah evaluasi kinerja yang hasilnya berupa feedback, reward, dan
punishment kepada manajer pusat pertanggungjawaban.
Indikator Kinerja digunakan sebagai indikator pelaksanaan strategi yang
telah ditetapkan. Indikator kinerja tersebut dapat berbentuk faktor-faktor keberhasilan
utama organisasi (critical success factors) dan indikator kinerja kunci (key performance
indicator).
Faktor Keberhasilan Utama adalah suatu area yang mengindikasikan kesuksesan
kinerja unit kerja organisasi. Area ini merefleksikan preferensi manajerial dengan
memperahtikan variabel-variabel kunci finansial dan nonfinansial pada kondisi waktu
tertentu. Critical success factor tersebut harus secara konsisten mengikuti perubahan
yang terjadi dalam organisasi.
Indikator Kinerja Kunci merupakan sekumpulan indikator yang dapat dianggap sebagai
ukuran kinerja kunci baik yang bersifat finansial maupun nonfinansial untuk
melaksanakan operasi dan kinerja unit bisnis. Indikator ini dapat digunakan oleh
manajer untuk mendeteksi dan memonitor capaian kinerja.
1. Pengembangan Indikator Kinerja
Pengukuran kinerja dilakukan dengan mengembangkan variabel kunci yang
sudah teridentifikasi menjadi indikator kinerja. Indikator kinerja dapat berbentuk
faktor keberhasilan utama organisasi dan indikator kunci. Indikator kinerja penting
untuk mengetahui apakah aktivitas atau program telah dilakukan secara efisien dan
efektif. Penentuan indikator kinerja perlu dipertimbangkan komponen berikut :
a. Biaya pelayanan (cost of service);
Indikator biasanya diukur dalam bentuk biaya unit.
b. Penggunaan (utilization);
Indikator penggunaan membandingkan antara supply of service (pelayanan
yang ditawarkan) dengan public demand (permintaan publik)
c. Kualitas dan Standar pelayanan (quality and standards);
Indikator kualitas dan standar pelayanan merupakan indikator yang paling sulit
diukur.

7
d. Cakupan pelayanan (coverage);
Indikator cakupan pelayanan perlu dipertimbangkan apabila terdapat kebijakan
atau peraturan perundangan yang mensyaratkan untuk memberikan pelayanan
dengan tingkat pelayanan minimal yang telah ditetapkan.
e. Kepuasan (satisfaction).
Indikator kepuasan biasanya diukur melalui metode jajak pendapat secara
langsung.

D. Indikator Kinerja dan Pengukuran Value for Money


Value for money merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi
pemerintah. Kinerja pemerintah tidak dapat dinilai dari sisi output yang dihasilkan saja,
akan tetapi harus mempertimbangkan input, output, dan outcome secara bersama-sama.
Permasalahan yang sering dihadapi adalah sulitnya mengukur output, karena output
yang dihasilkan tidak selalu berupa output yang berwujud, akan tetapi lebih banyak
berupa intagible output.
Istilah “ukuran kinerja” pada dasarnya berbeda dengan istilah “indikator
Kinerja”. Ukuran kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara langsung, sedangkan
indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung, yaitu hal-hal
yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja.
1. Mekanisme Untuk Menentukan Indikator
a. Sistem perencanaan dan pengendalian
Sistem perencanaan dan pengendalian meliputi proses, prosedur, dan struktur
yang memberi jaminan bahwa tujuan organisasi telah dijelaskan dan
dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi dengan menggunakan rantai
komando yang jelas yang didasarkan pada spesifikasi tugas pokok dan fungsi,
kewenangan serta tanggungjawab.
b. Spesifikasi teknis dan standardisasi
Kinerja suatu kegiatan, program, dan organisasi diukur dengan menggunakan
spesifikasi teknis secara detail untuk memberikan jaminan bahwa spesifikasi
teknis tersebut dijadikan sebagai standar penilaian.
c. Kompetensi teknis dan profesionalisme
Untuk memberikan jaminan terpenuhinya spesifikasi teknis dan standardisasi
yang ditetapkan, maka diperlukan personel yang memiliki kompetensi teknis
dan professional dalam bekerja.

8
d. Mekanisme ekonomi dan mekanisme pasar
Mekanisme ekonomi terkait dengan pemberian penghargaan dan hukuman
(reward & punishment) yang bersifat finansial, sedangkan mekanisme pasar
terkait dengan penggunaan sumber daya yang menjamin terpenuhinya value for
money. Ukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk memberikan
penghargaan dan hukuman (alat pembinaan).
e. Mekanisme Sumber Daya Manusia
Pemerintah perlu menggunakan beberapa mekanisme untuk memotivasi stafnya
untuk memperbaiki kinerja personal dan organisasi.
2. Peran Indikator Kinerja Bagi Pemerintah
a. Untuk membantu memperjelas tujuan organisasi;
b. Untuk mengevaluasi target akhir (final outcome) yang dihasilkan;
c. Sebagai masukan untuk menentukan skema insentif manajerial;
d. Memungkinkan bagi pemakai jasa layanan pemerintah untuk melakukan
pilihan;
e. Untuk menunjukkan standar kinerja;
f. Untuk menunjukkan efektivitas;
g. Untuk membantu menentukan aktivitas yang memiliki efektivitas biaya yang
paling baik untuk mencapai target sasaran; dan
h. Untuk menunjukkan wilayah, bagian, atau proses yang masih potensial untuk
dilakukan penghematan biaya.
Permasalahan teknis yang dihadapi saat pengukuran ekonomi, efisiensi dan
efektivitas (value for money) organisasi adalah bagaimana membandingkan input
dengan output untuk menghasilkan ukuran efisiensi yang memuaskan jika output yang
dihasilkan tidak dapat dinilai dengan harga pasar. Solusi praktis atas masalah tersebut
adalah dengan cara membandingkan input finansial (biaya) dengan output nonfinansial,
misalnya biaya unit (unit cost statistics).

E. Pengukuran Value for Money


Kriteria pokok yang mendasari pelaksanaan manajemen publik dewasa ini
adalah: ekonomi, efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas publik. Tujuan
yang dikehendaki oleh masyarakat mencakup pertanggungjawaban
mengenai pelaksanaan value for money, yaitu: ekonomis (hemat cermat) dalam
pengadaan dan alokasi sumber daya, efisien (berdaya guna) dalam penggunaan sumber

9
daya dalam arti penggunaannya diminimalkan dan hasilnya dimaksimalkan
(maximizing benefits and minimizing costs), serta efektif (berhasil guna) dalam arti
mencapai tujuan dan sasaran.
Agar dalam menilai kinerja organisasi dapat dilakukan secara obyektif, maka
diperlukan indikator kinerja. Indikator kinerja yang ideal harus terkait pada efisiensi
biaya dan kualitas pelayanan. Sementara itu, kualitas terkait dengan kesesuaian dengan
maksud dan tujuan (fitness for purpose), konsistensi, dan kepuasan public (public
satisfaction). Kepuasan masyarakat dalam konteks tersebut dapat dikaitkan dengan
semakin rendahnya complaint dari masyarakat.

F. Pengembangan Indikator Value for Money


Peranan indikator kinerja adalah untuk menyediakan informasi sebagai
pertimbangan untuk pembuatan keputusan. Indikator value for money dibagi menjadi
dua bagian, yaitu: (1) Indikator alokasi biaya (ekonomi dan efisiensi), dan (2) Indikator
kualitas pelayanan (efektivitas).
Indikator kinerja harus dapat dimanfaatkan oleh pihak internal dan eksternal.
Pihak internal dapat menggunakannya dalam rangka meningkatkan kuantitas dan
kualitas pelayanan serta efisiensi biaya. Pihak eksternal dapat menggunakan indikator
kinerja sebagai control dan sekaligus sebagai informasi dalam rangka mengukur tingkat
akuntabilitas publik.
1. Tiga Pokok Bahasan dalam Indikator Value for Money
Konsep value for money atau yang dikenal dengan 3E
a. Ekonomi
Ekonomi adalah hubungan antara pasar dan masukan (cost of input). Dengan kata
lain, ekonomi adalah praktik pembelian barang dan jasa input dengan tingkat
kualitas tertentu pada harga terbaik yang dimungkinkan (spending less).
b. Efisiensi
Efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktivitas. Pengukuran efisiensi
dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan
terhadap input yang digunakan (cost of output). Proses kegiatan operasional dapat
dikatakan efisiensi apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai
dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya (spending
well).
c. Efektivitas

10
Pengertian efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau
target kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran
dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan
efektif apabalia proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan
(spending wisely).

Pengukuran Value for Money

G. Langkah-langkah Pengukuran Value for Money


1. Pengukuran Ekonomi
Pengukuran efektivitas hanya memperhatikan keluaran yang didapat, sedangkan
pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang dipergunakan.
Ekonomi merupakan ukuran relatif.
2. Pengukuran Efisiensi
Efisiensi merupakan hal penting dari ketiga pokok bahasan value for money.
Efisiensi diukur dengan rasio antara output dengan input. Semakin besar output
disbanding input, maka semakin tinggi tingkat efisensi suatu organisasi.
Perbaikan efisiensi dapat dilakukan dengan cara:
a. Meningkatkan output pada tingkat input yang sama;
b. Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi
peningkataninput;
c. Menurunkan input pada tingkatan output yang sama;
d. Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi
penurunan output.
Dalam pengukuran kinerja value for money, efisiensi dapat dibagi menjadi dua
yaitu efisiensi alokasi (efisiensi 1) dan efisiensi teknis dan manajerial (efisiensi 2).

11
Efisiensi alokasi terkait dengan kemampuan untuk mendayagunakan sumber daya
input pada tingkat kapasitas optimal. Efesiensi teknis (manajerial) terkait dengan
kemampuan mendayagunakan seumber daya input pada tingkat output tertentu.
3. Pengukuran Efektivitas
Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai
tujuannya. Efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah
dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Efektivitas hanya melihat apakah suatu
program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4. Pengukuran Outcome
Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap masyarakat. Output
hanya mengukur hasil tanpa mengukur dampaknya terhadap masyarakat,
sedangkan outcome mengukur kualitas output dan dampak yang dihasilkan (Smith,
1996). Pengukuran outcome memiliki dua peran, yaitu peran retrospektif dan
prospektif. Peran retrospektif terkait dengan penilaian kinerja masa lalu, sedangkan
peran prospektif terkait dengan perencanaan kinerja di masa yang akan datang.

Elemen-elemen Pengukuran Kinerja VFM

12
Pengukuran outcome memiliki dua peran:
a. Peran retrospektif penilaian kinerja masa lalu : menentukan apakah manfaat yang
diharapkan (expected benefit) dari suatu program publik telah terwujud
b. Peran prospektif terkait dengan perencanaan kinerja di masa yang akan datang :
memberikan bukti terhadap praktik yang baik (good management). Bukti tersebut
dapat menjadi dasar untuk menetapkan target di masa yang akan datang dan
mendorong untuk menggunakan praktik yang terbaik.

Estimasi Indikator Kinerja


Suatu unit organisasi perlu melakukan estimasi untuk menentukan target
kinerja yang ingin dicapai pada periode mendatang. Penentuan target tersebut
didasarkan pada perkembangan cakupan pelayanan atau indikator kinerja. Estimasi
dapat dilakukan dengan menggunakan:
1. Kinerja tahun lalu
Kinerja unit tahun lalu dapat digunakan sebagai dasar untuk mengestimasi indikator
kinerja. Hal tersebut merupakan benchmark (perbandingan) bagi unit tersebut untuk
melihat seberapa besar kinerja yang telah dilakukan. Alasan lainnya adalah karena
terdapatnya time lag antara aktivitas yang telah dilakukan dengan dampak (outcome)
yang timbul dari aktivitas tersebut. Hal ini terjadi karena dampak dari aktivitas yang
dilakukan dalam tahun ini baru dapat dirasakan beberapa tahun kemudian.
2. Expert Judgment
Expert Judgment digunakan karena kinerja tahun lalu akan sangat berpengaruh
terhadap kinerja berikutnya. Expert Judgment biasanya digunakan untuk melakukan
estimasi kinerja. Selain penggunaannya yang sederhana, dari segi biaya juga tidak
terlalu mahal. Namun demikian, kelemahannya adalah bahwa teknik ini sangat
tergantung pada pandangan subyektif para pengambil keputusan. Di samping itu,
dampak adanya pencapian tujuan kinerja tidak secara otomatis dapat dikatakan
bahwa unit tersebut mengalami peningkatan kinerja.
3. Trend
Trend digunakan dalam mengestimasi indikator kinerja karena adanya pengaruh
waktu dalam pencapaian kinerja unit kerja.

Y = a + bt

13
Dimana,
Y = indikator kinerja
a = indikator kinerja autonomous
t = time lag
4. Regresi
Regresi ini menggunakan rumus

𝑌 = 𝑎 + 𝑏1 𝑋1 + 𝑏2 𝑋2 + 𝑒

𝑌 = 𝑎 + 𝑏̂1 𝑋1 + 𝑏̂2 𝑋2 + 𝑒

Hal ini dilakukan untuk menetukan seberapa besar pengaruh variabel-variabel


independen mampu mempengaruhi variabel dependen (kinerja unit).

Pertimbangan dalam Membuat Indikator Kinerja


Langkah pertama dalam membuat indikator kinerja ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas adalah memahami operasi dengan menganalisis kegiatan dan program
yang akan dilaksanakan. Secara garis besar terdapat dua jenis tindakan kebijakan
yaitu input dan proses yang mempunyai tujuan untuk mengatur alokasi seumber daya
input untuk dikonversi menjadi output melalui satu atau beberapa proses konversi
atau operasi.
Hasil kebijakan ada tiga jenis, yaitu: keluaran (output), akibat (tujuan
fungsional) dan dampak (outcome/tujuan akhir), dan distribusi manfaat (distribution
of benefits). Apabila ukuran numerik outcome tidak tersedia dan ukuran efetivitas
suatu program yang dapat dikuantifikasi tidak dapat ditentukan, maka perlu
dikembangkan ukuran kinerja antara (surrogate). Karena ukuran pengganti tersebut
tidak dapat mengukur secara tepat pencapaian program, maka ukuran tersebut harus
digunakan dengan hati-hati. Terlalu banyak perhatian terhadap ukuran pengganti
tersebut dapat menyebabkan perilaku disfungsional pada manajer dan pengambil
keputusan.

14
BAB II
PENUTUP

Kesimpulan
Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan
untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur
finansial dan non finansial. Sistem pengukuran kinerja merupakan salah satu alat
pengendalian organisasi karena diperkuat dengan adanya mekanisme reward dan
punishment. Pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu
memperbaiki kinerja pemerintah, memperbaiki pengalokasian sumber daya dan
pembuatan keputusan, serta untuk memfasilitasi terwujudnya akuntabilitas publik.
Inti pengukuran kinerja pemerintah adalah pengukuran value for money. Kinerja
pemerintah harus diukur dari sisi input, output dan outcome. Tujuan pengukuran value
for money yaitu mengukur tingkat keekonomisan dalam alokasi sumber daya, efisiensi
dalam penggunaan sumber dayadan hasil yang maksimal, serta efektifitas dalam
penggunaan sumber daya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Mardiasmo,MBA,Ak., “Akuntansi Sektor Publik”. Andi Yogyakarta

16

Anda mungkin juga menyukai