Anda di halaman 1dari 4

NAMA : AYU ASTIA NINGRAT

NIM : 181831511
KELAS : AKUNTANSI(A)
MATKUL : PERPAJAKAN LANJUTAN

“AKUNTANSI PPN”

A. Pengertian Akuntansi PPN

Akuntansi pajak pertambahan nilai (akuntansi PPN) tergantung pada status entitas, apakah
sebagai pengusaha kena pajak (PKP) atau bukan pengusaha kena pajak (non-PKP). Akuntansi
PPN secara umum terkait dengan dua jenis transaksi, yaitu (1) pembelian barang/jasa kena
pajak; dan (2) penjualan barang/jasa kena pajak.

Pengembang perangkat lunak sistem informasi bisnis juga bisa menggunakan pengetahuan
teknis yang dibahas di sini sebagai basis untuk mengembangkan software yang sesuai dengan
ketentuan PPN yang berlaku saat ini.

B. PKP dan non-PKP

Bagi non-PKP, PPN yang dibayar pada saat membeli barang/jasa menjadi bagian biaya
perolehan barang/jasa yang dibeli (menambah biaya perolehan). Ketika menjual barang/jasa,
non-PKP tidak berkewajiban memungut PPN. Secara praktis, tidak ada kewajiban
administrasi PPN bagi non-PKP.

Berbeda dengan non-PKP, ketika membeli barang/jasa PKP harus membedakan apakah PPN
yang dibayar dalam harga beli barang/jasa itu bisa dikreditkan atau tidak. PPN yang dibayar
PKP saat membeli barang/jasa dikenal dengan istilah pajak masukan.Jika pajak masukan
boleh dikreditkan menurut ketentuan PPN, pajak masukan sementara diakui sebagai aset
lancar.

Nama akun yang bisa digunakan misalnya adalah Pajak Masukan atau PPN Masukan.Jika
pajak masukan tidak boleh dikreditkan, pajak masukan menjadi bagian biaya perolehan
barang/jasa yang dibeli (menambah biaya perolehan).Ketika menjual barang/jasa kena pajak,
PKP berkewajiban memungut PPN dari pihak pembeli. Dengan pemungutan PPN itu berarti
harga yang dibebankan kepada pembeli termasuk PPN 10%. Pajak yang dipungut oleh PKP
dikenal dengan istilah pajak keluaran.Pajak keluaran diakui sebagai liabilitas (kewajiban)
dalam laporan posisi keuangan.

Pada akhir masa pajak (akhir bulan), akun pajak masukan dikreditkan (ditutup) ke akun pajak
keluaran. Jika setelah pengkreditan itu pajak keluaran bersaldo kredit, saldo kredit itu
menjadi jumlah PPN terutang yang harus disetorkan oleh PKP ke kas negara.

PPN terutang pada saat transaksi serah-terima barang atau jasa kena pajak, atau pada saat
pembayaran terkait transaksi serah-terima barang atau jasa kena pajak, mana yang lebih dulu.
C. Pedoman Penyusunan Jurnal PPN

Prosedur pembukuan atau pembuatan jurnal PPN terdiri dari tiga faktor, yakni:

1. Pembelian BKP/JKP, dimana PPN dapat dikreditkan dan yang tidak dapat
dikreditkan.
2. Penjualan dan PPN terutang.
3. PPN yang masih harus dibayar dan lebih bayar PPN.

Sementara, untuk metode pencatatan jurnal PPN terdiri dari tiga cara/metode, yaitu:

1. PPN masukan dan PPN keluaran dibukukan pada satu perkiraan. Pembukuan dengan
cara ini, hanya menggunakan satu perkiraan yaitu PPN yang saldonya mungkin debit
atau kredit, tergantung mana yang lebih besar antara pajak masukan atau pajak
keluaran untuk suatu masa  pajak tertentu.
2. PPN masukan dan PPN keluaran dibukukan secara terpisah, tanpa prosedur offset
pada setiap masa pajak. Dengan cara seperti ini, saldo masing-masing perkiraan akan
bertambah terus-menerus karena terjadi akumulasi PPN masukan dan PPN keluaran
selama periode tertentu.
3. PPN masukan dan PPN keluaran yang dibukukan secara terpisah, dengan prosedur
offset pada setiap akhir masa pajak. Prosedur pembukuan sampai dengan penyetoran
selisih PPN masukan dan PPN keluaran ke kas negara atau penerimaan restitusi sama
seperti prosedur pembukuan pada cara kedua kedua. Pada akhir masa pajak dilakukan
penjurnalan untuk meng-offset perkiraan PPN masukan dan PPN keluaran pada saat
selesainya pembuatan Surat Pemberitahuan (SPT) masa pajak PPN bulan yang
bersangkutan.

Berikut ini akan dibahas perlakuan pencatatan jurnal PPN untuk transaksi penjualan alias
PPN keluaran.

1. Jurnal PPN untuk Penjualan Tunai

Apabila penjualan barang/jasa dilakukan secara tunai, misalnya nilai barang sebesar Rp 3,5
juta, ditambah PPN 10% yaitu Rp 350.000, maka pencatatan jurnal PPN-nya adalah sebagai
berikut:

Kas                         Rp 3.850.000,00


   Penjualan                                        Rp 3.500.000,00
   PPN Keluaran                                 Rp    350.000,00

Untuk transaksi penjualan tunai, pencatatan jurnal PPN tidak rumit, apalagi jika penjualan
tunai tersebut tidak mengalami retur di masa mendatang. Sebab, begitu melakukan penjualan,
PKP penjual menerbitkan faktur pajak sekaligus menyerahkan barang kepada PKP pembeli.

2. Jurnal PPN untuk Penjualan Kredits

Jika misalnya penjualan dilakukan secara kredit, dilihat dari sisi perpajakan, karena faktur
pajak belum diterbitkan, meskipun barang/jasa telah diserahkan, PPN belum terutang
sehingga belum perlu dicatat.
Namun, dilihat dari prinsip akuntansi, penyerahan BKP/JKP merupakan salah satu saat
pengakuan pendapatan atau pelepasan aktiva. Oleh karena itu, pencatatan jurnal PPN
keluaran harus mempertimbangkan hal tersebut.

Contoh, pada tanggal 1 November 2018, PT ABC menjual BKP secara kredit seharga Rp 3,5
juta, ditambah PPN 10% sebesar Rp 350.000. BKP telah diserahkan, namun faktur belum
dibuat. Maka, pencatatan jurnal PPN adalah sebagai berikut:

Piutang Dagang                                      Rp 3.850.000,00


   Penjualan                                                                         Rp 3.500.000,00
   PPN Keluaran Belum Difakturkan                                    Rp    350.000,00

Ketika pada tanggal 1 Desember 2018 faktur pajak keluaran dibuat dan diserahkan kepada
PKP pembeli, maka PKP penjual membuat jurnal PPN sebagai berikut:

PPN Keluaran Belum Difakturkan                 Rp 350.000,00


    PPN Keluaran                                                                   Rp 350.000,00

3. Jurnal PPN Jika Ada Pengembalian

Jika PKP melakukan transaksi penjualan dan kemudian BKP yang diserahkan tersebut
dikembalikan atau diretur oleh PKP pembeli, hal tersebut merupakan pembatalan penjualan
sehingga mengurangi penjualan.

Otomatis adanya retur ini membuat PPN atas barang tersebut menjadi tidak terutang,
sehingga mengurangi pula PPN keluaran.

Contoh, Pada tanggal 1 November 2018, PT ABC menjual secara kredit BKP seharga Rp 3,5
juta ditambah PPN 10% sebesar Rp 350.000. BKP telah diserahkan pada tanggal tersebut,
tetapi faktur pajak belum dibuat. Atas trasaksi tersebut, PKP penjual membuat jurnal PPN
sebagai berikut:

Piutang Dagang                                      Rp 3.850.000,00


   Penjualan                                                                         Rp 3.500.000,00
   PPN Keluaran Belum Difakturkan                                    Rp    350.000,00

Kemudian, pada tanggal 20 November 2018, dimana faktur pajak belum dibuat, terjadi retur
penjualan atas barang yang berharga Rp 500.000. Atas transaksi retur penjualan ini,
perusahaan mencatat jurnal PPN sebagai berikut:

Retur Penjualan                              Rp 500.000,00


PPN Keluaran Belum Difakturkan   Rp   50.000,00
    Piutang Dagang                                                   Rp 550.000,00

Pada tanggal 1 Desember 2018 PT ABC menerbitkan faktur pajak keluaran atas transaksi
penjualan tersebut. Oleh transaksi ini, perusahaan hanya perlu mencantumkan jumlah
penjualan setelah dikurangi dengan retur penjualan. Pun demikian dengan pencatatan PPN,
hanya perlu dicatat besaran PPN yang sudah dikurangi PPN BKP yang diretur.
Jumlah yang dimasukan dalam faktur pajak adalah sebagai berikut:
Harga Jual                                     Rp 3.000.000,00
PPN 10%                                       Rp    300.000,00
Jumlah Yang Dibebankan             Rp 3.300.000,00

Terkait penerbitan faktur pajak tersebut, perusahaan mencatat jurnal PPN sebagai berikut:

PPN Keluaran Yang Belum Difakturkan        Rp 300.000,00


     PPN Keluaran                                                                    Rp 300.000,00

Jika retur dilakukan setelah perusahaan menerbitkan faktur pajak, misalnya tanggal 10
Desember 2018, maka pencatatan jurnal PPN yang dibuat oleh perusahaan adalah sebagai
berikut:

Retur Penjualan         Rp 500.000,00


PPN Keluaran            Rp   50.000,00
    Piutang Dagang                              Rp 550.000,00

Demikianlah bentuk pencatatan jurnal PPN untuk transaksi penjualan. Masing-masing bentuk
penjualan, baik secara tunai dan kredit serta adanya pengembalian atau retur memiliki
perlakuan pencatatan jurnal PPN yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai