Nim : 211520036
Kelas : AK5KR
2. Jelaskan konsep subjek pajak, objek pajak dan non objek Pajak pada PPh menurut UU KUP
Jawab :
Dalam hal Pajak Penghasilan (PPh), Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan (UU KUP) Indonesia mengatur subjek pajak, objek pajak, dan non-objek pajak. Ini
adalah penjelasan singkat dari ide tersebut:
1. Subjek Pajak (Taxpayer): Dalam PPh, subjek pajak adalah orang atau entitas yang harus membayar
pajak penghasilan. Subjek pajak dapat berupa orang pribadi atau badan, tergantung pada jenis
penghasilan yang diterima, seperti orang pribadi yang mendapatkan penghasilan dari pekerjaan atau
usaha, serta badan usaha yang mendapatkan penghasilan.
2. Objek Pajak (Object Taxable): Penghasilan yang menjadi dasar pengenaan pajak disebut objek pajak.
Dalam PPh, objek pajak mencakup berbagai jenis penghasilan, seperti penghasilan dari pekerjaan,
penghasilan dari usaha atau kegiatan bebas, penghasilan dari modal, dan penghasilan lainnya. Tarif
pajak yang berlaku diterapkan pada keuntungan ini.
3. Non-Objek Pajak (Non-Taxable Object)atau objek yang tidak dapat dikenakan pajak: Penghasilan
yang tidak dikenakan pajak atau dikenakan pajak dengan tarif khusus yang lebih rendah dianggap
sebagai objek pajak. Dalam konteks PPh, UU KUP juga mengatur tentang penghasilan yang
dikecualikan dari pengenaan pajak atau dikenakan tarif pajak yang lebih rendah.
4. Apa perbedaan antara PPh Pasal 21, 22 dan PPh Pasal 23? Berikan contoh transaksi yang termasuk dalam
pengenaan PPh Pasal 21, 22 dan PPh Pasal 23?
Jawab :
perbedaan antara ketiganya serta contoh transaksi yang termasuk dalam pengenaan masing-masing:
1. PPh Pasal 21:
PPh Pasal 21 adalah pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan yang diterima oleh wajib
pajak dalam bentuk gaji atau upah.
Contoh transaksi: Gaji karyawan atau pekerja yang bekerja di suatu perusahaan atau badan usaha.
PPh Pasal 21 biasanya dipotong langsung dari gaji yang dibayarkan kepada karyawan.
2. PPh Pasal 22:
PPh Pasal 22 adalah pajak Misalnya, perusahaan yang mengimpor barang dari negara lain akan
dikenakan PPh Pasal 22 atas nilai impor tersebut .
3. Pasal 23 PPh :
PPh Pasal 23 adalah pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan dalam bentuk bunga,
royalti, atau dividen yang diterima oleh wajib pajak. Contoh Transaksi: Pajak ini dapat dikenakan
pada pendapatan bunga, royalti, atau dividen yang diterima oleh penerima penghasilan. Misalnya,
jika seseorang melakukan investasi dalam obligasi dan menerima bunga dari investasi tersebut,
maka PPh Pasal 23 dapat dikenakan.
5. Jelaskan mekanisme pelaporan dan media yang digunakan WP OP dan Badan dalam pelaporan pajak
tahunannya?
Jawab :
Wajib Pajak (WP), Orang Pribadi (OP), dan Badan harus melaporkan pajak tahunan melalui Sistem e-
Filing yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) melalui website resmi mereka. WP, OP,
dan Badan harus mengisi formulir SPT Tahunan dan melampirkan dokumen pendukung, seperti laporan
keuangan dan bukti transaksi. Setelah formulir dan dokumen pendukung diisi dan dilampirkan, mereka
dapat mengirimkan SPT Tahunan melalui Sistem e-Filing Selain Sistem e-Filing, WP, OP, dan Badan
juga dapat melaporkan pajak tahunannya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) terdekat. Namun, pelaporan
melalui KPP hanya dapat dilakukan jika WP, OP, dan Badan tidak memiliki akses ke Sistem e-Filing
atau jika ada kendala teknis dalam penggunaan Sistem e-Filing. Untuk pelaporan pajak tahunan melalui
Sistem e-Filing, WP, OP, dan Badan harus memiliki akun terdaftar di website resmi DJP. Untuk
pelaporan melalui KPP, WP, OP, dan Badan dapat mengirimkan SPT Tahunan melalui pos atau secara
langsung ke KPP terdekat.