Anda di halaman 1dari 12

Kode Etik Akuntansi Publik dan Organisasi Akuntan Publik di Indonesia

Dosen Pengampu : Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE, M.Si., Ak. CA

Mata Kuliah Pengauditan I

Kode Mata Kuliah EKA439 Kelas C8

Oleh:

EMILIA TANTRA (2107531232)


NI PUTU LILIS FEBRIYANTI (2107531244)
I GUSTI AYU IRA PUSPITADEWI ( 2107531246)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. i

PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 1

1. Prinsip-Prinsip Umum dan Tanggung Jawab Akuntan Publik ....................................... 1

2. Prinsip prinsip kode etik akuntan publik ........................................................................ 1

3. Perkembangan Organisasi Akuntan Publik .................................................................... 6

KESIMPULAN ........................................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 10

i
PEMBAHASAN

1. Prinsip-Prinsip Umum dan Tanggung Jawab Akuntan Publik

Profesi akuntan publik (auditor independen) memiliki tangggung jawab yang sangat besar
dalam mengemban kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh masyarakat (publik). Terdapat
3 (tiga) tanggung jawab akuntan publik dalam melaksanakan pekerjaannya yaitu:
1. Tanggung jawab moral (moral responsibility).
Beberapa tanggung jawab moral yang harus dimiliki akuntan publik yaitu :
a. Memberi informasi secara lengkap dan jujur mengenai perusahaan yang diaudit
kepada pihak yng berwenang atas informasi tersebut, walaupun tidak ada sanksi
terhadap tindakannya.
b. Mengambil keputusan yang bijaksana dan obyektif (objective) dengan
kemahiran profesional (due professional care).
2. Tanggung jawab profesional (professional responsibility).
Akuntan publik harus memiliki tanggung jawab profesional terhadap asosiasi
profesi yang mewadahinya (rule professional conduct).
3. Tanggung jawab hukum (legal responsibility).
Akuntan publik harus memiliki tanggung jawab di luar batas standar profesinya
yaitu tanggung jawab terkait dengan hukum yang berlaku. Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar
PROFESI AKUNTANSI 26 Auditing Seksi 110, mengatur tentang “Tanggung Jawab
dan Fungsi Auditor Independen”. Pada paragraf 2, standar tersebut antara lain
dinyatakan bahwa auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan
audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas
dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Oleh
karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh
keyakinan memadai, namun bukan mutlak. Bahwa salah saji material terdeteksi.
Auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna
memperoleh keyakinan bahwa salah saji terdeteksi, baik yang disebabkan kekeliruan
atau kecurangan, yang tidak material terhadap laporan keuangan.

2. Prinsip prinsip kode etik akuntan publik

Salah satu hal yang membedakan profesi akuntan publik dengan profesi lainnya adalah
tanggung jawab profesi akuntan publik dalam melindungi kepentingan publik. Oleh karena itu,

1
tanggung jawab profesi akuntan publik tidak hanya terbatas pada kepentingan klien atau
pemberi kerja. Ketika bertindak untuk kepentingan publik, setiapPraktisi harus mematuhi dan
menerapkan seluruh prinsip dasar danaturan etika profesi yang diatur dalam Kode Etik ini.

Kode Etik ini terdiri dari dua bagian. Bagian A dari Kode Etik ini menetapkan prinsip
dasar etika profesi untuk setiap Praktisi dan memberikan kerangka konseptual untuk penerapan
prinsip tersebut. Kerangka konseptual tersebut memberikan pedoman terhadap prinsip dasar
etika profesi. Setiap Praktisi wajib menerapkan kerangka konseptual tersebut untuk
mengidentifikasi ancaman (threats) terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dan
mengevaluasi signifikansi ancaman tersebut. Jika ancaman tersebut merupakan ancaman yang
secara jelas tidak signifikan, maka pencegahan (safeguards) yang tepat harus dipertimbangkan
dan diterapkan untuk menghilangkan ancamantersebut atau menguranginya ke tingkat yang
dapat diterima, sehingga kepatuhan terhadap prinsip dasar etika profesi tetap terjaga.

Bagian B dari Kode Etik ini memberikan ilustrasi mengenai penerapan kerangka
konseptual tersebut pada situasi tertentu dan contoh-contoh pencegahan yang diperlukan untuk
mengatasi ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi, serta memberikan
contoh-contoh situasi ketika pencegahan untuk mengatasi ancaman tidak tersedia, dan oleh
karena itu, setiap kegiatan atau hubungan yang terjadi sehubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan oleh Praktisi yang dapat menimbulkan ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip
dasar etika profesi harus dihindari.

Etika adalah salah satu unsur utama dari profesi yang menjadi landasan bagi akuntan
dalam menjalankan kegiatan profesionalnya. Akuntan memiliki tanggung jawab untuk
bertindak sesuai dengan kepentingan publik. Tanggung jawab Akuntan tidak hanya terbatas
pada kepentingan klien individu atau organisasi tempatnya bekerja.

Tiga organisasi profesi akuntan di Indonesia, yaitu Ikatan Akuntan Indonesia (IAI),
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), dan Institut Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI)
pada tahun 2020 telah mengeluarkan Kode Etik Akuntan Indonesia yang menjadi panduan etik
bagi para akuntan di Indonesia, baik bagi akuntan yang bekerja di bisnis atau akuntan yang
berpraktek melayani publik. Kode Etik Akuntan Indonesia diadopsi dari Handbook of
International Code of Ethics for Professional Accountants 2018 edition yang diterbitkan
oleh International Ethics Standard Board For Accountants (IESBA) dari International
Federation of Accountants (IFAC).

2
Terdapat 5 prinsip dasar etik akuntan menurut Kode Etik Akuntan Indonesia yang wajib
dipatuhi oleh akuntan di Indonesia :

1. Integritas

Integritas yaitu bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan profesional dan
bisnis. Integritas menyiratkan berterus terang dan selalu mengatakan yang sebenarnya. Seorang
akuntan dilarang untuk menyampaikan informasi :

a. Berisi kesalahan atau pernyataan yang menyesatkan secara material;


b. Berisi pernyataan atau informasi yang dibuat secara tidak hati-hati; atau
c. Terdapat penghilangan atau pengaburan informasi yang seharusnya diungkapkan,
sehingga akan menyesatkan.

2. Objektivitas

Objektivitas adalah tidak mengkompromikan pertimbangan profesional atau bisnis


karena adanya bias, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak semestinya dari pihak
lain. Seorang akuntan tidak boleh melakukan aktivitas profesional jika suatu keadaan atau
hubungan terlalu mempengaruhi pertimbangan profesionalnya atas aktivitas tersebut.

3. Kompetensi dan Kehati – Hatian Profesional

Kompetensi yaitu Mencapai dan mempertahankan pengetahuan dan keahlian


profesional pada level yang disyaratkan untuk memastikan bahwa klien atau organisasi
tempatnya bekerja memperoleh jasa profesional yang kompeten, berdasarkan standar
profesional dan standar teknis terkini serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku; sedangkan Kehati-hatian Profesional artinya Bertindak sungguh-sungguh dan sesuai
dengan standar profesional dan standar teknis yang berlaku.

4. Kerahasiaan

Kerahasiaan yaitu menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dari hasil hubungan
profesional dan bisnis. Dalam menjaga kerahasiaan ini, seorang akuntan harus:

3
a. Mewaspadai terhadap kemungkinan pengungkapan yang tidak disengaja, termasuk
dalam lingkungan sosial, dan khususnya kepada rekan bisnis dekat, anggota keluarga
inti, atau keluarga dekat;
b. Menjaga kerahasiaan informasi di dalam Kantor atau organisasi tempatnya bekerja;
c. Menjaga kerahasiaan informasi yang diungkapkan oleh calon klien atau organisasi
tempatnya bekerja;
d. Tidak mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional dan
bisnis di luar Kantor atau organisasi tempatnya bekerja tanpa kewenangan yang
memadai dan spesifik, kecuali jika terdapat hak atau kewajiban hukum atau profesional
untuk mengungkapkannya;
e. Tidak menggunakan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional dan
hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga;
f. Tidak menggunakan atau mengungkapkan informasi rahasia apapun, baik yang
diperoleh atau diterima sebagai hasil dari hubungan profesional atau bisnis maupun
setelah hubungan tersebut berakhir; dan
g. Melakukan langkah-langkah yang memadai untuk memastikan bahwa personel yang
berada di bawah pengawasannya, serta individu yang memberi advis dan bantuan
profesional, untuk menghormati kewajiban Anggota guna menjaga kerahasiaan
informasi.

Namun demikian, prinsip kerahasiaan dikecuali untuk hal-hal berikut ini :

(a) Pengungkapan disyaratkan oleh hukum, misalnya:

(i) Pembuatan dokumen atau ketentuan lainnya atas bukti dalam proses hukum; atau

(ii) Pengungkapan kepada otoritas publik yang berwenang atas terjadinya indikasi
pelanggaran hukum;

(b) Pengungkapan diizinkan oleh hukum dan diperkenankan oleh klien atau organisasi
tempatnya bekerja; dan

(c) Terdapat kewajiban atau hak profesional untuk mengungkapkan, jika tidak dilarang oleh
hukum:

(i) Untuk mematuhi penelaahan mutu oleh asosiasi profesi;

4
(ii) Untuk merespons pertanyaan atau investigasi oleh asosiasi profesi atau badan
regulator;

(iii) Untuk melindungi kepentingan profesional Anggota dalam proses hukum; atau

(iv) Untuk mematuhi standar profesional dan standar teknis, termasuk persyaratan
etika.

5. Perilaku Profesional

Perilaku Profesional adalah mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku dan


menghindari perilaku apapun yang diketahui oleh akuntan mungkin akan mendiskreditkan
profesi akuntan. Akuntan tidak boleh terlibat dalam bisnis, pekerjaan, atau aktivitas apapun
yang diketahui merusak atau mungkin merusak integritas, objektivitas, atau reputasi baik dari
profesi, dan hasilnya tidak sesuai dengan prinsip dasar etika.

Pendekatan Kerangka Konseptual

Ancaman terhadap kepatuhan Praktisi pada prinsip dasar etika profesi dapat terjadi
dalam situasi tertentu ketika Praktisi melaksanakan pekerjaannya. Karena beragamnya situasi
tersebut, tidak mungkin untuk menjelaskan setiap situasi yang dapatmenimbulkan ancaman
tersebut beserta pencegahan yang tepat dalam Kode Etik ini. Selain itu, karena berbedanya sifat
perikatan dan penugasan pekerjaan, pencegahan yang diterapkan untuk menghadapi ancaman
terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etikaprofesi dapat berbeda untuk situasi yang berbeda.
Kerangka konseptual mengharuskan Praktisi untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan
menangani setiap ancaman terhadap kepatuhanpada prinsip dasar etika profesi dengan tujuan
untuk melindungi kepentingan publik, serta tidak hanya mematuhi seperangkat peraturan
khusus yang dapat bersifat subjektif.

Kode Etik ini memberikan suatu kerangka untuk membantu Praktisi dalam
mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menanggapi ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip
dasar etika profesi. Jika ancaman tersebut merupakan ancaman selain ancaman yang secara
jelas tidak signifikan, maka pencegahan yang tepat harus dipertimbangkan dan diterapkan untuk
menghilangkan ancaman tersebut atau menguranginya ke tingkat yang dapat diterima, sehingga
kepatuhan terhadap prinsip dasar etika profesi tetap terjaga. Setiap Praktisi harus mengevaluasi
setiap ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi ketika ia mengetahui, atau

5
seharusnyadapat mengetahui, keadaan atau hubungan yang dapat mengakibatkan pelanggaran
terhadap prinsip dasar etika profesi.

Setiap Praktisi harus memperhatikan faktor-faktor kualitatif dan kuantitatif dalam


mempertimbangkan signifikansi suatu ancaman. Jika Praktisi tidak dapat menerapkan
pencegahan yang tepat, maka ia harus menolak untuk menerima perikatan tersebut atau
menghentikan jasa profesional yang diberikannya, atau bahkan mengundurkan diri dari
perikatan tersebut.

3. Perkembangan Organisasi Akuntan Publik

Indonesia belum memiliki profesi akuntansi lulusan universitas lokal sampai dengan
tahun 1950an, dalam hal ini hampir seluruh akuntan memiliki kualifikasi profesional yang
berasal dari Belanda. Munculnya Undang-Undang No. 34/1954 tentang Pemakaian Gelar
Akuntan merupakan fondasi lahirnya akuntan yang berasal dari universitas lokal. Pada tahun
1957, kelompok pertama mahasiswa akuntansi lulus dari Universitas Indonesia. Namun
demikian, kantor akuntan publik milik Belanda tidak mengakui kualifikasi mereka. Melalui
kenyataan tersebut, akuntan lulusan Universitas Indonesia bekerja sama dengan akuntan senior
lulusan Belanda mendirikan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada tanggal 23 Desember 1957.
Tujuan IAI adalah mempromosikan status profesi akuntansi, mendukung pembangunan
nasional, dan meningkatkan keahlian serta kopentensi akuntansi. Adapun Ketua IAI yang
pertama yakni Professor Soemardjo Tjitrosidojo, sebagai panitera adalah Drs. Mr. Go Tie
Siem, sebagai bendahara adalah Drs. Sie Bing Tat (Basuki Siddaharta), sebagai komisaris
adalah Drs. Tan Tong Djoe dan Drs. Oey Kwie Tek (Hendra Darmawan), dan sebagai pendiri
IAI lainnya adalah Prof. Dr. Abutari, Tio Po Tjiang, Tan Eng Oen, Tang Siu Tjhan, Liem Kwie
Liang, dan The Tik Him.
Prinsip Akuntansi Indonesia pertama kali diterbitkan oleh IAI pada tahun 1973. Prinsip
Akuntansi Indonesia memiliki tujuan untuk menghimpun prinsip akuntansi yang lazim dan
berlaku di Indonesia dan juga sebagai prasarana bagi penerbitan laporan keuangan untuk
perusahaan yang akan memasuki bursa pasar modal karena merupakan salah satu prasarana
mutlak dimana laporan keuangan dari perusahaan yang akan menerbitkan surat berharga
kepada publik wajib disusun berdasarkan prinsip akuntansi tersebut. Pada tahun 1974, Komite
Prinsip Akuntansi Indonesia (Komite PAI) dibentuk dan memiliki tugas untuk menyusun
standar keuangan. Kemudian PAI 1973 disempurnakan dan digantikan dengan PAI 1984 dan

6
untuk perumusan prinsip, prosedur, metode, dan teknik dibatasi pada hal yang berhubungan
dengan akuntansi keuangan yang diungkapkan secara garis besar atau bersifat umum dan tidak
mencakup praktik akuntansi untuk industri tertentu. Pada tahun 1984 komite PAI menerbitkan
serangkaian pernyataan PAI dan interpretasi PAI untuk mengembangkan, menambah,
mengubah dan juga menjelaskan standar akuntansi keuangan yang berlaku.
IAI melakukan revisi total pada tahun 1994 dan standar keuangan diberi nama Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) dan pertama kalinya diterbitkan pada tanggal 1 Oktober 1994.
Komite PAI kemudian juga diganti namanya menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan
(komite SAK) dan memiliki masa bakti empat tahun yaitu dari tahun 1994 sampai dengan tahun
1998. Pada tanggal 23-24 September 1998 diselenggarakan Kongres IAI VIII di Jakarta dan
nama komite SAK kemudian diubah menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK)
dan memiliki wewenang untuk menyusun dan mengesahkan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK). Pada tanggal 18
Oktober 2005 dibentuk Komite Akuntansi Syariah (KAS) dan Dewan Konsultatif Standar
Akuntansi Keuangan (DKSAK). Tujuannya adalah untuk mendukung kelancaran kegiatan
penyusunan PSAK oleh DSAK yang memiliki kaitan dengan perlakuan akuntansi terhadap
transaksi Syariah. DKSAK merupakan mitra DSAK yang memiliki tugas untuk merumuskan
arah dan pengembangan SAK di Indonesia dan para anggotanya terdiri dari profesi akuntan
maupun di luar profesi akuntan.
Sejak tahun 1994 IAI memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan standar
akuntansi internasional dalam pengembangan standar akuntansinya tetapi akhirnya menjadi
adopsi dalam rangka konvergensi dengan International Financial Reporting Standards (IFRS).
Kini IAI telah mengalami perkembangan yang sangat luas karena profesi akuntan tidak dapat
dipisahkan dari perkembangan dunia usaha. IAI secara terus menerus menanggapi
perkembangan akuntansi baik yang terjadi pada tingkat nasional maupun internasional
sehingga IAI juga secara terus menerus merevisi SAK untuk mengikuti kebutuhan
perkembangan bisnis dan juga profesi akuntan. Bisa dilihat bahwa dalam perkembangannya
sejak tahun 1994, SAK terus menerus dilakukan revisi dengan cara berkesinambungan baik
disempurnakan maupun ditambah standar baru (Hery 2009).
Akuntansi di Indonesia pada awalnya menganut sistem seperti yang dipakai di Belanda
yaitu sistem kontinental dimana disebut juga dengan nama tata buku tetapi tidak sama dengan
akuntansi. Tata buku menyangkut kegiatan yang bersifat konstruktif dari proses pencatatan,
kemudian meringkas dan selanjutnya menggolongkan serta aktivitas lain yang tujuannya
adalah untuk menciptakan informasi akuntansi yang didasarkan pada data. Sedangkan
7
akuntansi menyangkut kegiatankegiatan yang bersifat konstruksi dan analitikal seperti kegiatan
analisis dan interpretasi berdasarkan informasi akuntansi. Oleh karena tata buku merupakan
bagian dari akuntansi. Selanjutnya di Indonesia mulai menerapkan sistem akuntansi Anglo
Saxon (sistem akuntansi Amerika Serikat), hal ini disebabkan karena adanya penanaman modal
asing di Indonesia yang lebih banyak menggunakan sistem akuntansi tersebut dan tentunya hal
ini membawa dampak yang positif terhadap perkembangan akuntansi. Alasan lainnya adalah
karena sebagian besar dari mereka yang memiliki peran di dalam perkembangan akuntansi
adalah merupakan lulusan dari Amerika sehingga menerapkan sistem akuntansi tersebut di
Indonesia.

8
KESIMPULAN

Profesi akuntan publik (auditor independen) memiliki tangggung jawab yang sangat
besar dalam mengemban kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh masyarakat (publik).
Terdapat 3 (tiga) tanggung jawab akuntan publik dalam melaksanakan pekerjaannya yaitu
tanggung jawab moral (moral responsibility), tanggung jawab profesional (professional
responsibility), Tanggung jawab hukum (legal responsibility). Terdapat 5 prinsip dasar etik
akuntan menurut Kode Etik Akuntan Indonesia yang wajib dipatuhi oleh akuntan di Indonesia
yang terdiri atas integritas, objektifitas, kompetensi dan kehati-hatian profesional.
Munculnya Undang-Undang No. 34/1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan
merupakan fondasi lahirnya akuntan yang berasal dari universitas lokal. Pada tahun 1957,
kelompok pertama mahasiswa akuntansi lulus dari Universitas Indonesia. Namun demikian,
kantor akuntan publik milik Belanda tidak mengakui kualifikasi mereka. Melalui kenyataan
tersebut, akuntan lulusan Universitas Indonesia bekerja sama dengan akuntan senior lulusan
Belanda mendirikan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada tanggal 23 Desember 1957 dan sejak
tahun 1994 IAI memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan standar akuntansi
internasional dalam pengembangan standar akuntansinya tetapi akhirnya menjadi adopsi dalam
rangka konvergensi dengan International Financial Reporting Standards (IFRS).

9
DAFTAR PUSTAKA

Agung, H. (2022). Pembandingan Kode Etik Profesi Akuntan di Indonesia. Jakarta: academia.
Retrieved 9 13, 2022, from
https://www.academia.edu/10079203/KODE_ETIK_PROFESI_AKUNTAN_INDON
ESIA

(2022). Kode Etik. Jakarta: iaigloba. Retrieved 9 13, 2022, from


https://web.iaiglobal.or.id/Kode-Etik/Tentang%20Kode%20Etik

(2021). KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK. Jakarta: kapsuve. Retrieved 9 13, 2022,
from https://kapsuve.com/kode-etik-profesi-akuntan-publik/

Nelly Ervina, S. (2022). TEORI AKUNTANSI. BANDUNG: PENERBIT MEDIA SAINS


INDONESIA.

Syarifah Zuhra, S. (2022). TEORI AKUNTANSI. BANDUNG: PENERBIT MEDIA SAINS


INDONESIA.

10

Anda mungkin juga menyukai