Anda di halaman 1dari 4

Tugas III

1. PT Sarana Lestari merupakan perusahaan konstruksi yang memiliki surat ijin usaha
dan memiliki klasifikasi usaha skala menengah. PT Sarana Lestari akan mengerjakan
pembangunan gedung PT. Sinar Jaya dengan nilai kontrak Rp 2.000.000.000,- (belum
termasuk PPN)

Pembayaran dilakukan dengan termin.


- Termin 1 : 40%, x 2000.000.000 = 800.000.000
- Termin 2 : 40%,
- Termin 3 : 20%. x 2000.000.000 = 400.000.000
Atas transaksi tersebut :
a. Jelaskan jenis pajak terhutangnya

Tarif Pajak Penghasilan dalam rumus pajak penghasilan terutang diatur dalam Undang-
Undang Pajak Penghasilan (UU PPh) Pasal 17.

Tarif PPh Badan terutang yang berlaku secara umum diatur dalam Pasal 17 ayat (2a), yakni
Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan BUT dikenakan PPh Badan sebesar 25%.

Tarif PPh Badan ini berlaku mulai 2010.

1. Tarif untuk Perusahaan Tbk

Diketahui, dari tarif umum PPh Badan terutang sebesar 25% tersebut terdapat kebijakan
penurunan tarif PPh Wajib Pajak Badan dengan ketentuan khusus.

Ketentuan khusus ini diatur dalam PPh Pasal 17 ayat (2b), yakni bagi Wajib Pajak Dalam
Negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka (Tbk) dan memenuhi persyaratan tertentu, akan
mendapatkan penurunan tarif PPh sebesar 5% lebih rendah dari tarif normalnya.

2. Tarif untuk Peredaran Bruto Tertentu

Selain Pasal 17 ayat (b), fasilitas penurunan tarif PPh WP Badan dalam negeri diatur dalam
Pasal 31E UU PPh.

Fasilitas pengurangan tarif ini digunakan oleh WP Badan dalam negeri yang memiliki
pendapatan bruto tidak melebihi Rp50 miliar setahun. Lalu, bagaimana cara menentukan
penghasilan bruto?
Ketentuan mengenai peredaran bruto diatur dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor SE-02/PJ/2015.

Bahwa peredaran bruto dihitung dari penghasilan yang diterima/diperoleh setelah dikurangi
dengan retur/potongan penjualan/potongan tunai yang berasal dari semua usaha dari
Indonesia maupun luar Indonesia, yakni:

Dari kegiatan utama

Dari luar kegiatan usaha

Penghasilan ini meliputi seluruh penghasilan yang diterima oleh WP Badan dalam negeri,
yakni:

Penghasilan yang merupakan objek pajak, baik dikenakan PPh Final maupun PPh Tidak Final
serta penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak.

Dalam SPT Tahunan PPh Badan, peredaran bruto adalah penjumlahan dari nomor 1a, 1e, dan
nomor 2, yang terdapat pada Formulir 1771 angka I.

b. Hitunglah pajak terhutangnya

50% x 20% x 2.000.000.000 = 200.000.000

2. PT. Anugerah Pratama merupakan Pengusaha Kena Pajak memiliki usaha menjual
barang yang tergolong mewah di Jakarta. Selama November 2022, PT Anugerah
Pratama melakukan berbagai transaksi sebagai berikut:
1) Penjualan secara langsung kepada konsumen dengan nilai PPN Rp
420.000.000
2) Tarif PPnBM sebesar 40%, dengan harga jual Rp 3.168.000.000
3) PT Anugerah Pratama menggunakan sendiri barang dagangannya untuk
kegiatan operasional perusahaan dengan nilai PPN Rp 176.000.000
4) Membeli bahan baku pabrikan dengan nilai PPN Rp185.000.000
5) Membeli sebuah mobil untuk mengangkut barang dagangan dengan nilai PPN
Rp65.000.000
6) Menyumbang ke sebuah yayasan panti jompo 1 buah televisi dengan harga
Rp2.700.000

Jelaskan dan hitunglah:

1. Berapa PPN Keluaran?

Tarif ppn x nilai penjualan

40% x 420.000.000 = 168.000.000


2. Berapa PPN Masukan dan identifikasi PPN masukan yang dapat dan tidak
dapat dikreditkan?

428.700.000 x 10% (pajak atas barang/jasa pembelian) = 42.870.000

Syarat dan Batas Waktu Pengkreditan PPN Masukan

Agar PPN masukan dapat dikreditkan untuk suatu masa pajak yang sama, ada beberapa syarat
yang harus dipenuhi dan berlaku untuk seluruh bidang usaha. Syarat-syarat tersebut antara
lain:

1. Tercantum dalam faktur pajak lengkap atau dokumen tertentu yang diperlakukan sama
dengan faktur pajak.
2. Berhubungan langsung dengan kegiatan usaha. Ini artinya pengeluaran yang dilakukan
oleh PKP untuk hal-hal di luar operasional usaha.

Sementara, untuk batas waktu PPN masukan sebagaimana diatur dalam UU PPN dan PPnBM
adalah, 3 bulan setelah berakhirnya masa pajak yang bersangkutan

Hal ini diatur dalam Pasal 9 Ayat (9) UU PPN dan PPnBM yang secara spesifik menyebutkan:

“Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, tetapi belum dikreditkan dengan Pajak Keluaran
pada Masa Pajak yang sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lama 3
(tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sepanjang belum
dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan“.

Ditetapkannya interval waktu 3 bulan setelah masa pajak yang bersangkutan ini tidak terlepas
dari kemungkinan terjadinya kesalahan dalam penulisan faktur. Contohnya, faktur pajak tak
juga dikirimkan oleh PKP penjual ke PKP pembeli, sehingga PKP pembeli belum bisa
melakukan pengkreditan PPN masukan.

Baca Juga: Pengkreditan Faktur Pajak Masukan

Pengecualian Pengkreditan PPN Masukan

PPN masukan idealnya bisa dikreditkan, namun ada beberapa PPN masukan yang ternyata
tidak bisa dikreditkan. PPN masukan tidak bisa dikreditkan dengan PPN keluaran hanya untuk
penyerahan atau pengeluaran sebagai berikut:

1. Perolehan BKP/JKP yang dilakukan sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP.


2. Perolehan BKP/JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan
usaha.
3. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon,
kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan.
4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean
sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP.
5. Perolehan BKP/JKP yang faktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan atau tidak
mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pembeli
BKP/JKP.
6. Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean yang
faktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan.
7. Perolehan BKP/JKP yang pajak maskannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak.
8. Perolehan BKP/JKP yang pajak masukannya tidak dilaporkan dalam SPT masa PPN,
yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan.
9. Perolehan BKP selain barang modal atau JKP sebelum PKP berproduksi.

Selain 9 kriteria di atas, PPN masukan yang tidak dapat dikreditkan untuk PPN masukan
terkait BKP/JKP yang mendapat fasilitas pembebasan pungutan PPN. Meski BKP/JKP
mendapat status dibebaskan PPN, bukan berarti tidak ada PPN, melainkan PPN yang ada tidak
dipungut.

PKP yang dalam suatu masa pajak melakukan penyerahan yang terutang PPN dan penyerahan
yang tidak terutang PPN hanya dapat mengkreditkan PPN masukan yang berkenaan dengan
penyerahan yang terutang PPN. Bagian penyerahan yang terutang pajak tersebut harus dapat
diketahui dengan pasti dari pembukuan PKP.

3. Berapa PPN kurang/lebih bayar?

4. Berapa PPnBM?

3. Pada bulan September 2022, Dinas Pariwisata Kota Bogor menyewa sebuah Gedung
Kantor. Biaya sewa kantor tersebut sebesar Rp120.000.000,- ditambah service charge
sebesar Rp34.500.000,-. Hitunglah PPh pasal 4 ayat 2 terutang!

120.000.000 + 34.500.000 x 10% (pph pasal 4 ayat 2 persewaan tanah / gedung) =


15.450.000

Anda mungkin juga menyukai