Kelas A5
Oleh:
Kelompok 7
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
PEMBAHASAN
e. Skala Pengukuran
Skala pengukuran dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:
a) Skala Nominal
Skala nominal merupakan skala pengukuran yang paling rendah
tingkatannya karena denga skala ini obyek pengukuran hanya dapat
dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri yang sama, yang berbeda dengan
kelompok lain. Kelompok-kelompok atau golongan tidak dibedakan
berdasarkan tingkatan, karena kelompok yang satu tidak dapat dikatakan
lebih rendah atau lebih tinggi tingkatannya dari pada kelompok yang lain,
tetapi hanya sekedar berbeda.
b) Skala Ordinal
Skala ini lebih tinggi tingkatannya atau lebih baik dari pada skala
nominal karena selain memiliki ciri-ciri yang sama dengan skala nominal,
yaitu dapat mengolongkan obyek dalam golongan yang berbeda, skala
ordinal juga mempunyai kelebihan dari skala nominal, yaitu bahwa
golongan-golongan atau klasifikasi dalam skala ordinal ini dapat dibedakan
tingkatannya. Ini berarti bahwa suatu golongan dapat dikatakan lebih tinggi
atau lebih rendah dari pada golongan yang lain.
c) Skala Interval
Skala interval memiliki kelebihan yaitu mempunyai unit
pengukuran yang sama, sehingga jarak antara satu titik dengan titik yang
lain, atau antara satu golongan dengan golongan yang lain dapat diketahui.
d) Skala rasio
Skala rasio merupakan skala yang paling tinggi tingkatannya karena
skala ini mempunyai ciri-ciri yang dimiliki oleh semua skala di bawahnya.
Skala rasio memiliki titik nol yang sebenarnya yang berarti bahwa apabila
suatu obyek diukur dengan skala rasio dan berada pada titik nol, maka gejala
atau sifat yang diukur benar-benar tidak ada.
f. Siklus Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja dilakukan dengan melalui lima tahapan berikut ini:
1. Perencanaan strategi: siklus pengukuran kinerja dimulai dengan proses
penskemaan strategi, yang berkenaan dengan penetapan visi, misi,
tujuan dan sasaran, kebijakan, program operasional san
kegiatan/aktivitas.
2. Penciptaan indikator kinerja: penciptaan indikator kinerja dilakukan
setelah perumusan strategi. Indikator yang mudah adalah untuk
aktivitas yang dapat dihitung, contohnya adalah jumlah klaim yang
diproses.
3. Mengembangkan sistem pengukuran kinerja: tahap ini terdiri dari tiga
langkah, yaitu: pertama, meyakinkan keberadaan data yang diperlukan
dalam siklus pengukuran kinerja. Kedua, mengukur kinerja dengan data
yang tersedia dan data yang dikumpulkan. Ketiga, penggunaan data
pengukuran yang dihimpun, harus dipresentasikan dalam cara-cara
yang dapat dimengerti dan bermanfaat.
4. Penyempurnaan ukuran: pada tahap ini dilakukan pemikiran kembali
atas indikator hasil (outcomes) dan indikator dampak (impacts) menjadi
lebih penting dibandingkan dengan pemikiran kembali atas indikator
masukan (inputs) dan keluaran (outputs).
5. Pengintegrasian dengan proses manajemen: bagaimana menggunakan
ukuran kinerja tersedian secara efektif merupakan tantangan
selanjutnya. Penggunaan data organisasi dapat dijadikan alat untuk
memotivasi tindakan dalam organisasi.
Klinik Jumlah pelanggan yang dilayani per hari/ jumlah total penduduk
Kesehatan yang untuk wilayah tertentu
Pekerjaan 1. Panjang jalan yang dibangun atau diperbaiki/ total
Umum panjang jalan
2. Kondisi jalan
3. Keamanan jalan
Pengukuran Efisiensi
Efisiensi merupakan hal penting dari ketiga pokok bahasan value for money.
Efisiensi diukur dengan rasio antara output dengan input. Semakin besar
output dibanding input maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu
organisasi.
Efiensi = OutputInput
Rasio efisiensi tidak dinyatakan dalam bentuk absolut tetapi dalam bentuk
relatif. Unit A adalah lebih efisien dibanding unit B, unit A lebih efisien
tahun ini dibanding tahun lalu dan seterusnya. Karena efisiensi diukur
dengan membandingkan keluaran dan masukan maka perbaikan efisiensi
dapat dilakukan dengan cara:
1. Meningkatkan output pada tingkat input yang sama.
2. Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi
peningkatan input.
3. Menurunkan input pada tingkatan output yang sama.
4. Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi
penurunan output.
Penyebut atau input sekunder sering kali diukur dalam bentuk satuan mata
uang. Pembilang atau output dapat diukur baik dalam jumlah uang ataupun
satuan fisik. (Catatan: efisiensi seringkali juga dinyatakan dalam bentuk
input/output dengan interpretasi yang sama dengan bentuk bentuk
input/output). Dalam pengukuran kinerja value for money, efisiensi dapat
dibagi menjadi dua: (a) efisiensi alokasi (efisiensi 1) dan (b) efisiensi teknis
atau manajerial (efisiensi 2). Efisiensi alokasi terkait dengan kemampuan
untuk mendayagunakan sumber daya input pada tingkat kapasitas optimal.
Efisiensi teknis (manajerial) terkait dengan kemampuan mendayagunakan
sumber daya input pada tingkat output tertentu.
Pengukuran Efektivitas
Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai
tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka
organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif. Hal terpenting
yang perlu dicatat adalah bahwa efektivitas tidak menyatakan tentang
berapa besar biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut.
Biaya boleh jadi melebihi apa yang telah dianggarkan, boleh jadi dua kali
lebih besar atau bahkan tiga kali lebih besar daripada yang telah
dianggarkan. Efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan
telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengukuran Outcome
Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap masyarakat.
Outcome lebih tinggi nilainya daripada output, karena output hanya
mengukur hasil tanpa mengukur dampaknya terhadap masyarakat,
sedangkan outcome mengukur kualitas output dan dampak yang dihasilkan
(Smith, 1996). Pengukuran outcome memiliki dua peran yaitu pektif dan
prospektif. Peran retrospektif terkait dengan penilaian kinerja masa lalu
sedangkan peran prospektif terkait dengan perencanaan kinerja di masa
yang akan datang. Adapun elemen-elemen kinerja VFM sebagai berikut:
Y a+bX +bX +e
1 1 2 2
Dengan menggunakan rumus regresi sederhana dapat dilakukan
estimasi kinerja unit kerja. Hal ini dilakukan untuk menentukan
seberapa besar pengaruh variabel-variabel independen mampu
mempengaruhi variabel dependen (kinerja unit).
Pertimbangan dalam Membuat Indikator Kinerja
Langkah pertama dalam membuat indikator kinerja ekonomi,
efisiensi, dan efektivitas adalah memahami operasi dengan mengganalisis
kegiatan dan program yang akan dilaksanakan. Secara garis besar terdapat
dua jenis tindakan kebijakan yaitu indput dan proses yang mempunyai
tujuan untuk mengatur alokasi sumber daya input untuk dikonversi menjadi
output melalui satu atau beberapa proses konversi atau operasi. Hasil
kebijakan ada tiga jenis yaitu keluaran (output), akibat (tujuan fungsional)
dan dampak (outcome) dan distribusi manfaat (distribution of benefits).
Keluaran yang diproduksi diharapkan akan memberikan sejumlah akibat
dan dampak positif (beberapa mungkin menghasilkan akibat dan dampak
negatif) terhadap tujuan program. Pengaruh neto dari akibat dan dampak
positif dan negatif tersebut dinamakan outcome program.
Apabila ukuran numerik outcome tidak tersedia dan ukuran
efektivitas suatu program yang dapat dikualifikasi tidak dapat ditentukan
maka perlu dikembangkan ukuran kinerja antara (surrogate). Karena ukuran
pengganti tersebut tidak dapat mengukur secara tepat pencapaian program,
maka ukuran tersebut harus digunakan dengan hati-hati. Terlalu banyak
perhatian terhadap ukuran pengganti tersebut dapat menyebabkan perlikau
difungsional pada manajer dan pengambil keputusan. Adapun contoh
indikator kinerja di perguruan tinggi sebagai berikut:
Pertimbangan Input
Input Mahasiswa • Latar belakang ekonomi
• Latar belakang budaya
• Kemampuan diri
• Hamabatan atau kesulitan
• Tingkat ekspetasi mahasiswa dan orang tua
• Prestasi akademik
Sumber Daya
Staf • Kualitas dosen
• Tingkat perpindahan dosen (turnover)
• Sikap dan perilaku staf
Indikator Output
Mahasiswa • Sikap dan perilaku mahasiswa
• Tingkat kehadiran, ketidakhadiran, kemangkiran
• Keterlambatan
• Kinerja akademik dan perkembangannya tiap
semester
• Partisipasi kegiatan ekstra kulikuler
• Indeks prestasi kumulatif rata-rata mahasiswa yang
lulus
• Keahlian teknis 9skor TOEFL, rata-rata, komputer,
GMAT, dsb)
• Waiting time rata-rata mahasiswa
• Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan, perusahaan perlu terebih
dahulu menentukan segmen pasar dan pelanggan yang akan
menjadi target. Kemudian, manajer harus menentukan alat
ukur yang terbaik untuk mengukur kinerja dari tiap unit
operasi dalam upaya mencapai target finansial. Jika suatu
unit bisnis ingin mencapai kinerja keuangan yang besar
dalam jangka panjang, unit bisnis tersebut harus
menciptakan dan menyajikan suatu produk baru atau jasa
yang bernilai lebih baik kepada pelanggan.
Tolak ukur pelanggan dapat dibedakan menjadi:
▪ Core meansurement group (kelompok inti). Yang
terdiri dari pangsa pasar atau market share, tingkat
perolehan pelanggan baru atau customer acquitition,
kemampuan perusahaan mempertahankan para
pelanggan lama atau customer retention, tingkat
kepuasan pelanggan atau customer satisfaction, dan
tingkat profitabilitas pelanggan atau customer
profitability.
▪ Customer value proposition (kelompok penunjang).
Yang terdiri dari atribut-atribut produk, hubungan
dengan pelanggan, serta citra dan reputasi.
• Perspektif Proses Bisnis Internal
Perspektif ini menampilkan proses kritis yang
memungkinkan unit bisnis untuk memberikan value
proposition yang mampu menarik dan mempertahankan
pelanggannya di segmen pasar yang diinginkan dan
memuaskan para pemegang saham.
Secara umum, tiap perusahaan mempunyai proses dan nilai
yang unik bagi pelanggannya yang dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu:
▪ Proses inovasi, terdiri atas identifkasi keinginan
pelanggan dan melakukan proses perancangan
produk yang sesuai dengan keinginan pelanggan.
Jika hasil inovasi tidak sesuai dengan keinginan
pelanggan, maka produk tidak akan mendapatkan
tanggapan positif dari pelanggan.
▪ Proses operasi, dilihat dari perencanaan,
pembentukan bahan mentah hingga menjadi produk
jadi, proses marketing, hingga proses transaksi antara
perusahaan dan pembeli. Proses operasi menekankan
kepada penyampaian produk kepada pelanggan
secara efisien dan ketepatan waktu.
▪ Pelayanan purna jual, layanan yang diberikan oleh
perusahaan atau bisnis kepada konsumen sebagai
jaminan mutu produk yang telah dibeli oleh
konsumen. Bentuk dari layanan ini adalah seperti
layanan konsultasi, perbaikan, perawatan, hingga
garansi.
• Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif ini menyediakan infrastruktur bagi tercapainya
ketiga perspektif sebelumnya serta untuk menghasilkam
pertumbuhan dan perbaikan jangka panjang. Perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan mencakup 3 prinsip
kapabilitas, yaitu:
▪ Kapabilitas kerja, yang perlu diperhatikan dari
kapabilitas kerja oelh manajemen adalah kepuasan
pekerja, retensi pekerja, dan produktivitas pekerja.
▪ Kapabilitas sistem informasi, yang menjadi tolak
ukur untuk kapabilitas ini adalah tingkat ketersediaan
informasi, tingkat ketepatan informasi yang tersedia,
serta jangka waktu untuk memperoleh informasi
yang dibutuhkan.
▪ Iklim organisasi, hal ini merupakan hal yang penting
untuk menciptakan pekerja yang berinisiatif. Tolak
ukur dari hal tersebut adalah jumlah saran yang
diberikan oleh pekerja.
b. Fungsi Balanced Scorecard
Balanced Scorecard pada awalnya hanya digunakan untuk
memperbaiki sistem pengukuran keuangan. Kemudian meluas dan
digunakan untuk mengukur empat perspektif.
Selain itu, balanced scorecard memiliki fungsi, yaitu:
• Sebagai alat ukur perusahaan apakah visi dan misi yang
dianut telah tercapai.
• Sebagai alat ukut keunggulan kompetitif yang dimiliki
perusahaan.
• Sebagai panduan strategis untuk menjalankan bisnis.
• Memberikan gambaran kepada perusahaan terkait SWOT
yang dimiliki
• Sebagai alat komunikasi, informasi, dan sistem analisis
pembelajaran perusahaan
c. Keunggulan dan Kelemahan Balanced Scorecard
Keunggulan penilaian kinerja dengan metode ini adalah:
• Komprehensif
• Koheren
• Seimbang
• Terukur
Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan
untuk membantu manajer sektor publik untuk menilai pencapaian suatu strategi
melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. Ukuran kinerja digunakan untuk
membantu kinerja pemerintah agar dapat berfokus pada tujuan dan sasaran program
unit kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas
organisasi sektor publik dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Dalam
pengukuran kinerja sektor publik dapat menggunakan metode Value for Money dan
metode Balanced Scorecard.
DAFTAR PUSTAKA