Anda di halaman 1dari 7

RINGKASAN MATA KULIAH (RMK)

MATA KULIAH PENGAUDITAN I


“ETIKA PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK”

Dosen Pengampu : Dwi Haryadi Nugraha, SST, Msi, Ak, CA, BKP, ASEAN CPA, CPA.

NAMA KELOMPOK 6:
1. Kadek Dwi Paramartha (21111501019)
2. Stefani Hona Nalu (21111501001)
3. Yosua (21111501030)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMIKA, BISNIS, DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS DHYANA PURA
TAHUN AJARAN 2023/2024
ETIKA PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK

Ethics and the audit profession Etika secara garis besar dapat didefinisikan sebagai
prinsip atau nilai moral yang dimiliki oleh setiap orang. Perilaku etis sangat diperlukan oleh
masyarakat agar dapat berfungsi secara teratur, karena etika adalah perekat yang dapat
mengikat anggota masyarakat. Perilaku tidak etis merupakan tindakaan yang berbeda dengan
apa yang mereka anggap tepat dilakukan dalam situasi tertentu. Ada dua alasan utama mengapa
orang bertindak tidak etis, yaitu: Standar etika seseorang berbeda dengan masyarakat umum
dan orang memilih untuk mementingkan dirinya sendiri Sebagian besar perilaku tidak etis
disebabkan oleh tindakan yang mementingkan diri sendiri.

Kode Etik Profesi Akuntan Publik (sebelumnya disebut Aturan Etika Kompartemen
Akuntan Publik) adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota Institut Akuntan
Publik Indonesia atau IAPI (sebelumnya Ikatan Akuntan Indonesia - Kompartemen Akuntan
Publik atau IAI-KAP) dan staf profesional (baik yang anggota IAPI maupun yang bukan
anggota IAPI) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP). Kode Etik Profesi
Akuntan Publik (Kode Etik) ini terdiri dari dua bagian, yaitu Bagian A dan Bagian B. Bagian
A dari Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar etika profesi dan memberikan kerangka
konseptual untuk penerapan prinsip tersebut. Bagian B dari Kode Etik ini memberikan ilustrasi
mengenai penerapan kerangka konseptual tersebut pada situasi tertentu.

Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan
keuangan perusahaan-perusahaan, sehingga masyarakat keuangan memperoleh informasi
keuangan yang handal sebagai dasar untuk memutuskan alokasi sumber-sumber ekonomi.
Sehubungan dengan perkembangan yang terjadi dalam tatanan global dan tuntutan transparansi
dan akuntabilitas yang lebih besar atas penyajian Laporan Keuangan, IAPI merasa adanya
suatu kebutuhan untuk melakukan percepatan atas proses pengembangan dan pemutakhiran
standar profesi yang ada melalui penyerapan Standar Profesi International.

Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang baru saja diterbitkan oleh IAPI menyebutkan 5
prinsip-prinsip dasar etika profesi, yaitu:

1. Tanggung Jawab Profesi


Dalam menjalankan tanggung jawabnya, seorang akuntan harus senantiasa
berpijak pada pertimbangan moral di setiap kegiatan/aktivitas yang dilakukan.
Bagaimanapun, mereka memiliki tanggung jawab tidak hanya pada pengguna jasa atau
klien, tetapi juga pada rekan sejawat dan masyarakat secara umum. Karenanya,
pertimbangan moral menjadi salah satu cara untuk menjaga kepercayaan dan mutu dari
kinerja.

2. Kepentingan Publik
Sama halnya seperti profesi lain, akuntan juga memiliki tanggung jawab
pelayanan kepada publik. Publik di sini dapat diartikan sebagai pihak-pihak yang
terlibat secara langsung dan bergantung pada integritas seorang akuntan. Tak lain, demi
terciptanya stabilitas ekonomi bisnis yang sehat dan efisien. Sebut saja seperti;
pemerintah, klien, investor, pemberi kredit, atau bahkan masyarakat secara langsung.
Karenanya, seorang akuntan harus selalu bertindak dalam koridor pelayanan publik
serta menjaga kepercayaan mereka.

3. Integritas

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, demi menjaga kepercayaan publik


seorang akuntan haruslah dibekali dengan integritas yang tinggi. Dengan integritas ini,
seseorang akan senantiasa memberikan pelayanan dengan jujur tanpa ada unsur
keuntungan pribadi. Karena bagi mereka yang memiliki integritas tinggi, perbedaan dan
kesalahan secara tidak sengaja masih bisa ditoleransi, namun tidak dengan kecurangan.

4. Objektivitas
Selain harus mengedepankan kejujuran, seorang akuntan juga dituntut untuk
objektif. Dalam artian, mereka harus bebas dari berbagai benturan kepentingan yang
berhubungan dengan kewajiban profesionalnya. Etika profesi akuntansi dengan prinsip
objektivitas ini mengharuskan para akuntan untuk bersikap adil, tidak berprasangka,
tidak memihak, tidak di bawah pengaruh salah satu pihak, serta jujur secara intelektual.

5. Kerahasiaan
Mengingat akuntan adalah profesi yang berhubungan langsung dengan data
keuangan, mereka juga harus mampu memegang prinsip kerahasiaan. Dalam artian,
tidak boleh mengungkapkan informasi pada pihak mana pun, terlebih jika tanpa
persetujuan atau tanpa wewenang secara spesifik. Kecuali, jika memang harus
mengungkapkannya karena kewajiban hukum atau tanggung jawab profesional. Selain
itu, juga tidak dibenarkan untuk menggunakan informasi rahasia tersebut sebagai
sarana mendapatkan keuntungan bagi pribadi maupun pihak ketiga.

6. Kompetensi dan Kehati-hatian


Sebagai akuntan profesional, tentu kompetensi menjadi salah satu penjamin mutu
dan kualitas pelayanan. Mereka harus membekali diri dengan etika profesi akuntansi
yang satu ini, agar bisa memberi pelayanan terbaik untuk para pengguna jasa.
Karenanya, seorang akuntan harus selalu bersedia mengasah pengetahuan dan keahlian,
serta bertindak cermat dalam menjalankan jasa profesionalnya.

7. Standar Teknis
Etika profesi akuntansi yang juga tak kalah penting adalah menjalankan tugas
profesional sesuai dengan standar teknis. Seorang akuntan memiliki kewajiban untuk
mematuhi standar teknis dan standar profesional yang telah ditetapkan oleh
perundangan-undangan yang relevan, ataupun yang telah dirumuskan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) dan Internasional Federation of Accountants.

8. Standar Teknis Etika Profesi Akuntansi


Setiap akuntan harus melaksanakan pekerjaannya dengan standar teknis dan
standar professional yang telah ditetapkan oleh perundang-undangan yang relevan yaitu
yang telah dirumuskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Mereka tidak boleh
menyimpang sama sekali dari apa yang telah dirumuskan tersebut karena profesi
akuntan merupakan profesi yang sangat vital dalam dunia usaha. Demikianlah
penjelasan tentang etika profesi akuntansi yang harus diterapkan akuntan agar bisa
menjadi akuntan yang profesional dan berdedikasi terhadap profesinya. Seorang
akuntan juga sebaiknya menggunakan software akuntansi dalam membantu
pekerjaannya agar lebih mudah dan cepat dalam memberikan data, laporan keuangan
atau laporan lain yang berhubungan dengan pembukuan kliennya.
ETIKA PROFESI AKUNTAN
Etika Profesi Akuntansi adalah Merupakan suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan
baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan
yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai
Akuntan. Menurut Billy, Perkembangan Profesi Akuntan terbagi menjadi empat fase yaitu,

o Pra Revolusi Industri


o Masa Revolusi Industri tahun 1900
o Tahun 1900 – 1930
o Tahun 1930 – sekarang

Dalam etika profesi, sebuah profesi memiliki komitmen moral yang tinggi yang biasanya
dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan bagi setiap orang yang
mengembangkan profesi yang bersangkutan. Aturan ini merupakan aturan main dalam
menjalankan atau mengemban profesi tersebut yang biasanya disebut sebagai kode etik yang
harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi. Menurut Chua dkk (1(994) menyatakan bahwa
etika profesional juga berkaitan dengan perilaku moral yang lebih terbatas pada kekhasan pola
etika yang diharapkan untuk profesi tertentu. Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa
pada masyarakat harus memiliki kode etik yang merupakan seperangkat moral-moral dan
mengatur tentang etika professional (Agnes, 1996).

Pihak-pihak yang berkepentingan dalam etika profesi adalah akuntan publik, penyedia
informasi akuntansi dan mahasiswa akuntansi (Suhardjo dan Mardiasmo, 2002). Di dalam kode
etik terdapat muatan-muatan etika yang pada dasarnya untuk melindungi kepentingan
masyarakat yang menggunakan jasa profesi. Terdapat dua sasaran pokok dalam dua kode etik
ini yaitu Pertama, kode etik bermaksud melindungi masyarakat dari kemungkinan dirugikan
oleh kelalaian baik secara disengaja maupun tidak disengaja oleh kaum profesional. Kedua,
kode etik bertujuan melindungi keseluruhan profesi tersebut dari perilaku-perilaku buruk orang
tertentu yang mengaku dirinya profesional (Keraf, 1998). Kode etik akuntan merupakan norma
dan perilaku yang mengatur hubungan antara auditor dengan para klien, antara auditor dengan
sejawatnya dan antara profesi dengan masyarakat.

Kode etik akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh
anggota, baik yang berpraktek sebagai auditor, bekerja di lingkungan usaha, pada instansi
pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan. Etika profesional bagi praktek auditor di
Indonesia dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (Sihwajoni dan Gudono, 2000). Prinsip
perilaku profesional seorang akuntan, yang tidak secara khusus dirumuskan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia tetapi dapat dianggap menjiwai kode perilaku IAI, berkaitan dengan
karakteristik tertentu yang harus dipenuhi oleh seorang akuntan.

RUU dan KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK


Untuk mengawasi akuntan publik, khususnya kode etik, Departemen Keuangan
(DepKeu) mempunyai aturan sendiri yaitu Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.17 Tahun
2008 yang mewajibkan akuntan dalam melaksanakan tugas dari kliennya berdasarkan SPAP
(Standar Profesi Akuntan Publik) dan kode etik. SPAP dan kode etik diterapkan oleh asosiasi
profesi berdasarkan standar Internasional. Misalkan dalam auditing, SPAP berstandar kepada
International Auditing Standart. Laporan keuangan mempunyai fungsi yang sangat vital,
sehingga harus disajikan dengan penuh tanggung jawab.

Untuk itu, Departemen Keuangan menyusun rancangan Undang-undang tentang


Akuntan Publik dan RUU Laporan Keuangan. RUU tentang Akuntan Publik didasari
pertimbangan untuk profesionalisme dan integritas profesi akuntan publik. RUU Akuntan
Publik terdiri atas 16 Bab dan 60 Pasal , dengan pokok-pokok mencakup lingkungan jasa
akuntan publik, perijinan akuntan publik, sanksi administratif, dan ketentuan pidana.
Sedangkan kode etik yang disusun oleh SPAP adalah kode etik International Federations of
Accountants (IFAC) yang diterjemahkan, jadi kode etik ini bukan merupakan hal yang baru
kemudian disesuaikan dengan IFAC, tetapi mengadopsi dari sumber IFAC.

Jadi tidak ada perbedaaan yang signifikan antara kode etik SAP dan IFAC. Adopsi etika
oleh Dewan SPAP tentu sejalan dengan misi para akuntan Indonesia untuk tidak jago kandang.
Apalagi misi Federasi Akuntan Internasional seperti yang disebut konstitusi adalah melakukan
pengembangan perbaikan secara global profesi akuntan dengan standar harmonis sehingga
memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi secara konsisten untuk kepentingan publik.
Seorang anggota IFAC dan KAP tidak boleh menetapkan standar yang kurang tepat
dibandingkan dengan aturan dalam kode etik ini. Akuntan profesional harus memahami
perbedaaan aturan dan pedoman beberapa daerah juridiksi, kecuali dilarang oleh hukum atau
perundang-undangan.
Sumber: Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley., Auditing dan Jasa Assurance :
Pendekatan Terintegrasi Jilid 1.Penerbit Erlangga, Jakarta. 2008
1. http://xsaelicia.blogspot.co.id/2012/11/etika-dalam-kantor-akuntan-publik.html
bulanbalun.blogspot.com/2014/06/etika-auditing.html
2. http://www.kompasiana.com/diniari_marlina/bab-5-ethics-and-the-audit-profession-
etika-profesional_56305d42b69373230759d550
3. http://etikaprofesinarotama.blogspot.com/2011/12/pengertian-dalam-etika-
profesi.html
4. http://xsaelicia.blogspot.com/2012/11/etika-dalam-kantor-akuntan-publik.html
5. http://dharmotinambunan.wordpress.com/2012/12/04/8-prinsip-kode-etik-akuntansi
6. https://sbr-cpa.co.id/kode-etik-profesi-akuntan-publik/

Anda mungkin juga menyukai