Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ETIKA BISNIS dan PROFESI


Dosen Pengampu Mata Kuliah : Wardhoki, SE.,M.M..

LINGKUNGAN ETIKA DAN AKUNTANSI

Oleh :
1. Aas Assaja’ah ( 211011800238 )
2. Putri Kusmawati ( 211011800130 )
3. Elly Nuraini ( 211011800158 )

UNIVERSITAS PAMULANG
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
POGAM STUDI AKUNTANSI PERPAJAKAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan atas kehadiratan Allah Swt. Atas segala rahmat-Nya sehingga

makalah yang berjudul “ Lingkungan Etika dan Akuntansi “ ini dapat tersusun sampai selesai.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi

dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulisan makalah kali ini tidak terlepas dari bantuan pihak yang tulus memberikan do’a,

dukungan, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselsaikan.

Kami menyadari bahwa makalah ini belum sepenuhnya sempurna, dikarenakan

keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu, kami

mengharapkan segala bentuk saran beserta masukan yang membangun dari beberapa pihak.

Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dan

pendidikan.

Tangerang Selatan, 1 Maret 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii
BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
I.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2
2.1 Etika Profesi dalam Akuntansi ..................................................................................... 3
2.2 Lingkungan Etika Untuk Akuntan Profesional ............................................................. 8
2.3 Ekspetasi Masyarakat terhadap Bisnis dan Akuntansi ................................................... 9
2.4 Bagaimana Ekepektasi Baru dalam Bisnis .................................................................. 12
2.5 Perkembangan Etika Bisnis ........................................................................................ 15
BAB III ................................................................................................................................... 16
PENUTUP .............................................................................................................................. 16
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Mengejar suatu keuntungan demi kelangsungan hidup perusahaan merupakan

tujuan utama bisnis. Dari sudut pandang etika keuntungan bukan merupakan hal yang

buruk, pertama keuntungan memungkinkan perusahaan bertahan dalam kegiatan

bisnisnya. Kedua tanpa memperoleh keuntungan, tidak ada investor yang bersedian

menanamkan modalnya dan karena itu tidak akan terjadi aktivitas ekonomi yang

menjamin kemakmuran nasional. Ketiga, keuntungan memungkinkan perusahaan untuk

tidak hanya bertahan, melainkan juga dapat menghidupi karyawan karyawannya.

Saat ini pelaku bisnis tentu saja harus bisa menjadi orang yang professional di

bidangnya. Pelaku bisnis tersebut dituntut untuk mempunyai keahlian dan keterampilan

berbisnis. Kaum professional bisnis ini diituntut untuk memperlihatkan kinerja tertentu

yang berada diatas rata – rata. Kinerja ini tidak hanya menyangkut aspek bisnis,

manajerial, dan organisasi teknis murni, melainkan menyangkut aspek etis. Kinerja yang

menjadi prasyarat keberhasilan bisnis ini juga menyangkut komitmen moral, integritas

moral, disiplin, loyalitas, kesatuan visi moral, pelayanan, dan sikap mengutamakan mutu,

penghargaan terhadap hak dan kepentingan pihak-pihak terkait yang berkepentingan

(stakeholder), yang lama kelamaan akan berkembang menjadi sebuah etos bisnis dalam

sebuah perusahaan.

Etika membantu komunitas bisnis dengan memfasilitasi dan mendorong

kepercayaan publik dengan produk dan jasanya. Dalam profesi akuntansi tanggung

jawab secara eksplisit dinyatakan dengan berbagai kode etik seperti yang diatur oleh

organisasi profesi. Di Indonesia yang mengatur kode etik ini ada pada Ikatan Akuntan

1
Indonesia (IAI). Alasan utama mempunyai pedoman etika bagi akuntansi adalah untuk

membantu dalam proses pembuatan keputusan, tahu yang benar dan bukan hanya yang

legal. Kode etik diperlukan sebagai pedoman dalam menangani situasi etis secara efektif.

Etika profesional merupakan aturan-aturan etika yang berlaku bagi anggota profesi yang

dirancang untuk tujuan ideal maupun tujuan praktis. Kode Etik IAI dirancang untuk

memenuhi tujuan ideal melalui Prinsip-Prinsip Etika, sedangkan tujuan praktis

diharapkan dapat dicapai melalui Aturan Etika yang bersifat memaksa. Aturan Etika bisa

berubah sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam profesi maupun perubahan dalam

masyarakat. Kesadaran para anggota IAI untuk sukarela melaksanakan Kode etik-nya

akan berpengaruh besar pada martabat reputasi profesi (Yusuf, 2001).

I.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang maka masalah yang akan dibahas pada lingkungan etika dan

akuntansi adalah:

1. Apa pentingnya etika dalam Akuntansi ?

2. Bagaimana Lingkungan Etika dalam Profesi Akuntansi ?

3. Bagaimana Ekspektasi Masyarakat terhadap Bisnis dan Akuntansi?

4. Bagaimana Ekepektasi Baru dalam Bisnis

5. Bagaiman Perkembangan Etika Bisnis

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Etika Profesi dalam Akuntansi

Etika profesional mencakup prinsip-prinsip perilaku untuk orang-orang

profesional yang dirancang untuk tujuan praktis dan tujuan idealistis. Etika profesional

ditetapkan oleh organisasi profesi bagi para anggotanya yang secara suka rela menerima

prinsip perilaku professional lebih keras daripada yang diminta undang-undang. Kode

etik berpengaruh besar terhadap reputasi dan kepercayaan masyarakat pada profesi yang

bersangkutan. Mukadimah Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia menekankan

pentingnya prinsip etika bagi para akuntan. Keanggotaan dalam Ikatan Akuntan

Indonesia bersifat sukarela. Dengan menjadi anggota, seorang akuntan mempunyai

kewajiban untuk menjaga disiplin diri di atas dan melebihi yang disyaratkan oleh hukum

dan peraturan. Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia

menyatakan pengakuan profesi akan tanggung jawabnya kepada publik, pemakai jasa

akuntan, dan rekan. Prinsip ini memandu anggota dalam memenuhi tanggung jawab

profesinal dan merupakan landasan dasar perilaku etika dan perilaku profesonal. Prinsip

ini meminta komitmen untuk berperilaku terhormat, bahkan dengan pengorbanan

keuntungan pribadi. Alasan utama mempunyai pedoman etika dalam akuntansi adalah

untuk membantu para akuntan dalam proses pembuatan keputusan, mengetahui apa

yang benar, dan tidak hanya apa yang legal. Orang yang berbisnis sering dihadapkan

pada situasi yang beragam dalam lingkup kerjanya dan berujung pada suatu situasi

dilema etis. Ini membutuhkan suatu pedoman etis yang dapat membantu penanganan

situasi ini secara efektif. Kode etik diperlukan untuk menyediakan sejumlah pedoman

etis bagi para anggotanya. Jadi etika dalam Akuntansi sangat penting untuk memenuhi

3
tanggung jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja

tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik. Seseorang dengan profesi akuntan

harus memiliki kode etik dan prinsip yang baik. Hal ini karena profesi yang mereka jalani

sangat berat tanggung jawabnya.

Hasil pekerjaannya dibutuhkan oleh para pihak pemakai informasi akuntansi

dan kepentingan publik lain untuk membuat keputusan dalam bisnis.

Beberapa fungsi etika profesi akuntansi adalah:

 Memberikan laporan dan menyajikan data yang benar tentang perusahaan.

 Membantu penegakkan hukum.

 Mencegah adanya kecurangan akuntansi.

 Mengajarkan tentang tanggung jawab dan kewajiban moral kepada akuntan dan auditor.

 Mengenali masalah akuntansi yang berkaitan dengan etika.

Poin-poin dari prinsip etika maupun kode etik profesi akuntansi diantaranya :

a. Perilaku Profesional

Setiap anggota harus berperilaku konsisten dengan reputasi profesi yang baik

dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi

tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus memenuhi sebagai perwujudan

tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi

kerja dan masyarakat umum. Dalam upaya memasarkan dan mempromosikan diri dan

pekerjaan, akuntan profesional sangat tidak menganjurkan mencemarkan nama baik

profesi. Sesuai prinsip etika profesi Akuntansi, Akuntan wajib mempunyai sikap jujur

dan dapat dipercayai sebagai salah satu bagian dari etika dalam profesi akuntansi.

4
b. Kode Etik Tanggung Jawab Profesi Akuntan

Seorang akuntan dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional,

harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional terhadap semua

kegiatan yang melaksanakan. Anggota memiliki tanggung jawab kepada pemakai jasa

mereka dan tanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota demi

mengembangkan profesi akuntansi serta memelihara kepercayaan masyarakat. Semua

usaha tersebut memerlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.

c. Standar Teknis

Setiap kegiatan harus mengikuti standar teknis dan standar profesional yang

relevan berdasar prinsip etika profesi.

Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, akuntan berkewajiban

untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa, selama penugasan tersebut sejalan

dengan prinsip integritas dan objektivitas. Standar teknis dan standar professional yang

harus ditaati anggota adalah standar etika profesi akuntansi yang dikeluarkan oleh

Ikatan Akuntan Indonesia, International Federation of Accountants, badan pengatur dan

pengaturan perundang-undangan yang relevan.

d. Kepentingan Publik

Anggota akuntan profesional berkewajiban untuk bertindak dalam rangka

pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik serta menunjukkan sikap

profesionalisme. Salah satu bagian dari prinsip etika profesi dalam akuntansi adalah

penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan juga memegang peranan

penting di masyarakat. Arti publik dari profesi akuntan meliputi klien, pemerintah,

5
pemberi kredit dan pegawai. Investor, dunia bisnis dan pihak-pihak yang bergantung

kepada integritas dan objektivitas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis

dengan tertib.

e. Integritas

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus

memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

Integritas mengharuskan seorang anggota untuk bersikap jujur dan berterus terang tanpa

harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak

boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang

tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan

atau peniadaan prinsip. Maka dari itu, integritas merupakan salah satu prinsip etika

profesi akuntansi paling penting yang harus dimiliki oleh akuntan.

f. Kode Etik Kerahasiaan Akuntan

Suatu pedoman berperilaku dan bertindak bagi para akuntan dalam menjalankan

tanggung jawab profesi untuk memberikan informasi kepada pihak dengan beragam

kepentingan disebut kode etik kerahasiaan akuntan. Mengingat akuntan adalah profesi

yang berhubungan langsung dengan data keuangan maupun akuntansi, maka sudah

sepatutnya harus mampu memegang prinsip etika kerahasiaan.

Prinsip etika profesi kerahasiaan mengharuskan setiap akuntan untuk tidak

melakukan hal berikut ini:

a. Mengungkapkan informasi rahasia yang memperrolehnya dari hubungan profesional

dan hubungan bisnis pada pihak di luar kantor akuntan atau organisasi tempat akuntan

bekerja tanpa memberikan kewenangan yang memadai dan spesifik, terkecuali jika

6
mempunyai hak dan kewajiban secara hukum atau profesional untuk mengungkapkan

kerahasiaan tersebut.

b. Menggunakan informasi rahasia untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga. Informasi

yang memperoleh baik melalui hubungan profesional maupun hubungan bisnis.

g. Etika Profesi Akuntansi : Objektivitas

Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan

kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Objektivitas adalah suatu

kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang memberikan anggota. Prinsip objektivitas

mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak

berprasangka serta bebas dari benturan kepentingan atau di bawah pengaruh pihak lain.

a. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Kompetensi adalah salah satu penjamin mutu dan kualitas layanan dari seorang

profesional di bidang jasa. Prinsip etika profesi kompetensi dan kehati-hatian

profesional mengharuskan setiap anggota akuntan untuk:

1. Memelihara pengetahuan dan keahlian profesional yang dibutuhkan untuk menjamin

pemberi kerja (klien menerima layanan yang profesional dan kompeten).

2. Bertindak tekun dan cermat sesuai teknis dan profesional yang berlaku ketika

memberikan jasa profesional.

Etika profesi dalam bidang akuntansi sangat perlu memperhatikan oleh setiap

akuntan untuk menghindari hal-hal yang tidak menginginkan. Hal ini melakukan untuk

memenuhi tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang akuntan yang profesional.

7
2.2 Lingkungan Etika Untuk Akuntan Profesional

Apresiasi terhadap berlangsungnya arus perubahan dalam lingkungan

etika untuk bisnis merupakan hal yang penting untuk memahami suatu informasi

tentang bagaimanaakuntan profesional harus menafsirkan kode profesi mereka sebagai

karyawan perusahaan.Meskipun masyarakat mengharapkan semua akuntan profesional

untuk menghormati nilai-nilai profesional objektivitas, integritas, dan kerahasiaan, yang

dirancang untuk melindungihak-hak dasar publik, seorang karyawan-akuntan harus

merespon ke arah manajemen dan kebutuhan pemegang saham saat ini. Akuntan

profesional harus memastikan nilai-nilai etikamereka saat ini dan mereka siap untuk

bertindak mematuhi nilai etika tersebut serta menjagakredibilitas profesi akuntan.

Globalisasi dan internasionalisasi telah berkembang dalam dunia usaha, pasar

modal,dan akuntabilitas perusahaan. Dalam profesi akuntansi, gerakan menuju

harmonisasi secaraglobal dalam sekumpulan prinsip-prinsip akuntansi dan audit yang

berlaku umum (GAAP) dan (GAAS) untuk memberikan efisiensi analisis bagi

penyedia pasar modal dunia sertaefisiensi komputasi san audit di seluruh dunia.

Akibatnya, ada rencana untuk menyelaraskan secara bertahap sekumpulan GAAP yang

dikembangkan oleh berbagai negara yang menjadi suatu rangkaian umum yang berlaku

di semua negara.Secara bersamaan, Federasi Akuntan Internasional (IFAC) sedang

mengembangkankode etik yang bersifat internasional untuk para akuntan profesional,

dan prinsip dalam kodetersebut akan menjadi dasar perilaku dan pendidikan

para akuntan di dunia di masa mendatang. Kantor akuntan publik juga sedang

mengembangkan standar audit global untukmelayani klien mereka, dan standar

perilaku yang mendukung untuk memastikan bahwa penilain mereka independen,

objektif, dan akurat.Dalam lingkungan global baru-baru didefinisikan ulang, penawaran

layanan nonauditkepada klien audit, yang merupakan isu perdebatan untuk Arthur

8
dalam bencana Enron, akandibatasi sehingga ekspektasi konflik kepentingan yang

lebih ketat dapat dipenuhi. Paraakuntan profesional harus mewaspadai terjadinya

konflik, di mana nilai-nilai dan kodeprofesional lain yang mereka pekerjakan

berbeda dengan profesi akuntansi.Dampak meningkatnya ekspektasi untuk bisnis pada

umumnya dan untuk direktur,eksekutif dan akuntan pada khususnya, telah

membawa tuntutan reformasi tata kelola,pengambilan keputusan etis dan

pengelolaan yang akan mendapat manfaat dari pemikiranterkini tentang bagaimana

mengelola risiko etika dan peluang. Pendekatan manajemen krisistelah dikembangkan

untuk memastikan bahwa perusahaan dan para eksekutif tidak mengalami

kehancuran yang lebih buruk atas prospek dan reputasi yang mereka inginkan.Pada

kenyataannya apabila aspek etis dan krisis telah dikelola dengan baik, maka

reputasidapat ditingkatkan.

2.3 Ekspetasi Masyarakat terhadap Bisnis dan Akuntansi

Perusahaan memerlukan dukungan dari stakeholders seperti pemegang saham,

pegawai, konsumen, kreditur, supplier, pemerintah, dan aktivis untuk dapat mencapai

tujuan jangka panjangnya. Dukungan untuk bisnis secara umum tergantung pada

kredibilitas penempatan stakeholders dalam komitmen perusahaan, reputasi

perusahaan, dan kekuatan dari keunggulan kompetitif perusahaan. Kini, stakeholder

menginginkan kegiatan perusahaan akan lebih menghargai kepentingan dan hal-hal

yang bermanfaat bagi mereka, dalam arti luas perusahaan diminta untuk menentukan

sikap etis dalam mencapai kesuksesan. Oleh karena itu, kini direksi perusahaan

berkeinginan untuk memimpin perusahaan mereka secara lebih beretika,yang berarti

perusahaan memperhatikan eksekutif dan pegawai secara etis. Lebih dari itu,

perusahaan diharapkan lebih bertanggung jawab kepada stakeholder dalam hal

transparansi dan sikap etis. Penilaian keberhasilan kini tidak hanya sekedar apa yang

9
telah dicapai perusahaan tapi juga menyangkut bagaimana keberhasilan itu dapat

dicapai secara etis. Berikut ini beberapa faktor yang menyebabkan perubahan

ekspektasi publik terhadap perilaku bisnis:

a. Urusan Lingkungan

Hal ini dimulai dengan masalah pencemaran udara yang berfokus pada cerobong dan

pipa asap pabrik yang dapat menyebabkan iritasi dan kelainan pada masyarakat

sekitar pabrik. Selain pencemaran udara, hal lain yang harus diperhatikan adalah

pencemaran air.

b. Sensitivitas moral

Sensitivitas moral berkaitan dengan tekanan publik akan adanya suatu keadilan

dalamketenagakerjaan. Hal tersebut kini telah dicantumkan dalam hukum, peraturan,

kontrak dan kegiatan-kegiatan perusahaan.

c. Penilaian buruk dan aktivis

Terkadang masyarakat atau kelompok tertentu menyerang instansi yang dinilai

buruk, seperti perusahaan sepatu Nike yang diboikot karena mempergunakan tenaga

kerja dibawah umur. Para investor berpandangan bahwa investasi mereka seharusnya

tidak hanya untuk mendapatkan pendapatan namun juga untuk masalah-masalah etis.

d. Ekonomi dan tekanan persaingan

Perkembangan pasar global memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk

mendistribusikan produknya ke seluruh penjuru dunia. Oleh karena itu diperlukan

restrukturisasi yang memungkinkan produktivitas yang lebih tinggi dan biaya yang

lebih rendah.

e. Skandal keuangan: kesenjangan ekspektasi dan kesenjangan kredibilitas

Penyalahgunaan jabatan dalam bidang keuangan telah membuat krisis

10
kepercayaanterhadap laporan keuangan perusahaan dan pemerintah. Hal tersebut

menyebabkan terjadinya kesenjangan ekspektasi dimana seharusnya pihak

perusahaan menyampaikan keadaan perusahaan sebenarnya tapi malah melakukan

manipulasi.

a. Kegagalan kepemimpinan dan penilaian resiko

Pemerintah menyadari penting untuk melindungi kepentingan publik, dimana dewan

direksi perusahaan telah memperkirakan penilaian dan meyakini bahwa risiko yang

dihadapi perusahaan telah diatur dengan baik, serta risiko etika kini telah menjadi

aspek kunci proses pencapaian tujuan perusahaan.

b. Peningkatan keinginan transparansi

Kurangnya kepercayaan stakeholder akan kegiatan yang dijalankan perusahaan

menimbulkan peningkatan keinginan akan transparansi pada bagian yang

menyangkut kepentingan investor dan stakeholder yang lain.

c. Sinergi semua faktor dan penguatan institusional

Hubungan diantara semua faktor berdampak pada ekspektasi publik terhadap

masalah etika. Dimana akibatnya masyarakat akan lebih sadar akan pentingnya

kontrol terhadap perilaku perusahaan yang tidak etis. Kesadaran publik tersebut

berimbas pada dunia politik, yang menyatakan reaksinya dalam hal penyusunan

hukum dan peraturan. Hal tersebut akan mengakomodasi kesadaran publik dalam

proses penguatan institusi dan penegakan hukum.

11
2.4 Bagaimana Ekepektasi Baru dalam Bisnis

Ekepektasi Baru dalam Bisnis akan meliputi:

a. Tugas baru dunia bisnis

Perubahan ekspektasi publik telah menyebabkan evolusi tugas-tugas dalam dunia

bisnis. Kini kesuksesan perusahaan sangat tergantung pada seberapa sanggup

perusahaan menyeimbangkan profit dan kepentingan stakeholder.

b. Kepemimpinan baru dan kerangka transparansi

Kinerja dewan direksi harus merefleksikan kepentingan stakeholder dalam hal

pencapaian tujuan, proses, dan hasil.

c. Penguatan aturan untuk profesional akuntan

Ekspektasi publik akan kebenaran laporan kinerja perusahaan tidak lepas dari

profesional akuntan yang menyiapkan atau mengaudit laporan keuangan tersebut.

Profesional akuntan tersebut berfokus pada loyalitas kepada kepentingan publik dan

adoptasi prinsip independensi, penilaian, objektivitas dan integritas.

d. Kejelasan kepemimpinan dan model transparansi stakeholder

Sering dengan perubahan yang terjadi, perusahaan mulai memusatkan perhatian

pada bagaimana menerapkan etika pada aktivitas perusahaan mereka, dan untuk

mengurangi terjadinya masalah-masalah etika. Dari hal tersebut semakin jelas terlihat

bahwa komando tradisional dan pendekatan pengendalian dari atas ke bawah tidak lagi

cukup dan perusahaan perlu membuat lingkungan yang cocok untuk memelihara

perilaku etika. Tanggung jawab perusahaan yang berkait dengan transparansi

ditujukan kepada pemegang saham, pegawai, konsumen, suplier, aktivis, pemerintah

dan kreditor. Dimana dalam hal ini perusahaan bertanggungjawab untuk

12
melakukan transparansi atau pengungkapan atas laporan finansial dan

nonfinansial perusahaan.

e. Manajemen berdasarkan nilai, reputasi, dan risiko

Dalam rangka menggabungkan kepentingan stakeholder ke dalam kebijakan,

strategi dan operasi dari korporasi mereka, direksi, khususnya bila eksekutif manajer,

dan karyawan lainnya harus memahami sifat kepentingan stakeholder mereka dan

nilai- nilai yang mendukung mereka.

f. Akuntabilitas

Munculnya kepentingan pelaku kebijakan dan akuntabilitas dan debacles

keuangan yang menakjubkan dari Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom, telah

meningkatkan keinginan untuk laporan yang lebih relevan dengan berbagai kepentingan

stakeholder, lebih transparan, dan lebih akurat daripada di masa lalu.

g. Perkembangan etika bisnis

Dua perkembangan ini berguna untuk memahami etika bisnis dan bagaimana

bisnis dan penerapan profesi. Mereka adalah konsep stakeholder dan konsep kontrak

sosial perusahaan

h. Pendekatan etis pengambilan keputusan melalui analisis dampak pemangku kepentingan

Peningkatan akuntabilitas kepada para pemangku kepentingan dalam versi yang

lebih baru dari kontrak sosial telah membebankan tanggung jawab pada eksekutif untuk

memastikan keputusan mereka mencerminkan nilai etis untuk sebuah perusahaan.

Pendekatan ini dimulai dengan identifikasi stakeholder yang signifikan, investigasi

kepentingan mereka, dan peringkat kepentingan- kepentingan untuk memastikan bahwa

13
pemberian perhatian yang memadai pada analisis dan pertimbangan lebih besar pada

tahap keputusan.

Sebagai lingkungan etis untuk bisnis berubah, pengamat dan eksekutif menyadari bahwa

orang lebih banyak dari pemegang saham hanya memiliki kepentingan dalam perusahaan

atau aktivitasnya. Sebagaimana dicatat sebelumnya, meskipun beberapa tidak memiliki

klaim hukum pada korporasi, mereka memiliki kapasitas yang sangat nyata untuk

mempengaruhi perusahaan baik atau tidak baik. Selain itu, seiring berjalannya waktu ,

klaim dari beberapa pihak yang berminat membuat modifikasi melalui undang-undang

atau peraturan. Ini menjadi jelas bahwa kepentingan dari seseorang dengan saham dalam

bisnis atau dampaknya yang terpengaruh oleh atau dapat mempengaruhi pencapaian

organisasi objektif harus dipertimbangkan dalam rencana perusahaan dan keputusan.

Untuk kemudahan referensi, orang-orang ini datang untuk diketahui sebagai stakeholder

dan kepentingan pihak mereka sebagai hak-hak merka . Contoh kelompok stakeholder

akan mencakup karyawan, pelanggan, pemasok, kreditur, debitur, masyarakat tuan rumah,

pemerintah, lingkungan, dan tentu saja, pemegang saham. stakeholder normal

Acorporation telah di petakan

14
2.5 Perkembangan Etika Bisnis

Terdapat beberapa konsep dan istilah yang telah dikembangkan untuk

memfasilitasi adanya perubahan akuntabilitas bisnis dan mengambil keputusan etis.

1. Pendekatan Filosofis untuk Etika Perilaku

Terdapat beberapa teori etika terkait dengan perilaku bisnis yaitu menurut filusuf Yunani

(Aritoteles), filusuf Jerman (Immanuel Kant), filusuf Inggris (John Stuart Mill), filusuf

Amerika (John Rawls. Teori ini menetapkan standar tinggi dalam perilaku bisnis yang dapat

diterima. Teori ini dapat membantu direktur, eksekutif, dan akuntan untuk lebih memahami

dasar etika bisnis dan dasar untuk melakukan bisnis yang bertanggung jawab secara sosial.

2. Pendekatan Untuk Pengambilan Keputusan Etis

Perkembangan akuntabilitas terhadap stakeholders dalam versi kontrak sosial perusahaan

yang terbaru telah menjadikan eksekutif bertanggung jawab untuk memastikan bahwa

keputusan mereka mencerminkan nilai etika yang diterapkan untuk perusahaan, dan tidak

mengabaikan hak-hak para stakeholder. Hal ini menyebabkan perkembangan pengambilan

keputusan etis yang menggabungkan kedua pendekatan filosofis dan teknik praktis, seperti

analisis dampak stakeholder. Prinsip-prinsip etika yang dikembangkan oleh filsuf

memberikan wawasan tentang dimensi kunci penalaran etis. Pembuat keputusan harus

memahami tiga pendekatan filosofis dasar: konsekuensialisme, deontologi, dan etika

moralitas. Konsekuensialisme mensyaratkan bahwa keputusan memiliki konsekuensi etis

yang baik; deontologi menyatakan bahwa suatu tindakan etis tergantung pada tugas, hak,

dan keadilan yang terlibat, dan etika moralitas menganggap suatu tindakan etis jika

menunjukkan kebajikan yang diharapkan dari peserta. Penggunaan analisis dampak

stakeholder dalam manajemen pengambilan keputusan dan manajemen berbagai isu yang

bertentangan akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengembangan dan

pemeliharaan dukungan para stakeholder pada kegiatan perusahaan.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Akuntansi menjadi salah satu profesi yang menerapkan etika sebagai penilaian.

Etika profesi akuntansi dikenal pula dengan istilah kode etik profesi. Ini berarti para

akuntan wajib mematuhi kode etik yang berlaku selama bekerja. Sama halnya dengan

hukum, kode etik membantu akuntan untuk bekerja secara profesional. Mengingat

profesi akuntan rawan skandal, kode sangat dibutuhkan. Dengan begitu, akuntan bisa

bekerja dengan baik dan sesuai koridor. Kode etik mampu meningkatkan kesejahteraan

hidup akuntan. Selain itu, profesi dan kelembagaannya terjamin dan terjaga dengan

baik. Akuntan juga bisa bekerja dengan profesional, tanpa mengutamakan kepentingan

pribadi. Para akuntan mesti menjunjung tinggi harkat dan martabat profesi akuntan di

mata masyarakat. Maka dari itu seorang akuntan yang mempunyai kode etik maka akan

mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan. Tidak hanya seorang akuntan, tetapi

semua para pembisnis juga harus memiliki etika yang baik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Lingkungan Etika dan Akutansi. (October 2015).Diakses Pada tannggal 01 Maret 2023,Dari:

https://id.scribd.com/doc/283797442/Makalah-Lingkungan-Etika-Dan-Akuntansi

https://www.studocu.com/id/document/universitas-sam-ratulangi/bisnis-pariwisata/makalah-

lingkungan-etika-dan-akuntansi/46947286

http://yuriaiuary.blogspot.com/2017/05/lingkungan-etika-dan-akuntansi.html

17

Anda mungkin juga menyukai