Anda di halaman 1dari 6

ERIKA ANGELIKA

160404020015
Pengauditan Lanjutan (ISA dan ACL)

“ISA : Mengapa ISA, apa perubahannya?”

Mengapa ISA ?

Pembahasan bagian pertama bab ini menjawab pertanyaan, mengapa Indonesia


mengadopsi ISA. Pertanyaan ini dapat dirumuskan dengan cara berbeda, yakni: apa
insentif bagi profesi akuntan publik untuk mengadopsi ISA. Kita bisa mendekatinya
dari sisi kekuatan pasar dan nilai tambah. Atau kita bisa memilih untuk mengabaikan
argumen mengenai insentif.

Para praktisi juga ingin mengetahui, berapa besarnya biaya dari perubahan ini. Apa
saja komponen biaya ini.

Kekuatan Pasar

KAP Indonesia yang mempunyai jaringan global (seperti the Big Four) dan jaringan
international lainnya (banyak di antaranya second-tier firms) melayani klien global
dan international yang mengadopsi standar-standar IFAC. Beberapa di antarannya
sejak awal 2000-an sudah aktif melatih partner dan staf dengan metodologi audit
berbasis ISA, berkomunikasi dan menyiapkan klien audit mereka dengan
mengenalkan ketentuan-ketentuan dan kewajibam yang ditetapkan ISA.

Bagi KAP yang melayani client audit semcam ini, ISA bukan pilihan. Atau lebih
tepatnya “ pilih ISA atau pilih keluar dari jaringan kerja sama global atau jaringan
kerja sama international,” sangat jelas bahwa kekuatan pasar merupakan penentu
Dampak adopsi ISA

Suatu studi yang dilakukan oleh Annette G. Kohler dan rekan- rekan dari Univesity
of Duisburg-Essen, membuat perkiraan kenaikan biaya ini dalam kerangka penerapan
ISA oleh negara-negara masyarakat Uni Eropa.

Untuk memahami kenaikan biaya yang diperkirakan studi tersebut. Ada beberapa
pengertian yang perlu dipahami, adalah sebagai berikut:

 Tanggapan terhadap survei datang dari tiga kelompok responden, yakni


kantor-kantor akuntan yang tergabung dalam Forum of Firms (FoF),
peserta pasar modal ( capital market participants), dan regulator dibidang
audit dari negara-negara Uni Eropa.
 Seluruh pasar audit (audit market) dicakup oleh kantor-kantor akuntan yang
tergabung dalam FoF, maupun yang tidak tergabung dalam FoF (kantor
akuntan non-FoF)
 Ada dua jenis klasifikasi biaya dalam studi ini, yakni biaya yang berulang-
ulang terjadi setiap tahun (recurring cost) dan biaya yang sekali terjadi (One
off Cost) yakni ketika mulai mengadopsi ISA

Rule Based ke Principle Based Standards

Dalam penyusunannya standar akuntansi mepunyai dua pendekatan utama yaitu


standar berbasis prinsip (Principle based) serta standar berbasis aturan (Rule Based)
kedua konsep ini memiliki karakteristik masing-masing yang membuat standar
akuntansi dapat diterima di suatu negara, selain itu keduanya juga memiliki
keunggulan dan kekurangan masing-masing yang dapat menjadi penilaian sendiri
dalam penentuan standar yang digunakan.

Standar akuntansi yang menggunakan principles-based antara lain IFRS, sedangkan


standar yang menggunakan rules-based yaitu US GAAP. Saat ini, pendekatan
principles-based yang menjadi patokan berbagai negara di Dunia.
Pada dasarnya tidak ada standar yang murni berbasis aturan ataupun prinsip. Setiap
standar akuntansi pasti merupakan perpaduan dari keduanya, namun ada salah satu
pendekatan yang ditonjolkan. Karena pendekatan basis prinsip lebih fleksibel
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dan dapat menggambarkan keadaan yang
sesungguhnya (representational faithfulness), maka principles-based lebih banyak
digunakan di Negara-negara di dunia.

Standar akuntansi yang berbasis rules-based berisi pedoman penyusunan laporan


keuangan yang bersifat rinci yang didasarkan atas asumsi bahwa transaksi keuangan
yang dilaporkan memerlukan suatu pedoman yang menjamin ketepatan dan
kekonsistenan penyusunannnya. Sehingga standar akuntansi yang berbasis rules-based
ini menjadi standar yang lebih panjang dan kompleks.

Standar yang ideal akan mengasilkan keseimbangan antara aturan dan prinsip,
sehingga akan menghasilkan suatu laporan keuangan yang berkualitas. Menurut
DiPazza at all (2008) Karakteristik laporan keuangan yang berkualitas itu sendiri
diantaranya yaitu :

1. Dibuat berdasarkan kerangka konseptual dan konsisten dengan kerangka


konseptual akuntansi tersebut.

2. Ditulis dengan bahasa yang ringkas dan jelas agar mudah dipahami oleh pengguna
laporan keuangan.

3. Penyajian yang sebenarnya (faithful presentation) terhadap realitas ekonomi.

4. Responsif terhadap kebutuhan pengguna laporan keuangan akan kejelasan dan


transparansi.

5. Didsarkan pada ruang lingkup yang tepat yang ditujukan area yang luas.

6. Memungkinkan dalam penyusunan pertimbangan yang masuk akal.

Penyusun laporan keuangan harus mampu menggunakan pertimbangan


profesionalnya untuk dapat melaporkan dengan kondisi ekonomi perusahaan yang
sebenarnya. Proses pelaporan keuangan saat ini tidak lagi diwajibkan untuk mencari
aturan yang mengatur bagaimana untuk mencatat suatu transaksi atau membuat
pengungkapan. Namun, lebih kepada proses pelaporan keuangan akan menekankan
penggunaan pertimbangan profesional.

Principal Based dan Rules Based

Perbedaan principle based dan Rule based

Perbedaan principle based dan rule based dilihat dari beberapa sisi:

1. Sifat, dilihat dari sifatnya principle based mempunyai sifat yang lebih umum,
sedangkan rule based sifatnya lebih spesifik dan rinci
2. Isi, Principle based berisi apa yang seharusnya dilakukan sedangkan isi dari rule
based memuat tentang bagaimana harus dilakukan
3. Karakteristik, dari bentuk karakteristiknya principle based cenderung lebih ringkas
dan padat sedangkan pada rule based lebih kompleks dan cenderung lebih banyak
penomorannya;

Keunggulan Principle Based dan kelemahan Rule Based

Kelebihan utama dari pendekatan principles-based yaitu dapat diterapkan dalam


berbagai situasi dan fleksibel dalam menghadapi lingkungan baru. Sedangkan standar
akuntansi basis rules-based tidak mempunyai keduanya. Kemudian principles-based
juga memungkinkan bagi akuntan untuk lebih dituntut dalam pengambilan
professional judgement. Sehingga diharapkan profesionalisme akuntan juga akan
meningkat karena di hadapkan dengan aturan tersebut.

Principle Based Standard memiliki keunggulan yang tidak dimiliki Rule Based
standard, antara lain :

1. Mudah dipahami

2. Antara satu prinsip dan prinsip lainya terhubung secaea jelas

3. Terjaminya konsistensi antar prinsip dan antar standar individual

4. Apabila terjadi pertentangan makna atau kontradiksi prinsipakan lebih mudah


diperbaiki dan disempurnakan oleh penyusun-penyusun standar.
Sedangkan kelemahan dari principles-based yaitu karena tidak ada peraturan yang
diatur secara jelas, ini menyebabkan ketidak konsistenan dalam penenerapan
standarnya. Sehingga sulit untuk memebandingan dengan perusahaan lain. Contohnya
yaitu perusahaan yang berbeda akan penentuan kemungkinan liabilitas itu besar
terjadi (probable) atau hanya sebatas kemungkinan terjadi (possible).

Beberapa kelemahan rule based antara lain :

1. Kurang lengkap, lebih tepatnya bahwa rule based selalu dirasa kurang lengkap
isinya

2. Cenderung tidak bisa bertahan lebih lama Karena isinya yang eksplesit, dan tidak
bisa menyesuaikan terhadap perubahan lingkungan akuntansi pada saat ini

3. Terasa over-regulated atau berlebihan oleh pengguna standar.

Bagaimana Penerapannya Indonesia? apakah Indonesia menggunakan Rule Based


atau menggunakan Principle Based? Sejak tahun 2004 Profesi akuntansi di Indonesia
telah melakukan konvergensi dari PSAK / Indonesia GAAP menjadi IFRS, dari hal
tersebut bisa dijelaskan bahwa Indonesia sudah serius menggunakan Principle based
yang merupakan dasar dari IFRS. Lantas cara seperti apa yang dilakukan Indonesia
dalam konvergensi tersebut? menurut Wiyani (2012), Indonesia melakukan dengan
cara adopsi, tapi tidak adopsi secara penuh dikarenakan adanya beberapa perbedaan
proses bisnis di Indonesia. Hal tersebut juga dijelaskan oleh Manaf (2013), yang
menjelaskan ada beberapa poin dari IFRS yang disesuaikan dengan keadaan bisnis di
Indonesia seperti PSAK 59 yang mengatur tentang perbankan syariah.

Di Indonesia sendiri dalam penerapannya dilakukan melalui 3 tahap implementasi


yaitu:

1. Tahap Adopsi (2008 – 2011), IFRS pada tahun tersebut diadopsi ke PSAK,

2. TahapPersiapan Akhir (2011), disini dilakukan penyelesaian terhadap persiapan


infrastruktur yang diperlukan. Selanjutnya, dilakukan penerapan secara bertahap
beberapa PSAK berbasis IFRS.

3. Tahap Implementasi (2012), dilakukan penerapan dan evaluasi terhadap dampak


penerapan PSAK secara komprehensif.
Sumber

Bagus apriliansyah. Principle Based Accounting Standard vs Rules Based Standar.


Diperoleh 06 Maret 2019, 18:10 dari:

https://rdhsak.wordpress.com/2018/02/04/principle-based-accounting-standard-vs-
rules-based-accounting/

Tuanakotta, M., 2014. Audit Berbasis ISA (International Standart on Auditing).


Jakarta: Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai