Kelompok 2:
2021
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan......................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
A. Pengertian Etika, Profesi Akuntansi, dan Prinsip Etika Profesi Akuntansi. .5
B. Tujuan, Fungsi, dan Sanksi Kode Etik Profesi Akuntansi............................8
C. Aturan/Pedoman Perilaku Profesional (AICPA)..........................................9
1. Independensi, Integritas, dan Objektivitas (100).......................................9
2. Standar Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (200)...........................12
3. Tanggung Jawab kepada Klien (300)......................................................13
4. Tanggung Jawab kepada Rekan Kerja (400)...........................................14
5. Tanggung Jawab Lainnya dan Praktiknya (500).....................................14
D. Etika Akuntansi Manajemen.......................................................................18
1. Etika dalam akuntansi manajemen..........................................................18
2. Standar Etika Akuntan Manajemen.........................................................18
3. Whistle Blowing (Pelaporan tindakan tidak etis/kecurangan)................19
E. Etika Akuntansi Pajak.................................................................................20
F. Kasus Worldcom.........................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika profesi sebagai sesuatu yang penting, karena merupakan aturan-
aturan khusus yang harus ditaati untuk menjalankan suatu profesi. Etika
profesi merupakan tolak ukur kepercayaan masyarakat dan pemangku
kepentingan terhadap suatu profesi.
Berkembangnya profesi akuntan telah mendapat banyak pengakuan
dari berbagai kalangan seperti dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat luas.
Hal ini disebabkan karena makin meningkatnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya jasa akuntan.
Kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan ini mengalami
tekanan maka pengaruh signifikan dari keterlibatan etika dalam organisasi
sangat diperlukan. Tanpa etika, profesi akuntan tidak akan ada karena fungsi
akuntansi adalah penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan
bisnis oleh para pelaku bisnis. Para pelaku bisnis ini diharapkan mempunyai
integritas dan kompetensi yang tinggi (Abdullah dan Halim, 2002).
Namun, belakangan ini etika profesi akuntan menjadi diskusi
berkepanjangan di tengah-tengah masyarakat. Saat ini jamak ditemui adanya
akuntan yang bertindak menyimpang dari peraturan yang ada dan tidak
berperilaku etis yaitu melakukan pemalsuan catatan keuangan, penggelapan,
penipuan, distress bank, dan lain-lain. Secara umum, isu-isu etika dalam
akuntansi berkisar pada prinsip-prinsip objektivitas, independensi,
kerahasiaan, integritas, perilaku khusus, kompetensi dan hati-hati. Beberapa
contoh kasus pelanggaran etika di Indonesia antara lain kasus Garuda
Indonesia dan PT Sunprima Nusantara Finance, sedangkan untuk level
internasional ada kasus WorldCom.
Pelanggaran-pelanggaran seakan menjadi titik tolak bagi masyarakat
pemakai jasa profesi akuntan publik untuk menuntut mereka bekerja secara
lebih profesional dengan mengedepankan integritas diri dan profesinya
sehingga hasil laporannya benar-benar adil dan transparan. Hal ini semakin
mempengaruhi kepercayaan terhadap profesi akuntan dan masyarakat
semakin menyangsikan komitmen akuntan terhadap kode etik profesinya. Hal
ini seharusnya tidak perlu terjadi atau dapat diatasi apabila setiap akuntan
mempunyai pemahaman, pengetahuan dan menerapkan etika secara memadai
dalam pekerjaan profesionalnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat ditarik beberapa
permasalahan yang perlu dikemukakan. Adapun perumusan masalah yang
hendak dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana aturan/pedoman perilaku profesional akuntan?;
2. Bagaimana etika akuntansi manjerial ?; dan
3. Bagaimana etika akuntansi pajak?
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tim penulis menentukan
tujuan penulisan makalah sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan bagaimana aturan/pedoman perilaku profesional
akuntan;
2. Untuk menjelaskan bagaimana etika akuntansi manjerial; dan
3. Untuk Menjelaskan bagaimana etika akuntansi pajak.
BAB II
POKOK BAHASAN
F. Kasus Worldcom
1. Deskripsi Perusahaan
Worldcom pada awalnya merupakan perusahaan penyedia layanan telpon
jarak jauh. Selama tahun 90an perusahaan ini melakukan beberapa
akuisisi terhadap perusahaan telekomunikasi lain yang kemudian
meningkatkan pendapatnnya dari $152 juta pada tahun 1990 menjadi
$392 miliarpada 2001, yang pada akhirnya menempatkan worldcom pada
posisi ke 42 dari 500 perusahan lainnya menurut versi majah fortune.
Akuisisi yang besar telah terjadi pada tahun 1998 pada saat worlcom
mengambil alih perusahaan MCI yaitu peruahaan kedua terbesar di
Amerika yang bergerak pada bidang telekomunikasi jarak jauh. Dan pada
tahun yang sama Worldcom membeli perusahaan UUNet, Compuserve,
dan jaringan data AOL (american Online) yang mengukuhkan posisi
Worldcom menjadi operator no 1 dalam infrastruktur internet.
2. Gambaran Umum Kasus
Pada tahun 1990 terjadi masalah fundamental ekonomi pada WorldCom
yaitu terlalu besarnya kapasitas telekomunikasi. Masalah ini terjadi
karena pada tahun 1998 Amerika mengalami resesi ekonomi sehingga
permintaan terhadap infrastruktur internet berkurang drastis. Hal ini
berimbas pada pendapatan WorldCom yang menurun drastis sehingga
pendapatan ini jauh dari yang diharapkan. Nilai pasar saham perusahaan
Worldcom turun dari sekitar 150 miliardollar (januari 2000) menjadi
hanya sekitar $150 juta (1 juli 2002). Keadaan ini mebuatan pihak
manajemen berusaha melakukan praktek-praktek akuntansi untuk
menghindari berita buruk tersebut.
3. Praktik Akuntansi Tidak Sehat
Dalam laporannya pada 25 Juni Worldcom mengakui bahwa perusahan
mengklasifikasikan lebih dari $3,8 miliar untuk beban jaringan sebagai
pengeluaran modal. Beban jaringan adalah beban yang dibayar oleh
Worldcom kepda perusahaan lain untuk jaringan telekomunikasi, seperti
biaya akses dan biaya pengiriman pesan bagi Worldcom. Dilaporkan
sekitar $3,005 miliar telah salah diklasifiksi pada tahun 2001, sementara
sisanya sekitar $797 juta pada triwulan pertama tahun 2002. Berdasarkan
data Worldcom $14,7 miliar pada tahun 2001 disajikan sebagai biaya.
Dengan memindahkan akun beban kepada akun modal, Worldcom
mampu menaikkan pendapatan atau laba. Worldcom mampu menaikan
laba karena akun beban dicatat lebih rendah, sedangkan akun aset dicatat
lebih tinggi karena beban kapitalisasi disajikan sebagai beban investasi.
Kalau hal itu tidak terdeteksi praktek ini akan berakibat pendapatan
bersih yang lebih rendah dalam tahun-tahun brikutnya. Karena beban
kapitalisasi jaringan tersebut akan didepresiasikan.secara esensi beban
kapitalisasi jaringan akan memungkinkan perusahaan untuk
mengalokasikan biyanya dalam beberapa tahun dimasa depan, mungkin
antara 10 tahun bahkan lebih.
Secara umum, pelanggaran-pelanggaran dan perilaku tidak etis yang
dilakukan WorldCom antara lain:
a. Penggelembungan tersebut terjadi karena adanya praktik akuntansi
yang keliru dan manipulasi laporan keuangan oleh pihak manajemen
puncak perusahaan;
b. Praktik akuntansi yang keliru ini dapat terealisasi karena dibantu
oleh eksternal Arthur Andersen dan staf akuntansi perusahaan
tersebut;
c. Selain praktik akuntansi yang keliru, CEO WorldCom juga
menggunakan uang pereusahaan untuk kepentingan pribadi. Dari
poin pelanggaraan diatas, diketahui bahwa WorldCom melakukan
penggelembungan angka pada periode berjalan.
Cara manajemen WorldCom melakukan penggelembungan yaitu:
a. Biaya jaringan yang telah dibayarkan pihak worldcom kepada pihak
ketiga dipertanggungjawabkan dengan tidak benar. Dimana biaya
jaringan yang seharusnya dibebankan dalam laporan laba rugi, oleh
perusahaan dibebankan ke rekening modal. Hal ini mengakibatkan
laba periode berjalan menjadi lebih besar dari laba yang sebenarnya
didapat oleh perusahaan. Dengan cara ini worldcom mampu
meningkatkan keuntungannya hingga $ 3.85 M.
b. Dana cadangan untuk beberapa biaya operasional dinaikkan oleh
perusahaan. Dana cadangan yang sudah terbentuk, nantinya akan
dikurangi secara tidak benar oleh perusahaan untuk memanipulasi
jumlah keuntungan yang diperoleh perusahaan pada periode
berjalan.
Dengan praktik ini, Worldcom berhasil memanipulasi keuntungannya
sebesar $ 2 M. Berdasarkan poin tersebut, penyajian beban jaringan
sebagai pengeluaran modal ditemukan oleh auditor Cynthia Cooper. Mei
2002 Auditor Cynthia Cooper mendiskusikan masalah tersebut kepada
kepala keuangan Worldcom Scott D. Sullivandan controller perusahaan
saat itu David F. Myers. Cooper melaporkan masalah tersebut pada
kepala komite audit Max Bobbitt, sekitar 12 Juni. Yang kemudian Max
Bobbitt meminta kepada KPMG selaku eksternal auditor saat itu untuk
melakukan investigasi. Kepala keuangan worldcom diminta untuk
mengkoreksi salah saji/salah pengklasifikasiannya.
Setelah berdiskusi lebih lanjut Scott D. Sullivan dipecat pada saat
Worldcom mengadakan pengumuman. Pada hari yang sama David F.
Myers mengundurkan diri. Dilaporkan bahwa Sullivan tidak pernah
mengkonsultasikan penyajian tersebut kepada Artuhr Anderson selaku
auditor eksernal pada tahun 2001 dan Arthur Anderson pun menyatakan
bahwa Sullivan tidak pernah berkonsultasi dengannya. Pada tanggal 15
Juli, Tauzi yang merupakan House Energy and Commerce Committee
mengatakan bahwa berdasarkan dokumen-dokumen internal dan email
Worldcom mengindikasikan bahwa sebenarnya pihak eksekutif sudah
mengetahui salah saji tersebut sejak awal.
Internal auditor adalah pertahanan awal terhadap kesalahan paktek-
praktek akuntansi dan kecurangan akuntansi. Satu pertanyaan kepada
Internal Auditor Worldcom adalah kenapa butuh waktu lama (1 tahun)
untuk mengungkap salah saji ini. Padahal mengingat nilai kapitalisasi
yang begitu besar dan pengaruhnya terhadap nilai pendapatan bersih dan
total aktiva harusnnya bisa diungkap lebih cepat.
4. Dampak Kasus Worldcom
Dampak akibat kasus WorldCom sangat besar dan multidimensional.
Secara ringkas dampaknya antara lain:
a Nilam saham WorldCom anjlok dari US$ 64.5 per lembar saham,
menjadi US$ 2 per lembar saham, kemudian anjlok lagi hingga
mencapai kurang dari 1 sen per lembar saham;
b Para pegawai mengalamai kerugian dana pensiun. Pada akhir tahun
2000, sekitar 32 % atau US$642.3 juta dana pensiun pegawai berupa
saham;
c Adanya PHK missal terhadap karyawan WorldCom yakni sekitar
17.000 karyawan diberhentikan dari total 85.000 karyawan;
d Worldcom akhirnya mengalami kebangkrutan. Kebangkrutan ini
merupakan salah satu kebangkrutan paling besar di Amerika Serikat;
dan
e Bernie Ebbers dan Scott Sulivan didakwa dengan hukuman penjara
25 tahun.
5. Analisis Kasus
Alasan terjadinya adanya pelanggaran Dari hasil analisis kasus, adanya
pelanggaran etika bisnis pada perusahaan WorldCom terjadi karena
beberapa faktor, antara lain:
a. Faktor Uang
Adanya iming-iming uang dan bonus yang besar bagi para akuntan
jika mereka mau bekerja sama dengan pihak manajemen untuk
memanipulasi laporan keuangan.
b. Faktor Tekanan
Adanya tekanan dari atasan untuk memanipulasi laporan kaunagan.
Yang mana jika tidak dituruti akan mengakibatkan para akuntan
dipecat.
c. Faktor Budaya Perusahaan
Budaya perusahaan, yang menghalalkan segala cara untuk dapat
memperoleh penghasilan, agar perusahaan tetap terlihat baik dimata
publik dan harga saham perusahaan tidak turun drastis.
d. Faktor Pengendalian Internal
Lemahnya pengendalian internal perusahaan, sehingga tindakan
manipulasi dan kecurangan dapat terjadi dalam perusahaan.
e. Faktor Kesempatan
Adanya kesempatan untuk memanipulasi LK worldcom, dimana
dalam hal ini semua pihak dari manajemen puncak hingga staf
akuntansi dapat diajak bekerja sama untuk memanipulasi LK
perusahaan.
f. Faktor Etika
Kurangnya etika profesi akuntansi, para akuntan yang bekerja di
worldcom tidak berpegang teguh pada etika profesi akuntansi
ataupun GAAP, sehingga mereka bersedia untuk melakukan
tindakan yang melanggar kegiatan kode etik profesi akuntansi.
Faktor- faktor diatas adalah faktor yang paling sering mempengaruhi para
akuntan dalam melakukan kecurangan dan perilaku-perilaku tidak etis
dalam pekerjaan mereka. Untuk itu, alangkah baiknya setiap manajemen
dari perusahaan manapun di dunia, bisa meminimalisir peluang adanya
faktor-faktor tersebut agar tidak terjadi lagi kasus seperti Enron dan
WorldCom.
Pelanggaran WorldCom dilihat dari Etika Profesi Tuntutan profesional
sangat erat hubungannya dengan suatu kode etik untuk masing-masing
profesi. Kode etik itu berkaitan dengan prinsip etika tertentu yang
berlaku untuk suatu profesi. WorldCom yang melakukan kecurangan
telah melanggar prinsip-prinsip etika profesi, antara lain.
a. Prinsip Tanggung Jawab
Prinsip ini menekankan bahwa seorang professional haruslah
bertanggung jawab dalam melakukan pekerjaannya. Dari kasus
WorldCom, bisa dilihat bahwa beberapa oknum staf akuntansi di
perusahaan melakukan praktik tidak bertanggung jawab dengan
melakukan praktik akuntansi yang sesuai dengan kaidah.
b. Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini menekankan bahwa setiap profesioanl haruslah memiliki
integritas yang tinggi dan moral yang luhur. Dari kasus Worlcom,
bias dilihat bahwa CEO perusahaan yang seharusnya berintegitas
dan menjadi contoh bagi bawahannya, malah menggunakan uang
perusahaan untuk kepentingan pribadi yang jelas jelas melanggar
prisip integritas moral.
BAB III
KESIMPULAN
Profesi akuntan adalah profesi yang sangat penting dan beresiko. Akuntan
bisa mengakibatkan dampak yang begitu besar jika tergoda melakukan praktik
praktik akuntansi yang tidak jujur. Seperti kasus WorldCom diatas, setiap
professional khususnya akuntan, harus menyadari bahwa mereka adalah seorang
professional yang harusnya bekerja dengan tetap berpedoman pada kode etik dan
prinsip-prinsip etika profesi. Kasus WorldCom menjadi pelajaran bahwa sebagai
seorang professional, kita harus bekerja secara professional juga agar tidak
mengakibatkan kerugian bagi orang lain.
DAFTAR PUSTAKA