Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

“AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Semester IV


Mata Kuliah : Akuntansi Sektor Publik
Dosen Pengampu : Ikang Murapi, S.Pd, M. Ak

Oleh :

Dimas Septiaji Paripurna (1902021050)

Kadek Dwi Apriyani (1902021053)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BUMIGORA

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat-Nya
sehingga makalah ini berhasil penyusun selesaikan. Penyusunan makalah ini merupakan tugas
mata kuliah Akuntansi Sektor Publik di program jurusan S1 Akuntansi di Universitas
Bumigora. Adapun judul yang diambil dalam makalah ini adalah “Pengukuran Kinerja Sektor
Publik”.

Ucapan terima kasih penyusun berikan kepada semua pihak yang telah membantu untuk
menyelesaikan makalah ini. Tanpa dukungan dari mereka semua, penyusunan makalah ini
belum tentu bisa terselesaikan tepat pada waktunya.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, sehingga
kritik dan saran sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
dapat memberi manfaat bagi semua pihak.

Mataram, 25 Juni 2021

ii
DAFTAR ISI

JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan masalah 2
C. Tujuan Penelitian 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Pengukuran Kinerja 3
1. Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja 4
2. Manfaat Pengukuran Kinerja 4
3. Prinsip – Prinsip Pemilihan Ukuran Kinerja 5
4. Skala dan Siklus Pengukuran Kinerja 6-7
B. Informasi Yang Digunakan Untuk Pengukuran Kinerja 7-13
C. Peranan Indikator Kinerja Dalam Pengukuran Kinerja 13-16
1. Manfaat Indikator Kinerja 16
2. Penyusunan Indikator Kinerja 16
3. Indikator Kinerja dan Pengukuran Value for Money 17
4. Peran Indikator Kinerja Bagi Pemerintah 17
5. Value for Money Sebagai Metode Penilaian Kinerja 17-18
6. Pengukuran Kinerja Dengan Menggunakan Value for Money 18-19
7. Mekanisme Penentuan Indikator Kinerja 19
8. Langkah - Langkah Pengukuran dan Tujuan Value for Money 19-21
BAB III PENUTUP 22
A. Kesimpulan 22
DAFTAR PUSTAKA 23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kinerja merupakan gambaran dari pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau


program atau kebijakan untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.
Menurut Mardiasmo (2002), sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu
sistem yang bertujuan untuk membantu manajer sektor publik menilai pencapaian suatu
strategi melalui alat ukur finansial dan non finansial. Sistem pengukuran kinerja ini
dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi. Maksud dilakukannya
pengukuran kinerja sektor publik antara lain:

1. Membantu memperbaiki kinerja pemerintah agar dapat berfokus pada tujuan dan
sasaran program unit kerja yangn pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas organisasi sektor publik dalam memberikan layanan kepada
masyarakat.

2. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan
pembuatan keputusan.

3. Untuk mewujudkan tanggung jawab publik dan memperbaiki komunikasi


kelembagaan.

4. Capital rationing

Tujuan sistem pengukuran kinerja antara lain:

1. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down and bottom up).

2. Untuk mengukur kinerja finansial dan non finansial secara berimbang sehingga
dapat ditelusur berkembangan pencapaian strateginya.

3. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan


bawah serta motivasi untuk mencapai good congruence.

4. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan


kemampuan kolektif yang rasional.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
adalah bagaimana pengukuran kinerja sektor publik ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami tentang
bagaimana pengukuran kinerja sektor publik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengukuran Kinerja

Kinerja merupakan gambaran dari pencapaian pelaksanaan suatu


kegiatan/program/kebijakan untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi
organisasi. Menurut Mardiasmo (2002), sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah
suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer sektor publik menilai pencapaian
suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non finansial. Sistem pengukuran kinerja
ini dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi. Maksud dilakukannya
pengukuran kinerja sektor publik antara lain:

1. Membantu memperbaiki kinerja pemerintah agar dapat berfokus pada tujuan dan
sasaran program unit kerja yangn pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas organisasi sektor publik dalam memberikan layanan kepada
masyarakat.

2. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan
pembuatan keputusan.

3. Untuk mewujudkan tanggung jawab publik dan memperbaiki komunikasi


kelembagaan.

Selain itu, pihak legislatif menggunakan ukuran kinerja ini untuk menentukan
kelayakan biaya pelayanan (cost of service) yang dibebankan kepada masyarakat
pengguna jasa publik karena mereka tidak mau selalu ditarik pungutan tanpa adanya
peningkatan kualitas dan kuantitas dari pelayanan yang diterima tersebut. Kinerja
sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada indikator tunggal yang
dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif. Berbeda dengan
sektor swasta, karena sifat output yang dihasilkan sektor publik lebih banyak
bersifat intangible output, maka ukuran finansial saja tidak cukup untuk mengukur
kinerja sektor publik. Oleh karena itu, perlu dikembangkan ukuran kerja non finansial.

3
1. Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja

Tujuan sistem pengukuran kinerja antara lain:

a) Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down and bottom
up).

b) Untuk mengukur kinerja finansial dan non finansial secara berimbang sehingga
dapat ditelusur berkembangan pencapaian strateginya.

c) Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan


bawah serta motivasi untuk mencapai good congruence.

d) Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan


kemampuan kolektif yang rasional.

2. Manfaat Pengukuran Kinerja

Berikut ini adalah manfaat dari pengukuran kinerja:

a) Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai


kinerja manajemen

b) Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan.

c) Untuk memonitor dan mengawasi pencapaian kinerja dan membandingkannya


dengan target kinerja serta melakukan tindakan kolektif untuk memperbaiki
kinerja.

d) Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward and


punishment).

e) Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka


memperbaiki kinerja organisasi.

f) Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.

g) Membantu memahami kegiatan instansi pemerintah.

h) Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.

4
3. Prinsip – Prinsip Pemilihan Ukuran Kinerja

Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih ukuran-
ukuran kinerja instansi yang sesuai dengan skema indikator.

Evaluasi kembali ukuran yang Informasi kinerja tetap dibutuhkan oleh


ada manajemen. Apabila skema indikator kinerja
sudah tidak berfungsi, maka manajemen akan
mengembangkan skema baru.
Mengukur kegiatan yang Kinerja selalu berorientasi hasil. Ukuran hasil
penting, tidak hanya hasil sering diformulasikan dalam rasio keuangan.
Pencapaian hasil akan menunjukkan adanya
permasalahan. Hasil tersebut tidak akan
menunjukkan diagnosis hasil.
Pengukuran harus mendorong Pembagian proses pengukuran menciptakan
tim kerja yang akan mencapai lingkungan tim kerja yang aktivitasnya
tujuan diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi.
Pengukuran harus merupakan Agar efektif, sistem pengukuran harus
perangkat yang terintegrasi, diciptakan sebagai perangkat terintegrasi yang
seimbang dalam penerapannya diperoleh dari strategi perusahaan. Sebagian
besar perusahaan berusaha meminimalkan
biaya, meningkatkan kualitas, mengurangi
waktu pelaksanaan produksi dan menciptakan
pengembalian investasi yang wajar.
Pengukuran harus memiliki Ukuran internal yang umum dipakai dalam
fokus eksternal jika sebuah organisasi perbandingan kinerja dari
memungkinkan tahun ke tahun. Suatu perbandingan tertentu
dapat dilakukan ke tingkatan mikro: divisi,
departemen, kelompok, bahkan individu.

5
4. Skala Pengukuran

Skala pengukuran dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:

a) Skala Nominal

Skala nominal merupakan skala pengukuran yang paling rendah


tingkatannya karena denga skala ini obyek pengukuran hanya dapat
dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri yang sama, yang berbeda dengan
kelompok lain. Kelompok-kelompok atau golongan tidak dibedakan
berdasarkan tingkatan, karena kelompok yang satu tidak dapat dikatakan lebih
rendah atau lebih tinggi tingkatannya dari pada kelompok yang lain, tetapi
hanya sekedar berbeda.

b) Skala Ordinal

Skala ini lebih tinggi tingkatannya atau lebih baik dari pada skala
nominal karena selain memiliki ciri-ciri yang sama dengan skala nominal, yaitu
dapat mengolongkan obyek dalam golongan yang berbeda, skala ordinal juga
mempunyai kelebihan dari skala nominal, yaitu bahwa golongan-golongan atau
klasifikasi dalam skala ordinal ini dapat dibedakan tingkatannya. Ini berarti
bahwa suatu golongan dapat dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah dari pada
golongan yang lain.

c) Skala Interval
Skala interval memiliki kelebihan yaitu mempunyai unit pengukuran
yang sama, sehingga jarak antara satu titik dengan titik yang lain, atau antara
satu golongan dengan golongan yang lain dapat diketahui.

d) Skala rasio

Skala rasio merupakan skala yang paling tinggi tingkatannya karena


skala ini mempunyai ciri-ciri yang dimiliki oleh semua skala di bawahnya.
Skala rasio memiliki titik nol yang sebenarnya yang berarti bahwa apabila suatu
obyek diukur dengan skala rasio dan berada pada titik nol, maka gejala atau
sifat yang diukur benar-benar tidak ada.

6
5. Siklus Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja dilakukan dengan melalui lima tahapan berikut ini:

a) Perencanaan strategi yaitu siklus pengukuran kinerja dimulai dengan proses


penskemaan strategi, yang berkenaan dengan penetapan visi, misi, tujuan dan
sasaran, kebijakan, program operasional san kegiatan/aktivitas.

b) Penciptaan indikator kinerja yaitu penciptaan indikator kinerja dilakukan


setelah perumusan strategi. Indikator yang mudah adalah untuk aktivitas yang
dapat dihitung, contohnya adalah jumlah klaim yang diproses.

c) Mengembangkan sistem pengukuran kinerja yaitu tahap ini terdiri dari tiga
langkah, yaitu: pertama, meyakinkan keberadaan data yang diperlukan dalam
siklus pengukuran kinerja. Kedua, mengukur kinerja dengan data yang tersedia
dan data yang dikumpulkan. Ketiga, penggunaan data pengukuran yang
dihimpun, harus dipresentasikan dalam cara-cara yang dapat dimengerti dan
bermanfaat.

d) Penyempurnaan ukuran yaitu pada tahap ini dilakukan pemikiran kembali atas
indikator hasil (outcomes) dan indikator dampak (impacts) menjadi lebih
penting dibandingkan dengan pemikiran kembali atas indikator masukan
(inputs) dan keluaran (outputs).

e) Pengintegrasian dengan proses manajemen yaitu bagaimana menggunakan


ukuran kinerja tersedian secara efektif merupakan tantangan selanjutnya.
Penggunaan data organisasi dapat dijadikan alat untuk memotivasi tindakan
dalam organisasi.

B. Informasi Yang Digunakan Untuk Pengukuran Kinerja

1. Informasi Finansial

Penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran yang


telah dibuat. Penilaian tersebut dilakukan dengan menganalisis varians (selisih atau
perbedaan) antara kinerja aktual dengan anggaran yang dianggarkan. Analisis
varians secara garis besar berfokus pada :

7
a) Varians pendapatan (revenue varians)

Varians pendapatan adalah semua penerimaan dalam bentuk


peningkatan aktiva atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode
tahun anggaran yang bersangkutan.

b) Varians pengeluaran (expenditure variance)

1) Varians belanja rutin

Anggaran belanja rutin adalah anggaran yang disediakan


untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang sifatnya lancar dan terus
menerus yang dimaksudkan untuk menjaga kelemahan roda pemerintahan
dan memelihara hasil-hasil pembangunan.

2) Varians belanja investasi/modal (recurrent expenditure variance)

Belanja investasi/modal adalah pengeluaran yang manfaatnya


cenderung melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau
kekayaan pemerintah, dan selanjutnya akan menambah anggaran rutin
untuk biaya operasional dan pemeliharaan.Setelah dilakukan analisis
varians maka tahap selanjutnya dilakukan identifikasi sumber penyebab
terjadinya varians dengan menelusur varians tersebut hingga level
manajemen paling bawah.

2. Informasi Non Finansial

Informasi nonfinansial dapat menambah keyakinan terhadap kualitas


proses pengendalian manajemen. Teknik pengukuran kinerja yang komprehensif
dan banyak dikembangkan oleh berbagai organisasi dewasa ini adalah Balanced
Scorecard. Metode Balanced Scorecard merupakan pengukuran kinerja organisasi
berdasarkan aspek finansial dan juga aspek non finasial. Balanced
Scorecard dinilai cocok untuk organisasi sektor publik karena Balanced
Scorecard tidak hanya menekankan pada aspek kuantitatif finansial, tetapi juga
aspek kualitatif dan non finansial. Hal tersebut sejalan dengan sektor publik yang
menempatkan laba bukan hanya sebagai ukuran kinerja utama, namun pelayanan
yang cenderung bersifat kualitatif dan nonkeuangan (Mahmudi, 2007). Pengukuran
dengan metode ini melibatkan empat aspek, antara lain :

8
a) Perspektif finansial (financial perspective)

Perspektif finansial menjadi perhatian dalam balanced scorecard karena


ukuran keuangan merupakan ikhtisar dari konsekuensi ekonomi yang terjadi
yang disebabkan oleh pengambilan keputusan. Aspek keuangan menunjukkan
apakah perencanaan, implementasi dan pelaksanaan dari strategi memberikan
perbaikan yang mendasar. Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan
adanya tahapan dari siklus kehidupan bisnis, yaitu:

1) Growth (bertumbuh) : Tahapan awal siklus kehidupan perusahaan dimana


perusahaan memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Disini manajemen
terikat dengan komitmen untuk mengembangkan suatu produk/jasa dan
fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi, mengembangkan sistem,
infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan mendukung hubungan
global, serta membina dan mengembangkan hubungan dengan pelanggan.

2) Sustain (bertahan) : Tahapan kedua dimana perusahaan masih melakukan


investasi dan reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian
terbaik. Pada tahap ini, perusahaan mencoba mempertahankan pangsa pasar
yang ada, bahkan mengembangkannya jika memungkinkan.

3) Harvest (menuai) : Tahapan ketiga dimana perusahaan benar-benar menuai


hasil investasi ditahap-tahap sebelumnya. Tidak ada lagi investasi besar,
baik ekspansi pembangunan kemampuan baru, kecuali pengeluaran untuk
pemeliharaan dan perbaikan.

b) Perspektif kepuasan pelanggan (customer perspective)

Dalam perspektif ini perhatian perusahaan harus ditujukan pada


kemampuan internal untuk peningkatan kinerja produk, inovasi dan teknologi
dengan memahami selera pasar. Dalam perspektif ini peran riset pasar sangat
besar. Perspektif pelanggan memiliki dua kelompok pengukuran, yaitu:

1) Core measurement group, yang memiliki beberapa komponen pengukuran,


yaitu:

a) Pangsa Pasar (market share): pangsa pasar ini menggambarkan proporsi


bisnis yang dijual oleh sebuah unit bisnis di pasar tertentu. Hal itu

9
diungkapkan dalam bentuk jumlah pelanggan uang yang dibelanjakan
atau volume satuan yang terjual.

b) Retensi Pelanggan (Customer Retention) : menunjukkan tingkat dimana


perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan pelanggan.
Pengukuran dapat dilakukan dengan mengetahui besarnya presentase
pertumbuhan bisnis dengan pelanggan yang asa saat ini.

c) Akuisisi Pelanggan (Customer Acquisition) : pengukuran ini


menunjukkan tingkat dimana suatu unit bisnis mampu menarik
pelanggan baru memenangkan bisnis baru. Akuisisi ini dapat diukur
dengan membandingkan banyaknya jumlah pelanggan baru di segmen
yang ada.

d) Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction) : pengukuran ini berfungsi


untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan kriteria
spesifik dalam value proportion.

2) Customer Value Proportion yang merupakan pemicu kinerja yang terdapat


pada Core value proportion didasarkan pada atribut sebagai berikut:

a) Product/service attributes yang meliputi fungsi produk atau jasa, harga


dan kualitas. Perusahaan harus mengidentifikasikan apa yang
diinginkan pelanggan atas produk atau jasa yang ditawarkan.

b) Customer relationship adalah strategi dimana perusahaan mengadakan


pendekatan agar perasaan pelanggan merasa puas atau produk atau jasa
yang ditawarkan perusahaan.

c) Image and reputation membangun image dan reputasi dapat dilakukan


melalui iklan dan menjaga kualitas seperti yang dijanjikan.

c) Perspektif efisiensi proses internal (internal process efficiency)

Dalam hal ini perusahaan berfokus pada tiga proses bisnis utama yaitu:

1) Proses inovasi

Dalam proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan, proses inovasi


merupakan salah satu kritikal proses, dimana efisiensi dan efektifitas serta

10
ketepatan waktu dari proses inovasi ini akan mendorong terjadinya efisiensi
biaya pada proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan. Proses inovasi
dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a) Pengukuran terhadap proses inovasi yang bersifat penelitian dasar dan


terapan.

b) Pengukuran terhadap proses pengembangan produk.

2) Proses Operasi

Pada proses operasi yang dilakukan oleh masing-masing organisasi


bisnis, lebih menitikberatkan pada efisiensi proses, konsistensi, dan
ketepatan waktu dari barang dan jasa yang diberikan kepada pelanggan.

3) Pelayanan Purna Jual

Tahap terakhir dalam pengukuran proses bisnis internal adalah


dilakukannya pengukuran terhadap pelayanan purna jual kepada pelanggan.
Pengukuran ini menjadi bagian yang cukup penting dalam proses bisnis
internal, karena pelayanan purna jual ini akan berpengaruh terhadap tingkat
kepuasan pelanggan.

d) Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective).

Kaplan (Kaplan, 1996) mengungkapkan betapa pentingnya suatu


organisasi bisnis untuk terus mempertahankan karyawannya, memantau
kesejahteraan karyawan dan meningkatkan pengetahuan karyawan karena
dengan meningkatnya tingkat pengetahuan karyawan akan meningkatkan pula
kemampuan karyawan untuk berpartisipasi dalam pencapaian hasil ketiga
perspektif diatas dan tujuan perusahaan. Perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan organisasi merupakan faktor pendorong dihasilkannya kinerja
yang istimewa dalam tiga perspektif Balanced Scorecard.

e) Perspektif / Faktor yang Dinilai Misi atau Visi

Jenis informasi non-finansial dapat dinyatakan dalam bentuk variabel


kunci. Variabel kunci adalah variabel yang mengindikasikan faktor-faktor yang
menjadi penyebab kesuksesan organisasi. Karakteristik variabel kunci, yaitu :

11
1) Menjelaskan faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi

2) Sangat volatile (mudah berubah) dan dapat berubah dengan cepat

3) Perubahannya tidak dapat diprediksi

4) Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera

Variabel tersebut dapat diukur, baik secara langsung maupun melalui


ukuran antara (surrogate). Sebagai contoh kepuasan masyarakat tidak dapat
diukur secara langsung akan tetapi dapat dibuat ukuran antaranya, misalnya
jumlah aduan, tuntutan dan demonstrasi dapat dijadikan variabel kunci. Contoh
Variabel Kunci

Dinas / Unit Kerja Variabel kunci


Rumah Sakit dan Hotel Tingkat hunian kamar ( kamar yang dipakai : jumlah
total kamar yang tersedia )
Klinik Kesehatan Jumlah pelanggan ( masyarakat ) yang dilayani per hari
Perusahaan Listrik Negara KWH yang terjual
Perusahaan Telekomunikasi Jumlah pulsa yang terjual
Perusahaan Air Minum Jumlah debit air yang terjual
DLLAJ Jumlah alat angkutan umum
Paid seats/capacity seats
Pekerjaan Umum Panjang jalan yang dibangun/diperbaiki
Panjang jalan yang disapu/dibersihkan
Kepolisian Jumlah kriminalitas yang tertangani
Jumlah kecelakaan/pelanggaran lalu lintas
Jumlah pengaduan masyarakat yang tertangani
DPR/DPRD Jumlah pengaduan dan tuntutan masyarakat yang
tertangani
Jumlah rapat yang dilakukan
Jumlah undang-undang atau perda yang dihasilkam
Jumlah peserta rapat per total anggota
Dipenda Jumlah pendapatan yang terkumpul

12
f) Agar pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan baik, berikut ini merupakan
hal-hal yang perlu diperhatikan:

1) Membuat suatu komitmen untuk mengukur kinerja dan memulainya dengan


segera.

2) Hal yang perlu dilakukan oleh instansi adalah sesegera mungkin memulai
upaya pengukuran kinerja dan tidak perlu mengharap pngukuran kinerja
akan langsung sempurna. Nantinya, perbaikan atas pengukuran kinerja akan
dilakukan.

3) Perlakuan pengukuran kinerja sebagai suatu proses yang berkelanjutan (on-


going process)

4) Pengukuran kinerja merupakan suatu proses yang bersifat interaktif. Proses


ini merupakan suatu cerminan dari upaya organisasi untuk selalu berupaya
memperbaiki kinerja.

5) Sesuaikan proses pengukuran kinerja dengan organisasi

6) Organisai harus menetapkan ukuran kinerja yang sesuai dengan besranya


organisasi, budaya, visi, tujuan, dan struktur organisasi.

C. Peranan Indikator Kinerja Dalam Pengukuran Kinerja

Indikator Kinerja digunakan sebagai indikator pelaksanaan strategi yang telah


ditetapkan. Indikator kinerja tersebut dapat berbentuk faktor-faktor keberhasilan utama
organisasi (critical success factors) dan indikator kinerja kunci (key performance
indicator). Faktor Keberhasilan Utama adalah suatu area yang mengindikasikan
kesuksesan kinerja unit kerja organisasi. Area ini merefleksikan preferensi manajerial
dengan memperhatika variable - variabel kunci finansial dan non finansial pada kondisi
waktu tertentu.

Indikator Kinerja Kunci merupakan sekumpulan indikator yang dapat dianggap


sebagai ukuran kinerja kunci baik yang bersifat finansial maupun non finansial untuk
melaksanakan operasi dan kinerja unit bisnis. Indikator ini digunakan oleh manajer
untuk mendeteksi dan memonitor capaian kinerja. Komponen yang digunakan dalam
penentuan indikator kinerja :

13
1. Biaya pelayanan (cost of service)

Indikator biaya diukur dalam bentuk biaya unit (unit cost), misalnya
biaya per unit pelayanan (panjang jalan yang diperbaiki, jumlah ton sampah
yang terangkut, biaya per siswa). Beberapa pelayanan mungkin tidak dapat
ditentukan biaya unitnya karena output yang dihasilkan tidak dapat
dikuantifikasi atau tidak ada keseragaman tipe pelayanan yang diberikan. Untuk
kondisi tersebut maka dibuat indikator kinerja produksi misalnya belanja per
kapita.

2. Penggunaan (utilization)

Indikator ini membandingkan antara jumlah pelayanan yang


ditawarkan (supply of service) dengan permintaan publik (public
demand). Indikator ini harus mempertimbangkan preferensi publik sedangkan
pengukurannya berupa volume absolut atau presentase tertentu, misalnya
presentase penggunaan kapasitas. Contoh lain yaitu rata-rata jumlah
penumpang per bus yang dioperasikan. Indikator kinerja ini digunakan untuk
mengetahui frekuensi operasi atau kapasitas kendaraan yang digunakan pada
tiap-tiap jalur.

3. Kualitas dan standar pelayanan (quality and standards)

Indikator ini merupakan indikator yang paling sulit diukur karena


menyangkut pertimbangan yang sifatnya subyektif. Contohnya yaitu perubahan
jumlah komplain masyarakat atas pelayanan tertentu.

4. Cakupan pelayanan (coverage)

Indikator ini perlu dipertimbangkan jika terdapat kebijakan atau


peraturan perundangan yang mensyaratkan untuk memberikan pelayanan
dengan tingkat pelayanan minimal yang telah ditetapkan.

5. Kepuasan (satisfaction)

Indikator kepuasan diukur melalui metode jajak pendapat secara


langsung. Bagi pemerintah daerah, metode penjaringan aspirasi
masyarakat (need assessment) dapat juga digunakan untuk menetapkan
indikator kepuasan. Namun, dapat juga digunakan indikator proksi misalnya

14
jumlah komplain. Pembuatan indikator kinerja tersebut memerlukan kerjasama
antar unit kerja. Contoh Pengembangan Indikator Kinerja

Dinas/Unit Kerja Indikator kinerja


Rumah Sakit Biaya total rata-rata rawat jalan per pasien yang masuk
Biaya rata-rata pelayanan medis dan paramedis per pasien yang
masuk
Biaya rata-rata pelayanan umum (non-klinis) per pasien yang
masuk
Penggunaan fasilitas
Rata-rata masa tinggal pasien di rumah sakit
Jumlah pasien rata-rata per bed per tahun
Rasio antara pasien baru dengan pasien lama yang masuk
kembali
Proporsi tingkat hunian
Klinik Kesehatan Jumlah pelanggan yang dilayani per hari per jumlah total
penduduk untuk wilayah tertentu
Pekerjaan Umum Panjang jalan yang dibangun atau diperbaiki/total panjang jalan
Panjang jalan yang disapu atau dibersihkan/total panjang jalan
Kondisi jalan
Keamanan jalan (road safety)
Kepolisian % Jumlah kriminalitas yang tertangani/Jumlah kriminalitas
yang terdeteksi/tercatat
% Penurunan jumlah kecelakaan atau pelanggaran lalu lintas
% Jumlah pengaduan masyarakat yang tertangani/Jumlah total
pengaduan masyarakat yang masuk
DPR/DPRD % Jumlah pengaduan dan tuntutan masyarakat yang
tertangani/Jumlah total aspirasi yang masuk
Jumlah rapat yang dilakukan per bulan/tahun
Jumlah peraturan yang dihasilkan per bulan/tahun
% Jumlah peserta rapat per total anggota
Dipenda % Jumlah pendapatan yang terkumpul/potensi

15
1. Manfaat Indikator Kinerja

a) Memberikan kejelasan tujuan organisasi.

b) Mengembangkan persetujuan pengukuran aktivitas.

c) Keuntungan proses produksi harus dipahami lebih jelas.

d) Tersedianya pembandingan kinerja dari organisasi yang berbeda.

e) Tersedianya fasilitas setting of target untuk penilaian organisasi dan


individual manager sebagai bagian dari pertanggungjawaban organisasi
kepada pemilik saham.

2. Penyusunan Indikator Kinerja

Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk penyusunan dan


penetapan indikator kinerja pemerintahan, yaitu sebagai berikut :

a) Susun dan tetapkan rencana strategis lebih dahulu (rencana strategis


meliputi : visi, misi, tujuan, sasaran dan cara mencapai tujuan/sasaran).

b) Identifikasi data/informasi yang dapat dikembangkan menjadi indikator


kinerja.

c) Pilih dan tetapkan indikator kinerja yang paling relevan dan berpengaruh
besar terhadap keberhasilan pelaksanaan kebijaksanaan/program/kegiatan.

3. Indikator Kinerja dan Pengukuran Value for Money

Value for money merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi


pemerintah. Permasalahan yang sering dihadapi adalah sulitnya mengukur
output, karena output yang dihasilkan tidak selalu berupa output yang berwujud,
akan tetapi lebih banyak berupa intagible output. Istilah “ukuran kinerja“
(mengacu pada penilaian kinerja secara langsung) pada dasarnya berbeda
dengan istilah “indikator Kinerja“ (mengacu pada penilaian kinerja secara tidak
langsung).

4. Peran Indikator Kinerja Bagi Pemerintah

a) Untuk membantu memperjelas tujuan organisasi

b) Untuk mengevaluasi target akhir (final outcome) yang dihasilkan

16
c) Sebagai masukan untuk menentukan skema insentif manajerial

d) Memungkinkan bagi pemakai jasa layanan pemerintah untuk melakukan


pilihan

e) Untuk menunjukkan standar kinerja

f) Untuk menunjukkan efektivitas

g) Untuk membantu menentukan aktivitas yang memiliki efektivitas biaya


yang paling baik untuk mencapai target sasaran

h) Untuk menunjukkan wilayah, bagian, atau proses yang masih potensial


untuk dilakukan penghematan biaya.

Permasalahan teknis yang dihadapi saat pengukuran ekonomi, efisiensi


dan efektivitas (value for money) organisasi adalah bagaimana membandingkan
input dengan output untuk menghasilkan ukuran efisiensi yang memuaskan jika
output yang dihasilkan tidak dapat dinilai dengan harga pasar. Solusi praktis
atas masalah tersebut adalah dengan cara membandingkan input finansial
(biaya) dengan output non finansial, misalnya biaya unit (unit cost statistics).

5. Value for Money Sebagai Metode Penilaian Kinerja

Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang


bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi
melalui alat ukur finansial dan non finansial. Pengukuran kinerja sektor publik
dilakukan untuk memenuhi tiga maksud.

a) Membantu memperbaiki kinerja pemerintah

b) Pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan.

c) Mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi


kelembagaan.

Kriteria pokok yang mendasari pelaksanaan manajemen publik dewasa


ini adalah: ekonomi, efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas
publik. Tujuan yang dikehendaki oleh masyarakat mencakup
pertanggungjawaban mengenai pelaksanaan value for money, yaitu: ekonomis
(hemat cermat) dalam pengadaan dan alokasi sumber daya, efisien (berdaya

17
guna) dalam penggunaan sumber daya dalam arti penggunaannya diminimalkan
dan hasilnya dimaksimalkan (maximizing benefits and minimizing costs), serta
efektif (berhasil guna) dalam arti mencapai tujuan dan sasaran. Value for money
merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan
pada tiga elemen utama, yaitu: ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.

a) Ekonomi : pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada


harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input
value yang dinyatakan dalam satuan moneter.

b) Efisiensi : pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau


penggunaan inputyang rendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi
merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standard
kinerja atau target yang telah ditetapkan.

c) Efektivitas : tingkat pencapaian hasil program dengan target yang


ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome
dengan output.

6. Pengukuran Kinerja Dengan Menggunakan Value for Money

Value for money merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi


pemerintah dan sektor publik. Kinerja pemerintah tidak dapat dinilai dari sisi
output yang dihasilkan semata, akan tetapi secara terintegrasi harus
mempertimbangkan input, output, dan outcome secara bersama-sama.
Permasalahan yang sering muncul adalah sulitnya mengukur output karena
output yang dihasilkan pemerintah tidak selalu berupa output yang berwujud
(tangible output), tetapi kebanyakan juga bersifat output tidak berwujud
(intangible output). Ukuran kinerja pada dasarnya berbeda dengan indikator
kinerja. Perbedaan antara ukuran kinerja dengan indikator kinerja adalah:

a) Ukuran kinerja, Umumnya mengacu pada penilaian kinerja secara langsung,


misalnya: laporan keuangan pemerintah.

b) Indikator kinerja, Mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung,


yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja.

18
7. Mekanisme Penentuan Indikator Kinerja

a) Sistem perencanaan dan pengendalian. Meliputi proses, prosedur, dan


struktur yang memberi jaminan bahwa tujuan organisasi telah dijelaskan dan
dikomunikasikan keseluruh bagian organisasi dengan menggunakan rantai
komando.

b) Spesifikasi teknis dan standarisasi. Spesifikasi ini digunakan sebagai ukuran


kinerja kegiatan, program dan organisasi.

c) Kompetensi teknis dan profesionalisme. Personil yang memiliki kompetensi


dan professionalmerupakan jaminan dukungan dalam pekerjaan.

d) Mekanisme ekonomi dan mekanisme pasar. Mekanisme ekonomi terkait


dengan pemberian reward dan punishment yang bersifat finansial.

e) Sedangkan mekanisme pasar terkait dengan penggunaan sumber daya.


Mekanisme ini digunakan untuk memperbaiki kinerja personil dan
organisasi.

8. Langkah - Langkah Pengukuran Value for Money

a) Pengukuran Ekonomi

Pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan (input) yang


gunakan. Pertanyaan yang diajukan adalah:

1) Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang dianggarkan ?

2) Apakah biaya organisasi lebih besar dari pada biaya organisasi lain yang
sejenis yang dapat diperbandingkan ?

3) Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya finansialnya secara


optimal ?

b) Pengukuran Efisiensi

Efisiensi diukur dengan rasio antara output dengan input. Semakin


besar output dibanding input, maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu
organisasi. Cara perbaikan terhadap efisiensi adalah:

1) Meningkatkan output pada tingkat input yang sama

19
2) Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar daripada
proporsi peningkatan input.

3) Menurunkan input pada tingkatan output yang sama.

4) Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi


penurunan output.

c) Pengukuran Efektifitas

Efeketivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai


tujuannya. Efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang
telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut.

d) Pengukuran Outcome

Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap


masyarakat atau mengukur kualitas output terhadap dampak yang
dihasilkan. Pengukuran outcome memiliki 2 peran:

1) Peran Retrospektif, terkait dengan penilaian kinerja masa lalu.

2) Peran Prospektif, terkait dengan perencanaan kinerja di masa yang akan


datang.

Dalam peran ini, pengukuran outcome digunakan untuk mengarahkan


keputusan alokasi sumber daya publik.

e) Estimasi Indikator Kinerja

Suatu unit organisasi perlu melakukan estimasi untuk menentukan target


kinerja yang ingin dicapai pada periode mendatang. Penentuan target terse-
but didasarkan pada perkembangan cakupan layanan atau indikator kinerja.

9. Tujuan Value for Money

Tujuan pelaksanaan value for money adalah, ekonomi: hemat cermat da-
lam pengadaan dan alokasi sumber daya. Efisiensi: Berdaya guna dalam
penggunaan sumber daya Efektivitas: Berhasil guna dalam arti mencapai tujuan
dan sasaran. Equity: Keadilan dalam mendapatkan pelayanan publik. Equality:
Kesetaran dalam penggunaan sumber daya. Tujuan lain yang dikehendaki
terkait pelaksanaan value for money adalah :
20
a) Meningkatan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang
diberikan tepat sasaran

b) Meningkatkan mutu pelayanan publik

c) Menurunkan biaya pelayanan publik karena hilangnya inefisiensi dan ter-


jadinya penghematan dalam penggunan input

d) Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik

e) Meningkatkan kesadaran akan uang publik (public costs awareness) se-


bagai akar pelaksanaan akuntanbilitas publik

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem Pengukuran Kinerja sektor publik adalah suatu system yang bertujuan untuk
membantu manajer public menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial
dan non finansial. System pengukuran kinerja merupakan salah satu alat pengendalian
organisasi karena diperkuat dengan adanya mekanisme reward dan punishment.
Pengukuran kinerja sektor publik dimkasudkan untuk membantu memperbaiki kinerja
pemerintah, memperbaiki pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan, serta
untuk memfasilitasi terwujudnya akuntabilitas publik

22
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

23
PERTANYAAN:

1. Kenapa informasi non finansial dapat dijadikan tolak ukur dalam pengukuran kinerja ?

2. Mengapa suatu unit organisasi perlu melakukan estimasi ?

3. Jelaskan bagaimana kita mengukur kinerja sebuah organisasi sektor publik ?

4. Jelaskan jenis input dan contoh penggunaannya dalam pengukuran kinerja ?

5. Jelaskan beberapa cara mengukur kinerja outcome ?

JAWABAN (Dijawab oleh kelompok Indah dan Ayu)

1. Informasi non finansial dapat dijadikan tolak ukur dalam pengukuran kinerja adalah
tentunya menambah keyakinan terhadap kualitas proses pengendalian manajemen
perusahaan khususnya dalam mengambil keputusan, baik itu dalam perencanaan,
implementasi dan pelaksanaan dari strategi sehingga perusahaan dapat memberikan
perbaikan mendasar dan menghasilkan outcome yang baik

2. Suatu unit organisasi perlu melakukan estimasi atau perkiraan adalah untuk mencapai
target kinerja yang ingin dicapai pada periode mendatang, penentuan target tersebut
didasarkan pada perkembangan cakupan pelayanan atau indikator kinerja, bisa dengan
membandingkan kinerja dimasa lalu dengan yang sekarang demi tercapainya agar dapat
memberikan pelayanan yang terbaik dan kepuasan kepada masyarakat

3. Melalui tiga aspek yaitu:

a. Ekonomi (spending less) konsep biaya untuk memperoleh input. Sumber daya input
hendaknya diperoleh dengan harga yang lebih rendah, yaitu harga yang mendekati
harga pasar

b. Efisiensi (spending well) keefisienan diukur dengan menghasilkan output tertentu


dengan input serendah-rendahnya atau dengan input tertentu mampu menghasilkan
output sebesar-besarnya

c. Efektivitas (spending wisely) efektivitas yang dapat diukur dengan tingkat


ketercapaian outcome sesuai dengan tujuan / hasil yang diharapkan

4. Jenis input dan contohnya yaitu:

a. Jenis input: pengadaan kendaraan

24
b. Ekonomi: apakah kendaraan dapat dibeli dengan harga yang lebih rendah dari harga
pasar

c. Efisien: dengan jumlah sunber daya modal tertentu dapat memperoleh kendaraan
dengan jumlah lebih banyak

d. Efektivitas: keefektifan dari pengoreasian kendaraan tersebut apakah terpakai semua


secara optimal atau ada yang tidak terpakai

5. Mengambil data dari organisasi sendiri, menggunakan jasa observer terlatih, melakukan
survei kepada pengguna jasa (pelanggan/masyarakat).

25

Anda mungkin juga menyukai