Anda di halaman 1dari 28

Jurnal Akuntansi Pajak untuk PPN

Dalam akuntansi pajak diperlukan pemahaman perpajakan yang baik oleh Wajib Pajak agar tidak
terjadi kesalahan dalam pencatatan jurnal baik untuk Pajak Penghasilan (PPh) maupun Pajak
Pertambahan Nilai (PPN). Kali ini, pajak.io akan membahas mengenai jurnal akuntansi pajak untuk
transaksi jenis PPN.
Akuntansi pajak untuk PPN ini berkaitan untuk transaksi PPN Keluaran, PPN Masukan dan PPN
Kurang/Lebih Bayar (KB/LB).

Akuntansi Pajak PPN Keluaran

PPN Keluaran adalah PPN yang dipungut pada saat penjualan/penyerahan Barang Kena Pajak
(BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP). Pada saat penjualan BKP/JKP  dapat dilakukan secara tunai dan
kredit. Selain itu, dalam penjualan BKP/JKP juga tidak dipungkiri akan ada retur. Berikut jurnalnya.

 Penjualan Tunai: contohnya adalah pada tanggal 1 Juli 2017, PT Y menjual BKP secara
tunai seharga Rp 5.000.000. Maka, atas transaksi tersebut akan dicatat oleh perusahaan
sebagai berikut:

Kas                                Rp 5.500.000

                Penjualan                       Rp 5.000.000

                PPN Keluaran               Rp 500.000

 Penjualan Kredit: contohnya adalah pada tanggal 1 Juli 2017, PT Y menjual BKP secara
kredit seharga Rp 6.000.000. Maka, atas transaksi tersebut akan dicatat oleh perusahaan
sebagai berikut:

Piutang Dagang           Rp 6.600.000

              Penjualan                          Rp 6.000.000

                    PPN Keluaran                   Rp 600.000

 Retur Penjualan Tunai: contohnya adalah pada tanggal 8 Juli 2017 barang yang dijual oleh
PT Karimun pada tanggal 5 Juli 2017, dikembalikan karena rusak senilai Rp 500.000. Maka,
atas transaksi tersebut akan dicatat oleh perusahaan sebagai berikut:

Retur Penjualan       Rp 500.000

PPN Keluaran          Rp 50.000

                      Kas                              Rp 550.000

 Retur Penjualan Kredit:  contohnya adalah pada tanggal 10 Juli 2017 barang yang dijual
oleh PT Karimun pada tanggal 7 Juli 2017, dikembalikan karena rusak senilai Rp 500.000.
Maka, atas transaksi tersebut akan dicatat oleh perusahaan sebagai berikut:
Retur Penjualan                Rp 500.000

PPN Keluaran                   Rp 50.000

                  Piutang Dagang                  Rp 550.000

Akuntansi Pajak PPN Masukan

PPN Masukan adalah PPN yang dibayar perusahaan pada saat pembelian atau impor BKP, atau
pada saat perusahaan menerima JKP. Pada saat pembelian BKP/JKP pun dapat dilakukan dengan
tunai dan kredit. Selain itu, dalam pembelian BKP/JKP juga berkaitan dengan retur. Berikut
jurnalnya.

 Pembelian Tunai: contohnya pada tanggal 1 Agustus 2017, PT A membeli BKP secara tunai
seharga Rp 6.000.000. Maka, atas transaksi tersebut akan dicatat oleh perusahaan sebagai
berikut:

Pembelian                   Rp 6.000.000

PPN Masukan            Rp 600.000

Kas                        Rp 6.600.000

 Pembelian Kredit: contohnya pada tanggal 1 Agustus 2017, PT A membeli BKP secara


kredit seharga Rp 6.000.000. Maka, atas transaksi tersebut akan dicatat oleh perusahaan
sebagai berikut:

Pembelian                  Rp 6.000.000

PPN Masukan           Rp 600.000

                  Utang Dagang           Rp 6.600.000

 Retur Pembelian Tunai: contohnya pada tanggal 3 Agustus 2017 barang yang dibeli oleh
PT A pada tanggal 1 Agustus 2017, dikembalikan karena rusak senilai Rp 500.000. Maka,
atas transaksi tersebut akan dicatat oleh perusahaan sebagai berikut:

Kas                                 Rp 550.000

          Retur Pembelian          Rp 500.000

          PPN Masukan              Rp 50.000

 Retur Pembelian Kredit: contohnya pada tanggal 3 Agustus 2017 barang yang dijual oleh
PT A pada tanggal 1 Juli 2017, dikembalikan karena rusak senilai Rp 500.000. Transaksi
tersebut akan dicatat oleh perusahaan sebagai berikut:

Utang Dagang              Rp 550.000

              Retur Pembelian         Rp 500.000


              PPN Masukan              Rp 50.000

Akuntansi Pajak PPN KB/LB

Dalam pelaksanaan PPN, Pengusaha Kena Pajak (PKP) mengkreditkan Pajak Masukan dalam suatu
masa dengan Pajak Keluaran dalam masa pajak yang sama. Apabila dalam masa pajak tersebut
lebih besar Pajak Keluaran, kelebihan Pajak Keluaran harus disetorkan ke kas negara. Jika dalam
masa pajak tersebut Pajak Masukan lebih besar dari Pajak Keluaran, kelebihan Pajak Masukan
dapat dikompensasikan ke masa pajak berikutnya atau dimintakan restitusi.

Contohnya terjadinya PPN KB karena PPN Keluaran lebih besar dari pada PPN Masukan. PPN
Keluaran PT XYZ di akhir periode Januari 2017 sebesar Rp 15.000. PPN Masukan PT XYZ di akhir
periode Januari 2017 sebesar Rp 10.000. Kemudian, PPN Retur Pembelian PT XYZ di akhir periode
Januari 2018 sebesar Rp 1.000. Maka, besarnya PPN Kurang Bayar = Rp 15.000 – (Rp 10.000 – Rp
1.000) = Rp 6.000

Jurnal PPN Kurang Bayar:

PPN Keluaran                    Rp 15.000

PPN Retur Pembelian       Rp 1.000

                    Utang PPN                     Rp 6.000

                                PPN Masukan                       Rp 10.000

Jurnal Pembayaran:

Utang PPN    Rp 6.000

                Kas               Rp 6.000

Mengenal Jurnal Pajak Pertambahan Nilai dalam Akuntansi

Dalam Akuntansi, Maksud Jurnal PPN Masukan ( vat in ) Dan Keluaran Adalah?
Dalam akuntansi pajak, diperlukan pemahaman tentang perpajakan yang baik oleh Wajib Pajak agar
tidak terjadi kesalahan dalam pencatatan jurnal baik untuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Membuat Jurnal PPN Masukan dan Keluaran adalah hal yang penting untuk dipahami.
Arikel ini akan membahas lebih lanjut tentang:

 Apa itu Pajak Pertambahan Nilai (PPN)?


 Pengertian tentang PPN Masukan dan Keluaran
 Cara membuat jurnal PPN Massukan dan Kelu xcaran

Pengertian tentang PPN Masukan dan Keluaran


Pihak yang dikenakan kewajiban untuk memungut Pajak Pertambahan Nilai (disingkat PPN)
adalah Pengusaha Kena Pajak (disingkat PKP).X
PKP diwajibkan untuk memungut PPN ketika melakukan penjualan barang atau jasa.
Bagi PKP, PPN yang dipungut ini disebut Pajak Keluaran (biasa disingkat PK). Sebaliknya, ketika
PKP membeli barang atau jasa, PKP mungkin juga dipungut PPN oleh supplier atau penyedia
jasanya.
PPN yang dibayar ketika membeli barang atau jasa ini adalah disebut sebagai Pajak Masukan (biasa
disingkat PM atau vat in.
Dalam satu bulan, seluruh  pajak keluaran dikurangi dengan seluruh pajak masukan.
Jika selisihnya positif di mana PK lebih besar dari PM, PKP harus menyetorkan jumlah tersebut ke
kas negara dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP).X
Jika ternyata selisihnya negatif, maka terjadi lebih bayar.
PKP bisa memperhitungkan kelebihan bayar ini dengan perhitungan bulan berikutnya.
Proses ini disebut kompensasi. Bisa juga PKP meminta kelebihan bayar tersebut. Proses ini disebut
restitusi.
Jurnal PPN adalah sebuah pencatatan akuntansi atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang melekat
pada suatu transaksi, baik transaksi penjualan maupun pembelian.
Jika Pengusaha Kena Pajak (PKP) menjual barang atau jasa yang kena pajak (BKP/JKP), maka
perusahaan tersebut berhak melakukan pemungutan PPN yang dalam hal ini merupakan pajak
keluaran.
Sebaliknya, jika BKP melakukan transaksi pembelian atau menerima BKP/JKP, maka PKP tersebut
akan dikenakan pajak masukan.
Pembuatan jurnal PPN Masukan atau Keluaran adalah penting karena mencatat setiap transaksi
pembelian maupun penjualan BKP/JKP.
Hal in diperlukan sebagai fungsi analisis untuk menentukan perkiraan yang di debit dan perkiraan
yang dikredit serta jumlahnya masing-masing.
Pembuatan jurnal PPN penting dilakukan sebagai pencatatan semua aktivitas perusahaan yang
berhubungan dengan PPN.

Cara Membuat Jurnal Akuntansi PPN Keluaran


Pada saat pemungutan PPN oleh PKP, yang harus diingat adalah pajak keluaran yang dipungut
adalah milik negara sehingga pajak keluaran merupakan hutang bagi PKP.
Misal, tanggal 04 April 2017, PT DEF (PKP) menjual barang dagangannya dengan harga
Rp200.000.
Pajak keluaran yang dipungut adalah Rp20.000 (10% dari Harga Jual).
Untuk Jurnal akuntansi pada saat penjualan ini adalah sebagai berikut:

 Akun Debit Kredit

Kas 220.000

  Penjualan 200.000

  Pajak Keluaran 20.000

 Perhatikan bahwa, kas yang diterima adalah Rp220.000.000 yaitu harga jual dan PPN yang
dipungut.X
Nilai Penjualan sebesar Rp200.000 dan utang pajak keluaran Rp20.000.
Jika penjualan kredit, maka akun kas diganti dengan akun piutang dagang.X
Jurnal Akuntansi PPN Masukan
PPN masukan adalah piutang karena PPN yang dibayar dapat diklaim ke negara.
Akun Pajak Masukan ada di bagian kredit dalam jurnal akuntansi.X
Misalnya, pada tanggal 06 Oktober 2017 PT DEF (PKP) membeli barang untuk persediaan barang
dagangannya dari PT. UVW (PKP).
Harga belinya adalah Rp50.000,- dan PPN masukan yang dibayar adalah Rp5.000,-.
Jurnal akuntansinya adalah:
 Akun Debit Kredit

Pembelian 50.000

Pajak Masukan 5.000

  Kas 55.000

Kas yang dikeluarkan adalah Rp55.000 yang terdiri dari harga beli Rp50.000 dan PPN
masukan Rp5.000 (10% dari Harga Beli).
Jika pembelian dilakukan secara kredit, akun kas diganti dengan utang dagang.
Jurnal Akuntansi Pembayaran PPN
Seluruh pajak keluaran dan pajak masukan selama sebulan diperhitungkan dalam SPT
Masa PPN.X
Jika PK lebih besar dari PM maka PKP masih harus membayar selisihnya ke kas negara.
Berdasarkan contoh PT. DEF di atas, dengan asumsi tidak ada transaksi lain,
maka Jurnal perhitungannya adalah sebagai berikut :X
 
Akun Debit Kredit
Pajak Keluaran 20.000
  Pajak Masukan – 5.000
  Kas – 15.000
Kelola Pajak Lebih Mudah Dengan Bantuan Aplikasi Jurnal By Mekari
Membalikkan perkiraan Pajak Keluaran dan Pajak Masukan, maka utang piutang PPN ini adalah
seolah-olah sudah dilunasi.
Selisih pajak keluaran di atas pajak masukan Rp15.000,- merupakan kewajiban PKP untuk
melunasinya.
Nah, beberapa hal yang perlu Anda ketahui dari jurnal pajak pertambahan nilai atau jurnal PPN
Masukan ( vat in ) dan Keluaran adalah seperti telah dijelaskan diatas. X
Membuat jurnal adalah hal penting yang harus dilakukan oleh sebuah badan usaha.X
Cara Menghitung PPN Masukan dan PPN Keluaran, PKP Wajib Paham

Agar dalam memenuhi kewajiban atas PPN yang dipungut dan disetor ke kas negara, sebagai PKP
wajib memahami cara menghitung PPN Masukan dan PPN Keluaran adalah. Sudah tahu apa
itu Pajak Masukan dan Pajak Keluaran? Klikpajak by Mekari akan mengulas penjelasan PPN
Masukan dan PPN Keluaran adalah dan perhitungan pajak keluaran adalah yang harus diketahui
setiap PKP.
Dalam dunia bisnis, khususnya untuk Sobat Klikpajak yang berstatus sebagai Pengusaha Kena
Pajak (PKP), tentu sudah tidak asing dengan istilah Pajak Pertambahan Nilai atau PPN maupun
katentuan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran, serta yang dimaksud PPN keluaran adalah juga pajak
keluaran adalah bagian dari transaksi perpajakan perusahaan.
Pajak ini merupakan pajak yang dikenakan atas transaksi Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa
Kena Pajak (JKP) yang berada di wilayah kepabeanan Indonesia. X
Karena terdapat dua pihak dalam transaksi, yakni penjual dan pembeli, maka terdapat dua jenis
perhitungan PPN, yakni PPN Masukan dan PPN Keluaran atau biasa disebut Pajak Masukan dan
Pajak Keluaran.
Pajak Pertambahan Nilai yang dikenakan memang hanya satu kali pada setiap transaksi. Namun
kedua belah pihak harus memiliki dokumen resmi dan sah untuk mencatat Pajak Masukan dan Pajak
Keluaran yang sudah menjadi kewajibannya ini.
Tentu saja, berkas Faktur Pajak yang digunakan juga berbeda, yakni Faktur Pajak Masukan dan
Faktur Pajak Keluaran.
Sebelum masuk pada pembahasan yang lebih mendalam tentang Pajak Masukan dan Pajak Keluaran
serta cara menghitung PPN Masukan dan PPN Keluaran, Klikpajak.id akan kembali mengingatkan
Sobat Klikpajak pentingnya kelola pajak dan keuangan bisnis yang efektif dan efisien. X
Sehingga urusan perpajakan perusahaan dapat membantu kinerja usaha lebih baik lagi.
“Serahkan semua urusan perpajakan dan keuangan perusahaan melalui support system yang lengkap
dan terintegrasi guna mendukung kinerja perusahaan serta perkembangan bisnis Sobat Klikpajak.”
Daftar Isi
1 Perbedaan Penghitung Pajak Masukan dan Pajak Keluaran
1.1 Kaitan PPN Masukan dan Keluaran dengan Faktur Pajak & Sistem Pengkreditan Pajak
2 Contoh Perhitungan Masing-Masing PPN
2.1 a. Perhitungan PPN Keluaran (Pajak Keluaran)
2.2 b. Perhitungan PPN Masukan (Pajak Masukan)
3 Cara Mudah Kelola PPN Masukan dan Keluaran
4 Kenapa urus Faktur Pajak lebih mudah di Klikpajak?

Perbedaan Penghitung Pajak Masukan dan Pajak Keluaran


PPN Masukan atau Pajak Masukan digunakan oleh PKP Pembeli untuk mencatatkan PPN yang
tertanggung dalam pembelian yang dilakukannya.
PPN Masukan merupakan pajak yang dikenakan ketika PKP melakukan pembelian atas Barang
Kena Pajak atau Jasa kena Pajak. Mari berkenalan lebih dekat dengan Pajak Pertambahan
Nilai (PPN).X
Perhitungan ini nantinya dapat digunakan untuk melakukan klaim, bilamana pajak masukan lebih
besar daripada pajak keluaran.
Di sisi lain, PPN Keluaran atau Pajak Keluaran merupakan pajak yang digunakan ketika PKP
melakukan penjualan terhadap Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak.
Hal ini digunakan sebagai pelengkap transaksi yang dilakukan, sebagaimana yang telah tercantum
dalam Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai (UU PPN).
Ketentuan terbaru terkait PPN atau e-Faktur juga diatur dalam UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja.
Intinya, penghitungan PPN Masukan dilakukan oleh PKP ketika PKP berada di posisi sebagai
pembeli BKP atau JKP.
Sedangkan, PPN Keluaran adalah dilakukan penghitungannya oleh PKP ketika PKP dalam posisi
sebagai penjual BKP atau JKP.
Kedua penghitungan ini akan sama-sama dilaporkan pada DJP untuk diperiksa dan dicocokkan
nilainya melalui rekonsiliasi Pajak Masukan dan rekonsiliasi Pajak Keluaran.X

Kaitan PPN Masukan dan Keluaran dengan Faktur Pajak & Sistem Pengkreditan
Pajak
Sebelumnya telah dijelaskan sekilas mengenai Faktur Pajak. Ini merupakan dokumen penting setiap
kali PKP melakukan transaksi terkait Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak.
Isinya adalah detail transaksi yang terjadi, mulai dari identitas kedua belah pihak, komoditas yang
diperjualbelikan, PPN dan PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah) yang menjadi kewajiban,
serta info detail lainnya.
Jadi, untuk dapat menerbitkan Faktur Pajak, Sobat Klikpajak harus dikukuhkan menjadi PKP
terlebih dahulu.
Laporan pajak yang menggunakan Faktur Pajak Keluaran disampaikan PKP Penjual pada DJP
setelah transaksi dilakukan.
Kemudian, Faktur Pajak Masukan dibuat oleh PKP Pembeli untuk diverifikasi nilainya dengan
dibandingkan pada Faktur Pajak Keluaran.
Bila terdapat selisih antara jumlah total kedua faktur pajak ini, akan diselesaikan dengan apa yang
disebut Kredit Pajak.
Kredit pajak sendiri berarti penyelesaian selisih Pajak Pertambahan Nilai yang terjadi antara kedua
faktur pajak yang dilaporkan.X
Hal ini bukanlah pelanggaran hukum perpajakan, namun sebuah kewajaran.
Nantinya, selisih ini dapat diselesaikan dengan pembayaran kekurangan pajak (jika pajak masukan
lebih kecil) atau klaim pajak atau kompensasi pajak (jika pajak masukan lebih besar).
Pembayaran kekurangan pajak bisa dilakukan pada periode selanjutnya untuk menutup jumlah
kekurangan yang ada.
Sedangkan ketika pajak masukan lebih besar, maka PKP dapat melakukan klaim, dan nantinya
jumlah kelebihan bayar akan digunakan untuk mengurangi jumlah pajak pada periode berikutnya.
Ini yang disebut sebagai kompensasi pajak yang bisa diterima oleh PKP.

Contoh Perhitungan Masing-Masing PPN


Lalu jika demikian, bagaimana detail perhitungan PPN Masukan dan PPN Keluaran?
Apakah keduanya memiliki perhitungan yang berbeda?
Apakah akan berpengaruh pada transaksi yang dilakukan oleh PKP?
Apa variabel yang perlu dimasukkan ke dalam masing-masing perhitungan?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, simak penjelasan di bawah ini.
a. Perhitungan PPN Keluaran (Pajak Keluaran)
PPN ini dihitung dan menjadi tanggung jawab dari PKP dengan status penjual.
Contoh:
Pak Kelik merupakan pengusaha berstatus PKP di bidang usaha penjualan layar monitor.
Ia menjual layar monitor sebanyak 50 unit pada periode pajak terkini, dengan harga satuan kurang
lebih Rp4.500.000.
Lalu berapa besar Pajak Pertambahan Nilai Keluaran yang harus ditanggung Pak Kelik dalam
Transaksi tersebut?
Jawab:
= Harga satuan layar monitor Rp4.500.000
= Jumlah layar monitor terjual 50 unit
= Total penjualannya 50 x Rp4.500.000 = Rp225.000.000
Besar PPN yang ditetapkan oleh pemerintah adalah 10% dari jumlah transaks
Maka besar PPN Keluaran yang harus ditanggung Pak Kelik adalah 10% x Rp225.000.000 = Rp22.500.000
 
Dengan demikian, besar PPN Keluaran yang menjadi tanggung jawab Pak Kelik adalah
Rp22.500.000 atas penjualan yang dilakukan terkait layar monitor tersebut.

b. Perhitungan PPN Masukan (Pajak Masukan)


Dalam rangka mengetahui jumlah PPN kurang bayar atau lebih bayar yang dilakukan PKP, langkah
pertama yang harus dilakukan adalah mencari selisih antara PPN Masukan dan Keluaran.
Harus dilihat mana yang lebih besar, serta berapa nominal selisihnya. Baru kemudian nilai kurang
bayar atau lebih bayar akan dapat diketahui dan ditindaklanjuti.
Contoh penghitungan PPN Masukan:
Pak Jak merupakan PKP yang telah melakukan beberapa transaksi terhitung bulan Maret hingga
Mei 2021.
Rincian transaksi yang dilakukan, terkait PPN yang menjadi kewajibannya, adalah sebagai berikut:
1. Maret 2021, atas penyerahan Barang Kena Pajak, PPN Keluaran dari Pak Jak adalah
Rp50.000.000, sedangkan PPN Masukannya sebesar Rp35.000.000.
Maka pada bulan Maret, Pak Kelik memiliki selisih sebesar Rp15.000.000.
Selisih tersebut merupakan PPN kurang bayar, karena nilai PPN Keluaran lebih besar dari PPN
Masukan.
2. Pada April 2021, PPN Keluaran yang tercatat adalah sebesar Rp60.000.000, sedangkan PPN
masukannya sebesar Rp72.000.000.
Maka periode April, Pak Jak memiliki selisih sebesar Rp12.000.000 yang berstatus sebagai lebih
bayar karena nilai PPN Keluaran lebih kecil dari PPN Masukan.
3. Periode Mei 2021, PPN Keluaran adalah sebesar Rp57.000.000, sedangkan PPN Masukan yang
tercatat adalah sebesar Rp42.000.000.
Selisih PPN yang dimiliki Pak Jak adalah sebesar Rp12.000.000 dengan status kurang bayar karena
PPN Keluaran lebih besar dari PPN Masukan.
 Total PPN kurang bayar yang dimiliki Pak Jak adalah sebesar Rp12.000.000 + Rp15.000.000 =
Rp27.000.000.
 Total PPN lebih bayar adalah Rp12.000.000 sehingga PPN yang menjadi tanggungan Pak Jak adalah
Rp27.000.000 – Rp12.000.000 = Rp15.000.000.
 Nilai ini akan menjadi PPN Masa Bulan Mei yang dimiliki Pak Jak dan harus dilunasi dalam periode
waktu yang telah ditentukan.

Jurnal PPn Masukan Dan PPn Keluaran Kurang Atau Lebih Bayar
Jurnal PPn Masukan dan PPn keluaran kurang atau lebih bayar pada ACCURATE Accounting Software | PPn ( Pajak
Pertambahan Nilai ) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dan/atau jasa dalam peredaran nya
dari produsen ke konsumen. Atau pajak atas konsumsi barang dan jasa didaerah pabean yang dikenakan secara
bertingkat disetiap jalur produksi dan distribusi. Namun jika PPn masukan & PPn Keluaran Anda kurang/lebih bayar
bagaimana cara mengatasinya?

Ikuti langkah jurnal PPn Masukan dan PPn keluaran ACCURATE sbb :

1. Kurang Bayar
Akhir Bulan PPn Keluaran 800.000, PPn Masukan 350.000, buat Jurnal di Akhir Bulan (Activities | General
Ledger | Journal Voucher) :
(Dr)PPn Keluaran 800.000

(Cr)PPn Masukan 350.000

(Cr)Cash/Bank 450.000

 2. Lebih Bayar

Akhir Bulan PPn Keluaran 800.000, PPn Masukan 1.000.000, buat Jurnal di Akhir Bulan (Activities | General
Ledger | Journal Voucher) :
(Dr)PPn Keluaran 800.000
(Cr)PPn Masukan 800.000

Sehingga Di Buku Besar kita saldo PPn Masukan masih 200.000 yang dapat dikompensasikan ke bulan
berikutnya/lanjut ke perhitungan ke periode berikutnya.

Cara Menghitung PPN Kurang Bayar, PPN Lebih


Bayar dan PPN Nihil
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sangat erat kaitannya dengan Faktur Pajak. Setiap e-
Faktur yang dibuat, tak lepas dari perhitungan PPN. Ketahui contoh cara menghitung
PPN Kurang Bayar, PPN Lebih Bayar dan PPN Nihil.
PPN dikenakan pada setiap barang dan jasa yang termasuk dalam kategori Barang
Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP).
Dari pengenaan PPN inilah setiap transaksinya harus dibuatkan Faktur
Pajak.
Tepatnya mulai 1 Juli 2016, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mewajibkan pembuatan
Faktur Pajak Elektronik melalui aplikasi e-Faktur.
Ingin mengetahui lebih lengkap terkait PPN, mulai dari cara menghitung PPN,
bagaimana cara membayar PPN yang dipungut serta melaporkan pajaknya dengan
mudah, berikut ulasan Klikpajak by Mekari untuk Anda.X

Daftar Isi
1 Sekelumit Pengertian PPN dan Kaitannya dengan e-Faktur
1.1 a. PPN Terutang
1.2 b. PPN Keluaran dan PPN Masukan
1.3 c. Penerbitan e-Faktur
1.4 d. Selisih PPN Keluaran dan Masukan
2 Menyetorkan PPN ke Kas Negara
2.1 Ketentuan Penyetoran PPN
3 Dasar Penghitungan PPN
4 Cara Menghitung PPN
4.1 1. PPN terhadap DPP dari Harga Jual
4.2 2. PPN terhadap DPP Penggantian
4.3 3. PPN terhadap DPP Nilai Impor
4.4 4. PPN terhadap DPP Nilai Ekspor
4.5 5. PPN terhadap DPP Nilai Lain
5 Alur Contoh Perhitungan PPN dalam e-Faktur dan SPT Masa PPN
5.1 a. Contoh Perhitungan PPN Keluaran
5.2 b. Contoh Perhitungan PPN Masukan
6 Menghitung PPN Terutang
6.1 Cara Menghitung PPN Terutang
6.2 1. Contoh Perhitungan PPN Kurang Bayar
6.3 2. Contoh Perhitungan PPN Lebih Bayar
6.4 3. Contoh Perhitungan PPN Nihil
7 Membuat Faktur Pajak
8 Fitur Lainnya di Klikpajak
8.1 e-Bupot Klikpajak
8.2 e-Filing Klikpajak
8.3 Ketahui Batas Waktu Bayar dan Lapor SPT Pajak
8.4 e-Billing Klikpajak
9 Terintegrasi dengan Aplikasi Akuntansi ‘Online’
10 Tim ‘Support’ Klikpajak Siap Membantu Anda!

Sekelumit Pengertian PPN dan Kaitannya


dengan e-Faktur
Pajak Pertambahan Nilai atau PPN adalah pajak yang dikenakan atas transaksi jual-
beli barang dan jasa kena pajak yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Penjual terhadap pembeli.
Jadi, PPN ini sebenarnya dibebankan kepada pembeli, bukan penjual. Penjual yang
sebagai PKP pemungut PPN hanya menyetorkan PPN yang telah dibayarkan oleh
konsumen ke kas negara.
Sesuai Pasal 7 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Atas
UU No. 8/1983 tentang PPN dan PPnBM (Pajak Penjualan Atas Barang Mewah), Tarif
PPN yang dipungut oleh PKP Penjual ini sebesar 10%.
Namun besar tarif PPN ini bisa diubah paling rendah 5% dan paling tinggi 15%.
Perubahan tarif PPN ini diatur lagi dalam Peraturan Pemerintah (PP).

a. PPN Terutang
Namun PPN yang dipungut PKP ini tidak serta merta langsung disetorkan ke negara.
PKP akan menghitung terlebih dahulu berapa besar jumlah PPN Masukan dan PPN
Keluaran selama transaksi BKP/JKP dalam masa pajak. Ini disebut PPN Terutang. X
Dalam proses penghitungan PPN Terutang inilah terlebih dahulu harus dibuat Faktur
Pajak Elektronik atau e-Faktur.
Jadi, Faktur Pajak dibuat untuk mengetahui berapa jumlah PPN Terutang yang harus
disetorkan ke negara.
Ilustrasi membuat e-Faktur dan rincian menghitung PPN

b. PPN Keluaran dan PPN Masukan


Faktur Pajak dibuat karena adanya pungutan PPN yang dilakukan PKP. PPN sendiri
terbagi menjadi dua jenis yakni PPN Masukan dan PPN Keluaran.
Kedua jenis PPN ini berfungsi untuk menghitung besar PPN Terutang atau kurang
bayar saat melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN yang harus disetor ke
negara.
Ketika PPN Keluaran lebih besar dibanding PPN Masukan dalam satu masa pajak,
maka PKP harus menyetorkan kelebihan pajak keluaran tersebut ke negara.
Jika PPN Masukan lebih besar dari PPN Keluaran dalam satu masa pajak, maka PKP
bisa mengajukan restitusi (pengembalian pajak yang telah dibayarkan ke negara) atau
mengkreditkan untuk masa pajak bulan berikutnya.
Note: Objek PPN dan Objek yang tidak dikenakan PPN.X
c. Penerbitan e-Faktur
e-Faktur yang diterbitkan PKP ketika menjual BKP/JKP disebut Faktur Keluaran.
Sedangkan pada saat PKP membeli BKP/JKP disebut Faktur Masukan.
Faktur Masukan ini diperoleh PKP Pembeli saat membeli BKP/JKP yang dikeluarkan
oleh PKP Penjual. Sebagai bukti bahwa PKP Pembeli telah membayar PPN dari
BK/JKP yang dibelinya.
Sebaliknya, Faktur Keluaran ini harus diterbitkan oleh PKP Penjual pada saat
menyerahkan BKP/JKP kepada PKP Pembeli. Sebagai bukti bahwa PKP Penjual telah
memungut PPN dari pembeli BKP/JKP.
Langkah-langkah cara membuat e-Faktur.X

d. Selisih PPN Keluaran dan Masukan


Setiap bulannya, Faktur Pajak Keluaran yang telah diterbitkan dan Faktur Masukan
yang diterima PKP ini akan dihitung selisih nilai PPN yang ada di dalam e-Faktur
tersebut.
Selisih PPN Masukan dan Keluaran inilah yang nantinya akan terlihat apakah PPN
Keluaran lebih besar dibanding PPN Masukan, atau sebaliknya.
Ilustrasi membayar pajak dari hasil menghitung PPN

Menyetorkan PPN ke Kas Negara


Sebagai pemungut pajak pertambahan nilai, PKP wajib menyetorkan PPN yang telah
dibayarkan oleh konsumen/pembeli itu ke kas negara.
Setelah memungut PPN dari pembeli dalam transaksi penjualan BKP/JKP, PKP harus
menyetorkan ke negara melalui aplikasi e-Billing Klikpajak.id dan memilih metode
pembayaran via Pos/Bank persepsi, ATM (Anjungan Tunai Mandiri), atau
melalui Internet Banking.

Ketentuan Penyetoran PPN


Ketentuan pembayaran atau penyetoran PPN yang dipungut ke kas negara diantaranya:
 Menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP)
 Bisa menggunakan sarana administrasi lain yang disamakan dengan SSP (Bukti Penerimaan
Negara/BPN, SSPCP [Surat Setoran Pabean, Cukai, dan Pajak], bukti Pbk [pemindahbukuan] dan bukti
penerimaan pajak lainnya sesuai ketentuan perundang-undangan)

 SSP atau sarana administrasi lainnya harus divalidasi dengan NTPN (Nomor Transaksi Penerimaan
Negara)

 Pembayaran diakui lunas jika tanggal bayar yang tertera pada Bukti Penerimaan Negara (BPN) sesuai
validasi Modul Penerimaan Negara (MPN)

 Satu formulir SSP hanya untuk 1 jenis pajak, 1 Masa Pajak atau Tahun Pajak atau bagian Tahun Pajak, 1
surat ketetapan pajak, surat tagihan pajak, surat ketetapan pajak PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) atau
surat tagihan pajak PBB

 Bentuk formulir SSP dibuat dalam rangka 4, yakni kembar ke-1 untuk arsip Wajib Pajak (WP), lembar
ke-2 untuk PPN, lembar ke-3 untuk dilaporkan oleh WP ke KPP, dan lembar ke-4 untuk bank persepsi
atau kantor pos dan gitu

 Mata uang yang digunakan untuk menyetor pajak adalah dalam mata uang rupiah

 engecualian yang bisa menggunakan mata uang asing adalah WP yang telah mendapat izin
menyelenggarakan pembukuan dalam Bahasa Inggris dan mata uang dolar Amerika Serikat, melakukan
pembayaran PPh Pasal 25, PPh Pasal 29, dan PPh Final yang dibayarkan sendiri oleh WP serta surat
ketetapan pajak dan surat tagihan pajak yang diterbitkan dalam mata uang dolar AS.

Ilustrasi penyerahan barang kena pajak yang kena PPN dan perlu diketahui cara menghitung PPN
Dasar Penghitungan PPN
Dalam menghitung PPN, harus didasarkan pada Dasar Pengenaan Pajak (DPP).
DPP adalah jumlah harga jual, penggantian, nilai impor, nilai ekspor atau nilai lain
yang digunakan sebagai dasar untuk menghitung pajak terutang.
Simulasi perhitungan PPN;
Karena PPN yang dipungut PKP penjual  dari pembeli itu belum disetorkan ke
pemerintah, maka disebut PPN Terutang. PPN ini dihitung dengan cara mengalikan
tarif PPN dengan DPP tersebut.
Perhitungan PPN dapat dirumuskan:
PPN = DPP x Tarif PPN

Ilustrasi menghitung PPN


Cara Menghitung PPN
Setelah mengetahui pengertian dan ketentuan umum PPN serta kaitannya dengan e-
Faktur, berikutnya adalah perlunya mengetahui bagaimana cara menghitung PPN ini.

1. PPN terhadap DPP dari Harga Jual


Contoh perhitungan PPN terhadap DPP dari Harga Jual:
PKP A menjual tunai Barang Kena Pajak (BKP) berupa produk tekstil seharga
Rp25.000.000
Maka PPN yang terutang adalah:
= Harga Produk Tekstil x Tarif PPN

= Rp25.000.000 x 10%

= Rp2.500.000

PPN sebesar Rp2.500.000 ini merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh PKP A.

2. PPN terhadap DPP Penggantian


PKP B melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) berupa layanan perjalanan
wisata dengan memperoleh penggantian sebesar Rp50.000.000
Maka PPN yang terutang adalah:
= Jasa perjalanan Wisata x Tarif PPN

= Rp50.000.000 x 10%

= Rp5.000.000

PPN sebesar Rp5.000.000 ini merupakan Pajak Keluaran yang


dipungut oleh PKP B.

 
3. PPN terhadap DPP Nilai Impor
Importir C mengimpor Barang Kena Pajak (BKP) berupa perlengkapan elektronik dari
luar daerah pabean dengan nilai impor Rp100.000.000
PPN yang dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) adalah:
= Nilai Impor Perlengkapan Elektronik x Tarif PPN

= Rp100.000.000 x 10%

= Rp10.000.000

PPN sebesar Rp10.000.000 ini merupakan Pajak Masukan yang dibayar oleh importir C.

4. PPN terhadap DPP Nilai Ekspor


PKP D melakukan ekspor BKP berupa produk ikan olahan dengan nilai ekspor sebesar
Rp250.000.000.
Maka PPN yang terutang adalah:
= Nilai Ekspor Ikan Olahan x Tarif PPN

= Rp250.000.000 x 0%

= Rp0

PPN sebesar Rp0 ini merupakan Pajak Keluaran yang dibayar oleh PKP D. Tarif PPN 0% ini dikenakan pada kegiatan ekspor.

5. PPN terhadap DPP Nilai Lain


Diketahui, DPP Nilai Lain dari pengurusan transportasi adalah 10% dari jumlah yang
ditagih.
Nilai sisa sebesar 90% dari jumlah yang ditagih diasumsikan sebagai biaya yang
dibayarkan pada pihak ketiga, yang nantinya ditagihkan pada pengguna jasa
perusahaan transportasi ini.
Maka dari itu, tarif efektif PPN atas jasa transportasi ini adalah 1%.
Angka 1 persen ini diperoleh dari pengalian Nilai Lain (10%) sebagaimana diatur
dalam PMK Nomor 121/PMK.03/2015, yakni 10% x 10% = 1%.
Misalnya jasa pengiriman paket, dengan rumus: PPN jasa pengiriman paket = 1% x
Nilai yang Ditagih
Perusahaan jasa pengiriman PT Kargo Cepat menerima order dari PT Toko Serba
Lengkap untuk pengiriman paket dari Jakarta ke Papua dengan biaya pengiriman
Rp10.000.000.
Maka PPN terutang adalah:
= 1% x Rp10.000.000

= Rp100.000

Dengan demikian jumlah uang yang harus dibayar PT Toko Serba Lengkap kepada PT Kargo Cepat adalah:
= (Biaya pengiriman paket + PPN 1%)

= Rp10.000.000 + Rp100.000

= Rp10.100.000

Alur Contoh Perhitungan PPN dalam e-


Faktur dan SPT Masa PPN
Berikut contoh perhitungan pajak pertambahan nilai dari PPN Keluaran dan PPN
Masukan.

a. Contoh Perhitungan PPN Keluaran


Sebagai PKP Penjual;
PT AAA pada 3 September 2020 menjual produk alas kaki atau sepatu sebanyak 500
pasang, dengan harga satuan sebesar Rp5.000.000 per pasang kepada PT BBB.
Karena sebagai PKP Penjual, PT AAA harus memungut PPN atas penyerahan barang
tersebut dengan menerbitkan Faktur Pajak Keluaran yang diberikan kepada PT BBB
sebagai PKP Pembeli.
Besar PPN Keluaran dari transaksi ini adalah:
Harga 1 pasang sepatu = Rp5.000.000

Jumlah sepatu yang terjual 500 pasang = 500 x Rp5.000.000 = Rp2.500.000.000


PPN = Rp2.500.000.000 x 10% (tarif PPN) = Rp250.000.000

PPN sebesar Rp250.000.000 ini merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh PKP PT AAA dari PT BBB.

b. Contoh Perhitungan PPN Masukan


Sebagai PKP Pembeli;
PT AAA pada 3 September 2020 membeli bahan baku produksi alas kaki pabrik
sepatunya sebesar Rp2.500.000.000 dari PT CCC.
Sebagai pembeli, maka PT AAA membayar PPN atas bahan baku produksi alas kaki
itu ke PT CCC. Dari pembelian tersebut PT AAA mendapat Faktur Pajak yang
diterbitkan PT CCC sebagai bukti pembayaran PPN.
Faktur Pajak yang diperoleh dari PT CCC inilah merupakan Faktur Pajak Masukan
bagi PT AAA.
Besar PPN Masukan dari transaksi tersebut adalah:
Harga pembelian bahan baku produksi alas kaki = Rp2.500.000.000

PPN = Harga bahan baku produksi x Tarif PPN

= Rp2.500.000.000 x 10% = Rp250.000.000

PPN sebesar Rp250.000.000 ini merupakan Pajak Masukan yang dibayarkan PT AAA ke PT CCC sebagai pemungut PPN.

Menghitung PPN Terutang


Untuk mengetahui berapa besar PPN Terutang yang harus disetorkan ke negara,
terlebih dahulu melakukan pengurangan antara PPN Keluaran dengan PPN Masukan.
Hasil dari pengurangan PPN Keluaran dan PPN Masukan inilah disebut jumlah PPN
Terutang.
Cara Menghitung PPN Terutang
Dari hasil jumlah PPN Terutang ini akan diketahui apakah PKP mengalami PPN
Kurang Bayar, lebih bayar, atau nihil.
 PPN Kurang Bayar, artinya PKP harus menyetorkan PPN Terutang Kurang Bayar itu ke kas negara.

 PPN Lebih Bayar, artinya PKP bisa melakukan restitusi atau mengkreditkan untuk masa pajak
selanjutnya.

 PPN Nihil, artinya PKP tidak memiliki PPN kurang bayar yang harus disetorkan ke negara, juga tidak
bisa melakukan restitusi maupun mengkreditkan PPN untuk masa pajak berikutnya.

Ilustrasi menghitung PPN Terutang

1. Contoh Perhitungan PPN Kurang Bayar


PT AAA pada September 2020 menjual alas kaki atau sepatu sebanyak 10.000 pasang,
dengan harga per pasang sepatu adalah Rp5.000.000.
Penjualan sepatu sebanyak 10.000 pasang itu dilakukan terhadap 5 perusahaan.
Berikut rincian PPN Keluaran PT AAA selama September 2020:
No. Nama  Jumlah Sepatu   Total Harga  PPN
1. PT BBB 500 x Rp5.000.000 = Rp2.500.000.000 x 10% = Rp250.000.000

2. PT DDD 1500 x Rp5.000.000 = Rp7.500.000.000 x 10% = Rp750.000.000

3. PT EEE 2250 x Rp5.000.000 = Rp11.250.000.000 x 10% = Rp1.125.000.000

4. PT FFF 2500 x Rp5.000.000 = Rp12.500.000.000 x 10% = Rp1.250.000.000

5. PT GGG 3250 x Rp5.000.000 = Rp16.250.000.000 x 10% = Rp1.625.000.000

 
Kemudian PT AAA juga melakukan pembelian bahan baku produksi alas kaki sebesar
Rp10.000.000.000 dari 3 perusahaan penyedia bahan baku.
Berikut rincian PPN Masukan PT AAA selama September 2020:
No. Nama Bahan Baku Total Harga PPN
1. PT CCC Aksesoris Rp2.500.000.000 x 10% = Rp250.000.000

2. PT HHH Seol Sepatu Rp3.500.000.000 x 10% = Rp350.000.000

3. PT KKK Kulit Bahan Rp4.000.000.000 x 10% = Rp400.000.000

 
Maka, perhitungan PPN Terutang dari hasil penghitungan Pajak Keluaran (PPN
Keluaran) dan Pajak Masukan (PPN Masukan) pada bulan September 2020 adalah:
PPN Keluaran PT AAA September 2020
No. Nama PPN Keluaran

1. PT BBB = Rp250.000.000

2. PT DDD = Rp750.000.000

3. PT EEE = Rp1.125.000.000

4. PT FFF = Rp1.250.000.000

5. PT GGG = Rp1.625.000.000 (+)

Total PPN Keluaran September 2020 = Rp5.125.000.000

 
PPN Masukan PT AAA September 2020
No. Nama PPN Masukan

1. PT CCC Rp250.000.000

2. PT HHH Rp350.000.000

3. PT KKK Rp400.000.000 (+)

4. Total PPN Masukan September 2020 Rp1.000.000.000


 
PPN Terutang PT AAA September 2020
Dari perhitungan PPN Keluaran dan PPN Masukan PT AAA tersebut, PPN Terutang
pada bulan September 2020 ini adalah:
PPN Keluaran

Total PPN Keluaran September 2020 = Rp5.125.000.000

PPN Masukan

Total PPN Masukan September 2020 = Rp1.000.000.000

PPN Terutang September 2020

= PPN Keluaran – PPN Masukan

= Rp5.125.000.000 – Rp1.000.000.000

= Rp4.125.000.000 (PPN Kurang Bayar)

 
Karena pada penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN bulan September
2020 ini mengalami PPN Kurang Bayar, maka PT AAA harus menyetorkan PPN
Kurang Bayar sebesar Rp4.125.000.000 tersebut ke kas negara.

2. Contoh Perhitungan PPN Lebih Bayar


PT AAA pada Oktober 2020 menjual alas kaki atau sepatu sebanyak 2000 pasang,
dengan harga per pasang sepatu adalah Rp5.000.000.
Penjualan sepatu sebanyak 2.000 pasang itu dilakukan terhadap 3 perusahaan.
Berikut rincian PPN Keluaran PT AAA selama Oktober 2020:
No. Nama Jumlah Sepatu Total Harga PPN

1. PT BBB 500 x Rp5.000.000 = Rp2.500.000.000 x 10% = Rp250.000.000

2. PT DDD 650 x Rp5.000.000 = Rp3.250.000.000 x 10% = Rp325.000.000

3. PT EEE 850 x Rp5.000.000 = Rp4.250.000.000 x 10% = Rp425.000.000

 
Kemudian PT AAA juga melakukan pembelian bahan baku produksi alas kaki
diantaranya aksesoris sebesar Rp3.500.000.000 dari PT SSS, sol sepatu sebesar
Rp4.500.000 dari PT UUU, kulit bahan sebesar Rp5.500.000.000 dari PT YYY, dan
perlengkapan operasional lainnya sebesar Rp2.500.000.000 dari PT RRR.
Berikut rincian PPN Masukan PT AAA selama Oktober 2020:
No. Nama Jenis Bahan Baku Total Harga PPN

1. PT SSS Aksesoris Rp3.500.000.000 x 10% = Rp350.000.00

2. PT UUU Sol Sepatu Rp4.500.000.000 x 10% = Rp450.000.00

3. PT YYY Kulit Bahan Rp4.000.000.000 x 10% = Rp400.000.00

4. PT RRR Perlengkapan Operasional Rp2.500.000.000 x 10% = Rp250.000.00

 
Maka, perhitungan PPN Terutang dari hasil penghitungan Pajak Keluaran (PPN
Keluaran) dan Pajak Masukan (PPN Masukan) pada bulan Oktober 2020 adalah:
PPN Keluaran PT AAA Oktober 2020
No. Nama PPN Keluaran

1. PT BBB = Rp250.000.000

2. PT DDD = Rp325.000.000

3. PT EEE = Rp425.000.000 (+)

Total PPN Keluaran Oktober 2020 = Rp1.000.000.000

 
PPN Masukan PT AAA Oktober 2020
No. Nama PPN Masukan

1. PT SSS = Rp350.000.000

2. PT UUU = Rp450.000.000

3. PT YYY = Rp400.000.000

4. PT RRR = Rp250.000.000

Total PPN Masukan Oktober 2020 = Rp1.450.000.000

 
PPN Terutang PT AAA Oktober 2020
Dari perhitungan PPN Keluaran dan PPN Masukan PT AAA tersebut, PPN Terutang
pada bulan Oktober 2020 ini adalah:
PPN Keluaran

Total PPN Keluaran Oktober 2020 = Rp1.000.000.000

PPN Masukan
Total PPN Masukan Oktober 2020 = Rp1.450.000.000

PPN Terutang Oktober 2020

= PPN Keluaran – PPN Masukan

= Rp1.000.000.000 – Rp1.450.000.000

= Minus Rp450.000.000 (PPN Lebih Bayar)

 
Karena pada penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN bulan Oktober 2020
ini mengalami PPN Lebih Bayar, maka PT AAA bisa mengajukan restitusi PPN Lebih
Bayar sebesar Rp450.000.000 tersebut ke DJP.
Atau, PT AAA bisa mengkreditkan kembali untuk periode berikutnya.

3. Contoh Perhitungan PPN Nihil


PT AAA pada November 2020 melakukan penyerahan BKP penjualan produk alas
kaki atau sepatu sebanyak 5000 pasang, dengan harga per pasang sepatu adalag
Rp5.000.000.
Penjualan sepatu sebanyak 5.000 pasang itu dilakukan terhadap 4 perusahaan.
Berikut rincian PPN Keluaran PT AAA selama November 2020:
No. Nama Jumlah Sepatu Total Harga PPN

1. PT LLL 500 x Rp5.000.000 = Rp2.500.000.000 x 10% = Rp250.000.000

2. PT MMM 1000 x Rp5.000.000 = Rp5.000.000.000 x 10% = Rp500.000.000

3. PT NNN 1500 x Rp5.000.000 = Rp7.500.000.000 x 10% = Rp750.000.000

4. PT PPP 2000 x Rp5.000.000 = Rp10.000.000.000 x 10% = Rp1.000.000.000

 
Kemudian PT AAA pada bulan November 2020 ini juga melakukan pembelian barang
kena pajak berupa bahan baku produksi alas kaki yakni aksesoris dari PT CCC sebesar
Rp500.000.000, sol sepatu PT HHH sebesar Rp2.000.000.000, dan kulit bahan dari PT
KKK sebesar Rp2.500.000.000, lalu mesin produksi sebesar Rp15.000.000.000 dari
PT JJJ, dan perlengkapan produksi lainnya Rp1.500.000.000 dari PT QQQ.
Berikut rincian PPN Masukan PT AAA selama November 2020:
No. Nama Jenis Barang Total Harga PPN

1. PT CCC Aksesoris = Rp500.000.000 x 10% = Rp50.000.000


2. PT HHH Sol Sepatu = Rp2.000.000.000 x 10% = Rp200.000.000

3. PT KKK Kulit Bahan = Rp2.500.000.000 x 10% = Rp250.000.000

4. PT JJJ Mesin Produksi = Rp15.000.000.000 x 10% = Rp1.500.000.000

5. PT QQQ Perlengkapan Produksi = R[1.500.000.000 x 10% = Rp150.000.000

 
Maka, perhitungan PPN Terutang dari hasil penghitungan Pajak Keluaran (PPN
Keluaran) dan Pajak Masukan (PPN Masukan) pada bulan November 2020 adalah:
PPN Keluaran PT AAA November 2020
No. Nama PPN Keluaran

1. PT LLL = Rp250.000.000

2. PT MMM = Rp500.000.000

3. PT NNN = Rp750.000.000

4. PT PPP = Rp1.000.000.000 (+)

Total PPN Keluaran November 2020 = Rp2.500.000.000

 
PPN Masukan PT AAA November 2020
No. Nama PPN Masukan

1. PT CCC = Rp50.000.000

2. PT HHH = Rp200.000.000

3. PT KKK = Rp250.000.000

4. PT JJJ = Rp1.500.000.000

5. PT QQQ = Rp150.000.000

Total PPN Masukan November 2020 = Rp2.500.000.000

 
PPN Terutang PT AAA pada November 2020
Dari perhitungan PPN Keluaran dan PPN Masukan PT AAA tersebut, PPN Terutang
pada bulan November 2020 ini adalah:
PPN Keluaran

Total PPN Keluaran November 2020 = Rp2.500.000.000

PPN Masukan

Total PPN Masukan November 2020 = Rp2.500.000.000


PPN Terutang November 2020

= PPN Keluaran – PPN Masukan

= Rp2.500.000.000 – Rp2.500.000.000

= Rp0 (PPN Nihil)

 
Karena PPN Nihil, tidak ada tuntutan bagi PT AAA untuk menyetorkan PPN Kurang
Bayar juga tidak punya hak untuk mengajukan restitusi ataupun mengkreditkan PPN
Lebih Bayar.

Anda mungkin juga menyukai