Anda di halaman 1dari 4

TUGAS TUTORIAL KE-1

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

Nama Mata Kuliah : Perpajakan


Kode Mata Kuliah : EKSI 4206
Nama : Kurnia Khayaturohmah
NIM : 049420086

1. PT Fiprotek Andalan Nusa, bergerak di bidang perdagangan alat berat. Perusahaan ini
didirikan pada Januari 2019 dan mulai beroperasi pada bulan Maret 2019. Seiring
berjalannya waktu perusahaan tidak sanggup menghadapi persaingan dalam dunia usaha,
Sehingga pada akhirnya perusahaan di likuidasi dan menghentikan kegiatan usahanya.

a. Ketika perusahaan didirikan terkait NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), perusahaan
harus memenuhi beberapa aspek perpajakan. Berikut adalah beberapa hal yang perlu
dipenuhi:

1. Pendaftaran NPWP: Perusahaan harus mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan


Pajak (KPP) terdekat untuk mendapatkan NPWP. NPWP adalah identitas
perusahaan dalam sistem perpajakan Indonesia.
2. Pembayaran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21: Perusahaan harus membayar PPh
Pasal 21 atas penghasilan karyawan yang diterima. PPh Pasal 21 merupakan
pajak penghasilan yang dipotong oleh perusahaan dari gaji karyawan sebelum
diterima oleh karyawan.
3. Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN): Jika perusahaan melakukan
penjualan barang atau jasa yang dikenakan PPN, perusahaan harus mendaftar dan
membayar PPN kepada Direktorat Jenderal Pajak (DJP). PPN adalah pajak yang
dikenakan atas penjualan barang dan jasa.
4. Laporan SPT Tahunan: Setiap tahun, perusahaan harus menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan yang berisi laporan keuangan perusahaan dan
perhitungan pajak yang telah dibayarkan selama tahun tersebut.
b. Ketika perusahaan didirikan terkait Pengukuhan PKP (Pengusaha Kena Pajak),
perusahaan harus memenuhi beberapa aspek perpajakan. Berikut adalah beberapa hal
yang perlu dipenuhi:
1. Pendaftaran PKP: Perusahaan harus mendaftarkan diri sebagai PKP ke KPP
terdekat. Pengukuhan PKP diperlukan jika perusahaan berencana untuk
melakukan kegiatan usaha yang dikenakan PPN.
2. Pemungutan dan Pembayaran PPN: Setelah menjadi PKP, perusahaan wajib
mengenakan PPN atas penjualan barang atau jasa yang dikenakan PPN.
Perusahaan juga harus melakukan pemungutan dan pembayaran PPN kepada
DJP.
3. Penyampaian SPT Masa: Perusahaan harus menyampaikan Surat Pemberitahuan
(SPT) Masa PPN setiap bulan atau triwulan, tergantung dari kriteria yang
ditentukan oleh DJP. SPT Masa berisi laporan penjualan, pembelian, dan
perhitungan PPN yang harus dibayarkan atau dikembalikan.
c. Ketika perusahaan mengalami likuidasi dan menghentikan kegiatan usahanya,
terdapat beberapa aspek perpajakan yang harus dilakukan. Berikut adalah beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam hal perpajakan terkait likuidasi perusahaan:

1. Pembayaran Pajak yang Terutang: Sebelum melakukan likuidasi, perusahaan


harus memastikan bahwa semua kewajiban pajak yang masih terutang telah
dibayar. Ini mencakup pembayaran Pajak Penghasilan (PPh) final, Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), serta pajak lainnya yang masih terutang.

2. Laporan SPT Tahunan: Setelah likuidasi selesai, perusahaan masih harus


menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan kepada Direktorat Jenderal
Pajak (DJP). SPT Tahunan tersebut akan mencakup laporan keuangan perusahaan
dan perhitungan pajak yang telah dilakukan hingga tanggal likuidasi.

3. Pembatalan NPWP: Setelah likuidasi, perusahaan harus mengajukan pembatalan


Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ke KPP terdekat. Hal ini dilakukan untuk
menginformasikan kepada DJP bahwa perusahaan telah menghentikan kegiatan
usahanya.

4. Pelaporan dan Pembayaran PPh Karyawan: Jika terdapat karyawan yang masih
bekerja di perusahaan selama proses likuidasi, perusahaan harus tetap melaporkan
dan membayar PPh Pasal 21 atas penghasilan karyawan tersebut.
5. Pelaporan dan Pembayaran PPh Final: Jika terdapat pembayaran final yang
diterima oleh perusahaan selama proses likuidasi, perusahaan harus melaporkan
dan membayar PPh Final sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.

Sumber : BMP EKSI4206 Modul 2, "Pengantar Perpajakan Indonesia" oleh


Sudaryatno Sudirham dan Yuniarti Sri Rahayu, "Perpajakan Indonesia: Pemahaman
Umum" oleh Mardiasmo

2. Pajak Penghasilan Pasal 25 tahun 2018 setiap bulan sebesar Rp115.000.000,00 dengan
jatuh tempo misalnya tiap tanggal 15. Pajak Penghasilan Bulan Juni 2018 dibayar tepat
waktu sebesar Rp50.000.000,00. Atas kekurangan Pajak penghasilan Pasal 25 tersebut
diterbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) pada tanggal 18 September untuk PT Rama.

a. Surat Tagihan Pajak (STP) adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) kepada wajib pajak untuk memberitahukan jumlah pajak yang
masih harus dibayar oleh wajib pajak setelah dikurangi pembayaran yang telah
dilakukan. STP berfungsi sebagai pemberitahuan resmi kepada wajib pajak tentang
jumlah pajak yang masih terhutang dan batas waktu pembayarannya.

b. Kekurangan Pajak PPh Pasal 25 pada Juni 2018 = Rp 115.000.000 – Rp 50.000.000

= Rp. 65.000.000

Sanksi Bunga yang dikenakan = 3 x 2% x Rp. 65.000.000 = Rp 3,900.000

c. Jumlah yang harus dibayarkan = kekurangan bayar + sanksi bunga

= Rp 65.000.000 + Rp 3.900.000 = Rp 68.900.000

Sumber : BMP EKSI 4206 Modul 2 hal 2.22 – 2.23

3. Perhitungan PTKP Pak Irwan :

• Status Pernikahan: Pak Irwan sudah menikah, sehingga status pernikahannya akan
mempengaruhi besaran PTKP yang berlaku.
• Jumlah Tanggungan: Pak Irwan memiliki 1 orang anak, ibunya, dan kakaknya yang
ditanggung biaya hidupnya. Jumlah tanggungan ini juga akan mempengaruhi
besaran PTKP.

PTKP untuk status kawin= Rp 58.500.000

PTKP Tanggungan = 3 x Rp 4.500.000 = Rp 13.500.000

PTKP (K/3) = 72.000.0000

Sumber : BMP EKSI4206 hal 3.22

Anda mungkin juga menyukai